HUBUNGAN ANTARA KENAKALAN REMAJA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Arief Rahman Uly Gusniarti INTISARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KENAKALAN REMAJA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Arief Rahman Uly Gusniarti INTISARI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KENAKALAN REMAJA DENGAN PRESTASI BELAJAR Arief Rahman Uly Gusniarti INTISARI Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar pada siswa SMP. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar. Variabel bebas adalah kenakalan remaja, variabel tergantung adalah prestasi belajar dan variabel kontrolnya adalah inteligensi. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 58 siswa laki-laki, yang terdiri atas kelas IXA sampai IXF di SMP Negeri 2 Gamping, Sleman. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja adalah dengan skala kenakalan remaja yang dibuat sendiri oleh peneliti. Alat ukur untuk mengetahui prestasi belajar menggunakan nilai rata-rata hasil songsong Ujian Akhir Nasional (UNAS) Alat ukur untuk mengetahui inteligensi siswa menggunakan tes inteligensi SPM dari Raven. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi parsial dengan menggunakan bantuan fasilitas SPSS versi Korelasi parsial digunakan karena ada pengaruh atau efek dari variabel lain dalam menghitung korelasi antara dua variabel. Teknik korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar dengan melakukan kontrol terhadap inteligensi. Hasil analisis data dengan melakukan kontrol terhadap inteligensi menunjukkan bahwa p = 0,327 (p>0,05). Itu artinya hipotesis tidak diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar. Jadi, hipotesis penelitian ditolak. Kata kunci : Kenakalan Remaja, Prestasi Belajar, Inteligensi 1

2 2 PENGANTAR Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sektorsektor tenaga kerja yang seharusnya ditempati oleh anak bangsa. Agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing dengan tenaga kerja asing maka dibutuhkan sumber daya manusia yang handal yang mempunyai kemampuan/keahlian dalam bidangnya. Salah satu hal yang penting untuk menentukan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Mutu pendidikan yang handal memiliki kesanggupan untuk memberdayakan SDM (Rahmawati, 2003). Tolok ukur untuk menentukan mutu pendidikan adalah melalui prestasi belajar. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan prestasi belajar adalah mengadakan Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan tujuan untuk mencapai materi minimal dan kompetensi minimal (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006, Diknas 2006). Standar minimal kelulusan UNAS pada tahun ajaran 2002/2003 adalah 3,01, tahun ajaran 2003/2004 adalah 4,01, tahun ajaran 2004/2005 adalah 4,26, tahun ajaran 2005/2006 adalah 4,26 dengan nilai rata-rata minimal 4,51 (Depdiknas,2006). Hasil UNAS tahun 2006 dalam lingkup regional yakni di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) jenjang SMP rata-rata kelulusannya adalah 86,99% (Dinas Pendidikan Propinsi DIY, 2006). Namun di SMP N 2 Trihanggo, Gamping, Sleman pada tahun ajaran 2005/2006 tingkat kelulusannya hanya 34,62 %. Hal ini

3 3 menunjukkan penurunan hasil kelulusan pada tahun ajaran sebelumnya yakni 50,26% (Depdiknas, 2006) Tabel 1 Data kelulusan UNAS SMP N 2 Sleman dari tahun ke tahun No Tahun Ajaran Jumlah Peserta lulus Jumlah % / , / , / , / ,62 Berdasarkan rata-rata di atas terbukti prestasi belajar siswa SMPN 2 Gamping, Sleman semakin menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Djamarah (2002) dan Slameto (2003) dibedakan menjadi dua macam, yakni faktor individual atau dalam diri individu (internal) dan faktor sosial atau lingkungan (eksternal). Faktor internal meliputi keadaan jasmaniah, kecerdasan atau inteligensi, motivasi, cara belajar, minat, kematangan, bakat. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, fasilitas belajar, keadaan ekonomi, dan sistem kurikulum. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN 2 Gamping prestasi belajar yang menurun disebabkan oleh perilaku anak didik yang tidak menaati peraturan sekolah seperti beberapa siswa keluyuran di luar kelas atau membolos sehingga tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Saat ditegur justru melawan terhadap guru. Beberapa siswa juga meminum-minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang sehingga

4 4 menyebabkan siswa tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Perilaku tersebut termasuk dalam kenakalan remaja. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat yang dilakukan oleh anak-anak muda dan itu merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan tingkah laku yang menyimpang (Kartono, 2003). Tingkah laku yang menyimpang tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk melanggar peraturan sekolah seperti masih keluyuran di luar jam pelajaran sekolah, sengaja untuk terlambat masuk, sering membolos, ikut geng kriminal, menggunakan narkoba dan suka berkelahi tanpa sebab. Perilaku yang disebutkan diatas sangat mengganggu remaja dalam fungsinya sebagai pelajar. Membolos mengakibatkan siswa tidak memperoleh ilmu yang ada dalam aktifitasaktifitas belajar, sering minum-minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang membuat siswa menjadi agresif, sulit menerima pelajaran dan merasa malas untuk sekolah. Ikut geng kriminal membuat waktu siswa untuk belajar menjadi terbuang karena sibuk berkumpul dengan teman-temannya. Kalau aktifitas yang dilakukan kelompok tersebut positif tentu tidak masalah namun apabila negatif bahkan melanggar hukum seperti ikut tawuran, menodong dan mencuri tentu akan sangat merugikan dan membahayakan siswa. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni tingkat inteligensi atau Inteligensi Quotient (IQ). Inteligensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang, Menurut Dalyono (Djamarah, 2002) secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi)

5 5 umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah prestasi belajarnya pun rendah. Oleh karena itu kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran (Djamarah, 2002). Dengan kata lain siswa yang mempunyai kecerdasan tinggi dapat menerima dan menyerap materi dengan baik tidak akan memperoleh kesukaran yang berarti dalam belajar dan dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Sebaliknya siswa yang mempunyai kecerdasan yang kurang akan kesulitan menyerap materi yang diberikan gurunya dengan baik sehingga prestasi belajarnya pun kurang optimal. Walaupun demikian faktor kecerdasan bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam menjalankan studi namun banyak faktor lain juga yang menyertainya. Dari uraian di atas terdapat pertanyaan penelitian bahwa ada hubungan kenakalan remaja dengan prestasi belajar siswa. Disamping itu perbedaan tingkat inteligensi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan demikian penulis akan mengadakan sebuah penelitian, apakah terdapat hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar siswa SMP dengan melakukan kontrol terhadap tingkat inteligensi. TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah istilah yang menunjukkan tingkat penguasaaan peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya

6 6 perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik (Tjundjing, Rahmawati, 2003) Prestasi belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikatorindikator yang berupa nilai rapor bagi siswa SD, SLTP, dan SMU, indeks prestasi studi bagi perguruan tinggi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan semacamnya (Azwar, Tu u, 2004). Menurut Masrun dan Martinah (Tjundjing, 2001) prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan. Aspek-aspek Prestasi Belajar Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002), aspek-aspek dari prestasi belajar adalah penilaian berbasis kelas yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar di kelas antara lain : a. Pengumpulan kerja siswa (portofolio), yakni pengumpulan atau hasil pekerjaan siswa sebagai proses pedagosis yang disimpan dalam dokumentasi yang dimiliki guru. b. Hasil karya (produk), yakni pengumpulan hasil kerja siswa berupa hasil karya yang dikuasai oleh siswa. c. Penugasan (proyek), merupakan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa dalam jangka waktu relatif lama. Penugasan ini dimaksudkan untuk menggali kemampuan siswa yang telah diperoleh dan dituangkan dalam bentuk laporan atau karya tulis.

7 7 d. Tes tertulis (paper and pen), yakni salah satu aspek prestasi belajar yang berbentuk tes, yang terdiri dari soal pilihan ganda (memilih jawaban) dan membuat jawaban sendiri (uraian). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah adanya perubahan atau hasil yang telah dikuasai siswa yang didapatkan dari sebuah proses belajar dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan perangkat tes evaluasi belajar untuk mengungkapkan hasil atau prestasi belajar yang telah dicapai siswa pada waktu tertentu. Sehingga dengan melihat hasil evaluasi atau prestasi belajar siswa akan dapat diketahui sejauh mana siswa tersebut mengalami kemajuan dan penguasaan bidang ilmu tertentu dalam belajar atau bahkan kemunduran di dalam belajarnya. Prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam sebuah nilai rata-rata atau angkaangka dalam sebuah buku laporan sekolah atau rapor sebagai dokumentasi dari pihak sekolah. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa yang digunakan sebagai subyek penelitian. Prestasi belajar siswa dilihat berdasarkan hasil tes pendalaman materi songsong UNAS SMP/MTs 2007 Tahun Pelajaran 2006/2007 yang meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris. Nilai hasil tes pendalaman materi songsong UNAS digunakan sebagai data penelitian karena merupakan nilai murni yang dihasilkan siswa dari pengerjaan soal tes pendalaman materi. Nilai hasil tes pendalaman materi tidak dipengaruhi oleh penilaian lainnya, seperti nilai ulangan harian, nilai tugas ataupun nilai Ujian Akhir Semester (UAS)

8 8 Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) adalah perilaku yang dapat mencelakai atau menyakiti orang lain atau dirinya sendiri (Kartono, 1992). Selanjutnya Kartono (1992) menyatakan bahwa kenakalan atau delikuensi adalah perilaku kejahatan atau kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk tingkah laku yang menyimpang. Delikuensi itu selalu mempunyai konotasi serangan kejahatan, keganasan dan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan hukum yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun. Masih menurut Kartono (1992) kasus delikuensi paling banyak dialami remaja berusia dibawah 21 tahun, dan angka tertinggi delikuensi remaja terdapat pada usia tahun. Dari berbagai definsi di atas tentang kenakalan remaja dapat ditarik kesimpulan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku yang dapat menyakiti atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain dengan melanggar norma-norma hukum, agama, kelompok, sosial seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan membolos. Macam-macam perilaku kenakalan remaja. Jensen (Sarwono, 2003) mengkategorikan kenakalan remaja ke dalam 4 kategori, yaitu : a. Kenakalan Remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. b. Kenakalan Remaja yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.

9 9 c. Kenakalan Remaja sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain seperti pelacuran dan penyalahgunaan obat. d. Kenakalan Remaja yang melawan status misalnya mengingkari status sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah. Perilaku tersebut memang tidak melanggar hukum dalam arti sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara rinci. Tetapi menurut Jensen kalau remaja ini kelak dewasa, pelanggaran status ini dapat dilakukannya terhadap atasannya di kantor atau petugas hukum di masyarakat sehingga Jensen menggolongkan pelanggaran status ini sebagai perilaku kenakalan remaja dan bukan sekedar perilaku menyimpang. Aspek-aspek kenakalan remaja. Aspek-aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ciri-ciri tingkah laku kenakalan remaja dari Kartono (1992) yakni : a. Penyimpangan tingkah laku lahiriah yang terdiri dari : 1. Penyimpangan tingkah laku lahiriah verbal yaitu dalam bentuk kata-kata seperti kata makian, tidak senonoh. 2. Penyimpangan tingkah laku nonverbal yaitu semua perilaku nonverbal yang nyata kelihatan seperti tidak dapat menginternalisasikan dan tidak peduli terhadap norma sosial yang berlaku, tidak bertanggungjawab, sangat fanatik,

10 10 kasar, impulsif, asosial dan suka menyakiti orang lain tanpa motif apapun selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan. b. Aspek simbolik yang tersembunyi. Aspek-aspek yang simbolik yang tersembunyi yaitu tingkah laku yang tersamar tersembunyi sifatnya, tidak kentara dan bahkan tidak bisa diamati khususnya mencakup tentang : 1. Sikap Hidup Hampir semua remaja yang cenderung berperilaku delikuensi hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini. Siegmen (Kartono, 1992) menambahkan bahwa remaja yang cenderung berperilaku delikuensi tidak mempersiapkan bekal hidup dan tidak mampu berbuat untuk masa depan. 2. Emosi-emosi Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional dan senang menceburkan diri dalam kegiatan-kegiatan tanpa pikir, yang merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka sadar benar resikonya dan bahaya pada dirinya. c. Disiplin dan kontrol diri yang rendah Remaja delikuensi kurang bahkan tidak pernah mendapatkan tuntunan dan pendidikan untuk berdisiplin diri dan mengontrol dirinya. Tanpa pengekangan diri ini mereka menjadi liar, ganas dan tidak bisa dikendalikan orang dewasa. Kemudian muncullah kenakalan remaja yang menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi stigma.

11 11 Inteligensi Inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk belajar, ataupun kemampuan untuk berpikir abstrak (Walgito, 1981). Binet (Rusyan dkk, 1989) menggambarkan inteligensi sebagai kecenderungan untuk mengambil dan memelihara haluan yang pasti, kesanggupan membuat keselarasan bagi maksud dan pencapaiannya. Weschler (Azwar, 1996) mendefinisikan inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungan secara efektif. Dari beberapa penjelasan di atas mengenai definisi inteligensi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa inteligensi adalah kemampuan bawaan yang digunakan untuk berpikir secara logis, mengambil keputusan dan tindakan tertentu serta menyesuaikan pikiran dengan hal yang lama maupun hal yang baru. Dalam hal ini inteligensi merupakan kemampuan berpikir logis yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan bertindak sesuai dengan suasana baru atau beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan baru yang dihadapi oleh individu. Hubungan Antara Kenakalan Remaja dengan Prestasi Belajar Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor yang berasal dari dalam individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain inteligensi, bakat, minat, perhatian, motivasi, cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi, fasilitas sekolah, lingkungan sosial.

12 12 Usia-usia siswa sekolah dalam hal ini siswa SMP merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menjuju dewasa. Usia tersebut disebut juga masa remaja. Masa remaja adalah masa yang rentan karena pada masa itu remaja masih mencari konsep dirinya sehingga mereka senang mencoba hal-hal yang baru. Terkadang sesuatu yang baru tersebut langsung diterima oleh remaja tanpa disaring terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena remaja belum memiliki kontrol diri yang kuat. Kontrol diri yang lemah ditambah lingkungan terdekat yakni keluarga kurang mendukung seperti keluarga yang gagal, sering terjadi pertengkaran antar anggota keluarga, tidak peduli antar sesama anggota keluarga membuat remaja mencari aktifitas di luar sebagai usaha untuk mencari perhatian dari anggota keluarganya atau mencari rasa aman yang tidak didapatkan dalam keluarganya. Perilaku remaja di luar dapat memberikan efek yang baik maupun buruk. Apabila lingkungan tersebut lingkungan masyarakat yang baik-baik, beragama dan penuh etika sosial tentu tidak masalah. Namun apabila lingkungan di luar itu buruk seperti anggota masyarakatnya sering melakukan tindakan kriminal, sering minumminuman keras atau obat-obatan terlarang akan sangat membahayakan bagi remaja. Lingkungan yang buruk tersebut sangat mudah mempengaruhi remaja karena sifat remaja yang senang mencoba hal-hal yang baru dan belum memiliki kontrol diri yang kuat membuat remaja mudah untuk melakukan perbuatan yang menyimpang Perilaku negatif tersebut dapat disebabkan sebagai cara untuk mencari perhatian dari anggota keluarga, teman-temannya atau sebagai kompensasi dari rasa inferiornya karena merasa ditolak di dalam keluarga atau masyarakat. Perilaku yang negatif seperti

13 13 minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, mencuri, senang berkelahi disebut juga kenakalan remaja. Kenakalan remaja seperti minum-minuman keras dan menggunakan obatobatan sangat merugikan dan membahayakan remaja khususnya sebagai siswa. Karena efek yang ditimbulkan dari minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang tersebut membuat siswa menjadi kurang konsentrasi dan malas untuk belajar, dan dalam jangka panjang dapat membahayakan jiwa penggunanya. Sudah banyak jiwa yang melayang akibat penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol tersebut (Sarwono. 2003). Membolos mengakibatkan siswa tidak memperoleh ilmu karena tidak mengikuti aktifitas belajar seperti mencatat, mengerjakan latihan-latihan dan mendengarkan penjelasan guru. Pada saat dilakukan evaluasi hasilnya tidak memuaskan. Ikut kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan belajar seperti ikut geng-geng kriminal membuat siswa kehilangan waktu belajarnya karena sibuk menghabiskan waktu bersama kelompoknya tersebut. Perilaku-perilaku tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah inteligensi Dalam penelitian Tundjing (2001), prestasi belajar siswa berkorelasi positif dengan inteligensi. Semakin tinggi inteligensi yang dimiliki siswa semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Menurut Purwanto (2002) dan Wechsler (Azwar, 1996), inteligensi sebagai sebuah kemampuan yang dibawa sejak lahir, dan sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungan secara efektif. Banyak

14 14 orang berpendapat bahwa siswa yang mempunyai inteligensi tinggi akan berhasil dalam mencapai prestasi belajar baik. Namun tidak sedikit yang mempunyai inteligensi yang tidak begitu tinggi atau rata-rata justru mempunyai prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang mempunyai inteligensi lebih tinggi. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa inteligensi hanya sebagai salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. HIPOTESIS Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil hipotesis penelitian yakni ada hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar dengan melakukan kontrol terhadap tingkat inteligensi METODE PENELITIAN Variabel 1. Variabel bebas : Kenakalan Remaja 2. Variabel tergantung : Prestasi Belajar 3. Variabel kontrol : Inteligensi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas IX SMP Negeri 2 Gamping Sleman. Alat Ukur Penelitian yang dilakukan penulis mempunyai tiga variabel, yakni variabel tergantung, variabel bebas dan variabel kontrol. Untuk variabel tergantung

15 15 menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri oleh peneliti yakni metode skala kenakalan remaja. Alat ukur tersebut untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja. Untuk variabel bebas menggunakan metode dokumentasi. Untuk variabel kontrol menggunakan alat tes SPM dari Raven. Metode skala kenakalan remaja yang dibuat sendiri oleh peneliti. Skala kenakalan remaja ini selanjutnya dijabarkan ke dalam bentuk aitem-aitem yang terdiri dari aitem favourable dan aitem unfavourable, Pembobotan nilai terhadap pernyataan favourabel untuk pilihan jawaban sangat setuju (SS) memperoleh skor empat, setuju (S) memperoleh skor tiga, tidak setuju (TS) memperoleh skor dua dan sangat tidak setuju memperoleh skor satu. Pernyataan unfavourabel untuk pilihan jawaban sangat setuju (SS) memperoleh skor satu, setuju (S) memperoleh skor dua, tidak setuju (TS) memperoleh skor tiga, dan jawaban sangat tidak setuju (STS) memperoleh skor empat. Variabel tergantung (prestasi belajar) menggunakan data sekunder yakni nilai dari hasil tes songsong UNAS (Ujian Akhir Nasional) yang diperoleh dari dokumentasi sekolah. Variabel kontrol (inteligensi) menggunakan tes inteligensi SPM (Standart Progressive Matrices) Tes SPM terdiri dari soal-soal yang berbentuk gambar, dan terdiri atas 60 butir soal yang terdiri dari lima seri A,B,C,D, dan E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi parsial hal tersebut dikarenakan ada pengaruh atau efek dari variabel lain

16 16 dalam menghitung korelasi antara dua variabel. Metode analisis ini dengan bantuan komputer program SPSS versi 11,0 for windows Hasil Penelitian Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan pada tiga variabel yakni, prestasi belajar sebagai variabel tergantung, kenakalan remaja sebagai variabel bebas dan inteligensi sebagai variabel kontrol. Adapun uji normalitas variabel prestasi belajar menunjukkan sebaran secara normal dengan K-S-Z sebesar 0,963 dengan p > 0,05. Uji normalitas variabel kenakalan remaja menunjukkan sebaran secara normal dengan nilai K-S-Z sebesar 0,521 dengan p > 0,05. Uji normalitas variabel inteligensi menunjukkan sebaran secara normal dengan nilai K-S-Z sebesar 0,527 dengan p > 0,05 Uji Linieritas Berdasarkan uji linieritas dapat dibaca bahwa data dengan nilai F =0,853 dan p =0,362 (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja dengan prestasi belajar tidak linier. Sedangkan uji linieritas untuk tingkat inteligensi dengan prestasi belajar adalah F =7,029 dengan p =0,012 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat inteligensi dengan prestasi belajar linier. Uji Hipotesis Hasil dari analisis korelasi parsial menunjukkan dengan mengontrol inteligensi hasil yang diperoleh adalah r = 0,1323 dan p = 0,327 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar.

17 17 P A R T I A L C O R R E L A T I O N C O E F F I C I E N T S Controlling for.. IQ PRESTASI NAKAL PRESTASI ( 0) ( 55) P=. P=.327 NAKAL ( 55) ( 0) P=.327 P=. (Coefficient / (D.F.) / 2-tailed Significance) Pembahasan Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi parsial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar dengan mengontrol inteligensi. Prestasi Belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal antara lain cara belajar, bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan faktor dari luar antara lain sistem kurikulum, fasilitas sekolah, pola asuh orang tua, dan kondisi lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dari Irfan (2006) ada hubungan antara Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan prestasi belajar. KBK adalah seperangkat rencana pengajaran dan pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang mencakup aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai), dan psikomotor (ketrampilan) yang akan membuat siswa mempunyai kemampuan dalam bertindak sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Dalam KBK yang dinilai tidak hanya aspek kognitifnya namun juga aspek afektif dan psikomotorik. Namun ironisnya

18 18 dalam menentukan kelulusan berdasarkan hasil nilai dari UNAS. Hal ini bertentangan dengan cara penilaian yang ada dalam KBK. Menurut KBK yang berhak memberikan penilaian siswa adalah guru. Karena guru yang mengetahui perkembangan belajar siswa namun dalam UNAS soal yang dibuat berasal dari pusat bukan dari guru yang mengajar dan yang dinailai hanya tiga mata pelajaran yakni matematika, bahasa inggris dan bahasa indonesia. Hal tersebut tidak adil karena mungkin saja siswa tersebut hanya mahir dalam bahasa inggris namun kurang menguasai matematika dan bahasa inggris. Berdasarkan syarat kelulusan dari UNAS mungkin saja siswa yang mahir dalam bahasa inggris tersebut memperoleh nilai yang bagus namun nilai kedua mata pelajaran lainnya dibawah nilai minimal rata-rata yang disyaratkan untuk lulus. Selain itu dalam UNAS hasil belajar siswa selama di sekolah ditentukan dalam 3 hari saja. Mungkin saja pada saat tes tersebut siswa sedang sakit ataupun siswa dalam kondisi psikologis yang tidak baik sehingga mempengaruhi dalam pengerjaan soal. Padahal faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain kondisi fisiologis dan psikologis. Selain itu proses belajar siswa yang ditempuh selama di sekolah tidak dinilai dalam UNAS karena UNAS hanya menggunakan nilai murni (kognitif) tidak mencakup aspek-aspek yang lain seperti aspek afektif dan psikomotorik. Menurut penelitian dari Bharat (1996) tidak ada hubungan antara motivasi prestasi dengan prestasi belajar dengan mengontrol potensi belajar, sikap dan kebiasaan belajar dan kualitas sekolah asal. Masih menurut penelitian tersebut tidak ada hubungan antara sikap dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar dengan mengontrol potensi belajar, motivasi prestasi dan kualitas sekolah asal. Penelitan Tundjing (2001) tidak

19 19 ada hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dan kemampuan menghadapi kegagalan (AQ) dengan prestasi belajar. Motivasi prestasi, sikap dan kebiasaan belajar, kecerdasan emosianal dan kemampuan menghadapi kegagalan semuanya mengukur tentang sikap dan tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar. Kenakalan remaja juga mengukur tentang sikap. Itu artinya tidak ada hubungan antara sikap dengan prestasi belajar yang diraih hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain untuk mengukur skala sikap sangat sulit karena sikap berupa variabel besaran yang artinya tidak sama antara subyek satu dengan yang lainnya. Penelitian ini tidak lepas dari beberapa kelemahan antara lain dalam penelitian ini skala kenakalan remaja mengandung faking good cukup tinggi sehingga siswa menjawab yang baik-baik saja. Selain itu prestasi belajar yang dilihat hanyalah dari hasil tes pendalaman materi songsong UNAS yang benar-benar berupa nilai hasil murni tanpa memperdulikan aspek lainnya. Sehingga apa yang terjadi selama berlangsung proses belajar mengajar tidak dinilai, apakah siswa tersebut aktif, rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru ataupun sikapnya terhadap guru dan teman sekolahnya, semuanya hanya ditentukan oleh ketiga mata pelajaran yang akan diujikan dalam UNAS tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara kenakalan remaja dengan prestasi belajar dengan melakukan kontrol terhadap inteligensi. Sedangkan inteligensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Semakin baik inteligensinya, semakin

20 20 baik pula prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin rendah inteligensinya, semakin rendah prestasi belajarnya. SARAN Berdasarkan dengan hasil penelitian ini, maka saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagi subyek agar lebih tekun dalam belajar dan lebih sering berlatih mengerjakan soal-soal agar kemampuan otak dapat diasah karena tes yang diujikan dalam tes prestasi khususnya UNAS merupakan rangkuman dari materi yang ada dalam mata pelajaran yang sudah diberikan. 2. Bagi sekolah agar lebih disiplin dalam proses belajar mengajar. Karena dari pantauan peneliti saat bel masuk kelas sudah dibunyikan guru-guru masih banyak yang asyik mengobrol dalam ruang guru sehingga siswa banyak yang masih keluyuran atau nongkrong di depan kelas. Kenyataan tersebut akan merugikan baik bagi siswa maupun sekolah karena jam belajar efektif menjadi tidak optimal. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dan bagaimana cara menanggulanginya. Selain itu diharapkan peneliti juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terutama yang berkaitan dengan sikap (motivasi belajar siswa, pola asuh orang tua) agar lebih cermat dalam menyusun aitem agar subyek menjawab dengan obyektif.

21 21 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Renika Cipta. Azwar, S Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Bharat, U.N Hubungan Potensi Belajar,Motivasi Berprestasi,Sikap dan Kebiasaan Belajar,Serta Kualitas Sekolah Asal Dengan Hasil Belajar. Kajian Dikbud No.004. Tahun I Maret.1996, Clerg, P Tingkah Laku Abnormal dari Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta: Grasindo. Daniati, T. A Hubungan Antara Berpikir Positif dan Kecenderungan Delinkuen pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala. Djamarah,S Psikologi Belajar. Jakarta: Asdi Mahasatya. Gerungan Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Irfan, H Perbedaan Prestasi Belajar antara Siswa dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Siswa dengan Kurikulum 1994 pada Siswa SMP. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Kartono, K Patologi Sosial II Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali. Laporan Hasil Sekolah. Ujian Akhir Nasinal SLTP/MTs Tahun Pelajaran 2002/2003,2003/2004,2004/2005. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Depdiknas Propinsi DIY. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 26 Tahun Tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Depdiknas Propinsi DIY. Purwanto, M. N Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rumini, S. dkk Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP Universitas Negeri Yogyakarta.

22 22 Rahmawati, M. A Hubungan Antara Total UPCM dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Psikologi UII Angkatan Yogyakarta: Jurnal Psikologika. Nomer 15 Volume VII, Sarwono, S.W Psikologi Remaja, edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Simandjuntak, B Latar Belakang Kenakalan Remaja (Etiologi Juvenile Delinquency). Bandung : Alumni. Singgih, S SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Slameto Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sofyan Willis Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta. Sutrisno, H Metodologi Research Jilid 1.Yogyakarta : Andi Offset. Suryabrata, S Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali. Tjundjing S Hubungan Antara IQ,EQ, dan AQ dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Anima: Indonesian Psychologycal Journal Vol 17 No 1, Tu U, T Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo.

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN SISWA DENGAN KURIKULUM 1994 PADA SISWA SMP

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN SISWA DENGAN KURIKULUM 1994 PADA SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DAN SISWA DENGAN KURIKULUM 1994 PADA SISWA SMP Oleh : IRFAN HANAFI ULY GUSNIARTI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Oleh : Arum Kusuma Putri Uly Gusniarti PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMP Negeri 5 Stabat. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMP Negeri 5 Stabat. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi SMP Negeri 5 Stabat. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014. 3.2 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 142/1 SENGKATI KECIL. Oleh: SUHADA NIM A1D109190

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 142/1 SENGKATI KECIL. Oleh: SUHADA NIM A1D109190 ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 142/1 SENGKATI KECIL Oleh: SUHADA NIM A1D109190 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang 1 I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja 2. Variabel Bebas : a.persepsi Keharmonisan Keluarga : b. Konsep Diri B. Definisi Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI Diajukanoleh : APRIYANDER YUDHO N S F100070124 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENGARUH BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA SMA NEGERI I JATISRONO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati ** HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Ida Safitri * Sulistiyowati **.......ABSTRAK....... Konsep diri merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi

Lebih terperinci

NIM /2007 : K

NIM /2007 : K Hubungan antara disiplin belajar dan tingkat kebisingan di lingkungan sekolah Dengan prestasi belajar siswa Kelas II smk batik 1 surakarta Tahun ajaran 2006/2007 Oleh: SURANI NIM : K2402543 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di Indonesia terjadi beberapa permasalahan dalam berbagai bidang. Beberapa kasus terjadi di bidang hukum, politik dan tata pemerintahan. Dalam ranah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SUKARYATI NPM : P

SKRIPSI. Oleh: SUKARYATI NPM : P HUBUNGAN ANTARA PERILAKU DISIPLIN DAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 PUCANGLABAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)

PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar) PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH Binti Asrah 1, Rita Novita 2, Fitriati 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERILAKU DELINKUEN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSI PENYANDANG TUNALARAS DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian regresi ganda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN Sri Wahyuni Adiningtiyas. Dosen Tetap Prodi Bimbingan Konseling UNRIKA Batam Abstrak Penguasaan terhadap cara-cara belajar yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMPN 2 KANDANGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMPN 2 KANDANGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMPN 2 KANDANGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya penggambaran proses perjalanan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai upaya penggambaran proses perjalanan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 106 BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian dapat dipertanggung jawabkan bila sesuai dengan kaidah dan koridor yang ditentukan. Salah satunya adalah metode penelitian yang digunakan. Metode penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMP N 1 Trangkil Tahun Ajaran2014/2015)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 26 PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, INTELIGENSI QUOTIENT, DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI OLIMPIADE SAINS DI SMA NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2011/2012 ARY WIDAYANTO SMA N 1 BANTUL ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaiab Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN NUMERIK, VERBAL DAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA FISIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN NUMERIK, VERBAL DAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA FISIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN NUMERIK, VERBAL DAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA FISIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA Agus Umaeza 1) Widodo Budhi 2) 1)2) Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Arif Gunawan (2011) definisi kenakalan remaja adalah : Istilah juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan adanya perubahan tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya 1. Dari jenis masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya 1. Dari jenis masalah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitan Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari

Lebih terperinci

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH YUNI KARTIKA A1C409014 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian ini termaasuk dalam penelitian kuantitatif. Menurut Sarwono (006) metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MATA KULIAH STATISTIK SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR STATISTIK MAHASISWA IKIP PGRI MADIUN

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MATA KULIAH STATISTIK SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR STATISTIK MAHASISWA IKIP PGRI MADIUN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MATA KULIAH STATISTIK SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR STATISTIK MAHASISWA IKIP PGRI MADIUN Sofia Nur Afifah 1), Ervan Johan Wicaksana 2) 1 Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci

PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DI TINJAU DARI SEGI MOTIVASI BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII DI SMP IT ABUBAKAR YOGYAKARTA

PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DI TINJAU DARI SEGI MOTIVASI BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII DI SMP IT ABUBAKAR YOGYAKARTA PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU DI TINJAU DARI SEGI MOTIVASI BELAJAR DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA PADA KELAS VIII DI SMP IT ABUBAKAR YOGYAKARTA ZULKARNAIN ABSTRAK Latar belakang dalam penelitian ini berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)

Lebih terperinci

OLEH : DELVIZA SURYANI

OLEH : DELVIZA SURYANI PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU, PERHATIAN ORANG TUA DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII MTsN LEMBAH GUMANTI JURNAL OLEH :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penerapan metode penelitian, yang digunakan adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penerapan metode penelitian, yang digunakan adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam suatu penelitian ilmiah, rancangan penelitian digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan pendekatan dalam mengumpulkan data penelitiannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka

Lebih terperinci

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK 215 PENGARUH PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEJURUAN DAN INFORMASI DUNIA KERJA TERHADAP MINAT BEKERJA SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI MEKANIK OTOMOTIF SMK PATRIOT PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Awal mustaqim*

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di SMP Karya Indah Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB SISWA TIDAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH :

ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB SISWA TIDAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH : ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB SISWA TIDAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH : YUNI ASMIKA ERA 1D009080 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mendatangi tempat yang akan diteliti dan mempersiapkan segala keperluan untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Soetjiningsih (2010) tumbuh kembang merupakan suatu peristiwa yang saling berkaitan tetapi berbeda sifatnya dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Nilai UAN

Kata kunci: Perhatian Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Nilai UAN PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA SISWA, KEBIASAAN BELAJAR, DAN NILAI UAN TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN TEORI PERMESINAN KELAS 1 SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA DAN SMK MUHAMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013 Oleh:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Perubahan yang dialami akan berlangsung cepat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini,seiring berjalannya waktu bahwa berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa manusia pada suatu perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan alat yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar berkulitas guna

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar berkulitas guna 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan merupakan sarana yang paling penting untuk menghasilkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap sekolah-sekolah mulai meningkatkan kualitas sekolahnya dengan tujuan agar siswa lulusannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang beriman, bertakwa, kreatif dan inovatif serta berwawasan keilmuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi 2.1.1 Pengertian Gizi dan Status Gizi Gizi menurut Supariasa (2011) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Indra Cahyani Universitas Negeri Malang E-mail: indracahyani377@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN I BANYAKAN TAHUN PELAJARAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN I BANYAKAN TAHUN PELAJARAN JURNAL HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN I BANYAKAN TAHUN PELAJARAN 2015 2016 The Correlation Between Background Knowledge And

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak menuju masa dewasa. Pada masa transisi tersebut remaja berusaha untuk mengekspresikan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan prestasi belajar. Prestasi itu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu prestasi yang ditinjau dari bidang akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan semakin lama semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk membina kepribadiannya agar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya

BAB III METODE PENELITIAN. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). hubungan Academic Self Concept dan Konformitas Terhadap Teman Sebaya BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian pada pendekatan ini adalah kuantitatif yaitu penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak mengunakan angka-angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kepada remaja yang berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan

Lebih terperinci