BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskiptif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskiptif"

Transkripsi

1 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskiptif yang dilakukan di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang pada tanggal 19 Agustus 31 Agustus Yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu seluruh pasien yang berusia 45 tahun yang menjalani rawat inap di ruang Anggrek dan Ruang cempaka. Total sampel yang diperoleh sebanyak pasien namun 10 antaranya sudah terdiagnosa dengan PJK. Tabel 4.1 Distribusi pasien rawat inap usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum Semarang PJK Pasien rawat inap Jumlah % Terdiagnosa PJK Tidak Terdiagnosa PJK Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, data yang didapat adalah data primer yakni dengan melakukan wawancara pada pasien dan keluarga pasien dan data sekunder dengan melakukan pencatatan hasil rekam medik yang terdapat di ruang Anggrek dan Cempaka RS Panti Wilasa Citarum Semarang.

2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan Analisa Univariat 1. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi a. Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Variabel Jenis Kelamin di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka Jenis Kelamin Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumla % h Laki-Laki Perempua n Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan jenis kelamin di RS Panti Wilasa Citarum semarang Ruang Anggrek dan Cempaka yaitu laki-laki total sebanyak 18 orang (60,00%), sedangkan perempuan sebanyak 12 orang (40,00%). Pasien 45 tahun tidak menderita PJK sebanyak 20 pasien dengan jumlah laki-laki sebanyak 10 orang (50,00%) dan perempuan sebanyak 10 orang (50,00%) sedangkan pasien yang menderita PJK terdapat 10 pasien dengan jumlah laki-laki sebanyak 8 orang (80,00%) dan perempuan 2 orang (20,00%).

3 44 b. Usia Tabel 4.3 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Variabel Usia di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka. Usia Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumla % Jumlah % Jumlah % h > Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan Usia di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 8 orang (80,00%) diantaranya berusia tahun 1 pasien (10,00%) berusia 56-65, dan 1 pasien (10,00%) berusia Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK sebanyak 8 orang (40,00%) berusia tahun, 8 orang (40,00%) berusia tahun, 3 orang (15,00%) berusia dan 1 orang (5,00%) yang berusia >75 tahun. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 16 orang (53,33%) berusia tahun, 9 orang (,00%) berusia tahun, 3 orang (10,00%) berusia tahun, dan 2 orang (6,67%) berusia >75 tahun.

4 45 c. Riwayat Keluarga Tabel 4.4 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Riwayat Keluarga di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka Riwayat Keluarga Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya Tidak Tidak ada Keterangan Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan Riwayat keluarga yang memiliki PJK di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 6 orang (60,00%) memiliki riwayat keluarga dengan PJK dan 3 orang (,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat keluarga dengan PJK dan 1 orang (10,00%) tidak memiliki keterangan tentang riwayat keluarga atau tidak mengetahui tentang hal ini. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat keluarga dengan PJK sebanyak 11 orang (55,00%), 9 orang (45,00%) lainnya tidak menderita PJK dan juga tidak memiliki keluarga. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 15 kasus (50,00%) mempunyai riwayat keluarga dengan PJK, 14 kasus (46,67%) tidak memiliki riwayat keluarga dengan PJK sedangkan 1 kasus (33,33%) yang

5 46 lainnya tidak memiliki keterangan atau tidak mengetahui apakah keluarganya memiliki riwayat PJK. 2. Faktor-Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi a. Merokok Tabel 4.5 Faktor Risiko PJK Berdasarkan Kebiasaan Merokok di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka. Merokok Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan Riwayat Merokok di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 8 orang (80,00%) merokok dan 2 pasien (20,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat merokok. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat merokok sebanyak 12 orang (60,00%) dan 8 orang (40,00%) yang tidak memiliki riwayat merokok. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 20 kasus (66,67 %) mempunyai riwayat merokok, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat merokok sebanyak 10 kasus (33,33 %).

6 47 b. Dislipidemia Tabel 4.6 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Riwayat Dislipidemia di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka. Dislipidemia Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan Riwayat Dislipidemia di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 7 orang (70,00%) memiliki riwayat dislipidemia dan 3 pasien (,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat dislipidemia. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat dislipidemia sebanyak 16 orang (80,00%) dan 4 orang (,00%) yang tidak memiliki riwayat dislipidemia. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 23 kasus (76,67%) mempunyai riwayat hipertensi, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 7 kasus (23,33%).

7 48 c. Diabetes melitus Tabel 4.7 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Riwayat Diabetes Melitus di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka. Diabetes Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan Riwayat Diabetes Melitus di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 6 orang (60,00%) memiliki riwayat Diabetes Melitus dan 4 pasien (40,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat Diabetes Melitus. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat Diabetes Melitus sebanyak 13 orang (65,00%) dan 7 orang (35,00%) yang tidak memiliki riwayat Diabetes Melitus. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 19 kasus (63,33%) mempunyai riwayat hipertensi, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 11 kasus (37,67%).

8 49 d. Obesitas Tabel 4.8 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Obesitas di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka. Obesitas Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel dan gambar di atas dapat dilihat distribusi faktorfaktor risiko PJK berdasarkan Indeks massa tubuh pasien yang tergolong obesitas di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 4 orang (40,00%) tergolong obesitas dan 6 orang (60,00%) penderita PJK namun tidak tergolong obesitas. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun tergolong dalam obesitas sebanyak 12 orang (60,00%) dan 8 orang (40,00%) yang tidak tergolong obesitas dan tidak menderita PJK. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 16 kasus (53,33%) tergolong obesitas, sedangkan yang tidak tergolong obesitas sebanyak 14 kasus (46,67%) e. Hipertensi Tabel 4.9 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Riwayat Hipertensi di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka. Hipertensi Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013)

9 50 Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan Riwayat Hipertensi di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 6 orang (60,00%) memiliki riwayat Hipertensi dan 4 pasien (40,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat hipertensi. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat hipertensi sebanyak 14 orang (70,00%) dan 6 orang (,00%) yang tidak memiliki riwayat Hipertensi. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 20 kasus (66,67 %) mempunyai riwayat hipertensi, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 10 kasus (33,33%). f. Inaktivitas fisik Tabel 4.10 Distribusi Faktor Risiko PJK Berdasarkan Inaktivitas fisik di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka. Inaktivitas Tidak Menderita PJK Menderita PJK Jumlah Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi faktor-faktor risiko PJK berdasarkan inaktivitas fisik (berolahraga) di RS Panti Wilasa Citarum Semarang Ruang Anggrek dan Cempaka, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK 7 (70,00%) orang diantaranya tidak (inaktivitas) dan 3 (,00%) lainnya berolahraga. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun dan tidak pernah berolahraga sebanyak 13

10 51 orang (65,00%) dan 7 orang (35,00,00%) lainnya yang tidak menderita PJK namun juga tidak pernah berolahraga. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 20 kasus (66,67%) tidak pernah berolahraga dan 10 kasus (33,33%) saja yang berolahraga Uji Normalitas Analisis pengujian normalitas data pada hasil penelitian ini menggunakan teknik uji Kolmogorov Smirnov test (uji K-S). Dikatakan data berdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05. Hasil analisis uji normalitas variabel jenis kelamin, riwayat merokok, hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus, riwayat keluarga, usia, obeistas, dan inaktivitas fisik dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Variabel sex, riwayat merokok,hipertensi,dislipidemia, diabetes, riwayat keluarga, obesitas, usia, dan inaktivitas Variabel Uji Kolmogorov - Smirnov Uji Shapiro-Wilk Df P value Df P value Sex Rokok Hipertensi Dislipidemia Diabetes Keluarga Obesitas Usia Inaktivitas Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Dalam uji normalitas pada tabel dengan menggunakan kolmogorov smirnov test (uji K-S), diperoleh signifikansi untuk variabel sex dengan P > α = P (0,389) > α (0,05)

11 52 dan untuk variable rokok dengan P > α = P (0,423) > α (0,05) untuk variabel hipertensi P > α = P (0,423) > α (0,05) untuk variable dislipidemia dengan P > α = P (0,473) > α (0,05), untuk variable diabetes dengan P > α = P (0,406) > α (0,05), untuk variable keluarga dengan P > α = P (0,325) > α (0,05), untuk variable obesitas dengan P > α = P (0,354) > α (0,05), untuk variable usia dengan P > α = P (0,311) > α (0,05) dan untuk variabel inaktivitas dengan P > α = P (0,423) > α (0,05) dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka distribusi normal ditolak dan apabila signifikansi > 0,05 maka distribusi normal diterima. Oleh karena itu data variabel sex, riwayat merokok, hipertensi, dislipidemia, diabetes, riwayat keluarga, obesitas, usia, dan inaktivitas merupakan data yang normal karena signifikansi > 0, Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan presentase data univariat diatas dapat dilihat bahwa dari 9 variabel yang diteliti terdapat 4 variabel memiliki jumlah tertinggi, yaitu sebesar 80%, untuk itu 4 variabel tersebut yang akan digunakan untuk dilihat korelasinya dengan angka kejadian PJK. Adapun analisa ini akan menggunakan korelasi ini akan menggunakan korelasi Spearman s Rho dan Kendall s tau-b.

12 53 Tabel 4.12 Hasil Korelasi Kendall antara variable PJK dengan jenis kelamin, merokok, dislipidemia, dan usia. Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Tabel 4.13 Hasil Korelasi Spearman s rho antara variable PJK dengan jenis kelamin, merokok, dislipidemia, dan usia. Sumber : Data statistic primer dan sekunder (2013) Pada analisis korelasi Kedall s didapati nilai koefisien PJK dengan Jenis kelamin sebesar 0,289. Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan

13 54 antara Variabel PJK dengan Sex adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan positif karena angka koefisien positif. Nilai koefisien PJK dengan Merokok sebesar 0,200. Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan Merokok adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan positif karena angka koefisien positif. Nilai koefisien PJK dengan dislipidemia sebesar -0,111 Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel PJK dengan diabetes adalah tidak erat dan menunjukkan hubungan negatif karena angka koefisien negatif. Dan nilai koefisien PJK dengan Usia sebesar 0,311. Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan Sex adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan positif karena angka koefisien positif. Sedangkan menurut hasil korelasi dengan Spearman Rho didapati nilai koefisien PJK dengan Jenis kelamin sebesar 0,289. Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan Sex adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan positif karena angka koefisien positif.

14 55 Nilai koefisien PJK dengan Merokok sebesar 0,200. Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan Merokok adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan positif karena angka koefisien positif. Nilai koefisien PJK dengan Diabetes sebesar -0,111. Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan diabetes adalah tidak erat dan menunjukkan hubungan negatif karena angka koefisien negatif. Dan nilai koefisien PJK dengan Usia sebesar 0,329. Karena koefisien tidak mendekati angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Variabel PJK dengan Sex adalah tidak erat namun menunjukkan hubungan positif karena angka koefisien positif. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai distribusi faktor-faktor risiko pada penyakit jantung koroner di RS Panti Wilasa Citarum Semarang, maka akan dibahas sesuai dengan variabel yang diteliti Faktor-Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah A. Jenis Kelamin Berdasarkan faktor-faktor risiko PJK menurut jenis kelamin, didapatkan bahwa proporsi pada laki-laki lebih besar yaitu laki-laki total sebanyak 18 orang (60,00%),

15 56 sedangkan perempuan sebanyak 12 orang (40,00%). Pasien 45 tahun tidak menderita PJK sebanyak 20 pasien dengan jumlah laki-laki sebanyak 10 orang (50,00%) dan perempuan sebanyak 10 orang (50,00%) sedangkan pasien yang menderita PJK terdapat 10 pasien dengan jumlah laki-laki sebanyak 8 orang (80,00%) dan perempuan 2 orang (20,00%). Hasil ini sesuai dengan sumber kepustakaan yang menyatakan bahwa mortalitas akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Diduga faktor hormonal seperti estrogen endogen bersifat protektif terhadap perempuan, namun setelah menopause insidensi penyakit jantung koroner meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidens pada laki-laki seperti pada penelitian Tomaszewski (2008) dari University of Leicester, meneliti sebanyak 933 laki-laki dengan usia rata-rata 19 tahun yang berpartisipasi dalam studi Young Men Cardiovascular Association. Peneliti menyelediki adanya interaksi antara kadar hormon hormon seksual estradiol, estron, testosteron, dan androstenedion, dengan 3 faktor risiko mayor penyakit jantung (kolesterol, tekanan darah dan berat badan). Dalam

16 57 studi ini diteliti hubungan antara estrogen dalam darah (estradiol dan estron) maupun androgen (testosteron dan androstenedion) dengan faktor risiko mayor kardiovaskular (kadar lipid, tekanan darah, dan indeks massa tubuh) pada 933 laki-laki muda sehat dengan median usia 19 tahun (Tomaszewski, 2008) Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 2 jenis hormon seksual (yaitu estradiol dan estron, yang secara bersama disebut estrogen) berhubungan dengan meningkatnya kadar kolesterol-ldl dan menurunnya kadar koleterol-hdl pada laki-laki (Tomaszewski, 2008). Dan pada penelitian yang dilakukan Supriyono (2008) di RS Karyadi Semarang didapati bahwa jenis kelamin lakilaki lebih tinggi yaitu 71,8% sedangkan selebihnya yaitu 28,2% adalah wanita. Tingginya risiko kematian akibat PJK pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan karena kebiasaan merokok pada laki-laki yang lebih sering dibandingkan perempuan dan juga dikarenakan pengaruh hormonal (Davidson, 2003). Oleh karena laki-laki memiliki resiko yang lebih besar terhadap angka kejadian PJK, sebaiknya menghindari kebiasaan merokok dan selalu menerapkan pola hidup sehat.

17 58 B. Umur Hasil penelitian berdasarkan faktor risiko umur didapati kelompok berusia tahun adalah kelompok usia yang paling rentan dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 8 orang (80,00%) diantaranya berusia tahun 1 pasien (10,00%) berusia 56-65, dan 1 pasien (10,00%) berusia Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK sebanyak 8 orang (40,00%) berusia tahun, 8 orang (40,00%) berusia tahun, 3 orang (15,00%) berusia dan 1 orang (5,00%) yang berusia >75 tahun. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 16 orang (53,33%) berusia tahun, 9 orang (,00%) berusia tahun, 3 orang (10,00%) berusia tahun, dan 2 orang (6,67%) berusia >75 tahun. Hal ini sesuai dengan sumber kepustakaan dinyatakan bahwa risiko penyakit jantung koroner meningkat sesuai dengan bertambahnya usia (Davidson,2003). Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Supriyono menunjukkan kelompok usia yang rentan terhadap angka kejadian PJK >45 tahun dengan jumlah 87,5% dibandingkan usia-usia <45 tahun. Peningkatan usia menyebabkan perubahan anatomik dan fisiologik pada jantung dan pembuluh darah bahkan di

18 59 seluruh organ tubuh manusia. Perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan dinding media aorta, penurunan jumlah inti sel jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, perubahan miokardim akibat proses penuaan, penurunan berat jantungdan timbulnya lesi fibrotik diantara serat miokardium. Sedangkan perubahan fisiologik diantaranya berupa denyut jantung maksimum latihan berkurang, isi semenit jantung (cardiac output) dan daya cadangan jantung menurun (Gray,2005) Pada pembuluh darah koroner ditemukan adanya penonjolan yang diikuti garis lemak (fatty streak) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur dibawah 10 tahun. Garis lemak ini mula-mula timbul pada aorta dan arteri koroner. Pada usia 20 tahun keatas garis lemak ini dapat ditemukan pada hampir setiap orang. Saat mencapai usia tahunan, garis lemak ini tumbuh lebih progresif menjadi fibrous plaque, yaitu suatu penonjolan jaringan kolagen dan sel-sel nekrosis dan dikenal dengan sebutan ateroma. Pada usia 40 tahun kemudian timbul lesi yang lebih kompleks dan timbul konsekuensi klinis suatu penyakit jantung koroner (Gray,2005). Untuk itu kontrol dalam mengkomsumsi makanan dan lakukan hidup sehat harus dilakukan sejak dini.

19 60 Mengenai hubungan antara jenis kelamin dan umur sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler yang dikaitkan dengan penyakit jantung koroner diungkapkan bahwa pada kedua kelompok jenis kelamin, peningkatan risiko penyakit jantung koroner makin bertambah seiring pertambahan usia seseorang. Keadaan ini dihubungakan dengan adanya peningkatan kadar kolesterol total seiring dengan pertambahan usia baik pada pria maupun pada wanita. Semakin bertambahnya umur maka angka kematian akibat PJK akan semakin besar pula. (Sumiati, 2010) C. Riwayat Keluarga mengalami PJK Mengenai distribusi faktor risiko PJK berdasarkan riwayat keluarga menderita PJK, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 6 orang (60,00%) memiliki riwayat keluarga dengan PJK dan 3 orang (,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat keluarga dengan PJK dan 1 orang (10,00%) tidak memiliki keterangan tentang riwayat keluarga atau tidak mengetahui tentang hal ini. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat keluarga dengan PJK sebanyak 11 orang (55,00%), 9 orang (45,00%) lainnya tidak menderita PJK dan juga tidak memiliki keluarga. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 15 kasus (50,00%) mempunyai riwayat keluarga

20 61 dengan PJK, 14 kasus (46,67%) tidak memiliki riwayat keluarga dengan PJK sedangkan 1 kasus (33,33%) yang lainnya tidak memiliki keterangan atau tidak mengetahui apakah keluarganya memiliki riwayat PJK. Hal tersebut sesuai dengan kepustakaan yang ada, yang menyebutkan bahwa pasien dengan riwayat keluarga penyakit jantung koroner mempunyai risiko lebih besar menderita PJK. Pada keluarga (orangtua, paman, bibi) yang jika pria di bawah usia 55 tahun dan perempuan di bawah usia 65 tahun, dikatakan tergolong usia muda untuk sakit PJK. Oleh karena itu, anak-anaknya maupun keponakannya harus waspada karena 3-5 kali lebih sering terkena serangan jantung dibanding keluarga yang jantungnya sehat (Sumiati, 2010) Seperti pada penelitian Supriyono (2008) di RS Karyadi Semarang didapati adanya hubungan antara riwayat penyakit jantung keluarga dengan kejadian PJK (p=0,027). Pria dan wanita dengan usia < 45 tahun dengan riwayat penyakit jantung keluarga mempunyai risiko 2,1 kali lebih besar untuk terjadinya PJK (OR=2,1 ; 95% CI=1,1-4,0).Hal ini disebabkan masih banyaknya rekam medik yang tidak memiliki keterangan mengenai riwayat keluarga mengalami PJK, sehingga angka kejadian PJK berdasarkan

21 62 faktor risiko riwayat keluarga mengalami PJK masih belum bisa dibandingkan dan juga dikarenakan ketika ditanyakan pada pasien atau keluarga secara langsung kebanyakan dari mereka menjawab tidak namun kurang yakin dengan jawaban itu sendiri Faktor-Faktor Risiko Yang Dapat Diubah A. Merokok Berdasarkan faktor risiko merokok, diperoleh hasil penelitian didapati 10 kasus menderita PJK, 8 orang (80,00%) merokok dan 2 pasien (20,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat merokok. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat merokok sebanyak 12 orang (60,00%) dan 8 orang (40,00%) yang tidak memiliki riwayat merokok. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 20 kasus (66,67 %) mempunyai riwayat merokok, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat merokok sebanyak 10 kasus (33,33 %). Hal ini tentu sangat sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa merokok merupakan faktor risiko utama pada penderita PJK bahkan penelitian yang dilakukan oleh mendapatkan bahwa PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4,5 kali lebih dari pada bukan perokok dengan nilai

22 63 koefisiennya perokok sebesar (RR (RR 1,4, 95% CI, 1,1-1,6) (Fiscella, 2004) Pada penelitian yang dilakukan oleh Selim (2013) menunjukkan hubungan PJK tinggi, dimana perokok yang memiliki PJK 71,43 dengan nilai p = 0,008. Kenyataan ini dapat dimungkinkan dikarenakan variabel perokok disini yang dapat dinilai hanya dari sisi apakah pasien aktif merokok atau aktif terpapar asap rokok sehari-harinya dan seperti pada penelitian Supriyono (2008) diperoleh signifikan dengan kejadian PJK (p=0,011) pada perokok, dan juga kebiasaan merokok berisiko untuk terjadinya PJK pada usia > 45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok (OR=2,4 ; 95% CI=1,3-4,5). Untuk itu sangat disarankan agar para perokok berhenti untuk merokok karena sesuai dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya maupun penelitian ini menunjukkan presentasi perokok yang memiliki PJK sangat besar dan pada para tenaga kesehatan meningkatkan pendidikan kesehatan dan kampanye anti rokok. B. Hipertensi Mengenai distribusi faktor risiko PJK menurut penyakit penyerta hipertensi, didapatkan bahwa proporsi pasien PJK lebih besar pada kelompok dengan penyakit penyerta

23 64 Hipertensi yaitu dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 6 orang (60,00%) memiliki riwayat Hipertensi dan 4 pasien (40,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat hipertensi. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat hipertensi sebanyak 14 orang (70,00%) dan 6 orang (,00%) yang tidak memiliki riwayat Hipertensi. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 20 kasus (66,67 %) mempunyai riwayat hipertensi, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 10 kasus (33,33%) Kenyataan ini sesuai teori yang menyatakan bahwa pasien dengan hipertensi memiliki tingkat mortalitas akibat PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa hipertensi. Pada penelitian Supriyono (2008) di RS Karyadi Semarang diperoleh signifikansi faktor risiko riwayat merokok pada angka kejadian PJK adalah sebesar (p=0,869). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Fiscella (2004) menunjukan pasien yang terdiagnosa PJK memiliki tekanan darah sistolik mm Hg tinggi (RR 1,6, 95% CI, 1,0-2,4). Pada penderita hipertensi terjadi trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor

24 65 koroner) dan hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding dengan orang normotensi dan sekaligus lebih memperbesar risiko kematian pada penderita dengan PJK (Davidson, 2003). Kebanyakan penderita Hipertensi tidak menyadari dirinya terkena hipertensi karena kurangnya edukasi tentang hipertensi. Selain menjaga pola hidup, pemeriksaan tekan darah secara berkata sangat penting sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi dan resiko PJK. C. Diabetes Meliltus Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor risiko PJK berdasarkan panyakit penyerta diabetes melitus, didapatkan hasil bahwa proporsi pasien PJK lebih besar pada pasien diabetes melitus yaitu dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 6 orang (60,00%) memiliki riwayat Diabetes Melitus dan 4 pasien (40,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat Diabetes Melitus. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat Diabetes Melitus sebanyak 13 orang (65,00%) dan 7 orang (35,00%) yang tidak memiliki riwayat Diabetes Melitus. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 19 kasus (63,33%)

25 66 mempunyai riwayat hipertensi, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 11 kasus (37,67%). Kenyataan ini menggambarkan faktor risiko diabetes melitus sebagai salah satu faktor risiko pada penderita PJK, berdasarkan teori yang ada disebutkan bahwa pada penderita diabetes melitus, pembentukan trombus akan meningkat disebabkan karena adanya peningkatan agregasi trombosit dan penurunan fibrinolisis. Faktor-faktor ini berperan pada pembentukan plak dan trombus, pada koyaknya plak yang berakibat semakin mudahnya terjadi sindrom koroner akut maupun serangan otak iskemik (Rohman, 2007) Hasil penelitian Supriyono (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar gula darah puasa dengan kejadian PJK (p=0,0001). Kenaikan kadar gula darah puasa >126 mg/dl meningkatkan risiko untuk terjadinya PJK pada kelompok usia < 45 tahun sebanyak 4,1 kali dibandingkan dengan kadar gula darah puasa < 126 mg/dl pada kelompok usia yang sama (OR=4,1 ; 95% CI = 2,1-7,9). Penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Saito tahun 2000 yang mendapatan bahwa penderita PJK yang menderita diabetes melitus berisiko 2,63 kali untuk meninggal daripada yang tidak menderita PJK. Dalam

26 67 penelitiannya didapati hubungan yang bermakna antara diabetes melitus dengan PJK. D. Dislipidemia Berdasarkan distribusi faktor risiko PJK berdasarkan dislipidemia, diperoleh hasil bahwa proporsi PJK pada penderita dengan dislipidemia yaitu 27 kasus (90,00%), sedangkan penderita dengan tanpadislipidemia sebanyak 3 kasus (10,00%). Kenyataan ini sesuai dengan kepustakaan yang ada yang menyebutkan bahwa P dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 7 orang (70,00%) memiliki riwayat dislipidemia dan 3 pasien (,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat dislipidemia. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat dislipidemia sebanyak 16 orang (80,00%) dan 4 orang (,00%) yang tidak memiliki riwayat dislipidemia. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 23 kasus (76,67%) mempunyai riwayat dislipidemia, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat dislipidemia sebanyak 7 kasus (23,33%). PJK memiliki korelasi positif dengan asupan kolesterol / dislipidemia seseorang, semakin tinggi kadar kolesterol seseorang, semakin tinggi pula kematian akibat penyakit jantung koroner.

27 68 Kolesterol adalah jenis lipid yang relative mempunyai makna klinis yang penting sehubungan dengn aterogenesis. Data dari penelitian intervensi faktor risiko majemuk menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kadar kolesterol diatas 180mg/dl risiko penyakit arteri koronaria meningkat juga, dan peningkatan akan lebih cepat jika kadarnya melebihi 240mg/dl. Bukti-bukti epidemiologis terbaru menunjukkan adanya hubungan antara aterogenesis dengan pola-pola peningkatan kolesterol tertentu (Gray, 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar (2008) di RS Karyadi Semarang didapati 97 sampel 73,5% yang memiliki kadar kolesterol total tinggi. Kenaikan kadar kolesterol dalam darah > 200 mg/dl meningkatkan risiko untuk terjadinya PJK sebesar 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar kolesterol darah < 200 mg/dl. Kadar kolesterol yang tinggi sangat dipengaruhi asupan makanan yang dimakan,untuk itu pengontrolan dalam makanan sangat penting. Kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dapat menyebabkan resistensi insulin yang pada akhirnya menyebabkan diabetes, sehingga semakin meningkatkan resiko angka kejadian PJK (Ridwan, 2011; Defronzo, 1991) E. Obesitas

28 69 Mengenai distribusi faktor risiko PJK berdasarkan obesitas, diperoleh hasil dimana terdapat 10 pasien menderita PJK, 6 orang (60,00%) memiliki riwayat keluarga dengan PJK dan 3 orang (,00%) penderita PJK namun tidak memiliki riwayat keluarga dengan PJK dan 1 orang (10,00%) tidak memiliki keterangan tentang riwayat keluarga atau tidak mengetahui tentang hal ini. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun memiliki riwayat keluarga dengan PJK sebanyak 11 orang (55,00%), 9 orang (45,00%) lainnya tidak menderita PJK dan juga tidak memiliki keluarga. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 15 kasus (50,00%) mempunyai riwayat keluarga dengan PJK, 14 kasus (46,67%) tidak memiliki riwayat keluarga dengan PJK sedangkan 1 kasus (33,33%) yang lainnya tidak memiliki keterangan atau tidak mengetahui apakah keluarganya memiliki riwayat PJK. Obesitas terjadi dikarenakan pola makan yang tidak sehat, pada penelitian Supriyono (2008) didapati 43,7% pasien PJK memiliki pola makan yang tidak sehat dan termasuk dalam obesitas sebesar 28,7%..Obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan volume darah sekitar %, bahkan sebagian ahli menyatakan dapat mencapai %. Hal ini

29 70 tentu merupakan beban tambahan bagi jantung, otot jantung akan mengalami perubahan struktur berupa hipertropi atau hiperplasi yang keduanya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pompa jantung atau lazim disebut sebagai gagal jantung atau lemah jantung, dimana penderita akan merasakan lekas capek, sesak napas bila melakukan aktifitas ringan, sedang, ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung) (Gray, 2005). F. Inaktivitas Fisik Mengenai distribusi faktor risiko PJK berdasarkan Inaktivitas fisik, diperoleh hasil, dimana terdapat 10 pasien menderita PJK 7 (70,00%) orang diantaranya tidak (inaktivitas) dan 3 (,00%) lainnya berolahraga. Sedangkan 20 lainnya yang tidak menderita PJK namun dan tidak pernah berolahraga sebanyak 13 orang (65,00%) dan 7 orang (35,00%) lainnya yang tidak menderita PJK namun juga tidak pernah berolahraga. Dari total pasien usia 45 yang di rawat inap di RS citarum di dapati 20 kasus (66,67%) tidak pernah berolahraga dan 10 kasus (33,33%) saja yang berolahraga. Inaktivitas fisik meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan meningkatkan risiko hipertensi hingga %. Inaktivitas fisik juga melipat duakan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler dan stroke. Suatu meta-analisis

30 71 besar memperlihatkan bahwa orang-orang yang aktif secara fisik adalah 50-70% lebih kecil probalitasnya dibandingkan orang-orang inaktif. Mengubah gaya hidup dari yang kurang sehat menjadi gaya hidup yang sehat dilakukan dengan melakukan kegiatan olahraga 20- menit, dengan melakukan olaraga terutama olahraga aerobic dapat menurunkan kadar kolesterol. Berdasarkan hasil analisa bivariat menggunakan korelasi kendall s dan Spearman s di dapati 4 variabel yang paling dominan dari 9 variabel yang diteliti. 4 variabel tersebut dikorelasikan dengan angka kejadian PJK pada pasien rawat inap kelompok usia 45 tahun, didapati 3 variabel memiliki hubungan positif yaitu variabel jenis kelamin, usia dan merokok. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Supriyono (2008) dan Yusdinar (2007) yang menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko tersebut berpengaruh terhadap angka kejadian PJK meskipun hubungan keeratannya kurang atau tidak erat. Sedangkan pada variabel dislipidemia tidak didapati hubungan antara dislipidemia dengan PJK dengan nilai koefien -0,111, hal ini tidak sesuai dengan pustakaan yang menyatakan dengan adanya peningkatan dislipidemia maka akan semakin meningkat pula resiko angka kejadian PJK (Gray, 2005).

31 72 Namun hasil penelitian variabel dislipidemia ini sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Supriyono (2008). Menurut DeFronzo (1991) peningkatan kolesterol dan lemak dalam tubuh terutama pasien dengan obesitas mempengaruhi kemampuan insulin dalam mengambil glukosa dalam jaringan yang sensitif pada insulin dan meningkatkan sekresi insulin plasma sehingga terjadi hiperinsulinemia, yang pada kelanjutannya akan menyebabkan akan diabetes mellitus. Pada resistensi insulin terjadi peningkatan lipolisis, sehingga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam plasma yang selanjutnya akan meningkatkan uptake asam lemak bebas kedalam liver. Disamping itu terjadi peningkatan sintesis TG de novo di liver karena hiperinsulinemia merangsang ekspresi sterol regulation element binding protein (SREBP1c), protein ini berfungsi sebagai faktor transkripsi yang mengaktifasi gene yang terlibat lipogenesis di liver. Protein kolesterol ester transferase dan hepatic lipase juga meningkat, yang mengakibatkan peningkatan VLDL1 yang kemudian menjadi small dense LDL. Peningkatan kadar VLDL1 ini menyebabkan peningkatan katabolisme HDL sehingga HDL menjadi rendah. Beberapa mekanisme diatas menerangkan

32 73 rendahnya HDL, tingginya TG dan small dense LDL pada DM tipe2. Pola dislipidemi seperti ini sering disebut diabetic dyslipidemia atau tipe B yang berhubungan erat dengan penyakit kardiovaskular pada populasi umum (Rohman, 2007). Untuk diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih dalam lagi tentang hubungan dislipidemia dengan angka kejadian PJK. 1.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menjadi terbatas dan kurang memuaskan dengan jumlah responden yang sangat sedikit untuk itu peneliti mengharapkan dengan hormat agar penelitian selanjutnya meningkatkan jumlah responden. Dalam penelitian ini peneliti tidak memilah antara aktivitas ringan, sedang dan berat untuk itu, peneliti mengharapkan dengan kerendahan hati agar penlitian selanjutnya memilah antara aktivitas ringan, sedang dan berat. Dalam penelitian ini juga peneliti tidak memilah lama merokok dan jumlah merokok pada setiap pasien, untuk itu peneliti dengan kerendahan hati sangat mengharapkan agar penelitian selanjutnya memilah lama merokok dan jumlah rokok yang diisap perhari.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum 74 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dalam penelitian faktorfaktor risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum semarang didapati distribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak. memberikan intervensi kepada objek dan hanya mewawancarai.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak. memberikan intervensi kepada objek dan hanya mewawancarai. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak memberikan intervensi kepada objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Uji Validitas dan Penelitian Dari Fakultas

Lampiran 1. Surat Ijin Uji Validitas dan Penelitian Dari Fakultas 84 Lampiran 1 Surat Ijin Uji Validitas dan Penelitian Dari Fakultas 1 85 Lampiran 2 PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN KepadaYth, Ibu/saudari responden Di Ruang Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan perekonomian adalah suatu dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 7 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Pengertian Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Penyempitan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberhasilan pembangunan diikuti oleh pergeseran pola penyakit yang ada di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular dan infeksi

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik 74 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik dengan hipertensi terhadap retinopati hipertensi dan gangguan kognitif yang datang berobat ke poli penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU Yeni Mulyani 1, Zaenal Arifin 2, Marwansyah 3 ABSTRAK Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia dalam dekade terakhir (2000-2011). Penyakit ini menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta penurunan volume aliran darah ke jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi (43% dari total penyakit kardiovaskuler) dan menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Jantung Koroner A.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG PENELITIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Purbianto*, Dwi Agustanti* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Masalah kesehatan dengan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung adalah penyebab nomor satu kematian di dunia. Hasil penelitian menyebutkan 17.5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler pada tahun 2005,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan organ yang sangat vital bagi tubuh. Semua jaringan tubuh selalu bergantung pada aliran darah yang dialirkan oleh jantung. Jantung memiliki peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung Pentingnya mengenal faktor resiko PJK dalam usaha mencegah serangan Jantung Pendahuluan Di Indonesia Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problema kesehatan urutan urutan ke 6. Sementara tingkat kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan penyebab utama angka mortalitas di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan derajat berat merokok dengan kejadian infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari 2015. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik dan Ruang Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK)merupakan penyakit jantung yang terutama disebabkan oleh penyempitanarteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan di negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung

Lebih terperinci

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI SITI Khadijah Palembang

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI SITI Khadijah Palembang Faktor Risiko Penyakit di RSI SITI Khadijah Palembang Lily Marleni 1, Aria Alhabib 2 1 Program Studi DIII Keperawatan, STIK Siti Khadijah Palembang 2 Program Studi Ners, STIK Siti Khadijah Palembang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran darah otak. Terdapat dua macam stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut 44 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut laporan WHO, hampir 17 juta orang meninggal lebih awal tiap tahunnya sebagai akibat penyakit degeneratif didunia. Di negara maju, kematian akibat penyakit jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( bersamaan. ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang 3.2. H0A0 H0A1 H1A0 N H1A1 H2A0 H2A1 H3A0 H3A1 Keterangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini sangat ditakuti oleh seluruh

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada

BAB VI PEMBAHASAN. Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Data umum Distribusi jenis kelamin pada penelitian ini laki-laki lebih banyak daripada perempuan, laki-laki sebanyak 53,3%, perempuan 46,7% dengan rerata usia lakilaki 55,38 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya perkembangan teknologi dan globalisasi budaya memberikan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci