BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Iwan Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja Masa remaja (Adolescene) diartikan sebagai periode transisi yang terjadi antara masa anak - anak hingga dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan baik secara biologis, kognitif, dan sosiodemografi. Perubahan yang terjadi diantaranya perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak hingga kemauan untuk hidup mandiri. Di beberapa negara maju seperti Amerika, individu mulai dinyatakan menginjak usia remaja (remaja awal/ early adolescene) ketika berumur 10 sampai 13 tahun dan berakhir (remaja akhir/ late adolescene) antara usia tahun. Karakteristik individu pada usia remaja akhir yang menonjol dibanding usia remaja awal, diantaranya meningkatnya minat pada karir, pacaran, dan eksplorasi identitas (Santrock, 2003). Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, usia remaja dibatasi hingga sebelum usia 21 tahun dan belum menikah. UU perburuhan membatasi remaja pada usia tahun atau sudah menikah serta memiliki tempat tinggal sendiri. Hal ini tidak jauh berbeda dengan batasan yang ditetapkan pada Undang- Undang perkawinan No 1 tahun 1974 yang menegaskan bahwa seorang anak telah dinyatakan remaja bila telah mencapai kematangan untuk menikah, minimal berusia 16 tahun untuk perempuan dan 18 tahun untuk laki-laki (Kemenkes, 2010). 2.2 Definisi Anak Jalanan Menurut PBB, definisi dari anak jalanan mencakup setiap anak laki-laki atau perempuan,dimana jalanan telah menjadi tempat tinggal dan/atau sumber mata 6
2 7 pencahariaan mereka, dan yang tidak dilindungi, diawasi atau diarahkan secara memadai oleh orang dewasa yang bertanggungjawab. Dari segi ketenagakerjaan, istilah anak jalanan digunakan untuk menerangkan istilah anak pasar (yang bekerja di jalanan dan pasar dengan menjual, mengemis, dan yang tinggal bersama keluarga mereka) maupun anak jalanan tunawisma (yang bekerja, hidup dan tidur di jalan, biasanya tidak berhubungan dengan keluarga mereka). Kelompok yang berisiko tinggi adalah kelompok yang kedua (ILO, 2008). Berbeda dengan Departemen Sosial (Depsos) RI dan UNDP pada tahun 1996 (dalam Khaizu, 2009), yang mengelompokkan anak jalanan sebagai berikut: a. Anak yang hidup/ tinggal di jalanan dan tidak ada hubungan dengan keluarganya (children of the street). Menurut UNICEF anak jalanan dalam kategori ini secara fungsional sama sekali tidak memperoleh dukungan keluarga. b. Anak yang bekerja di jalanan dan berhubungan tidak teratur dengan keluarganya yakni sebulan atau dua bulan sekali pulang ke rumahnya (children on the street). Anak jalanan dalam kategori ini kurang memadai dan/ atau hanya sporadis mendapatkan dukungan keluarga. c. Anak yang rentan menjadi anak jalanan dan masih berhubungan teratur/ tinggal dengan orangtuanya (vulnerable to be street childen). Anak jalanan dalam kategori ini adalah anak-anak yang bekerja dijalanan namun hidup dengan keluarga mereka. 2.3 HIV AIDS pada Remaja AIDS didefinisikan awal oleh CDC (sebelum diketahuinya HIV sebagai agen etiologik) dinyatakan sebagai penyakit oportunis yang setidaknya mengisyaratkan
3 8 adanya cacat imunitas seluler tanpa didasari oleh gangguan kekebalan yang diketahui, misalnya imunosupresi iatrogenik atau keganasan. Pada tahun 1993, definisi kasus dikembangkan lebih lanjut dengan mencakup orang yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200 per mikroliter, walaupun tanpa gejala, serta individu yang terinfeksi HIV dengan tuberkulosis (TB) paru, pneumonia berulang, atau karsinoma servik invasif (Horrison, 2000). Agen etiologik AIDS adalah HIV, yang termasuk family retrivirus manusia dan subfamily lentivirus. Keempat retrovirus manusia yang telah dikenal termasuk dalam dua kelompok, yaitu virus limfotropik T manusia (HTLV-I dan II), dan virus imunodefisiensi manusia (Human Immunodeficiency Virus), HIV-1 dan 2 (Horrison, 2000). HIV merupakan jenis virus yang ditularkan melalui cairan tubuh diantaranya darah atau produk darah, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada bayinya intrapartum, secara perinatal, atau melalui air susu ibu (Horrison, 2000). Perilaku berisiko tertular HIV-AIDS, merupakan rangkaian perilaku yang mempermudah penularan atau proses infeksi HIV dari satu individu pada individu lainnya. Metode penularan sebagian besar melalui kontak seksual dan paling sering ditemukan pada kelompok usia remaja (Setyo & Notobroto, 2013). Di negara- negara maju, kelompok homoseksual menjadi populasi yang paling rentan tertular HIV (Horisson, 2000). Sementara menurut Gayle & Hill (2001) di negara berkembang seperti negara-negara pada wilayah Asia Tenggara penularan melalui perilaku heteroseksual dan IDU masih menjadi penularan tersering (Kumalasari, 2013). Hal ini didukung data CDC (Center for disease and prevention) Amerika Serikat, dari estimasi 2712 orang penderita AIDS pada kelompok usia remaja (13-24 tahun), diketahui bahwa gambaran perilaku yang memicu resiko baik pada kelompok remaja maupun dewasa, diantaranya 10,3% penularan HIV terjadi melalui penyalahgunaan NAPZA suntik, 54,8% akibat perilaku homoseksual, 30% akibat perilaku heteroseksual berisiko, dan
4 9 0,5% dipengaruhi faktor lainnya (CDC, 2014). Penelitian terkait perilaku berisiko tertular HIV-AIDS pada remaja juga dilakukan di Makassar. Dari 271 responden yang diteliti, ditemukan sebanyak 100 orang (36,9%) melakukan tindakan berisiko tertular HIV-AIDS, diantaranya berhubungan seksual sebelum menikah tanpa memakai kondom (baik vaginal, oral, maupun anal) (Amirrudin & Yanti, 2012). Virus HIV juga dapat ditularkan melalui darah dan produk darah, salah satunya melalui sarana transfusi darah. Sementara penularan HIV dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya dapat terjadi sewaktu hamil atau sewaktu persalinan. Penularan HIV ibu ke bayi pascanatal telah terbukti, dengan kolostrum dan air susu ibu (ASI) dicurigai sebagai perantara infeksi. Virus dapat ditemukan pada kedua cairan tersebut. Sehingga, pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi sebaiknya dihindari (Horrison, 2000). Penyalahgunaan NAPZA suntik juga menjadi salah satu alasan tingginya kasus HIV-AIDS. Penelitian yang dilakukan pada 215 remaja pengguna jarum suntik di bawah naungan Yayasan Pelita Ilmu, diperoleh fakta bahwa 55,3% responden digambarkan sebagai pengguna jarum suntik berisiko (Syarif & Tafal, 2008). Penelitian yang dilakukan Winarno, et al. (2013) menyatakan pengguna NAPZA khususnya NAPZA suntik menghadapi dua risiko untuk terkena HIV/AIDS. Pertama, melalui jarum dan alat suntik yang tercemar yang digunakan secara bersama-sama. Kedua, melalui hubungan seksual terutama bagi mereka yang melakukan dengan lebih dari satu pasangan, atau tanpa menggunakan kondom (Kumalasari, 2013). Di Amerika serikat tahun 2013, presentase penderita AIDS yang disebabkan oleh penyalahgunaan NAPZA suntik dan perilaku seksual berisiko sebesar 3,8% (CDC, 2014). Penggunaan jarum tanpa sterilisasi yang tepat juga sering ditemui pada pembuatan tato dan pemasangan tindik. Penelitian yang dilakukan Doll (2012) di Amerika melaporkan dua kasus infeksi HIV yang disebabkan oleh adanya penularan melalui tato
5 10 di dalam penjara. Penularan HIV pada pembuatan tato dikaitkan dengan bahan dan alat pembuat tato yang terkontaminasi dengan darah dari orang yang ditato sebelumnya (Hutami, 2014). Penelitian yang dilakukan Massahel dan Musfrove (2009) menunjukkan bahwa orang yang menggunakan jarum suntik untuk membuat tattoo memiliki risiko 5-30 % terinfeksi hepatitis B, 3-7% terinfeksi Hepatitis C dan 0,2-0,4% terinfeksi HIV (Kemper, 2011). Penggunaan tindik juga dapat mengakibatkan komplikasi baik yang non infeksius maupun infeksius. Tindik dapat melukai jaringan tubuh seperti pada penggunaan tindik di putting dan telinga. Penelitian yang dilakukan Wilcox (1981) menyebutkan tindik pada penis dapat meningkatkan trauma jaringan saat berhubungan seksual. Meskipun hingga saat ini belum tersedia secara pasti data statistik dan demografi terkait orang-orang yang mengenakan tindik terutama di area intim mereka (Tweeten, 1997). Penelitian Weber, et al, (2002) di Montreal, Kanada pada remaja wanita jalanan (14-25 tahun) menyebutkan riwayat penggunaan tato berisiko 1,8 kali dan penggunaan tindik berisiko 1,6 kali terinfeksi HIV dibandingkan yang tidak menggunakan tato dan tindik (Hutami, 2014). Pencegahan HIV mirip dengan pencegahan IMS dan ditambah aspek penggunaan narkotika dan peralatan tajam. Pencegahan ini dikenal dengan metode ABCDE. A = Abstinence, yaitu tidak melakukkan hubungan seksual di luar pernikahan. B = Be faithful, yaitu tetap setia pada satu pasangan seksual C = Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual D= Don t use drugs, tidak mengkonsumsi NAPZA, khususnya yang menggunakan suntikan E = Equipment, berhati hati terhadap peralatan yang berisiko membuat luka dan digunakan secara bergantian (bersamaan), misalnya jarum suntik, pisau cukur, dll.
6 11 Risiko penularan HIV juga dapat dicegah setelah terjadi paparan terhadap virus, misalnya ketika seseorang tanpa sengaja tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV atau setelah hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV. Pada ibu hamil yang terinfeksi HIV, penularan pada bayi yang dikandung dapat dicegah dengan penggunaan terapi antiretroviral (ARV) yang diberikan dalam pengawasan dokter (BKKBN, 2013). 2.4 Gambaran Perilaku Kesehatan Remaja Perilaku merupakan respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut sangat kompleks sehingga terkadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut (Depkes RI, 2009, dalam; Nahampun, 2009). Sementara menurut Notoatmodjo (1997) perilaku manusia adalah suatu keadaan seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan kekuatan penahan, dan dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut dalam diri individu (Nahampun, 2009). Pengertian perilaku sehat menurut Soekidjo Notoatmodjo (1997) adalah suatu respon seseorang/ organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Kesehatan menurut UU Kesehatan No. 39 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Jadin, 2012). Perubahan perilaku kesehatan seperti halnya pada kelompok remaja menurut teori dari Lawrence Green (1980) diantaranya dipengaruhi
7 12 oleh tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh individu, yang merupakan bagian dari faktor predisposisi (Marimbi, 2009) Pengetahuan kesehatan menurut Becker (1979) mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait, dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan (Jadin, 2012). Beberapa teori menerangkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka tindakan yang dilakukan cenderung positif, begitu pula sebaliknya. Remaja yang berpendidikan rendah mempunyai kecenderungan berperilaku seks tidak aman dibandingkan remaja yang berpendidikan tinggi (Pratiwi & Basuki, 2011). Remaja yang lebih muda memiliki pengetahuan yang lebih tidak akurat mengenai berbagai topik kesehatan, termasuk mengenai penyakit menular seksual dan penyalahgunaan obat terlarang, dibandingkan remaja yang lebih tua (Santrock, 2003). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada remaja pasar dampingan PKBI di DKI Jakarta, yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia dengan pengetahuan remaja pasar tentang HIV-AIDS (Solehah, 2008). Saat ini tingkat pengetahuan remaja terhadap HIV-AIDS masih sangat rendah. Hasil analisis data Riskesdas tahun 2010, presentase pengetahuan HIV-AIDS kurang pada remaja mencapai 48,9%. Pengetahuan yang benar dan tepat tentang HIV-AIDS menjadi hal penting dalam menghindari penularan HIV, walaupun pengetahuan yang baik tidak menjamin bahwa responden tidak melakukan kegiatan yang berisiko AIDS, baik itu perilaku seksual berisiko maupun perilaku penggunaan NAPZA (Sudikno, Simanungkalit & Siswanto, 2011). Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada remaja komunitas pemulung di Kota Surabaya juga
8 13 menemukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku seksual berisiko (Setyo & Notobroto, 2013 ). Sikap merupakan respon tertutup yang berpengaruh terhadap tindakan nyata seseorang. Dimana semakin negatif sikap seseorang maka tindakan yang dilakukan cenderung negatif pula (Santrock, 2003). Permissivisme merupakan sikap dan pandangan yang membolehkan, menyetujui secara sosial dan mengijinkan segalagalanya tanpa adanya hukuman. Sikap permisif, bila dilihat sekilas memang menyenangkan karena sikap ini memberikan kebebasan yang seluas-luasnya pada remaja, namun akibat dari sikap yang permisif ini menjadikan remaja mengekspresikan keinginannya tanpa mempertimbangkan efek dari perilakunya (Amelia, 2013). Hasil analisis data Riskesdas MDG s tahun 2010, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna secara signifikan antara perilaku seksual tidak aman dengan remaja yang sikap terhadap penderita HIV-AIDS kurang (Pratiwi & Basuki, 2011). Anak jalanan yang mempunyai sikap lebih permisif terhadap seksualitas (21,1%) mempunyai presentase lebih besar dalam melakukan perilaku seks pranikah berisiko dibandingkan responden yang kurang permisif (2,3%) (Musthofa & Winarti, 2010). Kamler, et al. (1987) menyatakan remaja seperti halnya orang dewasa sering sekali menganggap remeh kerentanan mereka terhadap bahaya (Santrock, 2003). Mereka menganggap resiko yang berhubungan dengan tingkah laku tertentu akan menurun ketika mereka bertambah tua (Millstein & Irwin, 1985, dalam; Santrock, 2003). 2.5 Gambaran Perilaku Berisiko Tertular HIV-AIDS pada Remaja Perilaku berisiko terkena HIV-AIDS merupakan orang yang mempunyai kemungkinan terkena infeksi HIV-AIDS atau menularkan HIV-AIDS pada orang lain bila dia sendiri mengidap HIV-AIDS, karena perilakunya. Adapun penderita AIDS di
9 14 Indonesia sebagian besar masih tergolong ke dalam usia remaja (usia tahun), yakni dengan persentase mencapai 60% dari total kasus HIV-AIDS yang terdaftar oleh Ditjen PPM dan Depkes RI tahun 2007 (Solehah, 2008). Salah satu hasil dari penelitian yang dilakukan Solehah (2008) memberikan gambaran perilaku berisiko tertular HIV-AIDS pada remaja pasar di wilayah DKI Jakarta. Ternyata sebagaian besar remaja pekerja pasar pernah mengkonsumsi NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) yakni sebesar 61%, dimana 13% diantaranya pernah mengkonsumsi narkoba suntik. Disamping itu 35,71% dari responden menyatakan pernah melakukan hubungan seksual, dan sebesar 34,7% berperilaku seksual berisiko tinggi. Penelitian serupa lainnya yang dilakukan oleh Sedyaningsih, dkk (2005) dikalangan anak jalanan yang berada dalam binaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jakarta menjelaskan bahwa 73,8% anak jalanan mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks, adapun 46% diantaranya mengaku aktif secara seksual, melakukannya minimal sekali seminggu, bahkan ada yang berkali-kali per hari. Meskipun perilaku seksual anak jalanan berisiko tinggi, namun pemakaian kondom sangat rendah. Hanya 4,9% yang selalu dan 6,5% yang sesekali memakai kondom. Perilaku berisiko lain pada anak jalanan yang terlihat adalah minum alkohol sebesar 23%, merokok sebesar 64%, memakai obat terlarang 18,2%, memakai obat bius suntik sebesar 2,2%, dimana 50% diantaranya dengan berbagi jarum, sedangkan anak jalanan yang gemar menghirup lem sebesar 8,8%. 2.6 Teori Perubahan Perilaku Lawrence Green Green merupakan salah satu tokoh di bidang kesehatan yang menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Menurut Lawrence Green (dalam Marimbi,
10 ), kesehatan individu maupun masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, diantaranya faktor perilaku (behavior cause) dan faktor bukan perilaku (Non-behavior cause). Selanjutnya faktor perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu: a. Faktor faktor predisposisi (predisposing factors) adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, beberapa diantaranya yaitu dari segi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan lain sebagainya. Faktor predisposisi dimiliki oleh setiap individu tentunya dengan kapasitas yang berbeda-beda. b. Faktor faktor pendukung (enabling factors), adalah faktor yang berasal dari luar individu. Ditandai dengan adanya sarana atau lingkungan fisik yang mendukung terhadap terwujudnya perubahan perilaku pada individu atau masyarakat, seperti tersedianya fasilitas fasilitas atau sarana sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan lain sebagainya. c. Faktor faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud karena adanya pengaruh dari kelompok referensi kepada individu atau masyarakat sehingga menjadi pendorong atau motivator selama proses perubahan. Salah satu contohnya adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang mempengaruhi individu atau masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku pada individu atau masyarakat terjadi karena adanya pengaruh faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong yang saling berinteraksi dan memperkuat terbentuknya perilaku baik positif maupun negatif (Marimbi, 2009).
BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS sendiri merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Semarang (2005) menyebutkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Anak jalanan menurut Departemen Sosial RI merupakan anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Lebih terperinciA. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka A. HIV/AIDS 1. Definisi HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan tubuh dianggap menurun
Lebih terperinciVirus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.
LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syindrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh manusia. Sejalan dengan berkembangnya proses infeksi, mekanisme pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang untuk pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Penyebabnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak, remaja dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi HIV&AIDS di Indonesia sudah berlangsung selama 15 tahun dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang memudahkan penularan virus penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan
Lebih terperinciTREND DAN ISU PENULARAN HIV DI INDONESIA DAN DI LUAR NEGRI
TREND DAN ISU PENULARAN HIV DI INDONESIA DAN DI LUAR NEGRI Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 positif, makrofag, dan komponen komponen
Lebih terperinciHIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global. Hasil dari laporan perkembangan situasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau
BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15
BAB IV HASIL PENELITIAN Terdapat 30 gigolo yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sejumlah 15 (50,0%) responden memiliki rentang usia 21-30 tahun, 9 (30,0%) dengan rentang usia 31-40 tahun, 4 (13,3%)
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori dan Konsep Penelitian 1. Kerangka Teori HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara vertical, horizontal dan transeksual.
Lebih terperinciSituasi HIV & AIDS di Indonesia
Situasi HIV & AIDS di Indonesia 2.1. Perkembangan Kasus AIDS Tahun 2000-2009 Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencangkup perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang mencangkup perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi
Lebih terperinciKUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON
KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan kelompok yang unik dengan kebutuhan yang khas, yaitu kebutuhan untuk mengenal identitas/ jati dirinya. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Remaja adalah fase kehidupan manusia yang spesifik. Pada saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa ini berdampak pada fisik dan jiwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN
PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS PADA PSK El Rahmayati*, Ririn Sri Handayani* Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan kumpulan
Lebih terperinciPERILAKU BERISIKO TERINFEKSI HIV PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH YAYASAN BINA INSAN MANDIRI KOTA DEPOK TAHUN 2013
PERILAKU BERISIKO TERINFEKSI HIV PADA REMAJA JALANAN DI RUMAH SINGGAH YAYASAN BINA INSAN MANDIRI KOTA DEPOK TAHUN 2013 Nurlaela, Agustin Kusumayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Lebih terperincib/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T
S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan tahapan di mana seseorang beralih dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency Syndrome (AIDS) adalah masalah besar yang mengancam banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut juga veneral (dari kata venus yang berarti Dewi cinta dari Romawi kuno) yang didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa perkembangan HIV/AIDS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat
Lebih terperinciJOURNAL GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMILIKI ANAK PADA WANITA DENGAN HIV POSITIF DI KOTA BOGOR. Yunita Anggraeni, Fakultas Psikologi
JOURNAL GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMILIKI ANAK PADA WANITA DENGAN HIV POSITIF DI KOTA BOGOR. Yunita Anggraeni, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, 2016 AIDS ( Acquired Immuno Deficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak terjadi pada laki-laki yang sering berganti - ganti pasangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang banyak terjadi pada laki-laki yang sering berganti - ganti pasangan. Sifilis atau yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV. Penyebaran dan penularan HIV/AIDS dominan terjadi
Lebih terperinciMenggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan
Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan Kemitraan Kementerian Kesehatan www.depkes.go.id hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palbapang Bantul dengan jumlah penduduk sebesar 10.238 dengan total penduduk perempuan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promiskuitas merupakan aktifitas seksual yang dilakukan dengan banyak atau lebih dari satu pasangan yang telah dikenal ataupun baru dikenal. Dampak perilaku promiskuitas
Lebih terperinciOleh: Logan Cochrane
Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang menakutkan bagi masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Indonesia karena penderita HIV/AIDS di dunia setiap tahunnya mengalami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, ini berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Remaja terdiri dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama 25 tahun dan sejak tahun 2000 sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Aquired
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV dan AIDS 2.1.1 Pengertian AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Aquired artinya didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis, dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 Perilaku seksual pranikah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang yang terjadi akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perilaku seksual pranikah ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita
Lebih terperinci