PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK MUHAMMAD INDRA KUSWARA A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK MUHAMMAD INDRA KUSWARA A"

Transkripsi

1 PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK MUHAMMAD INDRA KUSWARA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MUHAMMAD INDRA KUSWARA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 RINGKASAN MUHAMMAD INDRA KUSWARA. Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo l.) Hidroponik. Dibimbing Oleh ANAS D. SUSILA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas sayuran buah yang digemari oleh masyarakat. Melon berasal dari afrika, namun pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina. Tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat luas baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan karena melon juga memiliki kandungan gizi. Penampilan luar buah yang berbeda (berbentuk kotak) akan meningkatkan harga jual per buah melon. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar buah memiliki penampilan berbeda (berbentuk kotak) dari yang biasa. Melakukan manipulasi bentuk buah menyebabkan perubahan bentuk buah secara mekanis. Salah satu manipulasi bentuk dilakukan dengan memberikan wadah berbentuk kotak. Pengaruh yang ditimbulkan akibat manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon yang dihasilkan belum dapat diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menguji lebih lanjut pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah yang dihasilkan. Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca di Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai Oktober Penelitian ini disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal yaitu ukuran kotak dan waktu pemasangan dengan 5 taraf perlakuan yaitu (P1) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 1 minggu setelah antesis (MSA), (P2) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 2 MSA, (P3) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 1 MSA, (P4) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 2 MSA, dan (P0) tanpa kotak sebagai kontrol. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah memberikan pengaruh terhadap beberapa variabel kulitas buah. Variabel kualitas yang menunjukan pengaruh sangat nyata yaitu kekerasan kulit dan daging buah. Buah melon dengan perlakuan manipulasi bentuk memiliki

4 kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak yaitu mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1 dibandingkan buah melon tanpa perlakuan manipulasi bentuk yaitu mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1. Variabel bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan daging dan PTT buah hasilnya tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Kekerasan daging buah melon pada kotak kecil lebih lunak yaitu mm.kg -1.5s -1 dibandingkan pada kotak besar yaitu mm.kg -1.5s -1. Ketebalan daging buah pada kotak kecil lebih tipis yaitu mm dibandingkan pada kotak besar yaitu mm. Kekerasan daging buah melon pada waktu aplikasi kotak 1 MSA lebih lunak yaitu sebesar mm.kg -1.5s -1 dibandingkan aplikasi kotak 2 MSA yaitu sebesar mm.kg -1.5s -1. Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua perlakuan. Perlakuan yang dilakukan hanya dapat merubah bentuk buah melon menjadi sekitar 75 % berbentuk kotak. Perlakuan manipulasi bentuk juga mampu meningkatkan daya tarik konsumen. Hal ini berdasarkan hasil uji organoleptik, responden lebih menyukai penampilan, aroma dan rasa melon dengan perlakuan pengkotakan buah dibandingkan dengan kontrol (tanpa pengkotakan).

5 PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK The Effect of Fruit Shape Manipulation on Fruits Quality of Hydroponics Melon (Cucumis melo L.) Muhammad Indra Kuswara 1 dan Anas D. Susila 2 1 Student of Agronomy and Horticulture Departement, IPB 2 Lecture of Agronomy and Horticulture Departement, IPB Abstract The objective of this research was to study the effect of fruit shape manipulation on fruit quality of hydroponic melon. Different physical appearance it will raise the price of melon fruit. This study was conducted at Cikabayan (green house unit University Farm of IPB) from July to October The research was arranged in randomized Completely Block Design with 4 replications. Five different box treatments: (P1) Box A with 7 days after anthesis (DAA) application, (P2)Box A with 14 DAA, (P3)Box B with 7 DAA, (P4)Box B with 14DAA, (P0) Control (not uses box). The result of this study show fruit shape manipulation is significantly different result to fruit quality factor (fruit peel firmness, flesh firmness and fruit peel thickness). Box treatment application in 7 days after anthesis (DAA) is recommended because of the fruits have better square shape (physical appearance), firmness and peel thickness. Key words :Melon, shape manipulation, fruis quality,hydroponic

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul :PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK. Nama :MUHAMMAD INDRA KUSWARA NRP :A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir Anas D. Susila, M.Si NIP : Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP : Tanggal Lulus :..

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat tanggal 4 November Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Nana Kuswana dan Ibu Sri Rahayu. Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Taman Pagelaran Bogor, kemudian pada tahun 2003 penulis lulus dari SLTP Negeri 4 Bogor. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri I Bogor pada tahun Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Setelah satu tahun di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2007 penulis di terima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam Himpunan Mahasiwa Agronomi (HIMAGRON) pada tahun , menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Hortikultura tahun ajaran 2009/2010.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.) Hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap kualitas buah melon setelah terjadi manipulasi bentuk. Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca yang terletak di kebun percobaan IPB di Cikabayan, Darmaga, Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir Anas D. Susila, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi. 2. Dr. Ir Winarso D. Widodo, MS. dan Dr Dewi Sukma, SP, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam ujian skripsi. 3. Ayahanda, ibunda dan adik tercinta atas doa, dukungan dan arahannya selama ini. Bogor, April 2011 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Melon (Cucumis melo L.)... 3 Hidroponik... 5 Fertigasi... 5 Manipulasi Bentuk... 6 Kualitas Buah... 7 BAHAN DAN METODE... 9 Tempat dan Waktu... 9 Bahan dan Alat... 9 Metode Penelitian... 9 Pelaksanaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Panjang, Diameter dan Bobot Buah Kekerasan Kulit dan Daging buah Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Uji Organoleptik Cacat Pada Buah Pengelompokan Buah Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 27

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Panjang, Diameter dan Bobot Buah Saat Panen Kekerasan Kulit dan Daging Buah Saat Panen Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Saat Panen Uji Organoleptik Terhadap Aroma, Rasa, dan Penampilan Buah Saat Panen Cacat Pada Buah Saat Panen Pengelompokan Pada Buah Saat Panen... 20

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pemasangan Kotak Pada Buah Umur 2 MSA dan Umur 1 MSA Tanaman Melon dengan Budidaya Hidroponik pada umur 8 MST Tinggi Tanaman Melon Jumlah Buku Tanaman Melon Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon Melon dengan Perlakuan P4 dan P Cacat Buah pada Buah Melon... 20

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Melon Contoh Formulir Uji Organoleptik Buah Melon Data Suhu Pagi dan Siang hari didalam Greenhouse Data Kelembaban (RH) Pagi dan Siang hari didalam Greenhouse Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Panjang Buah Melon Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Diameter Buah Melon Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Bobot Buah Melon Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Padatan Total Terlarut (PTT) Buah Melon Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Tebal Daging Buah Melon Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Tebal Kulit Buah Melon Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kekerasan Daging Buah Melon Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kekerasan Kulit Buah Melon... 32

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas sayuran buah yang digemari oleh masyarakat. Melon berasal dari afrika, namun pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat luas baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan. Menurut Rahardjo (2007) peningkatan konsumsi buah melon memiliki hubungan yang erat dengan tingkat pengetahuan dan selera masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi bagi kesehatan manusia. Prospek pengembangan melon saat ini cukup cerah karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, harga relatif stabil, tanaman cepat menghasilkan buah, dan permintaan pasar meningkat. Menurut Departemen Pertanian (2008) produksi melon pada tahun 2007 mencapai ton dengan produktivitas rata-rata ton/ha. Sentra produksi buah melon di pulau Jawa diantaranya : Malang, Ngawi, Pacita, Madiun (Jawa Timur) serta Sukaharjo, Surakarta dan Klaten (Jawa Tengah). Keunggulan buah melon ini terletak pada rasanya yang manis, tekstur daging buah renyah, warna daging buah yang berwarna hijau atau oranye, serta pada buahnya mengeluarkan aroma harum. Selain memiliki keunggulan buah melon juga memiliki kandungan gizi. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam setiap 100 gr buah melon segar mengandung 41 kal, 0.9 mg protein, 0.1 mg lemak, 0,5 mg serat, 52 mg vitamin C, 500 mg I.U vitamin A, 14 mg kalsium dan mg karbohidrat. Harjadi (1989) menyatakan bahwa bagian buah yang dapat dimakan sebesar 47% dari total buah dan bagian tersebut mengandung air 94%. Kualitas buah menjadi unsur utama dalam komoditas hortikultura. Syarat utama permintaan pasar adalah kualitas buah selain penampakan buah yang sempurna, ukuran, rasa, dan kandungan gizi buah. Penampilan luar buah sering dijadikan pertimbangan oleh konsumen. Wijayani dan Widodo (2005) menyatakan, buah yang ditanaman di greenhouse memiliki kualitas buah yang lebih baik dibandingkan dengan penanaman di lahan terbuka.

14 2 Penampilan luar buah yang berbeda akan meningkatkan harga jual per buah melon. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar buah memiliki penampilan berbeda dari yang biasa. Melakukan manipulasi bentuk buah menyebabkan perubahan bentuk buah secara mekanis. Manipulasi bentuk dapat dilakukan dengan memberikan wadah berbentuk kotak. Menurut Coker (2005) pemberian kotak ini juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit. Pemberian kotak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bentuk buah secara mekanis, sehingga betuk buah melon akan berubah menjadi seperti kotak yang ditempatinya. Pengaruh yang ditimbulkan akibat manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon yang dihasilkan belum dapat diketahui, sehingga dalam penelitian dilakukan uji pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah yang dihasilkan. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon (Cucumis melo L.) hidroponik. Hipotesis 1. Ukuran kotak kecil yang digunakan dalam manipulasi bentuk buah pada melon akan menghasilkan kualitas buah yang lebih baik dibandingkan ukuran kotak besar. 2. Waktu aplikasi kotak 1 minggu setelah antesis (MSA) akan menghasilkan kualitas buah yang lebih baik dibandingkan 2 MSA.

15 3 TINJAUAN PUSTAKA Melon (Cucumis melo L.) Botani Melon (Cucumis melo L.) tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Di Amerika Serikat, melon yang dibudidayakan dikelompokan dalam dua tipe utama yaitu Netted melon dan Winter melon. Dalam klasifikasinya secara botani tipe-tipe melon yang dibudidayakan terbagi dalam dua varietas yaitu : Cucumis melo var. cantaloupensis (Cantalop/Muskmelon) dan Cucumis melo var. inodorus (Winter melon). Varietas cantaloupensis merupakan tipe netted melon sedangkan varietas inodorus merupakan tipe winter melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Netted melon mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar, berjaring, dan tahan lama. Musk melon memiliki bentuk buah bulat, kulit keras berjaring, daging buah hijau kekuningan, biji putih kecoklatan, dan aromanya harum. Contoh varietas Sky roket, Action, Aroma, dan Sweet star. Golongan canteloup memiliki bentuk bulat atau hampir bulat, ukuran buahnya lebih besar, daging buah kurang tebal, warnanya jingga, biji putih kekuningan dan harum aromanya. Varietas Autumn, Bianglala, Hales best termasuk golongan cantaloupe. Winter melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus dan mengkilap, yang termasuk winter melon adalah Casaba melon (Cucumis melo var. inodorus). Golongan casaba melon memiliki ciri-ciri berkulit tebal, agak keras, warna kulit hijau sampai kuning jingga dengan daging buah keras dan berwarna hijau muda atau jingga. Varietas Honey, Honey world, dan Sun merupakan varietas yang tergolong casaba melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Biji melon berbentuk elips dan licin serta berwarna putih atau kusam. Panjang biji berkisar dari 5-15 mm, rata-rata sekitar 30 biji dengan bobot 1 gram. Melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimutinya (lendir). Lendir tersebut terasa manis dan tidak banyak mengandung air (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

16 4 Bunga melon tergolong tanaman Andromonoecious, yaitu pada satu tanaman dihasilkan bunga jantan dengan serbuk sari dan bunga sempurna dengan serbuk sari, putik dan calon buah. Bunga yang terbentuk muncul dari ketiak daun, bunga jantan muncul dalam kelompok tiga sampai lima bunga per kelompok. Bunga sempurna tunggal dengan tangkai bunga yang gemuk pendek, dan tumbuh pada ketiak daun yang berbeda. Bunga jantan biasanya muncul lebih awal dari pada bunga sempurna (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Syarat tumbuh Pertumbuhan melon akan optimal jika dibudidayakan pada tanah dengan ph 6,0-6,8. Tanaman melon memerlukan curah hujan antara mm per tahun. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa kelembapan yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit yang mengakibatkan kerontokan daun dan ukuran buah lebih kecil saat panen. Menurut Harjadi (1989), suhu udara yang optimum untuk melon adalah sekitar C tetapi masih toleran terhadap suhu rendah C dan suhu tinggi 40 C. Suhu tinggi mutlak dibutuhkan pada saat periode pematangan buah. Kelembaban udara yang dibutuhkan sekitar 60%. Melon umumnya ditanam di dataran rendah menengah pada ketinggian di atas 300 m dpl, tetapi dapat diusahakan di dataran rendah yang memiliki kadar garam tinggi, yakni pada lokasi ketinggian 5 m di atas permukaan laut (Purnomo, 1993). Varietas Hibrida 7 Hibrida 7 merupakan melon tipe winter, karena kulit buahnya mulus dan ada yang sedikit berjaring, bentuk buahnya bulat dengan warna kulit berwarna putih agak kehijauan, serta memiliki tekstur buah halus tak berserat. Kelebihan yang dimiliki oleh hibrida 7 adalah memiliki nilai PTT sebesar o Brix (Raharjo, 2007), Menurut Andriyani (2006), hibrida 7 memiliki bobot rata-rata per buah kg serta toleran terhadap penyakit embun bulu (Peronospora cubensis) dan embun tepung (Erysipht cichoracearum). Menurut Rahardjo (2007) melon hibrida 7 yang ditanam dalam rumah kaca memiliki umur sedang antara 9-10 minggu setelah tanam (MST). Menurut Pusat Kajian Buah Tropika (2009),

17 5 varietas H7 yang ditanam di lahan memiliki umur panen 9 MST. Genotipe hibrida 7 unggul dalam ketahanan terhadap OPT, umur sedang 9 MST sampai 10 MST, bobot buah kg, penampilan menarik, padatan total terlarut 11.0 ⁰Brix, dan aroma harum. Hidroponik Hidroponik berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yakni hydro yang artinya air dan phononos yang artinya bekerja. Jadi hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air atau secara umum bercocok tanam tanpa tanah. Bertanam dengan sistem hidroponik mempunyai banyak keuntungan, diantaranya : (1) menghemat penggunan lahan, (2) kualitas produk lebih tinggi, (3) pengendalian hama dan penyakit tanaman lebih mudah, (4) pemberian nutrisi tanaman mudah diatur dan (5) tidak tergantung pada musim (Wardi et al, 1998). Menurut Schawrz (1995), media tanam yang digunakan untuk hidroponik bersifat inert. Media tanam yang dapat dapat digunakan diantaranya pasir, kerikil, perlite, vermikulit, peat, serbak gergaji, spon, sekam padi dan arang sekam. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penanaman tanpa tanah adalah tanaman tetap memerlukan unsur mineral, air dan penunjang. Pada umumnya media yang digunakan pada hidroponik tidak menyediakan unsur hara seperti halnya tanah. Oleh sebab itu, pemberian unsur mineral (hara) dalam bentuk larutan sangat penting dan harus benar-benar diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan setiap tanaman, dan diusahakan untuk tidak sampai mengalami defisiensi atau kelebihan unsur hara karena dapat menurunkan produktivitasnya. Media tanam yang sering digunakan dalam budidaya hidroponik adalah arang sekam, karena arang sekam mempunyai tekstur yang kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara dan dapat menghindari penyakit tular tanah karena telah melalui tahap sterilisasi yaitu pembakaran (Susanto, et al. 2005). Fertigasi Budidaya dengan sistem hidroponik memungkinkan pemberian pupuk dilakukan bersaman dengan pengairan. Manajemen pemupukan (fertilization)

18 6 dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut fertigasi (fertilization and irrigation) (Susila, 2006). Pengairan dalam sistem budidaya secara hidroponik dilakuan melalui sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes merupakan metode pemberian air pada tanaman secara langsung melelui tetesan-tetesan yang sinambung dan perlahan, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah. Alat pengeluaran air pada sistem irigasi tetes disebut emitter (Schawab et al., 1981). Pemberian air irigasi dengan cara membasahi daerah perakaran bertujuan untuk membasahi secara keseluruhan lahan, sehingga dapat mengurangi penguapan air secara berlebih dan efisiensi pemakaian air dapat mendekati 100% dan penghematan air mencapai 30-50% (Hansen et al., 1979). Keuntungan dari penggunaan irigasi tetes diantaranya hemat dalam pemakaian air dan tenaga kerja, dapat menekan aktivitas organisme pengganggu tanaman, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemberian pupuk dan pestisida, mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi topografi dan sifat media tumbuh tanaman. Kelemahan dari penggunaan irigasi tetes adalah biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalansi dan pengoperasian sistem, serta adanya penyumbatan emitter (Prastowo dan Liyantono, 2002). Penggunaan larutan nutrisi pada media tumbuh merupakan faktor utama dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Pada sistem hidroponik melon, hara yang digunakan adalah larutan AB Mix. Pupuk ini terdiri dari dua kelompok, yaitu pupuk stok A dan pupuk stok B. Pupuk stok A terdiri dari unsur N, K, Ca, dan Fe sedangkan pupuk stok B terdiri dari unsur N, P, S, Mg, B, Mn, Cu, Mo, dan Zn. Pupuk stok A mengandung kalsium dan besi, sedangkan pupuk stok B mengandung sulfat dan posfat, sehingga dalam pembuatan larutan stok, keduanya tidak boleh tercampur karena akan menyebabkan pengendapan dan dapat menyumbat emitter pada jaringan irigasi tetes (Susila, 2006). Manipulasi Bentuk Manipulasi bentuk dilakukan dengan cara pemberian wadah saat buah belum masak. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar

19 7 buah memiliki penampilan lebih menarik dari yang biasa misalnya berbentuk kotak. Perlakuan pemberian wadah juga mampu membuat penampilan buah lebih menarik (Rusdianto, 1995). Pembungkusan buah dapat menyebabkan akumulasi panas, sehingga memacu proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan buah (Damayanti, 2000). Berbagai macam bahan telah digunakan untuk kotak manipulasi bentuk buah contohnya kaca, kayu, plastik dan semen. Menurut Coker (2005) penggunaan kaca sebagai kotak untuk memanipulasi bentuk semangka akan membuat kotak pecah tertekan oleh buah. Pemakaian kotak plastik yang dilapisi oleh semen dibagian luar akan menyebabkan buah pecah dan sulit untuk dipanen. Nguyen (2007) menyatakan penggunaan kotak dari bahan kayu akan menyebabkan peningkatan serangan hama dan menghalangi cahaya matahari langsung mengenai buah. Penggunaan kotak kaca dengan kerangka alumunium dilakukan untuk membiarkan cahaya matahari langsung mengenai buah melon. Pemasangan kotak dilakukan pada 6 MST atau diameter buah mencapai 11 cm atau 12 cm pada melon F1 hasil persilangan Yellow dan Thang Long, buah akan menekan kotak dan terbentuk sesuai dengan bentuk kotak saat dipanen (11 MST) (Nguyen, 2007). Menurut Nguyen (2007) untuk membuat melon menjadi kotak sempurna dibutuhkan banyak percobaan karena peluang keberhasilanya hanya 40%. Kualitas Buah Menurut Santoso dan Purwoko (1995) kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut. Kualitas yang diinginkan berbeda oleh setiap orang baik itu petani produsen, penerima dan distributor pasar, dan konsumen. Petani produsen menghendaki kultivar yang berdaya hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen, dan tahan unuk dikirim jauh. Distributor menginginkan kualitas penampilan, kekerasan dan daya simpan yang panjang. Konsumen lebih memperhatikan tingkat kekerasa buah, penampilan buah, rasa buah dan nilai gizi buah. Kualitas buah meliputi kualitas rasa, kualitas penampilan, kualitas tekstur, dan nilai nutrisi. Kualitas buah sangat dipengaruhi oleh faktor pra panen dan

20 8 pasca panen. Menurut Pantastico (1986) faktor-faktor pra panen yang mempengaruhi kulitas buah yaitu varietas, kemasakan, faktor-faktor lingkungan dan pembudidayaan. Faktor-faktor pasca panennya meliputi pemanenan, perlakuan pasca panen dan pendistribusian. Kualitas buah melon yang baik diantaranya penampilan luarnya tidak cacat, mulus dan jaring 90% baik (pembentukan jaring yang sempurna pada netted melon) memiliki aroma yang harum serta buah yang seragam. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), melon yang berkualitas tinggi memiliki kandungan padatan terlarut 10% (Brixº) atau lebih. Aroma melon yang khas berasal dari berbagai macam senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam dan ester yang terbentuk selama pematangan.

21 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor pada ketinggian 250 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai Oktober Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah melon varietas Hibrida 7, Winter melon (Cucumis melo var. inodorus) dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Hara yang digunakan berupa larutan AB Mix yang terdiri dari pupuk stok A (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2 dan FeEDTA) dan pupuk stok B (KNO 3, K 2 SO 4, KH 2 PO 4, MgSO 4, MnSO 4, CUSO 4, (NH 4 )S0 4, Na 2 HBO 3, ZnSO 4 dan NaMoO 4 ).Komposisi - hara yang digunakan yaitu: NO ppm, NH ppm, K ppm, PO ppm, Ca ppm. Mg ppm, SO ppm, Fe 2.14 ppm, B 1.2 ppm, Zn 0.26 ppm, Cu ppm, Mn 0.18 ppm dan Mo ppm. Media tanam berupa arang sekam. Insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos. Peralatan yang digunakan berupa tray semai, instalasi irigasi tetes, gelas ukur ml, kontainer 100 liter (2 buah), kontainer liter, termohygrometer, hand refraktometer, penetrometer, ph meter, EC meter, jangka sorong digital, ember, label, alat tulis, meteran, gunting pangkas, alkohol, sarung tangan, pisau, timbangan digital, polybag 35 cm x 35 cm, wadah bentuk kotak dari flexi glass (mika) transparan dengan ketebalan 3 mm dengan ukuran 12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm dan 10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm. Metode Penelitian Percobaan ini dilakukan dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal yaitu ukuran kotak dan waktu pemasangan dengan 5 taraf perlakuan yaitu (P1) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 1 minggu setelah antesis (MSA), (P2) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 2 MSA, (P3) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 1 MSA, (P4) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 2 MSA,

22 10 dan (P0) tanpa kotak sebagai kontrol. Percobaan ini terdiri dari empat ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan. Tiap satuan terdiri dari tiga tanaman sehingga jumlah keseluruhan 60 tanaman. Model linier yang digunakan adalah: Y ij = μ + i + j + ε ij (i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3,4) Keterangan, Y ij μ : Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Nilai rataan umum α i β j ε ij : Pengaruh perlakuan ke-i : Pengaruh kelompok atau ulangan ke-j : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan dilakukan dengan analisis ragam (Uji-F). Jika hasil Uji-F menunjukkan pengaruh nyata maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Kontras Ortogonal pada taraf α = 5% Pelaksanaan Sebelum penelitian dilaksanakan, rumah kaca dibersihkan serta alat dan bahan disiapkan. Larutan hara stok A dan B masing-masing dilarutkan degan menambahkan air sebanyak 90 liter ke kontainer A dan B (100 liter). Larutan hara stok A dan B diambil masing-masing 10 liter, kemudian diecerkan menjadi liter ke dalam kontainer liter dengan nilai EC mmhos (ms.cm -1 ). Penyemaian benih dilakukan selama 3 minggu dengan media kascing. Pindah tanam dilakukan kedalam polybag (35 cm x 35 cm) dengan media arang sekam, satu bibit untuk satu polibag. Jarak antar polybag 60 cm ditempatkan dalam 2 baris secara zig-zag. Irigasi yang digunakan adalah irigasi tetes. Sebelum penanaman, media disiram dengan air hingga cukup lembab. Lalu, dripper stick ditancapkan pada media tanam. Penyiraman dan pemupukan dilakukan bersamaan (fertigasi) dengan menggunakan irigasi tetes. Aplikasi fertigasi disesuaikan dengan umur tanaman, seperti pada awal pindah tanam sampai umur 2 MST volume yang diaplikasikan sebesar 250 ml pertanaman. Larutan fertigasi diukur kadar EC

23 11 sesuai dengan umur tanaman. Volume dan jadwal penyiraman disajikan pada Lampiran 1. Pemeliharaan dilakukan mulai awal pindah tanam dengan melakukan pelilitan batang tanaman pada benang sebagai ajir. Pemangkasan cabang lateral dilakukan dengan membuang (memangkas) cabang lateral pada ruas Tunastunas yang tumbuh dibagian atas ruas ke 20 dipangkas. Cabang ke dipelihara untuk calon buah. Pemasangan kotak dengan ukuran (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) dan (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) dilakukan saat 1 minggu setelah antesis (MSA) (Gambar 1a) dan 2 MSA (Gambar 1b). (a) Gambar 1. (a) Buah Melon Umur 1 MSA (b) Pemasangan Kotak Pada Buah Umur 2 MSA Penyemprotan tanaman dilakukan untuk mengurangi Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang menyerang tanaman dengan menggunakan insektisida. Aplikasi insektisida dengan konsentasi 2 ml/liter dan dosis penyemprotan sekitar 50 ml/tanaman setelah dilarutkan dalam air. Pada awal penanaman (4 MST), tanaman disemprot insektisida sebanyak 3 hari sekali sampai tanaman mulai berbuah. Saat tanaman mulai berbuah (8 MST) penyemprotan dilakukan seminggu sekali sampai 2 minggu sebelum panen. (b) Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak pindah tanam pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) sampai 8 MST. Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman contoh pada setiap perlakuan. Pengamatan dibagi menjadi dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Pengamatan pada fase vegetatif ini bertujuan

24 12 untuk melihat perkembangan tanaman melon dan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk (topping) Pengamatan fase vegetatif meliputi: 1. Jumlah buku, dihitung dari buku pertama hingga buku terakhir. 2. Tinggi tanaman (cm), diukur dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh. 3. Panjang ruas rata-rata (cm), dihitung dari tinggi tanaman dibagi jumlah buku setiap minggunya. Pengamatan fase generatif meliputi: 1. Umur buah, dihitung setelah terjadi antesis. 2. Umur panen, dihitung dari pindah tanam sampai panen Pengamatan buah dilakukan setelah panen dilakukan pada empat tanaman contoh yaitu variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Pengamatan variabel kuantitatif meliputi: 1. Bobot buah (gram), diukur dengan timbangan digital. 2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah. 3. Diameter buah (cm), diukur dengan jangka sorong pada bagian tengah buah 4. Kekerasan kulit buah dan daging buah (mm/kg/5 s), diukur menggunakan penetrometer pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah. 5. Tebal daging buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital. 6. Tebal kulit buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital. 7. Padatan terlarut total (PTT), diukur menggunakan hand refraktometer. Pengamatan variabel kualitatif meliputi: 1. Pengelompokan bentuk buah dilakukan secara kualitatif. 2. Ada atau tidaknya cacat fisik pada buah yang dilakukan secara kualitatif. 3. Uji Organoleptik uji aroma, rasa dan penampilan buah dengan cara uji kesukaan yang dilakukan pada 20 responden. Pengujian menggunakan skor yang selanjutnya dilakukan pengolahan dengan menghitung rataan. Skoring ini menggunakan skala angka satu sampai lima, angka satu menunjukan sangat tidak suka dan angka lima sangat suka. Contoh formulir Organoleptik ada pada Lampiran 2.

25 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca sangat tinggi berkisar antara 40-45ºC saat siang hari dan ºC saat pagi hari (Lampiran 3) dan kelembaban antara % (Lampiran 4). Suhu yang sangat tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan sementara. Hama tanaman yang menyerang tanaman saat penelitian berlangsung adalah pengorok daun (Liriomyza spp). Penyakit yang menyerang tanaman diantaranya embun tepung (Erysipht cichoracearum) dan penyakit kerdil (Cucumber Green Mottle Mosaic Virus). Hama dan penyakit yang menyerang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengendalian hama menggunakan insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos dengan konsentrasi 2 ml/liter. s Gambar 2. Tanaman Melon dengan budidaya Hidroponik pada umur 8 MST

26 14 Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Berdasarkan Gambar 3 pertambahan tinggi tanaman melon paling tinggi terjadi pada 8 MST yaitu sebesar cm. Pertambahan tinggi tanaman dihentikan pada 8 MST dengan melakukan pemangkasan pucuk. Tinggi Tanaman (cm) MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Gambar 3. Tinggi Tanaman Melon Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat jumlah buku (ruas) pada tanaman setiap minggu mengalami pertambahan. Pertambahan jumlah buku tanaman paling banyak pada umur 8 MST yaitu sebanyak 9 buah Jumlah buku MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Gambar 4. Jumlah Buku Tanaman melon Rata-rata panjang ruas diantara dua buku tanaman mengalami pertambahan panjang ruas setiap minggu (Gambar 5). Pada awal pertumbuhan tanaman pertambahan panjang ruas diantara dua buku tanaman bertambah sangat rendah diduga karena tanaman baru melakukan penyesuaian dengan kondisi di dalam rumah kaca. Pertambahan panjang ruas rata-rata terbesar terjadi pada umur 7 MST yaitu sebesar 1.45 cm.

27 15 Panjang Ruas (cm) MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Gambar 5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon Panjang, Diameter dan Bobot Buah Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa pelakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah saat panen. Panjang dan diameter buah berkisar antara sampai cm untuk panjang buah, sedangkan untuk diameter buah sampai cm. Panjang dan diameter buah melebihi ukuran kotak sehingga kotak menjadi rusak (pecah). Bobot buah melon saat panen berkisar sampai gram. Tabel 1. Panjang, Diameter dan Bobot Buah Melon Saat Panen Perlakuan Panjang Buah Diameter Bobot buah (cm) (cm) (gr) Kontrol (P0) Kotak kecil saat 1 MSA (P1) Kotak kecil saat 2 MSA (P2) Kotak besar saat 1 MSA (P3) Kotak besar saat 2 MSA (P4) Uji F tn tn tn KK Ket : tn menunjukan tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5% Kekerasan Kulit dan Daging buah Berdasarkan data pada Tabel 2, didapatkan bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kekerasan kulit dan daging buah. Kekerasan kulit dan daging buah terbesar pada perlakuan P1 yaitu mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1 dan yang terkecil yaitu pada Kontrol (P0) yaitu mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1. Nilai kekerasan

28 mm.kg -1.5s -1 memiliki arti bahwa dengan tekanan 1 kg kedalaman jarum pada buah mencapai mm selama 5 detik. Hasil yang didapat menunjukan perlakuan P1 memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak dari perlakuan P0 (Kontrol). Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak dan dengan kotak terhadap kekerasan kulit dan daging buah memberikan pengaruh nyata. Perlakuan dengan kotak memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kekerasan kulit. Sedangkan untuk kekerasan daging didapatkan hasil yang berbeda sangat nyata dengan nilai kotak kecil lebih besar (lebih lunak) yaitu mm.kg -1.5s -1. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil berbeda nyata terhadap kekerasan kulit dan daging buah. Waktu aplikasi kotak saat 1 MSA memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut yaitu mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1. Tabel 2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Saat Panen Perlakuan Kekerasan kulit Kekerasan daging (mm.kg -1.5s -1 ) Kontrol (P0) Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) Kotak Besar saat 1 MSA (P3) Kotak Besar saat 2 MSA (P4) Uji F ** ** KK Uji kontras : Tanpa kotak Kotak Uji kontras ** ** Kotak kecil Kotak besar Uji kontras tn ** 1 MSA MSA Uji kontras * ** Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%), ** = Berbeda sangat nyata (α =1%)

29 17 Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Berdasarkan data pada Tabel 3, bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap padatan total terlarut (PTT) saat panen. Padatan total terlarut (PTT) buah saat panen memiliki kiasaran 8.03 sampai ºBrix. Menurut Setyowati (2009), nilai padatan total terlarut (PTT) dapat digunakan dalam menggambarkan cita rasa yang dimiliki suatu buah, semakin tinggi nilai padatan total terlarut (lebih dari 10 Brixº) maka kualitas buah tersebut akan baik. Tabel 3. Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Saat Panen Perlakuan Ketebalan Ketebalan PTT kulit buah daging buah (ºBrix) (mm) (mm) Kontrol (P0) Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) Kotak Besar saat 1 MSA (P3) Kotak Besar saat 2 MSA (P4) Uji F tn * * KK Uji kontras : Tanpa kotak Kotak Uji kontras tn ** tn Kotak kecil Kotak besar Uji kontas tn tn ** 1 MSA MSA Uji kontras tn tn tn Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%), ** = Berbeda sangat nyata (α =1%) Perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah memberikan pengaruh nyata terhadap ketebalan kulit dan daging buah saat panen. Pada kontrol (P0) didapat ketebalan kulit buah yang paling tebal yaitu 2.48 mm, sedangkan untuk perlakuan Kotak besar saat 1 MSA (P3), Kotak kecil saat 2 MSA (P2), Kotak kecil saat 1 MSA (P1), Kotak besar saat 2 MSA (P4) yaitu berturut-turut 1.79 mm, 1.85 mm, 1.94 mm dan 2.01 mm. Hasil yang didapat pada ketebalan daging buah untuk pelakuan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) memberikan

30 18 pengaruh nyata yaitu sebesar mm, sedangkan ketebalaan daging buah pada pelakuan P0, P1, P2, P3 berurutan mm, mm, mm, mm. Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak memberikan hasil lebih besar yaitu 2.48 mm dibandingkan perlakuan dengan kotak yaitu 1.90 mm, terhadap ketebalan kulit buah. Perlakuan pengkotakan memberikan pengaruh sangat nyata (lebih tipis) terhadap ketebalan kulit. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil perlakuan kotak besar memberikan nilai lebih besar yaitu mm dibandingkan kotak kecil mm, terhadap ketebalan daging buah. Perlakuan ukuran kotak memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ketebalan daging buah. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap padatan total terlarut (PTT), ketebalan kulit dan daging buah. Uji Organoleptik Berdasarkan Tabel 4, responden lebih menyukai perlakuan kotak besar saat 1MSA (P3) (Gambar 6b). Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut memiliki rasa daging buah yang paling manis yaitu dengan skor 4.40 ± Selain itu pelakuan kotak besar saat 1 MSA (P3) memiliki aroma buah yang paling wangi yaitu dengan skor 3.55 ± 0.60 dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) mempunyai penampilan buah yang paling disukai responden (3.80 ± 0.89) dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 6a). Hal ini terjadi karena pada perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) memiliki bentuk buah yang buah yang hampir kotak sempurna. Tabel 4. Uji Organoleptik Terhadap Aroma, Rasa, dan Penampilan Buah Saat Panen Skor Pelakuan Rasa Aroma Penampilan Kontrol (P0) 2.05 ± ± ± 0.69 Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 3.10 ± ± ± 0.88 Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 3.30 ± ± ± 0.88 Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 4.40 ± ± ± 0.93 Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 2.70 ± ± ± 0.89 Keterangan : Skor : 1 = sangat tidak suka 3 = netral 5 = sangat suka 2 = tidak suka 4 = suka

31 19 (a) Gambar 6. (a) Melon dengan Perlakuan Kotak Besar saat 2 MSA (P4) (b) Melon dengan Perlakuan Kotak Besar saat 1 MSA (P3) Cacat Pada Buah Cacat buah pada penelitian ini terjadi pada seluruh perlakuan. Berdasarkan Tabel 5, cacat buah 100 % dan 25 % terjadi pada semua perlakuan masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 75 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA (P1) dan kotak besar dengan waktu aplikasi 1 MSA (P3) masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 50 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 2 MSA (P2) sebanyak 1 buah dan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) sebanyak 1 buah. Tabel 5. Cacat Pada Buah Saat Panen 100 % 75 % 50 % 25 % Pelakuan ----buah---- Kontrol (P0) Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) Kotak Besar saat 1 MSA (P3) Kotak Besar saat 2 MSA (P4) (b)

32 20 (a) (b) (c) Pengelompokan Buah Pengelompokan buah dilakukan pada saat panen, pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas buah yang baik. Dalam pengelompokan ini dilakukan dengan cara skoring. Skor dibagi menjadi 1-6 nilai (Tabel 6). Skor Gambar 7. (a) Cacat Buah 25% (b) Cacat Buah 50% (c) Cacat Buah 75% pada buah melon Tabel 6. Pengelompokan Pada Buah Saat Panen Keterangan 1 Buah berbentuk bulat tidak mengalami perubahan bentuk. 2 Buah mengalami perubahan bentuk buah menjadi berbentuk kotak 25% 3 Buah mengalami perubahan bentuk buah menjadi berbentuk kotak 50% 4 Buah mengalami perubahan bentuk buah menjadi berbentuk kotak 75% Perlakuan P0 P1 P2 P3 P Buah mengalami perubahan bentuk buah menjadi berbentuk kotak 100% 6 Buah afkir / busuk Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua perlakuan diduga karena bentuk dan ukuran kotak yang kurang tepat. Buah melon yang terbentuk kotak 25% - 75% sebanyak 33 buah melon atau sebesar 55% dari total buah yang diamati. Perlakuan yang paling banyak membentuk buah menjadi berbentuk kotak 75% adalah perlakuan kotak kecil saat 1 MSA (P1) yaitu sebanyak 5 buah.

33 21 Pembahasan Pertumbuhan vegetatif yang diamati pada pernelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah buku dan panjang ruas rata-rata. Pengamatan vegetatif ini bertujuan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk pada tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu dan selalu terjadi peningkatan pada setiap minggu. Peningkatan terbesar terjadi saat tanaman berumur 8 MST. Tanaman memasuki fase generatif yaitu pada saat tanaman mulai berbuah rata-rata pada umur 9 MST. Pada saat tanaman mulai memasuki fase generatif dilakukan pemangkasan pucuk (toping) yang dilakukan pada seluruh tanaman. Pemangkasan pucuk dilakukan untuk mengurangi transpirasi tanaman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanaman dan pengurangi serangan hama penyakit. Pengamatan pada saat panen yaitu panjang buah, diameter buah dan bobot buah memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini didapat berdasarakan hasil uji F, jadi perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah. Hal ini disebabkan buah yang dipertahankan 1 buah pertanaman. Menurut Setyowati (2009), buah melon yang dipertahankan 1 buah pertanaman dapat menghasilkan panjang buah, diameter buah, lingkar buah dan bobot buah yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kekerasan kulit dan daging buah perlakuan kontrol (P0) mendapatkan nilai lebih kecil (lebih keras) dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini diduga bahwa pelakuan manipulasi bentuk (pengkotakkan) buah menyebabkan kulit dan daging buah menjadi lebih lunak karena adanya gangguan mekanis pada lapisan-lapisan epidermal pada sistem jaringan kulit buah saat pemasakan buah. Pantastico (1989) menyatakan pengaturan permulaan berbagai proses fisika dan fisiko-kimiawi pada buahbuahan yang telah dipanen bergantung pada sifat lapisan-lapisan epidermal. Pertukaran gas, kehilangan air, patogen-patogen, peresapan bahan kimia, kerusakan mekanis, perubahan-perubahan tekstural, semuanya dimulai dari permukaan buah. Namun perbedaan tidak nyata didapat antara perlakuan kotak kecil dan kotak besar disemua waktu perlakuan baik 1 MSA maupun 2 MSA.

34 22 Perlakuan perbedaan ukuran kotak yang dipakai tidak mempengaruhi kekerasan yang didapat. Nilai padatan total terlarut (PTT) yang terdapat pada suatu buah menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas buah tersebut. Padatan total terlarut (PTT) ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat rasa, kemanisan dan kematangan buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), tinggi kadar padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan meningkatkan kualitas buah. Hasil penelitian ini didapatkan hasil padatan total terlarut antara 8-10 ºBrix. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) melon yang berkualitas memiliki kandugan padatan total terlarut sebesar 10% (ºBrix) atau lebih. Berdasarkan hasil yang didapat perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap padatan total terlarut (PTT). Cacat buah yang terjadi pada semua perlakuan menunjukan pelakuan manipulasi bentuk tidak berpengaruh nyata terhadap cacat buah yang terjadi. Cacat buah yang terjadi umumnya adalah pecah buah. Pecah buah ini terjadi diduga karena hanya terdapat 1 buah pertanaman yang menyebabkan akumulasi asimilat yang berlebih pada buah dan terdapat tekanan atau paksaan secara mekanis saat kulit buah mulai menyentuh dinding kotak perlakuan. Poerwanto (1996) menyatakan buah yang menerima asimilat lebih bayak lebih rentan terhadap pecah buah. Andriyani (2006) menyatakan hibrida H7 memiliki kekurangan pada buah yang mudah mengalami cracking atau pecah buah. Pelakuan pengkotakkan juga diduga menyebabkan akumulasi panas yang terjadi di dalan kotak, sehingga proses pematangan dan perkembangan buah menjadi lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian Setyowati (2009) yang menyatakan pelakuan penutupan buah saat awal perkembangan buah menyebabkan akumulasi panas, sehingga proses perkembangan dan pematangan buah lebih cepat. Perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah melon ini memberikan penampilan buah yang berbeda dengan kontrol. Untuk penampilan buah yang berbentuk kotak sempurna tidak didapatkan, hal ini dikarenakan kotak yang digunakan untuk mencetak buah menjadi bentuk kotak tidak kuat menahan tekanan buah saat proses perkembangan. Perlakuan yang dilakukan hanya dapat merubah bentuk buah melon menjadi sekitar 75 % berbentuk kotak. Semua

35 23 perlakuan yang dapat membentuk kotak hingga 75 %, tetapi perlakuan yang paling banyak mendapatkan hasil yaitu kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA. Panen buah dilakukan sekitar umur MST (4 MSA). Buah yang dipanen merupakan buah yang menunjukan tanda-tanda sudah layak panen seperti tercium aroma buah, perkembangan zona absisik antara buah dan tangkai buah. Perlakuan manipulasi bentuk juga mampu meningkatkan daya tarik konsumen. Hal ini berdasarkan hasil uji organoleptik, responden lebih menyukai penampilan, aroma dan rasa melon dengan perlakuan pengkotakan buah dibandingkan dengan kontrol (tanpa pengkotakan).

36 24 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah memberikan pengaruh terhadap beberapa variabel kulitas buah. Variabel kualitas yang menunjukan pengaruh sangat nyata yaitu kekerasan kulit dan daging buah. Buah melon dengan perlakuan manipulasi bentuk memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak yaitu mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1 dibandingkan buah melon tanpa perlakuan manipulasi bentuk yaitu mm.kg -1.5s -1 dan mm.kg -1.5s -1. Variabel bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan daging dan PTT buah hasilnya tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Ukuran kotak kecil memberikan pengaruh sangat nyata pada kekerasan dan ketebalan daging buah. Kekerasan daging buah melon pada kotak kecil lebih lunak yaitu mm.kg - 1.5s -1 dibandingkan pada kotak besar yaitu mm.kg -1.5s -1. Ketebalan daging buah pada kotak kecil lebih tipis yaitu mm dibandingkan pada kotak besar yaitu mm. Waktu aplikasi kotak saat 1 MSA memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kekerasan daging buah. Kekerasan daging buah melon pada waktu aplikasi kotak 1 MSA lebih lunak yaitu sebesar mm.kg -1.5s -1 dibandingkan aplikasi kotak 2 MSA yaitu sebesar mm.kg -1.5s -1. Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua perlakuan. Perlakuan yang dilakukan hanya dapat merubah bentuk buah melon menjadi sekitar 75 % berbentuk kotak Saran Perlu dilakukan kembali penelitian dengan desain dan ukuran kotak yang tepat. Bahan pembuat kotak harus lebih tebal untuk mencegah terjadinya kerusakan pada kotak. Penggunaan varietas melon jenis lain seperti H52 atau Golden Langkawi karena varietas melon H7 memiliki kekurangan mudah mengalami pecah buah (cracking).

37 25 DAFTAR PUSTAKA Andriyani Evaluasi Karakter Hortikultura Enam Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Seri III Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Coker, C Adventure in Horticulture. Coastal Research & Extension Center. Mississippi State University. Mississippi. Damayanti, M Pengaruh Jenis Pembungkusan dan Saat Pembungkusan terhadap Kualitas Buah Jambu Air. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Departemen Pertanian Volume Ekspor Komoditas Buah-buahan di Indonesia periode [25 November 2009]. Harjadi, S.S Dasar-Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, IPB. Bogor. 506 hal. Hansen, V.E., O.W. Israelsen and G.E. Stringham Irrigation Principles and Practices. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 387 p. Nguyen, D.T Vietnam: Biotech student pioneers square melons. Pantastico, E.B Fisiologi Pasca Panen, Penanganan Dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari : Post Harvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. Penerjemah : Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 887 hal. Poerwanto, E.H Pengaruh Perlakuan Toping, Aplikasi Auksin dan dan Aplikasi Kalium Terhadap Pecah Buah pada Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). Skipsi. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prastowo dan Liyantono Irigasi tetes (drip irigation). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal. Purnomo, S Daya apadtasi semangka dan melon di dataran rendah. Jurnal Hortikultura 3(1): Pusat Kajian Buah Tropika Profil produk pengembangan buah unggulan. Pusat Kajian Buah Tropika. Bogor. 16 hal. Rahardjo, A Uji Karakteristik Hortikultura Enam Genotipe Melon (Cucumis melo L.) Dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi Sayuran Dunia 3: Prinsip, Produksi dan Gizi Edisi ke-2. Terjemahan dari : World Vegetabels : Principles,

TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Melon (Cucumis melo L.) Botani Melon (Cucumis melo L.) tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Di Amerika Serikat, melon yang dibudidayakan dikelompokan dalam dua tipe utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBUNGKUSAN BUAH TERHADAP KUALITAS MELON

PENGARUH PEMBUNGKUSAN BUAH TERHADAP KUALITAS MELON Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura PENGARUH PEMBUNGKUSAN BUAH TERHADAP KUALITAS MELON (Cucumis melo L.) SECARA HIDROPONIK The Effect of Fruit Wraping on Fruit Quality Hydroponically Grown

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura PENGARUH JUMLAH BUAH PER TANAMAN DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK The

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

Novi Rahmawaty 1 dan Anas D Susila 2

Novi Rahmawaty 1 dan Anas D Susila 2 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Optimasi pada Budidaya Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L. ) secara Hidroponik dalam Greenhouse The effect

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK Oleh : Anna Yuda Norma Sari A34304034 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

MENENTUKAN KONSENTRASI MOLIBDENUM TERBAIK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

MENENTUKAN KONSENTRASI MOLIBDENUM TERBAIK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) PADA SISTEM HIDROPONIK J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Islami et al.: Menentukan konsentrasi molibdenum terbaik 347 Vol. 2, No. 3: 347 352, September 2014 MENENTUKAN KONSENTRASI MOLIBDENUM TERBAIK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK Oleh : Anna Yuda Norma Sari A34304034 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Januari 2016, bertempat di Screen House B, Rumah Kaca B, dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan ketinggian tempat 95 m dpl bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK ARGA WISNU PRADANA A

PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK ARGA WISNU PRADANA A PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK ARGA WISNU PRADANA A24080087 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik

Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik Pengaruh Penambahan Zeolit pada Media Tumbuh Tanaman pada Tanaman Melon dan Semangka dalam Sistem Hidroponik M. Bagus Pangestu 1, Suwardi 2, dan Widiatmaka 2. 1 Alumni Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat dan bersifat herbacious (Ashari, 2008). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2012

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 11 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Screen House B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem hidroponik merupakan teknologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4, BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kompleks Citra Arkadia Jl. Bunga Wijaya Padang Bulan, Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV P0V1 P0V1 P0V1 P0V1 P1V1 P1V1 P1V1 P1V1 P2V1 P2V1 P2V1 P2V1 P3V1 P3V1 P3V1 P3V1 P4V1 P4V1 P4V1 P4V1 P0V2 P0V2 P0V2 P0V2 P1V2 P1V2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan, Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cucurbitaceae. Pembudidayaan mentimun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili Cucurbitaceae. Melon tersebar ke seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A24050822 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci