PENGEMBANGAN METODE PENGUKURAN WARNA MENGGUNAKAN KAMERA CCD (CHARGE COUPLED DEVICE) DAN IMAGE PROCESSING SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN METODE PENGUKURAN WARNA MENGGUNAKAN KAMERA CCD (CHARGE COUPLED DEVICE) DAN IMAGE PROCESSING SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN METODE PENGUKURAN WARNA MENGGUNAKAN KAMERA CCD (CHARGE COUPLED DEVICE) DAN IMAGE PROCESSING SKRIPSI RIRIN NURMAWATI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 DEVELOPMENT OF THE COLOR MEASUREMENT METHOD WITH CCD (CHARGE COUPLED DEVICE) CAMERA AND IMAGE PROCESSING Usman Ahmad dan Ririn Nurmawati Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus,PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone: , ABSTRACT One method that can be used in the measurement of color is with a CCD camera and image processing. The research objective was to develop an image processing algorithms for measuring color of horticultural products and compare the results of color measurement image processing methods with Chromameter. Object image was recorded in size of pixels with 256 levels of light intensity of red, green and blue (RGB). The object image then was stored in a file with a bitmap format. The image processing Lab value was compared with Chromameter Lab value using a linear equation model. Coefficient of determination for Lab values for carrots on black color background were 0.827, 0.820, 0.826, respectively and on chayote were 0.905, 0.813, and respectively. As for the white background, the coefficient of determination for carrots were 0.548, 0.786, 0.749, and for chayote were 0.793, 0.802, and This occured because on the black color, all the spectrum of light was absorbed, therefore received energy of radiation in the black color became larger by increasing absorbed light specrum. In contrast, the white color reflected light spectrum. In addition there was interaction effect of light on the object being measured, such as reflection, absorption, distribution and shadow as a result of light blocking by the object. The quality of light and brightness levels that varied also affected the value of brightness. Keywords: CCD camera, image processing, Chromameter, RGB, light spectrum

3 RIRIN NURMAWATI. F Pengembangan Metode Pengukuran Warna Menggunakan Kamera CCD (Charge Coupled Device) dan Image Processing. Di bawah bimbingan Usman Ahmad RINGKASAN Peran serta teknologi sangat dibutuhkan, terutama untuk kegiatan pascapanen pertanian. Saat ini teknologi pascapanen produk hortikultura semakin maju dan berbagai penanganan pascapanen semakin baik dalam meningkatkan kualitas mutu produk. Berbagai uji dilakukan untuk meningkatkan dan mengetahui kualitas dari suatu produk agar produk diterima di pasaran. Salah satu pengujian yang sering dilakukan pada produk pertanian adalah warna. Warna merupakan parameter yang sering dilakukan pada kegiatan panen, sortasi, grading dan lain-lain. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengukuran warna adalah menggunakan kamera CCD dan image processing. Tujuan penelitian ini adalah menyusun algoritma image processing untuk pengukuran warna produk hortikultura dan membandingkan hasil pengukuran warna metode image processing dengan Chromameter. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian pada bulan Maret sampai Juli Pengambilan citra dilakukan pada salah satu sisi objek yaitu wortel dan labu menggunakan latar belakang warna hitam dan pada latar belakang warna putih. Objek diletakkan di atas kain hitam atau putih sebagai alas dan di bawah kamera CCD dengan jarak 20 cm. Kamera diletakkan dibagian tengah silinder, sedangkan lampu LED sebanyak 8 buah diletakkan dibagian atas silinder secara melingkar. Intensitas reflektan objek ditangkap oleh sensor kamera CCD melalui lensa dan ditampilkan di monitor komputer yang dihubungkan dengan kamera. Citra objek direkam dalam ukuran 744 x 480 pixel dengan 256 tingkat intensitas cahaya merah, hijau dan biru (RGB). Citra objek yang telah direkam kemudian disimpan dalam sebuah file dengan format bitmap (.bmp). Pengolahan citra wortel dan labu dilakukan dengan program yang dibangun menggunakan bahasa pemrograman SharpDevelop 3.2. Program yang dibuat memiliki kemampuan untuk menghitung nilai warna merah, warna hijau dan warna biru pada objek serta menghasilkan informasi model warna Lab. Hasil pengukuran warna menggunakan Chromameter dinyatakan dalam CIE L*a*b* yang dicirikan dengan notasi L, a, b. Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiga titik yang berbeda pada salah satu sisi objek. Pembandingan nilai Lab pengolahan citra dari parameter nilai Lab Chromameter dengan menggunakan model persamaan linier menghasilkan koefisien determinasi berturut-turut untuk latar belakang warna hitam pada wortel adalah 0.827, 0.820, 0.826, dan pada labu koefisien determinasinya adalah 0.905, 0.813, dan Sedangkan untuk latar belakang warna putih menghasilkan koefisien determinasi berturut-turut untuk Lab wortel adalah 0.548, 0.786, 0.749, dan pada labu adalah 0.793, 0.802, dan Hal ini terjadi karena pada warna hitam, semua spektrum cahaya diserap, oleh karena itu energi radiasi yang diterima pada warna hitam menjadi semakin besar seiring bertambahnya spekrum cahaya yang diserap. Sebaliknya, pada warna putih semua spektrum cahaya dipantulkan. Selain itu terdapat pengaruh interaksi cahaya terhadap objek yang sedang diukur, seperti pantulan, serapan, penyebaran dan bayangan sebagai akibat cahaya yang dihalangi oleh bagian objek tertentu. Kualitas lampu dan tingkat kecerahan yang berbeda-beda juga mempengaruhi nilai kecerahan.

4 PENGEMBANGAN METODE PENGUKURAN WARNA MENGGUNAKAN KAMERA CCD (CHARGE COUPLED DEVICE) DAN IMAGE PROCESSING SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh RIRIN NURMAWATI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Pengembangan Metode Pengukuran Warna Menggunakan Kamera CCD (Charge Coupled Device) dan Image Processing : Ririn Nurmawati : F Menyetujui, Pembimbing Akademik, Dr. Ir. Usman Ahmad, M. Agr NIP Mengetahui: Ketua Departemen, Dr. Ir. Desrial, M. Eng NIP Tanggal lulus:

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengembangan Metode Pengukuran Warna Menggunakan Kamera CCD (Charge Coupled Device) dan Image Processing adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan Ririn Nurmawati F

7 BIODATA PENULIS Ririn Nurmawati. Lahir di Klaten, 24 Mei 1989 dari ayah Mastuji dan ibu Siti Komsati, sebagai putri kedua dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Muhammadiyah 1 Klaten, dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organiasasi antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fateta sebagai anggota divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada tahun 2009 dan Organisasi Mahasiswa Daerah Klaten pada tahun Selain itu, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Termodinamika dan Pindah Panas pada tahun Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2010 di Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna PT. HM. Sampoerna Tbk, Pasuruan, Jawa Timur dengan judul Aspek Keteknikan Dalam Pengolahan Dan Pengemasan Minuman Herbal Instan Di Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPKS) PT. HM. Sampoerna Tbk.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karunianya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Pengembangan Metode Pengukuran Warna Menggunakan Kamera CCD (Charge Coupled Device) dan Image Processing dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem sejak bulan Maret sampai Juli Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Ayahanda dan ibunda tercinta, Mas Nuri, Riris serta semua keluarga atas segala dukungan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis. 2. Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya. 3. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS. Dan Dr. Ir. Lilik Pujantoro, M.Agr. selaku dosen penguji. 4. Dedy Wirawan Sudibyo, S.TP, M.Si atas bantuan dan bimbingannya kepada penulis. 5. Arie Wijayanto, S.Si sekeluarga atas bantuan dan dukungannya kepada penulis. 6. Segenap staf dan karyawan di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. 7. Teman-teman Pondok Asad atas dukungan moril dan spiritualnya kepada penulis. 8. Mudho Saksono, Aditya Putri B, Suherman, Dewi Isti anah, Mila Sophia, Dhias Tanaya, Ani Fatmawati, Imanta Joi dan temen-temen TPPHP lainnya yang tidak bisa disebutkan penulis satu persatu atas bantuan dan dukungannya kepada penulis. 9. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK) atas kebersamaan dan dukungannya. 10. Fajar Nury Nuryanto yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, dan 11. Teman-teman Teknik Pertanian angkatan 44. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Pertanian. Bogor, Agustus 2011 Ririn Nurmawati

9 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Sifat Optik Bahan Pertanian Metode Pengukuran Warna Spektrophotometer Colorimeter/Chromameter Kamera Chromaticity CIE Sistem Warna Munsell Sistem Warna Hunter (Lab) Image Processing Pengolahan Warna III. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Prosedur Penelitian Penyusunan Algoritma Image Processing Pengambilan Citra Pengolahan Citra Pengukuran Warna dengan Chromameter Pengolahan Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengukuran Warna dengan Teknik Image Processing pada Latar Belakang Warna Hitam Pengukuran Warna pada Wortel iv

10 4.2.2 Pengukuran Warna pada Labu Pengukuran Warna dengan Teknik Image Processing pada Latar Belakang Warna Putih Pengukuran Warna pada Wortel Pengukuran Warna pada Labu V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Hubungan antara spektrum warna dan panjang gelombang sinar tampak... 4 Tabel 2. Model warna dan deskripsinya Tabel 3. Interpretasi dari nilai r vi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Visible spectrum... 4 Gambar 2. Pencampuran warna aditif dan warna subtraktif... 5 Gambar 3. Kurva warna utama... 7 Gambar 4. Diagram chromaticity... 8 Gambar 5. Warna campuran pada diagram chromaticity... 9 Gambar 6. Bola warna Munsell Gambar 7. Diagram warna L*a*b* Gambar 8. Wortel dan labu yang digunakan sebagai objek Gambar 9. Skema pengambilan dan pengolahan citra digital Gambar 10. Seperangkat penangkap citra dan penyimpanan citra Gambar 11. Sistem pengukuran pada Chromameter Gambar 12. Chromameter Minolta CR 400 sisi layar dan sisi samping Gambar 13. Diagram alir proses pengukuran warna Gambar 14. Citra wortel dengan latar belakang hitam, citra wortel dengan latar belakang putih,citra labu dengan latar belakang hitam, dan citra labu dengan latar belakang putih Gambar 15. Tampilan layar komputer pada saat citra warna ditransformasikan ke citra biner dan perhitungan warna RGB, XYZ, dan Lab untuk wortel dengan latar belakang hitam Gambar 16. Tampilan layar komputer pada saat citra warna ditransformasikan ke citra biner dan perhitungan warna RGB, XYZ, dan Lab untuk wortel dengan latar belakang putih Gambar 17. Tampilan layar komputer pada saat citra warna ditransformasikan ke citra biner dan perhitungan warna RGB, XYZ, dan Lab untuk labu dengan latar belakang hitam Gambar 18. Tampilan layar komputer pada saat citra warna ditransformasikan ke citra biner dan perhitungan warna RGB, XYZ, dan Lab untuk labu dengan latar belakang putih Gambar 19. Tampilan hasil penyimpanan pengukuran warna Gambar 20. Hubungan antara nilai L hasil perhitungan wortel latar belakang hitam pengolahan citra dengan Chromameter Gambar 21. Hubungan antara nilai a hasil perhitungan wortel latar belakang hitam pengolahan citra dengan Chromameter Gambar 22. Hubungan antara nilai b hasil perhitungan wortel latar belakang hitam pengolahan citra dengan Chromameter vii

13 Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Hubungan antara nilai L hasil perhitungan labu latar belakang hitam pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai a hasil perhitungan labu latar belakang hitam pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai b hasil perhitungan labu latar belakang hitam pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai L hasil perhitungan wortel latar belakang putih pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai a hasil perhitungan wortel latar belakang putih pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai b hasil perhitungan wortel latar belakang putih pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai L hasil perhitungan labu latar belakang putih pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai a hasil perhitungan labu latar belakang putih pengolahan citra dengan Chromameter Hubungan antara nilai b hasil perhitungan labu latar belakang putih pengolahan citra dengan Chromameter viii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Diagram alir algoritma image processing untuk pengukuran warna Lampiran 2. Data hasil pengukuran warna wortel dengan latar belakang hitam pada pengolahan citra dan Chromameter Lampiran 3. Data hasil pengukuran warna labu dengan latar belakang hitam pada pengolahan citra dan Chromameter Lampiran 4. Data hasil pengukuran warna wortel dengan latar belakang putih pada pengolahan citra dan Chromameter Lampiran 5. Data hasil pengukuran warna labu dengan latar belakang putih pada pengolahan citra dan Chromameter ix

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran serta teknologi sangat dibutuhkan, terutama untuk kegiatan pascapanen pertanian.saat ini teknologi pascapanen produk hortikultura semakin maju dan berbagai penanganan pascapanen semakin baik dalam meningkatkan kualitas mutu produk. Kelengkapan sarana yang diperlukan dalam penanganan produk pascapanen perlu ditingkatkan. Berbagai uji dilakukan untuk meningkatkan dan mengetahui kualitas dari suatu produk agar produk diterima di pasaran. Salah satu pengujian yang sering dilakukan pada produk pertanian adalah warna. Warna digunakan untuk mengetahui tingkat kematangan dan mutu suatu produk pertanian. Warna merupakan parameter yang sering dilakukan pada kegiatan panen, sortasi, grading dan lainlain. Untuk mengetahui intensitas warna suatu produk selama ini masih dilakukan secara manual, yang mengandalkan kemampuan panca indera penglihatan manusia. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengukuran warna adalah menggunakan kamera CCD dan image processing. Penerapan teknik pascapanen yang efektif dapat berarti adanya perbedaan antara keuntungan dan kehilangan pada stadia keseluruhan sistem. Produk yang diperlakukan dengan baik dan dalam kondisi yang baik dapat relatif bertahan dari stress waktu, suhu, penanganan, transportasi dan mikroorganisme pembusuk selama proses pendistribusiannya. Dengan demikian fase pascapanen adalah sangat penting bagi petani, pedagang besar, pengecer dan konsumen (Utama 2005). Pada produk hortikultura segar, mutu dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari karakteristik dan atribut yang memberikan nilai terhadap produk itu sendiri. Relatif pentingnya masing-masing atribut tersebut tergantung pada produk itu sendiri, penggunaannya pada sektor industri atau individu yang menentukan/ menguji mutu tersebut. Karakteristik pemutuan seperti ukuran, warna, bentuk dan adanya cacat adalah secara bersama-sama memberikan kenampakan dari produk tersebut. Kenampakan masih merupakan parameter penting di dalam perdagangan. Namun demikian, ada peningkatan persepsi dari masyarakat terhadap komponen mutu tidak terlihat. Cita rasa, tekstur, nilai nutrisi, tidak adanya kerusakan fisiologi dan mekanis secara internal akan menentukan secara berarti apakah produk akan dapat dijual kembali atau tidak. Tidak adanya kerusakan fisik; seperti lecet, memar, adalah penting sebagai parameter mutu. Faktor penting lainnya yang menentukan mutu pada saat panen adalah stadia kematangan dari produk. Hal ini khususnya untuk buah yang mengalami proses pemasakan setelah panen (Utama 2005). Pengukuran kematangan yang dilakukan oleh produsen, penangan, personel pengendali mutu haruslah sederhana, siap digunakan dilapangan atau kebun dan murah. Pengukuran hendaknya objektif dan konsisten berhubungan dengan mutu dan masa simpan pascapanennya dan dapat berlaku luas atau umum. Penelitian ini mengembangkan metode pengukuran warna menggunakan kamera CCD dan image processing agar hasil pengukuran warna lebih objektif. Dalam penelitian ini, produk yang digunakan adalah wortel dan labu. Wortel dan labu memiliki warna yang sangat berbeda. Hal ini dijadikan perbandingan dalam pengukuran warna yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian-penelitian yang telah ada, image processing digunakan untuk analisis penentuan kematangan dan pemutuan hasil pertanian, antara lain untuk pemutuan buah cabai merah oleh Faizal (2006), bahwa pemutuan cabai merah dengan teknik pengolahan citra dilakukan berdasarkan nilai panjang, diameter, rasio antara panjang dengan diameter dan faktor bentuk (roundness). Sedangkan aplikasi image processing untuk menentukan tingkat kematangan buah tomat oleh Rizali (2007) menyatakan bahwa salah satu parameter yang digunakan untuk pengelompokan tomat berdasarkan

16 tingkat kematangannya yaitu indeks warna merah dan indeks warna hijau, baik tomat yang direkam dari arah atas maupun tomat yang direkam dari arah samping. 1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menyusun algoritma image processing untuk pengukuran warna produk hortikultura. 2. Membandingkan hasil pengukuran warna metode image processing dengan data hasil pengukuran Chromameter. 2

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Optik Bahan Pertanian Penilaian kualitas sensori produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan seperti kasar-halus, suram-mengkilap, homogenheterogen, dan datar-bergelombang. Banyak sifat atau mutu komoditas dapat dinilai dari warnanya. Misalnya, buah pisang jika masih hijau dan sudut-sudut buah masih terlihat menandakan kalau buah belum matang. Atribut sensori yang dapat diuji dengan menggunakan indera penglihatan adalah hue (warna), depth of color (membedakan tingkat kedalaman warna dari gelap ke terang), brightness (mengacu pada intensitas dan kemurnian warna), clarity (menguji dengan melihat sinar yang dapat melewati produk), shine (jumlah sinar yang direfleksikan dari permukaan produk), evenness (keseragaman/ keadaan rata), bentuk dan ukuran serta tekstur (Setyaningrum et al 2010). Satu dari karakteristik penting produk hortikultura adalah warnanya, baik eksternal maupun internal, yang dalam banyak hal dapat menentukan dengan jelas tingkat kematangan dan kualitasnya. Klasifikasi buah-buahan dan sayuran berdasarkan warna saat ini telah berkembang secara luas. Disamping warna, sifat optik lain seperti sifat penyerapan cahaya (absorban), sifat penerusan (transmittance) dan sifat pemantulan (reflectance) cahaya juga penting untuk evaluasi kuantitatif berbagai sifat bahan. Dengan perubahan warna, kemampuan penerusan dan pemantulan dari produk juga berubah (Purwantana 2005). Cahaya adalah energi radiasi berbentuk gelombang elektromagnetik dengan rentang panjang gelombang sekitar nm. Menurut definisi ini, warna (seperti bau, rasa, dan tekstur) tidak dapat dipelajari tanpa sistem penginderaan manusia. Warna yang diterima jika mata memandang objek yang disinari berkaitan dengan tiga faktor, yaitu sumber sinar, ciri kimia dan fisika objek, dan sifat-sifat kepekaan spektrum mata. Untuk menilai sifat objek, kita harus menstandarkan kedua faktor yang lain (Bertha 2010). Gelombang elektromagnetik banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, antara lain: 1. Spektrum Visible ( nm) Digunakan untuk penentuan karakteristik mutu fisik (warna, permukaan, cacat) bahan, indikator panen, kesegaran, serta proses sortasi dan grading. 2. Spektrum NIR ( nm) Digunakan untuk penentuan karakteristik mutu komposisi bahan (kandungan kimia bahan) seperti kadar air, protein, lemak dan lain-lain. Selain itu dapat digunakan untuk proses sortasi dan grading. 3. Spektrum Infrared ( nm) Digunakan untuk pengeringan dan pemanasan. Seperti telah diketahui, variasi warna adalah bentuk variasi panjang gelombang radiasi elektromagnetik. Suatu bahan akan menyerap atau memantulkan sinar cahaya berbagai panjang gelombang secara berbeda-beda, tergantung warnanya. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara nanometer. Dengan demikian pengukuran-pengukuran dapat dilakukan menggunakan cahaya tunggal (monochromatic) berbagai panjang gelombang (spectrophotometry). Spektrum cahaya nyata (visible

18 light) pada umumnya dibagi dalam delapan interval berdasarkan karakteristik warnanya (Purwantana 2005). Pembagian spektrum warna dapat dilihat pada Gambar 1. Panjang gelombang terpendek Panjang gelombang terpanjang Sinar gamma Sinar X Ultraviolet Cahaya tampak Infrared Gelombang radio 10-3 nm 10-1 nm 10 1 nm 10 3 nm nm Biru Hijau Merah 436nm 546nm 700nm Gambar 1. Visible spectrum (Suhendra 2011) Hubungan antara spektrum warna dan panjang gelombang sinar tampak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hubungan antara spektrum warna dan panjang gelombang sinar tampak (Suyatma 2009) Jenis warna Panjang gelombang Kisaran (nm) Nilai tengah (nm) Merah Jingga, orange Kuning Hijau muda Hijau Biru muda Biru Nila Ungu, violet Menurut Indrasanja (2011), dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Suatu warna tertentu dapat dihasilkan dari pencampuran warna primer. Gambar 2 berikut menunjukkan sistem aditif yang memiliki tiga komponen warna primer, yaitu merah, hijau, dan biru. 4

19 Dari gambar tampak bahwa pencampuran warna merah, hijau dan biru pada takaran yang tepat akan menghasilkan warna putih. Dua warna disebut komplementer jika kedua warna tersebut dicampur pada takaran yang tepat akan menghasilkan warna putih, sebagai contoh warna magenta dicampur dengan warna hijau pada takaran yang tepat akan menghasilkan warna putih. Oleh karena itu warna magenta merupakan komplemen untuk warna hijau. Informasi dari suatu objek dapat diwakili oleh warna yang dipantulkan oleh objek yang bersangkutan ke mata. Warna subtraktif merupakan warna campuran dengan menambahkan warna utama merah, hijau, dan biru untuk membentuk warna sekunder kuning (merah+hijau), cyan (biru+hijau), dan magenta (merah+biru). Campuran warna subtraktif campuran kuning dan cyan menghasilkan nuansa warna hijau; campuran kuning dengan magenta menghasilkan nuansa warna merah, sedangkan campuran magenta dengan cyan menghasilkan nuansa biru. Dalam teori, campuran tiga pigmen ini dalam ukuran yang seimbang akan menghasilkan nuansa warna kelabu, dan akan menjadi hitam jika ketiganya disaturasikan secara penuh. Gambar 2. Pencampuran warna aditif dan warna subtraktif (Indrasanja 2011) 2.2 Metode Pengukuran Warna Ada dua metode pengukuran warna yang banyak digunakan, yaitu metode pengukuran warna secara objektif maupun subjektif. Warna merupakan sifat produk pangan yang dapat dipandang sebagai sifat fisik (obyektif) dan sifat organoleptik (subyektif). Warna dapat dianalisa secara obyektif dengan instrumen fisik dan secara organoleptik atau subyektif dengan indera manusia. Pengukuran objektif dapat dilakukan dengan Spektrophotometer, Colorimeter atau Chromameter, dan kamera CCD. Sedangkan pengukuran subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan diagram warna Chromaticity CIE 1931, Munsell, dan Hunter Spektrophotometer Prinsip pengukuran warna dengan spektrophotometer adalah mengukur parameter optik (reflektan (R), transmitan (T)) pada tiap panjang gelombang mulai dari 400 sampai dengan 700 nm dengan interval panjang gelombang tertentu. Spektrophotometer memiliki beberapa komponen yaitu sumber cahaya, monochromator (memecah cahaya menjadi gelombang tunggal), sensor (mengkonversi intensitas cahaya menjadi tegangan listrik), integrating sphere (mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh sampel), penguat (meningkat tegangan dari sensor agar dapat sesuai dengan 5

20 tegangan input komputer), Analog Digital Coverter (pengkonversi sinyal analog ke digital untuk masuk ke komputer), dan komputer (mengolah, mendisplaykan, dan menyimpan data optik). Spektrophotometer visible telah banyak digunakan dalam bidang pertanian, antara lain untuk menentukan perbedaan dalam produk yang sejenis, kematangan, kerusakan (membuat sistem sortasi dan grading), menentukan perbedaan antar produk (membuat sensor buatan untuk panen, luas panen), menentukan kandungan/konsentrasi pigmen kulit bahan pertanian, menentukan kadar gula dan kekerasan (tidak langsung) Colorimeter/Chromameter Prinsip alat ini adalah mengukur parameter atau tristimulus warna XYZ menggunakan tiga buah filter X (merah), Y (hijau), dan Z (biru). Selain tiga buah filter, chromameter memiliki beberapa komponen penting antara lain adalah sumber cahaya, sensor, penguat, pengolah data dan display. Chromameter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur warna dari permukaan suatu objek. Prinsip dasar dari alat ini ialah interaksi antara energi cahaya diffus dengan atom atau molekul dari objek yang dianalisis. Alat ini terdiri atas ruang pengukuran dan pengolah data. Ruang pengukuran berfungsi sebagai tempat untuk mengukur warna objek dengan diameter tertentu. Setiap kromameter dengan tipe berbeda memiliki ruang pengukuran dengan diameter yang berbeda pula. Sumber cahaya yang digunakan yaitu lampu xenon. Lampu inilah yang akan menembak permukaan sampel yang kemudian dipantulkan menuju sensor spektral. Selain itu, enam fotosel silikon sensitifitas tinggi dengan sistem sinar balik ganda akan mengukur cahaya yang direfleksikan oleh sampel (Anonim 2011). Skema pengukuran dari kromameter yaitu sampel diberi cahaya diffus dan diukur pada sudut tertentu. Cahaya diffus yang mengenai sampel dipantulkan pada sudut tertentu, kemudian diteruskan ke sensor spektral, lalu dihitung menggunakan komputer mikro (Anonim 2011). Data hasil pengukuran dapat berupa Yxy (CIE 1931), L*a*b* (CIE 1976), Hunter Lab atau nilai tristimulus XYZ, yang sebelumnya diolah melalui pengolah data. Sistem pengukuran yang paling sering digunakan ialah sistem CIE L*a*b* atau CIELAB. Sistem warna CIELAB merupakan suatu skala warna-warna yang seragam dalam dimensi warna Kamera Dalam pengukuran warna dapat menggunakan kamera CCD atau kamera digital sebagai sensor citra. Menurut Ahmad (2005) sensor citra (image sensor) digunakan untuk menangkap pantulan cahaya oleh objek yang kemudian dalam bentuk nilai intensitas di memori komputer. Banyak macam dari sensor citra ini yang digunakan untuk menangkap citra seperti yang kita lihat pada TV yaitu vidicon tube, image orthicon tube, image dissector tube, dan solidstate image sensor. Saat ini solidstate image sensor banyak digunakan karena mempunyai banyak kelebihan seperti konsumsi daya listrik yang kecil, ukurannya kecil dan kompak, tahan guncangan dan sebagainya. Ini sangat diperlukan bila diintegrasikan ke dalam suatu mesin atau sistem robotik agar bentuknya kompak dan padat. Solidstate image sensor punya sebuah larik elemen foto-electric yang dapat membangkitkan tegangan listrik dari photon ketika menerima sejumlah energi cahaya. Sensor jenis ini dapat diklasifikasikan berdasarkan caranya melakukan scanning, yang umumnya dibedakan menjadi dua yaitu charge coupled device (CCD) dan complementary metal-oxide semi-conductor (CMOS). Jenis CCD memiliki kelebihan pada resolusi yang tinggi dan kompensasi dari ketersediaan cahaya yang lemah, sedangkan jenis CMOS mempunyai kelebihan pada bentuk yang kecil dan ringan dengan tetap 6

21 memberikan hasil citra yang tajam. Tetapi seiring kemajuan teknologi, batas antara kedua macam sensor ini akan semakin kabur kecuali bila kita memerlukan sensor dengan karakteristik ekstrim dari kedua macam sensor yang sudah dijelaskan. Sebuah kamera warna mempunyai tiga sensor citra masing-masing untuk warna hitam, hijau dan biru, atau mempunyai satu sensor yang dilengkapi dengan filter RGB (Ahmad 2005) Chromaticity CIE 1931 Pada teori tristimulus persepsi warna dapat dilihat pada Gambar 3, bahwa suatu warna dapat diperoleh dari suatu campuran tiga warna utama: merah, hijau dan biru (Red Green Blue). Sumber utama yang dipakai dalam sistem ini adalah cahaya monokromatis dengan panjang gelombang 700 nm (merah), 546 nm (hijau), dan 435 nm (biru) (Gambar 3). Fraksi penyerapan cahaya oleh tiap tipe kurva Panjang gelombang Gambar 3. Kurva warna utama (Suhendra 2011) Sinar putih referensi memiliki spektrum datar dengan komposisi R=G=B=1. Meskipun hampir setiap warna yang tampak dapat ditentukan sesuai dengan tiga komponen diatas, tetapi masih terdapat beberapa warna yang tidak dapat diuraikan sebagai kombinasi dari ketiga warna dasar tersebut. Bagaimanapun juga apabila salah satu dari ketiga komponen warna dasar tersebut ditambahkan ke warna yang tidak dapat dicocokkan tadi, maka warna yang tidak dapat dicocokkan tersebut dapat dicocokkan dengan campuran dari dua warna dasar lain. Hal ini menunjukkan bahwa warna dapat memiliki nilai bobot negatif dari ketiga komponen warna dasar tersebut (Suhendra 2011). Menurut Suhendra (2011), pada tahun 1931 Commission Internationale de l Eclairage (CIE) mendefinisikan tiga standar komponen warna utama : X, Y dan Z yang dapat ditambahkan untuk membentuk semua kemungkinan warna. Warna utama Y dipilih sedemikian rupa sehingga fungsi kecocokan warnanya secara tepat mencocokkan fungsi luminous efisiensi mata manusia berdasarkan penjumlahan ketiga warna seperti pada Gambar 4. 7

22 Diagram Chromaticity (Gambar 4) menunjukkan semua visible colours. Sumbu x dan y merupakan nilai normalisasi warna utama X dan Y untuk suatu warna, dan z = 1 x y menyatakan jumlah Z utama yang diperlukan. Chromaticity bergantung pada panjang gelombang dan saturation dominan, dan tidak bergantung pada energi luminan. Warna dengan nilai chromaticity yang sama tetapi dengan luminan berbeda akan terpetakan pada titik yang sama di regian tersebut.warna spektrum utama murni berada pada bagian kurva batas daerah, dan suatu sinar putih standar memiliki warna yang didefinisikan berada dekat (tetapi tidak di) titik dengan persamaan energi x = y = z = 1/3. Diagram C.I.E kromatisiti Titik energi spektral (panjang gelombang, nm) Gambar 4. Diagram chromaticity (Suhendra 2011) Warna komplementer, yaitu warna yang ditambahkan ke warna putih, berada di titik akhir suatu garis yang melewati titik tersebut. Sebagai ilustrasi pada Gambar 5, semua warna yang berada di dalam segitiga dapat dibentuk dari campuran warna yang berada pada verteks (garis) segitiga. x dan y adalah jumlah normalisasi kemunculan X dan Y primaries, z = 1 - x - y menentukan jumlah Z primary yang dibutuhkan. Dari ilustrasi grafik tersebut, semua warna visible tidak dapat diperoleh dari campuran warna utama R, G dan B (atau dari tiga visible warna lainnya), karena bentuk diagramnya bukan segitiga (Suhendra 2011). Menurut Ahmad (2005), CIE (Komisi Iluminasi Internasional) mengembangkan model warna yang banyak diterapkan pada alat ukur warna. Sistem warna ini mempunyai tiga buah sumbu utama, yaitu X, Y, Z. Warna ditentukan oleh besaran relatif ketiga sumbu yang cocok dengan warna yang 8

23 diberikan. Y adalah nilai kecerahan, diukur dari besaran cahaya pada semua panjang gelombang. Nilai kromasiti, yaitu besaran nilai pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada panjang gelombang yang mendominasi dan kejenuhannya, tidak tergantung pada kecerahan. Gambar 5. Warna campuran pada diagram chromaticity (Suhendra 2011) Dari data pengukuran menggunakan alat ukur warna misalnya, nilai-nilai kromasiti dapat dihitung atau dinormalkan dengan cara sebagai berikut: x = y = z = X X+Y+Z Y X+Y+Z Z X+Y+Z ( 2.1) (2.2) (2.3) Karena x + y + z = 1, hanya dua nilai yang perlu dinyatakan dan yang ketiga segera dapat diketahui dengan cara menghitungnya, karena jumlah ketiganya sama dengan satu. Oleh karena itu, sebuah warna kemudian dapat dinyatakan dengan dua nilai kromasiti, x dan y, dan nilai kecerahan Y. Nilai kromasiti x dan y mewakili komponen warna yang bebas terhadap kecerahan warna. Jadi dua buah warna, hijau muda dan hijau tua dapat terlihat berbedatapi sebenarnya kedua warna tersebut mempunyai bentuk spektrum panjang gelombang yang relatif sama Sistem Warna Munsell Sistem Warna Munsell dikembangkan pertama kali oleh Munsel pada tahun 1900-an. Pengukuran warna didasarkan pada penggunaan 3 atau 4 piringan warna (color disc) yang masingmasing telah dikalibrasi secara akurat dalam 3 hal yaitu warna kromatik/rona/hue (merah, hijau dll), 9

24 nilai/kecerahan (lightness, darkness) dan chroma (kekuatan/intensitas warna). Hue merupakan warna dari suatu benda yang memberikan perbedaan dari suatu warna terhadap warna lainnya, digambarkan oleh sebuah lingkaran (bola warna Munsell). Bola warna Munsell dapat dilihat pada Gambar 6. Chroma yaitu intensitas warna yang membedakan warna yang kuat dengan warna yang lemah, digambarkan sebagai jarak lingkaran dari pusat. Value adalah kualitas warna yang berhubungan dengan pencahayaan, hal ini merupakan tingkat kecerahan, digambarkan sebagai garis vertikal. Pengukuran warna pada sistem ini dengan mematchingkan warna produk dengan warna Munsell secara visual menggunakan indera penglihatan (Suyatma 2009). Menurut Suyatma (2009) rona didasarkan pada sepuluh rona yang tersebar pada keliling lingkaran rona. Ada lima rona : merah, kuning, hijau, biru dan lembayung, rona ini diberi kode R, Y, G, B dan P. Ada juga lima rona antara, YR, GY, BG, PB dan RP. Skala nilai adalah skala keterangan atau kecerahan mulai dari 0 (hitam) sampai 10 (putih). Dimensi rona/hue diekspresikan dengan inisial rona/hue yang bersangkutan. Dimensi nilai (value) dinyatakan dengan bilangan di atas garis miring. Sedangkan dimensi chroma diekspresikan dengan bilangan setelah garis miring. Nilai yang didapat dari pengukuran ini dapat dikonversi ke nilai x, y dan z pada sistem CIE. Gambar 6. Bola warna Munsell (Suyatma 2009) Sistem Warna Hunter (Lab) Sistem warna Hunter dikembangkan oleh Hunter tahun Pengukuran warna dengan metode ini jauh lebih cepat dengan ketepatan yang cukup baik. Pada sistem ini term penilaian terdiri atas 3 parameter yaitu L, a dan b. Lokasi warna pada sistem ini ditentukan dengan koordinat L, a, dan b. Notasi L*: 0 (hitam); 100 (putih) menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam. Notasi a*: warna kromatik campuran merah-hijau dengan nilai +a* (positif) dari 0 sampai +80 untuk warna merah dan nilai a* (negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Notasi b*: warna kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b* (positif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai b* (negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru (Suyatma 2009). 10

25 Nilai L dalam pengukuran ini langsung dapat dibandingkan dengan nilai Y pada CIE system atau value pada system Munsell. Nilai-nilai pengukuran pada sistem Hunter bisa dikonversikan ke x, y dan z pada system CIE. Gambar 7. Diagram warna L*a*b* (Suyatma 2009) 2.3 Image Processing Image processing adalah proses untuk mengamati dan menganalisa suatu objek tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diamati. Proses dan analisanya melibatkan persepsi visual dengan data masukan maupun data keluaran yang diperoleh berupa citra dari objek yang diamati. Teknik-teknik image processing meliputi penajaman citra, penonjolan fitur tertentu dari suatu citra, kompresi citra dan koreksi citra yang tidak fokus atau kabur (Ahmad 2005). Menurut Arymurthy dan Setiawan (1992), pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran yang berbentuk citra. Citra merupakan sekumpulan titik-titik dari gambar yang berisi informasi warna dan tidak tergantung pada waktu. Umumnya citra dibentuk dari kotak-kotak persegi empat yang teratur sehingga jarak horizontal dan vertikal antar pixel sama pada seluruh bagian citra. Warna citra didapat melalui penjumlahan nilai Red, Green, Blue (RGB). Menurut Arymurthy dan Setiawan (1992), citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetik. Menurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik-titik koordinat pada domain spasial atau bidang dan untuk menyatakan nilai keabuan atau warna suatu citra, maka secara teoritis citra dapat dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu citra kontinu-kontinu, kontinu-diskrit, diskrit-kontinu, dan 11

26 diskrit-diskrit; dimana label pertama menyatakan presisi dri titik-titik koordinat pada bidang citra sedangkan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan atau warna. Kontinu dinyatakan dengan presisi angka tak terhingga, sedangkan diskrit dinyatakan dengan presisi angka terhingga. Komputer digital bekerja dengan angka-angka presisi terhingga, dengan demikian hanya citra dari kelas diskritdiskrit yang dapat diolah dengan komputer; citra dari kelas tersebut lebih dikenal sebagai citra digital. Citra digital merupakan suatu array dua dimensi atau suatu matriks yang elemen-elemennya menyatakan tingkat keabuan dari elemen gambar; jadi informasi yang terkandung bersifat diskrit. Dalam pengambilan citra, hanya citra yang berbentuk digital yang dapat diproses oleh komputer digital, data citra yang dimasukkan berupa nilai-nilai integer yang menunjukkan nilai intensitas cahaya atau tingkat keabuan setiap pixel. Citra digital dapat diperoleh secara otomatik dari sistem penangkap citra membentuk suatu matrik dimana elemen-elemennya menyatakan nilai intensitas cahaya pada suatu himpunan diskrit dari titik. Citra f (x,y)disimpan dalam memori komputer atau penyimpan bingkai citra dalam bentuk array M x N dari contoh diskrit dengan jarak sama, sebagai berikut: f(0,0) f(0,1) f(0,n-1) f(x,y) = f(1,0) f(1,1) f(1,n-1) (2.4) f(m,0 f(m,1) f(m,n-1) Citra monokrom atau citra hitam-putih merupakan citra satu kanal, dimana citra f(x,y) merupakan fungsi tingkat keabuan dari hitam ke putih; x menyatakan variabel baris atau garis jelajah dan y menyatakan variabel kolom atau posisi piksel di garis jelajah. Sebaliknya citra berwarna dikenal juga dengan citra multi-spektral, dimana warna citra biasanya dinyatakan dalam tiga komponen warna: merah, hijau, dan biru (RGB) (Arymurthy dan Setiawan 1992). Citra dengan modus skala keabuan dengan format 8 bit memiliki 256 tingkat keabuan atau intensitas warna. Nilai tersebut berkisar antara 0-255, dimana nilai 0 menunjukkan tingkat paling gelap (hitam), sedangkan nilai 255 menunjukkan tingkat paling terang dan tingkat abu-abu berada diantaranya. Citra dengan 24 bit mempunyai warna, tiap pixel dinyatakan dengan: 1. Bit 0 7 untuk warna merah 2. Bit 7 15 untuk warna hijau 3. Bit untuk warna biru Kemungkinan kombinasi warna yang ada adalah = , dimana nilai 0 menyatakan warna hitam sedangkan nilai menyatakan warna putih. Ada dua bagian pada proses pembentukan citra, yaitu geometri citra yang menentukan suatu titik dalam pemandangan diproyeksikan pada bidang citra dan fisik cahaya yang menentukan kecerahan suatu titik pada bidang citra sebagai fungsi pencahayaan pemandangan serta sifat-sifat permukaan. Pada pengolahan citra ada dua unsur utama sebagai penyusunnya, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Komponen utama dari perangkat keras pengolahan citra digital adalah kamera penangkap citra, komputer, dan alat peraga. Kamera yang sering digunakan untuk menangkap citra adalah kamera CCD (Charge Coupled Device). Sedangkan komputer dan alat peraga yang digunakan tersebut bisa dari jenis yang multi guna atau dari jenis khusus yang dirancang untuk pengolahan citra digital. Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam pengolahan citra tergantung pada jenis penangkap bingkai citra (image frame grabber) yang digunakan. Dari segi penggunaan, sedikitnya ada dua jenis image frame grabber, yaitu jenis yang bisa diprogram (programmable) dimana pustaka 12

27 fungsinya disertakan dan cara pemakaiannya dalam pemrograman dengan bahasa pemrograman tertentu diberikan, dan jenis yang tidak bisa diprogram (non- programmable), atau setidaknya tanpa dilengkapi buku petunjuk dan fungsi pustaka untuk melalukan pemrograman, sehingga sulit membuat program khusus untuk menggunakannya. 2.4 Pengolahan Warna Menurut Ahmad (2005) persepsi warna dalam pengolahan citra tergantung kepada tiga faktor yaitu: 1. Sifat pantulan spektrum (spectral reflectance) dari suatu permukaan, (menentukan bagaimana suatu permukaan memantulkan gelombang cahaya hingga menampakkan suatu warna). 2. Kandungan spektrum (spectral content) dari cahaya yang menyinari (kandungan warna dari cahaya yang menyinari permukaan). 3. Respon spektrum (spectral response) dari sensor dalam peralatan sistem visual, (kemampuan merespon warna dari sensor dalam imaging system). Salah satu kunci untuk mengilah warna dalam pengolahan citra adalah menentukan model warna yang sesuai dengan persepsi manusia terhadap warna. Model warna telah banyak dikembangkan oleh para ahli, seperti model RGB (Red, Green, Blue), model CMY (K) (Cyan, Magenta, Yellow), model YCbCr (luminase serta dua komponen kromasi Cb dan Cr), dan model HSI (Hue, Saturation, Intensity). Model warna RGB merupakan model warna pokok aditif, yaitu warna dibentuk dengan mengkombinasikan energi cahaya dari ketiga warna pokok dalam berbagai perbandingan. Model warna HSI merupakan model warna yang paling sesuai dengan manusia. Nilai Hue dapat diaplikasikan untuk membedakan antara obyek dan latar belakang. Saturation (kejenuhan) yang tinggi dapat menjadi jaminan nilai Hue yang akurat dalam membedakan obyek dan latar belakang. Intensity merupakan nilai abu-abu dari piksel dalam citra abu-abu (Ahmad 2005). Tabel 1. memperlihatkan beberapa model warna yang penting dan deskripsinya serta pemakaiannya. Tabel 2. Model warna dan deskripsinya (Ahmad 2005) Model Warna RGB CMY (K) YcbCr HIS Deskripsi Merah, Hijau, dan Biru (warna pokok). Sebuah model warna pokok aditif yang digunakna pada sistem display. Cyan, Magenta, Kuning (dan Hitam). Sebuah model warna subtraktif yang digunakan pada mesin printer. Luminase (Y) dan dua komponen kromasiti (Cb dan Cr). Digunakan dalam siaran gelombang televisi. Hue, Saturasi, dan intensitas. Berdasarkan pada persepsi manusia terhadap warna. Model warna RGB dapat juga dinyatakan dalam bentuk indeks warna RGB dengan rumus sebagai berikut: R Indeks warna merah (I red) =... (2.5) R+G+B 13

28 G Indeks warna hijau (I green) = R+G+B B Indeks warna biru (I blue) = R+G+B... (2.6) (2.7) Lab merupakan model warna yang dirancang untuk menyerupai persepsi penglihatan manusia dengan menggunakan tiga komponen yaitu L sebagai luminance (pencahayaan) dan a dan b sebagai dimensi warna yang berlawanan. Perancangan sistem aplikasi ini menggunakan model warna Lab. Model warna ini dipilih karena terbukti memberikan hasil yang lebih baik daripada model warna RGB dalam mengukur nilai kemiripan ciri warna dalam citra. Model warna Lab juga dapat digunakan untuk membuat koreksi keseimbangan warna yang lebih akurat dan untuk mengatur kontras pencahayaan yang sulit dan tidak mungkin dilakukan oleh model warna RGB. Dalam melakukan konversi model warna RGB ke model warna Lab terlebih dahulu dilakukan proses konversi model warna RGB ke CIE XYZ. Tahap selanjutnya baru dilakukan konversi model warna CIE XYZ ke CIE Lab. Di bawah ini adalah rumus standar untuk konversi linier RGB ke CIE XYZ (Plataniotis dan Venetsanopoulos 2000): X Y Z = R G B (2.8) Sedangkan berikut adalah rumus konversi dari CIE XYZ ke CIE Lab (Plataniotis dan Venetsanopoulos 2000): L * = 116 f Y Yn 16 (2.9) a * = 500 f X Xn Y f Yn (2.10) b * = 200 f Y Yn Z f Zn (2.11) dimana f(s) = s 1/3 untuk s > f(s) = 7.787s + 16/116 untuk s

29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Juli 2011, bertempat di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel (Daucus carota) berjumlah 50 buah dan labu (Sechium edule) berjumlah 50 buah yang berasal dari pasar induk Bogor. (a) (b) Gambar 8. (a) Wortel, dan (b) labu yang digunakan sebagai objek Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Perangkat keras Perangkat keras yang digunakan untuk pengambilan citra wortel dan labu pada penelitian ini adalah kamera CCD (Charge Coupled Device), seperangkat komputer, 8 buah lampu LED warna putih, pipa PVC yang berdiameter 4 inchi dengan panjang 20 cm, kain hitam dan putih sebagai alas atau background. Perangkat keras lainnya yang digunakan untuk pengukuran secara langsung adalah chromameter. b. Perangkat lunak Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah program pengolahan citra yang dibangun dengan bahasa pemrograman SharpDevelop 3.2.

30 3.3 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, terdapat beberapa tahapan yaitu penyusunan algoritma image processing, pengambilan citra, pengolahan citra, pengukuran warna secara langsung dengan Chromameter, tahap pengolahan data hasil pengolahan citra dan data pengukuran langsung, dan penentuan hubungan pengukuran warna yang diukur dengan menggunakan Chromameter dan image processing Penyusunan Algoritma Image Processing Dalam penelitian tahap pertama ini dibuat algoritma pengolahan citra yang dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman SharpDevelop 3.2. Program pengolahan citra yang disusun dapat berfungsi untuk menentukan beberapa parameter citra objek yang dianalisis melalui citra warna seperti indeks warna RGB (merah, hijau, biru), XYZ, dan Lab. Diagram alir algoritma image processing untuk pengukuran warna dapat dilihat pada Lampiran Pengambilan Citra Sebelum dilakukan pengambilan citra wortel dan labu terlebih dahulu disortir dan dibersihkan dari kotoran yang menempel pada bahan. Kemudian wortel dan labu diambil citranya dengan kamera CCD dan sistem pengolahan citra (image processing). Pengambilan citra dilakukan pada salah satu sisi objek menggunakan latar belakang warna hitam dan pada latar belakang warna putih. Skema perekaman citra digital diilustrasikan pada Gambar 9. Kartu konversi A/D Memori citra Kamera CCD Lampu LED Pipa PVC Algoritma pengolahan citra Objek Layar hitam atau putih Gambar 9. Skema pengambilan dan pengolahan citra digital Pengambilan citra dilakukan dengan cara sebagai berikut: 16

31 a. Objek diletakkan di atas kain hitam atau putih sebagai alas atau background dan di bawah kamera CCD dengan jarak 20 cm. Kamera diletakkan di bagian tengah pipa PVC berdiameter 4 inchi, sedangkan lampu LED diletakkan di bagian atas pipa PVC. b. Perangkat komputer, kamera CCD dan delapan lampu LED dinyalakan untuk memberikan pencahayaan tambahan terhadap objek. c. Intensitas reflektan objek ditangkap oleh sensor kamera CCD melalui lensa dan ditampilkan di monitor komputer yang dihubungkan dengan kamera. d. Citra objek direkam dalam ukuran 744 x 480 pixel dengan 256 tingkat intensitas cahaya merah, hijau dan biru (RGB). e. Citra objek yang telah direkam kemudian disimpan dalam sebuah file dengan format bitmap (.bmp). (a) (b) Gambar 10. (a) Seperangkat penangkap citra, dan (b) penyimpanan citra Pengolahan Citra Pengolahan citra wortel dan labu dilakukan dengan program komputer yang telah dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan bahasa pemrograman SharpDevelop 3.2. Program yang dibuat memiliki kemampuan untuk menghitung citra warna RGB (merah, hijau, biru), XYZ, dan Lab pada objek Pengukuran Warna dengan Chromameter Pada pengukuran warna menggunakan Chromameter, hasil pengukuran dinyatakan dalam CIE L*a*b* yang dicirikan dengan notasi L, a, b. Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiga titik yang berbeda pada salah satu sisi objek. Skema pengukuran dari Chromameter ditunjukkan pada gambar berikut. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Optik Bahan Pertanian Penilaian kualitas sensori produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan seperti kasar-halus,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga Juli 2011, bertempat di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra. Pengolahan Citra : Representasi Citra. Universitas Gunadarma Pengolahan Citra : Representasi Citra 1/16

Grafik Komputer dan Pengolahan Citra. Pengolahan Citra : Representasi Citra. Universitas Gunadarma Pengolahan Citra : Representasi Citra 1/16 Pengolahan Citra : Representasi Citra Universitas Gunadarma 006 Pengolahan Citra : Representasi Citra /6 Representasi Citra dalam File (/3) Pertama-tama seperti halnya jika kita ingin melukis sebuah gambar,

Lebih terperinci

Pengolahan citra. Materi 3

Pengolahan citra. Materi 3 Pengolahan citra Materi 3 Citra biner, citra grayscale dan citra warna Citra warna berindeks Subject Elemen-elemen Citra Digital reflectance MODEL WARNA Citra Biner Citra Biner Banyaknya warna hanya 2

Lebih terperinci

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi 1.Definis Warna Dalam ilmu fisika warna didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik cahaya, sedangkan dalam bidang ilmu seni rupa dan desain warna didefinisikan sebagai pantulan tertentu dari cahaya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

Teori Warna. S1 Tekinik Informatika. Disusun Oleh Dr. Lily Wulandari

Teori Warna. S1 Tekinik Informatika. Disusun Oleh Dr. Lily Wulandari Teori Warna S1 Tekinik Informatika Disusun Oleh Dr. Lily Wulandari 1 Sejarah Warna Pada tahun 1672 Sir Isaac Newton menemukan bahwa cahaya yang dilewatkan pada sebuah prisma akan terbagi menjadi berbagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Desember 2007 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id Pembentukan Citra Citra ada 2 macam : 1. Citra Kontinu Dihasilkan dari sistem optik yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai menopang kehidupan manusia. Teknologi merupakan sebuah hasil

BAB I PENDAHULUAN. mulai menopang kehidupan manusia. Teknologi merupakan sebuah hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan akan teknologi semakin meningkat seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Kemajuan teknologi dengan perkembangan

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 721 6.2. Mata dan Warna 6.2.1 Spektrum warna Radiasi cahaya tampak menempati pita frekuensi relatif pendek pada spektrum energi gelombang elektromagnetik-kira-kira antara 400nm dan 700nm. Sebagai contoh,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PEPAYA (CARICA PAPAYA L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) Pepaya (Carica papaya L.) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman pepaya diduga berasal dari Amerika Tengah yang beriklim tropis (Haryoto, 1998). Menurut

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna

Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna Felix Terahadi - 13510039 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Warna 1 Semester Genap 2010/2011. Dr. Fitri Arnia Multimedia Signal Processing Research Group (MuSig) Jurusan Teknik Elektro-UNSYIAH

Pengolahan Citra Warna 1 Semester Genap 2010/2011. Dr. Fitri Arnia Multimedia Signal Processing Research Group (MuSig) Jurusan Teknik Elektro-UNSYIAH Pengolahan Citra Warna 1 Semester Genap 2010/2011 Dr. Fitri Arnia Multimedia Signal Processing Research Group (MuSig) Jurusan Teknik Elektro-UNSYIAH Outline Pengolahan warna penuh dan warna pseudo Penyajian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Pengertian Citra Citra (image) atau istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun

Lebih terperinci

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

COLOR SPACE. Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya COLOR SPACE Achmad Basuki Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Materi: 1. Konsep Warna 2. Standard Color Space RGB dan CMYK HSV CIE Lab, Luv, Yuv dan YCrCb 3. Color Gamut 4. Konversi Color Spaces KONSEP

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN SMK Negeri 4 Malang Jl. Tanimbar 22 Malang 65117Telp. ( 0341) 353798,Fax (0341) 353798 E-mail : surat@smkn4-mlg.info Definisi Warna Warna adalah salah satu elemen

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

SKRIPSI. PEMUTUAN BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) MENGGUNAKAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA. Oleh: MARIA YUSTINA TAMPUBOLON F

SKRIPSI. PEMUTUAN BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) MENGGUNAKAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA. Oleh: MARIA YUSTINA TAMPUBOLON F SKRIPSI PEMUTUAN BUAH JERUK MANIS (Citrus sinensis (L) Osbeck) MENGGUNAKAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA Oleh: MARIA YUSTINA TAMPUBOLON F14101109 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd DIMENSI WARNA DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd Warna panas: adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning Warna dingin, adalah kelompok

Lebih terperinci

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02 Drawing, Viewport, dan Transformasi Pertemuan - 02 Ruang Lingkup Definisi Drawing Viewport Transfomasi Definisi Bagian dari grafik komputer meliputi: 1. Citra (Imaging) : mempelajari cara pengambilan dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM PURWOKERTO PENGOLAHAN CITRA. Akuisisi dan Model ABDUL AZIS, M.KOM

STMIK AMIKOM PURWOKERTO PENGOLAHAN CITRA. Akuisisi dan Model ABDUL AZIS, M.KOM PENGOLAHAN CITRA Akuisisi dan Model Dasar Image 1 2 Apakah itu image / citra? Gambar atau foto atau data visual lainnya, umumnya dalam bentuk 2D atau 3D. Apakah itu digital image? Sebuah image yang berbentuk

Lebih terperinci

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer

Aspek Interaksi Manusia dan Komputer HUMAN Manusia merasakan dunia nyata dengan menggunakan piranti yang lazim dikenal dengan panca indera -mata, telinga, hidung, lidah dan kulit- sehingga lewat komponen inilah kita dapat membuat model manusia

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu system perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

Laporan Akhir Praktikum Mempelajari Karakterisitk Visual Citra Tomat Menggunakan Image Processing. Avicienna Ulhaq Muqodas F

Laporan Akhir Praktikum Mempelajari Karakterisitk Visual Citra Tomat Menggunakan Image Processing. Avicienna Ulhaq Muqodas F Laporan Akhir Praktikum Mempelajari Karakterisitk Visual Citra Tomat Menggunakan Image Processing Avicienna Ulhaq Muqodas F14110108 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Parameter Mutu Jeruk Pontianak Secara Langsung Dari Hasil Pemutuan Manual Pemutuan jeruk pontianak secara manual dilakukan oleh pedagang besar dengan melihat diameter

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

Intensity and Color. Pertemuan 12

Intensity and Color. Pertemuan 12 Intensity and Color Pertemuan 12 Warna Kemajuan teknik raster menjadikan teknik warna (grayscale dan warna) merupakan suatu konsep yang terintegrasi dalam teknologi komputer grafik Konsep warna melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini, akan membahas implementasi dan hasil pengujian dari program aplikasi yang telah dibuat. Pada perancangan aplikasi ini meliputi perbedaan citra hasil foto

Lebih terperinci

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006 Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA PENS-ITS, 26 Des 2006 Materi Format Warna RGB r-gcolor Normalized RGB HSV YCrCb TSL Deteksi Warna Static Threshold Distance Threshold Dynamic Threshold Format Warna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

SIFAT FISIK WARNA.. 10/6/2013

SIFAT FISIK WARNA.. 10/6/2013 WARNA sensasinya dengan karakteristik fisik lain seperti titik leleh, ukuran partikel, SG dll. Merupakan persepsi manusia terhadap penampakan dari sinyal yang diberikan oleh otak. Dipengaruhi oleh : Sejumlah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd DIMENSI WARNA DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd Warna panas: adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning Warna dingin, adalah kelompok

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

Selama ini dalam pemanenan dan penjualan hasil panen, petani jeruk nipis masih belum melakukan pemilahan mutu yang baik sehingga harga jual sangat

Selama ini dalam pemanenan dan penjualan hasil panen, petani jeruk nipis masih belum melakukan pemilahan mutu yang baik sehingga harga jual sangat SEMINAR TUGAS AKHIR Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Djoko Purwanto M.Eng Dr. Tri Arief Sardjono ST.MT Oleh: OKTAVIANO YUDHA N 2203.109.007 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 1. Menggunakan peerangkat lunak pembuat grafik. Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi : 1. Menggunakan peerangkat lunak pembuat grafik. Kompetensi Dasar 1 Standar Kompetensi : 1. Menggunakan peerangkat lunak pembuat grafik. Kompetensi Dasar : 1.1. Menggunakan menu ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat grafis Adobe Photoshop Indikator Pencapaian:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness

Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Studi Digital Watermarking Citra Bitmap dalam Mode Warna Hue Saturation Lightness Evan 13506089 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16089@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Digital Scoring System adalah sebuah Software scanner periksa nilai ujian dari lembar jawaban komputer (LJK) dengan teknologi computer graphic dan image recognition yang memberikan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Gray World

Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Gray World Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Heri Priya Waspada, *, Supeno Mardi Susiki Nugroho, Eko Mulyanto Yuniarno S Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya

Lebih terperinci

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT Rizki Salma*, Achmad Hidayatno**, R. Rizal Isnanto** 1 Sistem deteksi wajah, termasuk

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 14 Pemrosesan Warna. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 14 Pemrosesan Warna. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 14 Pemrosesan Warna Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2014

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Digital Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Studi dan Eksperimen terhadap Kombinasi Warna untuk Kriptografi Visual Warna Kromatik. Ibnu Alam

Studi dan Eksperimen terhadap Kombinasi Warna untuk Kriptografi Visual Warna Kromatik. Ibnu Alam Studi dan Eksperimen terhadap Kombinasi Warna untuk Kriptografi Visual Warna Kromatik Abstrak Ibnu Alam 13506024 Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Oktober 2010. Perancangan alat dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai Agustus 2010 di Bengkel Departemen

Lebih terperinci

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Daryanto 1) 1) Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email: 1) daryanto@unmuhjember.ac.id

Lebih terperinci

Image Formation & Display

Image Formation & Display Image Formation & Display Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban (0403100596) SEKOLAH TINGGI SANDI NEGARA BOGOR 2007 1 Pendahuluan Image adalah suatu uraian bagaimana suatu parameter yang bervariasi dari suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi.

BAB II LANDASAN TEORI. untuk melakukan pekerjaan antara lain, yaitu: terutama gambar logo dua dimensi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Corel draw Corel draw adalah editor grafik vector yang dibuat oleh corel, Corel sendiri adalah sebuah perusahaan perangkat lunak yang bermarkas di Ottawa, Kanada. Versi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Manusia selalu berjuang untuk memeuhi kebutuhan hidupnya dengan terus menggali potensi sumber daya alam yang ada. Dengan memanfaatkan sumber daya alam serta

Lebih terperinci

5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN. Pendahuluan

5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN. Pendahuluan 5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN Pendahuluan Tujuan aplikasi berbasis sensor adalah melakukan penyemprotan dengan presisi tinggi berdasarkan pengamatan real time, menjaga mutu produk dari kontaminasi obat-obatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Pindah Panas serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi

Lebih terperinci

Sistem Visual Manusia

Sistem Visual Manusia Sistem Visual Manusia Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep

Lebih terperinci

Grafika Komputer Pertemuan Ke-14. Pada materi ini akan dibahas tentang pencahayaan By: I Gusti Ngurah Suryantara, S.Kom., M.Kom

Grafika Komputer Pertemuan Ke-14. Pada materi ini akan dibahas tentang pencahayaan By: I Gusti Ngurah Suryantara, S.Kom., M.Kom Pada materi ini akan dibahas tentang pencahayaan By: I Gusti Ngurah Suryantara, S.Kom., M.Kom BAB-13 PENCAHAYAAN 13.1. WARNA Warna sebenearnya merupakan persepsi kita terhadap pantulan cahaya dari benda-benda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Smart Traktor

II. TINJAUAN PUSTAKA Smart Traktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Smart Traktor Ide mengenai robotic agriculture (suatu mesin cerdas yang dapat melakukan kegiatan pertanian) bukanlah hal yang baru lagi. Banyak insinyur yang telah mengembangkan

Lebih terperinci

One picture is worth more than ten thousand words

One picture is worth more than ten thousand words Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Digital image processing adalah istilah untuk memproses gambar (picture) dua

BAB 2 LANDASAN TEORI. Digital image processing adalah istilah untuk memproses gambar (picture) dua BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Definisi Pengolahan Citra Digital image processing adalah istilah untuk memproses gambar (picture) dua dimensi oleh komputer digital (Jain, 989, p). Segala proses yang digunakan

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN. Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8

BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN. Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8 BAB 2 FAKTOR MANUSIA - PENGELIHATAN - PENDENGARAN - SENTUHAN Interaksi Manusia dan Komputer Faktor Manusia 8 BAB 2 FAKTOR MANUSIA PENDAHULUAN Sistem komputer terdiri atas 3 aspek, yaitu perangkat keras

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Berwarna

Pengolahan Citra Berwarna MK3383 Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Berwarna M. Zidny Naf an, M.Kom. Semester Genap 2015/2016 http://www.colormatters.com/color-and-vision/how-the-eye-sees-color Bagaimana Manusia Melihat Warna?

Lebih terperinci

BAB V PENGATURAN TAMPILAN DAN WARNA

BAB V PENGATURAN TAMPILAN DAN WARNA BAB V PENGATURAN TAMPILAN DAN WARNA Pertemuan : 5 Waktu : 100 Menit Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat merancang antarmuka sesuai dengan paradigma IMK Indikator : Mahasiswa dapat mengatur tampilan dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT

PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT PEMANFAATAN KAMERA WIRELESS SEBAGAI PEMANTAU KEADAAN PADA ANTICRASH ULTRASONIC ROBOT 1 Hilridya Sagita, 2 Eri Prasetyo dan 3 Arifin 1,2 Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Jakarta 3 STMIK Bidakara,

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital

Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital Implementasi Algoritma Kompresi Shannon Fano pada Citra Digital Muhammad Khoiruddin Harahap Politeknik Ganesha Medan choir.harahap@yahoo.com Abstrak Algoritma kompresi Shannon-Fano merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

Indarto 1, Murinto 2, I. PENDAHULUAN. Kampus III UAD Jl.Dr.Soepomo, Janturan, Yogyakarta

Indarto 1, Murinto 2, I. PENDAHULUAN. Kampus III UAD Jl.Dr.Soepomo, Janturan, Yogyakarta Deteksi Kematangan Buah Pisang Berdasarkan Fitur Warna Citra Kulit Pisang Menggunakan Metode Transformasi Ruang Warna HIS (Banana Fruit Detection Based on Banana Skin Image Features Using HSI Color Space

Lebih terperinci

KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS

KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH PEPAYA (CARICA PAPAYA L) CALIFORNIA (CALLINA-IPB 9) DALAM RUANG WARNA HSV DAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS Sigit Sugiyanto*, Feri Wibowo Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER PEWARNAAN Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. KOMPONEN WARNA Warna terbentuk dari: 1. Hue (Corak) 2. Intensity (Intensitas) 3. Saturation (Kejenuhan atau Jumlah Putih pada

Lebih terperinci

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C

ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C ANALISIS SINAR MERAH, HIJAU, DAN BIRU (RGB) UNTUK MENGUKUR KELIMPAHAN FITOPLANKON (Chlorella sp.) Oleh: Merizawati C64104004 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

Alat Koresi Warna & Tonal

Alat Koresi Warna & Tonal BAB 4 Alat Koresi Warna & Tonal Keserasian warna dan tonal menjadi hal yang sangat penting dalam dunia desain grafis karena menentukan indah atau tidaknya sebuah gambar yang dibuat. Bukan saja untuk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Buah-buahan merupakan salah satu kelompok komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi. Permintaan domestik terhadap

Lebih terperinci