Mengenang 30 Tahun Peristiwa Chernobyl

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengenang 30 Tahun Peristiwa Chernobyl"

Transkripsi

1 Mengenang 30 Tahun Peristiwa Chernobyl Yaziz Hasan Biro Hukum, Hubungan Masyarakat, dan Kerja Sama, Badan Tenaga Nuklir Nasional Pendahuluan Tiga puluh tahun telah berlalu, kecelakaan yang menimpa reaktor unit 4 Chernobyl pada Sabtu dini hari 26 April 1986 akan selalu dikenang sebagai peristiwa paling tragis dalam industri nuklir. Kendati tidak sampai melumpuhkan industri nuklir dunia, peristiwa itu merupakan pukulan dahsyat pada promosi pemanfaatan nuklir untuk pembangkitan listrik. Dalam arah yang positif, peristiwa tersebut telah memotivasi semua pihak agar senantiasa bertindak secara hati-hati dengan makin memperhatikan aspek-aspek keselamatan. Tanpa bermaksud ingin membangkitkan kembali trauma dan kepedihan yang timbul, marilah kita sejenak menengok kembali peristiwa tersebut. Apa yang sesungguhnya terjadi? Dan mengapa? Ini penting dalam rangka memberi pemahaman yang benar dan menempatkan secara tepat tentang sebab-sebab kecelakaan, serta bagaimana mengambil pelajaran penting dari peristiwa tragis ini. Kecelakaan terjadi ketika operator sedang melakukan pengujian pada sistem kontrol listrik dari salah satu reaktor di Kompleks PLTN Chernobyl. Kecelakaan itu terjadi karena kombinasi kekurangan teknik dasar dalam bidang reaktor dan tindakan salah operator: sistem pengaman dan keselamatan dimatikan, dan reaktor dioperasikan di bawah kondisi tidak stabil, situasi yang memungkinkan terjadinya lonjakan daya tidak terkendali. Ini menyebabkan kaskade kejadian yang mengakibatkan serangkaian ledakan dan kebakaran yang merusak dengan parah gedung dan teras reaktor, dan menyebabkan pelepasan sejumlah besar zat radioaktif selama sepuluh hari. Bencana Chernobyl di Republik Sosialis Soviet Ukraina, Uni Soviet (sekarang Ukraina) dianggap sebagai kecelakaan pembangkit listrik nuklir terburuk dalam sejarah dan berada pada level 7 Skala Peristiwa Nuklir Internasional (INES). Informasi rinci tentang apa yang kini diketahui tentang kecelakaan dan urutan kecelakaan telah dilaporkan, khususnya pada tahun 1986 dan 1992 oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), pada tahun 1994 dalam sebuah laporan dari Massachusetts Institute of Technology, pada 1995 oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Ukraina, dan pada tahun oleh Institut Kurchatov. Penjelasan dari peristiwa-peristiwa yang mengarah pada kecelakaan dan tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan konsekuensinya diberikan dalam paragraf-paragraf berikut. Seperti halnya dalam sebuah kecelakaan yang tidak terduga dan tidak diketahui, banyak pertanyaan yang perlu jawaban. Lokasi kecelakaan Kompleks PLTN Chernobyl, terletak sekitar 130 km sebelah utara Kiev, Ukraina (kala itu bagian dari Uni Soviet), dan selatan sekitar 20 km dari perbatasan dengan Belarusia, terdiri dari empat reaktor nuklir desain RBMK-1000, Unit 1 dan 2 dibangun antara tahun 1970 dan 1977, sedangkan Unit 3 dan 4 dengan desain yang sama diselesaikan pada tahun Dua lagi reaktor RBMK sedang dalam proses pembangunan pada saat kecelakaan. Secara keseluruhan keempat reaktor itu memasok 10 persen kebutuhan listrik Ukraina.

2 Di tenggara kompleks, terdapat danau buatan seluas sekitar 22 km persegi, yang dibangun untuk menyediakan air pendingin reaktor. Danau ini terletak di samping sungai Pripyat, sebuah anak sungai Dniepr. Daerah ini digambarkan sebagai hutan tipe-belarusia dengan kepadatan penduduk rendah. Sekitar 3 km dari reaktor, di kota baru, Pripyat, bermukim penduduk. Kota tua Chernobyl, yang memiliki jumlah penduduk 12500, terletak sekitar 15 km ke arah tenggara dari kompleks. Dalam radius 30 km, total penduduk adalah antara dan Reaktor RBMK-1000 Pada saat kecelakaan Chernobyl, Program Energi Nuklir Soviet didasarkan pada dua jenis desain reaktor, WWER, reaktor air ringan bertekanan, dan RBMK, reaktor air ringan bermoderator grafit. Sementara jenis reaktor WWER diekspor ke negaranegara lain, desain RBMK dibatasi hanya untuk republik-republik Uni Soviet. Hampir setengah reaktor-reaktor Soviet menggunakan moderator grafit. Ada 15 RBMK yang beroperasi di Uni Soviet kala itu, sementara 40 reaktor lainnya mirip dengan desain reaktor yang ada di negara-negara Barat. Empat reaktor RBMK-1000 di Chernobyl mewakili teknologi kasar berusia 30 tahun pada saat kecelakaan. Mereka sebenarnya sama dengan yang digunakan oleh Enrico Fermi di Universitas Chicago pada 1942 ketika menciptakan reaksi berantai pertama dunia. Angka 1000 menunjukkan 1000MW (listrik). RBMK-1000 adalah reaktor air ringan tipe tabung tekan bermoderator grafit dan berbahan bakar uranium dioksida diperkaya rendah (2% U-235). Ini adalah reaktor didih air ringan, dengan uap diumpan langsung ke turbin, tanpa disela penukar-panas. Air yang dipompakan ke bagian bawah saluran (kanal) bahan bakar akan mendidih saat naik ke atas melewati tabung tekanan, menghasilkan uap yang akan diumpan pada dua turbin 500 MWe [megawat listrik]. Air bertindak sebagai pendingin sekaligus menyediakan uap yang digunakan untuk menggerakkan turbin. Tabung tekanan vertikal berisi bahan bakar uranium-dioksida berkelongsong paduanzirkonium dimana di sekitarnya air pendingin mengalir. Sebuah mesin pemuat bahan bakar yang dirancang khusus memungkinkan bundel-bundel bahan bakar dapat diganti tanpa perlu memadamkan reaktor. Moderator, yang berfungsi memperlambat neutron agar lebih efisien dalam menghasilkan fisi dalam bahan bakar, dibuat dari grafit. Grafit dipilih sebagai moderator karena murah dan melimpah. Suatu campuran nitrogen dan helium disirkulasi antara blok-blok grafit terutama untuk mencegah oksidasi grafit dan untuk meningkatkan transmisi panas yang dihasilkan oleh interaksi neutron dalam grafit, dari moderator ke saluran bahan bakar. Teras sendiri berukuran tinggi sekitar 7 m dan diameter sekitar 12 m, memuat sejumlah 220 ton bahan bakar, menjadikan reaktor RBMK-1000 berukuran besar. Ada empat pompa sirkulasi pendingin utama, salah satunya selalu siaga. Reaktivitas atau daya reaktor dikendalikan dengan menaikkan atau menurunkan 211 batang kendali, yang, jika diturunkan, menyerap neutron dan mengurangi laju reaksi fisi. Untuk mengendalikan reaktor digunakan batang kendali dari batang boron karbida berujung grafit. Di antara ujung grafit dan batang boron karbida terdapat ruang kosong sepanjang 1 m yang bakal terisi air pendingin ketika dimasukkan ke dalam reaktor. Dilengkapi dua jenis batang kendali: manual dan otomatis. Output daya reaktor ini adalah 3200 MWt (megawat termal) atau setara 1000 MWe, walaupun ada versi lebih besar yang dapat memproduksi 1500 MWe. Berbagai sistem keamanan dan keselamatan, seperti sistem pendingin teras darurat dan

3 keperluan untuk penyisipan mutlak minimal 30 batang kendali, disertakan dalam desain dan operasi reaktor. Karakteristik paling penting dari reaktor RBMK adalah bahwa ia memiliki "koefisien rongga (void) positif. Ini berarti bahwa jika daya meningkat atau aliran air berkurang, terjadi peningkatan produksi uap di saluran bahan bakar, sehingga neutron yang harusnya telah diserap oleh air yang lebih padat sekarang justeru menimbulkan peningkatan fisi dalam bahan bakar. Namun, dengan meningkatnya daya, demikian juga suhu bahan bakar, akan memiliki efek mengurangi fluks neutron (koefisien bahan bakar negatif). Efek gabungan dari kedua karakteristik yang berlawanan bervariasi terhadap tingkat daya. Pada tingkat daya tinggi operasi normal, efek suhu mendominasi, sehingga ekskursi daya yang mengarah pada panas berlebihan bahan bakar tidak terjadi. Namun, pada output daya yang lebih rendah kurang dari 20% maksimum, efek koefisien rongga positif menjadi dominan dan reaktor menjadi tidak stabil dan rentan terhadap peningkatan daya tiba-tiba. Ini merupakan faktor utama yang memberi ruang terjadinya kecelakaan. Motivasi percobaan untuk perbaikan keselamatan Jumat siang hari 25 April 1986, reaktor 4 akan dipadamkan untuk pemeliharaan rutin ketika telah mendekati akhir siklus bahan bakar pertama. Percobaan sesuai rencana telah dijadwalkan untuk menguji segi potensi keselamatan pendinginan teras darurat selama proses pemadaman. Salah satu masalah yang memusingkan manajemen Chernobyl adalah bagaimana menjaga pompa pendingin tetap bekerja sebagaimana mestinya meski aliran listrik terputus. Manajemen tidak menginginkan kejadian pelelehan teras karena kehilangan aliran pendingin seperti yang menimpa Three Mile Islands, Pennsylvania (AS), 28 Maret 1979 terulang pada fasilitas mereka. Sebagaimana diketahui bahwa setelah suatu pemadaman darurat (scram), segera diperlukan pendinginan untuk menjaga suhu teras reaktor tetap rendah guna menghindari kerusakan bahan bakar. Reaktor RBMK-1000 ini terdiri dari 1600 saluran bahan bakar individual dan tiap saluran operasional membutuhkan aliran 28 metrik ton (28000 liter) air per jam. Timbul kekhawatiran bahwa dalam kasus kegagalan daya eksternal, akan menyebabkan pemadaman keselamatan otomatis, dimana tidak ada daya eksternal yang menjalankan pompa-pompa air pendingin reaktor. Reaktor-reaktor Chernobyl dilengkapi dengan tiga generator diesel cadangan. Generator-generator tersebut perlu 15 detik untuk dihidupkan, tetapi perlu lagi detik untuk mencapai kecepatan penuh dan mencapai kapasitas sebesar 5,5 MWe yang dibutuhkan untuk menjalankan satu pompa air pendingin utama. Reaktor nuklir memerlukan aliran pendingin untuk menghilangkan panas peluruhan, bahkan ketika sedang tidak aktif membangkitkan daya. Dalam hal kegagalan daya eksternal, reaktor secara otomatis akan scram: batang-batang kendali akan terinsersi dan menghentikan proses fisi nuklir (dan sebagai akibatnya pembangkitan uap). Namun, dalam bahan bakar bekas, produk-produk fisi itu sendiri adalah radioaktif dan masih terus menghasilkan panas ketika mereka meluruh. Ini bisa sebesar 1-2 persen dari output normal daya reaktor. Jika tidak segera diambil oleh sistem pendingin, panas tersebut bisa menimbulkan kerusakan teras reaktor. Kesenjangan daya satu menit ini dianggap tidak dapat diterima dan disarankan bahwa energi mekanik (momentum rotasi) dari turbin uap dapat digunakan untuk menghasilkan listrik untuk menjalankan pompa air pendingin utama sewaktu putarannya melambat yang akhirnya akan berhenti. Dalam teori, analisis menunjukkan bahwa momentum sisa memiliki potensi untuk memberikan daya

4 selama 45 detik, yang akan menjembatani kesenjangan daya antara awal kegagalan daya listrik eksternal dan ketersediaan daya listrik penuh dari generator diesel darurat, tapi kemampuan ini perlu dikonfirmasi secara eksperimental. Percobaan-percobaan sebelumnya berakhir gagal. Suatu percobaan awal 1982 menunjukkan bahwa tegangan eksitasi generator-turbin tidak cukup; ia tidak mempertahankan medan magnet generator yang diinginkan selama putaran sisa (spin-down). Sistem ini dimodifikasi, dan pada 1984 pengujian diulang, tapi pengujian ulang terbukti juga tidak berhasil. Pada 1985 pengujian dicoba untuk ketiga kalinya, tetapi juga menghasilkan hasil negatif. Setelah dilakukan pengembangan tambahan pada turbogenerator, dirasakan perlu adanya eksperimen ulang dan prosedur pengujian ini harus diulang lagi pada Pilihan jatuh pada reaktor unit 4 dengan jadwal waktu pada Jumat 25 April 1986, mengingat reaktor ini memang hendak dimatikan guna menjalani perawatan dan perbaikan rutin. Pengujian difokuskan pada rangkaian pemindah pasokan listrik reaktor. Karena prosedur pengujian akan dimulai ketika reaktor discram secara otomatis pada awal sekali dari percobaan, percobaan tidak diantisipasi akan memiliki efek yang merugikan keselamatan reaktor. Program pengujian juga tidak dikoordinasikan secara resmi dengan kepala perancang reaktor maupun manajer ilmiah. Sebaliknya, hanya disetujui oleh direktur pembangkit, dan bahkan persetujuan ini tidak konsisten dengan prosedur yang ditetapkan. Menurut parameter-parameter pengujian, pada awal percobaan, output termal reaktor seharusnya tidak lebih rendah dari 700 MW. Jika kondisi sudah seperti yang direncanakan, pengujian hampir pasti akan berjalan dengan selamat; bencana terjadi sebagai akibat dari upaya untuk meningkatkan output reaktor setelah percobaan dimulai, tidak konsisten dengan prosedur yang telah disetujui. Reaktor ini telah beroperasi selama dua tahun tanpa kemampuan untuk melalui detik pertama dari kehilangan total daya listrik, aspek penting keselamatan. Para manajer stasiun berharap dapat memperbaiki hal ini pada kesempatan pertama. Ini menjelaskan mengapa mereka terus melanjutkan pengujian bahkan ketika masalah serius muncul, dan mengapa persetujuan yang diperlukan untuk pengujian ini tidak dimintakan dari regulator pengawas nuklir Soviet, walaupun ada perwakilannya di kompleks keempat reaktor tersebut. Prosedur eksperimen direncanakan akan berjalan sebagai berikut: - reaktor harus dijaga pada daya rendah, tetapi > 700 MWt, - turbin uap akan dijalankan sampai dengan kecepatan penuh, - bila kondisi tersebut tercapai, pasokan uap harus ditutup, -turbin akan dibiarkan berputar bebas (freewheel) melambat, dan - kinerja generator harus dicatat untuk menentukan apakah ia bisa memberikan daya antara bagi pompa pendingin. Tindakan yang menyebabkan kecelakaan Kondisi untuk menjalankan pengujian ditetapkan sebelum shift pagi 25 April Para pekerja shift pagi sebelumnya telah diinstruksikan tentang pengujian dan akrab dengan prosedur. Sebuah tim khusus insinyur listrik hadir untuk menguji sistem pengatur tegangan yang baru. Sesuai rencana, pada tanggal 25 April pengurangan bertahap pada output daya dimulai pukul 01:06 dini hari, dan pada awal shift tingkat daya telah mencapai 50%. Pembangkit tenaga listrik daerah lain tak terduga berhenti memasok daya ke grid, dan pengontrol grid listrik Kiev meminta agar pengurangan output lebih lanjut reaktor Chernobyl ditunda, karena daya dibutuhkan untuk

5 memenuhi permintaan puncak malam. Direktur reaktor Chernobyl setuju dan pengujian ditunda. Pukul 11:04 malam, pengendali grid Kiev memperbolehkan proses pemadaman reaktor untuk dilanjutkan. Keterlambatan ini memiliki beberapa konsekuensi serius: shift pagi sudah lama pulang, shift sore itu juga bersiap-siap untuk pulang, dan shift malam tidak akan mengambil alih sampai tengah malam, baik dalam pekerjaan. Pengurangan cepat lanjutan dengan tingkat daya 50% sebenarnya dilaksanakan selama pergantian shift. Menurut rencana, pengujian harus telah selesai pada siang hari dan shift malam hanya akan menjaga sistem pendingin panas peluruhan pada stasiun yang telah padam; shift malam memiliki waktu sangat terbatas untuk mempersiapkan dan melakukan percobaan. Alexander Akimov adalah kepala shift malam, dan Leonid Toptunov adalah operator yang bertanggung jawab atas rezim operasional reaktor, termasuk pergerakan batang kendali. Toptunov adalah seorang insinyur muda yang telah bekerja secara mandiri sebagai insinyur senior selama sekitar tiga bulan. Rencana pengujian menyaratkan output daya reaktor harus dikurangi dari nominal MWt menjadi MWt. Level daya yang ditetapkan dalam program pengujian (700 MWt) dicapai pada 00:05 dini hari 26 April; namun, karena produksi alamiah penyerap neutron dalam teras, xenon-135, daya reaktor terus menurun, bahkan tanpa tindakan operator. Saat daya mencapai sekitar 500 MWt, Toptunov melakukan kesalahan dengan memasukkan batang kendali terlalu dalam, membawa reaktor ke keadaan hampir padam. Keadaan yang tepat mungkin tidak akan pernah diketahui, karena keduanya Akimov dan Toptunov meninggal karena paparan radiasi. Daya reaktor turun menjadi 30 MWt (atau kurang) tingkat daya benar-benar mendekati padam sekitar 5 persen dari level daya awal minimum yang ditetapkan aman untuk pengujian. Personil ruang kendali membuat keputusan untuk mengembalikan daya dan mengangkat batang-batang kendali reaktor, meskipun beberapa menit berlalu setelah pengangkatan sampai output daya mulai meningkat dan kemudian stabil pada MWt. Dalam hal ini sebagian besar batang kendali telah ditarik hingga batas atasnya, tetapi nilai rendah marjin reaktivitas operasional membatasi peningkatan lebih lanjut daya reaktor. Penurunan cepat daya dan operasi berikutnya pada tingkat kurang dari 200 MWt menyebabkan peningkatan keracunan teras reaktor oleh akumulasi xenon-135, yang membuatnya perlu untuk mengangkat batang kendali yang lain dari teras reaktor. Meskipun ada perintah operasi standar bahwa minimal 30 batang kendali yang diperlukan untuk menjaga kendali reaktor, dalam pengujian hanya 6-8 batang kendali yang benar-benar digunakan. Sebagian besar batang kendali telah ditarik untuk mengkompensasi meningkatnya xenon yang bertindak sebagai penyerap neutron dan mengurangi daya. Ini berarti bahwa jika ada lonjakan daya, diperlukan kira-kira 20 detik untuk menurunkan kembali batang kendali dan memadamkan reaktor. Meskipun demikian, diputuskan tetap melanjutkan program pengujian. Terjadi peningkatan aliran pendingin yang mengakibatkan penurunan tekanan uap. Trip otomatis yang bertindak memadamkan reaktor ketika tekanan uap rendah, telah ditiadakan. Dalam rangka mempertahankan daya, operator lalu menarik hampir semua batang kendali yang tersisa. Akibatnya reaktor menjadi sangat tidak stabil dan operator harus melakukan penyesuaian setiap beberapa detik berusaha mempertahankan daya konstan. Pada sekitar saat inilah, operator mengurangi aliran air umpan (feedwater), mungkin untuk menjaga tekanan uap. Secara bersamaan, pompa-pompa yang digerakkan oleh turbin yang melambat tidak cukup memberikan air pendingin ke

6 reaktor. Hilangnya air pendingin memperparah kondisi tidak stabil reaktor dengan meningkatnya produksi uap di saluran pendingin (koefisien rongga positif), dan operator tidak bisa mencegah lonjakan daya sangat besar, diperkirakan 100 kali output daya nominal. Peningkatan produksi panas tiba-tiba ini merusak bagian bahan bakar dan partikel-partikel kecil bahan bakar yang panas, bereaksi dengan air, menyebabkan ledakan uap, yang menghancurkan teras reaktor. Sebuah ledakan kedua memperparah kehancuran dua sampai tiga detik kemudian. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan ledakan, diduga bahwa yang pertama adalah ledakan uap/bahan bakar panas, dan mungkin hidrogen yang memainkan peran pada ledakan kedua yang bersifat kimiawi (bukan nuklir) dari reaksi hidrogen yang bercampur dengan udara. Ini terjadi pada Sabtu 26 April 1986, pukul 01:23:58 dini hari waktu setempat. Atap bangunan reaktor terangkat tinggi ke atas, sementara teras meleleh dan luluh lantak. Ini segera menyebarkan partikulat dan debu radioaktif dalam jumlah besar yang mengandung gas produk fisi termasuk iodium-131, caesium-137, strontium-90, dan produk lainnya yang sangat radioaktif. Teras reaktor yang telah terbuka juga memungkinkan oksigen dari atmosfer bereaksi dengan teras reaktor yang luar biasa panas yang mengandung 1700 metrik ton moderator grafit yang mudah terbakar. Moderator grafit terbakar meningkatkan emisi partikel radioaktif, yang terbawa asap. Kejadian selanjutnya telah dapat diduga sungguh tragis dan menyedihkan. Langkah penanganan kecelakaan Ledakan yang terjadi sekitar 1:24 dini hari ini mengangkat teras ke atas dan menghancurkan sebagian besar bangunan. Bahan bakar, komponen-komponen teras, dan bagian-bagian struktural lainnya terlontar dari ruang reaktor ke atap bangunan yang berdekatan dan pada semua halaman bangunan reaktor. Pelepasan zat radioaktif ke lingkungan juga terjadi sebagai akibat dari ledakan ini. Puing-puing teras yang terlempar oleh ledakan mulai memicu beberapa kebakaran (lebih dari 30) di atap gedung reaktor dan ruang mesin, yang ditutupi dengan tar yang sangat mudah terbakar. Beberapa kebakaran itu menyebar ke ruang mesin dan melalui tabung kabel, ke sekitar reaktor Unit 3. Kelompok pertama terdiri dari 14 petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kecelakaan pada 1:28. Bala bantuan dikerahkan sampai sekitar pukul 4 pagi, ketika 250 petugas pemadam kebakaran siap siaga dan 69 aktif berpartisipasi dalam kegiatan pengendalian kebakaran. Kegiatan ini dilakukan sampai dengan 70 m di atas tanah dalam kondisi tingkat radiasi tinggi dan asap tebal yang dahsyat. Hingga 2:10, api terbesar di atap ruang mesin telah berhasil dipadamkan, sementara hingga 2:30 kebakaran terbesar di atap ruang reaktor berada di bawah kontrol. Sekitar 4:50, sebagian besar api telah padam. Tindakan ini menyebabkan kematian lima petugas pemadam kebakaran. Tidak jelas apakah api itu berasal dari rongga reaktor selama 20 jam pertama setelah ledakan. Namun, ada uap dan air yang cukup besar karena tindakan dari petugas pemadam kebakaran dan personil reaktor. Sekitar 20 jam setelah ledakan, pada 9:41 malam, kebakaran besar muncul ketika bahan dalam reaktor menjadi sangat panas memicu gas mudah terbakar yang dilepaskan dari teras yang hancur, misalnya, hidrogen dari reaksi zirkonium dengan air dan karbon monoksida dari reaksi grafit panas dengan uap. Kebakaran menimbulkan suara ledakan dan nyala besar yang awalnya mencapai paling sedikit 50 m di atas puncak gedung reaktor yang hancur. Langkah pertama yang diambil untuk mengendalikan api dan pelepasan radionuklida terdiri dari menjatuhkan senyawa-senyawa penyerap neutron dan bahan

7 pengendali api ke dalam kawah yang dibentuk oleh kehancuran reaktor. Jumlah bahan yang dijatuhkan sekitar ton, yang meliputi sekitar 40 ton senyawa boron, ton timbal, ton pasir dan tanah liat, dan 600 ton dolomit, serta cairan fosfat natrium dan polimer. Sekitar 150 ton bahan itu dibuang pada tanggal 27 April, diikuti oleh 300 ton pada tanggal 28 April, 750 ton pada tanggal 29 April, 1500 ton pada 30 April, 1900 ton pada tanggal 1 Mei, dan 400 ton pada tanggal 2 Mei. Sekitar penerbangan helikopter dilakukan untuk menjatuhkan bahan ke reaktor yang terbakar. Selama penerbangan-penerbangan pertama, helikopter tetap diam di atas reaktor sambil menjatuhkan bahan. Namun, ketika laju dosis yang diterima oleh pilot helikopter selama prosedur ini dinilai terlalu tinggi, maka diputuskan bahwa bahan harus dijatuhkan sambil helikopter melintas di atas reaktor. Prosedur ini, yang memiliki akurasi yang buruk, menyebabkan kerusakan tambahan bangunan yang berdiri dan menyebarkan pencemaran. Bahkan, banyak bahan yang diangkut oleh helikopter itu dibuang di atas atap ruang reaktor, di mana pijaran api terlihat, karena teras reaktor sebagian terhalang oleh perisai biologis bagian atas, pipa yang rusak, dan sampah lainnya, dan meningkatnya asap membuat sulit untuk melihat dan mengidentifikasi lokasi teras. Kegiatan menjatuhkan bahan berhenti di hari ke-7 (2 Mei) hingga hari ke-10 (5 Mei) setelah kecelakaan karena ketakutan bahwa struktur pendukung bangunan tidak bisa menahan dan alasan teknis lainnya. Setelah puing reaktor dipastikan telah mati dan dingin, sebuah struktur sarkofagus raksasa dibangun untuk menyelubungi seluruh puing pada Desember Dampak Kecelakaan Sampai 2005, IAEA dan WHO mencatat jumlah korban tewas 56 orang (47 kru reaktor dan petugas pemadam kebakaran serta 9 anak-anak yang menderita kanker tiroid). Dari 6,6 juta orang yang terpapar radioisotop, diperkirakan 9000 diantaranya terpapar berat. Hingga 2002 dideteksi terdapat 4000 kasus anak penderita kanker tiroid. Setelah kecelakaan, sekitar orang diungsikan, sebagian besar dari zona radius 30 km. Mencakup sekitar orang dari kota Pripyat. Diperkirakan orang menerima dosis radiasi yang melebihi 45 rem. Dosis tiroid yodium-131 setinggi 250 rem terukur pada beberapa anak Lelev. Kebanyakan korban tewas disebabkan oleh keracunan radiasi. Sulit untuk mengukur secara akurat berapa jumlah kematian yang disebabkan oleh kejadian Chernobyl, sebagaimana dari waktu ke waktu menjadi lebih sulit untuk menentukan apakah kematian itu telah disebabkan oleh paparan radiasi. Laporan 2005 yang disusun oleh Forum Chernobyl, dipimpin oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengindikasikan kurang dari 50 kematian langsung (termasuk sembilan anak-anak penderita kanker tiroid) dan diperkirakan bahwa mungkin ada 4000 kematian kanker tambahan dari waktu ke waktu di antara sekitar orang yang terkena paparan paling tinggi. Meskipun Zona Larangan Chernobyl dan beberapa zona terbatas tertentu lainnya tetap terlarang, saat ini sebagian besar kawasan yang terkena dianggap telah aman bagi pemukiman dan aktivitas ekonomi. Beberapa angka berlebihan telah diterbitkan mengenai jumlah kematian disebabkan oleh kecelakaan Chernobyl. Sebuah publikasi oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memberikan dukungan pada angka-angka berlebihan ini. Namun, Ketua UNSCEAR menegaskan bahwa "laporan ini penuh dengan laporan yang tidak memiliki dukungan dalam penilaian ilmiah", dan laporan Forum Chernobyl juga menolaknya.

8 Komite Ilmiah Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR), bekerjasama dengan WHO, selama 20 tahun telah melakukan penelitian ilmiah dan epidemiologi rinci tentang efek kecelakaan Chernobyl. Selain dari 57 kematian langsung dalam kecelakaan itu sendiri, UNSCEAR awalnya memperkirakan sampai 4000 kasus kanker tambahan karena kecelakaan itu. Namun, laporan UNSCEAR terbaru menunjukkan bahwa estimasi ini telah dibesar-besarkan. Selain itu, IAEA menyatakan bahwa tidak ada peningkatan angka lahir cacat atau kelainan, atau kanker lainnya (seperti kanker paruparu) menguatkan penilaian UNSCEAR. Forum Chernobyl adalah pertemuan reguler IAEA, organisasi PBB lainnya (FAO, UN-OCHA, UNDP, UNEP, UNSCEAR, WHO, dan Bank Dunia), dan pemerintah Belarusia, Rusia, dan Ukraina yang membahas isu-isu kajian ilmiah yang teratur dari bukti efek kesehatan dari kecelakaan Chernobyl. Forum Chernobyl menyimpulkan bahwa dua puluh delapan pekerja darurat meninggal karena sindrom radiasi akut termasuk luka bakar beta dan 15 pasien meninggal karena kanker tiroid, dan secara kasar diperkirakan bahwa kematian akibat kanker Chernobyl dapat mencapai total sekitar 4000 di antara orang telah menerima paparan terbesar. Juga disimpulkan bahwa risiko yang lebih besar daripada efek jangka panjang paparan radiasi adalah risiko pada kesehatan mental ketakutan berlebihan tentang efek radiasi. Cap sebagai korban ketimbang sebagai yang selamat telah membuat mereka menganggap diri mereka sebagai tak tertolong, lemah dan kehilangan kontrol atas masa depan mereka. Laporan lain yang mengkritik laporan Forum Chernobyl dikeluarkan oleh Greenpeace, yang sangat terkenal dengan posisi anti-nuklirnya. Dalam laporannya, Greenpeace menduga bahwa: "angka-angka yang diterbitkan baru-baru ini menunjukkan bahwa di Belarusia, Rusia dan Ukraina saja kecelakaan itu diperkirakan bisa mengakibatkan kematian tambahan dalam periode antara tahun 1990 dan 2004." Namun, laporan Greenpeace tersebut gagal membedakan antara kenaikan umum dalam jumlah kanker menyusul bubarnya sistem perawatan kesehatan Uni Soviet dan efek terpisah dari kecelakaan Chernobyl. Terakhir, dalam laporan Dokter Internasional untuk Pencegahan Perang Nuklir (IPPNW) afiliasi Jerman menyatakan bahwa lebih dari orang sekarang terkena kanker tiroid dan kasus diperkirakan di masa depan. Namun, menurut beberapa komentator, baik laporan Greenpeace maupun IPPNW mengandung banyak kelemahan karena tidak adanya penelitian asli dan kegagalan untuk memahami data epidemiologi. Dikatakan, penting untuk dicamkan bahwa banyak kesimpulan laporan seperti dari UNSCEAR akan tetap dibantah oleh kelompok-kelompok anti-nuklir. Chernobyl hari ini Puing reaktor Chernobyl sekarang ditutup dengan sebuah sarkofagus (cungkup) beton besar, yang dibangun dengan cepat untuk memungkinkan berlangsungnya operasi reaktor lainnya di kompleks tersebut. Pengungkung Keselamatan yang baru telah dibangun akhir 2005, namun mengalami penundaan dan kini diharapkan selesai pada Bangunan tersebut dibangun dekat pelindung yang sekarang dan kemudian akan didorong ke posisinya menggunakan bantalan rel. Cungkup berupa lengkungan logam dengan tinggi 105 meter dan merentang 257 meter, untuk melindungi puing reaktor. Dana Perlindungan Chernobyl, yang dibentuk 1997, telah menerima 810 juta euro dari donor internasional. Terdapat Zona Larangan 27 km sekitar Chernobyl di mana secara resmi tidak ada yang diizinkan tinggal, kecuali penduduk tua. Para pemukim kembali ini adalah

9 orang-orang tua yang hidup di wilayah tersebut sebelum kecelakaan. Saat ini ada sekitar orang antara usia 60 dan 90 yang tinggal di dalam Zona sekitar Chernobyl. Keluarga muda diizinkan untuk mengunjungi, tapi hanya untuk periode waktu singkat. Akhirnya tanah dapat dimanfaatkan untuk beberapa jenis tujuan industri yang akan melibatkan tapak-tapak beton. Zona Larangan juga dilaporkan sebagai surga bagi satwa liar. Ketika manusia diungsikan dari daerah tersebut 30 tahun yang lalu, terjadi peningkatan populasi hewan dan hewan-hewan spesies langka yang selama berabad-abad tidak pernah terlihat telah kembali atau telah muncul kembali, misalnya lynx, babi hutan, serigala, beruang coklat Eurasia, bison Eropa, kuda Przewalski, dan burung elang. Burungburung bahkan membuat sarang di dalam retakan sarkofagus beton yang melindungi puing reaktor yang hancur. Zona Larangan begitu penuh dengan satwa liar dan tanaman hijau yang pada 2007 pemerintah Ukraina menunjuknya sebagai cagar alam satwa liar, Chernobyl Khusus, dan salah satu cagar alam terbesar di Eropa. Menurut laporan PBB tahun 2005, satwa liar telah kembali meski tingkat radiasi saat ini kali lebih tinggi dari radiasi latar normal. Meskipun secara signifikan lebih tinggi sesaat setelah kecelakaan, tingkat radiasi telah turun jauh karena peluruhan radioaktif. Beberapa peneliti menyatakan bahwa dengan menghentikan penghancuran habitat, bencana Chernobyl membantu satwa liar berkembang. Ahli biologi Robert J. Baker dari Universitas Teknologi Texas adalah salah satu yang pertama melaporkan bahwa Chernobyl telah menjadi tempat berlindung satwa liar dan banyak tikus yang ia pelajari di Chernobyl sejak awal 1990-an telah menunjukkan toleransi yang luar biasa pada tingkat radiasi tinggi. Namun peneliti lain menemukan beberapa kelainan fisik pada seriti, berupa ekor yang bengkok, kantung udara yang cacat dan paruh yang cacat. Namun, peneliti lain mengkritik temuan-temuan ini dan malahan mengusulkan bahwa kurangnya pengaruh manusia di zona pengecualian secara lokal mengurangi mangsa serangga seriti dan bahwa tingkat radiasi di sebagian besar zona pengecualian sekarang ini terlalu rendah untuk memiliki efek negatif yang dapat diamati. Ada kemungkinan bahwa seriti sangat rentan terhadap peningkatan kadar radiasi pengion karena mereka bermigrasi; mereka tiba di Zona Larangan dengan kelelahan dan kehabisan cadangan antioksidan pelindung radiasi setelah suatu perjalanan yang sulit. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa tanaman di daerah ini telah beradaptasi pada tingkat radiasi tinggi, misalnya dengan meningkatkan aktivitas mesin perbaikan selular DNA dan hipermetilasi. Faktor-faktor Penyebab Terdapat dua penjelasan resmi tentang kecelakaan itu. Awalnya, kemudian diakui salah, diterbitkan pada Agustus 1986, menempatkan kesalahan pada operator reaktor. Untuk menyelidiki penyebab kecelakaan IAEA membentuk kelompok yang dikenal dengan Kelompok Penasihat Keselamatan Nuklir Internasional (International Nuclear Safety Advisory Group-INSAG), yang dalam laporannya tahun 1986, INSAG-1, secara keseluruhan mendukung pandangan ini, berdasarkan data yang diberikan oleh Soviet dan laporan lisan dari spesialis. Dalam pandangan ini, kecelakaan disebabkan oleh pelanggaran aturan operasi dan peraturan. "Selama persiapan dan pengujian generator turbin dalam kondisi melambat menggunakan beban bantu, personil memutus serangkaian sistem perlindungan teknis dan melanggar ketentuan keselamatan operasional paling penting guna melakukan percobaan teknis". Hal ini

10 mungkin karena, kurangnya pengetahuan fisika reaktor dan teknik nuklir mereka, serta kurangnya pengalaman dan pelatihan. Menurut dugaan ini, pada saat kecelakaan, reaktor dioperasikan dengan mematikan banyak sistem keselamatan kunci, seperti Sistem Pendingin Teras Darurat (ECCS), sistem kendali otomotis lokal (LAR), dan sistem penurun daya darurat (AZ). Personil memiliki pemahaman yang kurang rinci atas prosedur teknis, dan sengaja mengabaikan peraturan untuk mempercepat penyelesaian pengujian. Dalam analisis ini, kelemahan desain reaktor dan peraturan operasi yang membuat kemungkinan terjadinya kecelakaan dikesampingkan dan hanya disebutkan sambil lalu. Pengamatan kritis hanya mencakup pertanyaan umum dan tidak mengurai alasan spesifik kecelakaan. Gambaran umum berikut ini berasal dari pengamatan dimaksud. Beberapa penyimpangan prosedural juga memiliki andil membuat kecelakaan itu mungkin. Salah satunya adalah komunikasi yang tidak cukup antara petugas keselamatan dan operator yang bertanggung jawab atas percobaan yang sedang berjalan pada malam nahas tersebut. Operator reaktor mematikan sistem keselamatan dan semua kendali dialihkan dari proses komputer ke operator manusia. Pandangan ini tercermin dalam berbagai publikasi dan juga pada karya-karya artistik yang bertema kecelakaan Chernobyl yang muncul segera setelah kecelakaan itu, dan untuk waktu yang lama tetap dominan dalam kesadaran publik dan publikasi populer. Namun, pada tahun 1992 INSAG menerbitkan sebuah laporan tambahan, INSAG- 7, yang meninjau bagian laporan INSAG-1 dimana perhatian utama diberikan kepada penyebab kecelakaan. Dalam laporan terakhir ini, sebagian besar tuduhan terhadap staf operator bahwa melanggar peraturan diakui salah, berdasarkan informasi yang tidak benar yang diperoleh pada bulan Agustus Laporan ini mencerminkan pandangan lain tentang penyebab kecelakaan. Menurut analisis ini, mematikan ECCS, yang bersentuhan dengan sistem pengaturan pada peralatan perlindungan, dan memblok tingkat dan tekanan di drum separator, tidak berkontribusi pada penyebab awal dan besarnya kecelakaan, meskipun hal itu mungkin suatu pelanggaran peraturan. Mematikan sistem kedaruratan yang dirancang untuk mencegah berhentinya dua generator turbin bukan pelanggaran peraturan. Faktor manusia tetap dianggap berkontribusi pada kondisi yang menyebabkan kecelakaan, yaitu bekerja pada tingkat daya rendah, kurang dari 700 MWt, tingkat yang didokumentasikan dalam program pengujian, dan bekerja dengan marjin reaktivitas operasional (operational reactivity margin-orm) kecil. Namun demikian, bekerja pada tingkat daya yang rendah ini pun tidak dilarang dalam peraturan. Menurut laporan yang terakhir ini, penyebab utama kecelakaan tersebut terletak pada kekhususan fisika dan desain reaktor. Ada dua faktor penyebab, yaitu reaktor memiliki koefisien rongga positif dan kelemahan desain pada batang kendalinya. Reaktor memiliki koefisien rongga positif besar berbahaya. Koefisien rongga adalah ukuran bagaimana reaktor merespon pembentukan uap yang meningkat dalam air pendingin. Umumnya desain reaktor lain memiliki koefisien negatif, yaitu output panas berkurang ketika fase uap dalam reaktor meningkat, karena jika pendingin mengandung gelembung uap, lebih sedikit neutron yang melambat. Neutron-neutron cepat cenderung kurang membelah atom uranium, sehingga reaktor menghasilkan daya yang lebih kecil (umpan balik negatif). Tetapi, reaktor RBMK Chernobyl menggunakan grafit padat sebagai moderator untuk memperlambat neutron, dan air di dalamnya, sebaliknya, bertindak seperti penyerap neutron berbahaya. Jadi neutron akan diperlambat bahkan ketika gelembung uap terbentuk dalam air. Selanjutnya,

11 karena uap menyerap neutron sedikit lebih mudah daripada air, meningkatkan intensitas penguapan berarti bahwa makin banyak neutron yang mampu membelah atom uranium, artinya meningkatkan output daya reaktor. Hal ini membuat desain RBMK sangat tidak stabil pada level daya rendah, dan cenderung meningkatkan produksi energi tiba-tiba ke tingkat yang berbahaya. Perilaku ini kontra-intuitif, dan sifat ini tidak diketahui kru reaktor. Sebuah kelemahan lain yang lebih signifikan adalah desain batang kendalinya. Dalam desain reaktor RBMK, bagian bawah setiap batang kendali terbuat dari grafit dan 1,3 meter lebih pendek dari yang semestinya, dan dalam ruang di bawah batang ada saluran berongga yang diisi dengan air. Bagian atas batang, yaitu bagian yang benar-benar bersifat fungsional untuk menyerap neutron dan dengan demikian menghentikan reaksi, terbuat dari boron karbida. Dengan desain ini, ketika batang dimasukkan ke dalam reaktor dari posisi teratas, bagian grafit pertama-tama akan memindahkan sebagian pendingin. Hal ini akan meningkatkan laju reaksi fisi, karena grafit adalah moderator neutron lebih kuat. Jadi selama beberapa detik pertama aktivasi batang kendali, output daya reaktor meningkat, bukannya berkurang seperti yang diinginkan. Perilaku ini kontra-intuitif dan tidak diketahui oleh operator reaktor. Sekali lagi, faktor manusia harus dianggap sebagai elemen utama dalam menyebabkan kecelakaan itu. Seperti dalam laporan yang dirilis sebelumnya INSAG- 1, perhatian yang seksama diberikan dalam laporan INSAG-7 pada "budaya keselamatan" yang tidak memadai (pada saat kecelakaan) di semua tingkatan. Kekurangan dalam budaya keselamatan tidak hanya melekat pada tahap operasional tetapi juga selama kegiatan di tahap lain dalam siklus hidup pembangkit listrik tenaga nuklir (termasuk desain, rekayasa, konstruksi, manufaktur dan regulasi). Rendahnya kualitas prosedur dan petunjuk operasi. Kecelakaan itu bisa dikatakan lahir dari lemahnya budaya keselamatan, tidak hanya di PLTN Chernobyl, tetapi di seluruh reaktor desain Soviet kala itu. Bencana Chernobyl adalah produk dari desain reaktor Soviet yang cacat digabung dengan kesalahan serius yang dilakukan oleh para operator reaktor. Ini adalah akibat langsung dari isolasi Perang Dingin dan kurangnya budaya keselamatan. Desain reaktor sangat miskin dilihat dari sudut pandang keselamatan dan keamanan dan tak dapat mentoleransi tindakan-salah operator, keduanya memprovokasi keadaan operasi yang berbahaya. Operator tidak diberitahu tentang ini dan tidak menyadari bahwa pengujian yang dilakukan dapat membawa reaktor pada keadaan yang mudah meledak. Selain itu, mereka tidak memenuhi prosedur operasional yang telah ditetapkan. Kombinasi faktor-faktor ini menimbulkan kecelakaan nuklir dengan keparahan maksimum dimana reaktor itu hancur total dalam beberapa detik. Namun terlepas dari semua itu, faktor yang paling utama sesungguhnya adalah melakukan percobaan pada sesuatu yang berisiko tinggi seperti yang dikatakan oleh ilmuwan Soviet, Legasov, tentang pelanggaran terhadap prosedur keselamatan "Rasanya seperti pilot pesawat bereksperimen dengan mesin-mesin saat dalam penerbangan." Bagaimanapun seyogianya pengujian itu tidak dilakukan pada reaktor yang sedang beroperasi apalagi parameter yang ingin didapat adalah non-nuklir, yang dapat dilakukan (simulasi) pada sistem yang tidak melibatkan nuklir.

12 Pelajaran dari kecelakaan Chernobyl Terlepas dari vonis sejarah pada perannya melelehkan 'Tirai Besi' Soviet, beberapa pelajaran praktis dapat ditarik dari peristiwa ini. Timbul kepedulian utama terhadap keselamatan reaktor, terutama di Eropa Timur. Kecelakaan Three Mile Island di AS pada tahun 1979 memiliki dampak signifikan pada desain reaktor Barat dan prosedur pengoperasiannya. Saat reaktor itu rusak, semua lepasan zat radioaktif dikungkung sesuai rancangan dan tidak ada kematian atau cedera. Keselamatan semua reaktor rancangan Soviet telah disempurnakan dengan pesat. Hal ini disebabkan sebagian besar pengembangan suatu budaya keselamatan yang didorong oleh kolaborasi yang kian meningkat antara Timur dan Barat, dan adanya investasi besar untu meningkatkan keselamatan reaktor. Modifikasi telah dilakukan untuk mengatasi kelemahan desain dalam semua reaktor RBMK yang masih beroperasi. Dalam hal ini, reaksi berantai dan output daya dapat meningkat jika pendingin air hilang atau berubah menjadi uap, berbeda dengan desain Barat. Adalah efek ini yang menyebabkan lonjakan daya yang tak terkendali yang menuju kehancuran reaktor Chernobyl unit 4 sebagaimana diuraikan sebelumnya. Semua reaktor RBMK kini telah dimodifikasi melalui perubahan dalam batang kendali, menambahkan peredam neutron dan akibatnya meningkatkan pengayaan bahan bakar dari 1,8 ke 2,4% U-235, membuat mereka sangat jauh lebih stabil pada daya rendah. Mekanisme pemadaman otomatis sekarang beroperasi lebih cepat, dan mekanisme keamanan dan keselamatan lainnya telah diperbaiki. Peralatan inspeksi otomatis juga telah dipasang. Suatu pengulangan dari kecelakaan Chernobyl 1986 sekarang hampir tidak mungkin, menurut sebuah laporan badan keselamatan nuklir Jerman. Sejak tahun 1989, lebih dari 1000 insinyur nuklir Uni Soviet telah mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir Barat dan juga banyak kunjungan timbal balik. Lebih dari 50 pengaturan kembar antara PLTN Timur dan Barat telah diberlakukan. Sebagian besar ini berada di bawah naungan Asosiasi Operator Nuklir Dunia (WANO), sebuah lembaga yang dibentuk pada tahun 1989 yang menghubungkan 130 operator pembangkit listrik tenaga nuklir di lebih dari 30 negara. Banyak program internasional lainnya yang diprakarsai setelah peristiwa Chernobyl. Proyek-proyek reviu keselamatan IAEA untuk setiap jenis tertentu reaktor Uni Soviet, membawa bersama-sama operator dan insinyur Barat untuk berfokus pada perbaikan keamanan dan keselamatan. Inisiatif tersebut didukung oleh pengaturan pendanaan yang ada dari bantuan Barat sebesar hampir US $ 1 miliar untuk lebih dari 700 proyek keselamatan yang terkait di negara-negara mantan Blok Timur. Konvensi Keselamatan Nuklir yang diadopsi di Wina pada Juni 1994 adalah hasil lainnya. Berbagai hal dapat diambil sebagai pelajaran dari peristiwa Chernobyl. Skala kerugian material dan biaya mitigasi konsekuensi kecelakaan Chernobyl memberikan bukti kuat tentang harga yang sangat tinggi dari kesalahan dan kekurangan ketika menyangkut jaminan keselamatan PLTN serta perlunya kepatuhan yang ketat terhadap persyaratan keselamatan internasional selama desain, konstruksi dan operasi. Kecelakaan ini secara meyakinkan telah menunjukkan bahwa biaya memastikan keselamatan fasilitas nuklir secara signifikan lebih rendah daripada berurusan dengan konsekuensi kecelakaan. Kecelakaan skala besar menyebabkan kerusakan sosial dan ekonomi yang besar bagi negara-negara yang terletak di wilayah terkena dampak. Kecelakaan ini telah menunjukkan pentingnya kepatuhan ketat dengan prinsipprinsip keselamatan dasar dan teknis bagi pembangkit listrik tenaga nuklir, analisis keselamatan yang terus-menerus pada pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir

13 dan peningkatan untuk menghilangkan penyimpangan, studi aktif dan pertukaran pengalaman secara menyeluruh dengan mempertimbangkan faktor manusia. Kecelakaan telah menunjukkan kebutuhan untuk membangun dan mendukung sistem tanggap darurat tingkat tinggi nasional dalam kasus kecelakaan. Namun telah banyak uang dan usaha yang dihabiskan pada peningkatan keselamatan nuklir, kemungkinan kecelakaan nuklir tidak akan menjadi nol dan, karena orang dapat menderita sebagai akibatnya, kita harus siap untuk meminimalkan kerugian melalui respon yang tepat waktu. Analisis pengalaman tanggapan sehubungan dengan kecelakaan Chernobyl memberikan kesempatan unik untuk memperbaiki sistem tanggap darurat, yang harus mencakup prosedur yang jelas untuk bertindak, personil terlatih, instrumen dan peralatan yang diperlukan, kriteria dan mekanisme pengambilan keputusan yang dikembangkan, dan sistem pelatihan bagi para pekerja kedaruratan. Pengalaman ini harus diintegrasikan ke dalam rekomendasi internasional dan metode untuk menilai, memantau dan merespon kecelakaan nuklir. Refleksi untuk masa depan Reaktor-reaktor di Barat memiliki desain yang berbeda, margin pemadaman yang lebih luas, struktur pelindung yang kokoh, dan pengendalian operasional untuk melindungi mereka terhadap kombinasi penyimpangan yang menyebabkan kecelakaan seperti Chernobyl. Meskipun selalu diakui kemungkinan kecelakaan besar, persyaratan peraturan memberikan perlindungan yang memadai, dengan kewaspadaan terus-menerus, termasuk pemeriksaan terhadap informasi baru yang mungkin menunjukkan kelemahan. Pengkajian terhadap Chernobyl menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan itu telah diperhitungkan dan diantisipasi dalam desain reaktor komersial Barat, khususnya di AS. Namun, kecelakaan Chernobyl menekankan pentingnya desain yang aman baik dalam konsep maupun pelaksanaan pengendalian operasional, kompetensi dan motivasi manajemen operator dan staf operasi agar beroperasi sesuai dengan kontrol yang ketat, dan kelebihan-kelebihan sistem pertahanan-berlapis terhadap potensi kecelakaan. Meskipun suatu kecelakaan pembangkit nuklir berdaya besar di suatu tempat di AS adalah tidak mungkin karena desain dan fitur operasionalnya, pengkajian Chernobyl menimbulkan pertanyaan, apakah suatu perubahan-perubahan diperlukan pada peraturan yang ada atau petunjuk mengenai kecelakaan reaktivitas, kecelakaan daya rendah atau daya nol, pelatihan operator, dan perencanaan kedaruratan. Badan otoritas pengawas mengakui bahwa pengalaman Chernobyl harus tetap menjadi bagian informasi yang berharga untuk diperhitungkan ketika berhadapan dengan isu-isu keselamatan reaktor di masa depan. Sumber Acuan 1. UNSCEAR 2008 Report to the General Assembly. United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation IAEA Report INSAG-7 Chernobyl Accident: Updating of INSAG-1 Safety Series, No.75-INSAG-7, Vienna: International Atomic Energy Agency Chernobyl: Assessment of Radiological and Health Impact, OECD-NEA Environmental Consequences of The Chernobyl Accident and Their Remediation: Twenty Years of Experience, Report of the Chernobyl Forum Expert Group Environment International Atomic Energy Agency Vienna, Wikipedia Chernobyl Disaster

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI

Lebih terperinci

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA - 2 - CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014 Hari, tanggal Selasa, 21 Oktober 2014 Sumber Berita http://palingaktual.com/

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN A.1. Daftar parameter operasi dan peralatan berikut hendaknya dipertimbangkan dalam menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN TUGAS Mengenai : PLTN Di Susun Oleh: ADRIAN Kelas : 3 IPA MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAT GALANG TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. AFRI YAHDI : 2013110067 2. M.RAZIF : 2013110071 3. SYAFA RIDHO ILHAM : 2013110073 4. IKMARIO : 2013110079 5. CAKSONO WIDOYONO : 2014110003

Lebih terperinci

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN Muhammad Ilham, Annisa Khair, Mohamad Yusup, Praba Fitra Perdana, Nata Adriya, Rizki Budiman 121178, 12115, 121177, 121118, 12116, 12114 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RINGKASAN Apabila ada sistem perpipaan reaktor pecah, sehingga pendingin reaktor mengalir keluar, maka kondisi ini disebut kecelakaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA - 2 - KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI (PIE) 1.1. Lampiran ini menjelaskan definisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.107, 2012 NUKLIR. Instalasi. Keselamatan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5313) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengembangan pemanfaatan energi nuklir dalam berbagai sektor saat ini kian pesat. Hal ini dikarenakan energi nuklir dapat menghasilkan daya dalam jumlah besar secara

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi energi listrik dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam hal ini industri memegang peranan penting dalam kenaikan konsumsi listrik dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

KEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN

KEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN BASIC PROFESSIONAL TRAINING COURSE ON NUCLEAR SAFETY JULY 19 30, 2004 KEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN Anhar R. Antariksawan Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan P2TKN E-mail: anharra@centrin.net.id

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan pengoperasian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS 15. Pertahanan berlapis merupakan penerapan hierarkis berbagai lapisan peralatan dan prosedur untuk menjaga efektivitas penghalang fisik yang ditempatkan di

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015

Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015 MODUL FNB 1 MODUL ANALISIS KESELAMATAN PLTN Ali Akbar, Ahmad Sibaq Ulwi, Anderson, M Jiehan Lampuasa, Qiva Chandra Mahaputra, Sarah Azzahwa 121299, 12127, 121286, 121262, 121265, 121219 Program Studi Fisika,

Lebih terperinci

FAQ tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

FAQ tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) PERTANYAAN : FAQ tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) BAGAIMANAKAH HUBUNGAN ANTARA ENERGI NUKLIR DENGAN FENOMENAPEMANASAN AKIBAT GAS KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) JAWABAN RINGKAS Strategi pengurangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN 116. Beberapa konsep mengenai reaktor maju sedang dipertimbangkan, dan pencapaian perbaikan dalam keselamatan dan keandalan merupakan

Lebih terperinci

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang. DEFINISI Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang. Batas-batas Yang Dapat Diterima (Acceptable limits) Batas-batas yang dapat diterima oleh badan pengaturan. Kondisi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER)

REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER) REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER) RINGKASAN Kepanjangan VVER dalam bahasa Rusia adalah VODO-VODYANOI ENERGETICHESKY REAKTOR VVER, Jika diartikan dalam bahasa Inggris adalah WATER-WATER POWER REACTOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN I-101. Lampiran I berisi beberapa pertimbangan yang mungkin bermanfaat dalam melakukan analisis keselamatan untuk suatu reaktor penelitian. Pendekatan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te

2 Sebagai pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2002 te TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 185). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR PARAMETER

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

KEMUNGKINAN DIBANGUNNYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DI INDONESIA

KEMUNGKINAN DIBANGUNNYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DI INDONESIA KEMUNGKINAN DIBANGUNNYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DI INDONESIA TIMBANGEN SEMBIRING Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara 1. PERMASALAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 21% dari seluruh kematian

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BUKU III Biro Peraturan Perundang-undangan, Humas dan Tata Usaha Pimpinan BKPM 2015 DAFTAR ISI 1. PERATURAN

Lebih terperinci

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION Puradwi I.W. Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Sistem P2TKN-BATAN NATIONAL BASIC PROFESSIONAL TRAINING COURSE ON NUCLEAR SAFETY PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA CONTOH BATASAN DAN

Lebih terperinci

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan

Lebih terperinci

Definisi PLTN. Komponen PLTN

Definisi PLTN. Komponen PLTN Definisi PLTN PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN RESUME PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2015 BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. Penilaian. Verifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA KP PERKA- 24 OKT 2014 RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA DIREKTORAT PENGATURAN PENGAWASAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI TERHADAP KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )

Lebih terperinci

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR)

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR) REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR) RINGKASAN Dalam PLTN tipe Reaktor Air Tekan, air ringan digunakan sebagai pendingin dan medium pelambat neutron (moderator neutron). Teras reaktor diletakkan

Lebih terperinci

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN LEDAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini dapat memiliki dampak yang positif dan negatif bagi

Lebih terperinci

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,

Lebih terperinci