Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas"

Transkripsi

1 Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas Oleh : Anita Syafitri Arif Hari Habitat Dunia, Oktober P a g e

2 Ada tiga persoalan besar yang dihadapi warga perkotaan dan sekaligus menjadi masalah bagi perkotaan itu sendiri. Kita ambil contoh Jakarta (baca Jabodetabekpunjur, red.) : Persoalan pertama adalah kemacetan lalu lintas yang dibarengi tingginya tingkat polusi udara; Persoalan kedua adalah banjir air di musim hujan, sekaligus krisis air bersih; Dan persoalan ketiga adalah permukiman kumuh dan masalah pengendalian populasi. Ketiga persoalan ini tidak hanya dialami oleh warga pada kelompok menengah ke bawah, namun dampaknya juga dirasakan oleh kelompok menengah ke atas. Dan kedua kelompok ini juga punya andil terhadap muncul dan berkembangnya permasalahan ini. Namun, pada dasarnya, yang paling bertanggungjawab atas kondisi ini adalah pihak penyelenggara negara, pemerintahan dan kepemimpinan kota, yang mungkin bisa dibilang gagal karena ketidak-mampuannya untuk bekerjasama lintas sektor, persoalannya adalah lemahnya tatakelola di tataran pemerintahan. Bagaimana perencanaan pembangunan yang terpadu dan menyeluruh dapat disusun, pelaksanaannya dan pengawasan serta pemeliharaannya, adalah faktor utama, penentu baik atau buruknya keadaan kota sebagai suatu habitat manusia yang manusiawi. A. Refleksi Masa Lalu yang Gemilang Di masa lalu, bangsa Indonesia hidup dalam habitat yang diwarnai keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya yang jauh lebih murni. Hubungan harmoni antara sesama manusia, dan antara manusia dan habitatnya masih terjalin indah, hubungan saling menguntungkan dan saling memenangkan. Pada masa itu, ruang terbuka hijau masih banyak. Air di sungai masih jernih dan beberapa digunakan sebagai prasarana angkutan, bantarannya bisa digukanakan sebagai kebun sayuran atau buah-buah tertentu (pisang, semangka, timun, jagung dan melon). Pada masa itu masih ada trem, ada becak yang tidak menimbulkan polusi, masih banyak pengendara sepeda, masih sedikit mobil dan sepeda motor, sehingga udara masih cukup bersih dan segar. Pada masa itu wajah kota belum didominasi gemerlap pusat-pusat perbelanjaan, apalagi pusat-pusat perbelanjaan yang menyediakan semua produk kebutuhan primer, sekunder dan tertier dari berbagai negara. Pada masa itu sarana komunikasi terbatas pada telpon umum atau telpon rumah. Pada masa itu sarana informasi hanya berupa televisi dengan siaran terbatas dari TVRI, berupa radio dengan siaran RRI dan beberapa radio swasta atau radio internasional. B. Kondisi Sekarang Ini Sebaliknya sekarang, dengan kemajuan teknologi pangan, teknologi sandang, teknologi perumahan, teknologi otomotif, teknologi kosmetik, teknologi medis, dan lainlainnya, memacu produksi besar-besaran berbagai komoditi untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia agar bisa hidup lebih mudah dan nyaman. Terlebih dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang dengannya segala informasi produk menyerbu masuk ke kepala setiap orang yang memiliki pesawat televisi di 2 P a g e

3 rumah, informasi iklan produk yang secara persisten ditembakkan ke benak kita semua, dari batita sampai manula berisiko tinggi. Kondisi inilah wujud perdagangan global, yang mendorong pada materialisme dan kapitalisme. Perdagangan global yang akan mengikis secara perlahan tapi pasti, semua identitas dan jati diri bangsa yang tidak siap menghadapinya. Jika bangsa kita tidak mengenal dan tidak menghargai kekayaan pusaka kita, pusaka budaya, pusaka alam dan pusaka saujana 1, maka tunggu saja, kita akan sampai ke titik akhir yang tragis. Bangsa tanpa jatidiri, sekadar obyek dari perdagangan global dengan kerusakan lingkungan hidup dan kehancuran tatanan sosial budaya. Indonesia, khususnya kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya dan Makassar merupakan surga bagi para produsen dan investor dari berbagai bagian dunia. Kondisi ini meningkatkan tingkat konsumerisme warga kota, dan menurunkan daya cipta atau kreatifitas untuk menyediakan kebutuhan itu secara mandiri pada skala rumah tangga atau skala komunitas di lingkungan ketetanggaan. Dampak lain dari kondisi ini adalah meningkat pesatnya sampah dan limbah rumahtangga, perkantoran dan industri. Jadi bisa kita lihat bahwa tiga persoalan perkotaan yang merupakan habitat 60% bangsa kita kita berhulu pada ketidaksiapan kita menghadapi era perdagangan global saat ini. Sisi negatif perdagangan global ini tidak bisa dihindarkan. Tapi, tentunya ada juga sisi positif yang bisa kita upayakan. Mudah-mudahan belum terlambat. C. Wujudkan Impian untuk Masa Depan yang Lebih Cemerlang Solusi kreatif dan berkelanjutan bagi persoalan habitat kita merupakan fondasi bangunan kebangsaan. Solusi itu mewujud dengan merefleksikan penyebab dari tiga persoalan utama perkotaan kita saat ini, yaitu ketidaksiapan kita menghadapi era perdagangan global. Karenanya solusi itu harus berupa upaya sungguh-sungguh menyiapkan bangsa kita untuk ikut berperan aktif, sebagai subyek pelaku dalam era perdagangan global ini. Apakah tidak terlambat? Bagaimana caranya? Mungkin memang sudah agak terlambat, namun belum terlalu terlambat untuk mulai mengupayakannya dengan percepatan. Percepatan itu bisa dilakukan jika pihak penyelenggara negara, pemerintahan, dan kepemimpinan kota dapat bermitra dengan warga di setiap lokal. Percepatan pembangunan bangsa kita, menjadi bangsa yang kompeten dan berkarakter bisa dilakukan dengan mengoptimalkan program nasional yang sudah ada dalam sewindu terakhir ini, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Program ini perlu benar-benar menetapkan target minimal capaian pembangunan berbasis komunitas. Kelemahan tata-kelola di tataran pemerintah, disebabkan ego sektoral yang menyebabkan pembangunan tidak terpadu, tidak menyeluruh dan/atau bahkan tumpang-tindih. Hal ini bisa diatasi dengan tata-kelola di level komunitas setempat, 1 Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, P a g e

4 karena bebas dari kepentingan dan ego sektoral, sehingga lebih mudah menyiapkan rencana kerja tindak lanjut terhadap rencana tata bangunan dan lingkungan di masingmasing kawasan permukiman, lalu mengundang dan meminta berbagai sektor penyedia layanan publik untuk mendukung dan memfasilitasi sesuai tugas dan fungsinya. 2 Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas adalah program lanjutan yang sangat potensial untuk warga setempat bertindak sebagai pelaku utama, bergerak secara terencana, melibatkan berbagai pemangku kepentingan di tingkat lokal, maupun pada skala BWK (bagian wilayah kota) dan skala perkotaan, untuk menata lingkungan permukimannya, mengatasi ketiga persoalan perkotaan tersebut di atas. Nah! Terlihat bahwa prinsip yang perlu dihidupkan kembali adalah gotong-royong dan bhinneka tunggal ika. Dan ini bisa dimulai di lingkungan permukiman kampung kota. Jadi, benar. Bahwa untuk mengatasi persoalan perkotaan kita, habitat kita, hanya bisa diwujudkan dengan mengembalikan masyarakatnya pada jatidiri bangsa, sehingga bisa mengembalikan kondisi habitat aslinya. Apa itu habitat asli bangsa Indonesia? Yaitu ruang daur hidup yang berazaskan gotong-royong dan kebhinnekatunggalika-an. C.1. Kondisi Permukiman & Komunitas Bantaran Kanal Ada suatu lokasi permukiman kampung di Jakarta ini yang mungkin cukup potensial menjadi percontohan penataan habitat warga kota sebagai salah satu upaya mengatasi tiga persoalan utama tersebut di atas. Kedua lokasi yang dimaksud adalah Kampung Tomangpulo & Kampung Jatipulo di Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Kota Administratif Jakarta Barat. Sejak 2007, PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan kelanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) ada pendampingan bagi warga di Kel. Jatipulo, yaitu RW 04, 05, 06, 07 dan 09. Kelima wilayah dampingan ini disebut juga RW fokus. Di tahap awal pendampingan masyarakat dalam program ini, yaitu pada 2007 kelembagaan masyarakat yang di program sebelumnya bernama Badan Keswadayaan Masyarakat Jatipulo (BKM Jatipulo) diubah dengan akte notaris mejadi Badan Keswadayaan Masyarakat Jatipulo Mandiri, disingkat BKMJM. Komunitas Jatipulo, adalah warga Kelurahan Jatipulo yang pada umumnya masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin, utamanya yang bertempat tinggal di wilayah RW yang berbatasan dengan Kanal BKB dan Kali Penghubung, yaitu RW 04, 05, 06, 07, 08, 09 dan 10 yang mana merupakan kampung padat tidak tertata, rawan banjir dan kebakaran, serta penyakit. 2 (Parwoto Tjondro Sugianto Jakarta Vertical Kampung) 4 P a g e

5 Pendampingan ini merupakan siklus pembelajaran dalam membangun keberdayaan dan keswadayaan, agar menjadi masyarakat mandiri. Siklus berikutnya dimaksudkan agar masyarakat mandiri ini juga merupakan masyarakat madani, yakni masyarakat yang dapat menjalankan tata-kelola yang baik (good governance). Kampung Hadap Kanal Jatipulo adalah wilayah RW yang berbatasan dengan Kanal BKB dan Kali Penghubung di Kelurahan Jatipulo. 5 RW Fokus (RW 04, 05, 06, 07, 09) = 57 RT, jumlah penduduk 3.363, dengan 108 keluarga = 538 penduduk yang tergolong miskin. Luas wilayah RW 04 = 2,76 ha; Luas wilayah RW 05 = 4,19 ha; Luas wilayah RW 06 = 3,80 ha; Luas wilayah RW 07= 3,44 ha; Luas wilayah RW 09 = 4,80 Ha. Sedang diusulkan untuk model per-contohan 5 blok (5 lantai) Kampung Susun Hadap Kanal di RW Dengan adanya modal sosial yang diperkuat dalam PNPM MP, diharapkan, BKMJM bisa menjadi nakhoda bagi warganya di Kel. Jatipulo untuk melakukan penataan wilayah sebagai upaya kontribusi bagi DKI Jakarta dalam Peremajaan Perkotaan, khususnya di kawasan tepi kanal BKB Kel. Jatipulo yang mungkin bisa diteruskan ke kelurahan tetangga. Wujud nyata dalam upaya ini adalah persiapan pembangunan rencana Kampung Susun Hadap Kanal di RW 04 Kel. Jatipulo yang sekarang dalam tahap pematangan data pertanahan untuk pengajuan konsolidasi ruang (konsolidasi tanah vertikal). C.2. Upaya Penataan Permukiman di Bantaran Kanal Beberapa upaya penataan permukiman telah dilakukan di kawasan bantaran kanal tersebut. Beberapa pelaku yang cukup aktif dalam upaya penataan permukiman di bantaran Kanal BKB Kelurahan Jatipulo adalah warga lokal, antara lain Bp. Astaja Syawal, Bp. Sulaeman, Ibu Suharsih Jumadi, Ibu Maenah, Ibu Ika dan Bp. Agus Gunawan. Mereka bergerak dengan kelembagaan swadaya BKM Jatipulo Mandiri. Ada juga pendampingan Forum Permukiman Jakarta, yang sekretariatnya sangat dekat dengan lokasi kampung ini. Anggota Forkimja yang melibatkan diri adalah Bp. 3 Unit Pengelola Lingkungan BKM Jatipulo Mandiri, P a g e

6 Triyatno Yudo Harjoko, Bp. Sri Probo, Bp. Suhadi, Bp. Antonio, Ibu Nani Amalia, Ibu Inne Rifai, Ibu Retno, Bp. Parwoto, Bp. Marwan, dan Anita. Kronologi upaya penataan permukiman Kampung Jatipulo & Kampung Tomangpulo di bantaran Kanal BKB, Kelurahan Jatipulo ini tersusun sebagai berikut 4 : Gagasan merapikan perumahan di RT 016 muncul karena banyaknya warga di sekitar MCK komunal di wilayah RT 016 RW 06 yang sering curhat kepada Bang Maja yang dikenal sebagai tukang gambar. Bang Maja alias Pak Astaja Syawal yang aktif dalam PNPM Mandiri Perkotaan, saat itu merupakan anggota TPP RW 06 membuat konsep blok kampung susun bagi wilayah tsb. Konsep desain ini diperlihatkan kepada Bp. Sri Probo Sudarmo, pemerhati dari Forkim, dan sebagai pemateri Perumahan Swadaya pada suatu kegiatan program penataan kampung terpadu, November Dalam kegiatan ini, hadir pula seorang pemerhati dari Seknas Habitat, yaitu Ibu Lana Winayanti. 5 Pak Astaja biasa menghadiri diskusi di Forkim Jakarta. Di forum ini bertemu dengan Prof. Gotty (Triatno Yudo Harjoko) dari Univ. Indonesia yang lalu mengusulkan diadakannya pengenalan dan pelatihan portable architecture sebagai solusi antara. Upaya ini, memang sudah diusulkan dalam rencana PJM Pronangkis PNPM Mandiri Perkotaan tahap II (periode 2010 sd 2012). Sejalan dengan upaya ini, buletin SWARA WARGA mulai diterbitkan secara berkala. Lahir dengan edisi perdananya, dua hari setelah rembug warga di lapangan RT 016, menanggapi kebutuhan akan transparansi informasi dan komunikasi yang disuarakan oleh Odhi, mantan Ka. RT 016. Dibuatkan juga papan komunikasi yang berfungsi sebagai koran dinding. Buletin SWARA WARGA ditempelkan di wadah ini bersama informasi lain ke-rt-an. 4 Buletin SWARA WARGA vol. 030/th. IV ed. 31 Mei 2013 & vol.31/th. IV ed. 30 Juni Jurnal Harian Penataan Kampung Terpadu Minggu ke-14, 1 November P a g e

7 Upaya diteruskan, dengan menggali aspirasi warga, ibu-ibu, bapak-bapak, maupun anak-anak dan remaja. Lebih fokus lagi, KSM dan warga sekitar MCK komunal diajak rembug bagaimana kesiapan dan persiapan jika konstruksi kampung susun akan dilaksanakan nantinya. Februari 2011, diskusi dan praktek portable architecture dengan Prof. Gotty (Arsitektur UI) dan Ibu Amalia (Politeknik UNJ) dalam kegiatan P2M (Pengabdian pada Mansyarakat). Ikut berpartisipasi beberapa pemerhati permukiman dari Forum Permukiman Jakarta, yaitu Bp. Suhadi, Bp. Antonio, dan Ibu Retno. Pemasangan infill (17 Mei 2011) pada rangka baja portable architecture yang dipasang pada 15 Februari 2011, memberi beberapa penilaian dan hasil evaluasi, hal yang bisa diambil hikmahnya, bahwa perubahan itu membutuhkan proses adaptasi. Hadir di kegiatan ini beberapa pemerhati permukiman dari Forum Permukiman Jakarta, yaitu Bp. Sri Probo, Bp. Gotty, dan Ibu Retno. Juga hadir Bp. Triyanto, Kabid Perencanaan DPGP DKI. Pada 2 Juni 2011, BKM dan TPP berembug tentang alokasi anggaran bagi kegiatan yang dianggap layak dilaksanakan tahun ini (me-review lagi), dan juga tentang upaya menjalankan media komunikasi informasi secara berkelanjutan. 7 P a g e

8 Pada 29 Juni 2011, dilakukan pemantapan kesiapan TPP bagi tindak lanjut dari Usulan Kegiatan PNPM-ICDB Projetc/PNPM-ICB. Pertemuan ini lebih merupakan sebagai media silaturrahim dan perkenalan antar BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) / LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) se-kecamatan Palmerah. Pelatihan Penguatan Kapasitas dilakukan di setiap kelurahan dampingan PNPM Mandiri Perkotaan. Diselenggarakan pada tahun anggaran Dihadiri oleh pengurus dan anggota BKM JM, TPP dari semua RW fokus (RW 04, RW 05, RW 06, RW 07 dan RW 09), serta perwakilan KSM (kelompok yang ada di tingkat implementasi proyek. Forum BKM/LKM Kec. Palmerah mengadakan Pertemuan rembug bulanan untuk saling berbagi masalah dan sama-sama menguapaya-kan solusinya. Kali ini, 10 Juni diadakan di Sekretariat BKM Jatipulo Mandiri di lt. 3 Gedung Kelurahan Jatipulo Jl. Turi no. 30, Kel. Jatipulo Jakarta Barat Pada Kamis 21 Juni 2012, atas undangan Bp. Nugroho Budi Utomo, Direktur Perumahan dan Permukiman, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, perwakilan BKMJM, Astaja Syawal hadir dan berbagi cerita tentang upaya peremajaan kampung di Jatipulo. Bahwa proses perencanaan perlu didasari dengan pengkinian data dan informasi. Karena itu sangat perlu membangun komunikasi terbuka dengan warga. Selain upaya di tengah masyarakat di lokal, BKM juga melakukan pendekatan birokrasi dengan usulan pemaparan draft rancangan di Sudin Perumahan dan Gedung Pemda DKI. Untuk itu, pada selasa 23 Oktober 2012, dua anggota BKM Jatipulo Mandiri, Astaja Syawal dan Agus Gunawan hadir di ruang rapat Sudin Perumahan (DPGP) Jakarta Barat. Peristiwa ini kemudian mencetuskan alternatif tambahan untuk site pilot project kampung susun, yaitu di wilayah RW 04. Maka, mulai lagi berbagi cerita & pemahaman tentang kampung susun di RW 04. Pada 5 Februari 2013, bersama Forkim dan Jejaring Kampung, relawan BKMJM menyampaikan kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) upaya warga Jatipulo melakukan peremajaan kampung dengan pendekatan konsolidasi lahan untuk membangun kampung susun. Pak Ahok, menyatakan bisa saja, jika warganya siap. pada 25 Februari 2013 diadakan pertemuan pembahasan dengan Ka. DPGP Bp. Yonathan Pasodung. 8 P a g e

9 Pada 20 Februari 2013Tim PNPM Mandiri Perkotaan dan Jejaring Kampung meninjau kesiapan warga Jatipulo, utamanya di RW 04 untuk melakukan penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas. Ada tanya-jawab di pos RW 04 dan kunjungan lapangan di beberapa wilayah RT. Perencanaan fisik Kampung Susun dibarengi dengan upaya pengorganisasian warga dan pembangunan ekonomi kerakyatan dengan pembentukan KSM dan Koperasi Warga. Untuk mempererat ikatan / komitmen sesama aktifis yang bergerak dalam PNPM MP, baik aktifis BKM, TPP maupun Faskel-nya, maka diadakan wisata rapat kerja pada April 2013 di Cibodas, Cipanas, Jawa Barat. Pada 22 April 2013 Mahasiswa Universitas Taruma Nagara yang tergabung dalam IMARTA mengadakan Loka-Sayembara Penataan Kampung. Hasilnya pada 30 April 2013 dipaparkan dan dinilai. Pemenang pertama, dengan judul Kampung Masa Depan Kota menggabungkan bbrp varian jenis hunian, yaitu rumah tunggal, maisonette, dan rumah sewa. Dalam konsepnya sudah memasukkan aspek-aspek sosial-budaya, sosial-ekonomi dan fisik lingkungan, termasuk pertanian vertikal dan pengelolaan air. Pada tanggal 4 Mei 2013 para aktifis BKM, TPP semua RW fokus serta faskel PNPM Mandiri berkumpul di gedung serbaguna RW 05, untuk merembugkan cara mensosialisasikan upaya penataan wilayah bagi semua warga peduli di setiap RW fokus. Disepakati bahwa warga diajak berkumpul di gedung Sasana Krida Karang Taruna pada minggu terakhir mei ini untuk keperluan ini. Keesokan harinya, warga RW 06 dan seluruh pengurus RW, RT, LMK, TPP dan PKK mengadakan perjalanan loka-wisata ke puncak, untuk mempererat tali silaturrahim dan komitmen kebersamaan. Pada kesempatan ini, Pak Astaja Syawal berbagi cerita tentang program penataan wilayah yang dinahkodai oleh BKM Jatipulo Mandiri. 9 P a g e

10 Pada 6 Mei 2013, diadakanlah sosialisasi program penataan wilayah. Dalam kesempatan ini, dibahas juga tentang evaluasi program pada dua tahap sebelumnya, yaitu tahap pembelajaran dan tahap pemandirian. Program BKM Jatipulo Mandiri merupakan tahap keberlanjutan yang banyak bersinergi dengan Pemda DKI Jakarta. BKM Jatipulo Mandiri berpartisipasi dalam aktivasi JAKARTA VERTICAL KAMPUNG yang diinisiasi Ibu Daliana Suryawinata. Pada 25 Juni 2013 Ikut mengisi sesi community architecture lecture. Pada 7 Juli 2013, BKMJM kembali ikut berpartisipasi di sesi konfrens dan ekshibisi yang berlangsung 7 Juli 2013 sampai dengan 14 Agustus 2013, aktivasi Jakarta Vertical Kampung yang diselenggarakan oleh SHAU International dan mitra-mitranya, BKM Jatipulo Mandiri menampilkan dua panel, yaitu panel proses di komunitas dan panel visualisasi bangunan kampung vertikal, yang sekadar dibuat sebagai pemancing aspirasi dan kritik warga calon pengguna. C.3. Perencanaan Strategis C.3.1. Visi dan Misi Visi : Kehidupan berkualitas setiap warga di lingkungan permukiman yang sehat, utamanya yang bertempat tinggal di bantaran dan di daerah aliran kanal/sungai, dan martabat bangsa yang membanggakan di mata dunia. 10 P a g e

11 Misi : Membangun keberdayaan, kemandirian dan kemadanian komunitas-komunitas di setiap kampung di bantaran kanal. Membangun pemahaman tentang pentingnya hidup harmoni dengan alam sekitar kita. Membangun rasa percaya diri dan kebanggaan nasional dengan menghargai potensi dan kearifan lokal. Membangun jiwa kewirausahaan dan keterampilan praktis berkaitan dengan pengelolaan potensi lokal. C.3.2. Tujuan Penataan dan revitalisasi permukiman bantaran kanal dan fungsi kanal sebagai transportasi wisata air, dengan tata-kelola yang baik di tiap lokal lingkungan permukiman, dengan apresiasi potensi dan kearifan lokal sebagai wujud nasionalisme; Sehingga tercipta dan terpelihara keharmonisan hidup, antara sesama manusia, antara manusia dan alam. C.3.3. Sasaran Adapun sasaran-sasaran dirinci sebagai berikut : Terbentuknya KSM Perumahan di setiap RT yang wilayahnya berbatasan sempadan kanal. Tercukupinya tempat tinggal yang layak bagi semua warga kampung-kampung di bantaran dan daerah aliran kanal. Terbangun, dan terpeliharanya fasilitas sanitasi lingkungan permukiman di bantaran kanal. Terbangun, dan terpeliharanya sistem daur hidrologik mandiri. Terbangun, dan terpeliharanya fasilitas pejalan kaki dan jalur sepeda (termasuk jalur hijau) di sepanjang bantaran kanal. Terbangun, dan terpeliharanya kondisi kanal sebagai fasilitas transportasi wisata. C.3.3. Strategi Strategi untuk mencapai visi, menjalankan misi, mewujudkan tujuan bersama dengan mencapai dan menjalankan secara berkelanjutan sasaran-sasaran tersebut di atas, akan diuraikan dalam bentuk usulan kebijakan, program dan kegiatankegiatan. Hal ini akan dibahas dengan semua pemangku kepentingan. 11 P a g e

12 D. Kesimpulan Penataan permukiman kampung bantaran kanal/sungai sangat berpotensi sebagai salah satu upaya pemecahan ketiga masalah besar yang sedang dihadapi kota-kota besar kita. Dengan memanfaatkan kanal dan sungai sebagai transportasi wisata air, aspek ekonomi lokal dan kreatif bisa dikembangkan. Betapa indahnya membayangkan berperahu di kanal yang bersih, dari Museum Tekstil, membawa suvenir batik Jakarta, mampir di kampung-kampung bantaran kanal untuk sekadar mencicipi kuliner khas, atau berbelanja cendera mata hasil kerajinan warga lokal, lalu bermuara di kampung nelayan di Muara Angke yang tentunya juga indah dan eksotik jika ditata sesuai dengan kekhasan lokal. Para wisatawan mancanegara pasti sangat tertarik, menikmati dan merekomendasikannya, sehingga produk ekonomi lokal dan ekonomi kreatif khas Indonesia akan terjual laris manis, ikut meramaikan kancah perdagangan global dengan cara elegan dan berjatidiri Jakarta, 16 Oktober 2013 Anak-anak Kampung Tomangpulo Kel. Jatipulo Dok. SWARA WARGA P a g e

Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas

Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas Kampung Vertikal dan Transportasi Wisata Air Penataan Permukiman Bantaran Kanal Berbasis Komunitas Seminar ini akan diselenggarakan pada Sabtu Pon, 26 Okt 2013 Pukul 15.00 16.00 WIB di area Parkir Timur

Lebih terperinci

Laporan Kemajuan. Proses Upaya : Peremajaan Lingkungan Permukiman. Pelatihan Keterampilan Teknis Portable Architecture : D.IX-04

Laporan Kemajuan. Proses Upaya : Peremajaan Lingkungan Permukiman. Pelatihan Keterampilan Teknis Portable Architecture : D.IX-04 BAB IX Kontribusi Perguruan Tinggi: IX P2M UI dan PNJ bagi Penataan Wilayah: D.IX-01 Tim Pelaksana Pengabdian pada Masyarakat: D.IX-02 Tenaga Pengembangan/Pemberdayaan Masyarakat: D.IX-03 Pelatihan Keterampilan

Lebih terperinci

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri

Lebih terperinci

Laporan Kemajuan. Proses Upaya : Peremajaan Lingkungan Permukiman. Struktur Organisasi Karang Taruna Kel. Jatipulo : S. V-06

Laporan Kemajuan. Proses Upaya : Peremajaan Lingkungan Permukiman. Struktur Organisasi Karang Taruna Kel. Jatipulo : S. V-06 BAB V Organisasi Kemasyarakatan: V Struktur Organisasi RW.06: S.V-01 Struktur Organisasi RT.016, RW.06: S.V-02 Struktur Organisasi BKM Jatipulo Mandiri: S.V-03 Struktur Organisasi TPP RW.06: S.V-04 Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62 BAB VI PENUTUP 6.1 Rencana Kerja Untuk mewujudkan Visi Penataan Lingkungan Permukiman Desa Jipang yaitu terwujudnya Desa Jipang yang sehat, berkembang dan berbudaya maka lembaga lembaga masyrakat beserta

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 31 BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH 4.1 Kondisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan tidak sematamata didefinisikan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir? Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP 1. PENDAHULUAN BKM adalah lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131,2012 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PENANGANAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

SWARA WARGA KAMPUNG VERTIKAL JAKARTA. Partisipasi Komunitas Kampung Jatipulo dalam Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan TRANSFORMASI KAMPUNG

SWARA WARGA KAMPUNG VERTIKAL JAKARTA. Partisipasi Komunitas Kampung Jatipulo dalam Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan TRANSFORMASI KAMPUNG h.16 30 Juni 2013 No. 031 Tahun IV 16 hal. SERBANEKA Upaya transformasi kampung horizontal menjadi kampung vertikal di pusat kota ibu kota negara yang tingkat populasi terpadat ke-4 di dunia ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 38 BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PERKOTAAN 3 Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP Membangun BKM Membangun BKM Membangun BKM

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN

3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN 3.4. AKUTABILITAS ANGGARAN Manajemen pembangunan berbasis kinerja mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan program/ kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.669, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Bantuan Stimulan. Peningkatan Kualitas. Kumuh. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 1.8. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta Pembangunan di DKI Jakarta adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan dan pembangunan pada hakekatnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA 6.1. RENCANA DAN PROGRAM PENGEMBANGAN Pembahasan ini adalah untuk mendapatkan rencana dan program pengembangan kawasan permukiman

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh No Aspek-aspek minimal Perda 1. Ketentuan Umum; Muatan 1. Daerah adalah Kabupaten/Kota... 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

B. Kondisi Demografi. Usia (tahun) Jumlah (orang) No keatas 2.724

B. Kondisi Demografi. Usia (tahun) Jumlah (orang) No keatas 2.724 A. Kondisi Geografi Sebelah Utara : Kelurahan Pisang Candi Kecamatan Sukun dan Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Sebelah Timur : Kelurahan Sukun Kecamatan Sukun Sebelah Selatan : Kelurahan Bandungrejosari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 25 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA ATAU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 Visi Otonomi daerah dengan desentralisasi kewenangan yang ada mengedepankan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berkontribusi pada pengembangan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA GUNUNGREJO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Dokumen perencanaan tahunan daerah yang digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran Tahun 2014, adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai

Lebih terperinci

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status

Lebih terperinci

Persentase Jumlah Penduduk yang Tinggi, versus Lahan yang Terbatas

Persentase Jumlah Penduduk yang Tinggi, versus Lahan yang Terbatas Dalam pembukaan UUD 1945, tiap-tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak. Dalam perjalanannya, kita hampir melupakan aspek pemerataan atau cita-cita keadilan sosial yang begitu mendasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai Page 0 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke Tuhan yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah 01 Program Kota Tanpa Kumuh(KOTAKU) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang merupakan upaya

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN Saiapa Dia? RELAWAN 1 Arah Kebijakan Program PENDEKATAN PROJEK PENDEKATAN PROGRAM Realisasi BLM 3 Membangun BKM KSM PJM Nangkis BKM 2 Pemetaan Swadaya 4 BLM PJM Pronangkis

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci