Telah menyepakati sebagai berikut: Bagian I Kewajiban-kewajiban dan Hak-hak Negara yang Dilindungi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Telah menyepakati sebagai berikut: Bagian I Kewajiban-kewajiban dan Hak-hak Negara yang Dilindungi"

Transkripsi

1 1 Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia ditandatangani di San Jose pada 22 November 1969 mulai berlaku pada 18 Juli Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia Diadopsi oleh Konferensi Khusus Inter Amerika tentang Hak Asasi Manusia, San Jose, Costa Rica, 22 November Berlaku pada 18 Juli 1978 Mukadimah Para Negara Amerika penandatangan Konvensi ini, Menguatkan kembali tujuan untuk mengonsolidasikan, dalam bagian dunia ini, dalam kerangka kerja lembaga-lembaga demokrasi, suatu sistem kemerdekaan pribadi dan keadilan sosial yang didasarkan pada penghormatan bagi hak-hak manusia yang fundamental; Mengakui, bahwa semua hak manusia yang fundamental tidak berasal dari kondisi seseorang menjadi warga negara suatu negara tertentu, dan bahwa oleh karenanya dibenarkan adanya perlindungan internasional dalam bentuk suatu Konvensi yang memperkuat atau melengkapi perlindungan yang diberikan oleh hukum domestik Negara-negara Amerika; Menimbang bahwa asas-asas ini telah dinyatakan dalam Piagam Organisasi Negaranegara Amerika dalam Deklarasi Amerika tentang Hak dan Tanggung-jawab Manusia, dan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan bahwa asasasas tersebut telah diperkuat kembali dan dirinci dalam instrumen-instrumen internasional yang lain, dalam cakupan seluruh dunia maupun regional; Menyatakan kembali bahwa, sesuai dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,idaman tentang manusia yang bebas yang menikmati kebebasan dari ketakutan dan kekurangan dapat dicapai hanya apabila syarat-syarat yang diciptakan yang dengannya setiap orang bisa memperoleh baik hak-hak ekonomi, sosial dan budaya maupun hak-hak sipil dan politiknya; dan Menimbang bahwa Konferensi Istimewa Inter-Amerika ketiga (Buenos Aires, 1967) menyetujui penggabungan ke dalam Piagam Organisasi itu sendiri standarstandar yang lebih luas mengenai hakhak ekonomi, sosial dan pendidikan dan memutuskan bahwa suatu Konvensi Inter-Amerika tentang hak-hak asasi manusia harus menetapkan struktur, kewenangan dan prosedur semua organ yang bertanggung jawab atas masalah-masalah ini, Telah menyepakati sebagai berikut: Bagian I Kewajiban-kewajiban dan Hak-hak Negara yang Dilindungi Bab 1. Kewajiban-kewajiban Umum Kewajiban menghormati hak-hak Pasal 1 1. Para Negara Pihak Konvensi ini berusaha menghormati semua hak dan kebebasan yang diakui di dalamnya dan menjamin semua orang dengan tunduk pada kekuasaan pengadilan mereka pelaksanaan yang bebas dan sepenuhnya dari semua hak dan kebebasan tersebut, tanpa diskriminasi apapun karena alasan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik, atau pendapat yang lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, status ekonomi, kelahiran, atau keadaan sosial lain apapun. 2. Untuk tujuan-tujuan Konvensi ini, kata "orang" berarti setiap umat manusia. Akibat-akibat hukum domestik

2 2 Pasal 2 Apabila pelaksanaan dari setiap di antara hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang ditunjuk dalam Pasal 1, belum dijamin oleh ketentuan-ketentuan legislatif atau ketentuan-ketentuan yang lain, para Negara Pihak, sesuai dengan proses-proses Konstitusi mereka dan ketentuan-ketentuan Konvensi ini, berusaha mengambil tindakan-tindakan perundang-undangan atau lainnya seperti yang mungkin diperlukan untuk memenuhi semua hak dan kebebasan tersebut Bab 2. Hak-hak Sipil dan Politik Hak atas identitas diri yuridis Pasal 3 Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi di hadapan hukum. Hak Untuk hidup Pasal 4 1. Setiap orang mempunyai hak untuk dihormati kehidupannya. Hak ini dilindungi oleh undangundang, dan pada umumnya, dari saat pembuahan. Tidak seorang pun dapat dirampas kehidupannya dengan sewenang-wenang. 2. Di negara-negara yang belum menghapuskan hukuman mati, hukuman ini hanya dapat dikenakan untuk kejahatan-kejahatan yang paling berat dan sesuai dengan putusan terakhir yang disampaikan oleh pengadilan yang berwenang dan berdasarkan undang-undang yang menentukan hukuman tersebut, yang diberlakukan sebelum dilakukannya kejahatan tersebut. Penerapannya tidak boleh diperluas pada kejahatan-kejahatan yang terhadapnya hukuman itu sekarang ini tidak berlaku. 3. Hukuman mati tidak akan diberlakukan lagi di negara-negara yang telah menghapuskannya. 4. Dalam perkara apapun hukuman mati harus tidak boleh dikenakan untuk pelanggaran-pelanggaran politik atau kejahatan-kejahatan biasa yang terkait. 5. Hukuman mati tidak boleh dikenakan pada orang yang, pada waktu kejahatan dilakukan di bawah umur delapan belas tahun atau di atas tujuh puluh tahun; dan juga tidak boleh diberlakukan terhadap perempuan yang sedang hamil. 6. Setiap orang yang dihukum mati mempunyai hak untuk memohon amnesti, pengampunan atau peringanan hukuman, yang mungkin diberikan dalam semua perkara. Hukuman mati tidak boleh dikenakan selama petisi semacam itu sedang menunggu putusan oleh penguasa yang berwenang. Bebas dari penyiksaan Pasal 5 1. Setiap orang berhak untuk dihormati integritas fisik, mental dan moralnya. 2. Tidak seorang pun boleh dikenakan penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi atau hukuman yang menghinakan. Semua orang yang dirampas kebebasannya harus diperlakukan secara manusiawi dan dengan menghormati harkat yang melekat pada insan manusia. 3. Hukuman tidak boleh dikenakan pada orang lain manapun selain pelaku kejahatan. 4. Orang-orang yang tertuduh harus, kecuali bila dalam keadaan yang sangat khusus, dibedakan dari orang-orang yang terhukum, dan harus diberikan perlakuan yang layak bagi statusnya sebagai orang yang tidak terhukum. 5. Para tertuduh yang belum dewasa harus dipisahkan dari para tertuduh yang dewasa dan secepat mungkin diajukan ke depan pengadilan khusus. 6. Hukuman yang terdiri dari perampasan kebebasan harus mempunyai sebagai tujuan utamanya ialah perbaikan dari mereka dan rehabilitasi sosial. Bebas dari perbudakan Pasal 6 1. Tidak seorang pun boleh dijadikan sasaran perbudakan atau perhambaan paksa yang dilarang dalam semua bentuknya, seperti halnya perdagangan budak dan perdagangan perempuan. 2. Tidak seorang pun boleh dihapuskan melakukan kerja paksa atau wajib kerja.

3 3 Ketentuan ini tidak boleh ditafsirkan berarti bahwa, di Negara-negara yang di dalamnya hukuman yang dikenakan untuk kejahatan-kejahatan tertentu adalah perampasan kebebasan dengan kerja paksa, pelaksanaan hukuman semacam itu yang dikenakan oleh suatu pengadilan yang berwenang adalah dilarang. Kerja paksa tidak harus berakibat merugikan martabat atau kemampuan fisik atau intelektual para narapidana. 3. Untuk tujuan-tujuan Pasal ini berikut ini tidak merupakan kerja paksa atau wajib kerja: (a) Segala pekerjaan atau pelayanan lain dari yang dimaksud ayat (2), sebagaimana dikenakan pada seorang tahanan sebagai akibat dari perintah yang sah oleh pengadilan, atau pada seorang pada waktu pembebasan bersyarat dari tahanan. Pekerjaan atau pelayanan tersebut harus dilaksanakan di bawah bimbingan dan pengawasan penguasa publik, dan orang manapun yang melakukan pekerjaan atau pelayanan tersebut tidak boleh ditempatkan pada pengaturan pihak swasta, perusahaan atau badan hukum manapun; (b) Segala jasa kemiliteran dan di negara-negara yang mengakui hak tolak berdasarkan keyakinan segala jasa nasional yang dikenakan dengan undang-undang; (c) Segala jasa yang dituntut dalam keadaan darurat atau malapetaka yang mengancam kehidupan atau kesejahteraan masyarakat; (d) Segala pekerjaan atau jasa yang merupakan bagian dari kewajiban kewajiban sipil penduduk yang lazim. Hak atas kebebasan individu Pasal 7 1. Setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan pribadi. 2. Tidak seorang pun yang boleh dikenakan penahanan atau penawanan secara gegabah Tiada seorang pun yang boleh dirampas kebebasannya kecuali dengan alasan serta menurut prosedur sebagaimana ditetapkan dengan undangundang. 3. Tidak seorang pun boleh dijadikan sasaran penangkapan atau pemenjaraan sewenangwenang.setiap orang yang di t ahan harus diberitahukan mengenai alasannya pada saat penahanannya itu, dan harus secepat mungkin diberitahukan mengenai segala tuduhan terhadapnya. 4. Setiap orang yang ditahan atau ditawan atas tuduhan kejahatan, harus secepat mungkin dihadapkan di muka hakim atau pejabat lain yang diberi wewenang menurut hukum untuk menjalankan kekuasaan peradilan, dan berhak atas pemeriksaan dalam jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan tanpa memengamhi kelangsungan persidangan-persidangan. Adalah tidak boleh menurut aturan umum untuk tetap menahan seseorang sambil menunggu pemeriksaan perkara, tetapi ia dapat dibebaskan atas jaminan untuk menghadap guna diperiksa. 5. Setiap orang yang dirampas kebebasannya dengan penahanan untuk mengadakan tuntutan di hadapan pengadilan, agar pengadilan itu segera memutuskan tentang keabsahan penahanannya, dan memerintahkan pembebasannya bilamana penahanan tersebut tidak sah. Di setiap Negara Pihak yang undang-undangnya menetapkan bahwa setiap orang yang telah menjadi korban penahanan atau penawanan yang tidak sah, berhak atas jalan lain ke suatu pengadilan yang berwenang agar pengadilan dapat memutuskan mengenai keabsahan ancaman penahanan, jalan untuk mendapatkan ganti rugi ini tidak akan dibatasi atau dihapuskan. Peserta yang berkepentingan atau orang lainnya atas namanya berhak mencari cara-cara guna mendapatkan ganti rugi ini. 6. Tidak seorang pun boleh dipenjarakan karena utang. Prinsip ini tidak boleh membatasi perintahperintah suatu penguasa pengadilan yang berwenang yang dikeluarkan karena tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban penunjang. Hak atas pemeriksaan pengadilan yang adil Pasal 8 1. Setiap orang harus berhak atas pemeriksaan dengan jaminan semestinya dan dalam jangka waktu yang wajar, oleh suatu pengadilan yang berwenang, mandiri dan tidak memihak, yang didirikan sebelumnya dengan undangundang, dalam pembenaran tuduhan apapun yang bersifat pidana, yang dibuat terhadapnya atau untuk penentuan semua hak atau kewajibannya yang bersifat sipil, perbumhan, fiskal atau sifat lain apapun.

4 4 2. Setiap orang yang dituduh dengan suatu kejahatan yang berat berhak untuk dianggap tidak bersalah, sepanjang kesalahannya belum terbukti menumt hukum. Selama persidangan-persidangan setiap orang berhak, dengan persamaan sepenuhnya akan berhak atas paling sedikit jaminan-jaminan tersebut di bawah ini: (a) hak tertuduh untuk mendapatkan bantuan cuma-cuma dari seorang penerjemah bilamana ia mengerti atau tidak dapat berbicara dalam bahasa yang digunakan di pengadilan; (b) pemberitahuan terlebih dahulu secara terperinci kepada tertuduh mengenai sifat dan alasan mengapa diajukan tuduhan terhadapnya; (c) diberi cukup waktu dan kemudian guna mempersiapkan pembelaannya dan menghubungi pembela yang dipilihnya sendiri; (d) hak tertuduh untuk membela diri oleh dirinya sendiri atau dibantu oleh penasihat hukum pilihannya sendiri, dan berhubungan secara bebas dan pribadi dengan penasihatnya;(e) hak yang tidak dapat dirampas untuk dibantu oleh penasihat yang disediakan oleh Negara, yang dibayar atau tidak, seperti yang ditetapkan oleh hukum domestik kalau tertuduh tidak membela dirinya sendiri, atau menggunakan penasihatnya sendiri dalam jangka waktu yang ditentukan oleh undang-undang; (f) hak atas pembelaan untuk memeriksa para saksi yang hadir di pengadilan dan untuk memperoleh kehadiran, seperti para saksi, pakar atau orang lain yang mungkin memperjelas fakta-fakta; (g) hak untuk tidak dipaksa menjadi seorang saksi yang memberatkan dirinya sendiri atau mengaku bersalah; dan (h) hak menaik-bandingkan keputusan kepada suatu pengadilan yang lebih tinggi. 3. Suatu pengakuan bersalah oleh tertuduh akan dianggap sah hanya kalau dilakukan tanpa paksaan macam apapun. 4. Seorang tertuduh yang dibebaskan dengan keputusan yang final, tidak dapat diadili oleh pengadilan yang baru karena sebab yang sama. 5. Prosedur pidana harus terbuka, kecuali sejauh yang mungkin diperlukan untuk melindungi kepentingan-kepentingan peradilan. Bebas dari undang-undang ex post facto Pasal 9 Tidak seorang pun boleh dihukum karena perbuatan apapun atau karena tidak melakukan perbuatan apapun yang tidak merupakan suatu pelanggaran pidana, menurut hukum yang berlaku, pada waktu pelanggaran itu dilakukan. Suatu hukuman yang lebih berat tidak boleh dikenakan melebihi dari hukuman yang berlaku pada waktu pelanggaran pidana dilakukan. Kalau sesudah dilakukannya pelanggaran, undang-undang menetapkan pengenaan untuk suatu hukuman yang lebih ringan, orang bersalah harus memperoleh kemanfaatan dari itu. Hak atas kompensasi Pasal 10 Setiap orang berhak untuk memperoleh kompensasi sesuai dengan undang-undang dalam peristiwa dia telah dihukum dengan suatu putusan melalui suatu kegagalan peradilan. Hak atas privasi/kekuasaan pribadi Pasal Setiap orang berhak untuk dihargai kehormatannya dan diakui martabatnya. 2. Tidak seorang pun boleh dijadikan sasaran campur tangan yang sewenangwenang dan kasar terhadap kehidupan pribadinya, keluarganya, rumah tangganya atau surat-menyuratnya atau sasaran serangan yang tidak sah terhadap kehormatan atau nama baiknya. 3. Setiap orang berhak atas perlindungan hukum terhadap campur tangan atau serangan tersebut.

5 5 Kebebasan hati nurani dan agama Pasal Setiap orang berhak atas kebebasan hati nurani dan agama. Hak ini mencakup hak untuk m empertahankan atau berganti agama atau kepercayaan seseorang, dan kebebasan untuk menyatakan atau menyebarluaskan agama atau kepercayaan seseorang baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama dengan orang lain, di hadapan umum maupun di tempat pribadi. 2. Tidak seorang pun boleh dikenakan pemaksaan yang akan mengurangi kebebasannya untuk menganut atau memasuki suatu agama atau kepercayaan pilihannya sendiri. 3. Kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dikenai pembatasan sebagaimana diatur dengan undang-undang dan perlu untuk melindungi keamanan, ketertiban, kesehatan atau kesusilaan umum, atau hak-hak asasi dan kebebasan orang lain. 4. Orangtua atau pengasuh, bagaimana nanti berhak untuk memberikan pendidikan agama dan budi pekerti kepada anak-anaknya, atau asuhan mereka, sesuai dengan keyakinan mereka sendiri. Kebebasan berpikir dan menyampaikan pendapat Pasal Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir dan menyampaikan pendapat. Hak ini mencakup kebebasan untuk mencari, menerima dan memberikan informasi dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan pembatasan-pembatasan, baik secara lisan, tulisan atau dalam bentuk cetakan, dalam bentuk seni atau media lain menurut pilihannya sendiri. 2. Pelaksanaan hak-hak yang ditetapkan dalam ayat sebelumnya membawa berbagai kewajiban dan tanggung jawabnya sendiri. Maka dari itu dapat dikenakan pembatasan tertentu, tetapi hak demikian hanya boleh ditetapkan dengan undang-undang dan sepanjang keperluan untuk: (a) menghormati hak serta nama baik orang lain; (b) menjaga keamanan nasional, ketertiban umum, atau kesehatan atau kesusilaan umum. 3. Hak untuk menyampaikan pendapat tidak dibatasi dengan metode-metode atau sarana- sarana tidak langsung seperti penyalahgunaan pengawasan pemerintah atau swasta atas berita-berita cetak, frekuensi siaran radio, atau peralatan atau perlengkapan yang digunakan dalam penyebarluasan informasi, atau dengan sarana-sarana lain apapun yang bermaksud menghalangi amanat/surat pengaduan dan penyebarluasan pemikiran- pemikiran dan pendapat-pendapat. 4. Meskipun ada ketentuan-ketentuan ayat 2 di atas, hiburan umum dengan undangundang boleh dipersyaratkan pada penyensoran terlebih dahulu, sematamata untuk tujuan pengaturan mengenai akses ke hiburan umum, untuk perlindungan moral kanak-kanak dan remaja. 5. Segala propaganda perang dan anjuran kebencian nasional, rasial atau agama yang merupakan hasutan untuk diskriminasi permusuhan atau kekerasan harus dilarang dengan undang-undang. Hak untuk menjawab Pasal Setiap orang yang dirugikan dengan pernyataan-pernyataan yang tidak tepat atau yang bersifat menyerang, atau dengan pemikiran-pemikiran yang disebarluaskan kepada khalayak ramai pada umumnya dengan suatu media komunikasi yang diatur secara legal berhak untuk menjawab atau membuat suatu koreksi dengan menggunakan saluran keluar amanat/surat pengaduan yang sama, menurut syarat-syarat seperti yang mungkin ditetapkan oleh undangundang. 2. Koreksi atau jawaban bagaimanapun juga harus tidak mengurangi tanggung jawab hukum yang lain yang mungkin telah diadakan. 3. Untuk melindungi kehormatan dan nama baik yang efektif, setiap penerbitan dan setiap perusahaan surat kabar, gambar hidup, radio dan televisi harus mempunyai orang yang bertanggung jawab, yang tidak dilindungi oleh kekebalan-kekebalan atau hak-hak istimewa khusus. Hak untuk berkumpul Pasal 15

6 6 Hak untuk berkumpul secara damai tanpa senjata, adalah diakui. Tidak satu pun pembatasan boleh ditempatkan pada pelaksanaan hak ini selain pembatasan yang dikenakan sesuai dengan undangundang dan diperlukan dalam suatu masyarakat demokrasi demi kepentingan keamanan nasional atau keselamatan umum atau ketertiban umum, atau untuk melindungi kesehatan atau kesusilaan umum atau segala hak dan kebebasan orang lain Kebebasan untuk berhimpun Pasal Setiap orang berhak untuk berhimpun dengan bebas untuk tujuan-tujuan ideologi, agama, politik, ekonomi, buruh, sosial, budaya, olahraga atau lainnya. 2. Pelaksanaan hak ini hanya tunduk pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dengan undangundang seperti yang mungkin diperlukan dalam suatu masyarakat demokrasi, demi kepentingankepentingan keamanan nasional, atau ketertiban, umum, atau untuk melindungi kesehatan masyarakat atau segala hak dan kebebasan orang lain. 3. Ketentuan-ketentuan Pasal ini tidak boleh menghalangi pengenaan pembatasan- pembatasan hukum, termasuk bahkan pencabutan pelaksanaan hak untuk berhimpun, pada para anggota angkatan bersenjata dan kepolisian. Hak-hak keluarga Pasal Keluarga merupakan sendi dasar masyarakat yang alami dan berhak atas perlindungan dari masyarakat dan Negara. 2. Hak laki-laki dan perempuan yang cukup umur untuk menikah dan membentuk keluarga harus diakui, kalau mereka memenuhi persyaratan-persyaratan yang diharuskan oleh undang-undang domestik, sejauh persyaratan-persyaratan tersebut tidak merusak prinsip non-diskriminasi yang ditetapkan dalam Konvensi ini. 3. Perkawinan tidak boleh dilangsungkan tanpa persetujuan yang ikhlas dari kedua calon pengantin sebagaimana dinyatakan secara bebas oleh mereka. 4. Para Negara Pihak akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjamin persamaan hak dan tanggung jawab para calon pengantin mengenai perkawinan, selama perkawinan, dan pada saat perceraiannya. Dalam hal perceraian, harus ditetapkan perlindungan yang diperlukan untuk anak-anak yang ada. 5. Undang-undang harus mengakui hak-hak yang sama untuk anak-anak yang dilahi rkan di luar ikatan perkawinan dan yang dilahirkan dalam ikatan perkawinan. Hak atas suatu nama Pasal 18 Setiap orang berhak atas suatu nama yang telah diberikan dan berhak atas nama keluarga orangtuanya atau salah satu darinya. Undang-undang harus mengatur cara-cara yang di dalamnya hak ini harus dijamin untuk semua orang, dengan penggunaan nama alias apabila perlu. Hak-hak anak Pasal 19 Setiap anak harus berhak atas segala tindakan perlindungan yang diperlukan bagi statusnya sebagai anak di bawah umur, dari pihak keluarganya, masyarakat dan Negara. Hak atas kewarganegaraan Pasal Setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan. 2. Setiap orang berhak atas kewarganegaraan dari Negara di wilayah tempat dia dilahirkan kalau dia tidak berhak atas kewarganegaraan lain manapun. 3. Tidak seorang pun boleh dengan sewenang-wenang dicabut kewarganegaraannya atau haknya untuk mengganti kewarganegaraannya.

7 7 Hak atas harta kekayaan Pasal Setiap orang berhak atas penggunaan dan penikmatan harta kekayaannya. Undang- undang boleh meletakkan penggunaan dan penikmatan tersebut di bawah kepentingan masyarakat. 2. Tidak seorang pun boleh dicabut harta kekayaannya kecuali atas dasar pembayaran kompensasi yang adil, karena alasan-alasan penggunaan umum atau kepentingan sosial dan dalam kasus-kasus dan sesuai dengan bentuk-bentuk yang ditetapkan oleh undang-undang. 3. Riba dan bentuk lain apapun dari eksploitasi manusia oleh manusia harus dilarang oleh hukum. Kebebasan bergerak dari bertempat tinggal Pasal Setiap orang yang secara sah berada di wilayah suatu Negara Pihak berhak untuk bergerak dan bertempat tinggal di wilayah itu dengan tunduk pada ketentuanketentuan undang-undang. 2. Setiap orang berhak untuk dengan bebas meninggalkan suatu negara, termasuk negaranya sendiri. 3. Pelaksanaan hak-hak yang disebut terlebih dahulu boleh dibatasi hanya menurut suatu undangundang, sampai sejauh sangat diperlukan dalam suatu masyarakat demokrasi agar dapat mencegah kejahatan atau melindungi keamanan nasional, keselamatan umum, kesehatan atau semua hak atau kebebasan orang lain. 4. Pelaksanaan hak-hak yang diakui dalam ayat 1 boleh juga dibatasi dengan undang-undang dalam zona-zona yang telah ditunjuk karena alasan kepentingan umum. 5. Tidak seorangpun dapat dikeluarkan dari wilayah suatu Negara di mana dia menjadi warga negara atau dicabut haknya untuk memasuki Negara tersebut. 6. Seorang asing yang secara sah berada di wilayah suatu Negara Pihak Konvensi ini boleh dikeluarkan dari Negara tersebut hanya berdasarkan keputusan yang dicapai sesuai dengan undangundang. 7. Setiap orang berhak untuk mencari dan diberi suaka di suatu wilayah asing, sesuai dengan undangundang Negara tersebut dan konvensi-konvensi internasional, dalam peristiwa sedang dikejar-kejar karena kejahatan politik atau kejahatan biasa yang berkaitan. 8. Bagaimana pun juga seorang asing tidak boleh dideportasi atau dikembalikan ke suatu Negara, tanpa memperhatikan apakah negara itu negara asalnya atau bukan negara asalnya, kalau di negara tersebut hak untuk hidup atau kebebasan pribadinya dikhawatirkan akan dilanggar, karena rasnya, kewarganegaraannya, agamanya, status sosialnya, atau pendapat politiknya. 9. Pengusiran kolektif orang-orang asing harus dilarang. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan Pasal Setiap warga negara berhak memperoleh hak-hak dan kesempatan-kesempatan berikut: (a) turut serta dalam pelaksanaan urusan-urusan pemerintahan, secara langsung atau melalui perwakilan yang dipilih secara bebas; (b) memberikan suara dan dipilih pada pemilihan periodik yang murni, yang harus dengan hak pilih universal dan sama dan dengan suara rahasia yang menjamin pernyataan kemauan yang bebas dari para pemberi suara; dan (c) mempunyai akses, menurut persyaratan-persyaratan persamaan umum, ke pelayanan umum negaranya; 2. Undang-undang boleh mengatur pelaksanaan semua hak dan kesempatan yang ditunjuk dalam ayat sebelumnya, secara eksklusif atas dasar umur, kewarganegaraan, tempat tinggal, bahasa, pendidikan, kemampuan sipil dan kemampuan mental dan penghukuman oleh seorang hakim yang berwenang dalam persidangan-persidangan pidana.

8 8 Hak atas perlindungan yang sama Pasal 24 Semua orang adalah sama di depan hukum. Karenanya, mereka diberi hak, tanpa diskriminasi, untuk mendapat perlindungan hukum yang sama. Hak atas perlindungan pengadilan Pasal 25 I. Setiap orang berhak atas jalan lain yang sederhana dan segera, atau jalan lain apapun yang efektif, ke suatu pengadilan tribunal yang berwenang, untuk perlindungan terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar hak-hak dasarnya yang diakui oleh Konstitusi atau undang-undang suatu Negara atau Konvensi ini, meskipun pelanggaran tersebut mungkin telah dilakukan oleh orang-orang yang sedang melaksanakan tugas resmi mereka. 2. Para Negara Pihak berusaha: (a) menjamin bahwa siapapun yang menuntut cara untuk memperoleh ganti rugi tersebut haknya ke sana ditentukan oleh penguasa yang berwenang yang disediakan oleh sistem-sistem hukum Negara itu; (b) mengembangkan kemungkinan cara untuk memperoleh ganti rugi melalui pengadilan; dan (c) menjamin bahwa para penguasa yang berwenang akan menyediakan gantirugi. Bab 3. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Pembangunan Yang Progresif Pasal 26 Para Negara Pihak berusaha mengambil tindakan-tindakan kedua-duanya secara internal dan melalui kerja sama internasional, terutama yang bersifat ekonomi dan teknis, dengan tujuan untuk rnencapai secara progresif dengan perundang-undangan atau sarana-sarana yang tepat lainnya, realisasi sepenuhnya hak-hak yang terrnasuk dalarn standar-standar ekonorni, sosial; pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya yang dinyatakan dalam Piagam Organisasi Negara-negara Amerika seperti yang diamandemen oleh Protokol Buenos Aires. Bab 4. Penundaan Jaminan, Penafsiran dan Penerapan Penundaan Jaminan Pasal 27 l. Di waktu perang, malapetaka, atau keadaan darurat lain yang mengancam kemerdekaan atau keamanan, suatu Negara Pihak, boleh mengambil tindakantindakan yang melanggar kewajibankewajibannya menurut Konvensi ini sampai sejauh untuk jangka waktu yang sepenuhnya diperlukan asalkan tindakantindakan tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang Jain menurut hukum internasional, dan tidak melibatkan diskriminasi atas alasan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal usul sosial. 2. Ketentuan yang terdahulu tidak mengizinkan penundaan apapun pasal-pasal berikut: Pasal 3 (Hak atas pribadi yuridis); Pasal 4 (Hak untuk hidup); Pasal 5 (Hak atas perlakuan yang rnanusiawi); Pasal 6 (Bebas dari perbudakan); Pasal 9 (Bebas dari undang-undang "ex post facto" ); Pasal 12(Kebebasan hati nurani dan agama); Pasal 17 (Hak-hak keluarga); Pasal 18 (Hak atas suatu nama), Pasal 19 (Hakhak anak); Pasal 20 (Hak atas kewarganegaraan); dan Pasal 25 (Hak untuk turut serta dalam pemerintahan), atau jaminan-jaminan utama dari pengadilan untuk perlindungan hak-hak tersebut. 3. Setiap Negara Pihak yang memanfaatkan kesempatan pada hak atas penundaan harus segera rnemberi tahu kepada Negara Pihak lainnya, melalui Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Amerika, mengenai ketentuan-ketentuan yang penerapannya telah ditunda, alasan-alasan yang menyebabkan penundaan dan tanggal yang ditetapkan untuk penentuan penundaan tersebut. Klausul Federal

9 9 Pasal 28 Apabila suatu Negara Pihak rnerupakan Negara Federal, pemerintah nasional Negara Pihak tersebut harus menerapkan sernua ketentuan Konvensi atas masalah pokoknya, yang terhadapnya dia melaksanakan yurisdiksi legislatif dan yurisdiksi pengadilan. Mengenai semua ketentuan atas masalah pokoknya yang terhadapnya, kesatuankesatuan pokok negara federal rnemiliki yurisdiksi, pemerintahan nasional harus segera mengambil tindakantindakan yang tepat, sesuai dengan Konstitusi dan undang-undangnya, ke tujuan bahwa penguasa kesatuan-kesatuan pokok yang berwenang boleh memakai ketentuan- ketentuan yang tepat untuk pemenuhan Konvensi ini. Kapan pun dua Negara Pihak atau lebih menyetujui untuk membentuk suatu federasi atau macam asosiasi yang lain, mereka harus memperhatikan bahwa negara federal atau persetujuan lain yang dihasilkan berisi ketentuan-ketentuan yang diperlukan untuk melestarikan dan memberlakukan standar-standar Konvensi ini pada para Negara baru yang diorganisir. Pembatasan-pembatasan mengenai penafsiran Pasal 29 Tidak satu pun ketentuan Konvensi ini boleh ditafsirkan sebagai: (a) memperkenankan setiap Negara Pihak, kelompok atau orang untuk membatasi penikmatan atau pemenuhan semua hak dan kebebasan yang diakui dalam Konvensi ini atau membatasinya di luar ketentuan yang dimuat dalam konvensi; (b) membatasi penikamatan atau pemenuhan semua hak atau kebebasan yang diakui berdasarkan undang-undang setiap Negara Pihak atau Konvensi lainnya yang telah diterima Negara Pihak; (c) menghalangi semua hak dan jaminan lain yang melekat pada insan manusia atau yang berasal dari perwakilan demokrasi sebagai satu bentuk pemerintahan; atau (d) meniadakan atau membatasi pengaruh yang mungkin dimiliki oleh Deklarasi Amerika tentang Hak-hak dan Tanggung jawab Manusia dan undang-undang internasional lain yang mempunyai sifat yang sama. Cakupan Pembatasan Pasal 30 Semua pembatasan yang menurut Konvensi ini boleh ditempatkan pada perolehan atau pelaksanaan semua hak atau kebebasan yang diakui di dalamnya, tidak boleh diterapkan kecuali sesuai dengan undang-undang yang diberlakukan demi alasan kepentingan umum dan untuk tujuan yang terhadapnya pembatasan-pembatasan ditetapkan. Pengakuan hak-hak yang lain Pasal 31 Semua hak dan kebebasan lainnya yang diakui berdasarkan prosedur-prosedur yang ditetapkan dalam Pasal 76 dan Pasal 77 boleh dimasukkan ke dalam sistem perlindungan Konvensi ini. Bab 5. Pertanggungjawaban Pribadi Hubungan antara kewajiban dan hak Pasal Setiap orang mempunyai tanggung jawab atas keluarganya, masyarakatnya, dan umat manusia. 2. Hak-hak setiap orang dibatasi oleh hak-hak orang lain, keamanan semua orang, dan permintaanpermintaan kesejahteraan umum yang adil dalam suatu masya rakat demokrasi. Bagian II Sarana-sarana Perlindungan Bab 6. Organ-organ yang Berwenang Pasal 33

10 10 Organ-organ berikut berwenang memeriksa masalah-masalah mengenai pemenuhan semua janji yang dibuat oleh Negara Pihak Konvensi ini: (a) Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika, yang selanjutnya disebut sebagai "Komisi"; dan (b) Pengadilan Hak Asasi Manusia, yang selanjutnya disebut sebagai "Pengadilan". Bab 7. Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika Seksi 1. Organisasi Pasal 34 Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika terdiri dari tujuh anggota, yang harus merupakan orangorang bermoral tinggi dan diakui cakap di bidang hak-hak asasi manusia. Pasal 35 Komisi harus mewakili semua negara anggota Organisasi Negara-negara Amerika. Pasal Para anggota Komisi harus dipilih dalam suatu kemampuan pribadi oleh Majelis Umum Organisasi dari daftar nama calon-calon anggota yang diusulkan oleh pemerintah para Negara anggota. 2. Masing-masing Pemerintah tersebut boleh mengusulkan sampai tiga orang calon anggota, yang mungkin adalah warga negara dari Negara yang mengusulkan mereka atau warga negara dari para Negara anggota Organisasi Negaranegara Amerika yang lainnya. Apabila daftar nama tiga orang calon anggota diusulkan, paling sedikit satu orang di antara para calon, harus merupakan seorang warga negara dari suatu Negara selain Negara yang mengusulkan daftar nama tersebut. Pasal Para anggota Komisi akan dipilih untuk masa jabatan empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya sekali, tetapi masa jabatan tiga orang dari para anggota yang dipilih pada pemilihan pertama akan habis pada akhir dua tahun. Dengan segera sesudah pemilihan tersebut Majelis Umum akan menentukan nama dari ketiga orang anggota tersebut dengan undian. 2. Tidak boleh dua orang warga negara dari Negara yang sama menjadi anggota Komisi. Pasal 38 Lowongan jabatan yang mungkin terjadi pada Komisi karena alasan-alasan selain habisnya suatu masa jabatan yang biasa harus diisi oleh Dewan Permanen Organisasi sesuai dengan ketentuanketentuan Statuta Komisi. Pasal 39 Komisi akan mempersiapkan Statutanya, yang disampaikan kepada Majelis Umum untuk memperoleh persetujuan dan akan menetapkan pengaturan-pengaturannya sendiri. Pasal 40 Pelayanan Sekretariat untuk Komisi akan diberikan oleh kesatuan khusus yang tepat dari Sekretariat Jenderal Organisasi. Kesatuan ini akan dilengkapi dengan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai perwujudan dari tugas-tugas yang diwajibkan kepadanya oleh Komisi. Seksi 2. Fungsi Pasal 41 Fungsi-fungsi utama Komisi adalah meningkatkan penghormatan dan pembelaan terhadap hak-hak asasi manusia. Dalam melaksanakan mandatnya, Komisi akan memiliki fungsi- fungsi dan kekuasaankekuasaan berikut: (a) mengembangkan suatu kesadaran hak-hak asasi manusia di antara rakyat Amerika;

11 11 (b) membuat rekomendasi kepada pemerintah para Negara anggota, apabila Komisi menganggap tepat pengembalian tindakan-tindakan progresif yang menguntungkan hak- hak asasi manusia dalam kerangka kerja hukum domestik dan peraturan konstitusi mereka, dan juga; tindakan-tindakan yang tepat untuk memajukan penaatan terhadap hak-hak tersebut; (c) mempersiapkan semua studi atau laporan seperti yang Komisi pertimbangkan layak dalam pelaksanaan semua kewajibannya; (d) meminta pemerintah para Negara anggota untuk memasoknya dengan informasi mengenai tindakan-tindakan yang diambil untuk menangani masalahmasalah hak-hak asasi manusia; (e) menanggapi, melalui Sekretariat Jenderal Organisasi Negara-negara Amerika, pertanyaanpertanyaan yang disampaikan oleh para Negara anggota mengenai masalah- masalah yang berkaitan dengan hak-hak asasi manusia dan, dalam batas-batas kemungkinannya memberikan kepada para Negara tersebut jasajasa penasihat yang mereka minta; (f) mengambil tindakan mengenai petisi-petisi dan amanat/surat pengaduan lainnya menurut kekuasaannya, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 44 sampai dengan Pasal 51 Konvensi ini; dan (g) menyampaikan laporan tahunan kepada Majelis Umum Organisasi Negaranegara Amerika. Pasal 42 Para Negara Pihak akan menyampaikan kepada Komisi satu salinan dari masingmasing laporan dan studi yang disampaikan per tahun kepada Komite Eksekutif Dewan Ekonomi dan Sosial Inter- Amerika, dan Dewan lnter-amerika untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya, di bidang masing-masing, sehingga Komisi dapat mengamati peningkatan hak-hak yang implisit dalam standarstandar ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya yang dinyatakan dalam Piagam Organisasi Negara-negara Amerika seperti yang diamandemen oleh Protokol Buenos Aires. Pasal 43 Para Negara Pihak berusaha memberikan kepada Komisi informasi tersebut mengenai cara yang hukum domestik mereka menjamin penerapan yang efektif setiap ketentuan dari Konvensi ini. Seksi 3. Kewenangan Pasal 44 Setiap orang atau kelompok, atau kesatuan non-pemerintah yang secara sah diakui pada satu atau lebih negara anggota Organisasi, dapat mengajukan petisi kepada Komisi yang berisi pengaduan atau keluhan mengenai pelanggaran terhadap konvensi ini oleh suatu Negara Pihak. Pasal Setiap Negara Pihak, bilamana menyimpan surat pengesahan atau penyertaannya pada Konvensi ini, atau kapan pun di waktu kemudian, dapat menyatakan bahwa negara yang bersangkutan mengakui kewenangan Komisi untuk menerima, dan memeriksa amanat/surat pengaduan yang di dalamnya suatu Negara Pihak menyatakan bahwa Negara Pihak lainnya telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia, yang dinyatakan dalam Konvensi ini. 2. Amanat/surat pengaduan yang disampaikan berdasarkan Pasal ini dapat diterima dan diperiksa hanya kalau disampaikan oleh suatu Negara Pihak yang telah membuat pernyataan yang mengakui kewenangan Komisi yang telah disebutkan sebelumnya. Komisi tidak dapat menerima amanat/surat pengaduan apapun terhadap suatu Negara Pihak yang belum membuat pernyataan semacam itu 3. Suatu pernyataan mengenai pengakuan kewenangan dapat dibuat berlaku untuk periode tidak tertentu, suatu periode tertentu atau untuk suatu kasus tertentu. 4. Pernyataan-pernyataan tersebut harus disampaikan pada Sekretaris Jenderal Organisasi Negaranegara Amerika, yang akan menyampaikan salinansalinannya kepada para Negara anggota Organisasi tersebut. Pasal 46

12 12 1. Penerimaan oleh Komisi atas suatu petisi atau amanat/surat pengaduan yang diajukan menumt Pasal 44 dan Pasal 45 harus tunduk pada persyaratanpersyaratan berikut: (a) bahwa cara untuk memperoleh ganti mgi dari hukum domestik sudah diupayakan dan digunakan secara maksimal, sesuai dengan asas-asas hukum internasional yang diakui secara umum; (b) bahwa petisi diajukan dalam periode enam bulan dari tanggal pada waktu Negara Pihak yang menyatakan pelanggaran atas hak-haknya diberitahukan mengenai putusan terakhir; (c) bahwa subyek petisi atau amanat/surat pengaduan termaksud tidak sedang menunggu pemeriksaan oleh prosedur internasional lainnya untuk penyelesaian; dan (d) bahwa, dalam hal Pasal 44, petisi itu berisi nama, kewarganegaraan, pekerjaan, domisili dan tanda tangan orang atau orang-orang atau perwakilan hukum dari kesatuan yang mengajukan petisi. 2. Ketentuan-ketentuan ayat I (a) dan I (b) Pasal ini tidak berlaku apabila: (a) perundang-undangan domestik negara yang bersangkutan tidak memberikan proses hukum yang semestinya untuk perlindungan hak atau hak-hak yang telah nyata-nyata dilanggar; (b) negara pihak yang menyatakan pelanggaran terhadap haknya telah diingkari aksesnya untuk upaya memperoleh ganti rugi dari yurisdiksi domestik atau telah dicegah agar tidak menggunakannya secara maksimum; atau (c) telah ada penundaan yang tidak beralasan dalam memberikan 'putusan akhir berdasarkan cara untuk memperoleh ganti rugi yang telah disebutkan di atas. Pasal 47 Komisi akan menganggap tidak dapat diterima, petisi atau amanat/surat pengaduan yang disampaikan berdasarkan Pasal 44 atau Pasal 45 kalau: (a) di antara persyaratan-persyaratan yang ditunjuk dalam Pasal 46 belum dipenuhi; (b) petisi atau amanat/surat pengaduan termaksud tidak menyebutkan faktafakta yang cenderung menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak yang dijamin oleh Konvensi ini; (c) pernyataan-pernyataan dari yang mengajukan petisi atau Negara yang bersangkutan menunjukkan bahwa petisi atau amanat/surat pengaduan termaksud nyata-nyata tidak beralasan atau jelas tidak memenuhi syarat; atau (d) petisi atau amanat/surat pengaduan termaksud secara substansial sama seperti yang dikaji sebelumnya oleh Komisi atau organisasi internasional lainnya. Seksi 4. Prosedur Pasal Apabila Komisi menerima suatu petisi atau amanat/surat pengaduan yang menyatakan pelanggaran terhadap salah satu di antara hak-hak yang dilindungi oleh Konvensi ini, Komisi akan berjalan sebagai berikut: (a) Kalau Komisi menerima suatu petisi atau amanat/surat pengaduan yang dapat diterima, Komisi akan meminta informasi dari pemerintah negara yang telah ditunjuk sebagai penguasa yang bertanggung jawab atas pelanggaran-pelanggaran yang dinyatakan dan akan memberikan kepada pemerintah tersebut suatu transkrip mengenai bagian-bagian petisi atau amanat/surat pengaduan yang berkaitan. Informasi ini akan disampaikan dalam suatu waktu yang wajar untuk diputuskan oleh Komisi sesuai dengan keadaan masing-masing kasus. (b) Sesudah informasi diterima, atau sesudah periode yang ditentukan telah habis dan informasi belum diterima, Komisi akan memastikan apakah alasan-alasan untuk petisi atau amanat/surat pengaduan termaksud masih ada. Kalau alasan-alasan itu tidak ada, maka Komisi harus memerintahkan agar catatan tersebut ditutup. (c) Komisi boleh juga menyatakan petisi atau amanat/surat pengaduan termaksud tidak dapat diterima atau tidak memenuhi syarat atas dasar informasi atau bukti yang diterima kemudian. (d) Kalau catatan belum ditutup, Komisi dengan sepengetahuan para Negara Pihak akan memeriksa masalah yang dinyatakan dalam petisi atau amanat/surat pengaduan termaksud agar dapat memeriksa fakta itu. Kalau perlu dan sepatutnya, Komisi akan melakukan pemeriksaan, yang untuk

13 13 pelaksanaannya yang efektif Komisi harus meminta dan para Negara yang berkepentingan harus memberikan kepada Komisi, semua fasilitas yang diperlukan. (e) Komisi dapat meminta Negara yang bersangkutan untuk memberikan setiap informasi yang berkaitan dan, apabila diminta demikian, akan mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan atau tertulis dari para Negara Pihak yang bersangkutan. (f) Komisi dapat mengadakan pendekatan dengan para Negara Pihak yang bersangkutan dengan tujuan mencapai penyelesaian masalah secara bersahabat atas dasar penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia yang diakui dalam Konvensi ini. 2. Namun demikian, dalam kasus-kasus yang gawat dan darurat, hanya penyampaian suatu petisi atau amanat/surat pengaduan yang memenuhi semua persyaratan penerimaan yang lazim diperlukan bagi Komisi agar dapat melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran yang menurut dugaan telah dilakukan dengan persetujuan sebelumnya dari Negara yang bersangkutan. Pasal 49 Jika suatu penyelesaian bersahabat sudah dicapai sesuai dengan ketentuan ayat l (f)pasal 48, Komisi akan menyusun laporan, yang dikirimkan kepada negara yangmengajukan petisi dan kepada para Negara Pihak Konvensi ini dan kemudian disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Organisasi Negaranegara Amerika untuk diumumkan. Laporan ini berisi ikhtisar singkat mengenai fakta-fakta dan penyelesaian yang dicapai. Kalau ada Negara Pihak meminta penjelasan maka informasi yang paling sepenuhnya mungkin harus diberikan kepadanya. Pasal Jika suatu penyelesaian tidak tercapai, Komisi, dalam batas waktu yang ditentukan oleh Statutanya harus menyusun Iaporan yang menguraikan fakta itu dan menyebutkan kesimpulan-kesimpulannya. Kalau laporan tersebut, dalam keseluruhan atau dalam sebagian, tidak mencerminkan persetujuan aklamasi para anggota Komisi, setiap anggota boleh melampirkan pada laporan itu, suatu pendapat terpisah. Pernyataan-pernyataan dalam bentuk tertulis dan lisan yang dibuat oleh para Negara Pihak sesuai dengan ketentuan ayat l (e) Pasal 48 harus juga dilampirkan. 2. Laporan dikirimkan kepada para Negara yang bersangkutan, yang tidak boleh dengan bebas mengumumkannya. 3. Dalam mengirimkan laporan, Komisi boleh membuat proposal-proposal dan rekomendasirekomendasi seperti yang Komisi pandang tepat. Pasal Jika, dalam periode tiga bulan dari tanggal pengiriman laporan Komisi kepada para Negara yang bersangkutan, masalah itu belum terselesaikan atau belum juga disampaikan oleh Komisi ataupun oleh para Negara yang bersangkutan kepada Pengadilan dan yurisdiksinya diterima, maka Komisi dengan mayoritas absolut para anggotanya dapat menyatakan pendapatnya dan kesimpulannya mengenai masalah yang diajukan untuk dipertimbangkan. 2. Bilamana tepat, Komisi akan membuat rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dan akan menetapkan periode yang selama itu Negara harus mengambil tindakan-tindakan yang merupakan kewajibannya memberikan cara untuk memperoleh ganti rugi atas situasi yang diperiksa. 3. Bilamana periode yang ditetapkan sudah habis, Komisi akan memutuskan dengan suara mayoritas absolut para anggotanya, apakah Negara itu sudah mengambil tindakan-tindakan yang tepat dan mengumumkan laporannya. Bab 8. Pengadilan Inter-Amerika tentang Hak-hak Asasi Manusia Seksi 1. Organisasi Pasal Pengadilan akan terdiri dari tujuh orang hakim, warga negara dari para Negara anggota Organisasi, dipilih dalam suatu kemampuan pribadi di antara para pakar hukum berwibawa dan memiliki moral tertinggi dan diakui cakap di bidang hakhak asasi manusia, yang memiliki kualifikasi-kualifikasi yang

14 14 dipersyaratkan untuk pelaksanaan fungsi-fungsi pengadilan yang tertinggi, sesuai dengan undangundang dari negara di mana mereka menjadi warga negara atau Negara yang mengusulkan mereka sebagai calon. 2. Tidak diperkenankan dua orang hakim adalah warga Negara dari Negara yang sama. Pasal Para hakim Pengadilan akan dipilih dengan suara rahasia, dengan suara mayoritas absolut dari Negara Pihak konvensi dalam Majelis Umum Organisasi, dari suatu panel para calon yang diusulkan oleh para Negara tersebut. 2. Masing-masing Negara Pihak dapat mengusulkan sampai tiga orang calon, warga negara dari Negara yang mengusulkan mereka atau Negara anggota Organisasi Negara-negara Amerika lainnya. Bilamana salah satu daftar nama tiga calon yang diusulkan, paling tidak salah satu orang dari caloncalon itu harus seorang warga negara dari suatu Negara selain Negara yang mengusulkan. Pasal Para hakim Pengadilan akan dipilih untuk masa jabatan enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya sekali. Masa jabatan tiga orang hakim yang dipilih pada pemilihan pertama akan habis pada akhir tiga tahun. Segera sesudah pemilihan, nama-nama tiga orang hakim harus ditentukan dengan undian pada Majelis Umum. 2. Seorang hakim yang dipilih untuk menggantikan seorang hakim yang masa jabatannya beiurn habis akan menyelesaikan masa jabatan hakim yang diganti. 3. Para hakim tetap memegang jabatan itu sampai berakhirnya masa jabatan mereka. Namun demikian, mereka akan meneruskan menangani perkara yang telah mereka periksa dan masih menunggu, maka untuk tujuan itu mereka tidak dapat digantikan oleh para hakim yang baru saja dipilih. Pasal Apabila seorang dari para hakim itu adalah warga negara dari setiap di antara para Negara Pihak suatu perkara yang diajukan ke Pengadilan, dia tetap akan menguasai haknya untuk memeriksa perkara itu. 2. Apabila salah satu dari para hakim yang diminta untuk memeriksa suatu perkara harus seorang warga negara dari salah satu para Negara Pihak pada perkara itu, maka Negara Pihak Jainnya dalam perkara kasus itu dapat menunjuk seorang hakim pilihannya sendiri untuk bekerja pada Pengadilan sebagai hakim Ad Hoc. 3. Apabila di antara para hakim yang diminta untuk memeriksa suatu perkara itu, tidak satu pun dari mereka adalah warga negara dari setiap di antara para Negara Pihak pada perkara, maka masingmasing Negara Pihak dapat menunjuk seorang hakim Ad Hoc. 4. Seorang hakim Ad Hoc harus memiliki kualifikasi-kualifikasi yang ditunjuk pada Pasal Apabila beberapa Negara Pihak Konvensi mempunyai kepentingan yang sama dalam sebuah perkara, mereka akan dianggap sebagai pihak tunggal untuk tujuan-tujuan dari ketentuan-ketentuan di atas. Dalam keadaan ragu-ragu, Pengadilan harus memutuskan. Pasal 56 Lima orang hakim akan merupakan satu kuorum untuk transaksi bisnis oleh Pengadilan. Pasal 57 Komisi harus hadir pada semua perkara yang diajukan ke hadapan Pengadilan. Pasal 58

15 15 1. Pengadilan akan berkedudukan di tempat yang ditentukan oleh para Negara Pihak Konvensi pada Majelis Umum Organisasi; namun demikian, mereka dapat mengadakan persidangan di setiap wilayah Negara anggota Organisasi Negaranegara Amerika bilamana suatu mayoritas Pengadilan menimbang memang amat diperlukan, dan dengan persetujuan terlebih dahulu dari para negara yang bersangkutan. Kedudukan Pengadilan dapat dipindahkan oleh para Negara Pihak Konvensi dalam Majelis Umum, dengan suara dua pertiga. 2. Pengadilan harus menunjuk Sekretarisnya sendiri. 3. Sekretaris akan memiliki kantornya di tempat di mana Pengadilan berkedudukan dan harus menghadiri pertemuan-pertemuan yang mungkin diselenggarakan Pengadilan di luar tempat kedudukan Pengadilan. Pasal 59 Pengadilan harus membentuk sekretariatnya sendiri yang berfu ngsi menumt arahan Sekretaris Pengadilan sesuai dengan standar-standar administratif Sekretariat Jenderal Organisasi, dalam semua masalah yang tidak bertentangan dengan kemandirian Pengadilan. Staf Sekretariat Pengadilan ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal Organisasi dalam konsultasi dengan Sekretaris Pengadilan. Pasal 60 Pengadilan harus menyusun Statutanya dan harus menyampaikannya kepada Majelis Umum untuk memperoleh persetujuan. Pengadilan harus memakai Aturan-aturan Prosedurnya sendiri. Seksi 2. Yurisdiksi dan Fungsi Pasal Hanya para Negara Pihak dan Komisi yang mempunyai hak untuk mengajukan suatu perkara ke hadapan Pengadilan. 2. Agar supaya Pengadilan dapat memeriksa suatu perkara, adalah perlu bahwa prosedur-prosedur yang dinyatakan dalam Pasal 48 sampai Pasal 50 harus sudah digunakan secara maksimal. Pasal Suatu Negara Pihak, atas dasar penyimpanan surat pengesahan atau penyertaannya pada Konvensi ini, atau pada waktu kapan pun di kemudian hari, dapat menyatakan bahwa negara itu mengakui sebagai mengikat, ipso facto, dan tidak mensyaratkan persetujuan khusus, yurisdiksi Pengadilan pada semua masalah yang berkaitan dengan penafsiran atau penerapan Konvensi ini. 2. Pernyataan tersebut boleh dibuat tanpa syarat, atau atas syarat timbal balik, untuk suatu periode yang ditentukan, atau untuk perkara-perkara khusus. Pernyataan itu harus disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Organisasi, yang harus mengirimkan salinan- salinannya kepada para Negara anggota Organisasi yang lain dan kepada Sekretaris Pengadilan. 3. Yurisdiksi Pengadilan terdiri dari semua hal mengenai penafsiran dan penerapan ketentuanketentuan Konvensi ini yang diajukan kepadanya, dengan syarat bahwa para Negara Pihak yang bersangkutan mengakui atau telah mengakui yurisdiksi tersebut, apakah denga n pernyataan khusus menurut ayat-ayat sebelumnya, atau dengan persetujuan khusus. Pasal Apabila Pengadilan menemukan adanya pelanggaran terhadap hak atau kebebasan yang dilindungi oleh konvensi ini, Pengadilan akan memutuskan bahwa Negara Pihak yang dirugikan dijamin perolehan haknya atau kebebasannya yang dilanggar. Pengadilan akan juga memutuskan, apabila tepat, bahwa akibat-akibat dari tindakan atau situasi yang merupakan pelanggaran terhadap hak dan kewajiban tersebut diberi ganti rugi dan bahwa kompensasi yang adil dibayarkan kepada Negara Pihak yang dirugikan. 2. Dalam perkara-perkara yang sangat gawat dan darurat, dan bilamana diperlukan untuk menghindari kerugian yang tidak dapat diganti terhadap orang, Pengadilan harus mengambil tindakan-tindakan sementara seperti yang dianggap berkaitan dengan masalah-masalah yang sedang dipertimbangkan.

16 16 Mengenai suatu perkara yang belum disampaikan kepada Pengadilan, Pengadilan dapat bertindak atas permintaan Komisi. Pasal 64 Para Negara anggota Organisasi dapat berkonsultasi dengan Pengadilan mengenai penafsiran Konvensi ini atau perjanjian internasional lainnya mengenai perlindungan hak-hak asasi manusia di negara-negara Amerika. Dalam ruang lingkup kewenangan mereka, organ- organ yang tercantum pada Bab X, Piagam Organisasi Negara-negara Amerika, seperti yahg diamandemen oleh Protokol Buenos Aires, dalam cara yang serupa dapat berkonsultasi dengan Pengadilan. Pengadilan, atas permintaan Negara anggota Organisasi, dapat memberikan kepada Negara tersebut pendapat-pendapat mengenai kesesuaian dari setiap di antara hukum domestiknya dengan instrumen-instrumen internasional yang disebut di atas. Pasal 65 Kepada tiap-tiap persidangan reguler Majelis Umum Organisasi Negara-negara Amerika, Pengadilan, untuk memperoleh pertimbangan Majelis, akan menyampaikan laporan mengenai pekerjaannya ditahun sebelumnya. Pengadilan harus merinci, terutama, kasus- kasus yang suatu Negara belum menjalankan putusan yang ditetapkan pengadilan dan menyusun rekomendasi-rekomendasi apapun yang relevan. Pasal Alasan-alasan harus diberikan untuk keputusan Pengadilan. 2. Apabila keputusan itu tidak mewakili dalam keseluruhan atau sebagian, maka pendapat aklamasi para hakim, setiap hakim harus berhak mempunyai pendapatnya yang berbeda atau pendapat terpisah dilampirkan pada keputusan itu. Pasal 67 Keputusan Pengadilan adalah final, dan tidak tunduk pada permintaan naik banding. Dalam kasus tidak ada kesepakatan mengenai arti atau cakupan keputusan, Pengadilan harus menafsirkannya atas permintaan dari setiap di antara para Negara Pihak, asalkan permintaan itu dibuat dalam waktu sembilan puluh hari dari tanggal pemberitahuannya. Pasal Para Negara Pihak Konvensi berusaha mematuhi keputusan Pengadilan dalam setiap perkara di mana mereka menjadi Peserta. 2. Bagian dari suatu keputusan tersebut yang menetapkan kerugian-kerugian yang dapat diberikan kompensasi dapat dilaksanakan di negara yang bersangkutan sesuai dengan prosedur domestik yang mengatur pelaksanaan keputusan terhadap Negara. Pasal 69 Para Negara Pihak yang menangani perkara harus diberi tahu mengenai keputusan Pengadilan dan keputusan itu harus disampaikan kepada para Negara Pihak Konvensi. Bab 9. Ketentuan-ketentuan Umum Pasal 70 Para hakim Pengadilan dan para anggota Komisi sejak saat pemilihan mereka dan sepanjang masa jabatan mereka akan menikmati kekebalan-kekebalan yang diberikan kepada perwakilan-perwakilan diplomatik sesuai dengan hukum internasional. Selama pelaksanaan fungsi resmi mereka, sebagai tambahan, mereka akan menikmati hak-hak istimewa diplomatik yang diperlukan untuk pelaksanaan semua kewajiban mereka. Pada waktu kapan pun para hakim Pengadilan atau para anggota Komisi, tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas setiap keputusan atau pendapat yang dikeluarkan dalam pelaksanaan fungsi mereka.

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatanganan Ratifikasi dan Aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatangan, ratifikasi dan aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

Mengakui, bahwa hak-hak ini berasal dari harkat dan martabat yang melekat pada setiap manusia.

Mengakui, bahwa hak-hak ini berasal dari harkat dan martabat yang melekat pada setiap manusia. 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatangan, Ratifikasi dan Aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

Bab 1. Hak-hak Pasal 1 Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan pribadinya.

Bab 1. Hak-hak Pasal 1 Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan pribadinya. 1 Region Amerika Deklarasi Amerika tentang Hak dan Tanggung jawab Manusia (1948) Deklarasi Amerika tentang Hak dan Tanggung jawab Manusia Diadopsi oleh Konferensi Internasional Negara-negara Amerika Ke-9

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RAS

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RAS KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RAS Disetujui dan dibuka bagi penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 2106 A (XX) 21 Desember 1965 Berlaku 4 Januari 1969

Lebih terperinci

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia (Resolusi No. 39/46 disetujui oleh Majelis Umum pada 10 Desember 1984) Majelis

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya, 1982) Berlaku pada 21 Oktober 1986.

Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya, 1982) Berlaku pada 21 Oktober 1986. S.3. Region Afrika S.3.1. Piagam (Banjul) Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Penduduk (1982) Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya,

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental (1958)

Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental (1958) Regional Eropa Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental (1958) Ditandatangani di Roma, 14 November 1950 (ETS No. 005). Berlaku pada 3 September 1958. Para Pemerintah penandatangan,

Lebih terperinci

Mengakui di satu pihak, bahwa hak-hak dasar manusia berasal dari sifat-sifat umat manusia,

Mengakui di satu pihak, bahwa hak-hak dasar manusia berasal dari sifat-sifat umat manusia, Piagam (Banjul) Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Penduduk (1982) Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya, 1982).Berlaku pada 21 Oktober

Lebih terperinci

DOKUMEN S INSTRUMEN REGIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA. Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi dan Kebebasan Fundamental Manusia (1950)

DOKUMEN S INSTRUMEN REGIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA. Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi dan Kebebasan Fundamental Manusia (1950) DOKUMEN S INSTRUMEN REGIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA S.1. Regional Eropa S.1.1. Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi dan Kebebasan Fundamental Manusia (1950) Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumen-instrumen

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 1 K-81 Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI 1 K 87 - Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL 1 KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL Diterima dan terbuka untuk pendatangangan dan pensahan Oleh Resolusi SMU Perserikatan Bangsa Bangsa no. 2106 (XX) 21 Desember 1965

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 81 CONCERNING LABOUR INSPECTION IN INDUSTRY AND COMMERCE (KONVENSI ILO NO. 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional Ifdhal Kasim Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Instrumen yang Diratifikasi

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL Diterima dan terbuka untuk pendatangangan dan pensahan Oleh Resolusi SMU Perserikatan Bangsa Bangsa no. 2106 (XX) 21 Desember 1965 Mulai

Lebih terperinci

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Diambil dan terbuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan diaksesi oleh resolusi Mahkamah Umum 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966, berlaku

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

Undang. Undang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

Undang. Undang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA Republik Indonesia dan Republik Rakyat China (dalam hal ini disebut sebagai "Para

Lebih terperinci

KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia

KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia Disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan persetujuan oleh Resolusi Majelis

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

III. Pengaturan terhadap Aparatur Penegak Hukum dan Pembatasan Penggunaan Kekerasan

III. Pengaturan terhadap Aparatur Penegak Hukum dan Pembatasan Penggunaan Kekerasan DAFTAR ISI I. Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia 1. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 2. Kovenan Internasional Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya 3. Kovenan Internasional

Lebih terperinci

Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat (1987)

Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat (1987) Konvensi Eropa untuk Pencegahan Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat (1987) Negara-negara pilzak penandatangan Dewan Eropa dengan ini, Memperlzatikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Disahkan Melalui Resolusi Majelis Umum PBB 45/158 pada tanggal 18 Desember 1990 Pembukaan Negara-Negara

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN (Convention Against Torture and Other Cruel Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN (Convention Against Torture and Other Cruel Inhuman or Degrading Treatment or Punishment) PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN (Convention Against Torture and Other Cruel Inhuman or Degrading Treatment or Punishment) Pembukaan Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Menegaskan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Statuta Mahkamah Internasional (1945) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasal 1

Statuta Mahkamah Internasional (1945) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasal 1 Statuta Mahkamah Internasional (1945) Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 1 Mahkamah Internasional dibentuk berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa sebagai badan kehakiman peradilan utama dari Perserikatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO. 83 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 87 MENGENAI KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI (Lembaran Negara No. 98 tahun 1998)

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah KONVENSI HAK ANAK Mukadimah Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan atas martabat yang melekat

Lebih terperinci

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL 1 K-144 Konsultasi Tripartit untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar-Standar Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

Konvensi tentang Hak-hak Anak. Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989

Konvensi tentang Hak-hak Anak. Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 Konvensi tentang Hak-hak Anak Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 Mukadimah Negara-negara Pihak pada konvensi ini, Mempertimbangkan bahwa menurut prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Disahkan Melalui Resolusi Majelis Umum PBB 45/158 pada tanggal 18 Desember 1990 Pembukaan Negara-Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae PERSERIKATAN BANGSA-BANGS Administrasi Transisi Perserikatan Bang bangsa di Timor Lorosae UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Natio Unies in au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/3 16 March

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA UNTUK PENAHANAN SEWENANG-WENANG. Lembar Fakta No. 26. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

KELOMPOK KERJA UNTUK PENAHANAN SEWENANG-WENANG. Lembar Fakta No. 26. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia KELOMPOK KERJA UNTUK PENAHANAN SEWENANG-WENANG Lembar Fakta No. 26 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia Tak seorang pun bisa ditangkap, ditahan, dan diasingkan secara sewenang-wenang. Deklarasi Universal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2014 POLHUKAM. Saksi. Korban. Perlindungan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA 1 KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN HAK SEMUA BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA PEMBUKAAN Negara negara peserta pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumeninstrumen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Konvensi tentang Hak-hak Anak Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989

Konvensi tentang Hak-hak Anak Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 Konvensi tentang Hak-hak Anak Disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 Mukadimah Negara-negara Pihak pada konvensi ini, Mempertimbangkan bahwa menurut prinsip-prinsip

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK INDIA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE

Lebih terperinci

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi 1 K 150 - Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi 2 Pengantar Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK 2012, No.149 4 PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1) Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan Ditetapkan dan dibuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan disetujui oleh Resolusi Majelis Umum 34/180 pada 18 Desember 1979

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952 Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952 Komperensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah disidangkan di Jeneva oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011) DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur SUSUNAN BAGIAN Bagian I Pendahuluan 1. Judul singkat

Lebih terperinci