RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL. Januari 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL. Januari 2012"

Transkripsi

1 RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL Januari 2012

2

3 RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL 12 JANUARI, 2012 Prakarsa Infrastruktur Indonesia (Indonesia Infrastructure Initiative) Dokumen ini telah dipublikasikan oleh Prakarsa Infrastruktur Indonesia/Indonesia Infrastructure Initiative (IndII), suatu program yang didanai Pemerintah Australia yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan meningkatkan relevansi, kualitas dan kuantitas investasi infrastruktur. Pendapat para penulis yang dikemukakan dalam laporan ini tidak selalu mencerminkan pendapat Kemitraan Australia Indonesia atau Pemerintah Australia. Namun demikian, IndII sangat menghargai setiap tanggapan atau pertanyaan atas laporan ini, yang dapat disampaikan kepada Direktur IndII, tel. +62 (21) , fax +62 (21) Website: Ucapan Terima Kasih Laporan ini telah disiapkan oleh Nathan Associates Inc. (Dr. Paul Kent, Mr Richard Blankfeld), dibantu oleh tim konsultan nasional (Prof Sudjanadi, Hidayat Mao, SH, DR. Russ Frazila Bona, dan Ir. Budiyono Doel Rachman MSc.) dan Office Manager, IndII (Desi Rahmawati, SE), yang terlibat dalam Prakarsa Infrastruktur Indonesia (IndII) yang didanai oleh AusAID sebagai bagian dari Kegiatan No. 244: Finalisasi Peraturan Menteri Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN), Review Pengembangan Kebijakan & Manajemen Kepelabuhanan, dan Presentasi Akhir RIPN. Kami menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kementerian Perhubungan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, Pelindo 1-4, Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak, INSA, KPPU dan Tim Pelaksana RIPN atas dukungan dan informasinya. Terima kasih juga kepada David Ray (Direktur Fasilitas, IndII) dan David Shelley (Direktur Teknik Transportasi, IndII) atas dukungan dan masukannya. Dukungan yang diberikan oleh Efi Novara Nefiadi, Sr Transport Program Officer, IndII sangat kami hargai. Setiap kesalahan faktual atau interpretasi sepenuhnya merupakan karya para penulis. Dr. Paul Kent Nathan Associates Inc. Jakarta, 12 Januari 2012

4

5 RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL Menimbang: a. bahwa dalam pasal 67,71,72 dan 73 Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Pasal 7, 8, 9 dan 10 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan diatur mengenai Rencana Induk Pelabuhan Nasional; b. bahwa berdasarkan Pasal 71 ayat (4) Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan (b), perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Mengingat: 1. Undang-undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 2. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang ; 4. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang; 5. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 6. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan; 7. Peraturan Menteri Perhubungan No. Km 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata kerja Departemen Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 20 Tahun 2008; 8. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional; 9. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 31 Tahun 2006 tentang Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; 10. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 49 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan ; 11. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan; 12. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan; 13. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 64 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar; 14. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam; 15. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 44 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 62 Tahun tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Kantor Penyelenggara Pelabuhan; 16. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan No KM 63 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan;

6 17. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 46 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 64 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar; 18. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 47 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Menteri Perhubungan No KM 65 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelabuhan Batam. Menetapkan: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL Pasal 1 Rencana Induk Pelabuhan Nasional memuat Kebijakan Pelabuhan Nasional dan Rencana Lokasi serta Hierarki Pelabuhan. Pasal 2 Rencana Induk Pelabuhan Nasional sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 di atas, merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan, dan penyusunan Rencana Induk Pelabuhan. Pasal 3 Lokasi Pelabuhan (1) Lokasi pelabuhan merupakan wilayah daratan dan perairan tertentu yang meliputi Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKp). (2) Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan terdiri atas: a. Wilayah daratan yang digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang; dan; b. Wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh, tempat alih muatan antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan. (3) Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan merupakan perairan pelabuhan diluar Daerah Lingkungan Keja Pelabuhan yang digunakan untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka panjang, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan, fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal. (4) Rencana lokasi pelabuhan yang akan dibangun harus sesuai dengan: a. Rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang propinsi dan tata ruang wilayah kabupaten/kota; b. Potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah; c. Potensi sumber daya alam dan; d. Perkembangan lingkunganstrategis, baik nasional maupun internasional. (5) Penggunaan wilayah daratan dan perairan tertentu sebagai lokasi pelabuhan ditetapkan oleh Menteri atas dasar pengajuan permohonan dari Pemerintah atau pemerintah daerah.

7 Pasal 4 Pembangunan, Pengoperasian dan Pengembangan Pelabuhan Pembangunan, Pengoperasian dan Pengembangan Pelabuhan hanya dapat dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan. Pasal 5 Rencana Induk Pelabuhan (1) Setiap pelabuhan wajib mempunyai rencana induk pelabuhan yang didalamnya termasuk rencana penggunaan wilayah daratan dan perairan. (2) Rencana Induk Pelabuhan harus disiapkan untuk jangka waktu: a. 15 tahun sampai 20 tqhun (Jangka panjang); b. 10 tahun sampai 15 tahun (jangka menengah); c. 5 tahun sampai 10 tahun (jangka pendek). (3) Rencana Induk Pelabuhan dipersiapkan oleh penyelenggara pelabuhan berdasarkan: a. Rencana Induk Pelabuhan Nasional; b. Rencana tata ruang propinsi; c. Rencana tata ruang kabupaten/kota madya; d. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan yang terkait di pelabuhan; e. Kelaikan tehnis ekonomis dan lingkungan hidup; f. Keamanan dan keselamatan lalu lintas kapal dari dan ke pelabuhan. Pasal 6 Hierarki Pelabuhan Laut Pelabuhan Laut terdiri dari 3 (tiga) hierarki yaitu: 1. Pelabuhan Utama yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/ atau barang; 2. Pelabuhan Pengumpul yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/ atau barang; 3. Pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan atau/ barang. Pasal 7 Rencana pembangunan pelabuhan secara nasional menggunakan pendekatan klaster, yaitu berdasarkan pengelompokan pelabuhan yang secara geografis berdekatan dan secara operasional saling terkait. Pasal 8 (1) Rencana Induk Pelabuhan Nasional sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan dilakukan evaluasi setiap 5 (lima) tahun.

8 (2) Dalam hal terjadi perubahan lingkungan strategis tertentu, Rencana Induk Pelabuhan Nasional dapat dievaluasi sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun. (3) Rencana Induk Pelabuhan Nasional termuat secara lengkap dalam lampiran peraturan ini. (4) Uraian dalam Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) teridiri 5 (lima) Bab yaitu: a. Bab 1 Pendahuluan; b. Bab 2 Kebijakan Pelabuhan Nasional; c. Bab 3 Perkiraan Lalu Lintas Barang di Pelabuhan dan Implikasinya terhadap Pengembangan Sektor Pelabuhan; d. Bab 4 Lokasi Pelabuhan dan Pengembangan Pelabuhan; e. Bab 5 Rencana Aksi di bidang Pengaturan dan Kebijakan. Pasal 9 Direktur Jenderal Perhubungan Laut mengawasi dan mengambil langkah lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Pasal 10 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal: Menteri Perhubungan

9 LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL Bab 1. PENDAHULUAN... 1 Bab 2. KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL Kebijakan Pelabuhan Nasional Strategi Implementasi Pedoman Kebijakan Pelabuhan Nasional dan Strategi Bisnis yang Komprehensif Perencanaan Terpadu, Hierarki Pelabuhan dan Pemantauan Kinerja Pengaturan Tarif Mendorong Persaingan di Sektor Pelabuhan Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia di Pelabuhan Meningkatkan Keselamatan Kapal dan Keamanan Fasilitas Pelabuhan secara Efektif Meningkatkan Perlindungan Lingkungan Maritim secara Efektif... 7 Bab 3. PROYEKSI LALU LINTAS MUATAN MELALUI PELABUHAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBANGUNAN KEPELABUHANAN DI INDONESIA Latar Belakang Proyeksi Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Berdasarkan Skenario Dasar (Base Case) Proyeksi Lalu Lintas Berbasis Skenario Alternatif Implikasi terhadap Pembangunan Sektor Pelabuhan Bab 4. LOKASI DAN RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN Kebutuhan Investasi Pelabuhan Pembiayaan Pelabuhan dan Kerangka Bantuan dan Penjaminan Pemerintah Indikasi Kebutuhan Pembiayaan Potensi Sumber Pembiayaan Investasi Sektor Pemerintah Kerangka Dukungan dan Penjaminan Pemerintah Strategi Pelaksanaan untuk Partisipasi Swasta dalam Investasi di Pelabuhan Bab 5. RENCANA AKSI DI BIDANG PENGATURAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Undang-undang Pelayaran Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Peraturan Pemerintah tentang Kepelabuhanan (PP No. 61/2009) Rencana Aksi Pelaksanaan Kebijakan Inisiatif Jangka Pendek untuk Mengimplementasikan Kebijakan DAFTAR TABEL Tabel 3-1 Lalu Lintas Barang Melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan dan Jenis Muatan, pada Tahun 1999 dan Tabel 3-2 Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan dan Jenis Muatan dan Komoditas Utama, pada Tahun Tabel 3-3 Proyeksi Total Lalu Lintas Muatan Melalui Pelabuhan Indonesia Skenario Pertumbuhan Dasar (Base Case) Periode Tahun Tabel 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis Terminal/Fasilitas Pelabuhan untuk Tahapan Tahun and Total Tahun (dalam juta US$, tahun 2011) Tabel 4-2 Indikasi Kebutuhan Pembiayaan oleh Pemerintah dan Pihak Swasta untuk Pengembangan Fasilitas Pelabuhan,

10 Tabel 4-3 Kerangka Hukum Investasi Sektor Swasta Tabel 5-1 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Undang-Undang No. 17/2008 tentang Pelayaran Tabel 5-2 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Tercakup dalam PP No. 61/ Tabel 5-3 Rencana Aksi Implementasi Kebijakan Tabel 5-4 Inisiatif untuk Pelaksanaan Kebijakan DAFTAR GAMBAR Gambar 1-1 Kedudukan RIPN dalam Kerangka Kerja MP3EI... 2 Gambar 1-2 Kerangka Kerja RIPN... 3 Gambar 3-1 Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Utama di Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan Tahun Gambar 3-2 Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Indonesia berdasarkan Jenis Muatan pada Tahun 2009 menurut Klaster Pelabuhan Gambar 3-3 Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Utama Indonesia, Periode Tahun Gambar 3-4 Koridor Ekonomi dalam MP3EI Gambar 3-5 Proyeksi Total Lalu Lintas Peti Kemas di Pelabuhan Indonesia menurut Skenario Pertumbuhan, Periode Tahun Gambar 3-6 Proyeksi Total Lalu Lintas Muatan di Pelabuhan Indonesia berdasarkan Jenis Muatan Menurut Skenario Pertumbuhan, Periode Tahun Gambar 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Tahapan Pengembangan Gambar 4-2 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis Fasilitas Pelabuhan DAFTAR SUPLEMEN Suplemen A-1 Hierarki Pelabuhan Suplemen B-1 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Lalu-Lintas Peti Kemas Indonesia Tahun Suplemen B-2 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Lalu-Lintas Peti Kemas Indonesia Tahun Suplemen B-3 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Lalu-Lintas Kargo Umum (General Cargo) Indonesia Tahun Suplemen B-4 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Lalu-Lintas Kargo Umum (General Cargo) Indonesia Tahun Suplemen B-5 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Curah Kering Indonesia Tahun Suplemen B-6 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Curah Kering Indonesia Tahun Suplemen B-7 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Curah Cair Indonesia Tahun Suplemen B-8 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Curah Cair Indonesia Tahun Suplemen C-1 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Sumatera Suplemen C-2 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Jawa Suplemen C-3 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Kalimantan Suplemen C-4 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Sulawesi Suplemen C-5 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara Suplemen C-6 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Papua Maluku Suplemen D-1 Koridor Ekonomi Sumatera Suplemen D-2 Koridor Ekonomi Jawa Suplemen D-3 Koridor Ekonomi Kalimantan... 76

11 Suplemen D-4 Koridor Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara Suplemen D-5 Koridor Ekonomi Sulawesi Suplemen D-6 Koridor Ekonomi Papua Maluku Suplemen E-1 Rencana Pengembangan Fisik Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Fasilitas Pelabuhan, Tahun Suplemen E-2 Rencana Investasi Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Fasilitas Pelabuhan, Tahun

12

13 Bab 1. PENDAHULUAN Sebagai negara kepulauan yang pertumbuhan ekonominya sangat tergantung kepada transportasi laut, beroperasinya pelabuhan secara efisien di Indonesia menjadi prioritas utama. Selain dalam rangka pemberdayaan industri angkutan laut nasional, Undang-undang Pelayaran No. 17 tahun 2008 lebih lanjut menjabarkan prioritas yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan kesinambungan pembangunan pelabuhan, keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim. Arah kebijaksanaan untuk bidang kepelabuhanan menekankan kepada penataan penyelenggaraan kepelabuhanan, reformasi kelembagaan, peningkatan persaingan, penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara proporsional dalam penyelenggaraan dan perencanaan pengembangan pelabuhan, serta penyiapan sumber daya manusia yang profesional untuk memenuhi kebutuhan sektor pemerintah dan swasta. Pendekatan multi-dimensi yang diamanatkan oleh Undang-undang diharapkan dapat mendukung dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya konektivitas dan pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis serta meningkatkan kesejahterasan rakyat Indonesia. Visi kepelabuhanan Indonesia yang dapat merefleksikan perannya secara multi-dimensi adalah: Sistem kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan responsif yang mendukung perdagangan internasional dan domestik serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah. UU Pelayaran No. 17 tahun 2008 menetapkan bahwa Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) disusun sebagai kerangka kebijakan untuk memfasilitasi tercapainya visi tersebut. RIPN akan menjadi acuan bagi pembangunan kepelabuhanan di Indonesia. Di dalam RIPN juga terdapat prediksi lalulintas pelabuhan, kebutuhan pengembangan fisik pelabuhan, kebutuhan investasi dan strategi pendanaan, program modernisasi pelabuhan dan integrasinya dengan pembangunan ekonomi dalam kerangka sistem transportasi nasional. RIPN disusun dengan mengintegrasikan rencana lintas sektor, meliputi keterkaitan antara sistem transportasi nasional dan rencana pengembangan koridor ekonomi serta sistem logistik nasional, rencana investasi dan implementasi kebijakan, peran serta sektor pemerintah dan swasta, pemerintah pusat dan daerah. Integrasi tersebut menjadi landasan utama untuk perencanaan dan investasi jangka panjang dimana bentuknya tidak hanya berupa pembangunan fisik namun juga menyangkut peningkatan efisiensi dan upaya memaksimalkan pemanfaatan kapasitas pelabuhan yang ada serta berbagai langkah terkait dengan aspek pengaturan, kelembagaan, dan operasional pelabuhan. 1

14 Gambar 1-1 Kedudukan RIPN dalam Kerangka Kerja MP3EI 2

15 Gambar 1-2 Kerangka Kerja RIPN VISI Terwujudnya sistem kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan responsif, yang mendukung perdagangan internasional dan domestik serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah. TUJUAN - Meningkatkan daya saing dalam perdagangan global dan pelayanan jasa transportasi - Meningkatkan daya saing jasa kepelabuhanan, mengurangi biaya pelabuhan dan meningkatkan pelayanan jasa pelabuhan - Mensinergikan pelabuhan dengan pembangunan sistem transportasi nasional, sistem logistik nasional dan pembangunan ekonomi - Mengembangkan kapasitas pelabuhan untuk memenuhi permintaan kebutuhan jasa transportasi - Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia dalam sektor kepelabuhanan. RENCANA AKSI Kelembagaan Perencanaan Peraturan Pengembangan SDM - Transisi implementasi kelembagaan Otoritas Pelabuhan - Kejelasan fungsi Otoritas Pelabuhan dan Pelindo - Penyerahan pelabuhan pengumpan kepada pemerintah daerah - Integrasi dengan perencanaan sistem transportasi nasional dan wilayah - Integrasi dengan rencana pembangunan ekonomi nasional - Pengembangan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan jasa kepelabuhanan - Penyiapan pedoman untuk pengembangan rencana induk masingmasing pelabuhan - Penyusunan peraturan pelaksanaan dari UU Pelayaran No. 17/ Penyusunan peraturan pelaksanaan untuk efektivitas perencanaan, pembangunan dan manajemen pelabuhan - Mendorong persaingan dan pengurangan hambatan akses pasar - Implementasi Kebijakan Kepelabuhanan Nasional - Mendorong peningkatan produktivitas pelabuhan - Transisi penerapan praktek internasional dalam pengembangan SDM dan tenaga kerja pelabuhan - Melakukan dialog dengan pemangku kepentingan dalam reformasi buruh pelabuhan - Mengembangkan program pelatihan SDM dan buruh pelabuhan Teknologi Pembiayaan & Investasi - Mempercepat pembangunan sistem informasi terintegrasi kepelabuhanan - Mendorong aplikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasar - Menerapkan skema Partisipasi Sektor Swasta (KPS) - Pemanfaatan sumber pendanaan domestik - Pengaturan arus pendapatan dari konsesi/sewa dan sumber lainnya kepada Otoritas Pelabuhan 3

16 Bab 2. KEBIJAKAN PELABUHAN NASIONAL Kebijakan pelabuhan nasional merupakan bagian dalam proses integrasi multimoda dan lintas sektoral. Peran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi nasional dan strategi pembangunan ekonomi oleh karena itu kebijakan tersebut lebih menekankan pada perencanaan jangka panjang dalam kemitraan antar lembaga pemerintah dan antar sektor publik dan swasta. Munculnya rantai pasok global (supply chain management) sebagai model bisnis yang diunggulkan, merupakan faktor kunci dalam perubahan ekonomi global. Perkembangan teknologi informasi komunikasi dan transportasi mempengaruhi strategi bisnis yang terintegrasi antara produksi, pemasaran, transportasi, distribusi dan klaster industri dalam koridor ekonomi. Kelancaran, keamanan dan ketepatan waktu, dalam sistem multi moda transportasi yang efisien merupakan kunci keberhasilan bisnis yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia. Karena itu diperlukan keterpaduan multimoda transportasi dan sistem logistik nasional dalam penetapan kebijakan dan pembangunan infrastruktur fisik. Infrastruktur transportasi merupakan faktor dominan yang berkaitan dengan kebijakan publik, peraturan, dan sistem operasi. Peran investasi swasta sangat penting, dimana komitmen kebijakan pemerintah perlu menciptakan iklim yang kondusif sekaligus melindungi kepentingan publik. Dalam sistem transportasi nasional yang efesien dan efektif, kebijakan maritim masa depan di Indonesia mempunyai potensi dan peluang yang besar. Berbagai kebijakan akan diadakan perubahan secara berkesinambungan sesuai dengan prioritas dan perkembangan lingkungan strategis dan internasional (continuous improvement process). Untuk itu masukan dari para pemangku kepentingan sangat diperlukan. Kebijakan pelabuhan nasional akan merefleksikan perkembangan sektor pelabuhan menjadi industri jasa kepelabuhanan kelas dunia yang kompetitif dan sistem operasi pelabuhan sesuai dengan standar internasional baik dalam bidang keselamatan pelayaran maupun perlindungan lingkungan maritim. Tujuannya adalah untuk memastikan sektor pelabuhan dapat meningkatkan daya saing, mendukung perdagangan, terintegrasi dengan sistem multimoda transportasi dan sistem logistik nasional. Kerangka hukum dan peraturan akan diarahkan dalam upaya menjamin kepastian usaha, mutu pelayanan yang lancar dan cepat, kapasitas mencukupi, tertib, selamat, aman, tepat waktu, tarif terjangkau, kompetitif, aksesibilitas tinggi dan tata kelola yang baik. Kebijakan tersebut akan terus dibangun dan dikembangkan berdasarkan konsensus dan komitmen dari para pemangku kepentingan Kebijakan Pelabuhan Nasional Kebijakan Pelabuhan nasional diarahkan dalam upaya: Mendorong Investasi Swasta Untuk mendukung rencana MP3I, partisipasi sektor swasta merupakan kunci keberhasilan dalam percepatan pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan Indonesia, karena kemampuan finansial sektor publik terbatas. Mendorong Persaingan Mewujudkan iklim persaingan yang sehat dalam kegiatan usaha kepelabuhanan yang diharapkan dapat menghasilkan jasa kepelabuhanan yang efektif dan efisien. 4

17 Pemberdayaan Peran Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan Upaya perwujudan peran Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagai pemegang hak pengelolaan lahan daratan dan perairan (landlord port authority) dapat dilaksanakan secara bertahap. Upaya tersebut termasuk rencana transformasi Otoritas Pelabuhan/Unit Penyelenggara Pelabuhan menjadi Badan Layanan Umum (BLU), sehingga akan mencerminkan penyelenggara pelabuhan yang lebih fleksibel dan otonom. Terwujudnya Integrasi Perencanaan Perencanaan pelabuhan harus mampu mengantisipasi dinamika pertumbuhan kegiatan ekonomi dan terintegrasi kedalam penyusunan rencana induk pelabuhan khususnya dikaitkan dengan MP3EI/koridor ekonomi, sistem transportasi nasional, sistem logistik nasional, rencana tata ruang wilayah serta melibatkan masyarakat setempat. Menciptakan kerangka kerja hukum dan peraturan yang tepat dan fleksibel Peraturan pelaksanaan yang menunjang implementasi yang lebih operasional akan dikeluarkan untuk meningkatkan keterpaduan perencanaan, mengatur prosedur penetapan tarif jasa kepelabuhanan yang lebih efisien, dan mengatasi kemungkinan kegagalan pasar. Mewujudkan sistem operasi pelabuhan yang aman dan terjamin Sektor pelabuhan harus memiliki tingkat keselamatan kapal dan keamanan fasilitas pelabuhan yang baik serta mempunyai aset dan sumber daya manusia yang andal. Keandalan teknis minimal diperlukan untuk memenuhi standar keselamatan kapal dan keamanan fasilitas pelabuhan yang berlaku di pelabuhan Indonesia. Secara bertahap diperlukan penambahan kapasitas untuk memenuhi standar yang sesuai dengan protokol internasional. Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim Pengembangan pelabuhan akan memperluas penggunaan wilayah perairan yang akan meningkatkan dampak terhadap lingkungan maritim. Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan harus lebih cermat dalam mitigasi lingkungan, guna memperkecil kemungkinan dampak pencemaran lingkungan maritim. Mekanisme pengawasan yang efektif akan diterapkan melalui kerja sama dengan instansi terkait termasuk program tanggap darurat. Mengembangkan sumber daya manusia Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme dan kompetensi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan tingkat efisiensi, termasuk memperhatikan jaminan kesejahteraan dan perlindungan kerja tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan. Lembaga pelatihan, kejuruan dan perguruan tinggi akan dilibatkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pelabuhan, termasuk perempuan untuk memenuhi standar internasional. 5

18 2.2 Strategi Implementasi Pedoman Kebijakan Pelabuhan Nasional dan Strategi Bisnis yang Komprehensif Pelaksanaan Kebijakan Pelabuhan Nasional akan diawasi secara efektif dan dipublikasikan secara berkala kepada para pemangku kepentingan. Pedoman pelaksanaan Kebijakan Pelabuhan Nasional akan dikeluarkan setelah dilakukan konsultasi dengan para pemangku kepentingan Perencanaan Terpadu, Hierarki Pelabuhan dan Pemantauan Kinerja Perencanaan pengembangan pelabuhan dalam kerangka sistem transportasi nasional akan dikoordinasikan dengan perencanaan sektoral masing-masing moda transportasi, instansi terkait lainnya dan Otoritas Pelabuhan. Pedoman tentang perencanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan akan dikeluarkan yang meliputi pedoman proses perencanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan. Pelindo dan badan usaha pelabuhan lainnya diminta untuk memberikan informasi yang relevan kepada Otoritas Pelabuhan untuk disinkronisasikan dengan rencana induk masing-masing pelabuhan. Status pelabuhan akan direview secara berkala untuk menentukan kemungkinan terjadinya perubahan hierarki pelabuhan dan implikasinya terhadap revisi Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan rencana induk masing-masing pelabuhan. Sistem indikator kinerja akan diterapkan untuk tujuan perencanaan dan pemantauan serta hasil pencapaian kinerja pelabuhan akan dipublikasikan secara berkala Pengaturan Tarif Pengaturan penetapan tarif harus mudah diterapkan dalam arti setiap jasa kepelabuhanan dikenakan tarif sesuai dengan jasa yang disediakan. Tarif yang diusulkan Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggata Pelabuhan dapat ditolak apabila tidak wajar dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa atau infrastruktur. Tarif yang diusulkan badan usaha pelabuhan akan diajukan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) apabila dinilai anti-kompetitif atau diskriminatif. Review tarif dilakukan tanpa mengurangi kebebasan badan usaha pelabuhan untuk menegosiasikan perjanjian kerja sama usaha dengan mitra bisnisnya. Pedoman tentang prosedur pemantauan dan review tarif akan dikeluarkan untuk mempermudah penerapan tarif agar tidak menimbulkan beban yang tidak wajar kepada Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara Pelabuhan, atau badan usaha pelabuhan. Pedoman tersebut juga akan memberikan penjelasan tentang penerapan tarif atau perjanjian jasa pelayanan pelabuhan yang anti-kompetitif. 6

19 2.2.4 Mendorong Persaingan di Sektor Pelabuhan Persaingan di sektor pelabuhan akan didorong, khususnya pengembangan pelabuhan baru atau perluasan pelabuhan yang sudah ada. Pedoman tentang prosedur penyampaian keberatan dan penyelesaian sengketa akan dikeluarkan untuk mengatasi perilaku anti-kompetitif Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia di Pelabuhan Dalam upaya meningkatkan keterampilan tenaga kerja bongkar muat (TKBM), identifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan pendidikan di sektor pelabuhan akan dilakukan melalui konsultasi dengan badan usaha pelabuhan, Otoritas Pelabuhan, Unit Penyelenggara Pelabuhan, koperasi tenaga kerja dan pusat pelatihan yang ada. Kebutuhan dan strategi pengembangan pendidikan dan pelatihan akan direvisi secara berkala untuk disesuaikan dengan tuntutan permintaan. Nota kesepahaman akan dibuat dengan pusat pelatihan, lembaga kejuruan, dan perguruan tinggi untuk pengembangan sumber daya manusia di sektor pelabuhan dan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja serta memastikan kurikulum pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan para pemangku kepentingan. Konsultasi akan dilakukan dengan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat dan pemangku kepentingan lainya merumuskan peningkatan kesejahteraan dan insentif yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, memperbaiki praktek jam kerja efektif, jumlah tenaga kerja riil, memperluas program pelatihan dan mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan persaingan diantara koperasi penyedia tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di pelabuhan. Keikutsertaan tenaga kerja perempuan di sektor pelabuhan akan didorong dan dilibatkan dalam program pendidikan dan pelatihan yang diadakan lembaga pelatihan, kejuruan dan perguruan tinggi Meningkatkan Keselamatan Kapal dan Keamanan Fasilitas Pelabuhan secara Efektif Penerapan peraturan tentang keselamatan kapal dan keamanan fasilitas pelabuhan akan dilaksanakan secara konsekuen dalam rangka memberikan kewenangan yang lebih efektif kepada Otoritas Pelabuhan dan Syahbandar berdasarkan pedoman dan standar internasional Meningkatkan Perlindungan Lingkungan Maritim secara Efektif Dalam rangka menjamin perlidungan lingkungan maritim yang efektif di pelabuhan, pedoman tentang mitigasi lingkungan maritim di pelabuhan akan lebih dikembangkan oleh Kementerian Perhubungan dan dilaksanakan oleh Otoritas Pelabuhan yang mengatur: 7

20 Mitigasi lingkungan maritim di pelabuhan sesuai standar Indonesia dan pedoman internasional; Kerangka kerja sistem manajemen lingkungan maritim; dan Pengawasan internal dan audit independen yang dilakukan secara berkala. Peran Syahbandar untuk mengelola dan mengendalikan pencemaran di pelabuhan akan lebih ditingkatkan. Sistem manajemen lingkungan maritim akan diterapkan melalui kemitraan dengan pemangku kepentingan di bidang pelayaran untuk memastikan sistem tanggap darurat berfungsi di sektor pelabuhan. 8

21 Bab 3. Proyeksi Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan dan Implikasinya terhadap Pembangunan Kepelabuhanan di Indonesia 3.1 Latar Belakang Peran pelabuhan di Indonesia sebagai negara maritim sangat dominan dalam pembangunan nasional. Hal tersebut tercermin kegiatan pelabuhan untuk menunjang perdagangan internasional dan domestik secara nasional skalanya sangat besar. Pada tahun 2009, pelabuhan Indonesia menangani 968,4 juta ton muatan yang terdiri atas 560,4 juta ton muatan curah kering (hampir tiga perempatnya adalah batubara), 176,1 juta ton muatan curah cair (86 persennya adalah minyak bumi atau produk minyak bumi dan minyak kelapa sawit), 143,7 juta ton general cargo dan 88,2 muatan peti kemas (terlihat pada Tabel 3-1, dan Gambar 3-1 dan 3-2). Perdagangan luar negeri tercatat sebesar 543,4 juta ton atau 56 % dari total volume muatan yang ditangani melalui pelabuhan Indonesia pada tahun Muatan ekspor sebesar 442,5 juta ton atau lebih dari 80 % perdagangan luar negeri, sementara impor sebanyak 101,0 juta ton atau 20 % perdagangan luar negeri. Muatan ekspor lebih tinggi karena angkutan batubara jumlahnya sangat besar yaitu 278,6 juta ton pada tahun yang Tabel 3-1 juga menunjukkan pertumbuhan lalu lintas barang melalui pelabuhan Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 1999 sampai dengan 2009 yang meningkat rata-rata 11,0 %. Namun demikian, penyebaran pertumbuhannya sangatlah beragam, sebagai contoh, lalu lintas curah kering meningkat lebih dari lima kali lipat dari 95,2 juta ton pada tahun 1999 menjadi 560,4 juta ton pada tahun Muatan peti kemas juga meningkat rata-rata 12,3 %, yaitu dari 27,7 juta ton pada tahun 1999 menjadi 88,2 juta ton pada tahun 2009 (lihat juga Gambar 3-3). General cargo meningkat rata-rata 7,3 %, sementara muatan curah cair meningkat lebih rendah yaitu 1,7 %, sementara komoditas curah cair memiliki pertumbuhan yang lebih rendah, yaitu 1,7% selama perioda ini. Lalu lintas pelabuhan total Indonesia menurut kelompok jenis muatan utama diperlihatkan pada Tabel 3-2 serta secara grafis pada Gambar 3-1 sampai 3-3. Sedangkan lalu lintas antar pelabuhan (arus perdagangan) menurut jenis komoditas ditunjukkan pada Suplemen A. Pertumbuhan perdagangan masa depan di Indonesia akan banyak dipengaruhi oleh tingkat implementasi kebijakan pemerintah untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, yang tertuang dalam Master Plan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development (MP3EI). Dengan pusat pertumbuhan dan koridor ekonomi yang telah ditetapkan (Gambar 3-4) beserta sistem transportasi nasional yang akan menjamin konektivitas, MP3EI mengarahkan untuk terwujudnya Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Melalui implementasi MP3EI, Indonesia diharapkan dapat menjadi negara maju pada tahun 2025, yang berarti pertumbuhan ekonomi riil antara 6,4 7,5% diharapkan bisa tercapai pada periode Selain itu, tingkat inflasi juga diperkirakan turun dari 6,5% pada menjadi 3,0% pada

22 Peranan Pelabuhan menjadi sangat penting bagi terwujudnya tujuan MP3EI. Disisi lain, bila MP3EI dapat diimplementasikan dengan baik, maka implikasinya adalah pertumbuhan lalu lintas barang melalui pelabuhan menjadi lebih tinggi. Pelabuhan strategis di masing-masing koridor ekonomi disajikan dalam Suplemen C Proyeksi Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Berdasarkan Skenario Dasar (Base Case) Tabel 3-3 menyajikan proyeksi total muatan yang akan ditangani pelabuhan di Indonesia berdasarkan jenis muatan dan komoditas dari tahun 2009 sampai dengan Total lalu lintas muatan melalui pelabuhan diperkirakan meningkat dari 1,0 milyar ton pada tahun 2009 menjadi 1,3 milyar ton pada tahun 2015 dan menjadi 1,5 milyar ton pada tahun Angka pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 4,5 % dari tahun 2009 sampai dengan 2015 dan 3,7 % dari tahun 2015 sampai dengan Tabel 3-1 Lalu Lintas Barang Melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan dan Jenis Muatan, pada Tahun 1999 dan 2009 (dalam ribu ton) 10

23 Tabel 3-2 Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan dan Jenis Muatan dan Komoditas Utama, pada Tahun 2009 (dalam ribu ton) Gambar 3-1 Bongkar Muat Barang melalui Pelabuhan di Indonesia berdasarkan Arus Perdagangan Tahun 2009 (dalam ribu ton) Keterangan: Ekspor Impor Bongkar (Domestik) Muat (Domestik) 11

24 Gambar 3-2 Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Indonesia berdasarkan Jenis Muatan pada Tahun 2009 menurut Klaster Pelabuhan (dalam ribu ton) Keterangan: General Cargo Peti Kemas Curah Kering Curah Cair Gambar 3-3 Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Indonesia, Periode Tahun Keterangan: Tahun 1990 Tahun 2000 Tahun

25 Gambar 3-4 Koridor Ekonomi dalam MP3EI Tabel 3-3 Proyeksi Lalu Lintas Muatan melalui Pelabuhan Indonesia Skenario Pertumbuhan Dasar (Base Case) Periode Tahun (dalam ribu ton) Jenis Muatan Jenis Perdagangan Jenis Perdagangan Jenis Perdagangan Jenis Perdagangan Total Total Total Internasional Domestik Internasional Domestik Internasional Domestik Internasional Domestik Total General Cargo 32, , ,699 39, , ,775 43, , ,043 50, , ,155 Peti Kemas 61,000 27,223 88, ,894 65, , , , , , , ,680 Curah Kering 312, , , , , , , , , , , ,167 Semen ,941 15,085 6,700 21,925 28,625 8,757 28,655 37,411 14,264 48,947 63,210 Batubara 279, , , , , , , , , , , ,224 Biji Besi 10, ,623 13, ,114 16,686 1,000 17,686 23,537 2,000 25,537 Pupuk 5,162 30,665 35,828 7,323 39,934 47,257 9,346 48,586 57,932 14,514 68,536 83,050 Biji-bijian 3,832 2,343 6,175 4,316 2,639 6,954 4,672 2,885 7,557 5,422 3,348 8,770 Curah Kering Lain 13,879 60,124 74,003 17,562 73,907 91,469 20,858 85, ,537 26, , ,376 Curah Cair 136,723 39, , ,042 52, , ,653 65, , ,952 97, ,204 Minyak Bumi & Produk 91, , , , , , , ,584 CPO 22,438 38,485 60,923 30,069 51,574 81,643 37,471 64, ,742 55,467 95, ,603 Curah Cair Lain 23, ,654 29, ,965 34, ,646 46,805 1,213 48,017 Total 543, , , , ,040 1,262, , ,374 1,512, ,867 1,199,340 2,144,207 Rata-rata Pertumbuhan Tahunan (%) General Cargo Container Dry Bulk (1.2) (0.9) Cement Coal (2.2) (2.2) Iron Ore Fertilizer Grain Other Dry Bulk Liquid Bulk Petroleum & Products CPO Other Liquid Bulk Total Proyeksi Lalu Lintas Berbasis Skenario Alternatif Sebagaimana terlihat pada Gambar 3-5, pada Skenario Pertumbuhan Tinggi, total lalu lintas peti kemas Indonesia pada tahun 2030 akan mencapai 57 juta TEU, sementara pada Skenario Pertumbuhan Dasar akan mencapai 48 juta TEU, sedangkan pada Skenario 13

26 Rendah Dasar Tinggi Rendah Dasar Tinggi Rendah Dasar Tinggi 000's TEUs Pertumbuhan Rendah 42 juta TEU. Gambar 3-6 menyajikan secara jelas proyeksi untuk total perdagangan peti kemas untuk ketiga skenario. Gambar 3-5 Proyeksi Total Lalu Lintas Peti Kemas di Pelabuhan Indonesia menurut Skenario Pertumbuhan, Periode Tahun (dalam ribu TEU) Skenario Proyeksi 60,000 50,000 Tinggi Low Growth Dasar Base Case Rendah High Growth 40,000 30,000 20,000 10, Tahun Year Gambar 3-6 Proyeksi Total Lalu Lintas Muatan di Pelabuhan Indonesia berdasarkan Jenis Muatan Menurut Skenario Pertumbuhan, Periode Tahun (dalam ribu ton) Curah Kering Curah Cair Peti Kemas General Cargo Skenario Proyeksi Tahun Gambar 3-6 menyajikan proyeksi total lalu lintas muatan di Indonesia berdasarkan jenis muatan untuk ketiga skenario tersebut. Total lalu lintas muatan diprakirakan mencapai 2,7 milyar ton pada tahun 2030, mencapai 2,1 milyar ton pada Skenario Pertumbuhan Dasar dan 1,8 milyar ton pada Skenario Pertumbuhan Rendah. 14

27 3.4. Implikasi terhadap Pembangunan Sektor Pelabuhan Hasil proyeksi lalu lintas muatan melalui pelabuhan di Indonesia mempunyai implikasi yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan sistem pelabuhan nasional, yaitu diantaranya: Pada tahun 2020 lalu lintas peti kemas Indonesia akan meningkat lebih dari dua kali lipat volume tahun 2009 dan akan kembali meningkat dua kali lipat pada tahun 2030; Pengembangan terminal peti kemas sangat diperlukan di berbagai lokasi pelabuhan; Peningkatan volume peti kemas juga akan menimbulkan kebutuhan pengembangan pelabuhan peti kemas sebagai pelabuhan hub baru, baik di bagian barat maupun di timur Indonesia, seperti Kuala Tanjung dan Bitung. Namun kajian yang lebih spesifik diperlukan untuk pengembangan pelabuhan hub tersebut. Pertumbuhan lalu lintas curah kering dan cair yang lebih rendah menunjukkan bahwa total tonase muatan hanya akan meningkat sampai dengan 50% pada tahun 2020 dan 50% lagi pada tahun

28 Bab 4. LOKASI DAN RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN Penyusunan rencana kebutuhan pengembangan pelabuhan didasarkan pada pendekatan penilaian kapasitas pelabuhan dan memperhatikan skema pembangunan untuk masingmasing pelabuhan. Selain kebijakan pemerintah, juga telah memperhatikan program pembangunan pelabuhan yang diusulkan Pelindo sebagai pengelola pelabuhan strategis di Indonesia. Kebijakan pemerintah yang menjadi dasar utama bagi pengembangan pelabuhan meliputi (a) prioritas pengembangan konektivitas dan prasarana pelabuhan untuk mendukung program koridor perekonomian Indonesia tahun 2025, (b) Cetak Biru Transportasi Multimoda/Antarmoda untuk mendukung Sistem Logistik Nasional, dan (c) Rencana Strategis Sektor Perhubungan. Suplemen D memberikan rangkuman parameter perencanaan dan strategi pengembangan pelabuhan pada enam koridor pembangunan ekonomi sampai dengan Rangkuman tersebut memuat proyeksi lalu lintas muatan melalui pelabuhan berdasarkan jenis kargo, disain kapal dan target produktivitas, strategi investasi, dan kegiatan bisnis utama pelabuhan. Suplemen E memuat daftar rencana pengembangan pelabuhan (termasuk pengembangan kapasitas dan kebutuhan investasi) sampai dengan 2030 berdasarkan wilayah, lokasi, dan fasilitas pelabuhan Kebutuhan Investasi Pelabuhan Table 4-1 menunjukkan rincian dari total kebutuhan investasi pelabuhan di Indonesia sampai dengan 2030 berdasarkan koridor pembangunan ekonomi dan jenis fasilitas pelabuhan. Total investasi sebesar 46,1 milyar US$ terdiri dari 12,1 milyar US$ (tahun ), 12,0 milyar US$ (tahun ) dan 22,0 milyar US$ (tahun ). Gambar 4-1 menunjukkan distribusi kebutuhan investasi sektor pelabuhan berdasarkan koridor ekonomi dan tahapan pengembangan; sedangkan Gambar 4-2 memperlihatkan distribusi kebutuhan investasi pelabuhan menurut koridor ekonomi dan jenis terminal/fasilitas pelabuhan. Suplemen E memberikan rincian kebutuhan investasi pelabuhan sampai dengan 2030 berdasarkan koridor ekonomi dan jenis terminal/fasilitas pelabuhan. Secara ringkas, Tabel 4-2 menunjukkan indikasi kebutuhan jumlah pendanaan dari sektor pemerintah dan swasta selama periode tahun

29 Tabel 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis Terminal/Fasilitas Pelabuhan untuk Tahapan Tahun and Total Tahun (dalam juta US$, tahun 2011) Terminal CDC/ Pesiar/ Lahan/ Periode dan Koridor Peti Minyak Batu- Ekonomi CPO Curah Terminal Multi Pari- Infra. Kemas Bumi Bara Lainnya Lainnya*) moda wisata Dasar Total Sumatra Java Bali-Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Papua- Maluku Total Sumatra Java Bali-Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Papua- Maluku Total Sumatra Java Bali-Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Papua- Maluku Total Sumatra Java Bali-Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Papua- Maluku Total Catatan: *) Terminal lainnya: terminal konvensional (kargo umum), terminal mobil, terminal multitujuan dan terminal penumpang 17

30 Gambar 4-1 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Tahapan Pengembangan (dalam juta US$) Gambar 4-2 Investasi Sektor Pelabuhan berdasarkan Koridor Ekonomi dan Jenis Terminal/Fasilitas Pelabuhan (dalam juta US$) 18

31 Tabel 4-2 Indikasi Kebutuhan Pembiayaan oleh Pemerintah dan Pihak Swasta untuk Pengembangan Fasilitas Pelabuhan, No Tahapan Total Pemerintah Sektor Swasta Juta US$ % Juta US$ % Juta US$ % , , , , , ,1 Total , ,3 Catatan: Diperkirakan bahwa untuk periode dari total kebutuhan pembiayaan sebesar juta US$, porsi BUMN (Pelindo) mencapai juta US$ Pembiayaan Pelabuhan dan Kerangka Bantuan dan Penjaminan Pemerintah Indikasi Kebutuhan Pembiayaan Sampai dengan tahun 2030 Indonesia harus menyediakan anggaran sebesar milyar US$ untuk pembiayaan pembangunan dan pengembangan kapasitas pelabuhan. Diperkirakan sekitar 68% dari seluruh total investasi pengembangan pelabuhan baru di Indonesia memerlukan pendanaan dari pihak swasta, terutama berdasarkan skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) melalui pemberian konsesi untuk jangka panjang, terutama untuk pelabuhan komersial seperti terminal peti kemas, terminal curah, dan fasilitas pelabuhan komersial lainnya. Sisanya sekitar 32% diperlukan untuk penyediaan lahan, prasarana umum pelabuhan seperti pendalaman alur pelayaran dan penahan gelombang (breakwater), penyediaan terminal pelabuhan non-komersial, rehabilitasi dan pengembangan pelabuhan kecil baru (feeder) yang harus disediakan oleh pemerintah Potensi Sumber Pembiayaan Investasi Sektor Pemerintah UU Pelayaran No. 17 tahun 2008 mengamanatkan bahwa investasi infrastruktur dasar pelabuhan menjadi tanggung jawab Otoritas Pelabuhan. Otoritas Pelabuhan merupakan lembaga baru yang memiliki aset finansial dan pengalaman yang terbatas dalam penyelenggaraan pelabuhan. Dalam transisi lembaga tersebut hanya dapat menghasilkan arus kas yang rendah dan pada dasarnya belum memiliki kapasitas untuk melakukan pinjaman di awal tahun operasionalnya. Satu-satunya sumber utama pendanaan infrastruktur dalam jangka pendek adalah dari anggaran pemerintah. Apabila Otoritas Pelabuhan telah memiliki arus kas dan neraca keuangan yang signifikan, maka potensi sumber pendanaan untuk investasi infrastruktur pelabuhan dapat berasal dari: Penerimaan pajak pemerintah; 19

32 Pinjaman pemerintah; Pinjaman dari lembaga keuangan internasional; Pinjaman dari lembaga keuangan bilateral. Di masa mendatang, sumber pembiayaan infrastruktur dasar untuk Otoritas Pelabuhan akan berkembang sejalan dengan peningkatan kinerja keuangan Otoritas Pelabuhan. Hal ini akan terjadi apabila Otoritas Pelabuhan dimungkinkan untuk mengelola pendapatannya, termasuk pendapatan dari otoritas kepelabuhanan (misalnya jasa labuh, sewa lahan, konsesi). Dengan demikian Otoritas Pelabuhan dapat meningkatkan pendapatannya dan mengelola arus kas untuk digunakan sebagai modal pinjaman Kerangka Dukungan dan Penjaminan Pemerintah Karena keterbatasan anggaran, interaksi antara pihak pemerintah dan swasta diatur dalam tiga jenis peraturan, yaitu peraturan mengenai Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS), peraturan spesifik sektor, dan peraturan umum lainnya yang mengatur kegiatan usaha di Indonesia. Terdapat empat prinsip dasar kebijakan investasi dalam kategori KPS, yaitu: a. Kebijakan Pemerintah dalam Penyediaan Infrastruktur Pemerintah bermaksud untuk memusatkan kebijakannya dalam (i) pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur yang ada, (ii) fokus pada pengembangan infrastruktur yang secara ekonomi layak, namun secara finansial tidak layak, (iii) pemberian subsidi dan kompensasi pada PSO (Kewajiban Layanan Umum) dalam pelayanan infrastruktur, dan (iv) mengisi celah kebutuhan pembiayaan infrastruktur dengan cara menawarkan proyek KPS kepada pasar. b. Peraturan dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur Peraturan mengenai percepatan pembangunan infrastruktur ditunjukkan dalam Tabel 4.3 Peraturan KPS terutama mengacu pada Peraturan Presiden No. 67/2005 mengenai Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Penyediaan Infrastruktur, yang telah dirubah dalam Peraturan Presiden No. 56/2011 dan No. 13/2010 yang memungkinkan pemberian dukungan dan penjaminan pemerintah. Sebagai tambahan, dua peraturan lainnya mengenai penjaminan pemerintah mengacu pada Peraturan Presiden No. 78/2010 tentang Dana Penjaminan Infrastruktur melalui Pemberian Dana Penjaminan dan Peraturan Menteri Keuangan No. 260/2010 tentang implementasi dari Penjaminan Infrastruktur melalui Pemberian Dana Penjaminan Infrastruktur. Berdasarkan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Badan Kerjasama Penanaman Modal (BKPM), Kementerian Keuangan dapat menyediakan fasilitas (i) kebijakan dana talangan melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP), (ii) penjaminan untuk resiko infrastruktur melalui PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII), dan (iii) layanan proyek pengembangan melalui PT. Sarana Multi Infrastruktur (PT. SMI). 20

33 Tabel 4-3 Kerangka Hukum Investasi Sektor Swasta No. Regulasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) Skema dan Pedoman KPS 1 Peraturan Presiden No. 67 Tahun Peraturan Presiden No. 13 Tahun Peraturan Presiden No. 56 Tahun Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas No. 4 Tahun Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 83 Tahun 2010 Penjelasan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Perubahan atas Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Panduan Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi Manajemen Resiko, Dukungan Pemerintah dan Penjaminan Infrastruktur 6 Peraturan Menteri Keuangan No. 38/PMK.01/2006 Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko atas Penyediaan Infrastruktur 7 Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2010 Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur 8 Peraturan Menteri Keuangan No. 260/PMK.011/2010 Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Pedoman, Organisasi, dan Prosedur KPS 9 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Daftar Rencana Proyek Kerjasama Bappenas No. 3 Tahun Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2005 Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) 11 Public Private Partnership Book, Sector of Transportation, , Ministry of Transportation (2010) 12 Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2011 Perubahan atas Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2005 tentang Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) 13 Peraturan Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur No. PER- 01/M.EKON/05/ Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur No. PER- 3/M.EKON/06/ Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur No. PER- 4/M.EKON/06/2006 Organisasi dan Tata Kerja Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) Tata Cara dan Kriteria Penyusunan Daftar Prioritas Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Tata Cara Evaluasi Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang Membutuhkan Dukungan Pemerintah 21

34 Kerjasama Daerah 15 Peraturan PemerintahNo. 50 Tahun 2007 Pengadaan Tanah 16 Peraturan Presiden No. 36 Tahun Peraturan Presiden No. 65 Tahun Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2007 Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum Perubahan atas Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum Ketentuan Pelaksanaan Perpres No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum (sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Perpres No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum) c. Peran Indonesia Infrastructure Fund (IIF) dalam Pembiayaan Infrastruktur Indonesia Infrastructure Fund (IIF) dibentuk untuk (i) memenuhi pembiayaan jangka panjang, terutama dalam mata uang lokal dan untuk pembiayaan infrastruktur serta (ii) menyediakan pembiayaan mata uang lokal dengan jangka waktu (tenor), persyaratan, dan ketentuan pinjaman yang sesuai untuk kredit proyek infrastruktur melalui: Penggunaan peringkat kredit pinjaman dari bank dan lembaga investasi domestik untuk tenor jangka panjang dengan resiko marjin yang lebih tinggi dari penawaran pemerintah dan perusahaan skala besar; Penyediaan produk keuangan yang memenuhi kriteria KPS infrastruktur dan proyek yang dibiayai sepenuhnya oleh swasta. d. Peran PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dalam Penyediaan Penjaminan untuk Pengembangan Infrastruktur Indonesia PT PII dibentuk untuk memenuhi tujuan berikut: Menyediakan penjaminan resiko politik untuk proyek KPS infrastruktur; Meningkatkan kelayakan kredit dan kualitas proyek KPS infrastruktur dengan memberikan penjaminan resiko politik yang kredibel; Meningkatkan tata kelola dan transparansi pemberian penjaminan; Melindungi pemerintah dari kewajiban contingent (termasuk proteksi terhadap tekanan APBN) Strategi Pelaksanaan untuk Partisipasi Swasta dalam Investasi di Pelabuhan Hambatan yang terjadi dalam pengembangan pasar untuk mengikutsertakan pihak swasta adalah persepsi terhadap resiko proyek, resiko investasi dan keterbatasan akses untuk pasar modal serta pembiayaan proyek. Strategi utama (key success factor) untuk mengikutsertakan pihak swasta berinvestasi di pelabuhan adalah: Kebijakan investasi sektor swasta yang kondusif Kebijakan investasi yang kondusif akan meningkatkan minat investor yang potensial dan juga mempengaruhi persepsi investor terhadap resiko secara positif. 22

35 Implementasi regulasi secara komprehensif Regulasi merupakan wadah yang penting untuk mewujudkan komitmen pelaksanaan kebijakan pemerintah. Persiapan proyek yang matang Persiapan proyek yang matang merupakan daya tarik pihak swasta untuk berinvestasi. Apabila dilelang, proyek tersebut akan menarik minat investor dengan kualitas teknik dan keuangan yang memadai. Prosedur pelelangan yang kompetitif Pelelangan pelabuhan/terminal umum harus dilaksanakan secara kompetitif agar pemerintah memperoleh manfaat maksimal dari persaingan harga, tingkat pelayanan jasa kepelabuhanan dan kualitas investor. Penanggung jawab proyek yang jelas dan tidak ada intervensi kontrak Hal ini penting untuk memastikan efisiensi biaya (value for money) bagi pemerintah. Kerangka pemantauan kinerja Kerangka pemantauan kinerja diperlukan untuk pemantauan kepatuhan pelaksanaan kontrak. Kepastian bagi swasta untuk memperoleh pendapatan sesuai tarif yang berlaku Hal ini penting untuk memberikan kepastian bagi investor dalam memperoleh pendapatan dari pengoperasian proyek. Kepastian bagi swasta untuk dapat menyesuaikan tarif Selama periode pengoperasian proyek, pihak swasta dapat melakukan penyesuaian tarif secara berkala. Kerangka pengaturan keamanan dan keselamatan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim yang komprehensif Pihak swasta harus menerapkan standar keamanan dan keselamatan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim secara komprehensif. Kepastian bagi swasta untuk memperoleh hak perlindungan secara efektif Pihak swasta akan memperoleh perlindungan terhadap intervensi pemerintah yang dapat mempengaruhi pendapatan, membatasi akses pembiayaan atau merugikan investasinya dan kebebasan untuk menyelesaikan sengketa. Kapasitas kelembagaan Proyek akan dikelola oleh tenaga profesional dari pemerintah agar memberikan kepastian bagi investor. Pengaturan yang independen Pihak swasta akan diberikan kepastian bahwa keputusan regulator tidak dipengaruhi oleh intervensi politik atau tekanan pihak tertentu. 23

36 Bab 5. Rencana Aksi di Bidang Pengaturan dan Pelaksanaan Kebijakan Dalam rangka proses perumusan Rencana Induk Pelabuhan Nasional telah digambarkan perlunya penjabaran lebih lanjut di bidang pengaturan dan kebijakan untuk mendorong Indonesia kearah yang lebih maju dengan terwujudnya sisim kepelabuhanan yang lebih berdaya saing. Dalam hubungan ini diperlukan rencana aksi yang meliputi: Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 17/2008 tentang Pelayaran; Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 61/2009 tentang Kepelabuhanan; Rencana aksi lebih lanjut untuk menunjang pelaksanaan kebijakan. 5.1 Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Undang-undang Pelayaran Undang-undang Pelayaran telah mengamanatkan perlunya perumusan peraturan pelaksanaan kebijakan, program dan tindakan administratif. Beberapa hal telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 61/2009 tentang Kepelabuhanan, namun masih diperlukan peraturan lebih lanjut sebagaimana terlihat pada Tabel Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Peraturan Pemerintah tentang Kepelabuhanan (PP No. 61/2009) PP No. 61/2009 mencakup secara luas ketentuan pelaksanaan dari Undang-undang Pelayaran dan telah mengamanatkan perlunya perumusan ketentuan lebih lanjut dalam bentuk peraturan Menteri Perhubungan (Tabel 5.2.) 5.3 Rencana Aksi Pelaksanaan Kebijakan Untuk melaksanakan kebijakan pelabuhan nasional secara efektif, diperlukan beberapa rencana aksi lebih lanjut (Tabel 5.3) secara terintegrasi. Dialog terbuka dengan para pemangku kepentingan akan dilakukan untuk membahas isu kebijakan, perencanaan dan regulasi di bidang kepelabuhanan. Peraturan Menteri Perhubungan akan dikeluarkan agar Otoritas Pelabuhan memiliki manajemen yang otonom melalui pembentukan organisasi pelabuhan yang modern, termasuk transisi opsi perubahan status organisasi Otoritas Pelabuhan menjadi Badan Layanan Umum (BLU). 5.4 Inisiatif Jangka Pendek untuk Mengimplementasikan Kebijakan Selain rencana aksi kebijakan tersebut, terdapat beberapa inisiatif jangka pendek untuk mengimplementasikan kebijakan yang fokus pada kinerja pelabuhan, termasuk manajemen pelabuhan, tenaga kerja bongkar muat dan pembangunan fasilitas pelabuhan (Tabel 5.4). 24

37 Tabel 5-1 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Diamanatkan Undang-Undang No. 17/2008 tentang Pelayaran No. Materi Peraturan Menteri Perhubungan Target Waktu Keterangan 1. Tarif pelabuhan di pelabuhan komersial, Pelabuhan Propinsi dan Pelabuhan local 2. Rancangan dan pelaksanaan pengerukan dan reklamasi, Sertifikat Pemberi jasa pengerukan Kwartal Pasal 110 UU Pelayaran Kwartal Pasal 197 UU Pelayaran 3. Penetapan Daerah Wajib Pandu, Pelatihan dan ujian Pandu dan Penyelenggaraan Pemanduan 4. Keamanan Pelabuhan Kwartal Pengoperasian Pelabuhan (Perbaikan kapal, Perpindahan muatan, gandeng kapal, Penanganan barang-barang berbahaya) Kwartal Pasal 198 UU Pelayaran Kwartal Polusi di Pelabuhan Kwartal Sistem Informasi Pelayaran dan Pelabuhan Kwartal Pasal 212 UU Pelayaran Pasal 216 UU Pelayaran Pasal 238 UU Pelayaran Pasal 272 UU Pelayaran Tabel 5-2 Rencana Aksi Peraturan Pelaksanaan yang Tercakup dalam PP No. 61/2009 No. Materi Peraturan Menteri Perhubungan Target Waktu Keterangan 1. Prosedur Penetapan Lokasi Pelabuhan Kwartal Prosedur Formulasi dan Evaluasi Rencana Induk Pelabuhan (masing-masing Pelabuhan) Pasal 19 PP 61/2009 Kwartal Pasal 29 PP 61/ Prosedur Formulasi dan Evaluasi Penetapan Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) Pelabuhan 4. Prosedur Penyediaan, Pemeliharaan, Standar, Spesifikasi untuk Penahan Gelombang, Kolam Pelabuhan, Alur Pelayaran ke/dari Pelabuhan, Jaringan Jalan dan Keamanan dan Ketertiban di Pelabuhan Kwartal Pasal 36 PP 61/2009 Kwartal Pasal 67 PP 61/ Persyaratan dan Prosedur Pemberian dan Pencabutan Konsesi 6. Pemberian ijin Pembangunan Pelabuhan Kwartal Kwartal Pasal 78 PP 61/2009 Pasal 86 PP 61/ Pemberian Ijin Pengembangan Pelabuhan Kwartal Pasal 93 25

38 8. Persyaratan dan Prosedur Pemberian Ijin Pengoperasian Pelabuhan, Perbaikan dan Peningkatan Kapasitas Pelabuhan 9. Prosedur Pemberian Ijin Lokasi Pelabuhan, Konstruksi dan pengoperasian Pelabuhan untuk pelabuhan Daratan (Dry Port) PP 61/2009 Kwartal Pasal 104 PP 61/2009 Kwartal Pasal 109 PP 61/ Persyaratan dan Prosedur Penetapan Terminal Khusus (Persetujuan Lokasi, Konstruksi dan Operasi, Penggunaan oleh Pihak Ketiga, Peningkatan Operasi, Perubahan Status Pelabuhan, Pencabutan Ijin, Pengalihan Wewenang kepada Pemerintah) Kwartal Pasal Prosedur untuk persetujuan memiliki terminal Kwartal Jenis, struktur dan klasifikasi tarif badan usaha pelabuhan untuk jasa pelabuhan, mekanisme untuk menentukan tarif untuk menggunakan lahan pelabuhan dan air 13 Prosedur untuk menentukan status dari pelabuhan perdagangan luar negeri dan terminal khusus 14 Prosedur untuk pengolahan data dan pelaporan dan persiapan sistem informasi pelabuhan Kwartal Kwartal Kwartal PP 61/2009 Pasal 144 PP 61/2009 Pasal 148 PP 61/2009 Pasal 153 PP 61/2009 Pasal 161 PP 61/2009 Tabel 5-3 Rencana Aksi Implementasi Kebijakan No. Materi yang Perlu Diatur Lebih Lanjut Target Waktu Keterangan 1 Membentuk kelompok unit pelayanan (customer focus group) di pelabuhan strategis sebagai forum konsultasi dengan para pemangku kepentingan dalam formulasi, review dan implementasi kebijakan 2 Pedoman rencana induk masing-masing pelabuhan memperhatikan perencanaan yang terintegrasi 3 Kementerian Perhubungan bersama Instansi pemerintahan terkait serta pengguna jasa pelabuhan secara periodik melakukan review atas kinerja pelabuhan dalam rangka meningkatkan kinerja pelabuhan yang lebih Kwartal Kwartal Kwartal Penting untuk formulasi, implementasi dan review kebijakan Penting untuk integrasi perencanaan dan pemantauan kinerja Penting untuk integrasi perencanaan dan pemantauan 26

39 No. Materi yang Perlu Diatur Lebih Lanjut Target Waktu Keterangan baik. kinerja 4 Merumuskan indikator kinerja pelabuhan untuk keperluan perencanaan dan monitoring serta dipublikasikan. Kwartal Penting untuk integrasi perencanaan dan monitoring 5 Merumuskan kebijakan Tarif yang wajar Kwartal Penting untuk mendorong persaingan usaha yang sehat 6 Menyusun prosedur penyampaian usulan/ permohonan penetapan tariff oleh otoritas pelabuhan 7 Mengembangkan proses peninjauan tarif dan persetujuan pelayanan jasa pelabuhan dalam rangka untuk mengevaluasi adanya dampak monopoli 8 Mempertimbangkan kemungkinan adanya MoU dalam rangka untuk memonitor dan mendorong persaingan usaha dibidang kepelabuhanan. 9 Memasukkan dampak persaingan usaha dalam rumusan rencana induk pelabuhan nasional maupun local. 10 Menyusun prosedur tuntutan dan penyelesaian perselisihan mengenai masalah tarif dan perilaku monopolistis. 11 Menilai kebutuhan pelatihan untuk DGST, Otoritas Pelabuhan dan BUP dan mengembangkan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan pelatihan. 12 Mengadakan MoU dengan pusat pelatihan dan pendidikan dan Lembaga Perguruan tinggi untuk meningkatkan kompetensi dan pengembangan kurikulum Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Penting untuk mendorong persaingan usaha yang sehat Penting untuk mendorong persaingan usaha yang sehat Penting untuk mendorong persaingan usaha yang sehat Penting untuk mendorong persaingan usaha yang sehat Penting untuk mendorong persaingan usaha yang sehat Penting untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di sektor pelabuhan Penting untuk meningkatkan kompetensi sumber daya 27

40 No. Materi yang Perlu Diatur Lebih Lanjut Target Waktu Keterangan manusia di sektor pelabuhan 13 Mengadakan konsultasi dengan koperasi TKBM untuk merumuskan pemberian insentif dan peningkatan produktivitas kerja 14 Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk rekruitmen tenaga kerja perempuan dibidang kepelabuhanan 15 Mengeluarkan peraturan yang memberikan kewenangan yang penuh kepada Otoritas Pelabuhan dalam hal memelihara keselamatan dan keamanan di pelabuhan 16 Mengeluarkan peraturan tugas dan kewenangan Otoritas Pelabuhan sesuai dengan peraturan keselamatan pelayaran yang ada 17 Mengeluarkan peraturan tugas dan kewenangan Otoritas Pelabuhan sesuai dengan peraturan perlindungan lingkungan maritim 18 Membuat peraturan yang memberikan wewenang kepada Syahbandar untuk mengelola dan mengawasi terjadinya polusi di pelabuhan Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Penting untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di sektor pelabuhan Penting untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja perempuan di sektor pelabuhan Penting untuk memelihara kepatuhan peraturan keselamatan pelayaran Penting untuk memelihara kepatuhan peraturan keselamatan pelayaran Penting untuk memelihara kepatuhan peraturan perlindungan lingkungan maritim Penting untuk memelihara kebersihan perairan pelabuhan 19 Melakukan kerjasama dengan lembaga terkait untuk menjamin penanganan tanggap darurat di pelabuhan. Kwartal Penting untuk mengatasi terjadinya keadaan darurat dengan 28

41 No. Materi yang Perlu Diatur Lebih Lanjut Target Waktu Keterangan cepat. 20 Melakukan kajian untuk menjadikan Otoritas Pelabuhan lebih otonom dan fleksibel Kwartal Penting untuk memberdayak an fungsi dan peran OP dan PMUs (Landlord) Tabel 5-4 Inisiatif untuk Pelaksanaan Kebijakan No Materi Target Waktu Keterangan 1. Persiapan penyusunan pedoman teknis (toolkit) untuk penyelenggaraan kegiatan di pelabuhan bagi Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan yang meliputi: Model pemberian konsesi dan bentuk kerjasama lainnya; Model pemberian ijin (lisensi); Model analisa tarif dan keuangan pelabuhan; Sistem indikator kinerja operasional pelayanan jasa kepelabuhanan 2. Pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM di pelabuhan melalui kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi dan pusat pelatihan lainnya 3. Reformasi dan pelatihan tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan (TKBM) 4. Penelahaan pendayagunaan aset dan kapasitas pelabuhan pengumpan 5. Penyederhanaan proses pemberian perijinan dan deregulasi pengaturan melalui konsultasi dengan Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan serta Pemerintah Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Penting untuk pemberdayaan Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan Penting untuk peningkatan kemampuan SDM, termasuk Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan Penting untuk peningkatan kompetensi TKBM Penting untuk peningkatan pengelolaan pelabuhan oleh pemerintah daerah Penting untuk kepastian hukum dalam penetapan kewenangan dan tanggung jawab yang 29

42 Daerah 6. Penelahaan pengalihan hak pengelolaan lahan daratan dan perairan pelabuhan kepada Otoritas Pelabuhan 7. Penataan kelembagaan Otoritas Pelabuhan ke arah yang lebih otonom dan fleksibel (salah satunya dengan merubah status organisasi pelabuhan menjadi Badan Layanan Umum) 8. Penelahaan/kajian secara komprehensif atas rencana pembangunan International Hub Port (termasuk Kuala Tanjung dan Bitung) 9. Mengembangkan sistem informasi teknologi komunikasi (TIC) kepelabuhanan 10 Menyiapkan Proyek Percontohan KPS Pelabuhan (termasuk kemungkinan penyusunan rencana induk pelabuhan; studi kelayakan, termasuk strategi investasi dan kemungkinan diperlukannya bantuan dan jaminan infrastruktur; penyiapan dokumen lelang dan proses pelelangan) 11 Optimalisasi sistem operasi dalam rangka mengantisipasi kapadatan lalu lintas muatan di pelabuhan strategis (termasuk Pelabuhan Tanjung Priok, Tankung Perak, dan Belawan) Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal Kwartal jelas antara instansi pemerintah Penting untuk pemberdayaan Otoritas Pelabuhan Penting untuk pemberdayaan Otoritas Pelabuhan Penting untuk pembangunan pelabuhan hub internasional di masa depan Penting untuk pengembangan data base pelabuhan termasuk statistik, fasilitas fisik, akses, dan jasa pelayanan pelabuhan Penting untuk daya tarik dalam pengembangan model proyek pelabuhan melalui partisipasi pihak swasta Penting untuk kelancaran operasional pelabuhan strategis 30

43 Suplemen A: Hierarki Pelabuhan Suplemen A-1 Hierarki Pelabuhan No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Provinsi : Nangroe Aceh Darussalam Hirarki Pelabuhan Aceh Barat Meulaboh Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Aceh Jaya Calang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Banda Aceh Malahayati Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Aceh Barat Daya Susoh 5 Aceh Selatan Tapaktuan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Aceh Selatan Sibade 7 Aceh Timur Idi 8 Langsa Kuala Langsa Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Aceh Utara Kuala Beukah 10 Aceh Utara Lhokseumawe Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 11 Pidie Sigli 12 Sabang Sabang Utama Utama Utama Utama 13 Sabang Ule Lheu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Simeulue Sibigo 15 Simeulue Sinabang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 16 Aceh Selatan P. Banyak 17 Aceh Singkil P. Serok 18 Aceh Singkil Singkil 19 Aceh Singkil Gosong telaga Provinsi: Sumatera Utara 1 Batubara Kuala Tanjung Utama Utama Utama Utama 2 Batubara Pangkalan Dodek 3 Batubara Perupuk 4 Batubara Tanjung Tiram 5 Batubara Teluk Nibung 6 Serdang Bedagai Sialang Buah 7 Serdang Bedagai Pantai Cermin 32

44 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Asahan Tanjung Balai Asahan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Langkat Pangkalan Susu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 10 Langkat Pulau KampaI 11 Langkat Tanjung Pura 12 Langkat Tapak Kuda 13 Langkat Kuala SaraMain 14 Deli Serdang Belawan Utama Utama Utama Utama 15 Deli Serdang Pantai Labu 16 Deli Serdang Percut 17 Deli Serdang Rantau Panjang 18 Deli Serdang Tanjung Beringin 19 Labuhan Batu Labuhan Bilik 20 Labuhan Batu Sel Barombang 21 Labuhan Batu Teluk. Lidong Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 22 Labuhan Batu Tg. Sarang Elang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 23 Mandailing Natal Natal/Sikarakara Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 24 Mandailing Natal Sikara-Kara Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 25 Nias Gunung Sitoli Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 26 Nias Lahawa 27 Nias Sirombu 28 Nias Selatan Mainlau Tanah Masa 29 Nias Selatan Mainlau Tello Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 30 Nias Selatan Teluk Dalam 31 Tapanuli Tengah Barus 32 Tapanuli Tengah Manduamas 33 Tapanuli Tengah Sibolga Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 34 Tapanuli Tengah Oswald Siahaan/ Labuhan Angin Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 35 Mandailing Natal Batahan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Riau 33

45 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Rokan Hilir Bagan Siapi-api 2 Rokan Hilir Panipahan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Rokan Hilir Sinaboi 4 Rokan Hilir Pancur 5 Rokan Hilir Penyalaman 6 Kep.Meranti Bandul 7 Kep.Meranti Melibur 8 Kep.Meranti Selat Panjang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Kep.Meranti Tanjung Samak 10 Kep.Meranti Tanjung Kedadu 11 Bengkalis Batu Panjang 12 Bengkalis Bengkalis Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Bengkalis Buatan 14 Siak Sel Apit 15 Bengkalis Sungai Pakning Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 16 Siak Kurau/Sei Lalang 17 Siak Sungai Siak Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 18 Siak Tanjung Buton Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 19 Dumai Dumai Utama Utama Utama Utama 20 Dumai Tanjung Medang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 21 Indragiri Hilir Kuala Enok (termasuk Pembuangan) Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 22 Indragiri Hilir Kuala Gaung 23 Indragiri Hilir Kuala Mandah 24 Indragiri Hilir Kuala Raya 25 Indragiri Hilir Concong Luar 26 Indragiri Hilir Bekawan Luar 27 Indragiri Hilir Sungai Buluh 28 Indragiri Hilir Perigi Raya 34

46 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Indragiri Hilir Pulau Kijang 30 Indragiri Hilir Sapat 31 Indragiri Hilir Tambilahan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 32 Indragiri Hilir Sungai Guntung Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 33 Indragiri Hulu Rengat Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 34 Palalawan Penyalai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 35 Pekanbaru Pekanbaru (termasuk Perawang) Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Riau 1 Batam Batam/Batu Ampar Utama Utama Utama Utama 2 Batam Batam/Sekupang Utama Utama Utama Utama 3 Batam Kabil Utama Utama Utama Utama 4 Batam Nogsa 5 Batam Pulau Bulan 6 Batam Pulau Sambu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 7 Batam Tanjung Sauh - Utama Utama Utama 8 Karimun P Buku 9 Karimun Meral 10 Karimun Pos Telaga 11 Karimun Moro Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Karimun Pasir Panjang 13 Karimun Sikumbang Kundur Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Karimun Tanjung Batu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 15 Karimun Urung/Tg. Berlian 16 Karimun Malarko Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 17 Karimun Tg. Balai Karimun Utama Utama Utama Utama 18 Lingga Dabo Singkep 19 Lingga Daik Lingga 20 Lingga Panuba 21 Lingga Sei Buluh 22 Lingga Senayang 35

47 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Bintan Lagol Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 24 Bintan Lobam Main Main Main Main 25 Bintan Sei Kolak Kijang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 26 Bintan Tanjung Uban Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 27 Bintan Tambelan 28 Bintan Tanjung Berakit Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 29 Kep. Anambas Letung 30 Kep.Anambas Matak 31 Kep. Anambas Tarempa Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 32 Natuna Anoa Natuna 33 Natuna Kakap Natuna Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 34 Natuna Midai 35 Natuna Ranai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 36 Natuna Maro Sulit Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 37 Natuna Sedanau 38 Natuna Selat Lampa Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 39 Natuna Serasan 40 Natuna Udang Natuna Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 41 Natuna Belion 42 Natuna Belida 43 Natuna Hang Tuah 45 Tg. Pinang Batu Enam Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 46 Tg. Pinang Tanjung Pinang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Sumatera Barat 1 Kep. Mentawai Muara Siberut Muara 2 Kep. Mentawai Sikabaluan 3 Kep. Mentawai Pokai 4 Kep. Mentawai Sikakap Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Kep. Mentawai Siuban Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Kep. Mentawai Tapak/Baka 7 Kep. Mentawai Tua Pejat Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Padang Muara Padang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 36

48 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Padang Teluk Bayur Main Main Main Main 10 Pasaman Barat Air Bangis 11 Pasaman Barat Sasak 12 Pasaman Barat Teluk Tapang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Pesisir Selatan Muara Haji 14 Pesisir Selatan Carocok Painan Provinsi: Jambi 1 Jambi Jambi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Jambi Pangkal Duri 3 Jambi Sungai Jembat 4 Tg. Jabung Barat Kuala Tungkal Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Tg. Jabung Timur Air Hitam Laut 6 Tg. Jabung Timur Kuala Mandahara 7 Tg. Jabung Timur Lambur Luar 8 Tg. Jabung Timur Muara delli 9 Tg. Jabung Timur Muara Sabak Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 10 Tg. Jabung Timur Nipah Panjang 11 Tg. Jabung Timur Pamusiran 12 Tg. Jabung Timur Simbur Naik 13 Tg. Jabung Timur Sungai Lokan 14 Tg. Jabung Timur Talang Duku Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Bengkulu 1 Kaur Pulau Baai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Kaur Bintuhan/Linau Malakoni/ 3 Bengkulu Selatan P. Enggano 4 Muko - Muko Muko-Muko Provinsi: Bangka Belitung 1 Bangka Belinyu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Bangka Lok. Palembang 3 Bangka Sungai Liat 37

49 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Bangka Barat Muntok Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Bangka Tengah Pangkal Balam Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Bangka Tengah Sungai Salam 7 Bangka Selatan Tanjung Sadai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Bangka Selatan Toboali 9 Belitung Timur Manggar Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 10 Belitung Tanjung Pandan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 11 Belitung Tanjung Batu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Sumatera Selatan 1 Banyu Asin Tanjung Api-Api 2 Banyu Asin Karang Agung 3 OKI Sungai Lumpur 4 OKI Sungai Lais Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 OKI Kuala Duabelas 6 OKI Sungai Batang 7 OKI Sugihan 8 Palembang Boom Baru/ Palembang Utama Utama Utama Utama Provinsi: Lampung 1 Bandar Lampung Teluk Betung Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Lampung Barat Krui 3 Lampung Selatan Kalianda 4 Lampung Selatan Lagundi 5 Lampung Selatan P. Sambesi 6 Lampung Selatan Panjang Utama Utama Utama Utama 7 Lampung Tengah Way Seputih 8 Lampung Timur Kuala Penat 9 Lampung Timur Labuhan Maringgai 10 Lampung Timur Way Penat 11 Lampung Timur Way Sekampung 38

50 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Lampung Utara Masuji 13 Tanggamus Kota Agung Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Tanggamus P. Tabuan 15 Tulang Bawang Teladas 16 Tulang Bawang Manggala 17 Tulang Bawang Sungai Burung 18 Tulang Bawang Tulang Bawang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 19 Tulang Bawang Kelumbayan Provinsi: Jawa Barat 1 Bekasi Muara Gembong 2 Ciamis Pengandaran 3 Cirebon Cirebon Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Cirebon Muara Gebang 5 Indramayu Eretan 6 Indramayu Indramayu 7 Indramayu Balongan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Subang Pamanukan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Karawang Cilamaya Utama Utama Utama Utama 10 Sukabumi Pelabuhan Ratu 11 Sukabumi Muara Citewis Provinsi: Banten 1 Lebak M. Binuangan 2 Pandeglang Labuhan 3 Serang Anyer Lor Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Cilegon Banten Utama Utama Utama Utama 5 Cilegon Cigading Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Serang Karangantu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 7 Serang Bojonegara Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Tangerang Kresek/Kronjo 9 Tangerang Muara Dadap Provinsi: DKI Jakarta 39

51 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Jakarta Utara Kalibaru Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Jakarta Utara Muara Baru Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Jakarta Utara Sunda Kelapa Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Jakarta Utara Tg. Priok (termasuk Tarumanegara, Marunda Center, Utama Utama Utama Utama FRSU LNG (Bekasi)) 5 Jakarta Utara Marunda Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Jakarta Utara Muara Angke 7 Kep. Seribu Provinsi: Jawa Tengah P.Kelapa/ Kep. Seribu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 1 Batang Batang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Brebes Brebes 3 Brebes Luwut 4 Cilacap Tanjung Intan Utama Utama Utama Utama 5 Jepara Jepara 6 Jepara Karimun Jawa 7 Pati Juwana Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Pekalongan Wiradesa 9 Pemalang Pemalang 10 Rembang Rembang 11 Rembang Sluke Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Semarang Tanjung Emas Utama Utama Utama Utama 13 Tegal Tegal Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Kendal Kendal Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Jawa Timur 1 Bangkalan Kamal Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Bangkalan Sepulu 3 Bangkalan Glimandangi 4 Bangkalan Telaga Biru Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Banyu Wangi Banyu Wangi/Boom 6 Banyu Wangi Tanjung Wangi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 7 Gresik Bawean Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 40

52 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Gresik Gresik Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Gresik Masalembo 10 Lamongan Brondong Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 11 Pamekasan Branta Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Pamekasan Pasean 13 Pasuruan Pasuruan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Probolinggo Probolinggo/ Tg.Tembaga Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 15 Probolinggo Paiton Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 16 Sampang Sampang/Tadan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 17 Sampang Tanlok 18 Situbondo Panarukan 19 Situbondo Besuki 20 Situbondo Jangkar 21 Situbondo Kalbut Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 22 Sumanep Gayam 23 Sumanep Kaliangat 24 Sumanep Kangean Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 25 Sumenep P. Raas 26 Sumenep Sapudi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 27 Sumanep Sepekan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 28 Sumenep Keramaian 29 Surabaya Tanjung Perak (termasuk Teluk Lamong, Socah dan Tanjung Bulupandan) Utama Utama Utama Utama 30 Tuban Tuban 31 Tuban Tg. Awar-awar 32 Pacitan Pacitan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Bali 1 Klungkung Kusamba Nusa 2 Klungkung Lembongan 3 Klungkung Nusa Penida Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 41

53 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Buleleng Buleleng 5 Buleleng Celukan Bawang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Buleleng Pos Sangsit 7 Jembrana Gilimanuk Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Denpasar Benoa Main Main Main Main 9 Denpasar Sanur 10 Karangasem Labuhan Lalang 11 Karangasem Padang Baai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Karangasem Labuan Amuk/ Tanah ampo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Nusa Tenggara Barat 1 Bima Bima Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Bima Sape 3 Bima Waworada 4 Dompu Dompu/Campi 5 Dompu Calabahi 6 Dompu Kempo 7 Lombok Barat Lembar Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Lombok Barat Pemenang/ Tanjung 9 Lombok Barat Belang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 10 Lombok Barat Senggigi 11 Lombok Barat Bangko-Bangko 12 Lombok Timur Labuhan Haji 13 Lombok Timur Labuhan Lombok Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Lombok Timur Tg. Luar 15 Lombok Utara Carik 16 Sumbawa Barat Labuhan Lalar 17 Sumbawa Barat Badas Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 18 Sumbawa Barat Benete Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 19 Sumbawa Alas 42

54 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Mataram Ampenan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Nusa Tenggara Timur 1 Alor Baranusa 2 Alor Kabir 3 Alor Kalabahi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Alor Kolana 5 Alor Atapupu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Alor Paitoko 7 Ende Maritaing Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Ende Pulau Ende 9 Flores Timur Ippi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 10 Flores Timur Waiwadan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 11 Flores Timur Waiwarang 12 Flores Timur Ende Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Flores Timur Dulionang 14 Flores Timur Menanga 15 Lembata Balauring 16 Lembata Larantuka Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 17 Lembata Leoleba 18 Lembata Lembata 19 Lembata Lamakera 20 Sabu Timur Biu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 21 Rote Ndao Batutua 22 Rote Ndao Baa/Rote Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 23 Rote Ndao Ndao 24 Rote Ndao Oelaba 25 Rote Ndao Papele/P. Baru 26 Rote Ndao Papela 27 Kupang Naikliu 28 Kupang Raijua 43

55 No. Kabupaten/ Kota 29 Kupang Seba Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Kupang Tenau/Kupang Utama Utama Utama Utama 31 Manggarai Barat Komodo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 32 Manggarai Barat Labuhan Bajo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 33 Manggarai Timur Mborong 34 Manggarai Barat Nangalili 35 Manggarai Reo 36 Manggarai Robek 37 Manggarai Waiwole 38 Ngada Aimere 39 Ngada Maropokot 40 Ngada Maumbawa 41 Sikka Wuring 42 Sikka Maumere Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 43 Sikka Maurole 44 Sikka Piru 45 Sikka Palue 46 Sumba Barat Rua 47 Sumba Barat Waikelo Daya 48 Sumba Timur Baing 49 Sumba Timur Waingapu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 50 Timor Tengah Utara Wini Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Kalimantan Barat 1 Ketapang Air Hitam Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Ketapang Kendawangan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Ketapang Ketapang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Ketapang Teluk Melano/ Teluk Batang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Pontianak Pontianak Utama Utama Utama Utama 6 Pontianak Mempawah 44

56 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Kubu Raya Paloh/Sakura Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Sambas Jaruju 9 Sambas Sambas Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 10 Sambas Sintete Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 11 Kubu Utara Singkawang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Kubu Utara Teluk Air Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Kayong Utara Karimata 14 Kayong Utara Tg. Satai 15 Kayong Utara Sukadana Provinsi: Kalimantan Tengah 1 Kota Waringin Barat Kumai (termasuk Bumiharjo) Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Kota Waringin Barat Pangkalan Bun Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Kota Waringin Natal Kuini Barat 4 Sukamara Sukamara Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Sukamara Kuala Jelay 6 Kota Waringin Kuala Pembuang Timur 7 Kota Waringin Pegatan Timur Mendawai 8 Kota Waringin Timur Sampit Utama Utama Utama Utama 9 Kota Waringin Samuda Timur 10 Kapuas Behaur 11 Kapuas Kuala Kapuas Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Kapuas Pulang Pisau Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Kapuas Batanjung Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Palangka-raya Kereng Bengkirai 15 Palangka-raya Teluk Sebangau 16 Palangka-raya Kahayan 17 Barito Selatan Kelanis 18 Barito Selatan Rangga Ilung 45

57 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Teluk Sigintung/ 19 Seruyan Seruyan Provinsi: Kalimantan Selatan Hirarki Pelabuhan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 1 Banjarmasin Banjarmasin Utama Utama Utama Utama Gunung Batu 2 Kotabaru Besar 3 Kotabaru Stagen Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Kotabaru Kota Baru Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Kotabaru Sebuku Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Kotabaru Mekar Putih Utama Utama Utama Utama 7 Tanah Bumbu Satui/Sel Danau 8 Tanah Bumbu Simp. Empat Batu Licin Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Tanah Bumbu Pegatan 10 Tanah Bumbu Sungai Loban 11 Tanah Laut Kintap Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Tanah Laut Pelaihari Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Kalimantan Timur 1 Balikpapan Balikpapan Utama Utama Utama Utama 2 Balikpapan Kampung Baru Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Berau Talisayan 4 Berau Tanjung Redep Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Bontang Lhok Tuan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Bontang Tanjung Laut Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 7 Bontang Tanjung Santan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Nunukan Nunukan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Bulungan Tanjung Selor 10 Tarakan Tarakan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 11 Kutai Kertanegara Kuala Semboja Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Kutai Sabulu Kertanegara 13 Kutai Timur Sangata Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Kutai Timur Maloy Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 15 Kutai Timur Sangkulirang 16 Nunukan Sungai Nyamuk Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 17 Paser Tanah Grogot Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 18 Paser Teluk Adang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 19 Samarinda Samarinda (termasuk Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 46

58 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Palaran, Tanjung Isuy) 20 Penajam Paser Utara Penajam Paser Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 21 Tana Tidung Pulau Bunyu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 22 Tana Tidung Sesayap Provinsi: Sulawesi Utara 1 Bitung Air Tembaga 2 Bitung Bitung Utama Utama Utama Utama 3 Minahasa Kora-Kora 4 Minahasa Utara Montehage 5 Minahasa Utara Munte/Likupang Barat 6 Minahasa Utara Gangga 7 Minahasa Utara Bangka 8 Minahasa Utara Talise 9 Minahasa Utara Nain 10 Minahasa Utara Wori 11 Minahasa Utara Likupang 12 Minahasa Selatan Amurang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Minahasa Kema Selatan 14 Minahasa Belang Selatan 15 Minahasa Tumbak Selatan 16 B. Mangondow Ketabunan 17 B. Mangondow Molibagu 18 B. Mangandow Torosik B. Mangondow 19 Labuhan Uki Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Utara B. Mangondow 20 Boroko Utara 21 Manado Manado Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Kep Siau 22 Biaro Togalondang 47

59 No Kabupaten/ Kota Biaro Kep Siau Togalondang Biaro Kep Siau Togalondang Biaro Kep Siau Togalondang Biaro Kep Siau Togalondang Biaro Nama Pelabuhan Sawang Hirarki Pelabuhan Pehe Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Tagulandang Ulu Siau 27 Kep. Sangihe Marore Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 28 Kep. Sangihe Petta Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 29 Kep. Sangihe Tahuna Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 30 Kep. Sangihe Tamako 31 Kep. Sangihe Kawaluso 32 Kep. Sangihe Kep. Talaud 33 Kep.Sangihe Makalehi 34 Kep.Sangihe Pananaru 35 Kep.Sangihe Para 36 Kep.Sangihe Kahakitang 37 Kep.Sangihe Kalama 38 Kep.Sangihe Lipang 39 Kep.Sangihe Bukide 40 Kep.Sangihe Matutuang 41 Kep.Sangihe Kawio 42 Kep.Talaud Gemeh 43 Kep.Talaud Kokorotan 44 Kep.Talaud Intata 45 Kep. Talaud Beo 46 Kep. Talaud Essang 48

60 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Kep. Talaud Karatung Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 48 Kep. Talaud Lirung 49 Kep. Talaud Mangarang 50 Kep. Talaud Marampit Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 51 Kep. Talaud Melangoane Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 52 Kep. Talaud Miangas Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 53 Kep. Talaud Dapalan 54 Kep. Talaud Rainis Provinsi: Gorontalo 1 Pohuwato Lemito 2 Pohuwato Marisa 3 Pohuwato Papayato 4 Gorontalo Anggrek Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Gorontalo Bumbulan/ Tambalo 6 Gorontalo Gentuma 7 Gorontalo Gorontalo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Gorontalo Kwandangan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 9 Gorontalo Tolinggula 10 Bualemo Tilamuta 11 Bualemo Wongosari Provinsi: Sulawesi Tengah 1 Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 2 Bunta Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Luwuk Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Pagimana Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Sabang/ P. Peleng 6 Salakan 7 Tinakin Laut 8 Dodung 9 Liana 10 Tangkiang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 49

61 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Morowali Bungku Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Morowali Kolonedale Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Morowali Wosu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Morowali Menuai 15 Morowali Sambalagi 16 Morowali Baturube 17 Buol Kumaligon 18 Buol Lokodidi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 19 Buol Palele 20 Buol Leok Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 21 Parigi Moutong Moutong 22 Parigi Moutong Parigi 23 Donggala Donggala Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 24 Donggala Sabang 25 Donggala Wani Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 26 Donggala Ogoamas Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 27 Palu Pantoloan Main Main Main Main 28 Poso Poso Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 29 Tojo Una-Una Ampana Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 30 Tojo Una-Una Wakai 31 Tojo Una-Una Popoli 32 Tojo Una-Una Mantangisi 33 Toli-Toli Ogotua 34 Toli-Toli Toli-toli Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 35 Lampio (I,II,III) 36 Posisi/ 37 Lokotoy 38 Matanga 39 Kapela 40 Gonggong 50

62 51 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Bungin (III,IV) 42 Gasuang 43 Ndindibung 44 Mbuang- Mbuang 45 Panapat/Mandel 46 Panapat/Dendek 47 Panapat/Konalu 48 Panapat 49 Kokondang (I,II) 50 Toropot 51 Paisubebe 52 Kaukes 53 Timpaus 54 Kasuari 55 Sonit (I,II) 56 Komba-Komba 57 Oluno 58 Bulagi 59 Lupamenteng 60 Bolonan 61 Lolantang 62 Palapat 63 Lumbilumbia 64 Batangono 65 Lalengan

63 52 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Tataba 67 Popisi 68 Tolulos 69 Kindandal 70 Liang 71 Boyomoute 72 Salakan (I,II) 73 Bulungkobit 74 Bungin (I,II) 75 Bakalan 76 Tinangkung 77 Tebing 78 Kalumbatan 79 Mansalean 80 Paisulamo 81 Alasan 82 Padingtian 83 Talas 84 Lipulalongo 85 Lalong 86 Sasabobok 87 Tabulan 88 Mbeleang 89 Kalupapi 90 Togong Sagu

64 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan 91 Tadono 92 Lantibun 93 Ponding - Poding Provinsi: Sulawesi Selatan 1 Bantaeng Bantaeng Hirarki Pelabuhan Barru Awarange/ Barru Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Barru Pancana 4 Barru Labuange 5 Barru Garongkong Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 6 Bone Bajoe Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 7 Bone Barebbo/ Kading 8 Bone Uloe/Cendrana 9 Bone Wartuo 10 Bone Tujuh-Tujuh 11 Bone Pattirobajo 12 Bone Lapangkong 13 Bulukumba Bira/Tanah Beru 14 Bulukumba Bulukumba Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 15 Bulukumba Kajang 16 Jeneponto Jeneponto Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 17 Luwu Malili Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 18 Luwu Larompong 19 Luwu Ulo-Ulo/Belopa 20 Luwu Siwa Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 21 Luwu Maccini Baji 22 Luwu Timur Wotu 23 Luwu Timur Lampia 24 Luwu Timur Belantang 53

65 No. Kabupaten/ Kota 25 Luwu Timur Nama Pelabuhan Tanjung Mangkasa 26 Luwu Utara Coppasolo Pangkajene Pangkajene Pangkajene Pangkajene Pangkajene 32 Takalar Hirarki Pelabuhan Biringkasi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul S.Pangkajene P.Balang Lompo P. Kalukalukuang P.Sapuka Galesong/ takalar 33 Palopo Palopo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 34 Pinrang Kayuanging Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 35 Pinrang Marabombang 36 Pinrang Langnga 37 Pinrang Ujung Lero 38 Selayar Bonerate 39 Selayar Jampea 40 Selayar Pammatata Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 41 Selayar Selayar Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 42 Selayar Bone Lohe 43 Selayar Appatana 44 Selayar Batongmata 45 Selayar Padang 46 Selayar Benteng/Rauf Rahman 47 Selayar Kayuadi 48 Selayar Kalatoa 49 Selayar Biropa 50 Selayar P.Jinto 51 Sinjai Burung Leo 54

66 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan 52 Sinjai Kambuna Hirarki Pelabuhan Sinjai Sinjai/Larea-rea Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 54 Makasar Makassar Utama Utama Utama Utama 55 Makasar Paotere Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 56 Wajo Wajo 57 Wajo Jalang/ Cendrane 58 Wajo Doping 59 Wajo Danggae 60 Pare-pare Pare-Pare Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 61 Pare-pare Capa Ujung Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 62 Pangkajene Liukang Provinsi: Sulawesi Barat 1 Majene Majene 2 Majene Mulunda 3 Majene Palipi 4 Majene Pamboang 5 Majene Sendana 6 Mamuju Belang-belang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 7 Mamuju Budong-Budong 8 Mamuju Kaluku 9 Mamuju Mamuju Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 10 Mamuju Sampaga 11 Mamuju Tapalang 12 Mamuju Utara Pasang Kayu 13 Polewali Mandar Campalagiang 14 Polewali Mandar Polewali 15 Polewali Mandar Tinambung 16 Morowali Ulunambo 55

67 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Provinsi: Sulawesi Tenggara 1 Buton Banabungi 2 Buton Siompu 3 Buton Dongkala 4 Buton Wamengkoli 5 Buton Lawele 6 Buton Keledupa 7 Buton Labuhan Belanda 8 Buton Lasalimu 9 Buton Maligano 10 Buton Papaliya 11 Buton Waha/Usuku 12 Buton Wanci Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 13 Bau-Bau Bau-Bau Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 14 Bombana Sikeli 15 Bombana Kasipute 16 Bombana Boepinang 17 Kendari Bungkutoko Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 18 Kendari Kendari Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 19 Kendari Langara 20 Kendari Munse 21 Kendari Torobulu 22 Konawe Utara Molawe 23 Konawe Utara Konawe 24 Konawe Utara Matarape 25 Konawe Utara Lameluru 26 Konawe Selatan Lapuko 56

68 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Kolaka Dawi-dawi 28 Kolaka Kolaka Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 29 Kolaka Wollo 30 Kolaka Pomala Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 31 Kolaka Rante Angin 32 Kolaka Tangke Tada 33 Kolaka Toari 34 Kolaka Utara Lasusua 35 Kolaka Utara Malombo 36 Kolaka Utara lo Oloho 37 Kolaka Utara Watunohu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 38 Muna Borange 39 Muna Raha Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 40 Muna Tempo 41 Muna Ereke 42 Muna Telaga Raya Provinsi:: Maluku Utara 1 Tidore Kep. Gita/Payahe 2 Tidore Kep. Soa-siu 3 Halmahera Barat Matui 4 Halmahera Barat Ibu 5 Halmahera Barat Kedi/Loloda 6 Halmahera Barat Jailolo (termasuk Ujung Pulau) 7 Halmahera Utara Tobelo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 8 Halmahera Utara Bobane Igo 9 Halmahera Utara Salimuli 10 Halmahera Utara Tolonuwo 57

69 58 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Halmahera Utara Dama 12 Halmahera Utara Kao 13 Halmahera Utara P. Amutu Besar 14 Halmahera Utara Galela 15 Halmahera Utara Bataka 16 Halmahera Selatan Pigaraja 17 Halmahera Selatan Loleo Jaya 18 Halmahera Selatan Pelita 19 Halmahera Selatan Taneti 20 Halmahera Selatan Lelei 21 Halmahera Selatan Lata-lata 22 Halmahera Selatan Busua 23 Halmahera Selatan Laluin 24 Halmahera Selatan Makian 25 Halmahera Selatan Dolik 26 Halmahera Selatan Fulai 27 Halmahera Selatan Doro 28 Halmahera Selatan Kotiti 29 Halmahera Selatan Tawa 30 Halmahera Selatan Gane Dalam 31 Halmahera Selatan Posi-Posi Gane 32 Halmahera Selatan Wosi 33 Halmahera Selatan Bisui 34 Halmahera Selatan Obilatu 35 Halmahera Selatan Mandopolo

70 59 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Halmahera Selatan Pasipalele 37 Halmahera Selatan Wayaloar 38 Halmahera Selatan Wayauwa 39 Halmahera Selatan Labuha 40 Halmahera Selatan Babang Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 41 Halmahera Selatan Laiwui 42 Halmahera Selatan Saketa 43 Halmahera Selatan Pulau Kayoa 44 Halmahera Selatan Guruaping Kayoa 45 Halmahera Selatan Mafa Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 46 Halmahera Tengah P. Gebe Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 47 Halmahera Tengah Patani 48 Halmahera Tengah Weda 49 Halmahera Tengah Mesa 50 Halmahera Tengah Banemo 51 Halmahera Tengah Paniti 52 Halmahera Tengah Gemia 53 Halmahera Timur Manitingting 54 Halmahera Timur Lolasita 55 Halmahera Timur Akelamo 56 Halmahera Timur Sepo 57 Halmahera Timur Dorosagu 58 Halmahera Timur Subaim 59 Halmahera Timur Buli 60 Halmahera Timur Wasile

71 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Halmahera Bicoli Timur 62 Pulau Morotai Daruba 63 Pulau Morotai Bere - Bere 64 Pulau Morotai Posi-Posi 65 Pulau Morotai Wayabula 66 Pulau Morotai Sopi 67 Ternate Ternate/A.Yani Utama Utama Utama Utama 68 Ternate Bastiong 69 Ternate Dufa-Dufa 70 Ternate Sulamadaha 71 Ternate Hiri 72 Ternate Miyau 73 Ternate Moti 74 Ternate Tifure 75 Tidore Galala 76 Tidore Guruaping Oba 77 Tidore Mangole Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 78 Tidore Goto 79 Tidore Rum 80 Tidore Maitara 81 Tidore Mare 82 Tidore Sofifi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 83 Tidore Somadehe 84 Tidore Maidi/Lifofa 85 Tidore Loleo 86 Tidore Lola 60

72 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Sula Sanana 88 Sula Bobong 89 Sula Dofa 90 Sula Penu 91 Sula Samuya 92 Sula Loseng 93 Sula Pas Ipa 94 Sula Nggele 95 Sula Lede 96 Sula Bapenu 97 Sula Tikong 98 Sula Jorjoga 99 Sula Malbufa 100 Sula Kabau 101 Sula Fuata 102 Sula Waitina 103 Sula Baruakol 104 Sula Gela 105 Sula Falabisahaya Provinsi: Maluku 1 Ambon Ambon Utama Utama Utama Utama 2 Maluku Adault Tenggara Barat 3 Maluku Larat Tenggara Barat 4 Maluku Tenggara Barat Saumlaki Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 5 Maluku Seira Tenggara Barat 6 Maluku Mahaleta 61

73 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Tenggara Barat 7 Maluku Sera Tenggara Barat 8 Maluku Barat Dawera/ Daya Dawelor 9 Maluku Barat Hila/Romang Daya 10 Maluku Barat Ilwaki Daya 11 Maluku Barat Kaiwatu/Moa Daya 12 Maluku Barat Serwaru Daya 13 Maluku Barat Tepa Daya 14 Maluku Barat Wonreli Daya 15 Maluku Barat Wulur Daya 16 Maluku Barat Marsela Daya 17 Maluku Barat Serwaru Daya 18 Maluku Barat Lirang Daya 19 Maluku Tengah Wolu 20 Maluku Tengah Kabisadar 21 Maluku Tengah Hitu 22 Maluku Tengah Kobisonta 23 Maluku Tengah Amahai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 24 Maluku Tengah Saparua/Haria 25 Maluku Tengah Tulehu Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 26 Maluku Tengah Wahai 27 Maluku Tengah Banda Naira Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 28 Maluku Tengah Kesui 29 Maluku Tehoru Tenggara 30 Maluku Elat Tenggara 31 Maluku Kur Tenggara 32 Seram Bagian Timur Bula Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 62

74 No Kabupaten/ Kota Seram Bagian Timur Seram Bagian Timur Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Seram Bagian Barat Nama Pelabuhan Geser Bemo Upisera Kairatu Kataloka/ Ondor Lakor Waimeteng Piru Taniwel Hirarki Pelabuhan Hatu Piru Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pelita Jaya Lokki Waisala Wailey Manipa Toyando Waisarisa Larokis 50 Aru Batu Goyang/ Kalar-kalar Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 51 Aru Dobo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 52 Tual Tual Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 53 Buru Selatan Air Buaya 54 Buru Selatan Leksula 55 Buru Selatan Namrole 56 Buru Selatan Wamsisi 57 Buru Selatan Tifu 58 Buru Selatan Fogi 63

75 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Buru Selatan Ambalau 60 Buru Namlea Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 61 Buru Waplau 62 Buru Ilath 63 Buru Bilorro Provinsi: Papua Barat 1 Kaimana Adijaya 2 Kaimana Etna Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 3 Kaimana Kaimana Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 4 Kaimana Kanoka 5 Kaimana Lobo 6 Kaimana P.Adi 7 Kaimana Senini 8 Kaimana Susunu 9 Fak-fak Bomberai 10 Fak-fak Fak-fak Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 11 Fak-fak Karas 12 Fak-fak Kokas 13 Fak-fak Sagan 14 Fak-fak Selasi 15 Fak-fak Weti 16 Tambrauw Saukorem 17 Teluk Bintuni Arandai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 18 Teluk Bintuni Babo Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 19 Teluk Bintuni Bintuni Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 20 Monokwari Monokwari Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 21 Monokwari Oransbari 22 Monokwari Ransiki 23 Teluk Wondana Wasior Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 64

76 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Teluk Wondana Windesi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 25 Raja Ampat Fatanlap 26 Raja Ampat Kabare 27 Raja Ampat Kalobo 28 Raja Ampat Sailolof 29 Raja Ampat Saonek 30 Raja Ampat Pam 31 Raja Ampat Waigama Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 32 Sorong Arar Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 33 Sorong Makbon 34 Sorong Mega 35 Sorong Muarana 36 Sorong Kasim 37 Sorong Kiamano 38 Sorong Salawati 39 Sorong Sausapor 40 Sorong Seget Utama Utama Utama 41 Sorong Sele 42 Sorong Sorong Utama Utama Utama Utama 43 Sorong Selatan Inawatan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 44 Sorong Selatan Konda 45 Sorong Selatan Taminabuan Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Provinsi: Papua 1 Boven Digul Prabu Alaska 2 Boven Digul Asiki 3 Boven Digul Anggamburan 4 Boven Digul Cabang Tiga 5 Boven Digul Eci 65

77 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Boven Digul Gantenteri 7 Boven Digul Tanah merah 8 Boven Digul Tanah miring 9 Boven Digul Kaptel 10 Boven Digul Mindiptanah 11 Biak Numfor Biak Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 12 Biak Numfor Korem 13 Biak Numfor Bosnik 14 Biak Numfor Wardo 15 Biak Numfor Manggari 16 Biak Numfor Padaido 17 Biak Numfor Warsa 18 Supiori Janggerbun 19 Supiori Kameri 20 Supiori Korido Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 21 Supiori Miosbipondi 22 Supiori Numfor 23 Supiori Marsram 24 Sarmi Armopa 25 Sarmi Bagusa 26 Sarmi Kasonaweja 27 Sarmi Sarmi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 28 Sarmi Takar 29 Sarmi Teba 30 Sarmi Wakde 31 Sarmi Apauwer 32 Jayapura Depapre Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 66

78 No. Kabupaten/ Kota Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Jayapura Betaf 34 Jayapura Demta Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 35 Jayapura Jayapura Utama Utama Utama Utama 36 Jayapura Metabor 37 Jayapura Yanma 38 Asmat Agats Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 39 Asmat Atsy 40 Asmat Jipawer 41 Asmat Pirimapun 42 Asmat Sawaerma 43 Asmat Yamas 44 Asmat Yaosakor 45 Asmat Kamur 46 Mappi Kepi 47 Mappi Bade Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 48 Mappi Bayun 49 Mappi Moor 50 Merauke Arambu 51 Merauke Bian 52 Merauke Bulaka 53 Merauke Bupul 54 Merauke Kimaan 55 Merauke Kumbe 56 Merauke Merauke Utama Utama Utama Utama 57 Merauke Muting 58 Merauke Okaba 59 Merauke Semanggi 67

79 No. Kabupaten/ Kota 60 Merauke Senggo Nama Pelabuhan Hirarki Pelabuhan Mimika Pomako I & II (termasuk Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul Timika) 62 Mimika Ammapare Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 63 Mimika Hiripau 64 Mimika Kokonao 65 Mimika fvg 66 Nabire Kuatisora 67 Nabire Nabire/Tlk.Kimi Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 68 Nabire Napan 69 Nabire Nusa 70 Nabire Wanggur 71 Nabire Wapoga Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 72 Yapen Ambai 73 Yapen Ansus 74 Yapen Dawai Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpul 75 Yapen Poom 76 Yapen Serui 77 Yapen Sumberbaba 78 Yapen Wainapi 79 Yapen Owe 80 Waropen Waren 81 Waropen Kalpuri 82 Waropen Barapasi 83 Waropen P Nau 68

80 Suplemen B: Arus Perdagangan Utama pada Tahun 2009 Suplemen B-1 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Lalu-Lintas Peti Kemas Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 TEUs): Suplemen B-2 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Lalu-Lintas Peti Kemas Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 TEUs):

81 Suplemen B-3 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Lalu-Lintas Kargo Umum (General Cargo) Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 tons): Suplemen B-4 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Lalu-Lintas Kargo Umum (General Cargo) Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 tons):

82 Suplemen B -5 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Curah Kering Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 tons): Suplemen B-6 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Curah Kering Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 tons):

83 Suplemen B-7 Arus Perdagangan Internasional Utama untuk Curah Cair Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 tons): Suplemen B-8 Arus Perdagangan Domestik Utama untuk Curah Cair Indonesia Tahun 2009 Legend (in 000 tons):

84 Suplemen C: Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Suplemen C-1 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Sumatera Suplemen C-2 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Jawa 73

85 Suplemen C-3 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Kalimantan Suplemen C-4 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Sulawesi 74

86 Suplemen C-5 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara Suplemen C-6 Pelabuhan Strategis dalam Koridor Ekonomi Papua Maluku 75

87 Suplemen D: Parameter Perencanaan dan Strategi Pengembangan Pelabuhan Berdasarkan Koridor Ekonomi Suplemen D-1 Koridor Ekonomi Sumatera Suplemen D-2 Koridor Ekonomi Jawa Suplemen D-3 Koridor Ekonomi Kalimantan Suplemen D-4 Koridor Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara Suplemen D-5 Koridor Ekonomi Sulawesi Suplemen D- 6 Koridor Ekonomi Papua Maluku 76

88 77

89 78

90 79

91 80

92 81

93 82

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 414 Tahun 2013 TANGGAL : 17 April 2013

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 414 Tahun 2013 TANGGAL : 17 April 2013 KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 414 Tahun 2013 TANGGAL : 17 April 2013 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP 414 Tahun 2013 TANGGAL : 17 April 2013 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010 Sosialisasi Rencana Induk Pelabuhan Nasional I Hotel, Batam 26 Januari 2012 ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM PP NO 10/2010 JO PP NO

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1439, 2015 KEMENHUB. Kepelabuhanan. Konsensi. Bentuk Kerja Sama. Pemerintah. Badan Usaha Pelabuhan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 15 TAHUN

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28 APRIL 2015 NAMA DOSEN BAGIAN : : THOMAS NUGROHO, S.Pi,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL Andi Sitti Chairunnisa Mappangara 1, Misliah Idrus 2, Syamsul Asri 3 Staff Pengajar Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN EMBANAN MISI Keselamatan dan Keamanan Pelayaran KEPELABUHANAN ANGKUTAN DI PERAIRAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM 1. MENGHAPUS MONOPOLI 2. RIPN & TKN 3.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Balai Karimun. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pertambangan khususnya tambang batu bara dinegara Indonesia sangat pesat pertumbuhannya seiring dengan permintaan pasar dunia akan kebutuhan batu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun -, ;' MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 43 TAHUN 2015 TENTANG KONSESI DAN BENTUK KERJASAMA LAINNYA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA BANDAR

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1764, 2015 KEMENHUB. Pelabuhan. Labuan Bajo. NTT. Rencana Induk PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 183 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu pelabuhan besar di Indonesia yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pelabuhan

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, surat Gubernur OKI Jakarta Nomor 3555/1.711.531 tanggal 29 Oesember 2006

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI Kronologis Penyusunan RPM Pedoman Penyusunan Rencana Induk Simpul Transportasi Surat Kepala Biro Perecanaan Setjen

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM NOMOR: KP 99 TAHUN 2017 NOMOR: 156/SPJ/KA/l 1/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 85 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 85 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 85 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR OTORITAS PELABUHAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI ALOR, : a. bahwa pelabuhan mempunyai peran

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1955, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Dari Dan Ke Kapal. Bongkar Muat. Penyelenggaraan dan Pengusahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 152 TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari permasalahan-permasalahan yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Tanjung Perak dan Bisnis Maritim

Tanjung Perak dan Bisnis Maritim 1 Tanjung Perak dan Bisnis Maritim Dr. Saut Gurning Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, ITS Surabaya Email: sautg@its.ac.id Pelabuhan Tanjung Perak sejak akhir tahun 010 hingga periode awal

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia sebagai negara maritim yang terdiri dari ribuan pulau membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan, perdagangan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1 ` BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH KEPELABUHANAN PT. BINTAN KARYA BAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial 1) Memiliki fasilitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara No.785, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Harga Jual. Jasa Kepelabuhan. Badan Usaha Pelabuhan. Penetapan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 95 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.731, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pencemaran. Perairan. Pelabuhan. Penanggulangan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In No.1817, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bongkar Muat. Barang. Kapal. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil analisis, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan mempertimbangkan pelabuhan-pelabuhan terluar pada setiap pintu akses keluar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1401, 2016 KEMENHUB. UPP. Kelas III Tanjung Redeb. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 111 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 193 Tahun 2015 TENTANG KONSESI DAN BENTUK KERJASAMA LAINNYA ANTARA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA BANDAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci