BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN, SEKTE SAI BABA DAN KEBERADAANNYA DI MEDAN. kuta yang berarti kampung dalam bahasa Karo di antara pertemuan Sungai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN, SEKTE SAI BABA DAN KEBERADAANNYA DI MEDAN. kuta yang berarti kampung dalam bahasa Karo di antara pertemuan Sungai"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN, SEKTE SAI BABA DAN KEBERADAANNYA DI MEDAN 2.1 Gambaran Umum di Kota Medan Kota Medan didirikan oleh Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi, berasal dari kampung Aji Jahe (terletak di Kabupaten Karo sekarang), pada tahun Berawal ketika Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi mendirikan sebuah kuta yang berarti kampung dalam bahasa Karo di antara pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli. Ia adalah seorang Guru Mbelin atau dukun/tabib sakti yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Oleh karena kemampuannya itu, ramai berdatangan orang untuk berobat kepadanya, dan setelah disembuhkan orang-orang tersebut mulai mendirikan tempat tinggal di sekitar kediaman Guru Pa Timpus Sembiring Pelawi. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah yang menetap di areal tersebut, maka daerahnya dinamai Kuta Madan (kampung penyembuhan/ kesembuhan). Lama-kelamaan pelafalan Kuta Madan menjadi Kuta Medan dan pada akhirnya kampung tersebut berkembang menjadi Kota Medan sekarang (Ginting, 2002:13). Dibukanya perkebunan tembakau pada tahun 1863 oleh saudagar Belanda, Nienhuys, berdampak luas pada perubahan Kota Medan. Daun tembakau, dikenal dengan tembakau Deli, yang dihasilkan oleh perkebunanperkebunan di Sumatera Timur punya kualitas terbaik sebagai pembalut cerutu di pasaran Eropa (Sinar, 2001:35). Keuntungan ekonomi yang diperoleh dari hasil perkebunan tembakau ini membuat pemerintah kolonial Belanda pada 23

2 tahun 1886 memindahkan ibukota Keresidenan Sumatera Timur dari Bengkalis (Riau) ke Kota Medan. Jalur kereta api trayek Medan-Belawan pun dibangun pada tahun Akibat dari perkembangan ini, Sumatera Timur akhirnya menjadi area perputaran bisnis yang maju pesat sehingga dijuluki sebagai The Dollar Land dan Kota Medan dijuluki sebagai Paris of Sumatera (Ginting, 2002:15). Kota Medan dibentuk menjadi Gementee (Pemerintahan Kotapraja) pada tanggal 1 April Besluit pembentukan Gementee dikeluarkan di Bogor pada tanggal 5 Maret 1909 dan ditandatangani oleh Gubernur Jenderal Hindia Belana, J.B. van Heutsz. Kemudian terhitung sejak 21 April 1918, Gementee Medan (Kotapraja Medan) memiliki Burgemeester atau Walikota bernama D. Baron Mackay (Ginting, 2002:15). Sekarang ini, Kota Medan adalah ibukota Propinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Kota Medan terletak pada Lintang Utara dan Bujur Timur dengan luas areal ha. Ketinggian Kota Medan berada pada 2,5 m di bagian Utara sampai dengan 37,5 m di bagian Selatan di atas permukaan laut. Bagian Utara sampai 3 km dari pantai terdiri dari rawa-rawa yang mempunyai kedalaman 0,5 m pada waktu pasang surut dan 2,5 m pada waktu pasang naik. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Medan sementara adalah jiwa, yang terdiri atas jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Medan Deli sebesar jiwa, diikuti Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Denai masing-masing sebesar

3 dan jiwa. Sementara berdasarkan urutan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Medan Maimun sebesar jiwa, diikuti Kecamatan Medan Baru dan Medan Polonia masing-masing sebesar dan jiwa (Biro Pusat Statistik Kota Medan, 2010). Peta 2.1: Persebaran kelompok Etnik di Kota Medan Sumber: Pelly (1994:93) 25

4 2.2 Masyarakat India di Kota Medan Penyebaran agama Hindu di Sumatera Utara tidak terlepas dari kedatangan bangsa India melalui jalur perdagangan dimana pantai Barat Sumatera menjadi pintu masuknya. Hal ini ditandai dengan ditemukannya prasasti berbahasa Tamil yang bertarikh 1088 M bertanda Raja Chola yang ke- 9. Oleh karena itu, Sumatera Utara kemungkinan besar menerima pengaruh lebih dominan dibandingkan kawasan lain di Nusantara terutama dari etnis Tamil yang datang dan menetap di kawasan ini. Bukti ini dapat dilihat dari ditemukannya 175 istilah dalam bahasa Karo yang berasal dari bahasa Tamil, di antaranya: Colia, Pandia, Meliala, Depari, Muham, Pelawi, Tukham, Brahmana (Mahyuddin, 2014:3). Melalui hubungan perdagangan dapat diperkirakan bahwa bangsa India yang datang ke Sumatera Utara juga membawa nilai-nilai kehidupan mereka termasuk ajaran Hindu. Ajaran tersebut kemudian diterima dan dikembangkan oleh masyarakat setempat. Seiring perkembangan zaman, keturunan bangsa India tersebut telah bercampur dan menjadi masyarakat setempat. Begitu pula dengan kebudayaan dan ajaran Hindu yang kemudian menjadi salah satu agama yang diakui di Indonesia. Di kota Medan sendiri banyak terdapat masyarakat yang beragama Hindu terutama dari etnis yang berasal dari tanah India antara lain Tamil, Telugu, Punjabi, Benggala, Bombay/Hindustan, dan lain-lain (Mahyuddin, 2014: 28). Masyarakat tersebut hidup berdampingan dengan masyarakat lain yang berbeda baik dari sisi etnis maupun dari sisi keyakinan. Perbedaan dan ragam budaya tersebut semestinya bisa dikelola demi kebaikan dan kekayaan budaya di kota Medan. 26

5 Masuknya masyarakat asal India di kota Medan juga tak terlepas dari sejarah masuknya perkebunan Belanda di abad 19. Di kala itu, banyak pekerja kontrak asal India yang didatangkan untuk bekerja di perkebunan tembakau milik Belanda di Medan. Untuk meningkatkan produktivitasnya, para pengusaha perkebunan antara lain memperluas areal perkebunan dan mendatangkan tenaga kerja. Penduduk pribumi setempat tampaknya tak berminat untuk bekerja sebagai buruh, karena itulah diupayakan mendatangkan buruh dari luar, yaitu etnis Cina dan India/Tamil. Untuk mengatasi hal ini, pihak perkebunan berupaya mendatangkan buruh dari daerah asalnya yaitu langsung dari Cina dan India atau memanfaatkan tenaga buruh dari Jawa melalui program transmigrasi oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Sejak itulah tenaga-tenaga buruh pada umumnya terdiri dari etnis Cina, Tamil/India, dan suku Jawa (Mahyudin, 2014:4-5). Para pekerja kontrak inilah kemudian beranak-pinak dan membaur menjadi warga kota Medan sekarang ini. Kedatangan bangsa India ke Nusantara, Medan khususnya, ini turut juga mempengaruhi keberadaan agama Hindu, Buddha, dan Sikh sampai hari ini. Hal ini dapat dilihat dari kondisi hari ini dimana mayoritas etnis Tamil tersebut banyak yang beragama Hindu dan Sikh. Di dalam agama tersebut terdapat berbagai macam ritual termasuk Bhajan (kidung suci penyebutan nama-nama Tuhan). Selain itu, termasuk juga terdapat bermacam aliran di dalamnya, salah satunya adalah sekte Sai Baba, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa Sathya Sai Baba adalah wujud inkarnasi Tuhan (avatara) di muka bumi. 27

6 2.3 Sathya Sai Baba Sathya Sai Baba adalah tokoh sentral yang dianggap sebagai avatara. Avatara adalah konsep yang berasal dari India yang berarti sebagai perwujudan Tuhan di muka bumi. Menurut kepercayaan Hindu, apabila kehidupan dunia mulai kacau maka Tuhan akan menitiskan dirinya ke bumi dalam wujud manusia dan Sathya Sai Baba adalah perwujudan sekaligus dari Dewa Siwa dan pendampingnya Shakti, Tuhan dan kekuatan Tuhan, Beliau mempunyai baik abu suci (vibhuti) maupun titik merah (kumkum) (Kasturi, 2009:17). Sathya Sai Baba lahir pada dini hari di tanggal 23 November 1926 di Puttaparti, suatu dukuh yang tenang di India Selatan. Nama semasa kecilnya adalah Satyanarayana dan nama ibunya adalah Ishvaramma sedangkan ayahnya bernama Pedda Venkapa. Sebelum kelahiran Sathya Sai Baba, berlangsung suatu kejadian. Pada waktu itu Puttaparti adalah dukuh kecil dan di tengah dusun itu terdapat sebuah sumur tempat penduduk mengambil air. Suatu hari Ishvaramma (ibu Sathya Sai Baba) sedang menimba air dari sumur tersebut. Tiba-tiba ia melihat sinar putih cemerlang yang timbul dari langit bagaikan kilat dan masuk kedalam rahimnya. Ada saksi mata lain bernama Subbamma yang pada waktu itu sedang berjalan keluar dari rumahnya dan melihat cahaya yang memasuki rahim Ishvaramma tersebut (Kasturi, 2009:1-10). Satyanarayana (Sai Baba kecil) adalah cucu kesayangan dari kakeknya, Kondama Raju seorang Hindu saleh yang melewati masa hidupnya di dunia selama 110 tahun dan juga seorang ahli seni musik dan drama. Kondama Raju suka mengumpulkan cucu-cucunya di sekeliling dipan dan menceritakan kisah para dewa dan orang-orang suci. Satyanarayana adalah cucu kesayangannya 28

7 karena selain dapat bernyanyi dengan suara merdu dan menarik, cucunya ini juga tidak suka pada makanan yang tidak vegetarian semenjak kecil (Kasturi, 2009:6). Sosok Sathya Sai Baba mempertunjukkan beberapa keajaiban sejak kecil. Hal ini semakin menguatkan pendapat masyarakat di sekitarnya bahwa ia adalah seorang avatara yang menitis di muka bumi. Ketika berusia kira-kira delapan tahun Sathya dinyatakan siap untuk melanjutkan pelajaran ke sekolah dasar yang lebih tinggi di Bukkapatnam, kira-kira empat kilometer jauhnya dari Puttaparti. Dalam usia semuda itu Sai Baba sudah menjadi guru bagi anakanak desa. Sesuai dengan julukan Brahmajnani atau orang yang sudah menyadari kenyataan diri sejati, suatu gelar yang diperoleh karena sifat tulus dan murni. Menurut Sathya Sai Baba aneka kegembiraan kecil di dunia yang fana ini sesungguhnya rendah nilainya bila dibandingkan dengan kebahagiaan tertinggi yang dapat dicapai melalui doa, pemusatan pikiran kepada Tuhan, penyangkalan diri, dan kepuasaan batin. Di tempatnya bersekolah karena Sathya Sai Baba avatara, ia sering dicari oleh orang-orang yang kehilangan barang berharga karena telah terkenal bahwa dengan intuisinya dapat melihat dan mengetahui letak segala sesuatu. 29

8 Gambar 2.2 Sathya Sai Baba berjalan di antara bhakta Sumber: Seiring perjalanan waktu, berita tentang keajaiban Sathya Sai Baba tersebar kemana-mana dan ia pun ramai dikunjungi orang-orang yang ingin mendapat berkah darinya. Ia duduk di atas batu dan di antara pepohonan untuk menyambut kedatangan orang-orang yang membawa bungan dan buah-buahan. Mereka secara beramai-ramai melantunkan nyanyian dari bait-bait yang diajarkan oleh Sathya Sai Baba. Puncaknya, Sathya Sai Baba menyatakan bahwa dirinya merupakan avatara pada Oktober 1940 (Pemajun, tanpa tahun:viii). Arus pengunjung semakin meningkat, tenda para pengunjung didirikan di mana-mana sehingga terasa ada kebutuhan untuk mendirikan sebuah asrama yang memadai. Demikianlah pada tahun 1945 didirikanlah 30

9 asrama yang pertama oleh para pengikutnya yang dirancang oleh Thirumala Rao asal Bangalore serta beberapa orang lainnya. Dari bulan ke bulan jumlah Bhakta (para pengikut) yang berkunjung terus meningkat. Asrama yang ada tidak muat lagi menampung para pengunjung yang datang. Para Bhakta pun merasa bahwa kamar Sai Baba terlalu sempit, rendah, dan selama initerpaksa tinggal justru di tengah hiruk pikuk, debu, serta kekacauan. Terutama pada perayaan hari suci tertentu, lokasi asrama penuh sesak dan dipadati para Bhakta dari berbagai penjuru. Oleh karena itu, sejumlah Bhakta memohon kepada Sathya Sai Baba menyetujui pendirian bangunan luas sebagai asrama baru. Akhirnya, di ulang tahunnya yang ke dua puluh lima, tepatnya pada tanggal 23 November 1950, diresmikanlah pembukaan lokasi dan gedung asrama yang baru yang oleh Sathya Sai Baba diberi nama Prashanti Nilayam berarti tempat kedamaian tertinggi terletak di Puttaparti, India bagian Selatan. 31

10 Gambar 2.3 Prashanti Nilayam di Puttaparti tampak dari luar Sumber: Gambar 2.4 Aula bagian dalam Prashanti Nilayam Sumber: archive.indianexpress.com/picture-gallery/in-memorium-srisathya-sai-baba Apabila Sathya Sai Baba berada di Prashanti Nilayam, sepanjang waktu ia sibuk memberi berkat kepada para Bhakta, yaitu memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan darshanatau melihat, sparshan atau 32

11 menyentuh kaki, dan sambhashan atau bercakap-cakap. Sathya Sai Baba juga makan dari makanan yang dimasak oleh para Bhakta. Sathya Sai Baba tidur di atas pembaringan yang dibentangkan di mimbar sebelah barat daya ruang doa di Prashanti Nilayamam. Pada saat Bhajan (kidung suci) dilakukan, Sathya Sai Baba hadir dan memberikan darshan (karunia dapat melihat Sathya Sai Baba) dan jua mengizinkan para Bhakta untuk menyentuh kaki (sparshan). Secara garis besar, Sathya Sai Baba mengajarkan bahwa dalam menjalani kehidupan mesti berlandaskan pada lima aspek atau dikenal dengan istilah Panca Pilar, yaitu kebenaran, kebajikan, kedamaian, kasih sayang, dan tanpa kekerasan. Setiap orang yang mengikuti ajaran Panca Pilar ini mesti hidup sebagai pribadi yang bijaksana dan penuh kasih sayang kepada sesama, dimana wacananya selalu menyampaikan kebenaran, tindakannya selalu mencerminkan kebajikan, perasaannya selalu dipenuhi kedamaian dan pandangannya selalu meyiratkan sikap tanpa kekerasan (SSGI, 2010: 49). Gambar 2.5 Panca Pilar Sathya Sai Baba Sumber: 33

12 Sathya Sai Baba juga mengajarkan kepada para pengikutnya untuk selalu berada di dalam kesadaran Tuhan. Menurut Sai Baba, hanya seseorang yang selalu berada dalam kesadaran Tuhan yang dapat mencapai kebebasan. Kesadaran Tuhan ini dapat dicapai dengan mengulang-ulang menyebut nama Tuhan sebelum melakukan tugas dan kewajiban dan bila sudah selesai, tutuplah dengan kata syukur dan terima kasih kepada Tuhan (SSGI, 2010: 6). Untuk mengingat kesadaran Tuhan di dalam diri para Bhakta atau pengikutnya, Sathya Sai Baba juga menjadikan Bhajan (kidung suci) sebagai pondasi dasar perjalanan spiritual untuk membersihkan batin (Pemajun, tanpa tahun: VIII). 2.4 Sekte Sai Baba (Sai Bhakta) di Kota Medan Sekitar tahun 500 S.M. Muncul beberapa kecenderungan yang kemudian dikenal sebagai sekte Bhakti yang menekankan pengertian pemujaan, pelayanan atau kebaktian yang mencakup pengertian percaya, taat dan berserah diri kepada dewa (Wasim, 1988: 75). Bhakta adalah orang-orang yang melakukan Bhakti, maka Sai Bhakta adalah orang-orang yang memuja, melakukan pelayanan dan kebaktian serta percaya, taat dan berserah diri kepada Sathya Sai Baba yang dipuja sebagai avatara (inkarnasi Tuhan di muka bumi). Para Sai Bhakta yang mempelajari dan mempraktikkan ajaran Sathya Sai Baba mengorganisir diri mereka di dalam sebuah wadah organisasi bernama Sai Study Group. Disebut Sai Study Group karena organisasi ini didirikan oleh Sathya Sai Baba sebagai wahana untuk mempelajari dan mengembangkan spiritualitas diri sebagaimana wacana Sathya Sai Baba dalam Pathway to God (SSGI, 2010: 108): 34

13 Organisasi Sai adalah forum untuk mempelajari dan mengembangkan nilai-nilai spiritualitas diri yang dipraktikkan melalui aktivitas pelayanan sosial. Tempat mengembangkan dan menyebarkan cinta kasih melalui aktivitas pelayanan pada sesama (love in action). Wahana untuk menumbuhkembangkan kesatuan (unity), kemurnian (purity) dan ketuhanan (divinity) pada diri sendiri. Wahana untuk melakukan transformasi kasih pada diri setiap orang, lingkungan, keluarga, dan masyarakat. Secara internasional, lembaga tertinggi Sai Study Group adalah Prashanti Council Prashanti Council yang bertempat di Puttaparti, India. Di bawahnya, terdapat India Organisation (khusus wilayah India) dan Overseas Organisation (di luar India) dimana Sai Study Group Indonesia (SSGI) termasuk di zona 4 (empat) regional Indonesia, Brunai, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. SSGI sendiri terbagi ke 9 (sembilan) kordinator wilayah, yaitu wilayah I (satu) mencakup Sumatera bagian utara (Medan, Aceh, Riau, Sumatera Barat); wilayah II (dua) mencakup Sumatera bagian (Lampung, Bengkulu, Jambi); wilayah III (tiga) mencakup Jawa bagian barat (Jawa Barat, Banten dan DKI); wilayah IV (empat) mencakup Jawa bagian tengah (Semarang, Yogyakarta); wilayah V (lima) mencakup Jawa Timur; wiayah VI (enam) mencakup Kalimantan; wilayah VII (tujuh) mencakup Bali, NTB, NTT; wilayah VIII (delapan) mencakup Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara; dan wilayah IX (sembilan) mencakup Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara (SSGI, 2010: 112). Dalam perkembangan Sai Study Group di Indonesia, terdapat kilas balik balik perjalanan Sai di Indonesia (SSGI, 2010: 12-14). Saat digelar Musyawarah Nasional ke-v (lima)sai Study Group Indonesia di Denpasar tanggal Januari 2010 yang lalu disampaikan kilas balik perjalanan 35

14 organisasi Sai di Indonesia dengan tujuan agar peserta Munas dapat melihat kembali arah perjalanannya. Musyawarah Nasional adalah ajang pertemuan tertinggi pengurus Sai Indonesia. Saat itulah arah, tujuan, aturan serta kebijakan strategis organisasi Sai Indonesia ke depan akan dirumuskan untuk selanjutnya dituangkan ke dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD & ART) serta Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Sai Study Group Indonesia (SSGI). Perjalanan organisasi Sai di Indonesia sudah melewati empat tahapan yaitu tahap pembangunan dasar, pembangunan pilar, penggalian identitas dan transformasi Sai. Pada masa Pembangunan dasar, ditandai dengan banyaknya tantangan yang harus dijawab berkaitan dengan keberadaan organisasi Sai di tanah air Indonesia. Hadir di tengah suasana politik yang serba terkontrol, tentu menuntut terbangunnya landasan organisasi yang secara terbuka dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Karenanya, sesepuh Sai saat itu memandang penting untuk sesegera mungkin merumuskan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi (saat itu masih bernama Yayasan Sathya Sai Baba Indonesia) sebagai dasar pijakan. Salah satu yang dicetuskan di dalam AD&ART tersebut adalah nama Sai Study Group. Nama ini memiliki arti strategis tersendiri dalam memposisikan organisasi Sai sebagai suatu wadah untuk mengkaji dan mempelajari nilai-nilai kebenaran, kebajikan, kasih sayang, kedamaian dan tanpa kekerasan yang pada hakikatnya sudah ada dalam diri setiap orang serta menjadi intisari dari semua ajaran agama di dunia. Tahap berikutnya adalah pembangunan pilar. Tahap ini diregulasi dalam 3 munas. Munas I (pertama) ditandai dengan terbentuknya nama Sai Study Group Indonesia (SSGI), digelar di Surabaya (16-18 Maret 1998). 36

15 Dilanjutkan dengan penyelengaraan munas II (dua) di Jakarta (15-16 Maret 2003), mengangkat tema Menuju Peningkatan Kinerja Organisasi Sathya Sai yang lebih Dinamis, Efisien dan Efektif. Munas III (tiga) diselenggarakan di Jogyakarta (4-5 Februari 2006) dengan mengambil tema Revitalisasi Organisasi untuk Meningkatkan Pelayanan. Ketiga munas tersebut kemudian disebut sebagai tahap pembangunan pilar organisasi. Tahap ini didasari oleh semangat untuk menyempurnakan kembali dasar pijakan organisasi Sai di Indonesia agar relevan dengan tuntunan jaman yang selalu mengalami perkembangan. Sebagai perwujudannya dilahirkanlah AD & ART yang telah disesuaikan dan disempurnakan dilengkapi dengan Garis-Garis Besar haluan Organisasi (GBHO) SSGI sebagai dasar kebijakan. Berikutnya adalah tahap pembangunan identitas Sai, yang diregulasi melalui Munas IV (empat) di Bedugul Bali (22-24 Februari 2008) dengan mengambil tema: Menyelaraskan Langkah, Mempertegas Identitas. Tema ini dihadirkan agar semua komponen di organisasi Sai memiliki satu kesamaan pandang dalam melangkah dan menentukan sikap. Identitas dimaksud meliputi (jati diri, visi, misi, budaya, personalitas, keunikan dan posisi Sai). Identitas Sai inilah diposisikan sebagai dasar sekaligus tujuan daripada organisasi Sai Study Group Indonesia. Sampai pada akhirnya Munas V (lima) kembali digelar di Denpasar untuk melanjutkan semangat musyawarah nasional sebelumnya ke tahapan Transformasi Sai dengan tema Transformasi Sai: Dalam Kesatuan Pandang dan Tindakan. Untuk saat ini, ketua Sai Study Group Indonesia (SSGI) dijabat oleh Bapak Mohan Leo, Bapak Krishnaputra sebagai penasehat, Bapak Anuarga Duarsa sebagai kordinator nasional bidang spiritual, Bapak I Nyoman Sumantra kordinator nasional bidang pendidikan, dan Bapak Usli 37

16 Sarli sebagai kordinator wilayah I (satu) yang mencakup Sumatera bagian utara (Medan, Aceh, Riau, Sumatera Barat). Di kota Medan sendiri terdapat orang-orang yang menjadi Sai Bhakta. Meskipun pada umumnya mayoritas masyarakat Hindu Tamil, namun, tak sedikit pula berasal dari masyarakat Tionghoa, pelaku ajaran spiritual, warga negara asing yang berkebetulan ada di Medan serta orang-orang dari berbagai latar belakang pula. Sai Bhakta di kota Medan dirintis oleh beberapa orang, yaitu Ram S Galani, Poah, Mohan Leo, dan Jumbiner Shem pada tahun Mereka memulai aktifitas Bhajan di jalan Jenggala nomor 71, yang sekarang menjadi tempat kursus belajar bernama Pinky Education Centre. Kegiatan Bhajan berjalan terus selama enam tahun pada tahun Kian hari orang-orang yang mengikuti Bhajan di tempat ini semakin ramai sehingga tempatnya mulai terasa sempit. Oleh karena itu, Bapak Ram, Bapak Mohan Leo, Bapak Poa dan Bapak Ganapathi selanjutnya membuka tempat diskusi ajaran Sai Baba dan Bhajan di Prashanti Griya Sai Centre (lantai dua Vihara Borobudur) di jalan Imam Bonjol nomor 21 pada tanggal 23 November Sembilan tahun berikutnya, 27 September 1998, dibuka lagi sebuah tempat diskusi ajaran Sai Baba di Jalan Lobak nomor 18 Medan yang bernama Kumara Shanti Sai Centre dan disusul dengan pendirian Sai Ganesha Sai Centre di Jalan Sunggal pada tanggal 1 September Meskipun Sai Bhakta di kota Medan dirintis semenjak tahun 1983, tetapi tahun 1989 dapat dianggap sebagai momentum berdirinya Sai Bhakta di kota Medan. 2 Menurutnya, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut orang-orang Wawancara dengan Bapak Ram S Galani pada tanggal 28 Januari 2 Wawancara dengan Bapak Mohan Leo pada tanggal 21 April

17 yang mengikuti dan berkumpul berdiskusi, serta melakukan praktik Bhajan sebagaimana diajarkan Sathya Sai Baba mulai ramai dan secara rutin melaksanakannya. Meskipun di tahun tersebut, organisasi formal Sai Study Group belum ada, namun menurutnya hal itu tidak menjadi permasalahan. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa tahun 1989 adalah waktu pendirian Sai Bhakta di kota Medan. Berikut ini adalah daftar nama pengurus Sai Centre periode di Prashanti Griya Sai Centre yang terletak di lantai dua vihara Borobudur jalan Imam Bonjol nomor 21: Nama Jabatan Niland Hendra Jaya Selly Liliana Ketua Wakil ketua Sekretaris Bendahara Parveen Alex Athiam Husin Aliu Soffyan Ahung Elly Yahya Wijani Sanjaya Nila Jenti Guik Hwa William Sanjaya Divisi Bhajan Divisi Sounds Divisi Seva Divisi Mahila Divisi Youth Putra Divisi Youth Putri Divisi Pendidikan Divisi Transportasi Divisi Multimedia, Dokumentasi, 39

18 dan Filling William Veren Ngo Divisi Dokumentasi Divisi Perpustakaan (Bagian dalam) (Tampak dari luar) Gambar 2.5 Prashanti Griya Sai Centre di Jalan Imam Bonjol nomor 21 Berikut ini adalah struktur kepengurusan Sai Ganesha Sai Centre periode yang terletak di Jalan Pinang Baris nomor 5E: Nama Jabatan Jaya Shankar Raja Ratenam Dewi Halim Selvia S Beby Mirna Pinky Ketua Wakil Ketua Sekretaris Wakil Sekretaris Bendahara Divisi Pendidikan Sarika Subatra Divisi Mahilavibhag Shanti N 40

19 Arathi Divisi Mading Priya Roshan Jai Kisen Divisi Dokumentasi Divisi Seva Nova Aswini Putu Divisi Bhajan Sarika Melvina Sandiya Komang Rai Divisi Youth Putra Rahul Anita Divisi Youth Putri Sitara (Saat Bhajan) (Saat lengang) Gambar 2.2 Sai Ganesha Sai Centre di Jalan Pinang Baris nomor 5E Berikut ini adalah struktur kepengurusan Kumara Shanti Sai Centre periode yang terletak di Jalan Lobak nomor 18: 41

20 Nama Jabatan Zulkarnen Shindu Selwi Jai Kisen Ketua Sekretaris Bendahara Divisi Bhajan Sanjai (Bagian dalam) (Tampak dari luar) Gambar Kumara Shanti Sai Centre di Jalan Lobak nomor 18 42

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk yang memiliki akal pikiran dan rasa. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk yang memiliki akal pikiran dan rasa. Di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang memiliki akal pikiran dan rasa. Di dalam kehidupan yang dijalani manusia, banyak terdapat cara hidup yang kompleks. Cara hidup tersebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah singkat event organizer Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu kegiatan, dalam prosesnya dikerjakan oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah. Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31 km² dan berjarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat () Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Binjai merupakan kota multi etnik yang dihuni oleh etnis Melayu, Jawa, Batak Karo, India dan Cina. Di antara etnik tersebut terdapat dua kelompok etnik yang berasal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kondisi Umum Kota Medan Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN

Markas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari ribuan pulau yang terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kaya ragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, bahasa, agama

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geografis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan

IV. GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geografis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan IV. GAMBARAN UMUM A. Kota Metro 1. Gambaran Umum Kota Metro Kota Metro secara geografis terletak pada 105,170-105,190 bujur timur dan 5,60-5,80 lintang selatan, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Kota Medan Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014

SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 SAMBUTAN WALIKOTA BANDUNG PADA ACARA PERINGATAN HARI JADI KE-204 KOTA BANDUNG TAHUN 2014 HARI/TANGGAL : KAMIS, 25 SEPTEMBER 2014 WAKTU : PUKUL 08.00 WIB TEMPAT : SE-KOTA BANDUNG BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan

BAB I PENDAHULUAN. menurut sumber lisan turun-menurun berasal dari bahasa simalungun: sima-sima dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu Kabupaten di Sumatra Utara. Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 03 16-02 22 Lintang Utara dan 98 25-99 32 Bujur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Masyarakat majemuk yang hidup bersama dalam satu wilayah terdiri dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentunya sangat rentan dengan gesekan yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara Republik Indonesia. Wilayah Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah yang termasuk 5 wilayah kota administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan semakin menjadi primadona sejak krisis ekonomi melanda Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan dengan masalah pengangguran dan kesenjangan yang ketiganya saling kait mengkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan di Sumatera Utara adalah sebuah kota yang tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari kalangan

Lebih terperinci

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta juga mempunyai seni dan budaya didalamnya. Orang Betawi yang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta juga mempunyai seni dan budaya didalamnya. Orang Betawi yang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta adalah kota besar yang tumbuh karena proses sejarah yang panjang. Disamping menjadi pusat pemerintahan dan kota metropolitan, Jakarta juga mempunyai seni

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 1998 TENTANG TIM KOORDINASI DAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI SUB REGIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 1998 TENTANG TIM KOORDINASI DAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI SUB REGIONAL KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 1998 TENTANG TIM KOORDINASI DAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI SUB REGIONAL Menimbang: a. bahwa Kerjasama Ekonomi Sub Regional antar daerah-daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan dalam pengembangannya terbuka untuk umum, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO Baik di industri furniture maupun industri lainnya, akan ada faktor eksternal yang akan mempengaruhi keberlangsungan bisnis perusahaan. Ada 5 faktor eksternal yang turut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kedatangan etnis Tamil dimulai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kota Medan 2.1.1 Letak Geografis Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN NOMOR: 002/SK/LI-ASA/VII/2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KEPENGURUSAN GERAKAN INDONESIA ASA

SURAT KEPUTUSAN NOMOR: 002/SK/LI-ASA/VII/2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KEPENGURUSAN GERAKAN INDONESIA ASA MENIMBANG : SURAT KEPUTUSAN NOMOR: 002/SK/LI-ASA/VII/2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KEPENGURUSAN GERAKAN INDONESIA ASA 1. Bahwa untuk mempercepat terwujudnya Cita-Cita Proklamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya paling BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1. Deskripsi Kabupaten Bima IV.1.1. Letak Dan Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bima terletak di Pulau Sumbawa bagian timur dan merupakan Kabupaten yang letaknya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. POS INDONESIA. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pos Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM PT. POS INDONESIA. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pos Indonesia BAB II GAMBARAN UMUM PT. POS INDONESIA 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Pos Indonesia Pos Indonesia merupakan sebuah badan usaha milik negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang layanan pos. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN GABUNGAN PERUSAHAAN SEJENIS PERKEBUNAN BESAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN GABUNGAN PERUSAHAAN SEJENIS PERKEBUNAN BESAR PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN GABUNGAN PERUSAHAAN SEJENIS PERKEBUNAN BESAR PRESIDEN, Menimbang : Bahwa untuk memperlancar dan memperkembangkan perusahaanperusahaan perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan dan melestarikan adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung adalah Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km 2 atau 19.772 hektar. Secara

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2014

PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2014 PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2014 1. STRUKTUR ORGANISASI 2. TUGAS DAN FUNGSI 3. VISI, MISI,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 87/12/Th. XVI, 2 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA OKTOBER MENCAPAI 719,9 RIBU

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN Nomor : KEP.23/PP.PPI/I/2017

SURAT KEPUTUSAN Nomor : KEP.23/PP.PPI/I/2017 PENGURUS PUSAT SURAT KEPUTUSAN Nomor : KEP.23/PP.PPI/I/2017 TENTANG : PERATURAN ORGANISASI NOMOR: PO.04/PP.PPI/XI/2016 TENTANG PENGURUS PUSAT MENIMBANG : 1. bahwa dalam rangka menciptakan tata kelola organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah negara Indonesia yang terdiri dari ± 18000 pulau besar dan kecil.diantara pulau-pulau tersebut ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni.pada

Lebih terperinci

5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS PINDAH/MUTASI DALAM NEGERI DAN LUAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA GARIS BESAR HALUAN KERJA PERIODE 2014-2015 BAB I PENDAHULUAN I. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Kerja Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) adalah pedoman dalam melaksanakan pola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Fenomena ini misalnya terlihat pada kasus penganut ajaran Sikh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengakuan terhadap 6 agama resmi di Indonesia membawa dampak tersendiri bagi penganut agama yang tidak termasuk dalam kategori agama yang diakui tersebut.

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Desa Tajau Pecah Desa Tajau Pecah adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Desa yang berpenduduk laki-laki

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Bijaksana, umat Katolik menyadari dan menghayati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Bangsa Tionghoa datang ke Indonesia sekitar 500 tahun yang lalu melalui kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara Tiongkok, menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa

I. PENDAHULUAN. Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa pendudukan Belanda. Desa Gedong Tataan di Provinsi Lampung merupakan basis pertama kolonialisasi petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan tanah perkebunan besar pada masa Hindia Belanda selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan tanah perkebunan besar pada masa Hindia Belanda selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan tanah perkebunan besar pada masa Hindia Belanda selalu menimbulkan sengketa antara pengusaha dengan rakyat. Hal ini disebabkan karena tanah perkebunan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS VI SD NEGERI BACIRO OLEH : ULFAH KHUMAYASARI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS VI SD NEGERI BACIRO OLEH : ULFAH KHUMAYASARI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS VI SD NEGERI BACIRO OLEH : ULFAH KHUMAYASARI 13108241151 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 68 `BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Medan. Zaman dahulu kota Medan dikenal dengan Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih 4 ha. Beberapa sungai melintasi

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mempercepat pembangunan Kawasan Timur Indonesia, daerah perbatasan,

Lebih terperinci

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif Gender menjadi aspek dominan dalam politik, dalam relasi kelas, golongan usia maupun etnisitas, gender juga terlibat di dalamnya. Hubungan gender dengan politik

Lebih terperinci

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2016 A. Gambaran Umum Pelayanan Informasi Publik BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk

BAB I PENDAHULUAN. armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan etnis Cina di Medan di mulai pada abad ke-15, dimana ketika armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk berdagang dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakikatnya, Indonesia telah mengenal sistem kebun sebagai sistem perekonomian tradisional dengan penanaman tanaman-tanaman seperti kopi, lada, kapur barus dan rempah-rempah,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci