Analisis, Juni 2015, Vol.4 No.1 : ISSN
|
|
- Ivan Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis, Juni 2015, Vol.4 No.1 : ISSN EKSISTENSI THE INTERNATIONAL CHAMBER OF COMMERCE DALAM PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS INTERNASIONAL The Existence of the International Chamber of Commerce Dispute Resolution in International Business Ahkhan Baharuddin Tenro, Alma Manuputty, Irwansyah Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin ( ach_kam@yahoo.com) ABSTRAK Transaksi bisnis internasional yang tidak sehat menimbulkan permasalahan yang berujung pada penyelesaian sengketa di lembaga yang berwenang, namun adakalanya sengketa tersebut telah diputus oleh lembaga tersebut, ada pihak yang tidak menghormati putusan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan the international chamber of commerce (ICC) sebagai salah satu choice of forum dalam penyelesaian sengketa bisnis internasional dan pelaksanaan putusan arbitrase ICC di Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif, dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan penelitian kepustakaan serta melakukan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguaraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kedudukan ICC sangat penting sebagai salah satu choice of forum oleh para pihak, dan lembaga yang dapat menyelesaikan sengketa bisnis internasional. Terdapat dua cara penyelesaian sengketa yang disediakan oleh ICC, cara pertama yakni dengan menggunakan badan arbitrase ICC, dan cara kedua dapat juga sengketa tersebut diselesaikan melalui badan konsiliasi ICC. Kedua cara penyelesaian tersebut yang membuat ICC berbeda dengan lembaga atau badan penyelesaian sengketa bisnis internasional yang lain, dan pelaksanaan putusan arbitrase ICC di Indonesia tidak langsung dapat di eksekusi di negara pihak yang dinyatakan melakukan wanprestasi (dalam hal ini pihak yang dinyatakan bersalah oleh hakim arbitrase). Khusus di Indonesia, agar eksekusi tersebut dapat di laksanakan, maka terlebih dahulu harus di mohonkan kepada pengadilan negeri Indonesia, dalam hal ini lembaga yang berwenang adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kesimpulannya kedudukan ICC sangat penting dalam menyelesaikan sengketa bisnis internasional, walaupun dalam pelaksanaan putusannya masih harus dimohonkan terlebih dahulu di pengadilan nasional. Kata Kunci: Eksistensi, ICC, Sengketa Bisnis Internasional ABSTRACT International business transactions that are not healthy cause problems that led to the settlement of disputes in the authorized institution, but sometimes the dispute has been decided by the agency, there are those who do not respect the decision. This research aims to investigate the position of the International Chamber of Commerce (ICC) as one choice of forum in the solution of international business disputes and to investigate the implementation of the arbitration decisions of the International Chamber of Commerce in Indonesia. The type of the research was the normative research which used the statue approach and the conceptual approach. The data collection techniques were the library research and interviews. The collected data were then analyzed qualitatively and then presented descriptively, through explanation, clarification, and illustration according to the problems related to this research. The research results revealed that the Position of ICC was very important as one choice of forum by the parties, and the institutions who could solve international 74
2 Eksistensi, ICC, Sengketa Bisnis Internasional ISSN business disputes. There were two ways prepared by the ICC arbitration body, and the second technique was that the dispute could be solved through the ICC conciliation body. Both techniques had made the ICC different from any other international arbitration bodies. The implementation of the arbitration decision of the International Chamber of Commerce in Indonesia could not be executed directly in the country of the party stated guily by the arbitration judges. In Indonesia particularly, in order that decision by the international arbitration could be executed, a request should be presented to a first Instance Court, in this case, to the First Instance Court of Central Jakarta. In conclusion the position of the ICC is crucial in resolving international business disputes, although the implementation of the decision remains to be requested in advance in national courts. Keywords: Existence, ICC, International Business Disputes PENDAHULUAN Hukum tidak bisa dielakkan selalu berkembang, namun perkembangannya tidak bisa dipastikan berkembang kepada arah-arah tertentu (Utsman, 2010). Bisnis internasional adalah kegiatan komersial lintas batas negara (Putra, 2000). Hukum transaksi bisnis internasional, dalam kaitan dengan hal demikian, mempunyai hubungan erat dengan hukum perdata internasional yaitu sebagai bagian hukum perdata internasional yang berhubungan dengan masalah perbedaan bahasa, yang harus dituntaskan melalui kontrak bisnis internasional, penentuan hukum yang berlaku (choice of law), penentuan forum (choice of forum), dan aspek-aspek lain yang terkait, seperti masalah hukum yang berlaku atau forum yang dipakai dalam hal tidak terdapat suatu pilihan hukum dan menunjukkan forum yang tegas (Gautama, 1992), oleh karena itu dibutuhkan suatu kaidah, asas-asas, dan ketentuan hukum, termasuk institusi dan mekanismenya, yang digunakan untuk mengatur hak dan kewajiban para pihak dalam suatu transaski bisnis dalam hubungan dengan obyek transaksi, prestasi para pihak, serta segala akibat yang timbul dari akibat transaksi (Parthiana, 2005). Pada masa penjajahan Belanda, arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa belumlah dikenal oleh bangsa Indonesia karena pada saat itu yang berlaku adalah hukum adat, akan tetapi, orang-orang Eropa telah mengenal Lembaga arbitrase yang telah dibentuk sebelumnya oleh Pengusaha Belanda melalui Kamar Dagang Eropa yang diatur dalam hukum acara perdata bagi golongan orang Eropa Burgerlijke Reglement op de Rechtsvordering (Muhammad, 2006). Ketentuan arbitrase yang diatur dalam BRV tidak mengatur aspek-aspek hukum internasional serta meliputi hal-hal yang berkenaan dengan pengakuan dan eksekusi putusan arbitrase asing baik dalam kegiatan penanaman modal asing maupun dalam lalu lintas dunia perdagangan (Margono, 2004). Indonesia tidak memiliki undangundang ataupun peraturan apapun yang dapat digunakan sebagai sistem hukum Negara, hingga pada akhirnya, Indonesia mengadopsi hukum peninggalan Belanda dan kemudian menganut sistem hukum Eropa Kontinental sebagai dasar sistem hukumnya hingga dikeluarkannya hukum yang lebih baru untuk mengakomodir permasalahan hukum yang berkembang seiring waktu (Taufik, 2011). Dan sebagai pedoman umum aturan arbitrase yang diatur dalam RV meliputi lima bagian (Harahap, 2001). Indonesia pada dasarnya, telah melakukan berbagai usaha untuk membangun kembali serta meningkatkan perkembangannya sebagai suatu Negara. Semenjak 1967, pada awal-awal diterapkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun ( Repelita ) pertama oleh Pemerintah, Indonesia telah mempromosikan PMA (Penanaman Modal Asing) dan sejauh ini telah sukses menarik perhatian dari beberapa Negara maju seperti, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, 75
3 Ahkhan Baharuddin Tenro ISSN Perancis, Inggris dan beberapa Negara tetangga di Asia (Abdurrasyid, 1979). Penyelesaian sengketa yang sifatnya efektif merupakan idaman setiap pihak yang terlibat dalam suatu transaksi bisnis. Salah satu alasan yang menjadi dasar pertimbangan hal demikian adalah bahwa suatu sengketa hampir mutlak merupakan faktor penghambat perwujudan prediksiprediksi bisnis (Gautama, 1983). Namun adakalanya juga walaupun para pihak telah mencantumkan lembaga tempat yang akan menyelesaikan sengketa bisnis tersebut, dan lembaga tersebut telah memutus sengketa sebagaimana kewenangannya, ada juga pihak-pihak yang tidak menghormati dan mentaati keputusan dari lembaga internasional yang memutus sengketa tersebut (Sutiarso, 2011). Salah satu contohnya adalah permohonan pembatalan eksekusi putusan arbitrase ICC oleh PT. Pertamina EP dan PT. Pertamina (Persero) ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampak kurangnya penghormatan dan ketaatan para pihak terhadap pelaksanaan suatu keputusan dari badan ICC. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kedudukan the international chamber of commerce (ICC) sebagai salah satu choice of forum dalam penyelesaian sengketa bisnis internasional dan pelaksanaan putusan arbitrase ICC di Indonesia METODE PENELITIAN Lolasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Penentuan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa di Perpustakan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin tersedia data yang diperlukan sebagai bahan analisis, data tersebut diperoleh dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan kajian yang penulis teliti. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah normatif yaitu yaitu dengan mengkaji aturanaturan hukum, teori-teori hukum dan bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan perundang-undangan ( statue approach). Dalam konteks ini, ketentuan-ketentuan yang akan ditelaah dan dikaji adalah beberapa instrumen hukum internasional yang berkaitan dengan arbitrase asing, dan beberapa instrumen hukum nasional yang berkaitan dengan mekanisme pelaksanaan putusan arbitrase asing di Indonesia. Selain menggunakan statue approach, digunakan juga pendekatan konseptual ( conceptual approach). Adapun yang dimaksud pendekatan konseptual, adalah pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum khususnya pada lapangan hukum internasional dan lapangan hukum nasional. Pandangan-pandangan, doktrindoktrin yang akan digunakan dalam penelitian ini, memiliki keterkaitan erat dengan eksistensi International Chamber of Commerce sebagai lembaga penyelesaian sengketa bisnis internasional, yang di dalamnya berkenaan dengan peranan, fungsi, tujuan, serta ruang lingkup berlakunya. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan ( library research), yang mempelajari dan mengkaji sejumlah ketentuan-ketentuan hukum nasional dan internasional, bukubuku teks, kamus-kamus hukum, jurnaljurnal hukum yang dianggap relevan dengan objek penelitian, serta melakukan wawancara ( interview) dengan ahli hukum internasional khususnya pada bidang kajian hukum arbitrase internasional dan juga yang terkait dengan 76
4 Eksistensi, ICC, Sengketa Bisnis Internasional ISSN mekanisme pelaksanaan putusan arbitrase asing di Indonesia. Analisis Data Setelah bahan-bahan hukum berhasil dikumpulkan dengan menggunakan teknik yang telah ditetapkan di atas, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan analisis data kualitatif, yaitu data yang muncul berwujud katakata dan bukan rangkaian angka, kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini. HASIL Kedudukan the International Chamber of Commerce Sebagai Salah Satu Choice of Forum Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Di bagian ini akan dibahas mengenai the International Chambers of Arbitration (ICA)/ICC Rules yang sudah berlaku sejak 1 Januari ICA adalah lembaga arbitrase yang terdapat dalam ICC. Fungsi ICA adalah menyelesaikan perselisihan dagang internasional melalui arbitrase dengan berdasarkan pada ICC Rules. Namun ICA tidak serta merta menyelesaikan perselisihan tersebut. ICA hanya berfungsi untuk memastikan penerapan dari ICC Rules. Prosedur Awal Arbitrase. Menurut ICA/ICC Rules, pihak yang tertarik untuk memulai proses arbitrase harus memberitahu pada Sekretariat ICC. Sekretariat adalah lembaga administratif dari ICA/ICC yang akan mengawasi prosedur arbitrase. Selain itu, Sekretariat memiliki tanggung jawab untuk memberitahukan baik kepada pihak pemohon maupun termohon mengenai permohonan akan dimulainya proses pelaksanaan arbitrase. Pasal 4.2 ICC Rules menyatakan bahwa tanggal dimulainya proses arbitrase adalah tanggal dimana Sekretariat menerima permohonan tertulis tersebut. Pasal 4.3 ICC Rules mengatur mengenai beberapa persyaratan yang harus tercantum dalam surat permohonan tersebut, yakni (i) deskripsi dari sifat dan keadaan sengketa (ii) perjanjian arbitrase (iii) pemilihan arbiter dan bahasa serta lokasi dimana persidangan akan berlangsung. Termohon kemudian memberikan jawaban terhadap gugatan tersebut, apakah termohon setuju atau tidak dengan Arbiter pilihan pemohon, tempat arbitrase, bahasa dan peraturan yang akan dipergunakan dalam persidangan (Pasal 5). Selain memberikan jawaban terhadap surat permohonan dari pemohon, termohon dalam surat jawabannya berhak melakukan gugatan balik terhadap pemohon. Menurut Pasal 6.4, proses persidangan arbitrase tetap akan terus berlangsung meskipun perjanjiannya telah dibatalkan. Hal ini pernah disorot oleh Bergeron, ia mengatakan bahwa jawaban atas pertanyaan dari batalnya suatu perjanjian akan membawa implikasi yang luas terhadap doktrin arbitrase. Hal ini sangat penting karena jika tidak, apabila putusan pengadilan menyatakan bahwa suatu perjanjian batal maka arbitrase menjadi tidak dimungkinkan berdasarkan perjanjian tersebut. Arbiter. Pasal 7 12 merupakan pasal-pasal yang mengatur mengenai tata cara pemilihan arbiter. Jumlah anggota arbiter biasanya 1 (satu) atau 3 (tiga) orang. Jika hanya ada 1 (satu) arbiter, para pihak harus sepakat mengenai siapa yang akan dipilih menjadi arbiter tersebut. Dalam hal ada 3 (tiga) arbiter maka akan dibentuk majelis arbitrase, masing-masing pihak akan menunjuk 1 (satu) orang arbiter dan Sekretariat akan menunjuk arbiter yang ketiganya. Meskipun mempergunakan 3 (tiga) orang arbiter akan memperlambat proses persidangan, tapi secara kesuluruhan hal ini merupakan pilihan yang sangat baik. 3 (tiga) orang memutuskan suatu perkara akan membuat keputusan tersebut lebih dapat dipercaya, lebih kecil kemungkinan 77
5 Ahkhan Baharuddin Tenro ISSN timbul kecurangan dan para pihak akan lebih terwakilkan, karena para pihak masing-masing memiliki hak untuk mengganti nama arbiter. Adalah sangat penting untuk memperhatikan kewarganegaraan seorang arbiter sebelum dilakukan pemilihan, karena kewarganegaraan seseorang akan berpengaruh besar terhadap kenetralannya dalam arbitrase. Untuk menjamin kenetralan tersebut, para arbiter harus menandatangani perjanjian kenetralan. Dalam hal hanya ada 1 (satu) orang arbiter maka kewarganegaraan arbiter dan para pihak harus berbeda (Pasal 9.5). Tempat Sidang Para pihak harus setuju dan sepakat mengenai lokasi dimana proses persidangan akan berlangsung. Meskipun demikian, dalam ICA/ICC tempat resmi untuk proses persidangan tidaklah penting karena para arbiter memiliki kebebasan untuk melakukan sidang dimanapun tempat yang menurut mereka pantas. Satu hal yang penting dalam pemilihan tempat sidang adalah tempat tersebut merupakan tempat yang netral dan tidak akan mempengaruhi putusan. Oleh karena itu, ketika Sekretariat memilih tempat arbitrase, aspek hukum, budaya, dan geografis akan menjadi hal yang sangat diperhitungkan. Berkenaan dengan hal tersenut, Weisman menulis ICA akan memastikan bahwa tempat dari arbitrase tidak memihak salah satu pihak baik dalam aspek hukum, budaya, maupun geografis. Menurut penulis aturan-aturan itulah yang seharusnya di taati para pihak, guna memperkuat kedudukan the International Chamber of Commerce sebagai salah satu Choice of Forum dalam penyelesaian sengketa bisnis internasional, ini juga terkait dengan teori yang penulis gunakan yakni teori hubungan antara hukum internasional dengan hukum nasional. oleh karena lembaga tersebut merupakan pilihan oleh para pihak yang bersengketa, maka para pihak tersebutpun harus menghormati dan mentaati putusan yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Pelaksanaan Putusan Arbitrase the International Chamber of Commerce di Indonesia. Suatu sengketa yang telah diputus oleh lembaga arbitrase ICC, maka tidak serta-merta dapat di eksekusi di negara pihak yang dinyatakan melakukan wanprestasi (dalam hal ini pihak yang dinyatakan bersalah oleh hakim arbitrase), khusus di Indonesia, maka eksekusi tersebut agar dapat di laksanakan, maka terlebih dahulu harus di mohonkan kepada pengadilan nasional Indonesia, tahapannya sebagai berikut: Tahap Pendaftaran. Putusan arbitrase tersebut harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat (Pasal 65 UU Arbitrase). Berdasarkan Pasal 67 UU Arbitrase, pendaftaran putusan arbitrase asing dilakukan dengan penyerahan putusan arbitrase ke Panitera Pengadilan Jakarta Pusat oleh arbiter atau kuasanya. Setelah pendaftaran ini, diajukan permohonan eksekuatur kepada PN Jakarta Pusat (Pasal 67 UU Arbitrase). Terhadap permohonan ini, Ketua PN akan mengeluarkan perintah yang mengakui dan memerintahkan pelaksanaan putusan arbitrase asing ini. Setelah perintah Ketua PN diterima, pelaksanaan selanjutnya dilimpahkan kepada ketua Pengadilan Negeri yang memiliki kompetensi relatif untuk melaksanakannya (Pasal 69 ayat 1 UU Arbitrase). Tatacara pelaksanaan eksekusi sendiri dilakukan sesuai ketentuan Hukum Acara Perdata. Terhadap penetapan PN yang menolak permohonan eksekuatur, dapat diajukan upaya kasasi. Karena upaya hukumnya adalah kasasi, maka MA tidak memeriksa pokok perkara lagi, melainkan hanya memeriksa penerapan hukumnya. Adakalanya walaupun para pihak telah mencantumkan lembaga tempat yang akan menyelesaikan sengketa bisnis tersebut, dan lembaga tersebut telah memutus sengketa sebagaimana kewe- 78
6 Eksistensi, ICC, Sengketa Bisnis Internasional ISSN nangannya, ada juga pihak-pihak yang tidak menghormati dan mentaati keputusan dari lembaga internasional yang memutus sengketa tersebut. Hal ini membuat peran dari lembaga-lembaga arbitrase asing (internasional) di Indonesia menjadi tidak mempunyai kepastian hukum, karena lembaga arbitrase yang terkenal credible dan netral dalam setiap sengketa yang di putuskannya menjadi sia-sia ketika permohonan eksekusi di batalkan/sulit untuk dilaksanakan oleh pengadilan nasional di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari beberapa penolakan eksekusi putusan arbitrase asing (sel ain ICC) di Indonesia, namun hal tersebut bukan merupakan kajian penulis, sehingga penulis tidak memaparkannya lebih lanjut di dalam tulisan ini. Eksekusi putusan arbitrase merupakan elemen yang amat penting dalam keseluruhan rangkaian proses penyelesaian sengketa melalui forum arbitrase. Oleh karena yang lebih penting bagi pencari keadilan bukan sekedar meminta keputusan yang seadil-adilnya, melainkan putusan tersebut dapat di laksanakan apabila perkaranya di menangkan. PEMBAHASAN Penelitian ini memperlihatkan bahwa kedudukan ICC sangat penting sebagai salah satu choice of forum oleh para pihak, dan lembaga yang dapat menyelesaikan sengketa bisnis internasional. Terdapat dua cara penyelesaian sengketa yang disediakan oleh ICC, cara pertama yakni dengan menggunakan badan arbitrase ICC, dan cara kedua dapat juga sengketa tersebut diselesaikan melalui badan konsiliasi ICC, kedua cara penyelesaian tersebut yang membuat ICC berbeda dengan lembaga atau badan penyelesaian sengketa bisnis internasional yang lain. Pelaksanaan putusan arbitrase ICC di Indonesia maka tidak langsung dapat di eksekusi di negara pihak yang dinyatakan melakukan wanprestasi (dalam hal ini pihak yang dinyatakan bersalah oleh hakim arbitrase), khusus di Indonesia, maka eksekusi tersebut agar dapat di laksanakan, maka terlebih dahulu harus di mohonkan kepada pengadilan nasional Indonesia, dalam hal ini lembaga yang berwenang adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun tidak selamanya permohonan eksekusi atas putusan arbitrase internasional di kabulkan oleh pihak Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun adakalanya permohonan eksekusi tersebut juga dapat ditolak. Terhadap penetapan PN yang menolak permohonan eksekuatur, dapat diajukan upaya kasasi. Karena upaya hukumnya adalah kasasi, maka MA tidak memeriksa pokok perkara lagi, melainkan hanya memeriksa penerapan hukumnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kedudukan ICC sangat penting sebagai salah satu choice of forum oleh para pihak, dan lembaga yang dapat menyelesaikan sengketa bisnis internasional. Pelaksanaan putusan arbitrase ICC di Indonesia maka tidak langsung dapat di eksekusi di negara pihak yang dinyatakan melakukan wanprestasi (dalam hal ini pihak yang dinyatakan bersalah oleh hakim arbitrase), khusus di Indonesia, maka eksekusi tersebut agar dapat di laksanakan, maka terlebih dahulu harus di mohonkan kepada pengadilan nasional Indonesia, dalam hal ini lembaga yang berwenang adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Oleh karena itu sebaiknya para pihak yang melakukan perjanjian di bidang bisnis internasional, mencantumkan metode yang digunakan jika terjadi sengketa di kemudian hari, agar ketika terjadi sengketa, maka tidak akan terjadi konflik yang berlarut-larut dan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat harus lebih menghormati setiap permohonan eksekusi putusan arbitrase internasional, mengingat begitu credible-nya lembaga arbitrase internasional, dan juga Indonesia telah di cap oleh dunia 79
7 Ahkhan Baharuddin Tenro ISSN internasional sebagai negara yang kurang baik terhadap setiapeksekusi putusan arbitrase internasional. DAFTAR PUSTAKA Abdurrasyid P. (1979). Arbitration in Indonesia and International Conventions on Arbitration, The Indonesian National Board of Arbitration (BANI). Bandung: Alumni. Gautama S. (1983). Indonesia dan Arbitrase Internasional. Bandung: Alumni. Gautama S. (1992). Hukum Perdata Internasional Indonesia. Bandung: Alumni. Harahap Y. (2001). Arbitrase Ditinjau Dari Rv, Peraturan Prosedur BANI, ICSID, UNCITRAL Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award, Perma No , Jakarta: Sinar Grafika. Margono S. (2004). ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia. Muhammad A.K. (2006). Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.Parthiana I.W. (2003). Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju. Putra I.B.W. (2000). Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional. Bandung: Refika Aditama. Parthiana I Wayan. (2005). Hukum Perjanjian Internasional. Bandung: Bandar Maju. Sutiarso C. (2011). Pelaksanaan Putusan Arbitrase Dalam Sengketa Bisnis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Taufik M. (2011). Penerapan Dan Metodologi Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing. Depok: Universitas Indonesia. Utsman S. (2010). Menuju Penegakan Hukum Responsif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 80
PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA
PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA Oleh: Anastasia Maria Prima Nahak I Ketut Keneng Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dewasa ini merupakan kebutuhan dari setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam mengadakan perubahan-perubahan
Lebih terperinciPENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita
PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional
Lebih terperinciPERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA
Jurnal Repertorium Volume III No. 2 Juli-Desember 2016 PERAN NOTARIS DI DALAM PEMBUATAN AKTA YANG MEMUAT KLAUSA ARBITRASE DAN IMPLIKASI HUKUMNYA Farizal Caturhutomo Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi perlindungan bagi
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL
PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL Oleh : I Nyoman Sudiawan I Gusti Ayu Agung Ariani Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciPokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *)
Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *) Ketentuan ketentuan tentang pelaksanaan (eksekusi) putusan Arbitrase Asing (Internasional) di Indonesia
Lebih terperinciOleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja
SENGKETA KOMPETENSI ANTARA SINGAPORE INTERNATIONAL ARBITRATION CENTRE (SIAC) DENGAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN DALAM PENYELESAIAN KASUS ASTRO ALL ASIA NETWORKS PLC BESERTA AFILIASINYA DAN LIPPO
Lebih terperinciARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani
ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA Firda Zulfa Fahriani Pendahuluan Setiap subjek hukum baik orang maupun badan hukum terdapat suatu kebiasaan untuk menyelesaikan suatu masalah masalah
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI
PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI Oleh Ni Komang Desi Miari I Wayan Wiryawan I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Judul dari penelitian hukum ini adalah
Lebih terperinciPERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI
PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI Oleh : Made Yudha Wismaya I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract
Lebih terperinciBergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul
Bergabungnya Pihak Ketiga Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Permasalahan Yang Mungkin Timbul Oleh: Hengki M. Sibuea, S.H., C.L.A. apple I. Pendahuluan Arbitrase, berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan bisnis atau perjanjian, selalu ada kemungkinan timbulnya perselisihan/sengketa. Sengketa yang perlu diantisipasi adalah mengenai bagaimana cara
Lebih terperinciBAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.
BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Introduction Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui negosiasi, mediasi, dan arbitrase. Pengertian arbitrase termuat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembahasan dalam suatu hubungan bisnis atau perjanjian selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa yang perlu diantisipasi adalah mengenai bagaimana cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih arbitrase internasional daripada arbitrase nasional sebagai pilihan forum penyelesaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan bisnis dan perdagangan sangat pesat dan tidak dapat dibatasi oleh siapa pun. Pelaku bisnis bebas dan cepat untuk menjalani transaksi bisnis secara
Lebih terperinciTESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA
TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA OLEH : RADEN BONNY RIZKY NPM 201220252022 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2016 TESIS
Lebih terperinciBAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)
BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2) G. Prosedur Pemeriksaan Perkara Prosedur pemeriksaan di arbitrase pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan di pengadilan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin kompleksnya permasalahan dalam bidang ekonomi dan semakin hiterogennya pihak yang terlibat dalam lapangan
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA Oleh Made Nikita Novia Kusumantari I Made Udiana Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This writing is titled Enforcement
Lebih terperinciPROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST)
PROSES PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE DITINJAU DARI UU No. 30 TAHUN 1999 (Studi Putusan No. 86/PDT.G/2002/PN.JKT.PST) Astri Maretta astrimaretta92@gmail.com Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH
AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH Oleh : A.A. Dalem Jagat Krisno Ni Ketut Supasti Dharmawan A.A. Sagung Wiratni Darmadi Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciWEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL OLEH BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI)
WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL OLEH BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI) Oleh: Syaichul Adha AA Sri Indrawati Program Kekhususan Hukum Bisnis,
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID
PENYELESAIAN SENGKETA KASUS INVESTASI AMCO VS INDONESIA MELALUI ICSID Oleh : Aldo Rico Geraldi Ni Luh Gede Astariyani Dosen Bagian Hukum Tata Negara ABSTRACT This writing aims to explain the procedure
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Bogor, hlm M. Husseyn Umar, 1995, Hukum dan Lembaga Arbitrase di Indonesia, Proyek Pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan globalisasi saat ini telah membawa bangsa Indonesia dalam free market dan free competition. Dengan adanya free market dan free competition
Lebih terperinciUNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen Hukum dan Peradilan Niaga SHPDT1210 2 VI Marnia Rani Deskripsi Mata Kuliah Standar Kompetensi Mata kuliah Hukum dan
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014
PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN Ada dua bentuk penyelesaian sengketa perdagangan yakni melalui jalur litigasi (lembaga peradilan) dan jalur non litigasi (di luar lembaga peradilan) Penyelesaian sengketa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciUpaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI RANAH PUBLIK PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA 20/05/2017
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PADA UMUMNYA Upaya Penyelesaian Sengketa Di Bidang HEI -Ranah Publik -Ranah Privat Lebih didahulukan upaya penyelesaian secara DAMAI Baca Charter of the United Nations,
Lebih terperinciPERANAN PENGADILAN DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL
Safrina No. 53, Th. XIII (April, 2011), pp. 135-151. PERANAN PENGADILAN DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ROLE OF COURTS IN THE IMPLEMENTATION OF THE DECISIONS OF INTERNATIONAL ARBITRATION
Lebih terperinci06 ICC Publication ENG
KLAUSUL MEDIASI Klausul Mediasi ICC Para pihak yang bermaksud untuk menggunakan ICC harus mempertimbangkan untuk memilih salah satu dari klausul berikut, yang mencakup situasi dan keperluan yang berbeda.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian pada era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang melibatkan pihak-pihak
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR Oleh : I Gst. Ayu Asri Handayani I Ketut Rai Setiabudhi Bagian Hukum
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP
PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP oleh Angela Paramitha Sasongko I Made Pujawan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam transaksi
Lebih terperinciOleh: Hengki M. Sibuea *
Perbandingan Efektivitas Penyelesaian Sengketa Komersial Melalui Pengadilan dan Arbitrase, Ditinjau dari Jangka Waktu, Pasca Diterbitkannya SEMA No. 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara Di Pengadilan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdurrasyid, Priyatna, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: PT Fikahati Aneska, 2000).
145 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Abdurrasyid, Priyatna, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: PT Fikahati Aneska, 2000). Ashshofa, Burhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka
Lebih terperinciDESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU. Perhatikan desain-desain handphone berikut:
DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU Perhatikan desain-desain handphone berikut: 1 1. Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang SIRKUIT TERPADU (integrated
Lebih terperinciARBITRASE. Diunduh dari :
ARBITRASE Diunduh dari : http://ualawyer.ru/id/media/95/ A. Latar Belakang Dalam suatu perjanjian antara para pihak atau suatu hubungan bisnis, selalu ada kemungkinan timbulnya sengketa. Sengketa yang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING BERKAITAN DENGAN ASAS KETERTIBAN UMUM DI INDONESIA MENURUT KONVENSI NEW YORK 1958
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING BERKAITAN DENGAN ASAS KETERTIBAN UMUM DI INDONESIA MENURUT KONVENSI NEW YORK 1958 (Farrah Ratna Listya, 07 140 189, Fakultas Hukum, Universitas Andalas, 77 Halaman)
Lebih terperinciPenyelesaian Klaim melalui Arbitrase
PRO-5 Seminar Nasional 2014 Manajemen Klaim Proyek Konstruksi Penyelesaian Klaim melalui Arbitrase Ir. Gusnando S. Anwar, MEngSc. MPU.Med. PA.FCBArb Jakarta Convention Center 6 Nopember 2014 PRO-5 PROFILE
Lebih terperinciUNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :
PELAKSANAAN EKSEKUSI PUTUSAN HAKIM PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG TELAH BERKEKUATAN HUKUM TETAP DI KOTA SEMARANG Margaretha Rosa Anjani*, Lapon Tukan Leonard, Ayu Putriyanti Program Studi S1 Ilmu Hukum,
Lebih terperinciArbitrase. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates 28/06/12 1
Arbitrase Miko Kamal Principal, Miko Kamal & Associates 28/06/12 1 Definisi arbitrase Arbitrase adalah cara penyelesaian sesuatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat melahirkan berbagai macam bentuk kerjasama di bidang bisnis. Apabila kegiatan bisnis meningkat, maka sengketa
Lebih terperinciKonvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:
NAMA: Catherine Claudia NIM: 2011-0500-256 PELAKSANAAN KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE KOMERSIAL NTERNASIONAL MENURUT KONVENSI NEW YORK 1958 Salah satu fokus utama dalam Konvensi New York 1958, yakni Convetion
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN
KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of
Lebih terperinciUNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PENANAMAN MODAL ANTARA PEMERINTAH DAN PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciNOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciArbitrase. Pengertian arbitrase
Arbitrase Miko Kamal S.H., Bung Hatta LL.M., Deakin Ph.D Macquarie ireformbumn (institut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara) Anggrek Building Lt. 2 Jl. Permindo No. 61-63 Padang 25111 Phone: 0751-24552
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI LUAR PENGADILAN MELALUI ARBITRASE 1 Oleh : Hartarto Mokoginta 2
PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI LUAR PENGADILAN MELALUI ARBITRASE 1 Oleh : Hartarto Mokoginta 2 ABSTRAK Arbitrase merupakan suatu bentuk peradilan yang diselenggarakan oleh dan berdasarkan kehendak serta
Lebih terperinciEKSISTENSI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI SARANA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN : PROBLEMATIK DALAM MENCARI KEADILAN OLEH KONSUMEN
TESIS EKSISTENSI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI SARANA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN : PROBLEMATIK DALAM MENCARI KEADILAN OLEH KONSUMEN ROBBY PRIMA PANGGABEAN No. Mhs.:145202181/PS/MIH PROGRAM
Lebih terperinciPEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL OLEH PENGADILAN NEGERI *
PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL OLEH PENGADILAN NEGERI * Muhammad Andriansyah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Waste4change Blok B A2 No. 1-2 Jl. Raya H. Djole Mustika Jaya Bekasi E-mail: mandrian040991@gmail.com
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH
BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH A. Undang - Undang No. 30 Tahun 1990 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Arbitrase merupakan lembaga penyelesaian sengketa di
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF DI INDONESIA. Oleh: Nurfaqih Irfani
PERKEMBANGAN PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF DI INDONESIA Oleh: Nurfaqih Irfani I. Pendahuluan Dalam suatu hubungan hukum atau perikatan selalu dimungkinkan terjadi perselisihan di antara para pihak yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Oleh : I Gusti Ngurah Adhi Pramudia Nyoman A Martana I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati Bagian Hukum
Lebih terperinciArbitrase a. Pengantar Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya
Arbitrase a. Pengantar Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya final dan mengikat. Badan arbitrase dewasa ini sudah
Lebih terperinciANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL Oleh: Teuku Fachryzal Farhan I Made Tjatrayasa Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG HAKIM AD-HOC TERKAIT DENGAN ASPEK IMPARSIAL DALAM PRAKTEK PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
TINJAUAN TENTANG HAKIM AD-HOC TERKAIT DENGAN ASPEK IMPARSIAL DALAM PRAKTEK PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Oleh Ni Putu Inten Kusuma Yanti Tjok Istri Putra Astiti Program Kekhususan Hukum Acara Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Indonesia akan menghadapi ASEAN Free Trade Area atau (AFTA) yang akan aktif pada tahun 2015 1. Masyarakat dikawasan ASEAN khususnya di Indonesia mau tidak
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016
PELAKSANAAN DAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 1 Oleh : Martin Surya 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut menimbulkan hak
Lebih terperinciFUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE
20 FUNGSI PERJANJIAN ARBITRASE Oleh : Suphia, S.H., M.Hum. Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Jember Abstract Disputes or disagreements can happen anytime and anywhere without being limited space and
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi
BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Sebagaiman telah dikemukakan di awal, bahwa lembaga arbitrase adalah forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan dan ketidakpuasan
Lebih terperinciPROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN ARBITRASE DI INDONESA Oleh: Suwardjo Dosen Kopertis VI Jateng Dpk. Pada Fakultas Hukum Universitas Surakarta.
PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN ARBITRASE DI INDONESA Oleh: Suwardjo Dosen Kopertis VI Jateng Dpk. Pada Fakultas Hukum Universitas Surakarta. ABSTRAK Dunia bisnis merupakan dunia yang harus ditangani
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DALAM BIDANG PERTAMBANGAN MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL 1 Oleh : Dadang A. Van Gobel 2
PENYELESAIAN SENGKETA INVESTASI ASING DALAM BIDANG PERTAMBANGAN MELALUI ARBITRASE INTERNASIONAL 1 Oleh : Dadang A. Van Gobel 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
Lebih terperinciPERLINDUNGAN TERHADAP INVESTOR ASING APABILA TERJADI SENGKETA DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PENANAMAN MODAL ASING. Oleh
1 PERLINDUNGAN TERHADAP INVESTOR ASING APABILA TERJADI SENGKETA DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PENANAMAN MODAL ASING Oleh Nyoman Putra Suhambara Nyoman Mas Ariyani Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Sengketa Bisnis & Penyelesaiannya
Sengketa Bisnis & Penyelesaiannya Hukum Bisnis, Sesi 9 Timbulnya Sengketa Transaksi dalam dunia bisnis, termasuk bisnis syariah mengandung risiko Salah satu risiko yang mungkin dan sering terjadi adalah
Lebih terperinciMEKANISME PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT MELALUI PENGADILAN NIAGA I Gede Yudhi Ariyadi A.A.G.A Dharmakusuma Suatra Putrawan
MEKANISME PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT MELALUI PENGADILAN NIAGA I Gede Yudhi Ariyadi A.A.G.A Dharmakusuma Suatra Putrawan Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Prosedur permohonan
Lebih terperinciUNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
1 of 27 27/04/2008 4:06 PM UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciJURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta
JURNAL Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta Diajukan oleh : Edwin Kristanto NPM : 090510000 Program Studi : Ilmu
Lebih terperinciChristian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI
Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Penyelesaian Hubungan Industrial Di Kota Pematangsiantar Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Beragam permasalahan melatarbelakangi konflik Hubungan
Lebih terperinciKeterlibatan Pengadilan dalam Proses Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Arbitrase
Keterlibatan Pengadilan dalam Proses Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Arbitrase Andria Luhur Prakoso Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: alp120@ums.ac.id Abstract In this era, business disputes
Lebih terperinciKEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE
KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE Oleh Ni Made Asri Alvionita I Nyoman Bagiastra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciTESIS. PEMBATALAN PUTUSAN BADAN ARBITRASE SYARIAH OLEH MAHKAMAH AGUNG (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.56 PK/AG/2011)
TESIS PEMBATALAN PUTUSAN BADAN ARBITRASE SYARIAH OLEH MAHKAMAH AGUNG (Analisis Putusan Mahkamah Agung No.56 PK/AG/2011) Oleh. BRAHMANTIYO ADI PRADONO, S.H. NIM.031324253053 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
Lebih terperinciBusiness Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1
Business Law PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS (ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION (ADR) DAN ARBITRASE) ANDRI HELMI M, SE., MM 1 Definisi dan jenis penyelesaian sengketa bisnis Bipartit Mediasi adalah proses penyelesaian
Lebih terperinciFUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN
FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN Oleh : I Gede Ngurah Mas Wiranata I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciKedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi Dan Tata Laksana. Berdasarkan Pasal 185 Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api (Persero)
9 Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi Dan Tata Laksana Kantor Pusat Bidang Hukum : Berdasarkan Pasal 185 Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api (Persero) Tentang Perubahan dan Tambahan Keutusan
Lebih terperinciPERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA
1 PERMOHONAN PUTUSAN SERTA-MERTA ATAS GUGATAN SEWA MENYEWA Oleh : Khaista Amalia Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Putusan serta merta merupakan putusan yang dapat dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dikenal dengan makhluk sosial, karena manusia tidak bisa hidup sendiri yang artinya manusia membutuhkan sesama manusia dalam hal kebutuhan hidupnya.
Lebih terperinciMEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS
MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Disusun Oleh: Raden Zulfikar Soepinarko Putra 2011 200 206 UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN
PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN Oleh: Merilatika Cokorde Dalem Dahana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
Lebih terperinciSocialization ON ADR MEDIASI DALAM ARBITRASE INTERNASIONAL. Le Meridien Hotel Jakarta, 9 Oktober Dr. Frans H. Winarta (ICC Indonesia)
1 Socialization ON ADR MEDIASI DALAM ARBITRASE INTERNASIONAL Le Meridien Hotel Jakarta, 9 Oktober 2014 Dr. Frans H. Winarta (ICC Indonesia) 2 PENDAHULUAN Mediasi merupakan proses di mana pihak ketiga yang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA KOPERASI DENGAN PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN (Suatu Penelitian di PT Bank BUKOPIN Cabang Medan) TESIS.
PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA KOPERASI DENGAN PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN (Suatu Penelitian di PT Bank BUKOPIN Cabang Medan) TESIS Oleh INNEKE TANIA ARSYAD NIM : 002 111 023 PROGRAM STUDI : MAGISTER
Lebih terperinciAl-Bayyinah: Journal of Islamic Law-ISSN: (p); (e) Volume VI Number 2, pp
Al-Bayyinah: Journal of Islamic Law-ISSN: 1979-7486 (p); 2580-5088 (e) Volume VI Number 2, pp. 99-113 ALTERNATIF DALAM PENYELESAIAN SENGKETA (LITIGASI DAN NON LITIGASI) Rosita (Dosen Tetap STAIN Watampone,
Lebih terperinciHPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM
HPI 1 PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV By Malahayati, SH, LLM TOPIK 2 PEMAKAIAN HUKUM ASING PELAKSANAAN PUTUSAN PUTUSAN PAILIT PUTUSAN ARBITRASE ICC 3 International Chamber of Commerce, Paris;
Lebih terperinciBAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 12 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 12 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pendahuluan Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai
Lebih terperinciKEWENANGAN BADAN PERADILAN MEMERIKSA SENGKETA DENGAN KLAUSULA. Authority of Judicature Board to Investigate Legal Dispute by Arbitration Clause
KEWENANGAN BADAN PERADILAN MEMERIKSA SENGKETA DENGAN KLAUSULA Authority of Judicature Board to Investigate Legal Dispute by Arbitration Clause Feby Wisana, Sukarno Aburaera dan M. Said Karim ABSTRACT This
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PEMBATALAN INITIAL PUBLIC OFFERING TERHADAP EMITEN DAN INVESTOR
TESIS AKIBAT HUKUM PEMBATALAN INITIAL PUBLIC OFFERING TERHADAP EMITEN DAN INVESTOR OLEH: HERNY WAHDANIYAH WAHAB, S.H. NIM: 031314253110 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia filsafat, para filosof, khususnya Aristoteles menjuluki manusia dengan zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu mempunyai keinginan
Lebih terperinciPROSEDUR KONVENSI ARBITRASE INTERNASIONAL MENGENAI PERSELISIHAN PENANAMAN MODAL ASING
390 Hukum dan Pembangunan PROSEDUR KONVENSI ARBITRASE INTERNASIONAL MENGENAI PERSELISIHAN PENANAMAN MODAL ASING OIeh : Rizal Alif, SH Pada dasarnya Badan Arbitrase Internasional menerlma penglyuan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor kegiatan bisnis yang terjadi saat ini tidak dapat dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian saja, tetapi juga
Lebih terperinciANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM
ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM Rosita Ruhani E-mail : rositaruhani@gmail.com Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sebelas Maret Surakarta Mohammad
Lebih terperinciPERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR: PER-01/BAKTI/ TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN DAN ACARA ARBITRASE
PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR: PER-01/BAKTI/03.2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN DAN ACARA ARBITRASE PENGURUS BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI Menimbang
Lebih terperinciEKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK
EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK Oleh I Putu Wahyu Pradiptha Wirjana I Gusti Nyoman Agung Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Decisions that legally
Lebih terperinci