DIKSI PUITIS KUMPULAN CERPEN MENGAKAR KE BUMI MENGGAPAI KE LANGIT JILID 3 KARYA TAUFIQ ISMAIL
|
|
- Doddy Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DIKSI PUITIS KUMPULAN CERPEN MENGAKAR KE BUMI MENGGAPAI KE LANGIT JILID 3 KARYA TAUFIQ ISMAIL ADE HIKMAT Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta Jln. Tanah Merdeka, Pasar Rebo, Kp. Rambutan, Jakarta Timur adehikmatns@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui diksi puitis yang terdapat dalam cerita pendek karya Taufiq Ismail dengan indikatornya adalah penggunaan majas dalam cerpen-cerpenya tersebut. Metode yang digunakan untuk mengkaji cerpen adalah metode deskriptif analisis dengan bentuk kumpulan data secara faktual yang terdapat dalam keempat cerpen yang ada dalam himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3 karya Taufiq Ismail. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa cerpen-cerpen Taufiq Ismail menggunakan berbagai bentuk majas secara variatif untuk membangun karya cerpen yang utuh. Kata kunci: Diksi Puitis, Majas, Cerpen ABSTRACT This research aims at finding poetic dictions which are applied short stories of Taufiq Ismail. The indicators used in analyzing the short stories in the linguistic styles found on it. This research uses analytical descriptive method with the factual data. The data are gotten by analyzing four short stories in Mengakar Ke Bumi Menggapai Ke Langit episode 3. The result shows that Taufiq Ismail short stories use many various linguistic styles to make the complete and meaningful stories. Keyword: Poetic Diction, Linguistic style, Short stories PENDAHULUAN Taufiq Ismail (TI) dikenal sebagai seorang penyair Angkatan 66. Puisipuisinya bernapaskan perjuangan menumbangkan Orde Lama seiring dengan pergerakan-pergerakan heroik mahasiswa. Hal ini terlihat pada sajaksajaknya seperti Kita Pemilik Sah Republik Ini, Salemba, Karangan Bunga, dan Sebuah Jaket Berlumur Darah. Selain menulis mengenai gerakan mahasiswa, Taufik Ismail (TI) juga melakukan kritik sosial lewat puisipuisinya yang satir, seperti pada puisi Tuhan Sembilan Senti, Malu (Aku) Jari Orang Indonesia, dan Miskin Desa, Miskin Kota. Kepenyairan Taufik Ismail (TI) juga telah mendapatkan banyak pengakuan dengan meraih berbagai penghargaan seperti Anugrah Seni dari Pemerintah RI (1970), Cultural Visit Award dari pemerintah Australia (1977), SEA Write Award dari kerajaan Thailand (1994). Untuk meneguhkan kepenyairannya itu, ia juga menerbitkan himpunan puisinya dari mulai ia menulis puisi sampai pada puisi mutakhirnya yang terangkum Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid I yang tebalnya mencapai 1076 halaman. Kumpulan puisinya ini diterbitkan pada tahun Sebagai seorang penyair, tentu saja kepenyairannya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Terlebih lagi, telah banyak telaah terhadap puisi-puisinya itu. Namun bagaimana dengan cerpencerpennya? Taufik Ismail (TI) lebih dikenal sebagai seorang penyair dan pemerhati sastra melalui esai-esainya dari pada sebagai seorang penulis cerpen. Produktifitas Taufik Ismail (TI) dalam cerpen sangat minim dan jauh sekali bila dibandingkan produktifitasnya dalam menulis puisi 1
2 maupun esai. Publikasi cerpen-cerpen Taufik Ismail (TI) sudah sangat lampau, yakni dalam rentang waktu sehingga menyulitkan para peneliti menelaah secara lebih mendalam karena kesulitan dalam hal mencari arsip tersebut. Kini cerpen-cerpen Taufik Ismail (TI) dapat dinikmati dalam himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3. Buku ini memuat berbagai tulisan Taufik Ismail (TI), termasuk di dalamnya cerpen dan drama yang pernah ditulisnya. Adapun empat cerpen tersebut berjudul Danau Michigan Musim Bunga, Kuliah Pagi di Bulan April, Garong-garong, dan Kembali ke Salemba. Untuk itu menarik sekali bila menelaah dengan mendalam cerpencerpen yang dibuat oleh Taufik Ismail (TI) ini, terlebih bila menilik dari sudut pandang kajian ektrinsik jika unsurunsur di luar teks disandingkan dengan teks. TI sebagai seorang penyair tentu saja memiliki kecenderungankecenderungan estetik dalam memilih kata untuk menyusun prosanya tersebut. Bila hal ini benar terjadi, maka apa yang dilakukan Taufik Ismail (TI ) dalam cerpennya bisa jadi merupakan usaha memperoleh diksi puitis yang disebut Barfield dalam Pradopo sebagai katakata yang dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik (1993:54). Untuk membangun dimensi imajinasi estetik ini tentu saja hanya akan didapat dengan menggunakan teks yang sifatnya tidak denotatif, tetapi lebih kepada pemberdayaan teks konotatif dan itulah yang disimpulkan Wellek dan Warren mengenai bahasa sastra (1993:5). Adapun teks konotatif lebih dikenal sebagai majas seperti yang diungkapkan oleh Abrams dalam Supriyanto yang menyatakan, majas merupakan penyimpangan dari bahasa sehari-hari yang digunakan sehari-hari, penyimpangan dari bahasa baku atau standar, penyimpangan makna, dan penyimpangan susunan (rangkaian) kata-kata supaya memperoleh efek tertentu atau makna khusus (2009:17). Pendapat mengenai majas yang digunakan untuk memperoleh efek tertentu ini senada dengan yang diungkapkan oleh Pradopo yang menyatakan bahwa, majas juga bertujuan untuk menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat serta menimbulkan reaksi tertentu dan atau tanggapan pikiran kepada pembaca (1993:93). Dalam kata lain, dengan produk kata yang estetis ini, akan melahirkan imaji-imaji yang melimpah dan bahkan mampu membuat pembaca dapat menafsirkan karya sastra dengan berbagai asosiasinya dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, untuk menilai penggunaan diksi puitis dalam cerpen TI maka indikator yang dicari adalah sejauh mana TI menggunakan majas dalam cerpen-cerpennya. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan majas pada cerpen dalam himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3 karya Taufiq Ismail yang memuat keempat cerpen TI yang berjudul Danau Michigan Musim Bunga, Kuliah Pagi di Bulan April, Garong-garong, dan Kembali ke Salemba. 2
3 Agar tidak terjadi kesalahpahaman konsep mengenai majas dan gaya bahasa yang seringkali keduanya disinonimkan. Maka perlu dijabarkan di sini bila kedua konsep tersebut berbeda. Bila menilik pendapat Moeliono dalam Sugono maka majas merupakan bagian dari gaya bahasa itu. Hal ini berumula dari penerjemahan gaya bahasa yang secara keliru menerjemahkan kata Belanda stylfiguur. Di dalam kata stylfiguur terdapat styl yang memang berarti gaya bahasa, tetapi figuur lalu terlupakan diterjemahkan. Oleh karena itu stylfiguur atau figure of speech ini sekarang dinamakan majas dan figurative language kita sebut bahasa majasi atau bahasa yang bermajas (2009:174). Senada dengan Moeliono, Sudjiman menyatakan bahwa majas merupakan bagian dari gaya bahasa. Hal ini terlihat lewat pernyataannya yang menyatakan bahwa gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra (1993:13). Keraf pun berpendapat demikian dengan membagi gaya bahasa berdasarkan penggunaannya ke dalam 4 jenis yakni, gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna (1987:116). Bentuk-bentuk majas merupakan bagian dari gaya bahasa yang ditinjau dari langsung tidaknya makna. Dalam banyak literatur, kata majas sering bersinonim dengan gaya bahasa (Keraf) dan bahasa kias (Pradopo), meskipun maksud yang disampaikannya itu merujuk pada bentuk khas dari majas. Adapun majas menurut Sugono adalah bahasa yang maknanya melampaui batas yang lazim. Hal itu disebabkan oleh pemakaian kata yang khas atau karena pemakaian bahasa yang menyimpang dari kelaziman ataupun karena rumusannya yang jelas (2009:174). Tak jauh berbeda dengan Sugono, Nurgiyantoro menyatakan bahwa, permajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggaya bahasa yang maknanya tidak menujuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambah, makna yang tersirat (1987: 297). Pendapat sedikit berbeda diungkapkan oleh Dale dkk. dalam Tarigan yang menyatakan bahwa, majas atau figure of speech adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (1990: 112). Dari sini, dapat diambil simpulan bahwa majas dapat berarti bahasa yang maknanya melampaui batas yang lazim karena maknanya tidak menujuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna yang ditambah, makna yang tersirat sehingga membuat bahasa menjadi indah dan digunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dalam berbahasa. Pada dasarnya majas menurut Tarigan dapat dibagi menjadi empat jenis yakni, Majas perbandingan, majas pertentangan, majas penegasan, dan majas perulangan. Majas perbandingan 3
4 terdiri dari perumpamaan, kiasan, penginsanan, alegori, dan antitesis. Majas pertentangan terdiri dari hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralipsis, dan zeugma. Majas penegasan terdiri dari metonimia, sinekdoke, alusi, eufimisme, elipsis, inversi, dan gradasi. Majas perulangan terdiri dari aliterasi, antanaklasis, kiasmus, dan repetisi (1990: 117). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan bentuk kumpulan data secara faktual yang terdapat dalam keempat cerpen yang ada dalam himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3 karya Taufiq Ismail dengan objek penelitian adalah pengunaan majas dalam buku tersebut. Adapun fokus penelitian ini adalah penggunaan majas yang terdapat dalam cerpen-cerpen Taufiq Ismail berjudul Danau Michigan Musim Bunga, Kuliah Pagi di Bulan April, Garong-garong, dan Kembali ke Salemba yang terdapat pada halaman dalam himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu tabel kerja analisis penggunaan majas pada himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3 karya Taufiq Ismail. Adapun tabel kerja analisis itu sebagai berikut. Jenis Majas Sub Majas Cerpen Jlh % Sebagai keterangan untuk kolom cerpen, dari kolom satu sampai empat merupakan perurutan cerpen dari yang lebih awal sampai pada yang terakhir. Dengan demikian perurutannya sebagai berikut, Danau Michigan Musim Bunga, Kuliah Pagi di Bulan April, Garonggarong, dan Kembali ke Salemba. Untuk teknik pengumpulan data, penelitian ini didahuli dengan membaca cerpen-cerpen Taufiq Ismail dalam Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3, untuk kemudian mencari katakata yang mengandung majas dan selanjutnya mencatatnya dalam kartu analisis berdasarkan masing-masing cerpen. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut, pertama, membaca dengan cermat cerpen-cerpen Taufiq Ismail yang terdapat dalam Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3 untuk mendapatkan kata-kata yang mengandung majas sebagai data. Kedua, menandai kata-kata yang mengandung majas. Ketiga, menyalin kata-kata yang telah ditandai ke dalam kartu data. Keempat, setelah semua kata tercatat dalam kartu-kartu data, penelitian ini beranjak kepada proses menganalisis kata-kata itu sesuai dengan bentuk majas serta maknanya. Kelima, Setelah data didapat, klasifikasi pun dilakukan dengan memilah bentukbentuk majas sesuai dengan bentuknya masing-masing. Keenam, menyusun analisis deskriptif berdasarkan cerpen dan bentuk-bentuk majas di dalamnya. Ketujuh, membuat simpulan dari hasil analisis berdasarkan data yang telah diperoleh berupa tabel kerja analisis. Ketujuh teknik analisis data ini dilakukan dengan cermat dengan memperhatikan unsur teks cerpen dengan intensif dan teliti. 4
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Setelah melakukan penelitian, hasil yang didapat adalah bahwa Taufiq Ismail menggunakan majas dalam membangun diksi puitisnya. Hal tersebut terdapat dalam dalam 4 cerpen yang terdapat pada himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3. Adapun sebaran penggunaan majas dalam cerpen-cerpen tersebut sangat variatif. Dalam cerpen Danau Michigan Musim Bunga terdapat 41 majas, Kuliah Pagi di Bulan April terdapat 40 majas, Garong-garong terdapat 59 majas, dan Kembali ke Salemba terdapat 16 majas. Pembahasan Nilai keindahan (estetis) merupakan bagian esensial dari sebuah karya sastra selain tentu saja keindahan dan kejujuran yang tertuang di dalamnya seperti yang disampaikan Sugono (2009: 159). Keindahan tersebut dapat dicapai dengan memaksimalkan diksi secara efektif untuk menyampaikan gagasan. Karya sastra tentu saja berbeda bentuknya dengan karya ilmiah. Oleh karena itu pencapaian gagasan akan lebih baik bila dituangkan dengan teks konotatif. Teks konotatif inilah yang kemudian disebut sebagai diksi puitis. Adapun diksi puitis dibangun dengan menggunakan majas. Diksi Puitis dalam Cerpen Danau Michigan Musim Bunga Dalam cerpen ini, terdapat 41 pernyataan yang mengandung diksi puitis. Dalam 41 pernyataan tersebut, diksi puitis dibangun oleh 9 majas perumpamaan, 2 majas kiasan, 8 majas penginsanan, 3 majas hiperbola, 1 majas litotes, 4 majas sinekdoke, 3 majas alusi, 6 majas elipsis, 2 majas inversi dan 3 majas repetisi. Diksi puitis ini digunakan untuk memperkuat penokohan, maupun penggambaran latar dalam cerpen tersebut. Untuk memperkuat penokohan, Taufik Ismail (TI) menggunakan majas perumpamaan dengan mengumpamakan tokoh dalam cerpen tersebut sebagai klarinet, Aku memilih yang seperti klarinet! (hlm. 510) atau Tengkuknya melandai seperti lembah (hlm. 514). Penokohan juga digambarkan untuk mengungkapkan perasaan dengan menggunakan majas hiperbola, Aku cemburu setengah mati (hlm. 503). Selain itu, Taufik Ismail (TI) juga menyampaikan penokohan dengan menyebut ciri-ciri tokoh tersebut tanpa memperkenalkan namanya, Aku hampir memilih yang blonda dan bergaun biru, tapi tiba-tiba aku menjawab lain (hlm. 510). Hal ini berarti Taufik Ismail (TI) menggunakan majas sinekdoke. Dalam kasus lain, Taufik Ismail (TI) berusaha menampilkan cerpennya secara singkat dengan mehilangkan predikat dan subjek suatu kalimat. Seperti pada pernyataan berikut, Dan begitu jeli, ujar Martin menghela napas. Kau lihat pinggangnya? Langsing (hlm. 511). Dalam menggambarkan latar, Taufik Ismail (TI) juga seringkali mengeksplorasi kepenyairannya dengan perumpamaan-perumpamaan yang estetik. Seperti pada pernyataan berikut yang menggambarkan gelapnya malam dengan angin yang berhembus seperti seekor naga, Di sepanjang pantai daun kegelapan merayap seperti seekor naga, 5
6 dengusannya dingin dan berdebur-debur (hlm. 512). Menggunakan kata jarum-jarum cahaya untuk menggambarkan cahaya lampu yang dipantulkan oleh muka kuala seperti tampak pada pernyataan di halaman 513. Citraan estetik juga tampak pada pernyataan berikut, Hanya lampu-lampu jalan yang memberi cahaya buram dan mengabut di telan suara dan sosok ombak yang mengempas ngilu ke pantai danau (hlm. 507). Dalam pernyataan ini, hempasan ombak memiliki sifat manusia yakni ngilu. Tentu saja hal ini untuk menimbulkan latar yang kuat untuk membangun suatu cerpen yang dapat meninggalkan kesan dan pesan di hati pembaca. Diksi Puitis dalam Cerpen Kuliah Pagi di Bulan April Kuliah Pagi di Bulan April menghadirkan 40 pernyataan yang mengandung diksi puitis. Dalam 40 pertnyataan tersebut, majas yang paling banyak digunakan untuk membangun diksi puitis adalah majas elipsis, untuk kemudian selanjutnya disusul oleh majas perumpamaan, kiasan, dan inversi yang masing-masing digunakan dalam 4 pernyataan, kemudian sinekdoke dan repetisi masing-masing sebanyak 3 pernyataan, lalu selanjutnya eufimisme serta hiperbola masing-masing sebanyak 2 pernyataan, dan terakhir metonimia yang hanya terdapat dalam 1 pernyataan. Pada cerpen ini Taufik Ismail (TI) lebih banyak menggunakan diksi puitis dalam membangun penokohan. Seperti pada pernyataan berikut ini, Kau seperti orang yang punya pemburu yang tajam, tapi takut masuk ke hutan (hlm. 517). Pernyataan ini berusaha untuk menegaskan penokohan dengan cara mengumpamakan rasa takut terhadap seseorang dengan perumpamaan orang yang masuk ke dalam hutan yang penuh dengan binatang buasnya padahal ia bersama seorang pemburu yang mahir. Tanpa pernyataan ini, penggambaran mengenai sikap tokoh menjadi tidak kuat Taufik Ismail (TI) juga membangun penokohan dengan menggunakan majas kiasan dengan penggunaan kata bandot untuk mengejek seseorang. Bandot tentu saja bukan dalam arti sebenarnya melainkan sifatnya yang menyerupai bandot. Dalam hal ini tentu play boy. Adapun fungsinya adalah untuk memperkuat penokohan (hlm. 516). Pernyataan lain untuk mematangkan penokohan dengan menggunakan majas Sinekdoke dengan bentuk pars prototo yang menyebut bagian dari organ tubuh manusia yakni telinga, tentu saja telinga dalam pernyataan ini tidak berarti hanya telinga saja melainkan pula organ tubuh secara keseluruhan dalam wujud manusia. Berikut pernyataannya, Begitulah yang kudengar. Dengan telingaku sendiri (sambil menunjuk telinganya). Bukan melalui telinga orang lain. (hlm. 519). Lain lagi pada pernyataan di halaman 521. Dalam pernyataan ini, TI berusaha membangun alur dengan percakapan tokoh. Majas yang digunakan adalah majas elipsis. Tokoh dalam cerpen tersebut, hanya berkata, Persija? Pernyataan ini tentu saja jika terlepas dari konteks percakapan maka tidak jelas siapa objek dalam kalimat ini. Akan tetapi, pilihan Taufik Ismail (TI) dengan menggunakan majas elipsis ini 6
7 justru membuat cerpennya menjadi lebih utuh. Diksi Puitis dalam Cerpen Garonggarong Bila dibandingkan dengan cerpen lain, kemampuan TI membangun diksi puitis dengan memberdayakan penggunaan majas ini lebih maksimal. Hal ini dapat dilihat dari begitu banyaknya, penggunaan majas di dalamnya yakni sebanyak 59 pernyataan. Majas-majas yang digunakan antara lain perumpamaan sebanyak 7 pernyataan, kiasan sebanyak 3 pernyataan, penginsanan sebanyak 9 pernyataan, repetisi sebanyak 20 pernyataan, hiperbola sebanyak 6 pernyataan, ironi sebanyak 7 pernyataan, sinekdoke sebanyak 1 pernyataan, eufisme sebanyak 3 pernyataan, elipsis sebanyak 7 pernyataan, dan inversi sebanyak 1 pernyataan. Untuk membangun nuansa estetik dalam cerpen ini. TI berusaha mengeksplosi majas-majas personifikasi maupun kiasan baik ketika membangun latar, alur, maupun penokohan dalam cerita ini. Seperti pada pernyataan berikut, Nyeri terasa seperti seribu mata gergaji digesek-gesekkan ke tulangtulang dadanya (hlm. 545). Dalam pernyataan tersebut, rasa nyeri akibat ditembak yang dialami tokoh dalam cerita ini diumpamakan dengan mata gergaji yang seakan hendak memotong tulang-tulangnya. Penggunaan majas perumpamaan untuk menggambarkan rasa nyeri seperti itu membuat rasa sakit tokoh tersebut tergambarkan dengan jelas dan sangat terkesan estetik dan puitik. Penokohan juga dibangun dengan hiperbola yang juga tak kalah puitik. Perhatikan pernyataan berikut, Seribu kunang-kunang mengerjap dalam kelam, berubah jadi api memancar-mancar (hlm. 536). Untuk menyatakan rasa pening, lampu dianggap telah berubah jadi seribu kunang-kunang. Tentu kata seribu yang ditulis pada pernyataan tersebut adalah berlebihan. Penggunaan pernyataan tersebut tentu saja lebih bermakna pada rasa pusing yang luar biasa yang dialami oleh tokoh dalam cerita ini. Adapun untuk menggambarkan latar, TI menggunakan majas kiasan. Dalam hal ini ketika menggambarkan cuaca yang cerah, perhatikan penyataan berikut, Langit dipasangi sobekansobekan bulu domba dan garis-garis angin yang tipis (hlm. 547). Dalam pernyataan tersebut Taufik Ismail (TI), mengiaskan awanawan yang bertebaran di langit adalah sobekan bulu domba dan angin yang sepoi-sepoi dikiaskan memiliki garis tetapi tipis. Pemilihan kata ini bukan saja membangun citraan visual pada pembaca, tetapi juga citraan estetik. Tak berhenti sampai di situ, Taufik Ismail (TI) juga menggunakan majas penginsanan dengan menyatakan bahwa angin pingsan (hlm. 530). Tentu saja tak ada angin yang pingsan. Pemilihan kata ini merupakan upaya Taufik Ismail (TI) untuk menggambarkan keadaan latar yang tiba-tiba berhenti dan sunyi yang bahkan tanpa ada angin sedikit pun, pengarang menggunakan kata pingsan untuk angin yang lazim untuk menggambarkan keadaan manusia yang tidak sadar, tetapi 7
8 dapat disadarkan kembali. Tentu pemilihan kata pingsan dianggap lebih tepat dibanding kata mati karena penulis hendak menuliskan kembali bahwa angin dalam cerita ini selanjutnya pun akan memperkuat latar. Oleh karena itu, fungsi majas dalam kalimat ini adalah memperkuat latar. Taufik Ismail (TI) juga menggunakan majas elipsis untuk membangun suasana dalam latar ceritanya tersebut. Hal ini tampak pada kutipan berikut ini, Semua jam kantong hilang. Jam meja. Jam dinding. Jam di menara kota sirna. (hlm. 530) Dalam pernyataan ini, terdiri dari paragraf-paragraf pendek. Pada paragaraf pertama dan keempat terdapat predikatnya yakni hilang dan sirna sedang untuk paragraf kedua dan ketiga, hal tersebut tidak ada. Semestinya dua paragraf itu pun memiliki predikat yang menyatakan bahwa kedua benda itu telah dicuri, bisa menggunakan kata raib, hilang, atau sirna. Meski demikian, justru membuat alur cerita menjadi menarik dan unik sehingga terjadi semacam penekanan bahwa hilangnya predikat sebagai implikasi dari penggambaran cerita yang memang menceritakan suatu kehilangan. Pada pernyataan lain, dalam menyampaikan latar dalam cerita ini, Taufik Ismail (TI) berusaha mengeksplorasi majas repetisi. Hal itu tidak sekali-dua kali dilakukan TI. Sebagai contoh, perhatikan contoh penyataan berikut, Suara gendering berderam-deram berirama dengan langkah rrrp, rrrp, rp, rp. (hlm. 527) Pengulangan rrrp, rrrp, rp, rp dalam kalimat ini adalah bentuk dari peniruan bunyi atau onomatope yang menirukan langkah bunyi sepatu ketika menapak ke jalan sehingga seakan-akan menghasilkan bunyi rrp. Pengulangan kata tersebut menghasilkan keriuhan yang terjadi dalam cerita tersebut. Sehingga yang terjadi kemudian adalah, latar cerita menjadi kuat dan membuat pembaca seakan tengah berada dalam kegaduhan tersebut. Diksi Puitis dalam Cerpen Kembali ke Salemba Cerpen ini merupakan cerpen terakhir. Tak jauh berbeda dari cerpencerpen yang telah dibahas. Diksi puitis timbul ditengah tengah cerita berupa pernyataan-pernyataan yang berbentuk majas. Ada 16 majas yang digunakan TI untuk membangun cerpennya itu, majasmajas itu antara lain, kiasan sebanyak 6 majas, penginsanan sebanyak 1 majas, metonimia sebanyak 1 majas, alusi sebanyak 1 majas, elipsis sebanyak 5 majas, inversi sebanyak 1 majas, dan repetisi sebanyak 1 majas. Majas-majas tersebut digunakan Taufik Ismail (TI) untuk membangun latar dalam cerita ini. Untuk latar, Taufik Ismail (TI) menggunakan majas perumpamaan seperti pada penyataan berikut, Waskito menekannya puntung rokok ke atas meja. Bunga api menyebar. Bram memandang mereka semua. (hlm. 554) Bunga api dalam pernyataan ini adalah untuk mengiaskan percikan api yang terurai dari puntung rokok yang sedang berasap. Pernyataan bunga api tentu termasuk ke dalam diksi puitik karena tentu pernyataan itu tidak lazim 8
9 untuk menyatakan bara dari asep rokok. TI juga menggambarkan latar dengan menggunakan majas penginsanan seperti tampak pada pernyataan berikut, Angin mati di luar, berjuntaian di pepohonan. (hlm. 554) Penggunaan majas penginsanan terdapat pada kata angin yang mati dan dapat berjuntaian. Tentu saja angin tak akan mati layaknya mahkluk hidup. Angin barangkali memang berhenti sejenak karena ia akan terus berhembus, tapi angin tak pernah mati. Demikian juga berjuntaian, karena yang berjuntaian selain kelelawar juga monyet yang masing-masing memiliki tangan atau kaki yang membantu, sedang angin tak mempunyainya. Penggunaan majas penginsanan dalam kalimat ini berfungsi untuk memperkuat latar dengan menggambarkan kesunyiaan yang diisyaratkan dengan angin yang tak berhembus. Kalimat sederhana sebetulnya dapat ditulis dengan, tak ada angin di luar. Akan tetapi, tentu nuansanya lebih kuat kalimat utama ketimbang alternatif karena memiliki nuansa estetik yang lebih kuat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Diksi puitis yang dibangun Taufik Ismail (TI) dalam empat cerpennya berupa penggunaan majas. Dari 4 cerpen tersebut, Taufik Ismail (TI) menggunakan majas perumpamaan yang terdiri dari majas perumpamaan sebanyak 20 atau 12, 82%, majas kiasan sebanyak 15 atau 9,62%, majas penginsanan sebanyak18 atau 11, 54%, dan majas alegori sebanyak 1 atau 0,64%. Untuk majas pertentangan terdiri dari majas hiperbola sebanyak 11 atau 7,05%, majas litotes sebanyak 1 atau 0,64%, dan majas ironi sebanyak 1 atau 0,64%. Untuk majas penegasan terdiri dari majas metonimia sebanyak 2 atau 1,28%, majas sinekdoke sebanyak 8 atau 5,13%, majas alusi sebanyak 4 atau 2,56%, majas eufemisme sebanyak 5 atau 3,21%, majas elipsis 35 atau 22,44%, dan majas inversi sebanyak 8 atau 5,13%. Untuk majas perulangan hanya terdapat majas repetisi saja sebanyak 27 atau 17,31%. Adapun 9 majas lainnya, yakni majas antitesis, oksimoron, paranomasia, paralipsis, zeugma, gradasi, aliterasi, antanaklasis, dan kiasmus tidak digunakan TI dalam membangun cerpen-cerpennya yang terdapat pada himpunan tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit Jilid 3. Di antara macam-macam majas tersebut, majas yang paling mendominasi adalah majas elipsis dengan jumlah 35 atau 22,44%. Saran Penggunaan diksi puitis dalam cerpen membuat sebuah cerpen memiliki nilai lebih, terutama berkaitan erat dengan nuansa estetik. Oleh karena itu, pemberdayaan perangkat bahasa dalam hal ini majas menjadi hal penting dalam karya sastra, mengingat salah satu indikator baik tidaknya sebuah karya sastra berdasarkan indah atau tidaknya. Maka, sudah semestinya para cerpenis Indonesia mulai memperhatikan hal ini. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA, cerpen-cerpen dalam Himpunan Tulisan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit jilid 3 karya Taufiq Ismail ini dapat dijadikan sebagai salah satu perangkat pembelajaran yang menarik dalam mempelajari majas dan 9
10 tentu saja nilai-nilai yang terdapat di dalamnya sebagai sebuah bagian dari karya sastra. RUJUKAN Burhan Nurgiyantoro Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Pradopo, Rahmat Djoko Pengkajain Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sudjiman, Panuti Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Sugono, Dendy (ed.) Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Depdiknas. Supriyanto, Teguh Penelitian Stilistika dalam Prosa. Jakarta: Pusat Bahasa Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. Wellek, Rene dan Austin Warren (terj. Melani Budianta) Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. 10
DIKSI PUITIS KUMPULAN CERPEN MENGAKAR KE BUMI MENGGAPAI KE LANGIT JILID 3 KARYA TAUFIQ ISMAIL
DIKSI PUITIS KUMPULAN CERPEN MENGAKAR KE BUMI MENGGAPAI KE LANGIT JILID 3 KARYA TAUFIQ ISMAIL Nani Solihati Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Ada beberapa buku yang dipakai dalam memahami dan mendukung penelitian
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN SAAT CINTA DATANG BELUM PADA WAKTUNYA KARYA ARI PUSPARINI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian ini didasarkan permasalahan penyediaan bahan ajar yang masih terpaku karena menggeneralisasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian
112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciDIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN
1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciMAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT
MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT E-JURNAL ILMIAH ASMARIDA NPM. 09080206 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah terkumpul landasan teoretis dan kerangka berpikir pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah metode. Metode digunakan untuk menyederhanakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA
NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Ika Yuliastuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR
P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer,
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR Oleh: Sepini Pitria Lina 1, Atmazaki 2, Abdurahman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: SepiniPitria@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra
BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka
Lebih terperinciKATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19
KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19 Oleh: Annika Aprianti 1, Harris Effendi Thahar. 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya Kla Project yang dipopulerkan pada tahun 2010 dengan jumlah
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK
ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan
1 I. PENDAHULUAN Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan mengenai latar belakang penelitian mengenai gaya bahasa dalam kumpulan puisi Doa Untuk Anak Cucu karya W.S. Rendra
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengetahui dan mengerti maksud sebuah tulisan merupakan tujuan utama dalam membaca karya sastra. Karya sastra dibuat oleh pengarang karena adanya maksud atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat mengungkapkan perasaan, menyampaikan keinginan,
Lebih terperinciANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X
ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X Oleh: Supriyanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciGAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO ( )
1 GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL KUBAH KARYA AHMAD TOHARI ARTIKEL OLEH VERRI YULIYANTO (906212403156) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INDONESIA JULI 2012 GAYA BAHASA KIAS DALAM NOVEL
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Pada hakikatnya karya sastra merupakan karya seni yang bersifat kreatif. Artinya
Lebih terperinciKajian Stilistika dalam Karya Sastra
Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Gaya diartikan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, baik penggambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa
Lebih terperinciGAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas
Lebih terperinciBAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA
BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA A. Pendahuluan Salah satu objek dalam studi sastra atau cabang ilmu sastra yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra, yaitu kritik sastra. Kritik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi, seni dan penciptaan. Bahasa yang digunakan dalam sastra mengemban fungsi utama sebagai fungsi
Lebih terperinciGaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya. Oleh
Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya Oleh Ridha Adilla. AR Mulyanto Widodo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: ridhaadilla@gmail.com Abstract The purpose
Lebih terperinciGAYA BAHASA DALAM CERPEN KARANGAN SISWA KELAS X1 SMA LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA
GAYA BAHASA DALAM CERPEN KARANGAN SISWA KELAS X1 SMA LABORATORIUM UNDIKSHA SINGARAJA I Wayan Esa Bhaskara, Ida Bagus Sutresna, I Nyoman Seloka Sudiara Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai
Lebih terperinciANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan
BAB II LANDASAN TEORI Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa Puisi di SMA Kelas X Semester I berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
Lebih terperinciPENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG
Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 2/2017) 200-209 200 PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG Oleh Hasmi Novianti Dosen Sekolah Tinggi Keguruan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokalitas dalam bahasa menunjukan identitas budaya yang dipakai dalam konteks sebuah komunitas bahasa dalam hal ini masyakat Minangkabau. Lokalitas dalam konteks
Lebih terperinciintrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang
1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SISCA DEWI MOLLY NIM 090388201302 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra
Lebih terperinciGAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA
GAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU
ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh WENNY JUWITA SARI NIM 090388201344 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KOTO XI TARUSAN
PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KOTO XI TARUSAN Ermayenti SMP Negeri 3 Koto XI Tarusan ermayenti1962@yahoo.co.id Naskah diterima: 18 Oktober 2017; direvisi: 17 November 2017;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.
Lebih terperinciPENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI
PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Oleh. ELOK DWI RATNA WULANDARI 06340011 PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3
KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: Ayukuning11@gmail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah sastra atau karya sastra yakni prosa atau puisi. Dengan membaca karya sastra, kita akan memperoleh
Lebih terperinciGAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN
GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA
PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Titik Wahyuni Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO Jurnal Publikasi Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciAnalysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School
p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 1 November 2015 9-14 Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sastra merupakan wahana komunikasi kreatif dan imajinatif. Sastra lahir karena dorongan keinginan dasar manusia untuk mengungkapkan diri, apa yang telah dijalani
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI
0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan
Lebih terperinciMAJAS DALAM NOVEL SEPERTI DENDAM RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS KARYA EKA KURNIAWAN: TINJAUAN STILISTIKA
MAJAS DALAM NOVEL SEPERTI DENDAM RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS KARYA EKA KURNIAWAN: TINJAUAN STILISTIKA Lilis Amaliah Rosdiana Universitas Winaya Mukti pos-el lilisamaliah87@gmail.com Abstract Every writers
Lebih terperinciDr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012
Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Untuk memahami Penulisan Kreatif, sebelumnya cobalah pahami perihal manajemen bahasa berikut ini Manajemen bahasa adalah SENI dan ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan dokumen sejarah yang sangat penting, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dokumen sejarah yang sangat penting, sehingga perlu dilestarikan dalam upaya mempertahankan eksistensi karya sastra. Dalam hal ini, karya
Lebih terperinciPEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA. FKIP Universitas Bung Hatta.
PEMAKAIAN GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU IWAN FALS DALAM ALBUM SARJANA MUDA Febriadi Herliyandri Pratama 1), M. Atar Semi 2), dan Elvina A Saibi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,
Lebih terperinciNovel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat
Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat Jawa dan perpaduan antara Jawa dan Prancis. Perpaduan budaya tersebut berdampak memperkaya bahasa yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena data pada penelitian ini merupakan fenomena sosial. Penelitian
Lebih terperinciPENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN
PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang, keduanya tidak biasa dipisahkan
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM KUMPULAN PUISI KERIKIL TAJAM DAN YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM KUMPULAN PUISI KERIKIL TAJAM DAN YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS KARYA CHAIRIL ANWAR SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program
Lebih terperincistruktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!
1. Diskusikan bersama kelompok Anda permajasan dan penyiasatan struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda! BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan
Lebih terperinciANALISIS MAJAS DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI KELAS XI SMA
ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI KELAS XI SMA Oleh: Rasman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia novellucu@rocketmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Majas merupakan bahasa yang kias, bahasa yang dipergunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Majas merupakan bahasa yang kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Majas memiliki keindahan bahasa tersendiri, karena itu penulis tertarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi pilihan setiap penutur suatu bahasa untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi
Lebih terperinciANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG
ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU
KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU Nirwana Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNCP nirwana@gmail.com Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan
BAB II LANDASAN TEORI A. Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) adalah susunan sebuah nyanyian (Moeliono
Lebih terperinci