SISTEM REPRODUKSI TERNAK JANTAN Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM REPRODUKSI TERNAK JANTAN Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P."

Transkripsi

1 SISTEM REPRODUKSI TERNAK JANTAN Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P. TIU : 1 Mahasiswa mengenal organ reproduksi primer jantan yang disebut testes dan saluran reproduksinya serta organ kopulatorisnya. TIK : 1 Mahasiswa mengetahui kedudukan dan letak serta struktur histologis organ dan saluran reproduksi jantan dalam mendukung ungsinya. 2 Mengetahui ukuran, bentuk dan struktur jaringan testis. 3 Memahami sistem persarafan dan pembuluh darah yang menuju ke organ genitalia jantan. Alat reproduksi ternak jantan terdiri atas gonad jantan yang disebut testes (terdapat sepasang), saluran reproduksi yang terdiri atas epididymis, vas deferens yang masing-masing adalah spasang kemudian menyatu pada saluran yang dinamakan uretra sampai ke ujung penis, dan alat reproduksi bagian luar yang terdiri atas penis dengan pelindungnya yang disebut praeputiumnya dan kantong skrotum. Pada organ rerpoduksi jantan juga terdapat kelenjar pelengkap (glandula assesor) yang berperan sangat penting dalam menentukan kualitas spermatozoa yaitu kelenjar vesikularis (Glandulae vesicularis), kelenjar prostat dan kelenjar cowper s ( Cowper s gland atau glandulae bulbourethralis) yang semua kelenjar tersebut jumlahnya masing-masing ada sepasang. 1. TESTES. Testes adalah organ reproduksi primer pada hewan / ternak jantan yang berfungsi sebagai penghasil benih (spermatozoa) dan sekaligus ebagai penghasil hormon jantan (Androgen). Karena menghasilkan sel, testes ini disebut memiliki fungsi cytogenik dan sebagai pengahasil hormon disebut kelenjar endokrin. Testes ini jumlahnya sepasang yaitu bagian kanan dan kiri. Beradasarkan asalnya adalah gonad indeferen bagian medula pada saat fase embryo pada jantan. Alat ini berkembang dekat ginjal yaitu pada daerah crista genitalis primitif. Khususnya pada hewan / ternak mamalia testes ini akan mengalami penurunan ke dalam skrotum pada akhir masa kebuntingannya. Sedangkan untuk ternak unggas testes ini akan tetap dipertahankan di dalam rongga perutnya yaitu di daerah asal pembentukannya. Di dalam testes terdapat sel-sel Leydig yang terdapat pada jaringan interstitial yang akan menghasilkan hormon jantan (Androgen). Jumlah sel-sel

2 Leydig pada ayam jantan akan bertambah banyak dengan semakin bertambahnya umur ayam tersebut. Sel Leydig ini ditemukan pada semua mamalia jantan segala umur, dengan jumlah berbeda-beda inter species. Kantung pembungkus testes mengandung sel-sel otot yang memiliki kemampuan berkontraksi untuk mendukung fungsinya pada saat terjadi pengeluaran spermatozoa. Percobaan in vivo pada kelinci jantan menunjukan bahwa kantong skrotum dapat berkontraksi spontan serta memijat testis dengan frekuensi kurang lebih 4 kali per menit. Pada golongan unggas testis juga terdapat sepasang, terletak pada rongga perut berada sebelah depan dari ginjal dengan penggantung testis yang disebut meserchium sebagai alat penggantung ke arah atas dari rongga badan. Walaupun testis berada dalam rongga badan, proses spermatogenesis pada unggas berjalan secara normal. Hal serupa terdapat pada ikan paus, gajah, dsb. Pada unggas maupun burung kantong udara (air sac) berfungsi sebagai pendingin testis. Namun percobaan lain menyebutkan bahwa pemberian suhu lebih rendah dari suhu tubuh misal dengan membuat scrotum buatan dapat menyebabkan terjadinya spermatogenesis lebih awal. Demikian pula dengan memberikan suhu tinggi secara buatan, dapat mengganggu proses spermatogenesis, namun percobaan dengan pengrusakan kantong udara pada burung tidak menyebabkan terganggunya proses spermatogenesis. Testis terdiri atas jaringan : 1. Tubulus seminiferus. Epitel tubulus terdiri dari dua macam sel yang berbeda, yaitu : a. Sel sertoli adalah berbentuk panjang dan kadang-kadang seperti piramid. Sel ini terletak dekat atau diantara sel-sel germinatif. Sel ini bersifat fagosit karena mereka memakan sel-sel mani yang telah mati atau yang telah mengalami degenerasi, selain dia sendiri memberi makan kepada sel-sel mani yang masih muda. b. Sel germinatif yang akan mengalami perubahan selama proses spermatogenesis, sebelum pembuahan (fertilisasi). Tingkat perkembangannya adalah mulai dari spermatogonia (sel paling muda) akan mengalami mitosis beberapa kali menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer akan membagi diri menjadi spermasit sekunder yang akan membagi dirinya lagi menjadi spermatid dan

3 pada saat ini jumlah kromosome menjadi separohnya (haploid). Tiap-tiap sel spermatid akan mendewasakan diri menjadi sel-sel spermatozoa atau sel mani. 2. Sel stroma atau tenunan pengikat di luar tubulus seminiferus. Pada jaringan ini terdapat pembuluh darah, limfe, sel syaraf dan sel makrofag. 3. Sel-sel interstitial dan sel-sel leydig. Sel leydig dapat menghasilkan hormon testosteron. Namun hormon testosteron ini juga dapat dihasilkan oleh ovarium dan kelenjar adrenal. Tabel 3. Berat testes pada berbagai spesies hewan Spesies Berat Testis (g) Sapi Kuda Domba Kambing Babi Tikus 5 7 Houster 5 7 Ayam 7 10 Mengenal sekilas fisiologi testis Testis memiliki fungsi ganda yaitu sebagai penghasil hormon (fungsi endokrinologi) dan penghasil sel sperma (fungsi reproduksi / sitologi). Fungsi Endokrinologi. Dalam fungsi endokrinologi sel leydig dari testis menghasilkan hormon jantan yang disebut androgen (berpengaruh terhadap sifat jantan). Salah satu macam dari hormon androgen ini adalah testosteron yang sangat berpengaruh terhadap sifatsifat kejantanan seekor ternak. Aktifitas sel-sel Leydig dalam menghasilkan hormon testosteron sangat dipengaruhi oleh hormon yang berasal dari kelenjar hipofisa anterior yaitu interstitial cell stimulating hormone (ICSH). Fungsi reproduksi testis adalah dihasilkannya sel mani ( sel sperma ) atau spermatozoa yang dihasilkan dari bagian tubulus seminiferus dari testis. Saluran ini mempunyai panjang sampai beberapa kilo meter jika dibentangkan. Spermatozoa adalah bentuk terakhir sel jantan setelah mengalami proses perkembangan (spermiogenesis). Proses spermatogenesis secara sempurna baru dimulai setelah hewan mencapai masa remaja (pubertas). Produksi sperma akan

4 semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak jantan, begitu juga besar kecilnya testis juga berhubungan dengan kuantitas sperma yang dihasilkannya. Percobaan dengan kelinci menunjukan bahwa 1 g testis menghasilkan 100 juta sel sperma setiap minggunya, ini berarti sekitar 5 juta sel per jam atau juta sel per menit. FSH yang berasal dari kelenjar pituitari akan mendorong aktifitas spermatogenesis testis. Peningkatan FSH dalam darah menyebabkan peningkatan spermatogenesis. Sel sperma untuk sementara akan disimpan dalam epididimies, dan ditempat inilah spermatozoa mengalami pendewasaan lebih lanjut. Pada saat ejakulasi sel sperma akan bergerak sepanjang saluran reproduksi jantan menuju ujung penis akibat adanya kontraksi ritmis dari semua bagian saluran reproduksi tersebut. Pada saat berjalan disepanjang saluran reproduksi maka akan ditambahkan plasma seminal oleh kelenjar assesoris dan pada saat itu sel sperma sudah dapat mulai bergerak oleh karena adanya energi dan media dari kelenjar assesoris tersebut. Pada kondisi ternak jantan tidak mengawini atau dambil spermanya dalam waktu yang lama maka kecepatan pembentukan spermanya akan berjalan sama dan sel sperma yang tua akan keluar dengan sendirinya dari saluran kelamin jantan. Gambar 6. Bentuk sel sperma dan bagian-bagiannya. Sperma diistilahkan sama dengan semen, air mani, dsb., terdiri atas dua komponen yaitu sel sperma atau spermatozoa ada juga yang menyebut sel mani, dan komponen yang ke dua adalah seminal plasma. Spermatozoa diproduksi melalui proses spermatogenesis di dalam testis, sedangkan seminal plasma terdiri atas sekresi kelenjar asesor dan cairan testis. Diagram Spermatozoa Sapi. Bagian-bagian ditandai sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fawcett,I,kepala;II,leher;III,bagian tengah;iv,bagian prinsipal;v,bagian akhir,1,membran sitoplasma;2,akrosom;3,membran nuclear;4,nucleus;5,tudung post nuclear;6,sentriol proksimal; 7,filamen aksial;8,heliks mitokondria;dan 9, sarung fibrosa, (Wu, S.H., dan Newstead, J.D.: J. An, Sci, 25: 1186, 1996). Spermatozoa terdiri atas Kepala (head), bagian tengan (midpiece) dan atau ekor (tail). Bagian kepala spermatozoa sapi memiliki panjang 8 10 mikron, lebar 4

5 mikron dan tinggi 1 mikron. Didalam kepala spermatozoa terdapat inti (nukleus) spermatozoa yang terdapat dalam 1/3 bagian kepala yang mengandung bahan gentik calon makhluk baru setelah mengalami proses pembuahan. Pada 2/3 bagian bagian kepala terdapat acrosoma (tudung kepala) dan 1/3 bagian kepala terdapat capsula post nuclear. Nech atau leher meruapakan tempat pertautam kepala dengan body (badan) memiliki panjang kurang lebih 1 mikron. Pada bagian ini terdapat bangunan yang disebut centriole proximal yang disebut sebagai granula basalis. Dari neck akan keluar serabut-serabut yang menyusun bagian badan. Bagian badan (body) memiliki panjang mikron yang berjalan mulai dari centriole proximale sampai dengan centriole distal pada bagian ekor. Jika body spermatozoa dipotong secara melintang maka akan nampak sepasang serabut kecil (dibagian tengah / central), kemudian diluarnya terdapat 9 pasang serabut kecil dan disebelah luar lagi terdapat 9 pasang serabut yang lebih besar. Diluar serabut besar tersebut dibungkus lagi oleh pembungkus yang tersusun melingkar seperti pegas yang membentuk sperti struktur helix. Ekor (tail) merupakan lanjutan dari bagian badan, diantaranya jika dipotong melintang akan nampak serabut-serabut pada badan sampai ke ujung yang terdiri atas sepasang serabut kecil di bagian tengah, kemudian diluarnya terdapat 9 pasang serabut kecil dan selanjutnya selubung mitochondrialnya lebih tipis. Panjang ekor mikron dan pada selubung luarnya tidak lagi tersusun seperti struktur halix. 2. EPIDIDYMIS Berasal dari bahasa latin yang arti harfiahnya adalah epi = di atas dan didymis adalah testis). Berbentuk bulan memanjang serupa tabung yang besar di bagian pangkalnya yang disebut kepala epididymis (caput epididymis), bagian tengah yang disebut badan (corpus epididymis ) serta bagian yang melekuk dan berbatasan dengan saluran berikutnya (vas deferens) yang disebut ekor (cauda epididymis). Caput epididymis lebih besar dari bagian lain dari epididymis, terletak melekat di bagian atas testes. Pada sapi jantan hidup bagian kepala epididymis tidak terlihat karena tertutup tenunan pengikat longgar dan kulit. Jika diraba dengan jari akan terasa bagian ini dengan jelas dapat dibedakan dengan tenunan lainnya dari

6 epididymis dengan konsistensi lebih kenyal. Bagian kepala ini dapat dijadikan sebagai petunjuk yang dapat mengarahkan kita untuk menemukan saluran vas deferens untuk tujuan vasektomi misalnya. Vas deferens letaknya di tempat yang terjauh dari bagian kepala. Jika dibuat sayatan pada caput epididymis maka beberapa ductuli efferentis selalu terpotong. Di bawah mikroskop ductus efferentis berbentuk seperti tabung yang berdiameter mikron. Biasanya hanya sedikit saja spermatozoa ditemukan di dalamnya. Sel-sel epitel yang membatasi dindingnya terdiri dari dua macam sel yang kedua-duanya berbentuk kubus yang tinggi. Kedua macam sel ini adalah sel epitel yang bertugas sebagai penghasil cairan dan yang satunya adalah menggerakan spermatozoa dengan cara mendorong spermatozoa dengan rambut cilia yang terdapat pada permukaan sel-sel tersebut. Letak sel kelenjar dengan sel rambut getar adalah berselang-seling. Sel-sel kelenjar dapat dikenali dari isi selnya yang terdiri atas sebuah inti dan butiran butiran sekretoris. Gerakan rambut silia mengarah ke jurusan badan epididymis hingga spermatozoa cepat keluar seperti terlempar ke badan epididymis hingga terlihat di bawah mikroskup adanya jumlah yang sedikit dari spermatozoa yang ada di dalam ductuli efferentis. Sekali-kali rambut silia terlepas dan sel silia ini berubah menjadi sel sekretori, sedangkan sel sekretori dapat juga berubah menjadi sel silia. Bagian badan atau corpus epididymis atau leher terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya vas deferens. Ukurannya lebih kecil dibanding caput epididymis, menjalar ke bawah sampai hampir melewati testes. Sesampainya di bagian paling bawah dari testes maka akan berbelok atau melekuk ke atas. Lipatan inilah disebut bagian ekor atau cauda epididymis. Bagian lumen epididymis hanya dilapisi satu macam sel rambut getar atau berambut silia tidak bergerak hingga disebut dengan istilah stereo silia. Lumen epididymis cukup besar, dengan diameter 1 mm. Pada lapis bagian luar dari ductus epididymis, di atas membran basal terdapat sel-sel urat daging licin dan serabut ini akan menebal pada bagian ekor epididymis. Lapisan serabut urat daging licin ini akan menjadi tebal setelah epididymis berubah menjadi saluran reproduksi berikutnya yaitu vas deferens. Fungsi ductus epididymis adalah sebagai alat transportasi, konsentrasi, pendewasaan dan timbunan spermatozoa.

7 3. VAS DEFERENS. Saluran reproduksi ini terentang dari ekor epididymis sampai ke uretra. Saluran berdinding tebal ini mengandung serabut-serabut urat daging licin dengan diameter 2 mm. Vas deferens memasuki ruang abdomen bersama-sama dengan pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh syaraf yang menuju ke bagian testes merupakan satu kesatuan yang dikenal dengan sebutan funiculus spermaticus. Vas deferens dari kedua buah testes akan berjalan ke bagian atas melalui canalis inguinalis (celah bagian bawah) akan terus berjalan ke atas dan sesampainya di atas kandung kencing akan terletak pada posisi berjejer dan lambat laun akan membesar yang seterusnya bagian ini disebut ampula (ampulae ductus deferentis). Pembesran ini disebabkan karena adanya kelenjar-kelenjar yang ada pada dinding ductus deferens, sedangkan lumennya hanya sedikit meluas. Panjang ke dua ampula adalah sekitar 4 cm (pada sapi), sebab setelah menyusup di bawah kelenjar prostat dan bermuara, keduanya merupakan saluran sempit dalam uretra. Pada saat rangsangat seksual ternak jantan terjadi maka vas deferens akan mengalirkan sperma dari bagian cauda epididymis menuju ke ampula melalui gerak peristaltik saluran tersebut. Kelenjar-kelenjar pelengkap Kelenjar asesoris merupakan pelengkap alat kelamin jantan yang sekresinya berupa cairan dan merupakan bagian terbesar dari cairan air mani (semen) yang mengandung banyak karbohidrat, protein, asam-asam amino, beberapa enzim, vitamin yang larut dalam air, beberapa mineral dan asam sitrat serta bahan-bahan organik lainnya. Cairan asesoris mempunyai daya buffer yang tinggi untuk air mani (semen) selain adanya keseimbangan mineral yang baik, sehingga sel sperma yang ada dalam semen mempunyai daya hidup yang lama. Kelenjar asesoris terdiri dari kelenjar-kelenjar vesikula seminalis (vesikularis), prostata dan bulbo urethralis (couper s glans). Semua kelenjar ini un tuk setiap hewan mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Pada anjing dan kucing kelenjar vesikula seminalis tidak berkembang (rudimeneter), sedang prostatnya berkembang dengan baik dan menghasilkan sekresi yang merupakan bagian terbesar dari semen hewan ini.

8 Pada sapi, kambing, domba dan kuda terutama pada babi, kelenjar vesikula seminalis mempunyai perkembangan terbesar, bersama sama dengan kelenjar bulbourethralis akan menghasilkan cairan yang merupakan bagian terbesar dari semen. Sedangkan kelenjar prostat pada sapi, domba, kuda dan babi tidak berkembang dengan baik. Aktivitas kelenjar asesoris tergantung pada hormon testosteron. Pada ternak kastrasi aktivitas kelenjar asesoris menjadi menurun dan kemudian akan menjadi rudimenter. Pemberian testosteron pada ternak kastrasi dapat mengembalikan ke fungsi normal kelenjar asesoris dengan menghasilkan sekresinya dengan susunan yang normal. 1. Kelenjar Vesikularis. Pada sapi, domba dan kambing kelanjar ini jumlahnya sepasang; berlobuli (jelas terlihat dari luar kelenjar), terletak sebidang dengan ampula vas deferens sebelah lateral. Kedua ampula ini diapit oleh kedua kelenjar vesikularis. Lumen kelenjar vesikularis bermuara pada bagian uretra, sebelah kranial dari muara kedua ampula, atau muara-muara tersebut menjadi satu. Lumen kelenjar lauasnya sekitar 0,3 mm, dindingnya terdapat 2 lapisan epitelium. Lapis dalam terdiri atas sel-sel epitel yang tingginya sampai 30 mikron, sedang lapis luarnya terdiri atas epitel yang berisi butiran lemak yang besar. Kondisi hewan ternak setelah mati (pos mortem) cairannya yang ada terlihat agak kental dan lengket yang mengandung potasium, asam citrat, fruktosa dan beberapa macam enzim. Warna biasanya kuning karena adanya asam askorbat dengan ph 5,7 sampai 6,2. Sekresi kelenjar vesikularis yang ada dalam plasma seminal adalah 50% dari ejakulasi yang normal. 2. Kelenjar Prostat Terdapat sepasang pada sapi, kambing dan domba, bentuk bulat dan jauh lebih kecil dari kelenjar vesikularis. Sekresinya melalui beberapa muara kecil masuk ke dalam uratra kira-kira 10 cm kaudal muara kelenjar vesikularis. 3. Kelenjar Cowper s Cowper s Galand atau Glandulae Bulbourethralis terdapat sepasang yang letaknya lebih caudal dari kelenjar prostat yaitu pada tikungan dimana uretra membelok ke bawah pada saat uretra mau keluar dari rongga pelvis. Bentuknya

9 bulat padat dengan kapsula yang sebesar kemiri kecil. Pembuluh sekresi dari kedua kelenjar ini bertemu dan bersatu kemudian menuju ke uretra, setelah 2 3 cm dari tempat pertemuan, pembuluh itu bermuara ke dalam uretra. Kelenjar prostat maupun cowper terbentuk dari lobuli dan setiap lobul berbentuk tabung, setiap lobule dipisahkan dari lobule yang lain oleh urat daging licin. Jika urat daging ini berkontraksi secar tiba-tiba maka sekresinya akan keluar secara memancar. Sel-sel sekretoriknya berbentuk kubus dengan inti pada bagian dasarnya dengan beberapa bintik-bintik disekitar inti. Pada domba maupun kambing biasanya dapat dilihat adanya tetsan- tetesan cairan dari ujung penisnya pada saat menjelang kopulasi, tetesan ini berasal dari sekresi kelenjar Cowper. Semua kelenjar assesor bersifat apokrine, artinya sebagian besar dari isi sel sekretorisnya turut keluar pada saat sel itu mengeluarkan sekresinya. Cairan dari sekresi kelenjar asesor dikeluarkan pada waktu adanya kontraksi urat daging licin dari saluran reproduksi dan kelenjar tersebut pada saat kopulasi. Beberapa fungsi kelenjar asesoris pada ternak jantan adalah : Untuk meningkatkan volume semen Melicinkan saluran uretra Menetralkan air seni (urine) pada uretra sebelum ejakulasi dilakukan Mengaktifkan motilitas spermatozoa Memberi pakan sel sperma. 4. URETRA Uretra merupakan saluran yang merupakan penyatuan dua saluran vas deferens yang merupakan saluran urogenitalis karena sebagai tempat keluarnya urine dan sperma. Uretra merupakan tempat bermuaranya ampula vas deferens sampai ke ujung penis. Menurut bentuk dan letaknya dibagi menjadi 3 bagian yaitu : a. Bagian Pelvis, Panjangnya kira-kira cm dari muara ampula; bagian ini berupa pipa yang diselubungi oleh urat daging licin yang tebal dan terletak di atas simfisis pelvis. b. Bagian yang membengkok, uretra pada bagian ini akan meninggalkan simfisis pelvis sampai ke pangkal penis. Bagian ini berupa pipa yang mengandung sedikit sekali unsur urat daging dengan panjang sekitar 10 cm. c. Bagian Penis, mulai dari pangkal sampai ke ujung penis.

10 Lumen uretra di bagian pelvis adalah luas, hampir 2 kali luas uretra di bagianbagian lain. Pada saat uretra membelok, yaitu pada bagaian yang berada diantara tuber ischii sampai ke ujung penis, lumen uretranya luasnya sama, hanya pada bagian ujung penis dimana uretra berakhir, lumen tersebut agak sedikit meluas. 4. PENIS Penis sapi berbentuk bulat panjang dan bertipe fibro elastis, artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan non-ereksi. Penis terbungkus oleh tunica fibrosa yang padat dan putih dikenal dengan nama tunica albugenia. Penis dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pangkal yang melekat pada fascia atau ligamenta yang kuat dan disebut Crus Penis, bagian badan dimana dibagian tengahnya melipat melingkar merupakan huruf S disebut sigmoid dan bagian ujung penis disebut Glans Penis. Agar dapat memanjang dan memendek, penis dilengkapi dengan 2 macam otot yaitu musculus retraktor penis yang dapat merelaks dan mengkerut dan corpus covernosum penis yang dapat menegangkan penis. Dalam kondisi non ereksi, musculus retraktor penis akan mengkerut, melipat penis menjadi huruf S dan tersimpan dalam praeputium. Tipe fibro elastis berbeda dengan tipe vaskuler dimana didapatkan struktur korpus covernosus yang dilengkapi lagi dengan serabut-serabut urat daging licin. Tipe fibro elastis terdapat pada penis babi, kerbau, sapi, kambing dan domba, untuk tipe vaskuler terdapat pada manusia, kuda, gajah dan kera. Pada permukaan penis banyak sekali terdapat ujung-ujung syaraf sensorik (perasa) sehingga pada saat penampungan sperma jangan sekali-kali memegang bagian ini. 5. PRAEPUTIUM Pada fase kehidupan embryologik, praeputium berasal dari kulit, tidak berasal dari sinus urogenitalis sedangkan yang berasal dari sinus urogenitalis adalah kantong skrotum. Praeputium merupakan pelindung penis dari pengaruh lingkungan luar dan kekeringan. Celah praeputeium pada sapi dewasa kira-kira 5 cm caudal tali pusat, lebarnya kira-kira dapat dimasuki 3 jari, disekitarnya ditumbuhi bulu-bulu pelindung yang lebih panjang dari bulu kulit biasa. Uang praeputium yang berisi penis panjangnya sampai 40 cm dengan diameter 3 4 cm.

11 Dindingnya dilapisi oleh epitel kelenjar yang berbentuk tabung, sekreesinya bersifat kental dan berlemak. Smegma praeputii adalah kerak basah dan berbau busuk yang merupakan sekresi praeputium yang tercampur dengan runtuk epitel mati dan bakteri pembusuk. TANDA-TANDA KELAMIN SEKUNDER PADA JANTAN Tanda-tanda kelamin sekunder pada ternak jantan tergantung oleh jumlah testosterom dalam tubuh dalam jumlah yang memadai. Tanda-tanda umum yang berhubungan dengan sifat kejantanan melipti kepala dan bahu yang kompak pada sapi jantan, berkembvangnya jambul pada kuda jantan, berkembangnya tanduk pada beberapa jenis domba jantan dan berkembangnya taring pada babi jantan dan kecenderungan lemak sub cutan berkurang, penyebaran lemak yang tidak merata dalam otot dan tidak berkembangnya kelenjar susu pada semua spesies. Karkas ternak jantan ditandai oleh adanya lemak (cod fat) dalam daerah inguinal, pizzel eye (akar penis) melekat pada tulang aitch (simfisis pelvis), tidak terdapatnya jaringan kelenjar dalam daerah inguinal dan ternyata bahwa karkas simfisis pelvis sedikit agak berotot dari pda berlemak seperti pada ternak betina. KASTRASI Kastrasi umum dengan pengertian penghilangan fungsi testis pada ternak jantan dan pada ternak betina penghilangan ovarium dikenal dengan spaying. Maksud kastrasi adalah untuk mencegah ternak-ternak dengan kualitas genetik rendah bereproduksi, hal perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas genetik semua bangsa ternak. Kastrasi pada awalnya secara efektif meningkatkan kualitas individu-individu ternak yang digunakan untuk dipotong dengan menghambat tandatanda kelamin sekunder yang tidak diinginkan dan membuat ternak menjadi jinak. Sanitasi sangat dibutuhkan selama dan sesudah proses kastrasi, faktor-faktor penting untuk dapat berhasil dengan baik adalah dengan menghilangkan korda spermatik dan tunica vaginalis dan membersihkan irisan tersebut. Perawatan sesudah pembedahan meliputi pembersihan disekitarnya dan latihan. Padang rumput yang baik dan bersih sangat dianjurkan agar kastrasi dapat berhasil dengan baik. Istilah yang umum digunakan untuk penamaan ternak kastrasi diantaranya adalah galdings untuk kuda kastrasi, steers untuk sapi kastrasi, barrows untuk babi

12 kastrasi, wethers untuk domba kastrasi, kapons untuk ayam jantan kastrasi, eunuchs adalah untuk manusia yang dikastrasi. Vasektomi adalah penghilangan sebagian dari masing-masing duktus deferens. Operasi ini mencegah aliran spermatozoa dari epididymis, tetapi tidak mempunyai efek terhadap penampilan ternak tersebut. Salpingektomi adalah penghilangan sebagian oviduct pada ternak betina untuk mencegah keluarnya ovum dari ovari ke uterus, tetapi tidak mempunyai efek terhadap ternak yang bersangkutan. Histerektomi adalah penghilangan uterus dan ovari-histerektomi adalah penghilangan ovari dan uterus. OTOT-OTOT PADA GENITALIA JANTAN 1. Otot Kremaster Eksternal. Otot ini dibentuk dari serabut di sebelah kaudal otot oblik abdominal internal, otot tersebut melintas melalui kanal inguinal dengan prosesus vaginalis dan menempel pada lamina parietalis dari tunica vaginalis. Pada kebanyakan hewan otot kremaster eksternal menarik testis ke atas ke cincin inguinal superfisial (eksternal), khususnya pada saat cuaca dingin. Testis pada beberapa hewan ditarik ke dalam rongga abdominal oleh otot kremaster eksternal kecuali selama musim kawin. 2. Otot Kremaster Internal. Otot ini terdiri atas serabut-serabut otot polos yang tersebar diantara isi dari korda spermatik. 3. Otot Uretral. Otot uretral merupakan lanjutan dinding otot polos pelvis dari kandung kemih (bladder = vesica urinaria). Otot ini mengelilingi bagian pelvis pada uretra, dimana otot tersebut mengangkut urine atau cairan plasma seminal ke arah kaudal melalui gerakan peristaltik. Otot uretral pada sapi jantan dan domba jantan adalah otot seran lintang. 4. Otot Bulbospongiosus. Merupakan lanjutan otot uretral ke arah ekstrapelvis yang merupakan otot seran lintang (stiated) yang disebut otot bulbospongiosus (bulbokavernosus). Serabut-serabut otot ini tersusun secara transversal melintasi permukaan superfisial pada korpus kavernosus uretra, menempel pada tunica albugenia pada amsing-

13 masing sisi dari penis. Otot bulbospongiosusu pada kuda terentang dari bulbus uretral diantara akar penis memanjang masuk uretra menuju glans. 5. Otot Iskhiokavernosus. Otot ini merupakan pasangan otot seran lintang yang menutup bagian superfisial dari akar penis. Kedua otot tersebut bersatu dari daerah asal pada sisi lateral ischial arch menuju ke badan penis. Apabila otot-otot ini berkontraksi otot tersebut menarik penis ke arah dorsokranial melawan tulang pelvis, membantu ereksi dengan menutup banyak aliran vena dari penis. 6. Otot Retraktor Penis Adalah merupakan pasangan otot polos yang berasal dari ligamen suspensoris pada anus. Kedua otot tersebut berlanjut ke arah ventral., pada masing-masing sisi anus, untuk bersatu di bagian kaudal badan penis. Kedua otot itu kemudian bersama-sama ke bagian ventral uretra sejauh glans penis yang kemudian masuk pada tunika albugenia. Setelah ereksi, otot retraktor penis menarik penis yang telah melemas kembali ke dalam praeputium. SUPLAI DARAH DAN SARAF PADA GENITALIA JANTAN Testis mendapatkan suplai darah berasal dari arteri testikular yang merupakan percabangan langsung dari aorta di belakang arteri renali pada sisi yang sama. Arteri testikular ini terus memanjang pada testis yang turun ke dalam skrotum. Vena testikular sejajar dengan saluran arteri kecuali disekitar testis, lebih berliku-liku dan berkelok-kelok. Vena-vena di atas penis tersebut pampiniform pleksus, yang merupakan sisa dari sirkulasi portal renal yang terdapat dalam ginjal pada hewan-hewan tingkat rendah seperti amfibia dan reptilia. Arteri pada duktus deferens dari arteri pudendal internal mensuplai duktus deferens dan juga mensuplai darah untuk epididymis dan bagian sebagian testikel. Arteri pudendal internal mensuplai penis, kandung kencing, uretra dan kelenjar kelamin sekunder aksesoris pada sapi, domba, babi dan anjing jantan. Cabang-cabang terminal dari masing-masing arteri pudendal internal termasuk arteri yang ke bulbus uretral, arteri dalam penis yang menuju akar penis dan arteri dorsal penis yang berjalan sepanjang dorso penis dengan vena dorsalis dan saraf dorsalis pada penis. Suplai darah pada penis kuda lebih luas, dengan arteri dorsalis bagian kaudal disuplai oleh arteri obturator yang bergerak melalui foramen

14 obturator pada pelvis. Bagian kranial arteri dorsal pada penis datang dari arteri pudendal eksternal sesudah arteri itu bergerak melalui kanal inguinal. Suplai saraf pada testis terutama adalah saraf otonomi, melewati pleksus mesentrik kaudal dan renal. Serabut-serabut saraf mengiringi arteri testikular (Spermatik internal). Saraf dorsal pada penis merupakan lanjutan dari saraf pudendal yang berasal dari cabang ventral saraf sakral. Saraf itu kemudian menyilang ischial arch dan bergerak sepanjang dorsum penis dan mengalami ramifikasi dalam glans penis. Serabut-serabut sensoris dari glans penis memberikan sisi aferen dari refleks untuk ereksi dan ejakulasi. Pusat refleks untuk ereksi dan ejakulasi terletak dalam bagian lumbal pada korda spinalis. Latihan Soal Jelaskan semua soal berikut ini dengan lengka dan benar 1. Jelaskan struktur jaringan skrotum dan testis. 2. Jelaskan bagian-bagian parenchym testis 3. Jelaskan bagian-bagian dari epididymis dan struktur jaringannya 4. Dimanakan tempat bermuaranya kelenjar asesor pada saluran reproduksi jantan? 5. Jelaskan suplai darah dan saraf yang menuju ke alat kelamin jantan!

TIU : Mahasiswa diharapkan. proses fisiologi organ. berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK :

TIU : Mahasiswa diharapkan. proses fisiologi organ. berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK : TIU : Mahasiswa diharapkan mampu memahami proses fisiologi organ reproduksi jantan khususnya yang berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK : 1.Mahasiswa memahami proses ereksi dan ejakulasi

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br. Maikel Tio

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi

Lebih terperinci

Alat Reproduksi Ternak

Alat Reproduksi Ternak Alat Reproduksi Ternak A. Alat Reproduksi Jantan 2 buah testis 1 pasang sel kelamin Rete testis Vas efferent Epididimis Vas defferens Uretra Kelenjar reproduksi Vesikula seminalis Prostata Bulbouretralis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA

Tatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA Tatap mukake 6 PokokBahasan: KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti Kuantitas dan Kualitas Sperma pada berbagai ternak Mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7)

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7) TIU : 1 Memahami bentuk anatomis dan histologis alat reproduksi betina. TIK : 1 Memahami secara anatomis dan histologis ovarium sebagai kelkenjar

Lebih terperinci

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

Function of the reproductive system is to produce off-springs. Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Paradoxurus : Paradoxurus hermaphroditus : Musang Luak (Asian Palm Civet)

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Paradoxurus : Paradoxurus hermaphroditus : Musang Luak (Asian Palm Civet) TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Klasifikasi Klasifikasi musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) menurut Schreiber et al. (1989), adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi FUNGSI REPRODUKSI PRIA DAN HORMONAL PRIA dr. Yandri Naldi Fisiologi Kedokteran Unswagati cirebon Sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon

Lebih terperinci

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO 1 ISI I. Fungsi Komponen Sistem Reproduksi Pria II. Spermatogenesis III. Aktivitas Seksual Pria IV. Pengaturan Fungsi Seksual

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3. Organ Reproduksi Perempuan Organ Reproduksi Bagian Dalam 2. Saluran telur (tuba falopi) 1. Indung telur (ovarium) 3. Rahim (uterus) 4. Leher Rahim (cervix) 5. Liang Kemaluan (vagina) Organ Reproduksi Bagian

Lebih terperinci

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS

Aulia Puspita Anugra Yekti,Spt,MP,MS PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU REPRODUKSI TERNAK Disusun oleh : Prof. Dr.Ir. Trinil Susilawati,MS Prof. Dr.Ir. Suyadi,MS Prof. Dr. Ir. Worobusono,MS Prof. Dr. Nur. Ihsan,MS Dr.Ir. Sri Wahyuningsih,M.Si Dr.Ir.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik Kucing domestik (Felis catus, Linneaus 1758) (Gambar 1) menempati sebagian besar penjuru dunia. Bukti arkeologi menunjukkan domestikasi kucing terjadi di

Lebih terperinci

BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN

BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan sistema reproduksi yang dibahas kali ini meliputi sistema reproduksi hewan jantan dan betina, juga beberapa hormon yang mempengaruhi sistem tersebut.

Lebih terperinci

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA Oleh: Kustono Diah Tri Widayati Alat reproduksi betina terletak pada cavum pelvis (rongga pinggul). Cavum pelvis dibentuk oleh tulangtulang sacrum, vertebra coccygea

Lebih terperinci

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono SISTEM URINARIA By. Paryono 1 KOMPONEN SISTEM URINARIA GINJAL Bentuk seperti kacang Terletak retroperitoneal cavum abdomen (antara dinding dorsal badan dan peritoneum parietal) pada daerah lumbal superior.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak yang dapat menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia selain dari sapi, kerbau dan unggas. Oleh karena itu populasi dan kualitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

Jaringan pada Tumbuhan

Jaringan pada Tumbuhan JARINGAN TUMBUHAN Jaringan pada Tumbuhan Tunas apikal terdiri dari meristem apikal Kambium vaskuler Kambium (meristem lateral) Meristem yang akan membentuk akar lateral Akar lateral Meristem apikal akar

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU

ALAT GENITALIA. Departemen Anatomi FK USU ALAT GENITALIA Departemen Anatomi FK USU Embriologi Kelenjar kelamin tidak memperlihatkan ciri-ciri ii ii bentuk maupun hingga minggu ke-7 kehamilan Pada manusia sel-sel benih primodial nampak pada tahap

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran),

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), demikian halnya pada burung atau unggas. Sistem tersebut

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD SISTEM PERKEMIHAN By: Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed Kelompok keilmuan DKKD TUJUAN PEMBELAJARAN Mhs memahami struktur makroskopik sistem perkemihan (Ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra) dan struktur

Lebih terperinci

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI 5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI Pengukuran parameter reproduksi akan menjadi usaha yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan kelamin, kematangan alat kelamin dan beberapa besar potensi produksi dari

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

Histologi Sistem Urinarius

Histologi Sistem Urinarius Histologi Sistem Urinarius Ginjal Cortex renalis Tampak berwarna merah gelap bergranul Menutupi semua medulla Membentuk columna renalis Bertini Medulla renalis Tebalnya 2 kali korteks Piramid renalis lebih

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang meliputi motilitas, dan morfologinya. Salah satu penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas sperma

Lebih terperinci

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4

Yusuf Hakan Çavusoglu. Acute scrotum : Etiology and Management. Ind J Pediatrics 2005;72(3):201-4 Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik.1 Gejala nyeri ini dapat semakin menghebat

Lebih terperinci

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Garut Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris,

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga aktivitas maupun pola hidup menjadi sangat beraneka ragam. Salah satu

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Struktur dan fungsi umum jaringan epitel 2. Klasifikasi jaringan epitel (epitel penutup dan epitel

Lebih terperinci

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan vertebrata ada 4,yaitu: 1. Jaringan epitel 2. Jaringan ikat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Rokok

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Rokok BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Rokok Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003, rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar

Lebih terperinci

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS drh. Herlina Pratiwi, M.Si FEMALE GENITAL ORGANS Terdiri dari: 1. Sepasang ovarium 2. Tuba fallopii (tuba uterina) 3. Uterus

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

2. Sumsum Ginjal (Medula)

2. Sumsum Ginjal (Medula) 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji

Lebih terperinci

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf Jaringan Tubuh 1. Jaringan Epitel 2. Jaringan Otot 3. Jaringan ikat/penghubung 4. Jaringan Saraf Jaringan Epitel Tersusun atas lapisan-lapisan sel yang menutup permukaan saluran pencernaan, saluran pada

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti

Lebih terperinci

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT MEMBERIKAN TEKANAN THDP SDA & LH PERTUMBUHAN PENDUDUK YG SEMAKIN CEPAT KBUTUHAN AKAN PROTEIN HWNI MENINGKAT PENDAHULUAN - LAHAN SEMAKIN SEMPIT - PENCEMARAN PERAIRAN SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT UTK

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF ANGGOTA KELOMPOK : 1. ANNISA SALIZA 2. REGYTA ANUGRAH MAHAPUTRI SAMUEL 3. TYAS AYU FADILLAH 4. WIRA YUDA KHOIRUL A 5. WIWID SEKAR U 6. YOHANES JUAN BAGUS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental dengan nama SIMPO. Sapi SIMPO merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat sekarang sudah mulai menyadari pentingnya nilai kesehatan, hal ini terjadi seiring dengan banyaknya penyakit mematikan yang menyerang usia muda, usia produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Keterbatasan sumber daya alam dan pertambahan penduduk yang pesat merupakan masalah negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pertambahan penduduk

Lebih terperinci

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar Annelida Karakteristik 1.Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), tubuhnya bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang jelas baik eksternal maupun internal. 2.Appendages kecil

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

UNIVERSITAS SYIAH KUALA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Pengamatan Alat Kelamin Betina secara Makro dan Mikro Pengamatan Alat Kelamin Jantan secara Makro dan Mikro Pengamatan Foetus Pengamatan Embrio Ayam Pengamatan Spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reproduksi melalui berbagai cara, sesuai dengan jenis dan tingkat perkembangannya. Makin banyak hambatan yang dialami suatu organisme didalam reproduksinya, makin

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;

Lebih terperinci

Abnormalitas Sistem Reproduksi yang Diwariskan

Abnormalitas Sistem Reproduksi yang Diwariskan Faktor genetik (keturunan) yaitu suatu sifat kebakaan yang berasal dari bapak atau ibu yang menurun kepada anaknya. Bila manifestasinya pada alat kelamin, mempunyai peranan dalam menimbulkan kemajiran

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian rataan suhu dan kelembaban harian kandang berturut-turut 28,3 o C dan 91,3% yang masih dalam kisaran normal untuk hidup kelinci. Adapun suhu dan kelembaban

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i HISTOLOGI URINARIA dr. Kartika Ratna Pertiwi 132319831 SISTEM URINARIA Sistem urinaria terdiri atas - Sepasang ginjal, - Sepasang ureter - Kandung kemih - Uretra Terdapat pula - Sepasang arteri renalis

Lebih terperinci

EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS. dr. Al-Muqsith, M.Si

EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS. dr. Al-Muqsith, M.Si EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS dr. Al-Muqsith, M.Si Sistem Urinarius Asal : mesodermal ridge (mesodermal intermediet), di sepanjang dinding posterior abdomen ( = sistem genitalis ) Awalnya kedua sistem tsb

Lebih terperinci

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13

JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA SUMIATI (E1A012053) Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram Jln. Majapahit NO. 62 Mataram, Telp/Fax: (0370)631166

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Blustru/Mentimun Aceh (Luffa aegyptica Roxb.) Luffa aegyptica merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Cucurbitaceae (Gambar 1). Hemburg (1994) menyatakan bahwa biji

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan sapi bali ini juga merupakan hasil

Lebih terperinci

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu : Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENGANTAR ENDOKRINOLOGI UMUM

BAGIAN 1 PENGANTAR ENDOKRINOLOGI UMUM BAGIAN 1 PENGANTAR ENDOKRINOLOGI UMUM Pada bagian ini, sesudah dipelajari diharapkan mahasiswa mampu mendiskripsikan dan menjelaskan tentang a. Sejarah Perkembangan Endokrinologi b. Pengertian dan fungsi

Lebih terperinci

SYSTEMA CARDIOVASCULARE (Sistem Peredaran)

SYSTEMA CARDIOVASCULARE (Sistem Peredaran) SYSTEMA CARDIOVASCULARE (Sistem Peredaran) Fungsi Umum Sistem peredaran berfungsi untuk mengangkut udara pernafasan (O 2 dan CO 2 ), makanan yang telah diserap dan usus halus menuju bagian tubuh yang memerlukan,

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA Niken Andalasari Sistem Reproduksi Reproduksiberasaldarikatare yang berartikembalidanproduction yang berarti membuat atau menghasilkan Reproduksi mempunyai arti suatu proses

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P. SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P. TIU : 1 Memahami bentuk anatomis dan histologis alat reproduksi betina. TIK : 1 Memahami secara anatomis dan histologis ovarium sebagai kelkenjar

Lebih terperinci

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone

D. Uraian Pembahasan. Sistem Regulasi Hormonal 1. Tempat produksinya hormone SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IX A. 1. Pokok Bahasan : Sistem Regulasi Hormonal A.2. Pertemuan minggu ke : 12 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Tempat produksi hormone 2. Kelenjar indokrin dan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dan Penyebaran Bandikut

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dan Penyebaran Bandikut TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Penyebaran Bandikut Sistematika zoologis Bandikut adalah sebagai berikut (Petocz 1994) (Gambar 1): Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Mammalia

Lebih terperinci