TRI YUONO SAPUTRA Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRI YUONO SAPUTRA Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma"

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) TRI YUONO SAPUTRA Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma triyuonoutha@yahoo.co.id ABSTRAK Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetris antara pemilik dan pengelola untuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan menjadikan perusahaan menjadi lebih baik dan sehat dengan prinsip-prinsip yang dimiliki yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance dengan menggunakan variabel berupa ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit dan keberadaan top share terhadap praktik manajemen laba. Sampel yang digunakan adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan Penelitian ini menggunakan discretionary accruals model Jones. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit dan keberadaan top share terbukti tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hal ini dikarenakan penerapan Good Corporate Governance yang masih belum dapat dilaksanakan secara optimal dan efektif oleh masing-masing perusahaan. Kata Kunci : Good Corporate Governance, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Indepeden, Keberadaan Komite Audit, Keberadaan Top Share, Manajemen Laba ABSTRACT The agency theory resulted in relations between the owner and management of asymmetrical to avoid occurring relationship asymmetry would require a concept that is the concept of good corporate governance which aims to make companies are becoming more good and healty with the principles of transparency, to which it belongs is independence, accountability, responsibility and fairness. The aim of this research is to find out the influence of good corporate governance by using variables, such as the size of the board of commissioners the proportion of independent commissioner, the existence of audit committee and the existence of top management practices share against earnings. A sample that we use is publicly-listed property firm and real estate listed on the indonesia stock exchange in 2009 up to This research using discretionary accruals model jones. A method of collecting data in this research using purposive of sampling and use the device linear regression analysis worship of idols.

2 This research result showed that variable, the size of the board of commissioners the proportion of independent commissioner, the existence of audit committee and the existence of top share proved not affect the practice of management profit. This is because the implementation of good corporate governance was still not enforceable optimally and effective by each of the enterprises. Keywords : good corporate governance, the size of the board of commissioners, the proportion of independent commissioner, the existence of audit committee, the existence of top share, management profit PENDAHULUAN Krisis keuangan pada tahun 2008 yang melanda di semua negara sangat berpengaruh terhadap sebagian perusahaan dan industri. Secara nasional akibat dari resesi ekonomi AS tersebut sangat nampak terjadi. Hampir semua harga saham rontok melebihi 10 persen. Langkah-langkah antisipasi terhadap krisis keuangan di AS tersebut tentunya memiliki dampak yang berarti bagi dunia usaha di Indonesia termasuk dunia property yang akan mengalami penurunan pembayaran kredit. Sektor properti memiliki arti yang penting dalam pembangunan perekonomian nasional, yakni dalam rangka penyediaan perumahan yang terjangkau bagi masyarakat dan dalam rangka penyerapan tenaga kerja. Kepanikan terhadap akibat krisis ekonomi bermula dari krisis perumahan di AS dipicu oleh macetnya kredit dari para debitor dengan gagal bayar tinggi (subprime mortgage). Akibatnya, puluhan bank penyalur kredit maupun perusahaan investasi yang memegang surat utang berbasis subprime mortgage pun merugi. Kondisi ini bisa juga akan akan terjadi di Indonesia, jika kondisi property di Indonesia mengalami goncangan. Apalagi ditambah dengan kondisi daya beli masyarakat yang menurun hingga menyebabkan macetnya pembayaran kredit perumahan baik RSh maupun real estate. Dampak selanjutnya perekonomian akan ikut kolaps, dan sulit sekali untuk membangun kembali sektor properti yang lebih stabil. Dalam menyikapi ini peran pemerintah sangat dinantikan pelaku bisnis properti. Mempermudah melakukan perijinan, penyediaan lahan dan membuka akses terhadap pengadaan material murah bisa diupayakan pemerintah. Hal ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Manajemen laba (earnings management) adalah suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Menurut Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba ini sendiri berawal dari teori agensi. Teori agensi menjelaskan bahwa suatu kontrak antara manajer selaku agent dengan pemilik perusahaan. Pemilik memberikan kewenangan pengambilan keputusan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Manajer mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan dengan para pemilik, sehingga informasi yang disampaikan oleh manajer terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (Richardson, 1998).

3 Oleh karena itu diperlukan suatu sistem untuk mengurangi tindakan praktik manajemen laba yaitu dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance adalah suatu sistem tata kelola perusahaan yang mengatur hubungan antara pihak manajemen, dewan komisaris, pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar berjalan dengan baik dan efektif. Beberapa mekanisme GCG meliputi ukuran dewan komisaris, keberadaan komisaris independen, keberadaaan komite audit dan Top share. Pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewaan komisaris dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan dapat meningkatkan kepercayaan investor. Penerapan GCG akan mempermudah perusahaan dalam melakukan pemisahan tugas pada masing-masing pihak agar setiap pihak tidak ikut campur terhadap tugas pihak lain. Dengan adanya pemisahan tugas dan fungsi masing-masing struktur tersebut maka akan tercipta suatu perusahaan yang baik dan sehat sesuai dengan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran. TELAAH PUSTAKA Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan perkiraan (judgement), misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukkan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggung jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang, penurunan nilai asset, metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Fudenberg dan Tirole (1995), praktik manajemen laba yang dapat dilakukan oleh manajer yakni mempercepat/memperlabat penjualan, mengubah skedul pengiriman barang, mempercepat/memperlambat pengeluaran untuk riset serta pemeliharaan. Sementara Lo (2007) mengelompokkan manajemen laba dalam dua katagori yakni real earning management seperti tindakan untuk mempengaruhi arus kas, dan accrual management melalui perubahan dalam estimasi dan kebijakan akuntansi. Dampak dari kedua tindakan manajemen laba tersebut menimbulkan biaya yang berbeda, dimana tindakan real earning management akan memakan lebih banyak biaya bagi perusahaan (Roychowdhury, 2006). Banyak hal yang dapat menjadi faktor dalam melakukan manajemen laba, diantaranya adalah adanya peluang untuk mengambil keuntungan pribadi, adanya pelaporan laporan keuangan yang tidak sebenarnya karena manajer ingin menunjukkan kinerja yang baik kepada pemilik sehingga manajer dapat memanipulasi hasil laporan keuangan dan adanya hubungan yang asimetri antara pemilik dan pengelola perusahaan artinya pemilik hanya menginginkan mendapatkan deviden yang besar dari penanam modalnya sementara manajer menginginkan kinerja yang baik agar manajer mendapatkan sesuatu yang lebih misalnya bonus atas kinerja yang baik yang telah dilakukannya.

4 Good Corporate Governance Good Corporate Governance, sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders (Tjager et al., 2003). Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. Pengertian Good Corporate Governance menurut FCGI (2001) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Good Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsipprinsip antara lain fairness, transparency, accountability dan responsibility, yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan (direksi dan komisaris), kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban masingmasing pihak (Putri W, 2006). Banyak pendapat mengenai definisi Good Corporate Governance, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem tata kelola perusahaan yang mengatur hubungan antara pihak manajemen, dewan komisaris, pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar berjalan dengan baik dan efektif. Prinsip-prinsip GCG menyangkut lima bidang utama: hak-hak para pemegang saham dan perlindungannya; peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya; pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi; tanggung jawab dewan (Dewan Komisaris maupun Direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara ringkas prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai: perlakuan yang setara (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), dan independensi (Tjager et al., 2003). Beberapa mekanisme GCG meliputi ukuran dewan komisaris, keberadaan komisaris independen, keberadaaan komite audit dan Top share. Selanjutnya dibawah ini akan dibahas secara ringkas mengenai mekanisme GCG tersebut. Ukuran Dewan Komisaris Suatu mekanisme mengawasi, memberikan saran, dan petunjuk mengenai aktifitas manajemen yang dilakukan oleh Dewan Direksi. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh puhak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribisi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Proporsi Komisaris Independen Anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen dan juga untuk menjaga fairness atau keadilan serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas bahkan kepentingan stakeholders lainnya (Alijoyo dan Zaini, 2004).

5 Keberadaan Komite Audit Memberikan pengawasan secara menyeluruh tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen. Komite Audit harus terdiri dari individu-indidvidu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang diajukan oleh Komite Audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta obyektif dalam menangani suatu permasalahan. Keberadaan Top Share Individu, keluarga, atau institusi yang memiliki kontrol terhadap sebuah perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung pada tingkat pisah batas hak kontrol tertentu. Pemegang saham pengendali disebut juga sebagai pemilik ultimat terbesar. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan, ada pemegang saham besar yang mengendalikan perusahaan yang dinamai pemegang saham pengendali. Pengembangan Hipotesis Menurut Ujiyantho dan Pramuka (2007), Yusriati, Yuli, dan Eliada (2010) Serta Yayuk (2011) mengemukakan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi efektivitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen. Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: Ho 1 = Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Ha 1 = Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba Menurut Herni dan Susanto (2008), Etty (2008) serta Nasution dan Setiawan (2007) membuktikan bahwa proporsi Komisaris Independen dapat mengurangi praktik manajemen laba. Sedangkan menurut Yusriati, Yuli, dan Eliada (2010), Putri (2010) serta Welvin dan Arleen (2010) bahwa proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa proporsi Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: Ho 2 = Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Ha 2 = Proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba Menurut Herni dan Susanto (2008) menganalisis hubungan komisaris independen, dan komite audit. Dari penelitian tersebut dilaporkan bahwa kehadiran komite audit dan komisaris independen mampu mempengaruhi secara negatif praktik manajemen laba di perusahaan. Hal ini menandakan bahwa mekanisme Good Corporate Governance penting untuk menjamin terlaksananya praktik perusahaan yang adil (fair) dan transparan. Sedangkan menurut Etty (2008) meneliti pengaruh penerapan Corporate Governance terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba. Hasil dari penelitian ini adalah kesimpulan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Begitu pula

6 menurut Putri (2010) bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa keberadaan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: Ho 3 = Keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Ha 3 = Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba Penelitian yang dilakukan Murhadi (2009) membuktikan bahwa adanya pemegang saham mayoritas adanya pemegang saham pengendali yang berbentuk institusi mendorong pengawasan menjadi lebih profesional sehingga berdampak pada penurunan praktik manajemen laba. Sedangkan Putri (2010) keberadaan top share pada perusahaan sampel tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada atau tidaknya pemegang saham pengendali dalam suatu perusahaan belum tentu dapat meningkatkan manajemen laba. Berdasarkan hasil beberapa peneliti tersebut menunjukkan bahwa keberadaan Top Share tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut: Ho 4 = Keberadaan Top Share tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Ha 4 = Keberadaan Top Share berpengaruh terhadap manajemen laba Praktik earning management memungkinan terjadi di Indonesia mengingat kepemilikan perusahaan di Indonesia cenderung dimiliki oleh sekelompok tertentu yang merupakan satu keluarga dan bertindak sebagai controllling shareholder. Pihak controlling shareholder dapat menggunakan pengaruhnya kepada pihak manajemen untuk melakukan praktik earnings management. Apabila di dalam perusahaan tidak terdapat controlling shareholder, maka praktik earnings management dapat dilakukan oleh pihak manajemen yang dapat mengakibatkan kerugian pada pemegang saham (Murhadi, 2009). Dari uraian tersebut, maka dikembangkan hipotesis mayor sebagai berikut: Ho 5 = Penerapan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Ha 5 = Penerapan Good Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen laba METODE PENELITIAN Pemilihan Sampel Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti dan real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode tahun Perusahaan properti dan real estate dipilih sebagai objek penelitian didasarkan pada metode nonprobability sampling tepatnya metode purposive sampling. Selain itu juga perusahaan properti dan real estate termasuk perusahaan yang aktif transaksi di bursa sehingga akan banyak analis yang melakukan pembahasan Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut : (1) Perusahaan yang tergabung dalam sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009 sampai periode tahun (2) Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode tahun 2009 dan periode tahun 2010 yang dinyatakan dalam (Rp). (3) Perusahaan sampel yang memiliki data lengkap mengenai komisaris independen, dewan komisaris, komite audit dan Top share serta data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba.

7 Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance yang dalam hal ini dapat dijelaskan melalui proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan keberadaan top share. a. Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel. b. Proporsi Komisaris Independen Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan jumlah total anggota komisaris independen dibagi dengan jumlah total anggota dewan komisaris. Menurut FCGI yaitu jumlah komisaris independen paling kurang 30% dari jumlah total dewan komisaris. c. Keberadaan Komite Audit Variabel komite audit merupakan variabel dummy dengan kriteria jika perusahaan sampel memiliki komite audit maka diberi nilai 1, jika perusahaan sampel tidak memiliki komite audit maka akan diberi nilai 0. d. Keberadaan Top Share Variabel Top Share menunjukkan ada tidaknya pemegang saham pengendali (Controlling shareholder) yang sama atau melebihi 50% dari total saham, dengan menggunakan dummy 1 bila terdapat pemegang saham pengendali dan 0 bila tidak terdapat pemegang saham pengendali. 2. Variabel Dependen Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al,. 1995), model tersebut dituliskan sebagai berikut : TA it = N it CFO it Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least Square (OLS) sebagai berikut : TA it /A it -1 = β1 (1 / A it -1) + β2(δrev t / A it -1) + β3 (PPE t /A it -1) + e Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus : NDAit = β1 (1 / A it -1) + β2(δrev t / A it -1 - ΔRec t / A it -1 ) + β3 (PPE t /A it -1) Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut : DAit = TA it /A it -1 NDAit Keterangan : DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke-t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke-t TA it = Total akrual perusahaan i pada periode ke-t N it = Laba bersih perusahaan I pada periode ke-t CFO it = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan I pada periode ke-t A it -1 = Total aktiva perusahaan I pada periode ke t-1 ΔRev t = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke-t PPE t = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke-t ΔRec t = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke-t β1-β3 = Koefisien variabel

8 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diperoleh jumlah sampel sebanyak 41 perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Seluruh data yang tersebut kemudian diambil sesuai kriteria yang telah dipilh berdasarkan metode purposive sampling sehingga data yang terkumpul sebanyak 30 perusahaan. Dari hasil pengolahan data langkah selanjutnya akan dilakukan uji parsial dan uji simultan untuk mengetahui apakah terjadi praktik manajemen laba diketemukan hasil sebagai berikut : Model Unstandardized Coefficients Tabel 1 Hasil Uji Parsial (Uji-t) Coefficients a Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) DK KI KA TS a. Dependent Variable: EM Berdasarkan tabel diatas diketahu hasil uji parsial (uji-t) pada pengujian hipotesis yang pertama yaitu H O1 diterima berarti ukuran dewan komisaris pada perusahaan properti dan real estate tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Hal ini terlihat pada hasil uji parsial (uji-t) yang memiliki nilai signifikansi (p) > signifikan (α) Hasil penelitian ini dapat diterima karena banyak atau sedikitnya dewan komisaris bukanlah faktor utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen laba yang dilakukan didalam perusahaan. Masih banyak faktor lagi yang dapat mempengaruhi efektifitas pengawasan terhadap manajemen laba yang dilakukan didalam perusahaan. Akan tetapi efektivitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yusriati, Yuli, dan Eliada 2010) dan (Yayuk, 2011) Hasil uji parsial pada pengujian hipotesis yang kedua yaitu H O2 diterima, artinya proporsi komisaris independen pada perusahaan properti dan real estate tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Hal ini terlihat pada hasil uji parsial (uji-t) yang memiliki nilai signifikansi (p) > signifikan (α) 0.05 Hasil penelitian ini dapat diterima karena Bursa Efek Indonesia telah mengatur jumlah keberadaan komisaris independen, namun dalam praktiknya belum ada mekanisme tentang bagaimana pemegang saham memilih komisaris independen ini, sehingga walaupun dewan komisaris ini telah ada namun tidak diketahui bagaimana penunjukkannya. Kondisi yang demikian masih memperluas kesempatan bagi beberapa pihak untuk melakukan praktik KKN, salah satunya dengan penunjukkan anggota komisaris independen yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan direksi perusahaan. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak negatif pada aplikasi Corporate Governance dan merendahkan kualitas informasi yang diberikan perusahaan karena banyaknya kesempatan untuk memanipulasi dan mempermainkan data. t Sig.

9 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2010), (Murhadi, 2009) serta (Welvin dan Arleen, 2010) bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba pada perusahaan. Sedangkan hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nasution dan Siswanto 2007), (Herni dan Susanto 2008), dan (Etty, 2008) bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba pada perusahaan. Hasil uji parsial pada pengujian hipotesis yang ketiga yaitu H O3 diterima berarti keberadaan komite audit pada perusahaan properti dan real estate tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba. Hal ini terlihat pada hasil uji parsial (uji-t) yang memiliki nilai signifikansi (p) > signifikan (α) 0.05 Hasil penelitian ini dapat diterima mengingat lemahnya praktik Corporate Governance di Indonesia. Sama halnya dengan komisaris independen, proses penunjukkan anggota komite audit masih belum jelas dan terbuka, sehingga keindependensiannya masih patut diragukan. Pemilihan anggota yang masih memiliki hubungan kekerabatan marak terjadi. Integritas komite audit sendiri masih harus dipertanyakan. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak negatif pada aplikasi Corporate Governance dan merendahkan kualitas informasi yang diberikan perusahaan karena banyaknya kesempatan untuk memanipulasi dan mempermainkan data. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh( Etty 2008), (Murhadi 2009), (Welvin dan Arleen 2010) dan (Putri, 2010) bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba pada perusahaan. Sedangkan hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Herni dan Susanto 2008) bahwa keberadaan komite audit berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba pada perusahaan. Hasil uji parsial pada pengujian hipotesis yang keempat yaitu H O4 diterima berarti keberadaan top share pada perusahaan properti dan real estate tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini terlihat pada hasil uji parsial (uji-t) yang memiliki nilai signifikansi (p) > signifikan (α) Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada atau tidaknya pemegang saham pengendali dalam suatu perusahaan belum tentu dapat meningkatkan manajemen laba. Namun hasil penelitian ini dapat diterima mengingat bahwa dalam penelitian ini yang menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan sampel adalah institusi sebesar 35%. Hal ini dikarenakan adanya tidak adanya pemegang saham pengendali yang berbentuk institusi menjadikan pengawasan kurang profesional sehingga berdampak terjadinya praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2010) bahwa keberadaan top share tidak berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba pada perusahaan. Sedangkan hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Murhadi 2009) bahwa keberadaan top share berpengaruh untuk mengurangi manajemen laba pada perusahaan.

10 Tabel 2 Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), TS, KI, KA, DK b. Dependent Variable: EM Berdasarkan tabel diatas diketahui hasil uji F pada penelitian ini yaitu H O diterima atau dapat diartikan bahwa penerapan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini terlihat pada hasil uji simultan (uji F) yang memiliki nilai signifikansi (p) > signifikan (α) Kesimpulannya secara serentak (bersama-sama) variabel independen (ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, keberadaan komite audit dan keberadaan top share) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini berarti bahwa diterapkannya Corporate Governance dalam suatu perusahaan tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut benar-benar sehat atau terbebas dari tindakan manajemen laba. Hal ini disebabkan karena penerapan Corporate Governance merupakan hal yang baru di Indonesia, sehingga penerapannya belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh masingmasing perusahaan. Hal tersebut juga bisa dapat dilihat dari Corporate Governance Perception Index (CGPI) tahun tidak terdapat perusahaan sampel yang masuk dalam 10 besar, artinya bahwa penerapan Corporate Governance belum dapat dilaksanakan secara optimal pada perusahaan sampel, sehingga penerapan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan menurut Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) tahun 2009 hanya terdapat 1 perusahaan sampel yang masuk dalam 20 besar yaitu Bakrieland Development Tbk, perusahaan tersebut terdapat pada posisi 15 dengan skor 76,93% predikat terpercaya. Tahun 2010 hanya terdapat 1 perusahaan sampel yang masuk dalam 20 besar yaitu Bakrieland Development Tbk, perusahaan tersebut terdapat pada posisi 15 dengan skor 76,96% predikat terpercaya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sampel. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari (Putri, 2010) dan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) bahwa Corporate Governance tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Hal ini dikarenakan ukuran dewan komisaris bukanlah faktor utama efektivitas pengawasan yang dapat mempengaruhi manajemen laba. 2 Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Hal ini dikarenakan penerapan Good Corporate Governance yang dilakukan perusahaan-perusahaan sampel hanya sebagai pemenuhan regulasi saja.

11 3 Keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Hal ini dikarenakan proses penunjukkan anggota komite audit masih belum jelas dan terbuka. 4 Keberadaan top share tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Hal ini dikarenakan adanya tidak adanya pemegang saham pengendali yang berbentuk institusi menjadikan pengawasan kurang profesional sehingga berdampak terjadinya praktik manajemen laba. 5 Penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Hal ini disebabkan karena penerapan Corporate Governance belum dapat dilaksanakan secara optimal oleh masing-masing perusahaan. Hal tersebut juga bisa dapat dilihat dari Corporate Governance Perception Index (CGPI) tahun tidak terdapat perusahaan sampel yang masuk dalam 10 besar. DAFTAR PUSTAKA Alijoyo, Antonius. dan Zaini. S Corporate governance suatu pengantar : peranan dewan komisaris dan komite audit dalam pelaksanaan corporate governance. Indeks: Jakarta. Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, (1995), Detecting earnings management, The Accounting Review 70, FCGI Corporate Governance : Tata kelola perusahaan. Edisi ketiga. Jakarta Fudenberg, D. and Tirole, J., A theory of income and dividend smoothing based on incumbency rents, Journal of Political Economy 103, p Healy, Paul M. and J.M. Wahlen A Review Of The Earnings Management Literature And Its Implications For Standard Setting. Accounting Horizons 13, Herni, dan Yulius K. Susanto Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris Pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Vol. 23 No. 3, 2008, hal: Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. hal Lo, K Earnings Management And Earnings Quality, Journal of Accounting and Economics 45. Nasution, dan Setiawan Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Jurnal simposium nasional akuntansi X.

12 Nirmala, Putri Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45). Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Jakarta : Universitas Gunadarma. Putri. W. 2006, Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Jumlah Komisaris Terhadap Kinerja perusahaan. Skripsi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia. Richardson, Vernon J. (1998). Information Asymmetry an Earnings Management: Some Evidence. Working Paper, 30 Maret Roychowdhury, S Earnings Management Through Real Activities Manipulation, Journal ofaccounting and Economics 42. Schipper, K Commentary: Earnings Management. Accounting Horizons (December): Tjager, I.N., et al Corporate Governance. Jakarta : Prenhalindo. Ujiyantho dan Pramuka Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur), Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. Yayuk. D Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Yang Terdaftar Dalam LQ 45. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Jakarta : Universitas Gunadarma Yusriati, N.F., et al Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Timbulnya Earnings Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12, No. 2, Agustus 2010, Hlm Universitas Jendral Soedirman. Welvin. dan Arleen Pengaruh Mekanisme Good Corporate Gorvernance, Independensi Auditor, Kualitas Audit Dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 12, No. 1, April 2010, Hlm STIE Trisakti. Jakarta.

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Serta Peringkat CGPI Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Serta Peringkat CGPI Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Serta Peringkat CGPI Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Lia Agustin Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep pendirian korporasi modern sebagai suatu entitas legal dapat dilihat dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Lukviarman (2016, p.23)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industri yang lain seperti manufaktur, perdagangan, dan sebagainya. Industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan metode dan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan yaitu pihak pemilik dan pengelola, yang berkontribusi dalam modal, keahlian, serta tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era Globalisasi saat ini, negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA

EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA LINDA ASHAR MULYA B12.2013.02424 Akuntansi - S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, URL : http://dinus.ac.id/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsep tentang corporate governance adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, dikatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana

BAB I PENDAHULUAN. kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka, pemilihan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Good Corporate Governance Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi)

BAB I PENDAHULUAN. sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemisahan antara pemilik dengan pengelola perusahaan menjadi salah satu sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi) yang berdampak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik menyiapkan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian

Lebih terperinci

PENGARUH DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, DEWAN DIREKSI DAN PEMEGANG SAHAM TERHADAP RETURN ON INVESTMENT

PENGARUH DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN, DEWAN DIREKSI DAN PEMEGANG SAHAM TERHADAP RETURN ON INVESTMENT PENGARUH DEWAN KOMISARIS, DEWAN DIREKSI DAN PEMEGANG SAHAM TERHADAP RETURN ON INVESTMENT (ROI) DAN EARNING PER SHARE (EPS) PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR YANG TERDAFTAR DI BEI Meliati email: melilie112.meli@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dampak krisis ekonomi global yang terus berkelanjutan berdampak pada kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai berimbas pada Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN. yang terdapat dalam delapan jenis industri yang berbeda-beda. Kedelapan jenis industri

BAB IV HASIL PENGUJIAN. yang terdapat dalam delapan jenis industri yang berbeda-beda. Kedelapan jenis industri BAB IV HASIL PENGUJIAN IV.1. Penjelasan Deskriptif Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah 100 perusahaan berkapitalisasi terbesar di BEI yang terdapat dalam delapan jenis industri yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA DI INDUSTRI PERBANKAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI Hasan Abdur Rohman Lutfi Iwan Fakhruddin Universitas Muhammadiyah Purwokerto abdurrohmanlutfihasan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Izzati Amperaningrum 1 Intan Komala Sari 2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Abstrak

Izzati Amperaningrum 1 Intan Komala Sari 2. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Abstrak PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA). Izzati Amperaningrum 1 Intan Komala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai pengujian pengaruh komponen corporate governance terhadap earning management. Berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penilitian yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia, Bursa Efek Australia dan Bursa Efek Singapura

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. dalam penelitian ini adalah good corporate governance yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. dalam penelitian ini adalah good corporate governance yang terdiri dari BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi dan kinerja suatu perusahaan bagi pihak eksternal. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba

ABSTRAK. Kata kunci: kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, manajemen laba ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh corporate governance (kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris, kepemilikan manajerial), ukuran perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi yang sering digunakan dan diakses oleh pihak eksternal perusahaan dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara-negara didunia pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dituntut untuk menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang berbasis prinsip tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak adanya gerakan reformasi tahun 1998, muncul banyak tekanan dari publik yang menghendaki agar Pemerintah maupun swasta dapat menghapuskan praktek-praktek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Jansen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perusahaan memiliki kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajemen laba terjadi karena ada campur tangan manajemen di dalam proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan. Menurut Penman dan Cohen (2003) dalam Wibowo (2009) diungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bisnis properti memberikan peluang besar yang menguntungkan bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan), merupakan industri yang cukup berbeda dengan industri lainnya. Dari segi aktivitas, perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Agency Theory Agency theory menjelaskan permasalahan yang mungkin timbul ketika kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak

Lebih terperinci

PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2013 Nama : Nuryana NPM : 25210226 Jurusan : Akuntansi Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar di BEI

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar di BEI Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Food and Beverages Yang Terdaftar di BEI Abstraksi Dwi Fajar Wati Dr. Lana Sularto, SE.,MMSI Agensi teori mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan tersebut secara maksimal. Nilai perusahaan dicerminkan dari harga saham

Lebih terperinci

Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin Saraswati, Ak.,CPMA.,CSRS.,CA.

Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin Saraswati, Ak.,CPMA.,CSRS.,CA. PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAN DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011) Oleh: Doan Tegar Prastyawan, Dr. Erwin

Lebih terperinci

Tri Yuono Saputra / Pembimbing: Dr. Masodah, SE., MMSI.,

Tri Yuono Saputra / Pembimbing: Dr. Masodah, SE., MMSI., PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) Tri Yuono Saputra / 2282 Pembimbing: Dr. Masodah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang merupakan sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik pihak eksternal (pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya adalah memperoleh laba. Dalam mencapai tujuan ini, perusahaan harus memiliki

Lebih terperinci

A. Jenis, Lokasi dan Waktu penelitian

A. Jenis, Lokasi dan Waktu penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Jenis penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal, karena tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bersangkutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bersangkutan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan ringkasan suatu proses pencatatan transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama satu periode pembukuan perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan Tugas S2 matrikulasi: Ekonomi Bisnis & Financial Dosen: Dr. Prihantoro, SE., MM Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi bagi pihak eksternal yang dapat membantu dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah laporan keuangan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena krisis finansial Asia 1997-1998. Krisis finansial yang melanda Indonesia ini dipandang sebagai akibat lemahnya praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru berkembang di Indonesia. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para penjual dan pembeli dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Belum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Agency Theory merupakan suatu perspektif yang sering digunakan dalam memahami hubungan tata kelola dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Sektor perbankan dipilih

Lebih terperinci

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress) ILHAM PANDIKA Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur kepemilikan dan good corporate governance terhadap earnings management yang dikutip dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori agensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Terjadinya manajemen laba merupakan salah satu masalah keagenan yang terjadi karena adanya pemisahan antara pemegang saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal perusahaan. 1 Laporan keuangan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal perusahaan. 1 Laporan keuangan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sumber informasi atas kondisi keuangan suatu perusahaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak, baik internal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor merupakan pihak yang menanamkan uangnya dalam bentuk modal pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas investasi yang dilakukannya

Lebih terperinci

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Ira Ayu Novieyanti ira.novieyanti@gmail.com Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dibatasi pada pengaruh tax avoidance, corporate governance yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dibatasi pada pengaruh tax avoidance, corporate governance yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pengaruh tax avoidance, corporate governance

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memperoleh bukti empiris atas pengaruh variabel independen yang terdiri dari corporate governance, independensi auditor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah memperlihatkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang ditandai dengan masuknya dana-dana asing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud transparasi dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Dalam penelitian ini, manajemen laba diukur dengan pendekatan akrual dan diproksikan dengan absolute discretionary accruals menggunakan Modified Jones Model.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan prinsip pengelolaan perusahaan yang bertujuan untuk mendorong kinerja perusahaan serta memberikan penilaian ekonomis bagi pemegang saham.good

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan menggambarkan informasi mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan juga berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disusun berdasarkan sumber-sumber informasi dalam perusahaan, salah satu informasi tersebut digunakan sebagai acuan mengenai laba perusahaan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012-2015.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ketika Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi, wacana dan tuntutan terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin meningkat.

Lebih terperinci