Mengakui di satu pihak, bahwa hak-hak dasar manusia berasal dari sifat-sifat umat manusia,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengakui di satu pihak, bahwa hak-hak dasar manusia berasal dari sifat-sifat umat manusia,"

Transkripsi

1 Piagam (Banjul) Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Penduduk (1982) Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya, 1982).Berlaku pada 21 Oktober Mukadimah Negara-negara Afrika anggota Organisasi Persatuan Afrika, setiap Negara Pihak Konvensi ini yang berjudul Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk, Mengingat keputusan 115 (XVI) Majelis Kepala Negara dan Pemerintahan pada sidangnya yang biasa keenam belas yang diselenggarakan di Monrovia, Liberia, dari tanggal 17 sampai dengan 20 Juli 1979 mengenai persiapan rancangan pendahuluan tentang Piagam Afrika mengenai Hak Asasi Manusia dan Penduduk yang mengatur, antara Iain mengenai pembentukan badan-badan untuk meningkatkan dan melindungi hak asasi manusia dan penduduk ; Mempertimbangkan Piagam Organisasi Persatuan Afrika yang menyatakan bahwa kebebasan, persamaan hak, keadilan dan kehormatan adalah merupakan tujuan- tujuan esensial bagi tercapainya aspirasi yang sah bangsa-bangsa Afrika; Menguatkan kembali janji yang telah mereka buat dengan khidmat dalam pasal 2 Piagam tersebut untuk menghapuskan semua bentuk penjajahan dari Afrika, mengkoordinir dan mengintensifkan kerja sama dan semua usaha mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi bangsa-bangsa Afrika dan meningkatkan dengan semestinya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; Mempertimbangkan, semua kebaikan tradisi historis mereka dan nilai kebudayaan Afrika yang harus menjiwai dan memberikan sifat khusus cerminan mereka tentang konsep hak - hak asasi manusia dan hak-hak penduduk; Mengakui di satu pihak, bahwa hak-hak dasar manusia berasal dari sifat-sifat umat manusia, yang membenarkan perlindungan nasional dan internasional mereka dan pada sisi lain bahwa kenyataan dan penghormatan terhadap hak-hak penduduk perlu menjamin hak-hak asasi manusia; Mempertimbangkan bahwa penikmatan segala hak dan kebebasan secara tidak langsung juga mengandung pelaksanaan tanggung-jawab setiap orang; Meyakini bahwa untuk selanjutnya penting sekali memperhatikan secara khusus pada hak atas pembangunan dan bahwa hak-hak sipil dan politik tidak dapat dipisahkan dari hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dalam konsepsi mereka dan juga keuniversalan dan bahwa kepuasan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya adalah jaminan untuk menikmati hak-hak sipil dan politik; Menyadari kewajiban mereka untuk mencapai kemerdekaan total Afrika, bangsa-bangsa yang masih gigih berjuang untuk kehormatan dan kemerdekaan murni mereka dan berusaha menghapus penjajahan, penjajahan baru, apartheid, zionisme dan untuk membongkar semua basis militer asing yang agresif dan semua bentuk diskriminasi, terutama yang didasarkan atas ras, kelompok etnis, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau pendapat politik; Memperkuat kembali pentaatan mereka pada asas-asas hak-hak asasi manusia dan hak- hak penduduk dan

2 kebebasan manusia yang termuat dalam berbagai deklarasi, konvensi dan instrumen lain yang disetujui oleh Organisasi Persatuan Afrika, Gerakan negara- negara Non-Blok dan Perserikatan Bangsa-Bangsa; Dengan kuat meyakini kewajiban meningkatkan dan melindungi hak- hak asasi dan hak- hak penduduk dan kebebasan manusia dengan memperhitungkan pentingnya secara tradisional terikat pada semua hak dan kebebasan ini di Afrika; Telah menyetujui sebagai berikut: Bagian I Hak dan Kewajiban Bab 1. Hak Asasi Manusia dan Penduduk Pasal 1 Para Negara Anggota Organisasi Persatuan Afrika yang menjadi Peserta Piagam ini harus mengakui hak, kewajiban dan kebebasan yang diabadikan dalam Piagam ini dan harus berusaha mengambil dan memberlakukan tindakan-tindakan legislatif atau lainnya. Pasal 2 Setiap orang berhak untuk menikmati semua hak dan kebebasan yang diakui dan dijamin dalam Piagam ini tanpa pembedaan seperti ras, warna kulit, kelompok etnis, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau lainnya, asal-usul kebangsaan dan sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya. Pasal 3 1. Setiap orang adalah sama di hadapan hukum. 2. Setiap orang berhak atas perlindungan hukum yang sama. Pasal 4 Makhluk manusia adalah tidak dapat diganggu-gugat, Setiap manusia harus berhak atas penghormatan bagi kehidupannya dan integritas pribadinya. Tidak seorang pun boleh dengan sewenang- wenang dipisahkan dari hak ini. Pasal 5 Setiap orang berhak atas penghormatan terhadap martabat yang melekat pada insan manusia dan berhak atas pengakuan terhadap status hukumnya. Semua bentuk eksploitasi dan merendahkan martabat manusia terutama perbudakan, perdagangan budak, penyiksaan dan perlakuan yang kejam, tidak manusiawi atau hukuman yang menghinakan harus dilarang. Pasal 6 Setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan pribadinya. Tidak seorang pun boleh dirampas kebebasannya kecuali karena alasan- alasan dan syarat-syarat yang ditentukansebelumnya dengan undang-undang. Terutama, tidak seorang pun boleh ditangkap atau ditahan secara sewenang-wenang. Pasal 7

3 1. Setiap orang berhak untuk diperiksa perkaranya. Hak ini terdiri dari : a. Hak atas permintaan naik banding kepada organ-organ nasional yang berwenang melawan tindakan-tindakan yang melanggar hak-hak dasarnya seperti yang diakui dan dijamin oleh konvensi-konvensi, undang-undang, peraturan-peraturan dan Hukum kebiasaan yang berlaku; b. Hak untuk dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah oleh suatu Pengadilan atau tribunal (majelis hakim) yang berwenang; c. Hak untuk membela diri, termasuk hak untuk dibela oleh penasihat pilihannya; d. Hak untuk diadili dalam jangka waktu yang wajar, oleh suatu Pengadilan atau tribunal yang tidak memihak. d. Tidak seorang pun boleh dihukum karena suatu perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan pelanggaran yang secara sah dapat dihukum pada waktu perbuatan itu dilakukan. Tidak satu pun hukuman boleh dibebankan untuk pelanggaran yang untuknya tidak satu pun pengaturan telah dibuat pada waktu pelanggaran itu dilakukan. Hukuman adalah bersifat pribadi dan dapat dikenakan hanya pada pelanggar. Pasal 8 Kebebasan hati nurani, profesi dan pengamalan agama yang bebas harus dijamin. Tidak seorang pun, dengan tunduk pada hukum dan tatanan, boleh dipaksa mengikuti tindakan- tindakan yang membatasi pelaksanaan semua kebebasan ini. Pasal 9 1. Setiap orang berhak untuk menerima keterangan. 2. Setiap orang berhak untuk mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapatnya dalam batas- batas hukum. Pasal Setiap orang berhak untuk bebas memasuki suatu asosiasi dengan syarat bahwa dia mematuhi undang-undang. 2. Dengan tunduk pada tanggung-jawab solidaritas yang ditentukan dalam pasal 29 maka tidak seorang pun boleh dipaksa masuk dalam suatu asosiasi. Pasal 11 Setiap orang berhak untuk berkumpul secara bebas dengan orang-orang lain. Pelaksanaan hak ini hanya boleh tunduk pada pembatasan- pembatasan yang perlu yang ditentukan oleh undang-undang terutama pembatasan-pembatasan yang diberlakukan demi kepentingan keamanan nasional, keselamatan-kesehatan, etika dan segala hak dan kebebasan orang lain.

4 Pasal Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan bertempat tinggal dalam perbatasan- perbatasan suatu negara dengan syarat bahwa dia mematuhi undang-undang. 2. Setiap orang berhak untuk meninggalkan negara manapun termasuk negaranya sendiri dan untuk kembali ke negaranya. Hak ini hanya boleh tunduk pada pembatasan- pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang demi perlindungan keamanan nasional, undang-undang dan tatanan, kemaslahatan masyarakat atau moralitas. 3. Setiap orang, ketika dituntut, berhak untuk mencari dan mendapat suaka di negara- negara lain sesuai dengan undang-undang Negara tersebut dan konvensi-konvensi internasional. 4. Seseorang bukan warga negara yang secara sah diperkenankan berada dalam wilayah suatu Negara Pihak Piagam ini, hanya boleh dikeluarkan secara paksa dari Negara Pihak yang bersangkutan berdasarkan keputusan yang diambil sesuai dengan undang undang. 5. Pengusiran secara kolektif terhadap orang-orang bukan warga negara harus dilarang. Pengusiran secara kolektif termaksud adalah pengusiran yang ditujukan pada kelompok- kelompok warga negara, rasial, etnis ataupun agama. Pasal Setiap warga negara berhak untuk secara bebas berpartisipasi dalam pemerintahan negaranya, baik secara Iangsung ataupun melalui perwakilan- perwakilan yang dipilih secara bebas sesuai dengan ketentuan-ketentuan undang- undang. 2. Setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan umum di negaranya sendiri atas dasar persamaan. 3. Setiap orang berhak mendapatkan pengikutsertaan dalam harta kekayaan dan pelayanan umum atas dasar persamaan di hadapan hukum. Pasal 14 Hak atas harta kekayaan harus dijamin. Hak tersebut hanya boleh dilanggar atas dasar kepentingan kebutuhan umum atau atas kepentingan masyarakat dan sesuai dengan ketentuan- ketentuan undang-undang yang tepat. Pasal 15 Setiap orang berhak atas pekerjaan atas dasar syarat-syarat perburuhan yang adil dan memuaskan dan berhak menerima upah yang sama untuk pekerjaan yang sama Pasal Setiap orang berhak untuk menikmati kondisi kesehatan jasmani dan rohani yang paling baik bisa dicapai. 2. Negara Pihak Piagam ini harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk melindungi kesehatan penduduk mereka dan untuk menjamin bahwa mereka menerima perhatian medis apabila sakit. Pasal 17

5 1. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. 2. Setiap individu boleh dengan bebas ambil bagian dalam kehidupan budaya masyarakatnya. 3. Peningkatan dan perlindungan nilai-nilai moral dan tradisional yang diakui oleh masyarakat adalah kewajiban negara. Pasal Keluarga adalah kesatuan pokok dalam masyarakat dan berhak mendapatkan perlndungan dari masyarakat dan negara. 2. Negara wajib membantu keluarga yang merupakan pemelihara nilai-nilai moral dan tradisional yang diakui oleh masyarakat. 3. Negara harus menjamin penghapusan setiap diskriminasi terhadap perempuan dan juga menjamin perlindungan untuk hak-hak perempuan dan anak-anak seperti yang ditentukan dalam deklarasi-deklarasi dan konvensi-konvensi internasional. 4. Orang-orang usia lanjut dan penderita cacat juga berhak mendapatkan perlindungan khusus sepadan dengan kebutuhan- kebutuhan fisik dan moral mereka. Pasal 19 Semua bangsa adalah sama mereka berhak memperoleh penghormatan yang sama dan memiliki hak-hak yang sama. Tidak sesuatu pun boleh membenarkan dominasi atas suatu bangsa oleh bangsa Iain. Pasal Semua penduduk berhak menentukan nasibnya sendiri. Mereka dengan bebas menentukan status politik mereka dan bebas untuk mengejar perkembangan ekonomi dan sosial mereka sendiri 2. Semua yang terjajah atau tertindas mempunyai hak untuk membebaskan diri dari semua ikatan dominasi dengan menggunakan sarana apapun yang diakui oleh masyarakat internasional. 3. Semua penduduk berhak mendapatkan bantuan dari para Negara Pihak Piagam ini dalam perjuangan kemerdekaan mereka melawan dominasi asing, apakah politik, ekonomi atau kebudayaan. Pasal Semua penduduk dapat secara bebas mengatur segala kekayaan dan 2. sumber daya mereka. Hak ini dilaksanakan atas kepentingan eksklusif bangsa. Tidak dapat dibenarkan suatu bangsa merampas upaya penghidupannya sendiri. 3. Dalam hal perampasan, penduduk yang dirampas hak miliknya berhak mendapatkan kembali penikmatan harta kekayaannya secara sah dan juga berhak mendapatkan kompensasi yang memadai. 4. Pengaturan yang bebas rentang kekayaan dan semua sumber daya harus dilaksanakan tanpa mengurangi kewajiban meningkatkan kerja sama ekonomi internasional atas dasar saling menghormati, pertukaran yang adil dan asas-asas hukum internasional. 5. Para Negara Pihak Piagam ini secara sendiri-sendiri maupun kolektif harus melaksanakan hak atas pengaturan yang bebas tentang kekayaan dan semua sumber daya dengan tujuan memperkuat kesatuan dan solidaritas Afrika. 6. Para Negara Pihak Piagam ini harus berusaha menghapus semua bentuk eksploitasi ekonomi negara

6 asing terutama yang dipraktikkan oleh monopoli internasional sehingga mem u ngkinkan penduduk mereka memperoleh kema nfaatan sepenuh nya dari keuntungan-keuntungan yang berasal dari semua sumber daya nasional mereka. Pasal Semua penduduk berhak atas pembangunan ekonomi, sosial dan budaya mereka dengan memperhatikan semestinya kebebasan dan jati dirinya dan dalam penikmatan yang adil atas harta warisan bersama umat manusia. 2. Negara wajib, secara sendiri-sendiri maupun kolektif, untuk menjamin pelaksanaan hak atas pembangunan. Pasal Semua penduduk berhak atas perdamaian dan keamanan nasional dan internasional. Asas-asas solidaritas dan hubungan bersahabat yang secara implisit diperkuat oleh Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa dan diperkuat kembali oleh Piagam Organisasi Persatuan Afrika akan mengatur hubungan antara Negara. 2. Untuk tujuan memperkuat perdamaian, solidaritas dan hubungan bersahabat, para Negara Pihak Piagam ini harus menjamin bahwa: (a) Setiap orang yang memperoleh hak atas suaka menurut pasal 12 Piagam ini tidak boleh terlibat dalam semua kegiatan subversif melawan negara asalnya atau Negara Pihak lainnya dari Piagam ini. (b) Wilayah-wilayah mereka tidak boleh dipergunakan sebagai basis untuk kegiatan subversif atau teroris melawan penduduk Negara Pihak lainnya dari Piagam ini. Pasal 24 Semua penduduk berhak mendapatkan lingkungan umum yang memuaskan dan menguntungkan bagi pembangunan mereka. Pasal 25 Para Negara Pihak Piagam ini diwajibkan meningkatkan dan menjamin metal ui pengajaran, pendid ikan dan penerbitan, penghormatan terhadap segata hak dan kebebasan yang termuat dalam Piagam ini dan diwajibkan memahami segala kebebasan dan hak ini maupun keharusan dan kewajibannya. Pasal 26 Para Negara Pihak Piagam ini wajib menjamin kemandirian Pengadilan dan harus memperkenankan pembentukan dan perbaikan semua lembaga nasional yang tepat yang dipercayakan untuk meningkatkan dan melindungi semua hak dan kebebasan yang dijamin oleh Piagam ini.

7 Bab 2. Tanggung jawab Pasal Setiap orang mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakatnya, negara dan masya rakat lainnya yang diakui secara sah dan masyarakat internasional. 2. Semua hak dan kebebasan setiap orang harus ditaksanakan dengan memperhatikan semesti nya hakhak orang lain, keamanan kotektif, moratitas, dan kepentingan bersama. Pasal 28 Setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menghormati dan memperhatikan sesama manusia ta npa diskrimi nasi, dan memelihara hubungan-hubungan yang ditujukan pada peningkatan, pertindungan dan memperkuat penghormatan timbal bat ik dan kerukunan. Pasal 29 Individu juga mempunyai tanggung jawab: 1. Memelihara pengembangan keluarga yang harmonis dan bekerja untuk keterpaduan dan penghormatan terhadap keluarga, menghormati orangtuanya sepanjang masa, menjaga mereka, dalam hal mereka membutuhkan; 2. Melayani masyarakat nasionalnya dengan menempatkan kemampuan fisik dan intelektualnya pada pelayanannya; 3. Tidak membahayakan keamanan negara tempat dia menjadi warga negara atau bertempat tinggal; 4. Memelihara dan memperkuat solidaritas sosial dan nasional, terutama apabila solidaritas nasionalnya terancam; 5. Memelihara dan memperkuat kemerdekaan nasional dan integritas teritorial negaranya dan memberikan sumbangan pada pertahanannya sesuai dengan undang undang; 6. Bekerja berdasarkan kemampuan dan kecakapannya yang terbaik, dan membayar pajak yang dibebankan oleh undang undang untuk kepentingan masyarakat; 7. Memelihara dan memperkuat nilai nilai budaya Afrika yang positif, dalam hubungan hubungannya dengan para anggota masyarakat yang lain, dalam semangat kerukunan, dialog dan konsultasi, dan secara umum memberikan sumbangan pada peningkatan kesejahteraan moral masyarakat. 8. Memberikan sumbangan pada kemampuannya yang terbaik, sepanjang masa dan pada semua tingkat, untuk peningkatan dan tercapainya kesatuan Afrika. Bagian II Tindakan Perlindungan Bab 1. Pembentukan dan Organisasi Komite Afrika tentang Hak- hak Asasi Manusia dan Hak-hak penduduk Pasal 30 Semua Komite Afrika tentang Hak-hak Asasi Manusia dan Hak- hak penduduk yang selanjutnya disebut Komite, akan dibentuk di dalam Organisasi Persatuan Afrika untuk meningkatkan hak-hak asasi manusia

8 dan hak-hak penduduk, dan untuk menjamin perlindungannya di Afrika. Pasal Komite ini akan terdiri dari sebelas orang anggota yang dipilih dari di antara para tokoh Afrika yang mempunyai reputasi paling tinggi dan terkenal moralitas, integritas, keadilannya dan kemampuan mereka yang tinggi dalam menangani masalah-masalah hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, pertimbangan khusus diberikan pada orang-orang yang memiliki pengalaman hukum. 2. Para anggota Komite akan mengabdi dalam kemampuan pribadi mereka. Pasal 32 Komite tidak boleh memasukkan lebih dari satu warga negara dari negara yang sama. Pasal 33 Para anggota Komite akan dipilih dengan suara rahasia oleh Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan dari suatu daftar nama orang- orang yang dicalonkan oleh para Negara Pihak Piagam ini. Pasal 34 Tiap-tiap Negara Pihak Piagam ini tidak boleh menunjuk lebih dari dua orang calon. Para calon harus mempunyai kewarganegaraan dari salah satu Negara Pihak Piagam ini. Apabila dua orang calon ditunjuk oleh satu Negara, salah satu dari mereka tidak boleh seorang warga negara dari negara tersebut. Pasal35 1. Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika harus meminta para Negara Pihak Piagam ini paling sedikit empat bulan sebelum pemilihan-pemilihan untuk mengajukan para calon; 2. Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika harus menyusun suatu daftar nama orang-orang yang jadi dicalonkan dan menyampaikannya kepada para Kepala Negara dan Pemerintahan paling sedikit satu bulan sebelum pemilihan. Pasal 36 Para anggota Komite harus dipilih selama periode 6 tahun dan harus memenuhi syarat untuk dicalonkan kembali. Tetapi, masa jabatan empat anggota yang terpilih pada pemilihan pertama harus berakhir setelah dua tahun dan masa jabatan tiga anggota yang lain paling sedikit satu bulan sebelum pemilihan. Pasal 37 Segera sesudah pemilihan pertama, Ketua Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan Organisasi Persatuan Afrika akan mengadakan undian untuk memutuskan nama-nama dan anggota Komite yang ditunjuk dalam Pasal 36.

9 Pasal 38 Sesudah pemilihan mereka, para anggota Komite harus membuat pernyataan khidmat untuk melaksanakan semua tanggung jawabnya secara adil. Pasal Dalam hal seorang anggota Komite meninggal atau mengundurkan diri, maka Ketua akan segera memberitahukannya kepada Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika, yang kemudian menyatakan bahwa jabatan itu lowong sejak tanggal kematian atau pengunduran diri termaksud berlaku. 2. Apabila, menurut pendapat suara bulat para anggota Komite yang lain, seorang anggota telah berhenti melaksanakan tanggung jawabnya, karena alasan apapun selain ketidakhadiran sementara, maka Ketua akan memberitahukannya kepada Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika, yang kemudian menyatakan bahwa jabatan anggota tersebut sebagai lowong. 3. Dalam masing-masing hat yang diantisipasi di atas, Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan harus mengganti anggota yang jabatannya lowong untuk periode masa jabatannya yang tersisa kecuali jika periode tersebut kurang dari enam bulan. Pasal 40 Setiap anggota Komite akan memegang jabatannya sampai mereka diganti. Pasal 41 Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika akan segera menunjuk Sekretaris Komite. Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika akan membentuk staf dan menyediakan berbagai kemudahan guna pelaksanaan semua tanggung jawab Komite secara efektif. Organisasi Persatuan Afrika akan menanggung pengeluaran biaya staf dan berbagai kemudahan tersebut. Pasal Komite akan memilih Ketua dan Wakil Ketua untuk masa jabatan dua tahun. Mereka dapat dipilih kembali. 2. Komite akan membuat tata caranya sendiri. 3. Tujuh orang anggota akan membentuk kuorum. 4. Dalam hal terjadi suara sama Ketua harus mempunyai suara penentu. 5. Sekretaris Jenderal dapat menghadiri pertemuan-pertemuan Komite. Sekretaris Jenderal tidak-

10 boleh berpartisipasi dalam perundingan atau juga tidak boleh berhak memberikan suara. Akan tetapi Ketua Komite dapat memintanya untuk berbicara. Pasal 43 Dalam melaksanakan semua tanggung jawabnya, para anggota Komite akan mendapatkan penikmatan segala hak istimewa dan kekebalan diplomatik yang ditetapkan dalam Konvensi Umum tentang Hak-hak Istimewa dan Kekebalan Organisasi Persatuan Afrika. Pasal 44 Ketentuan akan dibuat untuk honorarium dan uang saku para anggota Komite dalam Anggaran Belanja Tetap Organisasi Persatuan Afrika. Bab 2. Mandat Komite Pasal 45 Fungsi-fungsi Komite adalah: 1. Meningkatkan Hak-hak Asasi Manusia dan Hak-hak penduduk dan terutama: (a) Mengumpulkan dokumen-dokumen. Melakukan studi dan penelitian tentang masalah-masalah Afrika di bidang hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, menyelenggarakan seminar, simposium dan konferensi, menyebarluaskan informasi, mendorong berbagai lembaga nasional dan lokal yang memperhatikan hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, dan apabila timbul kasus, memberikan pendapatnya atau menyampaikan rekomendasi kepada Pemerintah. (b) Merumuskan dan menetapkan asas-asas dan peraturan yang ditunjuk untuk menyelesaikan masalah-masalah hukum mengenai hak-hak asasi manusia dan hak- hak penduduk dan kebebasan dasar yang di atasnya para Pemeri ntah Afrika bisa mendasarkan perundang-undangan mereka. (c) Bekerja sama dengan berbagai lembaga Afrika yang lain dan lembaga internasional yang memperhatikan peningkatan dan perlindungan hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk. 2. Menjamin perlindungan hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, menurut syarat-syarat yang ditetapkan oleh Piagam ini. 3. Menafsirkan semua ketentuan Piagam ini atas permintaan suatu Negara Pihak, suatu Lembaga Organisasi Persatuan Afrika atau suatu badan yang diakui oleh Organisasi Persatuan Afrika. 4. Melaksanakan semua tugas lain yang mungkin dipercayakan kepadanya oleh Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan. Bab 3. Tata Cara Komite Pasal 46 Komite dapat menggunakan metode penyelidikan apapun yang tepat; Komite dapat juga mencari keteran-

11 gan dari Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika atau orang lain manapun yang dapat memperjelas penyelidikan. Amanat/surat pengaduan dari para negara Pasal 47 Apabila suatu Negara Pihak Piagam ini mempunyai alasan-alasan yang tepat untuk meyakini bahwa Negara Pihak Piagam yang lainnya telah melanggar ketentuan-ketentuan Piagam, Negara yang bersangkutan dengan amanat/surat pengaduan tertulis, dapat meminta perhatian Negara tersebut mengenai masalah itu. Amanat/ surat pengaduan ini juga harus ditujukan kepada Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika dan Ketua Komite. Dalam waktu tiga bulan dari penerimaan amanat/surat pengaduan termaksud, Negara yang bersangkutan harus memberikan kepada Negara pemohon, penjelasan tertulis atau pernyataan yang menguraikan masalah itu. Penjelasan ini harus memasukkan sebanyak mungkin informasi yang relevan yang berkaitan dengan undang-undang dan tata cara yang diberlakukan dan ganti rugi yang telah diberikan atau rangkaian tindakan yang tersedia. Pasal 48 Apabila dalam waktu tiga bulan dari tanggal diterimanya amanat/surat pengaduan asli oleh Negara yang bersangkutan pokok persoalannya tidak terselesaikan dengan memuaskan kedua Negara yang terlibat melalui negosiasi bilateral atau dengan tata cara damai yang lainnya, maka salah satu dari kedua Negara tersebut berhak untuk menyampaikan masalah termaksud kepada Komite melalui Ketua dan harus memberi tahu Negara lain yang terlibat. Pasal 49 Meskipun ada ketentuan Pasal 47, apabila suatu Negara Pihak Piagam ini menganggap bahwa Negara Pihak yang lainnya telah melanggar ketentuan-ketentuan Piagam, Negara yang bersangkutan dapat mengajukan masalah itu langsung kepada Komite dengan menyampaikan amanat/surat pengaduan kepada Ketua, Sekretaris Jenderal, atau Organisasi Persatuan Afrika dan Negara yang bersangkutan. Pasal 50 Komite hanya dapat menangani suatu masalah yang disampaikan sesudah meyakini bahwa, apabila ada, semua cara lokal untuk memperoleh ganti rugi sudah digunakan secara maksimum kecuali jika jelas bagi Komite bahwa tata cara untuk mencapai cara- cara memperoleh ganti rugi ini akan terlalu diperpanjang. Pasal Komite dapat meminta Negara-negara yang bersangkutan untuk memberikan semua informasi yang relevan kepadanya. 2. Ketika Komite sedang mempertimbangkan masalah itu, Para Negara yang bersangkutan dapat dihadapkan ke depan Komite dan menyampaikan laporan-laporan tertulis atau lisan. Pasal 52 Sesudah memperoleh informasi yang dianggap perlu dari Negara yang bersangkutan dan dari berbagai

12 sumber lain dan sesudah mencoba semua sarana yang tepat untuk mencapai penyelesaian damai d idasarkan pada penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, maka Komite dalam jangka waktu yang wajar dari pemberitahuan yang ditunjuk dalam Pasal 48, harus mempersiapkan laporan yang menguraikan semua fakta dan penemuannya. Laporan ini dikirimkan kepada Negara yang bersangkutan dan disampaikan kepada Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan. Pasal 53 Sementara menyampaikan laporannya, Komite dapat membuat rekomendasi-rekomendasi seperti yang dianggap bermanfaat kepada Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan. Pasal 54 Komite harus menyampaikan kepada tiap-tiap Persidangan Biasa Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan laporan mengenai semua kegiatannya. Amanat/surat pengaduan lainnya Pasal Sebelum tiap-tiap Persidangan, Sekretaris Komite akan membuat daftar amanat/surat pengaduan selain dari amanat/surat pengaduan Negara Pihak Piagam ini, dan menyampaikannya kepada para anggota Komite, yang akan menunjukkan amanat/surat pengaduan mana yang harus dipertimbangkan oleh Komite. 2. Suatu amanat/surat pengaduan akan dipertimbangkan oleh Komite kalau mayoritas sederhana para anggotanya memutuskan demikian. Amanat/surat pengaduan mengenai hak-hak asasi manusia dan hak- hak penduduk, yang ditunjuk dalam Pasal 55 yang diterima oleh Komite, akan dipertimbangkan apabila amanat/ surat pengaduan termaksud: 1. menunjuk para penulis mereka sekalipun yang belakangan meminta keadaan tanpa nama, 2. sesuai dengan Piagam Organisasi Persatuan Afrika atau Piagam ini, 3. tidak ditulis dalam bahasa yang merendahkan atau menghina Negara yang bersangkutan dan lembaga-lembaganya atau kepada Organisasi Persatuan Afrika, 4. tidak secara eksklusif didasarkan pada berita-berita yang disebarluaskan melalui media massa, 5. dikirimkan sesudah menggunakan secara maksimum semua cara untuk ganti rugi lokal, kalaupun ada, kecuali jika jelas bahwa prosedur ini terlalu diperpanjang, 6. disampaikan dalam jangka waktu yang. wajar dari saat cara untuk memperoleh ganti rugi lokal digunakan secara maksimum atau sejak Komite menangani masalah itu, dan 7. tidak menangani perkara-perkara yang telah diselesaikan oleh para Negara yang terlibat ini sesuai dengan asas-asas Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau Piagam Organisasi Persatuan Afrika atau ketentuan-ketentuan Piagam ini. Pasal 57

13 Sebelum diadakan pertimbangan ubstantif apapun, semua amanat/surat pengaduan termaksud harus disampaikan oleh Ketua Komite untuk diketahui Negara yang bersangkutan. Pasal Apabila sesudah semua pertimbangan masak-masak oleh Komite tampak bahwa suatu amanat/surat pengaduan atau lebih rupanya menunjukkan adanya serangkaian pelanggaran yang gawat atau massal terhadap hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, Komite boleh meminta perhatian Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan pada pelanggaran-pelanggaran tersebut. 2. Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan kemudian dapat meminta Komite untuk melakukan studi yang mendalam mengenai situasi-situasi ini dan membuat laporan yang sebenarnya, disertai dengan penemuan dan rekomendasi-rekomendasinya. 3. Suatu keadaan darurat yang diberitahukan dengan semestinya oleh Komite harus disampaikan oleh Komite kepada Ketua Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan, yang mungkin meminta studi yang mendalam. Pasal Semua tindakan yang diambil berdasarkan ketentuan-ketentuan Piagam ini harus tetap rahasia sampai suatu waktu ketika Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan harus memutuskan sebaliknya. 2. Namun demikian, laporan tersebut harus diumumkan oleh Ketua Komite atas dasar keputusan Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan. 3. Laporan tentang semua kegiatan Komite harus diumumkan oleh Ketuanya, sesudah laporan itu dipertimbangkan oleh Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan. Bab 4. Asas-asas yang Berlaku Pasal 60 Komite harus menarik inspirasi dari hukum internasional tentang hak- hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, terutama dari ketentuan- ketentuan berbagai instrumen Afrika tentang hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, instrumen-instrumen lain yang disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan para Negara Afrika di bidang hak-hak asasi manusia dan hak-hak penduduk, dan juga dari ketentuan- ketentuan berbagai instrumen yang disepakati dalam instansi khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang padanya para Negara Pihak Piagam ini menjadi anggota. Komite harus juga mempertimbangkan, sebagai tindakan-tindakan subsider untuk menentukan asas-asas hukum, konvensi-konvensi internasional umum atau khusus lainnya, yang menetapkan semua peraturan yang secara tegas diakui oleh para negara anggota Organisasi Persatuan Afrika, praktek-praktek yang sesuai dengan norma-norma internasional tentang hak-hak asasi manusia dan hak- hak penduduk, kebiasaan- kebiasaan yang secara umum diterima sebagai hukum, asas-asas hukum umum yang diakui oleh para negara Afrika dan juga semua preseden hukum dan doktrin.

14 Pasal 62 Tiap-tiap Negara Pihak, setiap dua tahun, dari tanggal mulai berlakunya Piagam ini, harus berusaha menyampaikan suatu laporan mengenai tindakan-tindakan perundang-undangan legislatif atau yang lainnya, yang diambil dengan tujuan memberlakukan segala hak dan kebebasan yang diakui dan dijamin oleh Piagam ini. Pasal Piagam ini harus terbuka untuk ditandatangani, dan dibuka untuk penerimaan dari para negara anggota Organisasi Persatuan Afrika. 2. Surat penerimaan atau pengesahan pada Piagam ini harus disimpan pada Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika. 3. Piagam ini akan mulai berlaku tiga bulan sesudah penerimaan oleh Sekretaris Jenderal, surat pengesahan/penerimaan dilakukan oleh mayoritas sederhana para negara anggota Organisasi Persatuan Afrika. Bagian III Ketentuan-ketentuan Umum Pasal Sesudah berlakunya Piagam ini, para anggota Komite akan dipilih sesuai dengan Pasal-pasal yang relevan dari Piagam ini. 2. Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika akan meminta bersidang, pertemuan pertama Komisi di Markas Besar Organisasi dalam waktu tiga bulan dari pembentukan Komisi. Selanjutnya, Komisi akan diminta bersidang oleh Ketuanya kapan pun diperlukan tetapi paling sedikit sekali dalam satu tahun. Pasal 65 Untuk masing-masing Negara yang akan mengesahkan atau menyertakan pada Piagam ini sesudah mulai berlakunya Piagam, Piagam ini akan mulai berlaku tiga bulan sesudah tanggal penyimpanan surat pengesahannya atau penerimaan oleh Negara tersebut. Pasal 66 Semua protokol atau persetujuan khusus, kalaupun diperlukan, dapat diterima untuk melengkapi ketentuan-ketentuan Piagam ini. Pasal 67 Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika harus memberi tahu para negara anggota Organisasi mengenai peny impanan setiap surat pengesahan atau penerimaannya. Pasal 68 Piagam ini dapat diamandemen atau ditinjau kembali kalau suatu Negara Pihak membuat

15 permintaan tertulis untuk tujuan tersebut kepada Sekretaris Jenderal Organisasi Persatuan Afrika. Majelis para Kepala Negara dan Pemerintahan hanya dapat mempertimbangkan rancangan amandemen itu sesudah semua Negara Pihak diberitahu dengan semestinya mengenai hal tersebut dan Komisi sudah memberikan pendapatnya mengenai hal itu atas permintaan Negara sponsor. Amandemen harus disetujui oleh mayoritas sederhana para Negara Pihak, amandemen akan mulai berlaku bagi tiap-tiap Negara yang telah menerimanya sesuai dengan prosedur konstitusinya tiga bulan sesudah Sekretaris Jenderal menerima pemberitahuan mengenai penerimaan itu.

Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya, 1982) Berlaku pada 21 Oktober 1986.

Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya, 1982) Berlaku pada 21 Oktober 1986. S.3. Region Afrika S.3.1. Piagam (Banjul) Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Penduduk (1982) Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk CAB/LEG/67/3 rev. 5, 21 I.L.M.58 (Nairobi, Kenya,

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA Diterima dan terbuka untuk penandatanganan, ratifikasi dan aksesi olah Resolusi

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatanganan Ratifikasi dan Aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia (Resolusi No. 39/46 disetujui oleh Majelis Umum pada 10 Desember 1984) Majelis

Lebih terperinci

KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia

KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia KonveKonvensi Anti Penyiksaan dan perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia Disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan persetujuan oleh Resolusi Majelis

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH Negara-negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan pada Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA Disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tanggal 9 Desember 1998 M U K A D I M A H MAJELIS Umum, Menegaskan kembalimakna penting dari ketaatan terhadap

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

Bab 1. Hak-hak Pasal 1 Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan pribadinya.

Bab 1. Hak-hak Pasal 1 Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan pribadinya. 1 Region Amerika Deklarasi Amerika tentang Hak dan Tanggung jawab Manusia (1948) Deklarasi Amerika tentang Hak dan Tanggung jawab Manusia Diadopsi oleh Konferensi Internasional Negara-negara Amerika Ke-9

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

Mengakui, bahwa hak-hak ini berasal dari harkat dan martabat yang melekat pada setiap manusia.

Mengakui, bahwa hak-hak ini berasal dari harkat dan martabat yang melekat pada setiap manusia. 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatangan, Ratifikasi dan Aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) Mukadimah Menimbang, bahwa pengakuan atas martabat alamiah

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) Tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatangan, ratifikasi dan aksesi MUKADIMAH Negara-negara

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Mukadimah Negara-negara Pihak Kovenan ini, Menimbang, bahwa sesuai dengan prinsip-prinsip yang diumumkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968 PROKLAMASI TEHERAN Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968 Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia, Sesudah bersidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RAS

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RAS KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RAS Disetujui dan dibuka bagi penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 2106 A (XX) 21 Desember 1965 Berlaku 4 Januari 1969

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah

KONVENSI HAK ANAK Mukadimah KONVENSI HAK ANAK Mukadimah Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengakuan atas martabat yang melekat

Lebih terperinci

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

III. Pengaturan terhadap Aparatur Penegak Hukum dan Pembatasan Penggunaan Kekerasan

III. Pengaturan terhadap Aparatur Penegak Hukum dan Pembatasan Penggunaan Kekerasan DAFTAR ISI I. Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia 1. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia 2. Kovenan Internasional Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya 3. Kovenan Internasional

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1 MUKADIMAH Negara-Negara Pihak pada Kovenan ini, Menimbang bahwa, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diproklamasikan dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL 1 KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL Diterima dan terbuka untuk pendatangangan dan pensahan Oleh Resolusi SMU Perserikatan Bangsa Bangsa no. 2106 (XX) 21 Desember 1965

Lebih terperinci

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional Ifdhal Kasim Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Instrumen yang Diratifikasi

Lebih terperinci

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN Negara-negara Pihak pada Konvensi ini, Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung dalam instrumen-instrumen

Lebih terperinci

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1) Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan Ditetapkan dan dibuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan disetujui oleh Resolusi Majelis Umum 34/180 pada 18 Desember 1979

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA 1 K 105 - Penghapusan Kerja Paksa 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

PERANGKAT HAK ASASI MANUSIA LEMBAR FAKTA NO. 1. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

PERANGKAT HAK ASASI MANUSIA LEMBAR FAKTA NO. 1. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PERANGKAT HAK ASASI MANUSIA LEMBAR FAKTA NO. 1 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia 1 KEPEDULIAN INTERNASIONAL TERHADAP HAK ASASI MANUSIA Kepedulian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap kemajuan

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI MANUSIA by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN HAK ASASI : - BENAR - MILIK /KEPUNYAAN - KEWENANGAN - KEKUASAAN UNTUK BERBUAT SESUATU : -

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

UNOFFICIAL TRANSLATION

UNOFFICIAL TRANSLATION UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 Negara-negara Pihak pada Protokol ini, Menimbang bahwa untuk lebih jauh mencapai tujuan Kovenan Internasional tentang

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA UUD 1945 Tap MPR Nomor III/1998 UU NO 39 TAHUN 1999 UU NO 26 TAHUN 2000 UU NO 7 TAHUN 1984 (RATIFIKASI CEDAW) UU NO TAHUN 1998 (RATIFIKASI KONVENSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental (1958)

Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental (1958) Regional Eropa Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental (1958) Ditandatangani di Roma, 14 November 1950 (ETS No. 005). Berlaku pada 3 September 1958. Para Pemerintah penandatangan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja Law Reform Commission of Thailand (LRCT) Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Lebih terperinci

KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN Ditetapkan oleh Konferensi Umum Organisasi Buruh Intemasional, di Jenewa, pada tanggal 25 Juni 1958 [1] Konferensi Umum Organisasi Buruh Intemasional

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RASIAL Diterima dan terbuka untuk pendatangangan dan pensahan Oleh Resolusi SMU Perserikatan Bangsa Bangsa no. 2106 (XX) 21 Desember 1965 Mulai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI)

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966, dan terbuka untuk penandatangan, ratifikasi, dan aksesi MUKADIMAH

Lebih terperinci

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal

Lebih terperinci

DOKUMEN S INSTRUMEN REGIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA. Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi dan Kebebasan Fundamental Manusia (1950)

DOKUMEN S INSTRUMEN REGIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA. Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi dan Kebebasan Fundamental Manusia (1950) DOKUMEN S INSTRUMEN REGIONAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA S.1. Regional Eropa S.1.1. Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi dan Kebebasan Fundamental Manusia (1950) Konvensi bagi Perlindungan Hak-hak

Lebih terperinci

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan 1 UU 7/1950, PERUBAHAN KONSTITUSI SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MENJADI UNDANG UNDANG DASAR SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:7 TAHUN 1950 (7/1950) Tanggal:15 AGUSTUS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 1999 KONVENSI. TENAGA KERJA. HAK ASASI MANUSIA. ILO. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA Mukadimah Negara-negara peserta Konvensi ini, Menimbang, kewajiban negara-negara dalam Piagam Perserikatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT Disahkan dalam sidang umum PBB tanggal 13 September 2007 di New York, Indonesia Adalah salah satu Negara yang menyatakan mendukung Deklarasi

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama...

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama... DEKLARASI PENGHAPUSAN SEMUA BENTUK INTOLERANSI DAN DISKRIMINASI BERDASARKAN AGAMA ATAU KEPERCAYAAN (Diumumkan oleh resolusi Sidang Perserikatan Bangsa- Bangsa No. 36/55 pada tanggal 25 Nopember 1981) -

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata 12 Februari 2002 Negara-negara yang turut serta dalam Protokol ini,terdorong oleh dukungan yang melimpah atas Konvensi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Disetujut dan diusulkan untuk penandatanganan dan ratiftkasi atau aksesi dengan resolusi Majelis Umum 260 A (HI), 9 December 1948 Negara-negara

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci