Bab II Kajian teori 2.1 Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Kajian teori 2.1 Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar"

Transkripsi

1 Bab II Kajian teori Dalam Bab II akan dipaparkan beberapa landasan teori tentang Hasil Belajar, Aktivitas Belajar dan Model Pembelajaran Make A Match, Hubungan Model Pembelajaran Make A Match, Hasil Penelitian yang Relevan, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Tindakan. 2.1 Hasil Belajar Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Pengertian hasil belajar Menurut Nana Sudjana (2010:3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku siswa yang setelah menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajar). Andersen (dalam Rasyid, Harun dan Mansur.2009:13) menyatakan karakteristik manusia meliputi cara yang tipical dari berfikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipical perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah kognitif mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah psikomotor mencakup kemampuan tindakan fisik dan kegiatan perceptual. Ranah afektif mecakup sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control. Dalam penilaian hasil belajar berisi peranahan (aspek-aspek) yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur terpenting sebagai dasar dan acuan penilaian. 8

2 9 Dari penjelasan beberapa ahli maka dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada siswa yang merupakan akibat dari proses belajar yang terjadi pada ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Menurut Nana Sudjana (2010: 56-57) Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut: a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Semangat intrinsic adalah semangat juang untuk belajar dan tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. b) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Siswa mengetahui kemampuannya dan potensi yang tidak kalah dari orang lain. c) Hasil belajar lebih bermakna bagi dirinya. Hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih lama diingatnya, membentuk perilaku siswa, bermanfaat untuk mempelajari aspek lai, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampauan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperoleh. Ranah afektif atau sikap dan apresiasi. dan, ranah psikomotor, keterampilan atau perilaku. Ranah afektif dan psikomotor diperoleh sebagai efek dari proses belajar, baik instruksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran. e) Siswa sadar bahwa tinggi rendahnya hasil belajar begantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.

3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar adalah: Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Anitah (2008:2.7) a. Faktor dari dalam (intern) yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. b. Faktor dari luar (ekstern) diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik ( termasuk suasanan kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (temasuk dukungan komite), guru, pelaksana pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, karena guru merupakan sutradara di dalam kelas. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana, pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu (Allen dan Yen, 1979). Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrument penilaian (teknik penilaian). Hasil dari pengukuran tersebut dipergunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Wardani, Naniek Sulistya dkk, (2010, 2.8) mengartikannya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria hasil pengukuran dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa

4 11 batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sehingga apabila hasil pengukuran mencapai KKM atau kriteria yang telah ditetapkan maka dikatakan berhasil atau tuntas. Sedangkan, kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/ Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). 2.2 Aktivitas Belajar Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Menurut Poerwadarminta (dalam yusfy), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan belajar. Rousseau (dalam Sardiman 2012:96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (2012:95) menegaskan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Frobel (dalam Sardiman. 2012:96) menyatakan bahwa manusia sebagai pencipta. Secara alami siswa memang didorong untuk mencipta. Prinsip utama yang dikenalkan Frobel yaitu: Anak sebagai siswa harus bekerja sendiri. Dalam kehidupan manusia,berfikir dan berbuat sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan begitu juga didalam belajar tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan berfikir dan berbuat. Seseorang yang telah berhenti berfikir dan berbuat perlu diragukan eksistensi kemanusiaannya. Hal ini juga merupakan hambatan bagi proses pendidikan yang bertujuan memanusiakan manusia.

5 12 Montessori (dalam Sardiman. 2012: 96) menegaskan bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak (siswa) itu sendiri. Sedangkan, guru memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan dilakukan siswa. Helen Parkhurst (dalam Sardiman. 2012:97) menegaskan bahwa ruang kelas harus diubah/diatur menjadi laboratorium penddikan yang mendorong siswa bekerja sendiri. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya aktivitas yaitu kegiatan berfikir dan berbuat, tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik Prinsip-prinsip Aktivitas Menurut Sardiman (2012) Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari sudut pandang perkembangan ilmu jiwa. Ilmu jiwa dibagi menjadi 2 yaitu ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. a) Ilmu Jiwa Lama John Locke dengan konsep Tabularasa, mengibaratkan jiwa (psyche) seseorang bagaikan kertas putih yang bersih. Dalam dunia pendidikan siswa diibaratkan sebagai kertas putih, sedangkan guru adalah yang menulisi. Sehingga dapat disimpulkan guru sebagai penguasa di dalam kelas yang mengatur siswa, guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Herbert mengatakan bahwa jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosisasi. Kaitannya dengan konsep John Locke, guru yang aktif menyapaikan materi ajar sedangkan siswa pasif hanya menerima apa yang disampaiakan guru. Jadi siswa kurang memiliki aktivitas. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan dalam proses belajar mengajar selalu didominasi oleh guru, sedangkan siswa hanya pasif menerima apa yang diberikan guru. Dapat diibaratkan siswa sebagai botol kosong yang diisi air oleh guru. Aktivitas anak hanya terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab

6 13 pertanyaan yang guru berikan. Siswa bekerja karena perintah dari guru. Kegiatan belajar seperti ini tidak dapat mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas. b) Ilmu Jiwa Modern Para ahli menerjemahkan jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan dapat aktif, karena adanya motivasii dan dorongan. Siswa adalah organism yang mempunyai potensi untuk berkembang. Sehingga tugas guru adalah membimbing siswa agar dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini siswa yang beraktivitas, berbuat, dan aktif sendiri. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran tetapi yang mengolah dan mencerna adalah siswa sendiri sesuai dengan bakat, kemampuan, dan latar belakang masing-masing siswa. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat siswa harus aktif. Piaget menerangkan bahwa seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Sehingga anak perlu diberikan kesempatan untuk berbuat dan berpikir sendiri Jenis-jenis Aktivitas Dalam Belajar Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim di sekolah tradisional. Paul D. Dierich (dalam Hamalik, Oemar ) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah: a) Visual activities (kegiatan-kegiatan visual), yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b) Oral activities (kegiatan-kegiatan lisan), seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c) Listening activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan), sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

7 14 d) Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis), seperti menulis cerita, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e) Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar), seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola. f) Motor activities (kegiatan-kegiatan metric), yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak, menari, memilih alat-alat, melaksanakan pameran. g) Mental activities (kegiatan-kegiatan mental), sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan, merenungkan, melihat hubungan-hubungan. h) Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional), seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira, bersemangat Nilai Aktivitas dalam Pengajaran Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena: 1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. 3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. 5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. 6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru 7. Pengajaran diselenggarakan secara realistic dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis 8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

8 Matematika Pengertian Matematika Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar. Jadi, berdasarkan asal katanya maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir. James and James (1976). Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Johnson dan Rising (1972). Matematika adalah pola fikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang memepelajari tentang perhitungan, pengkajian dan menggunakan nalar. Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi matematika, yang sesuai dengan (1) topic yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual siswa, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan siswa secara aktif, (5) keterkaitan dengan kehidupan siswa seharihari, (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis Tujuan Mata Pelajaran Matematika Menurut BSNP nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

9 16 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspekaspek sebagai berikut: 1. Bilangan 2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data 2.4 Make A Match Pengertian Make a Match Menurut rahayu metode pembelajaran kooperatif make a match merupakan salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) ini berawal dari banyaknya siswa ditingkat dasar (young Student) yang mempunyai kesulitan mengembangkan social skill (keterampilan sosial) siswa dalam bekerja sama dengan orang lain dalam pelajaran berhitung (matematika). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik. (Rusman. 2012:223)

10 17 Menurut supandi make a match adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa dituntut menemukan pasangan sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui undian secara bebas. Menurut Agus Suprijono (dalam Karina. 2012) hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaanpertanyaan tersebut. Jadi dari pendapat tersebut dapat di simpulkan make a match merupakan cara belajar dengan mencari pasang dari kartu yang dipegang, dengan mencari kartu soal atau kartu jawaban dari kartu yang dipegang karena dalam pembelajaran ini, siswa ada yang memegang kartu jawaban dan ada yang memegang pertanyaan pertanyaan Kelebihan Make A Match Menurut Amin (2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Make A Match mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: 1. dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; 2. karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; 3. meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari; 4. dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; 5. efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; 6. efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Oleh sebab itu maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif model Make A Match dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran khususnya di Sekolah Dasar Kelemahan Model Pembelajaran Make A Match 1. Guru harus terampil memberikan bimbingan 2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai peserta didik terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran. 3. Guru perlu menyiapkan alat / bahan yang memadai

11 Tujuan Pembelajaran Make A Match Model pembelajaran Make A Match mempunyai tujuan dalam pembelajaran yang antara lain: 1. Pendalaman materi, melatih penguasaan materi siswa dengan cara memasangkan antara pertanyaan dengan jawaban 2. Menggali materi, Untuk menggali materi, guru tidak perlu membekali siswa dengan materi, karena siswa akan membekali dirinya sendiri. 3. Untuk selingan, model Make a Match juga dapat dipakai sebagai selingan dalam pembelajaran Langkah-langkah Make A Match Menurut Rusman (2012) langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran yaitu: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. 3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban). 4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 5. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 6. Kesimpulan. Dari langkah-langkah pembelajaran Make A Match yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa Make A Match merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa saling bekerja sama menemukan jawaban atas kartu yang dipegangnya, siswa juga dituntut untuk teliti dan cepat sehingga dapat meningkatkan pembelajaran dikelas.

12 Hubungan model pembelajaran Make A Match dengan Matematika. Dalam pembelajaran matematika guru berusaha untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar mempermudah siswa dalam belajar dan mempermudah guru mengajarkan matematika pada siswanya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru lebih berperan sebagai pembimbing dari pada sebagai pemberi informasi saja. Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran dengan mengutamakan adanya kelompok. Melalui penerapan model pembelajaran Make A Match ini siswa dapat belajar matematika dengan suasana yang menyenangkan karena siswa belajar sambil bermain mencocokkan kartu jawaban atau kartu soal yang dipegangnya dengan menuntut ketelitian dan kecepatan siswa untuk mencocokkan kartu jawaban dengan kartu soal. Dengan model pembelajaran Make A Match pada pelajaran matematika dapat terciptakan interaksi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa lainnya. Model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran matematika dikelas adalah mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan model Make A Match dalam pembelajaran matematika dimulai dari siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan soal/jawaban yang dipegangnya sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Sehingga, Model Pembelajaran Make A Match merupakan suatu teknik guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas dengan cara siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu, suasana positif yang dapat diperoleh dari Model pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran matematika bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyukai pelajaran matematika dan guru. Dalam kegiatan-kegiatan menyenangkan, siswa akan merasa lebih termotivasi untuk belajar

13 20 dan berpikir sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa. 2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil Penelitian yang sejalan dengan penelitian penulis antara lain penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Gabus 3 Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian sebagai berikut: aspek kognitif siklus I sebesar 63,8 siklus II sebesar 75, aspek afektif siklus I sebesar 67,5, siklus II sebesar 76, aspek psikomotor siklus I sebesar 68, siklus II sebesar 68, ketuntasan belajar 72 % siklus 1 dan 94 % siklus 2. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan model Make A Match pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri Gabus 3, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Biyono dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match pada Siswa Kelas I SD Madugowongjati 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari 60 pada pra siklus menjadi 88 pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari 8 siswa atau 44 % pada pra siklus menjadi 18 siswa atau 100 % siswa tuntas. Karena indikator keberhasilan penelitian ini adalah 85 % siswa tuntas belajar maka penelitian ini dianggap berhasil. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Nova Amalia dengan judul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperatsive Learning Teknik Make A Match Siswa Kelas V A Sd Negeri 2 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012 Hasil penelitian menunjukkan Perbaikan pembelajaran dengan model cooperative learning teknik make a match memperoleh

14 21 data aktivitas dan hasil belajar siswa. Persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 46,7% (cukup), siklus II 60,53% (baik), dan siklus III 82,07% (sangat baik). Sementara rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 58,15 (sedang), siklus II 70,11 (tinggi), dan siklus III 82,96 (sangat tinggi). Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa didukung uji perbedaan hasil tes formatif dengan menggunakan t-tes, didapatkan hasil t hitung (Siklus I-II) = 7,056 > t tabel = 2,056 dan t hitung (Siklus II-III) = 8,290 > t tabel = 2,056, pada ketentuan α = 0,05. Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui model cooperative learning teknik make a match. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Pintauli Devega Pangaribuan dengan judul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Model Pembelajaran make A Match di SD hasil penelitian menunjukkan Setiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu pertemuan I % dengan jumlah siswa yang diamati adalah sebanyak 20 orang siswa dengan 20 orang siswa belum di katakan aktif pada siklus I pertemuan I, pertemuan kedua % dengan jumlah siswa yang diteliti adalah sebanyak 20 siswa dari 20 siswa tersebut terdapat 3 siswa dikatakan aktif dan 17 siswa dikatakan tidak aktif, pada pertemuan ketiga meningkat menjadi % dengan kriteria cukup dari 20 siswa terdapat 9 siswa yang aktif dan 11 orang siswa dikatakan tidak aktif, dan pada pertemuan ke empat meningkat kembali menjadi 82.81% dengan criteria baik sekali dari 20 siswa dapat dikatakan seluruh siswa aktif Penelitian yang dilakukan oleh Lilis Setianingsih dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas IV di SD Negeri Kaliwungu 04 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 hasil penelitian menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar, yakni dari 40% sebelum siklus, meningkat menjadi 71,67% pada siklus I dan 100% pada siklus II. Peningkatan nilai terendah dari 40 sebelum tindakan, menjadi 55 pada siklus I, dan menjadi 70 pada siklus II. Peningkatan nilai tertinggi dari 85 sebelum tindakan, menjadi 90 pada siklus I, dan menjadi 100 pada siklus II. Terjadi

15 22 peningkatan rata-rata kelas dari 63,33 sebelum tindakan, meningkat menjadi 71,67 pada siklus I dan menjadi 84 pada siklus II. dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. 2.7 Kerangka Berpikir Pembelajaran di sekolah dasar selama ini masih bersifat konvensional. Dalam mengajar guru hanya mengandalkan ceramah secara klasikal. Pembelajaran seperti ini kurang efektif dan kurang memberdayakan potensi siswa. Guru belum dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu, pembelajaran masih terpusat pada guru. Pada saat proses pembelajaran di kelas interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Dengan model Pembelajaran Make A Match siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan dan mengutamakan kegiatan berkelompok maka, siswa cenderung melatih kerjasama antar siswa. Dalam pembelajaran ini diharapkan pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran serta siswa yang berkemampuan rendah dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi sehingga hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan uraian diatas kerangka berpikir dapat digambarkan dalam gambar bagan 2.1

16 23 Pembelajaran Matematika 8.1 menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana 8.2 menetukan jaring-jaring kubus dan balok Pembelajaran konvensional (ceramah) Aktivitas sebatas mendengarkan - Hasil Belajar < KKM - Aktivitas belajar rendah Mendengarkan penjelasan macam-macam bangun ruang Rubrik Aktivitas Mendengarkan Pembelajaran dengan Make A Match menjawab pertanyaan sifat-sifat bangun ruang Menulis sifat-sifat bangun ruang Mencari pasangan kartu soal atau kartu jawaban tentang bangun ruang dan membentuk kelompok Dikusi dengan tema sifat-sifat bagun ruang dan jarring-jaring bangun ruang Presentasi hasil diskusi kelompok tema sifat-sifat bangun ruang dan jarring-jaring bangun ruang Tanggapan Kesimpulan Tes Formatif Rubrik aktivitas menjawab pertanyaan Rubrik aktivitas menulis Rubrik aktivitas mencari pasangan Rubrik aktivitas diskusi Rubrik aktivitas persentasi Rubrik aktivitas menanggapi Rubrik aktivitas menyimpulkan Rubrik aktivitas mengerjakan tes Skor Aktivitas Belajar Butir Soal Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir Hasil Belajar KKM

17 Hipotesis Tindakan Dari refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Penggunaan Model Pembelajaran Make A Match pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas 4 SD Negeri Randusari Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matematika di Sekolah Dasar Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat dan terarah

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 4 SD Negeri Randusari pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Eka Kurniawati Prodi Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Bengkulu Email

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan 7 B A B II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir, berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peningkatan Pembelajaran Istilah peningkatan diambil dari kata dasar tingkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990) makna kata peningkatan itu sendiri adalah proses,

Lebih terperinci

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Menurut Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP N 1 ARGAMAKMUR Nurul Astuty Yensy. B Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. LKS Word Square Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari berbagai perkembangan teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO. UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO Nike Rahayu Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Ada beberapa hal yang lebih dahulu perlu dipahami dalam penelitian ini, diantaranya: pengertian belajar dan pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL OLEH AHMAD DENNIS WIDYA PRADANA NIM 110151411533 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme.

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar 1. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Dimyati (1994:3) menyatakan bahwa Hasil belajar merupakan hasil dan suatu interaksi

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture. a. Pengertian Model Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture. a. Pengertian Model Pembelajaran 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture 1. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Istilah model sudah sering dipergunakan dalam berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007), adalah keaktifan atau kegiatan. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan pembelajaran. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif

Lebih terperinci