BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR"

Transkripsi

1 BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR Keragaman masyarakat dan budaya Indonesia merupakan sebuah potensi kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya. Oleh karena itu, potensi tersebut perlu diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang ditunjukkan dengan melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan nasional. Untuk itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan pembangunan karakter bangsa (national and character building) yang sudah dimulai sejak awal kemerdekaan perlu terus diperkuat sehingga memperkuat jati diri bangsa dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter, maju, dan berdaya saing. Seiring dengan menguatnya persaingan arus lokal dan global dalam internalisasi nilai-nilai baru, ketahanan budaya juga perlu semakin diperkuat sehingga memiliki kemampuan untuk menumbuhsuburkan internalisasi berbagai nilai lokal dan global yang positif dan produktif. Oleh sebab itu, upaya pengembangan kebudayaan diarahkan pada tujuan universal peradaban, yaitu untuk

2 mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia melalui (1) aktualisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan penguatan ketahanan budaya dalam menghadapi derasnya arus budaya lokal dan global, (2) mendorong kerja sama yang sinergis antarpemangku kepentingan dalam pengelolaan kekayaan budaya, dan (3) mempertajam pemanfaatan nilai-nilai dan pesan moral yang terkandung pada setiap kekayaan budaya bangsa. I. Permasalahan yang Dihadapi Pembangunan dalam bidang kebudayaan sampai saat ini masih menghadapi beberapa permasalahan sebagai akibat dari berbagai perubahan tatanan kehidupan, termasuk tatanan sosial budaya yang berdampak pada terjadinya pergeseran nilai-nilai di dalam kehidupan masyarakat. Meskipun pembangunan dalam bidang kebudayaan yang dilakukan melalui revitalisasi dan reaktualisasi nilai budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai dengan berkembangnya pemahaman terhadap pentingnya kesadaran multikultural dan menurunnya eskalasi konflik horizontal yang marak pascareformasi, secara umum masih dihadapi permasalahan, antara lain (1) rendahnya apresiasi dan kecintaan terhadap budaya dan produk dalam negeri; (2) semakin pudarnya nilai-nilai solidaritas sosial, keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, serta semakin menguatnya nilai-nilai materialisme; dan (3) belum memadainya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya. Beberapa hasil yang sudah dicapai belum sepenuhnya sesuai dengan harapan karena masih rentannya soliditas budaya dan pranata sosial yang ada di dalam masyarakat sehingga potensi konflik belum sepenuhnya dapat diatasi. Hal itu diperberat dengan munculnya kecenderungan penguatan orientasi primordial, seperti kelompok, etnis, dan agama yang berpotensi memperlemah keharmonisan bangsa. Interaksi budaya yang semakin terbuka melahirkan persaingan terbuka antara nilai lokal dan global sehingga terjadi ketegangan dalam merespons berbagai isu mutakhir, seperti demokratisasi, 03-2

3 liberalisasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan lingkungan hidup. Hal itu menunjukkan masih lemahnya sikap dan daya kritis sebagian besar masyarakat yang mengakibatkan kurangnya kemampuan masyarakat dalam menyeleksi nilai dan budaya global sehingga terjadi pengikisan nilai-nilai budaya nasional yang positif. Dengan demikian, pengembangan kebudayaan nasional dituntut untuk memiliki ketangguhan dalam merespons dan mensintesiskan persaingan nilai lokal dan global secara bijaksana dan berdaya guna. Selanjutnya, terkait dengan etos untuk memperkuat daya saing, masalah yang mendasar adalah berkurangnya kebanggaan sebagai bangsa sehingga berdampak pada rendahnya kepercayaan diri bangsa yang berujung pada melemahnya modal sosial dan daya saing bangsa. Di sisi lain, kurangnya pemahaman, apresiasi, dan komitmen pemerintah daerah di era otonomi daerah berakibat pada belum optimalnya kegiatan pelestarian kekayaan budaya, di samping terbatasnya kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan kekayaan budaya, baik kemampuan fiskal maupun manajerial. II. Langkah Kebijakan dan Hasil yang Dicapai Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka upaya pengembangan kebudayaan diarahkan melalui kebijakan (1) menyelesaikan peraturan perundang-undangan di bidang kebudayaan, (2) menyaring masuknya kebudayaan yang berdampak negatif terhadap fisik, psikologis, moral generasi muda khususnya dan masyarakat pada umumnya, dan terhadap martabat bangsa, (3) menyelaraskan pembangunan ekonomi dan sosial serta pengembangan teknologi dengan nilai-nilai budaya dan warisan budaya yang ada, baik fisik maupun non-fisik (cultural based development), dan (4) mengembangkan pola kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam melestarikan benda cagar budaya dan warisan budaya serta warisan alam. Untuk meningkatkan kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya dan menciptakan keserasian hubungan baik antarunit sosial dan budaya maupun antara budaya lokal dan budaya nasional, dalam bingkai keutuhan NKRI, langkah-langkah kebijakan 03-3

4 yang dilakukan antara lain adalah (1) menyelenggarakan berbagai dialog kebudayaan dan kebangsaan; (2) mengembangkan dan melestarikan kesenian; (3) mengembangkan galeri nasional; (4) mengembangkan perfilman nasional dan meningkatkan sensor film; (5) mendukung pengembangan keragaman budaya daerah; (6) mendukung pengelolaan taman budaya daerah; dan (7) melakukan optimalisasi koordinasi pengembangan nilai budaya, seni, dan film. Hasil-hasil yang telah dicapai melalui revitalisasi dan reaktualisasi nilai budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai dengan berkembangnya pemahaman terhadap pentingnya kesadaran multikultural dan menurunnya eskalasi konflik horizontal pascareformasi. Dalam upaya pengelolaan keragaman budaya, hasil yang telah dicapai antara lain adalah (1) pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka dan demokratis dalam rangka mengatasi persoalan bangsa khususnya dalam rangka kebersamaan dan integrasi; (2) penyelenggaraan program film kompetitif untuk memotivasi para sineas membuat film cerita; (3) penyusunan direktori perfilman Indonesia; (3) penyusunan Peta Kesenian Indonesia; (4) penyusunan konsep dasar Neraca Satelit Kebudayaan Nasional (Nesbudnas); (5) pelaksanaan sensor film sebanyak 320 judul film dan judul video; (6) koordinasi Tim Pembuatan Film Non Cerita Asing di Indonesia yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai lokasi syuting film dunia; (7) pengiriman film Indonesia ke Festival Film Internasional dan fasilitasi kerja sama asosiasi pembuat film internasional; (8) sosialisasi dan promosi Indonesia Performing Arts Mart (IPAM) ; (9) konservasi lukisan di Museum Le Mayeur; (10) penyelenggaraan Lomba Lukis dan Cipta Puisi Anak-anak; (11) persiapan Festival Internasional Art Summit Indonesia V/2007 ; dan (12) penyusunan revisi UU No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman sebagai dasar pengembangan perfilman nasional di masa yang akan datang. Untuk memperkukuh jati diri dan ketahanan budaya nasional diperlukan filter yang mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan mampu memfasilitasi teradopsinya budaya asing yang bernilai positif dan produktif. Langkah-langkah kebijakan yang diambil antara lain adalah (1) meningkatkan pembangunan 03-4

5 karakter dan pekerti bangsa; (2) melakukan pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai tradisi; (3) mengembangkan masyarakat adat; (4) mendukung pengembangan nilai budaya daerah; (6) menyelenggarakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada masyarakat; dan (7) memanfaatkan naskah kuno nusantara. Nilai-nilai budaya telah semakin berkembang secara baik dengan hasil-hasil yang telah dicapai berupa (1) penyusunan potret industri budaya, inventarisasi aspek-aspek tradisi, dan inventarisasi masyarakat adat; (2) penganugerahan penghargaan kebudayaan bagi pelaku dan pemerhati kebudayaan untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan kebudayaan nasional; (3) kampanye hidup rukun dalam kemajemukan; (4) penyelenggaraan Perkemahan Budaya Nasional di Bumi Perkemahan Paneki Donggala Sulawesi Tengah; (5) pergelaran Gita Bahana Nusantara; (6) bimbingan Pamong Budaya Spiritual dan Kepercayaan Komunitas Adat serta perekaman dan penyiaran Kegiatan Budaya Spiritual dan Upacara Adat; (7) gelar Dongeng Anak-anak Nusantara dan pesta permainan tradisional anak; (8) sosialisasi pasar tradisional pada era hipermarket; (9) Festival Nasional Musik Tradisional untuk anakanak; (10) pengiriman misi kesenian ke berbagai acara internasional, seperti Australia Performing Arts Mart (APAM), World Summit on Art and Culture di New Castle, UK dan China Sanghai Internastional Arts Festival; (11) penyelenggaraan Indonesian Night di Beijing dan Jinan, Cina yang bekerja sama dengan perkumpulan Indonesia-Tionghoa (INTI); (12) penyelenggaraan Hari Raya Waisak Internasional di kompleks Candi Borobudur dengan menampilkan serangkaian kegiatan berupa pergelaran kolaborasi penari-penari dari enam negara, yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam serta peluncuran prangko dan buku Trail of Civilization yang berisi informasi mengenai bangunan-bangunan Budha dari enam negara tersebut; dan (13) Pawai Budaya Nusantara. Selanjutnya, untuk meningkatkan apresiasi terhadap kekayaan budaya dan meningkatkan sistem pengelolaan, termasuk sistem pembiayaannya agar aset budaya dapat berfungsi optimal sebagai sarana edukasi, rekreasi, dan pengembangan kebudayaan, dilakukan serangkaian langkah-langkah kebijakan yaitu (1) mengembangkan 03-5

6 nilai sejarah dan geografi sejarah; (2) melakukan pengelolaan peninggalan kepurbakalaan dan peninggalan bawah air; (3) melakukan pengembangan permuseuman; (4) mengembangkan pemahaman kekayaan budaya; (5) memberikan dukungan terhadap pengelolaan museum daerah dan pengembangan kekayaan budaya daerah; (6) melestarikan fisik dan kandungan naskah kuno; (7) melakukan perekaman dan digitalisasi bahan pustaka; (8) mengelola koleksi deposit nasional; dan (9) mengembangkan statistik perpustakaan dan perbukuan. Hasil yang telah dicapai dalam upaya pengelolaan kekayaan budaya adalah (1) bantuan advokasi terhadap penanggulangan kasus pelanggaran benda cagar budaya dan penanganan perlindungan benda cagar budaya bawah air; (2) peningkatan kualitas SDM bidang peninggalan bawah air; (3) lawatan sejarah tingkat nasional; (4) penyelenggaraan Konferensi Nasional Sejarah VIII; (5) penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional Pengajaran Sejarah: Pendidikan Sejarah untuk Pembentukan Kepribadian Bangsa dalam Konteks Multikultural ; (6) Lawatan Sejarah Nasional IV di Bangka Belitung dengan tema Pangkal Pinang Kota Pangkal Kemenangan ; (7) kajian pemekaran wilayah di Sulawesi dalam Perspektif Sejarah; (8) penyusunan Pedoman Kajian Geografi Sejarah dan Pedoman Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Sejarah; (9) pemetaan Sejarah Kota Yogyakarta dan Klaten Pascagempa; (10) perencanaan pendirian Museum Sejarah Nasional; (11) penyusunan Konsep Museum Maritim; (12) penyusunan Pedoman Pengembangan Museum Situs Cagar Budaya; (13) pemberian bantuan kepada 21 Museum Daerah; (14) pembuatan Komik Purbakala dengan judul Petualangan Arki 2: Arki dan Kemegahan Candi untuk segmentasi siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) dengan tujuan agar siswa mampu memahami kekayaan budaya bangsa; (15) dialog Interaktif Kepurbakalaan di RRI Nasional Pro-3 Jakarta, yang di-relay oleh 58 Stasiun RRI Daerah dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang kebijakan, upaya pelestarian, dan pemanfaatan BCB, situs dan kawasan; (16) Trail of Civilization on Cultural Heritage Tourism Cooperation among Cambodia, Indonesia, Lao PDR, Myanmar, Thailand, and Vietnam; dan (17) penyusunan detail desain (DED) Pelestarian dan Pengembangan Situs Sangiran yang meliputi zonasi kawasan Sangiran, tata ruang 03-6

7 kawasan, keserasian tata ruang dan kelestarian ekologi, serta pengembangan pariwisata sejarah dan budaya (Cultural Heritage Tourism Management). III. Tindak Lanjut yang Diperlukan Untuk mengatasi permasalahan yang timbul karena interaksi budaya yang semakin terbuka antara tataran nilai lokal dan global, tindak lanjut yang diperlukan dalam pembangunan kebudayaan pada masa mendatang antara lain adalah (1) penyelenggaraan berbagai dialog kebudayaan dan kebangsaan; (2) pengembangan kesenian dan perfilman nasional; (3) pengembangan galeri nasional; (4) pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) bidang perfilman; (5) peningkatan sensor film; (6) stimulasi perfilman melalui Lomba Film Kompetitif dan Festival Film Indonesia (FFI); (7) fasilitasi penyelenggaraan festival budaya daerah; (8) pendukungan pengelolaan taman budaya daerah; (9) optimalisasi koordinasi pengembangan nilai budaya, seni dan film; (10) revitalisasi nilai luhur, budi pekerti, dan karakter bangsa; (11) pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai tradisi; (12) pelestarian dan aktualisasi adat dan tradisi; (13) pelaksanaan kebijakan pengembangan nilai budaya di seluruh Indonesia; (14) pendukungan pengembangan nilai budaya daerah; (15) pengembangan pengelolaan dokumen/arsip negara dengan membangun pusat jaringan informasi kearsipan nasional (JIKN) yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK); (16) penyelenggaraan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada masyarakat; (17) pemanfaatan naskah kuno Nusantara; (18) pengembangan nilai sejarah; (19) penyusunan buku sejarah dan geografi sejarah nasional; (20) pengelolaan peninggalan kepurbakalaan; (21) fasilitasi penyelamatan pusaka bawah air; (22) pengembangan/pengelolaan permuseuman dan pemahaman kekayaan budaya; (23) pendukungan pengelolaan museum daerah dan kekayaan budaya daerah; (24) pelestarian fisik dan kandungan naskah kuno; (25) perekaman dan digitalisasi bahan pustaka; (26) pengelolaan koleksi deposit nasional; dan (27) pengembangan statistik perpustakaan dan perbukuan. Semua itu juga harus mempertimbangkan pengembangan karakter dan pembangunan bangsa. 03-7

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR BAB2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA IYILAI.NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM Pembangunan kebudayaan yang diarahkan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR

BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa yang dapat membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. Undang- Undang Dasar 1945

Lebih terperinci

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM bangsa yang dilandasi nilai luhur berdasarkan Pancasila dan bercirikan Bhinneka Tunggal Ika diupayakan agar senantiasa

Lebih terperinci

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM bangsa yang dilandasi nilai luhur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR

BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR BAB 3 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR Pembangunan kebudayaan diupayakan untuk menjawab permasalahan budaya bangsa yang memerlukan penyelesaian baik untuk jangka menengah

Lebih terperinci

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan. - 458 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI - 346 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah. W. BIDANG KEBUDAYAAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kebijakan Bidang 1. 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan skala 2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 Q. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBUDAYAAN NOMOR TAHUN. BESERTA PENJELASANNYA USULAN TIM KERJA PUU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBUDAYAAN NOMOR TAHUN. BESERTA PENJELASANNYA USULAN TIM KERJA PUU DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBUDAYAAN NOMOR TAHUN. BESERTA PENJELASANNYA USULAN TIM KERJA PUU DEPUTI BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 17. BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA - 73-1. Kebijakan Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan skala 2. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI

KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI KEBIJAKAN DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN TRADISI Dra. Sri Hartini, MM Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019 Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Direktur Jenderal Kebudayaan Hotel Mercure Ancol Jakarta, 16 April

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA 1. Latar Belakang Program pelestarian dan pengembangan kebudayaan pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetengahkan nilai-nilai kebudayaan guna memperkokoh ketahanan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi : DINAS KEBUDAYAAN Tugas Pokok dan Fungsi : KEPALA DINAS Kepala Dinas mempunyai tugas: 1. menyusun rencana dan program kerja Dinas; 2. mengkoordinasikan penyusunan rencana dan program kerja Dinas; 3. merumuskan

Lebih terperinci

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible) KEBUDAYAAN Budaya Benda (Tangible) Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kaya ragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, bahasa, agama

Lebih terperinci

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018 BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi merupakan cara pandang jauh ke depan mengenai gambaran keberhasilan yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 391,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 31,911,581, BELANJA LANGSUNG 91,604,159,680.00

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 391,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 31,911,581, BELANJA LANGSUNG 91,604,159,680.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.17 URUSAN WAJIB Kebudayaan dan Pariwisata 1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 391,000,000.00 00 00 1

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 28 Februari 2012 1 1. Pokok-pokok Pikiran Integrasi kebudayaan dalam pendidikan, berfungsi

Lebih terperinci

PRIORITAS 11 TEMA PRIORITAS

PRIORITAS 11 TEMA PRIORITAS PRIORITAS 11 TEMA PRIORITAS PENANGGUNGJAWAB BEKERJASAMA DENGAN KEBUDAYAAN, KREATIVITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI Pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta apresiasinya,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

RENCANA AKSI DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 SASARAN KEGIATAN KET URAIAN (SASARAN) INDIKATOR KINERJA TARGET PROGRAM URAIAN (KEG) INDIKATOR KINERJA SAT TARGET (000) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 peran Persentase Pembinaan dan Dinas Kebudayaan keikutsertaan 0,12%

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebudayaan nasional Indonesia melalui

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN

RENCANA UMUM PENGADAAN RENCANA UMUM PENGADAAN K/L/D/I : PROVINSI D I YOGYAKARTA SATUAN KERJA : DINAS KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN : 2014 No Kegiatan Jenis Pengadaan Volume Pagu Sumber Dana Pelaksanaan Pekerjaan Keterangan U 1 Rekonstruksi

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 362,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 27,237,852, BELANJA LANGSUNG 68,883,169,000.00

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 362,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 27,237,852, BELANJA LANGSUNG 68,883,169,000.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.17 URUSAN WAJIB Kebudayaan dan Pariwisata 1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 362,000,000.00 00 00 1

Lebih terperinci

CETAK BIRU NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CETAK BIRU NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CETAK BIRU NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan MATERI 1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN 2. WUJUD DAN UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN 3. SISTEM KEBUDAYAAN DI INDONESIA 4. KOMPONEN PILAR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 Solo, 22 Maret 2016 OUTLINE PAPARAN 1 Arah dan Sasaran Pembangunan Kebudayaan

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN NOMOR : PM. 27/HK.001/MKP/2011 TANGGAL : 25 April 2011 STAF AHLI MENTERI KEBUDAYAAN DAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun Uraian dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun No 1 2 3 1 Sekretariat Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.47/HK.001/MKP/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.47/HK.001/MKP/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.47/HK.001/MKP/2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,

Lebih terperinci

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00 Urusan Pemerintahan Organisasi : : 1.17 URUSAN WAJIB Kebudayaan dan Pariwisata 1.17.01 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KODE 00 00 PENDAPATAN DAERAH 00 00 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 358,000,000.00 00 00 1

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA AKSI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

FORMULIR RENCANA AKSI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 FORMULIR RENCANA AKSI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PEMUDA, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 216 Sasaran Kegiatan Program Uraian Indikator Kinerja Target Uraian Indikator

Lebih terperinci

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 23. URUSAN KEBUDAYAAN Untuk bidang Kebudayaan dan Kesenian, masih terfokus upaya pengembangan dan pelestarian serta terpeliharanya seni dan budaya daerah, terlebih seni dan budaya yang hampir punah. Upaya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

Program LAYANAN KEBUDAYAAN

Program LAYANAN KEBUDAYAAN Program LAYANAN KEBUDAYAAN Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Latar Belakang Para pakar berpendapat bahwa untuk membangun manusia yang berkarakter diperlukan pembangunan bidang kebudayaan.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Oleh: Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, MA, Ph.D.

Oleh: Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, MA, Ph.D. Oleh: Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, MA, Ph.D. DISAMPAIKAN DALAM RAPAT KOORDINASI PUSAT DAN DAERAH BIDANG KEBUDAYAAN TAHUN 2014 1. 2. 3. EVALUASI KINERJA DITJEN KEBUDAYAAN 2010-2013

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP PRIORITAS 11 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANGKEBUDAYAAN, KREATIVITAS DAN INOVASI Pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya seni, dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

Pelestarian Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kebudayaan nasional Indonesia melalui pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BUDAYA BANUADANKEARIFAN LOKAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BUDAYA BANUADANKEARIFAN LOKAL PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BUDAYA BANUADANKEARIFAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat: a. bahwa budaya

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

23. URUSAN KEBUDAYAAN

23. URUSAN KEBUDAYAAN 23. URUSAN KEBUDAYAAN Pemerintah daerah memiliki peran yang cukup strategis dalam melestarikan dan mengembangkan nilai- nilai budaya yang ada di masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN BIDANG KEBUDAYAAN OLEH DEPUTI BIDANG SDM DAN KEBUDAYAAN

RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN BIDANG KEBUDAYAAN OLEH DEPUTI BIDANG SDM DAN KEBUDAYAAN RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN 2015-2019 BIDANG KEBUDAYAAN OLEH DEPUTI BIDANG SDM DAN KEBUDAYAAN Disampaikan pada RAPAT KOORDINASI PUSAT DAN DAERAH BIDANG KEBUDAYAAN TAHUN 2014 SURABAYA, 3 APRIL 2014 SISTEMATIKA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY TAHUN 2011

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY TAHUN 2011 DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PROVINSI DIY TAHUN 2011 VISI DIY 2025 Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Pusat Budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I DIKBUD. Kebudayaan. Pemajuan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 104) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas P3KP - Pengelolaan secara internal

PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas P3KP - Pengelolaan secara internal @SITA Pendirian Jaringan Kota Pusaka Indonesia/JKPI), declared by Minister Culture and Tourism, in Solo, October 25, 2008 Assisted by Indonesian Heritage Trust PROGRAM JANGKA PENDEK: - Peningkatan kapasitas

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kebudayaan nasional Indonesia melalui pengelolaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016 Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman Rakor Pusat dan Daerah Ditjen Kebudayaan Jakarta,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PEMELIHARAAN KESENIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. (0717) Faximile (0717) 92534

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. (0717) Faximile (0717) 92534 BUPATI BANGKA Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat 33215 Bangka Telp. (0717) 92536 Faximile (0717) 92534 SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pula masuk ke negara Indonesia. Globalisasi sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pembangunan kebudayaan dan pariwisata, dengan ini menginstruksikan : Kepada

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 2016

RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 2016 Halaman : RINGKASAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH PEMERINTAH ACEH TAHUN ANGGARAN 06 DPASKPA Urusan Pemerintahan Organisasi :.7. KEBUDAYAAN :.7.0. DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Kode 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

VII. URUSAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RETENSI KETERANGAN JENIS / SERIES ARSIP

VII. URUSAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RETENSI KETERANGAN JENIS / SERIES ARSIP VII. URUSAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NO 1 KEBIJAKAN BERSIFAT PENGATURAN A. Kebijakan tentang pendidikan dan kebudayaan meliputi: kurikulum, 2 Tahun 4 Tahun Permanen Pendidikan Anak, usia dini,non formal

Lebih terperinci