PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATENTAPANULI UTARA TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATENTAPANULI UTARA TAHUN 2015"

Transkripsi

1 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATENTAPANULI UTARA TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Oleh RISKY JUNIATI MANALU PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015

2 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATENTAPANULI UTARA TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Oleh RISKY JUNIATI MANALU PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015

3 i

4 PERNYATAAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENOREA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2015 SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah ini, kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka. Medan, Juli 2015 Peneliti Risky Juniati Manalu ii

5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Data Mahasiswa Nama : Risky Juniati Manalu Nim : Tempat/Tgl Lahir : Pasar Muara, 20 Juni 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Kristen Protestan Suku : Batak Toba Anak Ke : 3 dari 4 bersaudara Alamat : Desa Hutanagodang, Kecamatan Muara Tapanuli Utara riskyjuniatimanalu@yahoo.com No. HP : Data Orang Tua Nama Ayah Pekerjaan Nama Ibu Pekerjaan Agama Alamat Utara : Marasi Manalu S.Pd : PNS : Berta Ambarita : PNS : Kristen Protestan : Desa Hutanagodang, Kecamatan Muara Tapanuli 3. Riwayat Pendidikan 1. Tahun : SD Negeri Muara Kabupaten Tapanuli Utara 2. Tahun : SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara 3. Tahun : SMA Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara 4. Tahun : S1 Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia iii

6 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, 13 Juli 2015 Risky Juniati Manalu Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 xiii + 47 hal + 6 tabel + 2 skema + 2 gambar + 11 lampiran ABSTRAK Dismenorea merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi dengan kejadian berkisar antara 45 % sampai 90% terjadi dikalangan perempuan usia produktif. Dalam keadaan berat, dismenorea dapat menimbulkan nyeri hebat yang dapat mengganggu aktivitas remaja dan menyebabkan ketidakhadiran di sekolah. Hal ini mendorong remaja untuk mencari informasi-informasi terkait dengan dismenorea untuk mencegah dan menangani masalah dismenorea yang dialaminya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap tingkat pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen one group pre-post test design dimana sampel berjumlah 49 responden yang diambil melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian adalah kuisioner. Analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji mcnemar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea mayoritas pengetahuan responden dalam kategori cukup sebanyak 26 responden (53,1%) sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, mayoritas pengetahuan responden dalam kategori baik sebanyak 35 responden (71,4%). Hasil uji mcnemar diperoleh nilai ρ value=0,000 (ρ<0,05) sehingga dapat disimpulkan pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Peneliti menyarankan agar promosi kesehatan lebih dikembangkan khususnya edukasi kesehatan reproduksi remaja putri. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Dismenorea, Pengetahuan Remaja Putri Daftar Pustaka : 30 ( ) i

7 SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING AND MIDWEFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Thesis, 13 July 2015 Risky Juniati Manalu The effect of Health Education about Dysmenorrhea towards Knowledge Adolescent Girls in SMP Negeri 1 Muara district North Tapanuli 2015 xiii + 47 page + 6 table + 2 scheme + 2 chart + 11 enclosures ABSTRACT Dysmenorrhea is one of the reproductive health problems with the incidence ranged between 45 % up 90 % among women of childbearing age. In hard situation, dysmenorrhea can cause great pain that can interfere with the activity of the teenagers and caused absence in school. It encourages adolescent to seek informations related of dysmenorrhea toprevent and deal with dysmenorrhea problems they experienced. The purpose of this research is to know the effect of health education about dysmenorrhea towards knowledge adolescent girls in SMP Negeri 1 Muara district North Tapanuli. This research use quasi-experimental with one group pre-post test design where the samples totaled 49 respondents drawn by simple random sampling technique. Data collection instrument was a questionnaire. Data analysis are used univarial and bivarial (Mcnemar test). This research shows that before being given health education on knowledge dysmenorrhoea, the majority of respondent in the category of enough as many as 26 repondents (53,1%), while after being given health education, the majority of respondents in good category of knowledge as many as 35 respondents (71,4%). Wilcoxon test results was obtained ρ value=0,000 (ρ<0,05), so the conclusion is health education take effect on increasing the knowledge of the adolescent girls in SMP Negeri 1 Muara district North Tapanuli The writer give the suggestion to order health promotion is more developed, especially reproductive health education of adolescent girl. Keywords : Health Education, Dysmenorrhoea, Adolescent Girls Knowledge Bibliography : 30 ( ) ii

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti dan atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Terhadap Pengetahuan Remaja Putri Di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Penyelesaian skripsi penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia tahun Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu : 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia. 3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 5. Marlene Togatorop, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPN. 1 Muara yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah. 6. Rinawati Sembiring, M.Kes, selaku ketua penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Asima Sirait, S.Pd, M.Kes, selaku penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. iii

9 8. Ns. Osak Sitorus, M.Kep, selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. 9. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini. 10. Kedua orangtua peneliti : M.Manalu dan B.Ambarita yang selalu memberikan doa, dukungan semangat baik moril maupun materi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Saudara-saudara peneliti : Chandra Manalu, Nani Manalu dan Jesika Manalu yang turut memberi dukungan dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabat peneliti : Leo Rajagukguk, Juli Sinaga, Yenni Nahampun, Mesrawati Bagariang dan Yusnika Damayanti yang telah banyak memberikan dukungan semangat serta motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, peneliti ucapkan banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, 13 Juli 2015 Peneliti (Risky Juniati Manalu) iv

10 DAFTAR ISI COVER DALAM LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SKEMA... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Hal i ii iii iv v vi ix x xi xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Tujuan Khusus... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN TEORITIS... 7 A. Konsep Dismenorea Defenisi Klasifikasi Etiologi Derajat Dismenorea Patofisiologi Gejala Klinis Penatalaksanaan B. Konsep Pendidikan Kesehatan Defenisi Tujuan Misi Strategi Metode Ruang lingkup Media C. Konsep Pengetahuan (Knowledge) Pengertian Tingkatan Faktor yang mempengaruhi v

11 4. Cara memperoleh D. Hubungan pendidikan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan E. Kerangka Konsep F. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Populasi Dan Sampel Populasi Penelitian Sampel Penelitian C. Tempat / Lokasi Penelitian D. Waktu Penelitian E. Defenisi Operasional F. Aspek Pengukuran G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data H. Etika Penelitian I. Pengolahan dan Analisa Data Analisa Univariat Analisa Bivariat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Analisa univariat Analisa Bivariat B. Pembahasan Pengetahuan Remaja Putri Sebelum Pendidikan Kesehatan tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Pengetahuan Remaja Putri Setelah Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Dismenorea Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun C. Keterbatasan Penelitian BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden Di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) Hal Tabel 4.3 Tabel4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) Uji Statistik Perbedaan Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Menggunakan Uji Mcnemar di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015 (n=49) vii

13 DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Skema 3.1 Desain Penelitian Hal viii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skala Penilaian Nyeri VAS Gambar 2.2 Skala Penilaian Nyeri NRS Hal ix

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Informed Consent Lampiran 2 Lembar Kuisioner Penelitian Lampiran 3 Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Lampiran 4 Leaflet tentang Dismenorea Lampiran 5 Surat Survey Awal dari Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 6 Surat Balasan Izin Memperoleh Data Dasar Dari SMP Negeri 1 Muara Lampiran 7 Surat Izin Melakukan Penelitian dari Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Lampiran 8 Surat Balasan Izin Melakukan Penelitian dan Telah Selesai Melakukan Penelitian Dari SMP Negeri 1 Muara Lampiran 9 Master Data Penelitian Lampiran 10 Distribusi Program Output SPSS Lampiran 11 Lembar Konsul Pembimbing x

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Monks. et al, 2002). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja yaitu tahun. Perubahan paling awal muncul pada usia remaja yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda keremajaan pada perempuan secara biologis yaitu perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik/ mulainya remaja mengalami menstruasi (Sarwono, 2006). Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang perempuan untuk mengandung anak atau masa reproduksi (Syaifuddin, 2006). Menstruasi biasanya dimulai antara usia tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan perempuan, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak perempuan yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/ dismenorea (Smeltzer, 2009). Dismenorea merupakan nyeri kejang otot (spasmodik) di perut bagian bawah dan menyebar ke sisi dalam paha atau bagian bawah pinggang yang menjelang haid atau selama haid akibat kontraksi otot rahim. Gangguan ini ada 2 jenis yaitu dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer yaitu dismenorea yang terjadi tanpa adanya kelainan anatomis genitalis. Sedangkan dismenorea sekunder adalah dismenorea yang tejadi akibat kelainan anatomis genitalis seperti haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip serviks, dan lain-lain (Manuaba, 2009). 1

17 2 Dismenorea tidak diketahui secara pasti kaitan dan penyebabnya namun beberapa faktor dapat memengaruhi yaitu ketidakseimbangan hormon dan faktor psikologis (Price, 2008). Dismenorea primer terjadi akibat endometrium mengalami peningkatan hormon prostaglandin dalam jumlah tinggi. Dibawah pengaruh progesteron selama fase luteal haid, endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat mencapai tingkat maksimum pada awitan haid. Prostaglandin menyebabkan kontraksi myometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium dan nyeri (Morgan & Hamilton, 2009). Selain itu, kejadian dismenorea primer juga dapat dipicu oleh faktor psikogenik yaitu stress emosional dan ketegangan, kurang vitamin, atau rendahnya kadar gula (Dianawati, 2003). Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Bahkan diperkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenorea (Calis, 2011). Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar yang mengalami dismenorea mempunyai efek terhadap pendidikan mereka (Tariq, 2009). Di Indonesia angka kejadian dismenorea tahun 2010 sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89 % dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder (Info sehat, 2011). Dismenorea pada remaja harus ditangani untuk menghindari hal hal yang lebih berat. Dismenorea jika tidak segera diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan/terapi secara farmakologis. Dampak yang terjadi jika dismenorea tidak ditangani adalah gangguan aktivitas hidup sehari-hari (ADLs), Retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur), infertilitas (kemandulan), kehamilan atau kehamilan tidak terdeteksi, ektopic pecah, kista pecah, perforasi rahim dari IUD dan infeksi (Andre, 2009). Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan

18 3 asing. Ketegangan biasanya menambah parahnya keadaan yang buruk setiap saat (Knight, 2006). Masalah dismenorea yang terjadi pada remaja masih belum banyak diketahui oleh remaja itu sendiri. Hal ini didukung oleh penelitian Farida, dkk (2012) yang dilakukan di SMPN 02 Ngantru Tulungangung terhadap 54 responden (remaja putri kelas IX), bahwa gambaran pengetahuan remaja tentang dismenorea mayoritas memiliki pengetahuan kurang (32 responden/ 59,2%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, teman dekat dan sebagainya. Menurut Wied dalam Hendra (2008), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang dimana salah satu sumber informasi adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar dimana perubahan yang dimaksud antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan yang dihasilkan melalui pemberian pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan, bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya dan mempengaruhi sikap (Wawan & Dewi, 2011). Salah satu pendidikan kesehatan yang penting diberikan pada usia remaja adalah pendidikan kesehatan tentang dismenorea. Pendidikan kesehatan tentang dismenorea sebaiknya dilakukan sejak remaja karena akan menambah pengetahuan sehingga mengenali masalah menstruasi yang salah satunya dismenorea sedini mungkin dan dapat menanganinya secara benar (Kinanti, 2009).

19 4 Hal ini didukung oleh penelitian Tantri Heriani & Irdawati (2010) yang dilakukan di SMP Negeri 02 Kayen Pati dan MTs As-Safi iyah dengan populasi siswi kelas VII yang sudah menstruasi sebanyak 147 orang. Hasil uji paired sample t-test pada kedua kelompok diperoleh hasil analisis terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata pengetahuan pre test dan post test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil ini bermakna bahwa pendidikan kesehatan tentang dismenorea yang diberikan terbukti sama-sama memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswi tentang dismenorea. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Muara tanggal 16 Maret 2015 dengan membagikan angket kepada seluruh siswa dengan jumlah siswa remaja putri sebanyak 191 orang. Didapatkan sebanyak 152 orang (79,58%) siswa sudah mengalami menstruasi dan sebanyak 98 orang (51,30%) mengalami dismenorea. Peneliti juga mewawancarai 10 siswi yang mengalami dismenorea. Didapatkan sebanyak 8 siswi tidak tahu tentang pengertian, klasifikasi, penyebab,tanda dan gejala serta penanganan dismenorea dan 2 siswi lainnya hanya mengetahui pengertian dan penyebab dismenorea. Hal ini terjadi karena tidak adanya pendidikan kesehatan reproduksi secara khusus tentang dismenorea yang dibenarkan oleh guru pelajaran biologi di sekolah tersebut. Guru Biologi mengatakan bahwa mata pelajaran biologi yang diajarkan hanya membahas tentang anatomi fisiologi sistem reproduksi manusia secara singkat. Dari data tersebut, maka pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan tentang dismenorea sangat penting diberikan agar mereka dapat menanganinya dengan baik dan aktivitas serta konsentrasi belajar siswi tidak terganggu karena mengalami dismenorea. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenorea Terhadap

20 5 Pengetahuan Remaja Putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara Tahun B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara. b. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang dismenorea di SMP Negeri 1 Muara Kabupaten Tapanuli Utara. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa/ Remaja Putri Hasil penelitian ini menjadi sumber informasi bagi siswa dan mendorong remaja putri untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang dismenorea. 2. Bagi Institusi Pendidikan/ Sekolah Memberikan pertimbangan bagi institusi pendidikan dalam menentukan tambahan materi tentang pendidikan kesehatan khususnya tentang dismenorea kepada siswa. 3. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini memberikan gambaran kepada perawat tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap

21 6 pengetahuan remaja putri dan menjadi acuan untuk memberikan promosi kesehatan yang baik tentang dismenorea, khususnya di lingkungan sekolah. 4. Bagi Peneliti Berikutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar penelitian berikutnya terutama tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenorea terhadap pengetahuan remaja putri.

22 7 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dismenorea 1. Definisi Dismenorea berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran. Sehingga dismenorea didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid (Calis, 2011). Dismenorea merupakan nyeri haid yang mengakibatkan rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali menimbulkan rasa mual (Wiknjosastro, 2005). Dismenorea adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2006). 2. Klasifikasi Dismenorea Dismenorea diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : a. Dismenorea primer Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer ini tidak berhubungan dengan penyebab fisik yang nyata (Simanjuntak, 2008). Dismenorea primer biasanya terjadi 6 bulan sampai 12 bulan setelah menarche. Karena itu, siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar (tidak disertai dengan pengeluaran

23 8 ovum) yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam. Biasanya 8-72 jam. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Simanjuntak, 2008). b. Dismenorea sekunder Dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang dijumpai dengan adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata (Simanjuntak, 2008). Dismenorea sekunder terjadi akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-lain. Dismenorea sekunder sering terjadi pada usia >30 tahun, dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya umur dan memburuk seiring dengan waktu (Benson, 2009). Karakteristik nyeri berbeda-beda pada setiap siklus haid dimana nyeri haid terjadi dengan kelainan patologis panggul. 3. Etiologi Dismenorea Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenorea primer tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Ada beberapa faktor yang memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer antara lain: a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid akan lebih mudah mengalami dismenorea. b. Faktor konstitusi : faktor ini yang erat hubungannya dengan faktor tersebut diatas dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea.

24 9 c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut. d. Faktor endokrin : pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron. e. Faktor alergi : teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migrain atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid (Simanjuntak, 2008). Penyebab dari dismenorea sekunder biasanya disebabkan oleh kelainankelainan organik, misalnya : 1) Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil

25 10 2) Posisi rahim yang tidak normal 3) Adanya tumor dalam rongga rahim, misalnya myoma uteri 4) Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat lain (Endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu haid, jaringan selaput lendir yang di luar rahim juga seperti ikut terlepas dan berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim. 5) Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah (anemia), buang air besar kurang lancar (constipation), postur tubuh yang terlalu kurus. 4. Derajat Dismenorea Setiap wanita mempunyai pengalaman nyeri dismenorea yang berbedabeda, dimana hal itu muncul rasa tidak nyaman, letih, sakit yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Nyeri akan berkurang setelah menstruasi, namun ada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009). Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri menstruasi, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbedabeda. Riyanto (2002) menyebutkan bahwa derajat dismenorea ada 4 yaitu : a. Derajat 0 Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tak terpengaruhi. b. Derajat 1 Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri namun aktivitas jarang terpengaruh. c. Derajat 2 Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktivitas sehari-hari terganggu.

26 11 d. Derajat 3 Nyeri sangat hebat dan tidak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat bekerja, kasus ini segera ditangani dokter. Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan sifat, tempat, berat- ringannya dan waktu lamanya serangan. Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenorea termasuk ke dalam jenis deep pain (nyeri dalam) karena terjadi pada organ tubuh viseral yaitu pada saluran reproduksi (Asmadi, 2008). Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental. Nyeri dapat diukur dengan beberapa metode sebagai berikut (Potter & Perry, 2006): 1) Visual Analog Scale (VAS) VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri terus-menerus dan mewakili alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik daripada memilih satu kata atau angka. Gambar 2.1 Skala Penilaian Nyeri VAS

27 12 2) Verbal Descriptive Scale (VDS) VDS adalah alat pengukuran nyeri yang lebih obyektif. Skala berupa garis lurus yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Penggolongan nyeri dimulai dari tidak nyeri sampai nyeri tak tertahankan. 3) Numeric Rating Scale (NRS) Skala penilaian ini digunakan untuk menggantikan penilaian dengan deskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala Skala yang paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Menurut Strong, et al (2002), NRS merupakan skala nyeri yang paling sering dan lebih banyak digunakan di klinik, khususnya pada kondisi akut. NRS digunakan untuk mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi teraupetik. NRS mudah digunakan dan didokumentasikan. Gambar 2.2 Skala Penilaian Nyeri NRS 5. Patofisiologi Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin F2 alfa (PGF 2α ) disekresi. Pelepasan PGF 2α yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap PGF 2α meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual,

28 13 muntah, dan diare) dan gejala sistem syaraf pusat meliputi pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk ( Bobak, 2004). 6. Gejala Klinis Gejala dismenorea yang paling umum adalah nyeri/ kram otot dibagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh bahkan beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari ( Ramaiah, 2006). Sedangkan menurut Morgan (2009) menyebutkan bahwa gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung, selama hari pertama haid dan jarang terjadi setelah ini. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut (pada abdomen bawah), punggung, dan tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung/ depresi. 7. Tatalaksana Dismenorea a. Farmakologi 1) Pemberian obat analgesik Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran adalah novalgin, ponstan, acetaminopen, dan sebagainya.

29 14 2) Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80% kasus. Nasihatkan wanita untuk mengkonsumsinya pada saat atau sesaat sebelum awitan nyeri 3 kali/hari pada hari pertama hingga ketiga. 3) Terapi hormonal Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan menurunkan produksi prostaglandin karena atrofi endometrium desidual. (Simanjuntak, 2008) b. Nonfarmakologi 1) Penerangan dan nasihat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi. 2) Kompres dengan botol panas (hangat) tepat pada bagian yang terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian bawah), mandi dengan air hangat dan minum minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi. Dengan suhu panas akan meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi.

30 15 3) Olahraga teratur (termasuk banyak jalan). Dengan olahraga dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga teratur seperti berjalan, jogging, berlari, berenang, bersepeda atau aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan menjaga siklus menstruasi agar tetap teratur. Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga yang tidak hanya mengurangi stres tetapi juga meningkatkan produksi endorfin otak, penawar sakit alami tubuh. Tidak ada pembatasan aktivitas selama haid. 4) Aromaterapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid. 5) Melakukan tarik nafas dalam secara perlahan-lahan untuk relaksasi. Dengan tarik nafas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri. 6) Menghindari konsumsi alkohol, soda, kopi, dan juga coklat karena dapat meningkatkan kadar estrogen yang nantinya memicu lepasnya prostaglandin dan memperpanjang nyeri (Simanjuntak, 2008). B. Konsep Pendidikan Kesehatan 1. Defenisi Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak & Chayatin, 2009). Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

31 16 mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarkat yang merupakan cara perubahan berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat (Suhila, 2002). 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu: a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri. b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009). Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan masyarakat; baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.

32 17 3. Misi Pendidikan Kesehatan Misi pendidikan kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi: a. Advokat (Advocate) Melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakankebijakan atau keputusan-keputusan politik. b. Menjembatani (Mediate) Diperlukan kerja sama dengan lingkungan maupun sektor lain yang terkait dalam melaksanakan program-program kesehatan. c. Memampukan (Enable) Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003). 4. Strategi Pendidikan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003) untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut : a. Penyebarluasan Informasi Kesehatan Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan, sistem komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan masyarakat. Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan pendidikan kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional. b. Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam pembudayaan hidup sehat dan penyebarluasan metodologi pengembangan masyarakat melalui ormas dan kelompok potensial lainnya. Pengembanagan kerja sama yang paling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat berpenghasilan tinggi guna menopang

33 18 kesehatan masyarakat miskin serta mengembangkan kelompok keluarga mandiri sebagai teladan. c. Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan Di selenggarakan melalui pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di bidang penyuluhan, institusi pendidikan dan litbang serta pembentukan kemitraan antara pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat dalam penyelenggaraan penyuluhan. 5. Metode Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan mempunyai beberapa unsur yaitu: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang dilakukan) dan output. Metode pendidikan merupakan salah satu unsur input yang berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan kesehatan ( Notoatmodjo, 2003). a. Metode Pendidikan Individu (perseorangan) Bentuk pendekatan ini antara lain : 1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) Cara ini memungkinkan kontak antara petugas dan klien lebih intensif, sehingga petugas dapat membantu penyelesaian masalah klien. 2) Interview (wawancara) Metode ini bertujuan untuk menggali informasi dari klien mengenai perilaku klien. b. Metode Pendidikan Kelompok 1) Ceramah Metode ini digunakan untuk kelompok besar dan baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

34 19 2) Diskusi Kelompok Diskusi kelompok ini dimungkinkan apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang dan termasuk ke dalam metode kelompok kecil. 3) Curah Pendapat Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok dan mempunyai prinsip yang sama dengan diskusi kelompok. Perbedaannya terletak pada permulaannya, dimana peserta diberikan suatu masalah dan peserta kemudian memberikan tanggapannya. 4) Bola Salju Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan dua orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Kemudian tiap 2 pasang bergabung, mendiskusikan masalah yang sama dan menarik kesimpulan. Begitupun seterusnya sampai terjadi suatu diskusi seluruh peserta. 5) Kelompok-kelompok kecil (buzz group) 6) Memainkan peran (role playing) Beberapa anggota kelompok memainkan suatu peran, kemudian mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam menjalankan tugas. 7) Permainan stimulasi Metode ini merupakan gabungan dari metode diskusi kelompok dan role play. c. Metode Pendidikan Massa 1) Ceramah Umum Penyajian materi di depan khalayak publik yang berjumlah besar dan terutama disampaikan secara lisan.

35 20 2) Siaran Radio Metodenya sama dengan ceramah, tetapi anak didik tidak berada di dalam ruangan yang sama. 3) Siaran TV Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan gerakan. 4) Media Cetak Penyajian materi disampaikan secara tulisan. 6. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: a. Dimensi Sasaran 1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu. 2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok. 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. b. Dimensi Tempat Pelaksanaan Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat dengan sendirinya dengan sasarannya berbeda, misalnya : 1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan sasaran murid. 2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarga pasien. 3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark, yaitu sebagai berikut : 1) Peningkatan Kesehatan (Health Promotion) Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit,

36 21 konsultasi perkawinan, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-lain. 2) Perlindungan Umum dan Khusus (General and Specific Protection) Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang/masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain. 3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early diagnosis and Prompt Treatment) Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobati penyakitnya. 4) Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation) Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain. 5) Rehabilitasi (Rehabilitation) Latihan diperlukan untuk pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi, masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut (Mubarak dan Chayatin, 2009).

37 22 7. Media Penyuluhan Media promosi kesehatan sering disebut sebagai alat peraga. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu media cetak, elektronik (televisi, radio, komputer dan sebagainya) dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan agar pesanpesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat/sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan jelas. Dengan alat peraga, orang lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan bagi kehidupan. Macam-macam alat bantu pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu : alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio), dan alat bantu lihat dengar (audio-visual) (Notoatmodjo, 2007). Alat bantu lihat dan dengar merupakan alat bantu yang digunakan untuk menginterpretasikan indera penglihatan dan pendengaran melalui mata dan telinga kita seperti televisi dan video. Alat bantu dengar merupakan alat yang dapat menstimulasi indera mata pada waktu proses pendidikan. Alat bantu lihat berupa media cetak. Media cetak berupa booklet (berisi tulisan dan gambar yang berbentuk buku), flyer atau selembaran, flip chart atau lembar balik dan leaflet (Notoatmodjo, 2007). a. Poster Poster merupakan media yang banyak dipakai untuk menunjukkan suatu kegiatan karena lebih menyentuh emosi pembaca. Poster paling baik untuk mendukung program promosi kesehatan yang lebih rinci, menguatkan sikap, dan mempromosikan kegiatan tertentu ( Emilia, 2008).

38 23 Poster terutama dibuat untuk memengaruhi orang banyak dan memberikan pesan singkat. Cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. Poster tidak dapat memberi pelajaran dengan sendirinya karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok digunakan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2007). Keuntungan poster yaitu : 1) Mudah dibuat 2) Singkat waktu dalam pembuatannya 3) Murah 4) Dapat menjangkau orang banyak 5) Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi 6) Bisa dibawa kemana-mana 7) Banyak variasi ( Notoatmodjo, 2007). b. Leaflet Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimatkalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20x30 cm yang berisi tulisan kata. Ada beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat (Notoatmodjo, 2007). Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah. Keuntungan leaflet yaitu : 1) Dapat disimpan lama

39 24 2) Sebagai referensi 3) Jangkauan dapat jauh 4) Membantu media lain 5) Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi (Notoatmodjo, 2007). 3. Lembar Informasi Lembar informasi merupakan bentuk penyampaian ekonomis yang dapat ditempatkan di apotik, toko obat, biro promosi kesehatan dan toko makanan sehat. Lembaran haruslah menarik dan lembaran dapat dikumpulkan menjadi bentuk informasi yang lengkap (Emilia, 2008). C. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengetian Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar di pengaruhi oleh mata dan telinga, dan terdiri dari 6 tingkatan yaitu : tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). 2. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, meliputi : a. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dapat diukur dengan

40 25 menggunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi atau obyek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi real (sebenarnya). d. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat melalui penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

41 26 kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : (1) Baik, bila % (2) Cukup, bila 56-75% (3) Kurang, bila < 56% (Nursalam, 2008). 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a. Umur Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. b. Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan. c. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi Dismenore Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno berarti bulan dan rrhea yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spruth), dan pada umumnya belum mencapai tahap kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tahap perkembangan manusia, setiap manusia pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24 tahun, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Dismenore a. Pengertian Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh kearah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berada pada tahap masa transisi yang unik yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yaitu masa yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*) HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com

Lebih terperinci

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku a. Pengertian Buku adalah kumpulan kertas tercetak dan terjilid berisi informasi yang dapat dijadikan salah satu sumber dalam proses belajar dan membelajarkan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yag ditandai dengan perubahan perilaku seperti susah diatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi adalah keluarnya periodik darah, lendir dan sel-sel epitel dari rahim yang terjadi setiap bulan. Ini merupakan tonggak penting dalam proses pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja. Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai aktifitas salah satunya adalah belajar. Seseorang yang dikatakan remaja berada dalam usia 10 tahun sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sekitar 1 miliyar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk di dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang, seperti Indonesia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority

BAB II TINJAUAN TEORITIS. pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Ilmu berbeda dengan pengetahuan. Semua ilmu adalah pengetahuan, namun pengetahuan tidak selalu ilmu. Pengetahuan memberikan kewenangan (authority

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII

SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Studi dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TAHUN 2014

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TAHUN 2014 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika presentase kejadian

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN SISWI TENTANG KANKER PAYUDARA DI SMK YAYASAN HASANUDDIN MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN SISWI TENTANG KANKER PAYUDARA DI SMK YAYASAN HASANUDDIN MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN SISWI TENTANG KANKER PAYUDARA DI SMK YAYASAN HASANUDDIN MEDAN TAHUN 2014 Oleh RINALDI TRISNANDA 12 02 256 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap pertama pertanda kedewasaan atau pubertas pada anak perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG Eva Supriatin Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKep) PPNI Jabar Jalan Ahmad Yani No. 7 Bandung 40112 evatarisa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS XI DI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS XI DI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS XI DI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2014 Oleh PRISKA 12 02 184 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang. Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa remaja merupakan periode peralihan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2012). Menurut Depkes RI dan Badan Koordinasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena itu dari pengalaman dan

TINJAUAN PUSTAKA. terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena itu dari pengalaman dan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan perempuan, terutama kesehatan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan keadaan sehat karena dengan keadaan sehat setiap orang dapat melakukan segala aktifitas tanpa hambatan. Begitu pula dengan wanita. Kesehatan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN T o p i k : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi Sub Topik : Konsep dasar Gangguan Haid/ Menstruasi T e m p a t : Kampus Stikes Al Irsyad Al Islamiyyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. World Health Organization (WHO) menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan atau storm and stress, suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disminorhoe adalah kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa untuk beristirahat atau berakibat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA 1 TEBING TINGGI TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH INFORMASI PROSEDUR PEMBEDAHAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TEBING TINGGI TAHUN 2014 Oleh LILAWATI 12 02 226 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat menstruasi sebagian besar perempuan sering mengalami keluhan sensasi yang tidak nyaman seperti nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan selama menstruasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala yang dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA IBU PRE MENOPAUSE

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA IBU PRE MENOPAUSE SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA IBU PRE MENOPAUSE DI DESA SUKADAME KECAMATAN SILANGKITANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2014 Oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya terjadi di daerah perut bagian bawah, pinggang, bahkan punggung (Judha, Sudarti, & Fauziah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MUTIARA SIBURIAN

SKRIPSI. Oleh : MUTIARA SIBURIAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-5 TAHUN SELAMA TINDAKAN PERAWATAN DI RUANG VINCENSIUS RUMAH SAKIT HARAPAN PEMATANGSIANTAR TAHUN 2014 Oleh : MUTIARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO, 2007 dalam Traore, 2012: 39), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dalam masa hidupnya pasti mengalami masa remaja atau adolescence. Remaja adalah masa dalam perkembangan manusia, ketika anak berubah dari makhluk aseksual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Landasan Teori 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. vagina. Terjadi setiap bulan kecuali bila terjadi kehamilan. Siklus menstruasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menstruasi adalah proses alami pada wanita ditandai dengan proses deskuamasi, atau meluruhnya endometrium bersama dengan darah melalui vagina. Terjadi setiap

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN. PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN Pinilih Pangesti Utami 1, Adi Isworo 2, Moh. Hanafi 2, Siti Arifah 2 1Mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan Magelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan lima belas studi utama yang diterbitkan antara tahun 2002 dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu masalah yang paling umum

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERMAIN DENGAN TEKNIK BERCERITA TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI BERMAIN DENGAN TEKNIK BERCERITA TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN DENGAN TEKNIK BERCERITA TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh RIKA ERVIANA SARI 10 02 192 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore merupakan nyeri di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan istirahat saat mengalami dismenore

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE APPENDIKTOMI DI RUANG KELAS III BEDAH RSU SWADANA DAERAH TARUTUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE APPENDIKTOMI DI RUANG KELAS III BEDAH RSU SWADANA DAERAH TARUTUNG TAHUN 2013 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE APPENDIKTOMI DI RUANG KELAS III BEDAH RSU SWADANA DAERAH TARUTUNG TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SAHAT HUTAGALUNG 11.02.327 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap

Lebih terperinci

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA 0 PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun Oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014 PENGARUH SMALL GROUP DISCUSSION TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG DISMENORE PADA SISWI SMPN I DOLOPO Hery Ernawati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak. Sebagai wanita pada saat

Lebih terperinci

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENARCHE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI PRA MENSTRUASI ( The Effectiveness Of Menarche Health Promotion to the Pre Menstrual Female Adolescents Knowledge And Attitude

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa. tidak adanya pembuahan (Andriyani, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa. tidak adanya pembuahan (Andriyani, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologi, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007).

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMENORE PADA SISWA PUTRI DI MTS NU MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMENORE PADA SISWA PUTRI DI MTS NU MRANGGEN KABUPATEN DEMAK GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG DISMENORE PADA SISWA PUTRI DI MTS NU MRANGGEN KABUPATEN DEMAK Defi Nafiroh, Nuke Devi Indrawati Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 HUTABAYURAJA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 HUTABAYURAJA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 HUTABAYURAJA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 Oleh : MENY MAYA SARI MANURUNG 10 02 183 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 Oleh YUPIN MEFIL SABRIKA DAELY 10 02 157 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Oleh ALBERTA FOAMENESI LAHAGU

Oleh ALBERTA FOAMENESI LAHAGU SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG HAID PERTAMA DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI HAID PERTAMA DI SMP NEGERI 1 MANDREHE UTARA KABUPATEN NIAS BARAT TAHUN 2014 Oleh ALBERTA FOAMENESI LAHAGU 10 02

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TEBING TINGGI TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI DI RUMAH SAKIT TENTARA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2014 Oleh EVA SIDABUTAR 12 02 218 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat - zat gizi. Status gizi ini menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa yang lebih dewasa. Ia memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014 Oleh JUWITA SITOHANG 10 02 076 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. non randomized control group pretest posttest design. Pada rancangan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan rancangan non randomized control group pretest posttest design. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN ICU DI RSUP H. ADAM MALIKMEDAN TAHUN 2014

SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN ICU DI RSUP H. ADAM MALIKMEDAN TAHUN 2014 i ii SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN ICU DI RSUP H. ADAM MALIKMEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15

Lebih terperinci

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Dewi Kurniawati J410

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu kejadian yang hanya dialami oleh wanita saja yaitu terlapasnya dinding rahim yang diikuti dengan perdarahan. Peristiwa ini terjadi satu kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014 Oleh NOVIA ESNIATI GURNING 10 02 187 PROGRAM STUDI ILMU NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG Eka Rahmadhayanti 1, Anur Rohmin 2 1,2 Program Studi D III Kebidanan, STIK Siti Khadijah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%). BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden Kejadian dismenore pada mahasiswi program D III Akademi Kebidanan Aisyiyah Provinsi Banten menjukkan bahwa dari 100 responden yang

Lebih terperinci