Analisis Ruang Persepsi Masyarakat Nias pada Metafora dalam Amaedola. Oleh Titian Berkat Gea Drs. Syahnan Daulay, M.Pd ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Ruang Persepsi Masyarakat Nias pada Metafora dalam Amaedola. Oleh Titian Berkat Gea Drs. Syahnan Daulay, M.Pd ABSTRAK"

Transkripsi

1 0

2 Analisis Ruang Persepsi Masyarakat Nias pada Metafora dalam Amaedola Oleh Titian Berkat Gea Drs. Syahnan Daulay, M.Pd ABSTRAK Amaedola merupakan salah satu sastra lisan Nias yang terdiri dari kalimat metaforis. Penelitian ini menganalisis tentang metafora yang terdapat dalam amaedola Nias yang dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan hierarki ruang persepsi manusia menurut Michael Haley. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitiannya adalah buku Kumpulan Peribahasa Nias yang disusun oleh B. Laija, S.Th dan buku Amaedola Nono Niha, disusun oleh Pdt. Dal. Zendratӧ, S.Th serta hasil wawancara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, teknik catat, dan wawancara. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian semantik untuk menerjemahkan lambang metafora yang terdapat dalam amaedola. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat 186 satuan metafora dari 100 amaedola Nias, dan telah memenuhi semua kategori yang ada dalam hierarki ruang persepsi manusia model Michael Haley dan menempatkan kategori Object sebagai kategori ruang persepsi manusia dengan persentase tertinggi yakni 29,03%(54 satuan). Selanjutnya adalah kategori human dengan persentasi 15,59%(29 satuan). Urutan ketiga adalah kategori animate dengan persentase 12,90%(24 satuan), kategori being dengan persentase 11,82 %(22 satuan), kategori terrestrial sebanyak 8,60%(16 satuan), kategori living dengan persentase 8,06%(15 satuan). Sementara tiga kategori selanjutnya memiliki jumlah persentase terendah yaitu kategori cosmos sebanyak 4,83%(9 satuan), kategori substance sebanyak 4,83% (9 satuan)dan kategori energy sebanyak 4,30%(8 satuan). Kata Kunci : Amaedola, Metafora, Ruang Persepsi Manusia, Semantik PENDAHULUAN Amaedola adalah salah satu sastra lisan Nias, berbentuk kalimat singkat yang mengandung makna kias. Amaedola dikenal sebagai sebuah ungkapan yang mengandung nasehat dan prinsip hidup masyarakat Nias. Biasanya digunakan dalam perbincangan sehari-hari, acara adat dan sebagai media pengenalan fondrakӧ (hukum dalam masyarakat Nias). 1

3 Amaedola terdiri dari amaedola sebua dan amaedola side-ide. Amaedola sebua merupakan kalimat metaforis yang berbentuk prosa, yang terdiri dari beberapa bait, selain itu amaedola sebua juga dapat diartikan sebagai sebuah cerita singkat dengan menjadikan beberapa objek sebagai ilustrasi yang berisikan amanat dan nasehat secara tersirat. Namun, pengertian tersebut lebih mengacu pada manӧ-manӧ (dongeng). Amaedola sebua ini sangat disukai masyarakat Nias zaman dulu. Biasanya, orang tua zaman dulu akan menuturkan amaedola kepada anak-anaknya selain bertujuan untuk menasehati juga untuk menghibur mereka. Demikian halnya dengan amaedola side-ide yang merupakan kalimat singkat yang disampaikan secara kias dan berisi nasehat. Amaedola side-ide ini juga disampaikan oleh para pemuka adat atau orang tua/orang dewasa. Biasanya amaedola ini diselipkan dalam pidato, pembicaraan di dalam acara adat ataupun saat menasehati anak-anaknya. Menurut Mendrőfa (1981:14), amaedola yang berisikan nasehat dengan makna kias tersebut digunakan orang tua Ono Niha sebagai salah satu cara untuk menanamkan rasa patuh dan setia serta mengamalkan fondrakő itu kepada anakanaknya, baik bagi yang masih kecil maupun anak-anak yang telah dewasa. Amaedola yang berisikan nasehat ini tentunya memiliki posisi penting untuk masyarakat Nias zaman dulu, amaedola bisa menjadi salah satu cara pengenalan dan pembentuk moral yang baik dalam masyarakatnya terlebih anak dan mudamudi Nias. Tentunya hal tersebut tercapai seiring dengan pengetahuan dan penguasaan mereka terhadap kosa kata bahasa Nias itu sendiri. Amaedola dalam zaman modern saat ini dituntut harus hidup dan bertahan di tengah-tengah intervensi bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia. Terlebih dewasa ini khususnya masyarakat perkotaan yaitu kota Gunungsitoli dan sekitarnya hampir tidak lagi menggunakan amaedola, bahkan anak-anak muda tidak mengetahui apa itu amaedola serta maknanya. Sehingga amaedola seharusnya wajib dibudidayakan agar tidak hilang dari sisi kehidupan masyarakat Nias, sebab mengandung nasehat dan pelajaran hidup yang berguna untuk diketahui. Terlebih amaedola juga bisa menjadi media pengenalan kosa kata asli bahasa Nias kepada para generasi muda Nias. 2

4 Masyarakat Nias yang merupakan salah satu suku yang menjunjung tinggi tata krama dan norma berbicara antar sesama, menjadikan masyarakatnya sejak dulu menggunakan bahasa kias atau metafora dalam berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu. Metafora berbeda dari bahasa konvensional, metafora tidak memberi arti literal. Tetapi, metafora memberikan sebuah pandangan atau makna tersirat dari sebuah lambang, yang dianggap memiliki persamaan. Sehingga, metafora juga dianggap memiliki makna asosiasi. Makna asosiasi menurut Selametmuljana (1964:25, dalam Pateda, 2001) mengatakan, asosiasi adalah hubungan antara makna asli, makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru; yakni makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa. Antara makna lama dan maknanya yang baru terdapat pertalian erat. Sementara Searle (1986:77, dalam Parera, 2004) berpendapat bahwa metafora adalah makna maksud. Pembicara bermaksud yang lain ketika ia mengujarkan satu kata atau kalimat. Jika seseorang mengatakan Sally is a block of ice, tentulah pembicara itu mempunyai maksud yang lain daripada makna kata dan kalimat tersebut. Metafora akan dengan mudah dibedakan dengan bahasa konvensional yakni dengan mengetahui struktur dasar metafora. Struktur dasar metafora sangat sederhana, yaitu sesuatu yang dibicarakan, dan ada sesuatu yang dipakai sebagai perbandingan. Oleh karena itu, Chaer (1984:9, dalam Pateda, 2001:235) mengatakan, metafora dilihat dari segi digunakannya sesuatu untuk memperbandingkan yang lain dengan yang lain. Begitu juga dalam amaedola Nias, metafora yang terdapat dalam amaedola bukanlah sekedar pemanis bahasa atau perumpamaan tanpa makna yang mendalam. Setiap amaedola mengandung nasehat, nilai, dan prinsip hidup serta sindiran atau teguran. Tentunya penciptaan metafora dalam amaedola dapat memberikan gambaran ruang persepsi masyarakat Nias pada umumnya tentang bagaimana cara hidup serta prinsip hidup yang benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa bahasa mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. 3

5 Manusia dalam proses berpikirnya khususnya dalam menciptakan metafora, tentunya manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya sebab manusia dalam kehidupannya akan berinteraksi dengan lingkungan dimana dia berada. Lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu makhluk dan keadaan yang ada, baik makhluk hidup, alam, situasi, dan kondisi yang tentunya mempengaruhi keberadaannya. Manusia dalam menjalani kehidupan akan belajar dari pengalaman sebelumnya dan belajar terhadap alam sekitar. Tak jarang manusia mencontoh alam dan lingkungannya sebagai sebuah teladan dan pelajaran penting dalam menjalani hidup. Bahasa metaforis dengan konsep alam atau lingkungannya sebagai lambang kias akan menggambarkan berapa besar peranan alam dan lingkungan terhadap konsep berpikir manusia tersebut. Memang pada awalnya sebuah lambang tidak secara gamblang menghubungkan dan menggambar sebuah realitas sebab tidak ada hubungan geometris antara kata dan rujukannya. Hubungan itu dikatakan bersifat mana suka atau arbitrer, namun dengan pengetahuan manusia terhadap lingkungannya menghasilkan sebuah pemikiran yang menjembatani lambang bunyi dengan realitas yang disebut sebagai persepsi. Sebuah persepsi diperoleh melalui pengalaman yang berulang-ulang terjadi menimbulkan sebuah kesimpulan terhadap adanya hubungan lambang atau rujukan dengan kehidupan manusia. Parera (2004:131) mengatakan, pengalaman yang berulang akan hubungan antara lambang bunyi, realitas, dan ide akan memantapkan persepsi seorang tentang hubungan tersebut sehingga lahirlah makna. Ruang persepsi manusia terhadap lingkungannya yang mempengaruhi penciptaan metafora dalam amaedola dapat diuraikan dalam hierarki medan semantik ruang persepsi manusia berdasarkan konsep Michael Haley (Ching et al (eds.), 1980: , dalam Wahab, 1991:86). Haley menempatkan sebuah topografi yang luas tentang kategori semantik sebagai suatu hierarki yang mencerminkan ruang persepsi manusia yang secara berurutan terdiri dari being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living, animate, dan human. Sehingga konsep ini dapat memetakan hubungan yang terpadu antara lambang yang dipakai dalam metafora dengan makna yang dimaksud. Berdasarkan hal tersebut menjadikan latar belakang penggunaan pola pikir Michael Haley, karena 4

6 meyakinkan peneliti dalam menganalisis hubungan lambang dengan makna yang dimaksud sebagai sebuah pola persepsi masyarakat penuturnya dalam amaedola Nias. Hierarki terhadap ruang persepsi dimulai dari HUMAN (manusia) sendiri, karena manusia dengan segala macam tingkah lakunya merupakan lingkungan manusia yang terdekat. Jenjang ruang persepsi yang ada di atas HUMAN ialah ANIMATE (makhluk bernyawa), sebab manusia hanyalah satu bagian saja dari makhluk bernyawa sebaliknya tidak semua makhluk bernyawa dimasukkan dalam kategori manusia, misalnya binatang yang merupakan kategori makhluk beryawa. Selanjutnya adalah LIVING atau kehidupan, dalam kategori ini nominanya ialah alam tetumbuhan, sebab tumbuhan itu hidup dan memiliki kehidupan. Tetapi, tidak semua yang hidup itu tetumbuhan. Maka selanjutnya akan berjenjang ke atas, hingga pada segala sesuatu yang ada di jagad raya ini, termasuk konsep yang bersifat abstrak yang tidak dapat dihayati oleh indra penglihatan, walaupun tak dapat disangkal keberadaannya. Keadaan abstrak namun tidak dapat disangkal keberadaannya inilah medan semantik paling atas yang disebut BEING atau keadaan, untuk mewakili semua konsep abstrak yang tidak dapat dihayati dengan indra manusia. Tentunya dalam mengapresiasi makna lambang yang dimunculkan dalam amaedola tersebut tidak hanya dengan mengelompokkannya dalam sembilan kategori ruang persepsi manusia namun mengolah maknanya melalui kajian semantik. Hal ini dilakukan untuk menemukan makna yang lebih pasti dari lambang-lambang metafora yang terdapat dalam amaedola. Karena semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Semantik merupakan istilah untuk bidang ilmu bahasa yang membahas dan mempelajari tentang makna dan arti. Tentunya ini juga didasari pada asumsi bahwa makna menjadi bagian dari bahasa. Oleh karena itu, objek studi semantik adalah bahasa dengan berbagai komponen dan tatarannya. Bahasa merupakan lambang yang berupa bunyi, maka yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran 5

7 yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Meskipun pada dasarnya bahasa merupakan lambang yang bersifat arbitrer namun untuk mengenal lambang bahasa yang berupa bunyi tersebut harus terlebih dahulu dipelajari. Bahasa atau lambang bunyi tidak selamanya sesuai dengan makna harfiah atau sesungguhnya. Makna adalah konsepnya, tidak semua lambang bahasa yang berwujud bunyi itu mempunyai hubungan dengan benda-benda konkret di alam nyata. Memahami makna sebuah bahasa tentunya harus didasari pada sebuah lambang, melalui lambang akan diperoleh makna (konsep) sehingga melalui lambang tersebut dapat dikelompokkan secara garis besar dalam usaha mempermudah pengelompokkan lambang. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatifdeskriptif. Menurut Moleong (2006), metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Metode kualitatif-deskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data dalam hal memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai keadaan yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, studi pustaka dan wawancara. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh sumber data penelitian yaitu kumpulan amaedola yang telah didokumentasikan di dalam sebuah buku. Sementara studi pustaka merupakan usaha penelitian yang dilakukan peneliti dalam menghimpun informasi yang sesuai dengan topik atau masalah yang akan diteliti. Informasi tersebut berupa buku-buku ilmiah, jurnal, dll baik dari media cetak maupun media elektronik yang tentunya berguna dalam pengolahan data. Sedangkan wawancara akan dilakukan dengan mewawancarai 6

8 beberapa informan untuk mendukung data serta mengetahui makna amaedola secara mendalam Sumber data penelitian ini adalah buku berjudul Kumpulan Peribahasa Nias disusun oleh B. La ija dan buku Amaedola Nono Niha yang disusun oleh Pdt. Dal. Zendratӧ, S.Th. Serta hasil wawancara dari informan, sebagai pendukung data peneliti. Informan yang akan diwawancara berjumlah sekitar satu atau dua orang yang merupakan pengurus Lembaga Budaya Nias berlokasi di Kota Gunungsitoli. Subjek penelitiannya adalah satuan metafora yang terdapat dalam amaedola Nias. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Data yang diuraikan dan dideskprisikan berupa hierarki ruang persepsi manusia berdasarkan model Michael Haley yang terdiri dari sembilan kategori. Data yang dianalisis sebanyak 100 amaedola dan telah ditemukan 186 satuan metafora yang diklasifikasi dalam kategori being, cosmos, energy,substance, terrestrial, object, living, animate, dan human. Ruang Persepsi Kategori BEING (Keadaan) Kategori being merupakan kategori yang paling jauh dalam hierarki ruang persepsi manusia menurut Michael Haley. Kategori semantik being mencakup konsep kehidupan manusia yang abstrak atau tidak dapat dilihat dengan indra penglihatan namun dapat dirasakan dan dimiliki. Nomina yang dimunculkan merupakan suatu keadaan abstrak dalam lingkungan manusia karena tidak dapat dihayati dengan mata secara langsung namun tetap dianggap ada keberadaannya. (1) [Alawa luo] afeto duo. (Laija, 1971:10) (hari semakin siang, tuak pun terasa pahit) [Alawa luo] adalah konsep yang abstrak yang memberikan keadaan peralihan antara pagi menuju siang. Keadaan hari [alawa luo] memberikan gambaran keadaan yang terus diulur-ulur. Konsep amaedola di atas secara keseluruhan dilatarbelakangi pada keadaan masyarakat Nias yang memiliki mata pencaharian mengolah buah aren menjadi tuak. Maka pada umumnya tuak akan terasa lebih enak jika pagi hari sedangkan jika matahari semakin meninggi maka tuak tersebut akan terasa pahit, berbeda rasanya. Keadaan tersebut diumpamakan 7

9 pada sebuah pekerjaan/ permasalahan yang semakin diendapkan atau terus menerus dibahas namun tidak menemukan penyelesaian hingga berlarut-berlarut. Keadaan tersebut menjadikan masalah atau pun pembicaraan /pekerjaan tersebut selanjutnya tidak menarik lagi atau secara terpaksa mengerjakannya. Ruang Persepsi Kategori COSMOS (Kosmos) Kategori Cosmos merupakan benda-benda di jagad raya, meskipun jauh namun masih dapat dijangkau oleh penglihatan manusia sehingga benda-benda langit tersebut nyata keberadaannya. (2) Ibinibini ӧ ia [bawa], oroma ia na tesa a. Ibinibini ӧ ia [dӧfi], oroma ia na akhӧmi (Laija, 1971:130) (Bulan yang bersembunyi di balik awan, akan kelihatan juga disaat purnama. Bintang pun yang bersembunyi akan terlihat juga disaat malam telah tiba) [bawa] bulan dan [dӧfi] bintang merupakan benda-benda langit yang berada di ruang angkasa. Penggunaan metafora [bawa] dan [dӧfi] diasosiasikan sebagai sebuah momok, sebuah kebohongan bagi masyarakat Nias jika dilekatkan pada amaedola di atas, yang berarti bahwa bagaimanapun bulan [mbawa] menyembunyikan dirinya maka ia mau tidak mau akan muncul juga disaat purnama, begitu juga bintang [dӧfi] menyembunyikan dirinya akan kelihatan juga disaat malam telah tiba. Semua ada masa dan waktunya, dan itu tidak akan bisa dihindari oleh siapapun. [bawa] dan [dӧfi] juga bisa diasosiasikan sebagai sebuah talenta, berdasarkan keberadaan bulan dan bintang yang merupakan benda langit, bagi masyarakat Nias juga merupakan benda langit yang sangat indah yang pastinya akan selalu dinantik-nantikan. Beberapa sifat masyarakat Nias yang terlalu merendah diri ataupun juga disebabkan karena malu untuk tampil meskipun memiliki kelebihan/talenta tertentu yang seharusnya bisa dibanggakan. Maka, bagaimanapun itu pada waktunya nanti seseorang itu pasti akan menunjukkan talenta yang dimilikinya. Secara keseluruhan, amaedola ini bermakna bahwa kebohongan bahkan kebenaran sekalipun jangan pernah ditutuptutupi sebab setiap hal ada waktu dan masanya yang dengan sendirinya akan terungkap juga. 8

10 Ruang Persepsi Kategori ENERGY (Energi) Kategori Energy merupakan hierarki ruang persepsi manusia di bawah kategori Cosmos. Kategori ini merupakan segala sesuatu yang nyata dalam lingkungan manusia yang membutuhkan ruang dan dan gerak. (3) Abӧlӧ duhe moroi ba [nangi]. (Laija, 1971:1). (Tunggul lebih kuat dari pada angin) [nangi] dalam amaedola di atas diasosiasikan dengan sebua ancaman. Pada umumnya angin merupakan sebuah gejala alam yang terkadang menyejukkan namun jika angin tersebut semakin kencang maka akan memporakporandakan apapun yang di sekitarnya, tentunya hal itu merugikan manusia. Oleh karena itu, angin biasanya disamakan dengan sebuah perkara atau ancaman. Ruang Persepsi Kategori SUBSTANCE (Substansi) Kategori Substance merupakan kategori di bawah kategori Energy yang berpredikasi selain nyata, membutuhkan ruang, bergerak juga memiliki sifat lembam/mencair dan mengendap. Kategori Substance merupakan benda-benda cair atau yang memiliki sifat cair. (4) Itӧrӧ lala nia [idanӧ], itӧrӧ lala nia molӧ. Tebai nitaha nisӧsӧ. (Laija, 1971:135) (Air menempuh jalannya sendiri, banjir menempuh jalannya sendiri, tak akan dapat dihambat lagi). Berdasarkan sifat dasar air, air mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, arus air seringkali tidak bisa tertahankan lagi, dia akan terus mengalir hingga tiba pada dataran paling rendah. Makna metaforis [Idanӧ] dalam amedola di atas dapat artikan sebagai sebuah perkembangan zaman atau globalisasi. Era globalisasi memang tidak bisa dihindari lagi, akan mengalir sangat deras dari zaman ke zaman. Ruang Persepsi Kategori TERRESTRIAL (Terestrial) Kategori terrestrial mencakup hamparan yang terikat dengan bumi. Kategori ini mencakup pada keadaan tercipta secara alami dan telah menyatu dengan bumi. Lambang dalam kategori terrestrial berupa sungai, tanah, gunung, padang pasir. 9

11 (5) Ha atӧ sara zӧndra, ba ha atӧ sara li. Ta olikhe gawӧni, ta olae [guli nasi] (Laija, 1971:74) (jika kita satu pendapat, satu suara, kita sanggup membentuk kayu awӧni sebesar lidi dan mampu menyebrangi lautan dengan mudah) [guli nasi] adalah lautan yang tentunya mustahil untuk berjalan di atas laut seperti penggalan kalimat dalam amaedola di atas ta olae guli nasi. Tetapi kalimat tersebut memberi arti baru bahwa segala sesuatu yang mustahil sekali pun pastinya akan tercapai jika memiliki satu pendapat dan satu hati dalam sebuah kelompok. Ruang Persepsi Kategori OBJECT (Objek) Kategori Object memiliki sifat selain nyata, juga mudah pecah. Segala materi atau benda yang dapat pecah, koyak atau hancur telah masuk dalam kategori Object. Ruang persepsi dengan kategori Object ini menggunakan bendabenda mati sebagai lambang kias. (6) Owulo [gara] abua, na muzawili no aoha (Berat batu bila berkumpul, ringan bila terpencar) [gara] atau batu merupakan benda padat yang keras namun memiliki potensi untuk bisa hancur atau pecah. Lambang metafora [gara] dalam amaedola tersebut diasosiasikan dengan sebuah beban yang berat. Makna amaedola di atas berarti beban akan terasa berat jika ditumpuk dan dihadapi sendiri tetapi akan terasa ringan jika bisa dibagi dengan sesama atau dipecahkan bersama-sama. Ruang Persepsi Kategori LIVING (Kehidupan) Kategori Living merupakan hierarki ruang persepsi manusia setelah kategori Object. Kategori Living memiliki semua sifat yang dimiliki oleh kategori sebelumnya dan terdapat satu sifat khususnya yakni dapat bertumbuh. Kategori ini termasuk makhluk hidup yang dapat bertumbuh, yakni semua jenis tumbuhtumbuhan. Beberapa amaedola yang menggunakan lambang metafora kategori Living antara lain: (7) Abӧlӧ [duhe] moroi ba nangi. (Laija, 1971:1) (Tunggul lebih kuat dari pada angin) 10

12 [duhe] adalah bagian bawah pohon saat ditebang yang keadaannya masih tertancap di tanah. [duhe] atau tunggul diasosiasikan sebagai sebuah status sosial manusia. Tunggul menggambarkan keadaan manusia yang berstatus sosial rendah atau berpangkat rendah akan lebih sedikit mendapatkan musibah atau ancaman dibanding dengan seseorang yang kaya atau berpangkat tinggi. Ruang Persepsi Kategori ANIMATE (Makhluk Bernyawa) Kategori animate memiliki predikasi yang tidak terdapat pada kategori sebelumnya, yaitu kemampuan berjalan, berlari, terbang dan sebagainya serta juga bernyawa. Berdasarkan predikasi tersebut, kategori animate ini meliputi jenisjenis hewan. (8) [Asu] zi fasala [mao] ni bӧzi. (Laija, 1971:19) (Anjing yang bersalah, kucing yang kena pukul) [asu] dan [mao] adalah dua binatang peliharaan manusia yang tak pernah akur. Sebagai binatang peliharaan dan sangat dekat dengan manusia, [asu] dan [mao] memiliki posisi masing-masing di rumah. [asu] anjing biasanya ditempatkan di luar rumah sebagai penjaga rumah, sedangkan [mao] kucing seringnya berada di dalam rumah dan menjadi binatang peliharaan yang dimanja. Saat makanan hilang di atas meja maka yang dituduh adalah kucing bukan anjing karena didasari pada kebiasaan masing-masing. Keadaan tersebut diasosiakan sebagai bentuk penerapan hukum atau aturan yang salah, ketidakadilan dalam menegakkan hukum sehingga akhirnya menghasilkan keputusan yang salah dan merugikan salah satu pihak. Ruang Persepsi Kategori HUMAN (Manusia) Kategori human merupakan merupakan kategori yang paling bawah dari hierarki ruang persepsi manusia menurut Michael Haley. Ketegori human ini berbicara tentang manusia itu sendiri dengan segala tingkah lakunya. Predikasi yang terdapat pada kategori human, tidak berlaku pada kategori ruang persepsi sebelumnya. Predikasi khusus yang ada pada kategori human adalah kemampuannya berpikir, berbicara, bertindak sehingga ia dapat melakukan segala tindakan atau kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh anggota-anggota di kategori sebelumnya. 11

13 (9) Bӧi dӧni mbulu nakhe ba [niha sato]. (Laija, 1971:34) (Jangan petik daun aren di tengah orang banyak) [niha sato] diasosiasikan dengan situasi yang tidak tepat. Maka, makna metaforis dari amaedola di atas adalah tindakan yang kurang tepat dalam kondisi yang tidak tepat. Jika melakukan sesuatu hal janganlah setengah-setengah namun dilakukan secara maksimal sama halnya jika ingin berbuat baik dengan orang, maka perlakukanlah semua orang sama rata, jangan membeda-bedakan mereka di depan mereka sendiri. Melalui lambang metafora yang dimunculkan dalam amaedola dapat memberikan gambaran ruang persepsi masyarakat Nias, dalam hal ini menggunakan hierarki ruang persepsi manusia model Michael Haley untuk memperoleh gambaran yang lebih spesifik. Metafora yang ditemukan dalam 100 amaedola di klasifikasikan ke dalam sembilan kategori ruang persepsi model Haley. Hasil yang diperoleh adalah ruang persepsi masyarakat Nias pada metafora dalam amedola telah memenuhi semua kategori yang ada dalam hierarki ruang persepsi manusia model Michael Haley yaitu being (22 metafora), cosmos (9 metafora), energy (8 metafora), substance (9 metafora), terrestrial (16 metafora), object (54 metafora), living (15 metafora), animate (24 metafora) dan human (30 metafora). Persentasi masing-masing kategori ruang persepsi manusia model Haley dalam Amaedola, antara lain: Kategori Being : Kategori Cosmos: Kategori Energy: Kategori Substance : Kategori Terrestrial: Kategori Object: Kategori Living: Kategori Animate : 12

14 Kategori Human: Hasil analisis dan hitungan persentase menempatkan kategori Object sebagai kategori ruang persepsi manusia dengan persentase tertinggi yakni 29,03%, yang menggambarkan bahwa masyarakat Nias pada umumnya sangat menghargai benda-benda yang mereka miliki serta menguasai keadaan benda tersebut hingga mampu menjadikannya sebagai bahan ilustrasi hidup. Hal tersebut juga membuktikan bahwa masyarakat Nias sejak dulu telah memiliki peradaban yang tinggi, dan sangat menghargai serta memelihara benda-benda yang mereka miliki. Keadaan ini juga didasari oleh mata pencaharian dan cara hidup masyarakat Nias. Masyarakat Nias yang lebih banyak berternak, bertani dan berburu tentunya banyak mengenal benda-benda bahkan menciptakannya untuk keperluan pekerjaannya sehingga memunculkan banyak analogi hidup dari bendabenda yang mereka jumpai. Selain itu, masyarakat Nias lebih banyak memunculkan filosofi hidup lewat benda-benda mati juga dilatarbelakangi oleh sebuah fondrakӧ, salah satunya aturan adat istiadat yang menggunakan dan membutuhkan berbagai macam benda-benda. Salah satunya dalam pesta pernikahan, aturan adat mewajibkan pelaksana acara pesta mengadakan berbagai benda-benda seperti emas (ana a/bari ache), padi (gulitӧ), saembu hӧgӧ, dll. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa, lambang metafora yang terdapat dalam amaedola Nias sebagian besar tidak bermakna universal atau hanya dimengerti oleh masyarakat asli Nias. Melalui 100 amaedola yang di data maka ditemukan 186 metafora yang diklasifikasikan ke dalam sembilan kategori hierarki ruang persepsi manusia model Haley. Sembilan kategori tersebut telah ditemukan pada metafora dalam amaedola Nias yang yang meliputi being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living, animate dan human. Hierarki ruang persepsi manusia model Haley ini pada metafora dalam amaedola menempatkan kategori Object sebagai kategori ruang persepsi manusia dengan persentase tertinggi yakni 29,03%, yang menggambarkan bahwa masyarakat Nias pada umumnya sangat menghargai benda-benda yang mereka miliki serta menguasai keadaan benda tersebut hingga 13

15 mampu menjadikan sebagai bahan ilustrasi hidup. Hal tersebut juga membuktikan bahwa masyarakat Nias sejak dulu telah memiliki peradaban yang tinggi, dan sangat menyukai serta memelihara benda-benda. Kategori selanjutnya adalah kategori human dengan jumlah persentasi 15,59%, kategori animate dengan jumlah persentase 12,90%, kategori being dengan jumlah persentase 11,82%, kategori terrestrial sejumlah 8,60%, kategori living dengan jumlah persentase 8,06. Sementara tiga kategori selanjutnya yakni kategori cosmos, substansce, dan energy memiliki jumlah persentase terendah yaitu kategori cosmos sebanyak 4,83%, kategori substance sebanyak 4,83% dan kategori energy sebanyak 4,30%. DAFTAR PUSTAKA La ija, B Kumpulan Peribahasa Nias. Gunungsitoli: BNKP Tohia. Laoli, Rosthina R. Sirait, dkk. (ed.) Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nias. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara. Mendrőfa, Sőkhiaro Welther Fondrakő Ono Niha: Agama Purba-Hukum Adat-Mitologi-Hikayat Masyarakat Nias. Jakarta Raya: Inkultra Foundation Inc. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Parera, J.D Teori Semantik: Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pateda, Mansoer Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Purwo, Bambang Kaswanti (ed.) PELLBA 3: Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya: Ketiga. Jakarta: KANISIUS bekerjasama dengan Lembaga Bahasa UNIKA Atma Jaya. Silalahi, Roswita Metafora dalam Bahasa Batak Toba. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Vol. 1 : 96. Suwandi, Sarwiji Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. 14

16 Wahab, Abdul Isu Linguistik: Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga University press. Zendratӧ, Dal Amaedola Nono Niha. Nias. 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Untuk mempertanggungjawabkan suatu karya ilmiah

Lebih terperinci

REVITALISASI ALAM TERKEMBANG JADI GURU DALAM BUDAYA BERBAHASA DI MINANGKABAU: ANALISIS PEMANFAATAN SIMBOL METAFORA DALAM PEPATAH-PETITIH MINANGKABAU

REVITALISASI ALAM TERKEMBANG JADI GURU DALAM BUDAYA BERBAHASA DI MINANGKABAU: ANALISIS PEMANFAATAN SIMBOL METAFORA DALAM PEPATAH-PETITIH MINANGKABAU REVITALISASI ALAM TERKEMBANG JADI GURU DALAM BUDAYA BERBAHASA DI MINANGKABAU: ANALISIS PEMANFAATAN SIMBOL METAFORA DALAM PEPATAH-PETITIH MINANGKABAU Yuniseffendri Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa (divabunga@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami

Lebih terperinci

GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI "DEE" LESTARI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMK KELAS XII

GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI DEE LESTARI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMK KELAS XII GAYA BAHASA SIMILE DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI "DEE" LESTARI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMK KELAS XII Oleh: Tira Anggreyani, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, Tiera manutd@yahoo.co.id. ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. sebab bahasa merupakan kegiatan rutin manusia yang alami sebagai mana layaknya manusia bernafas.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas

22, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 dapat diungkapkan dengan makna sebagai representasi maksud emosional manusia yang tidak terbatas. Penggunaan bahas , Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 METAFORA PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS Ananda Nurahmi Berkah Nastiti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan metafora dalam rubrik opini

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Salah satu ragam bahasa di Indonesia adalah peribahasa. Berbicara mengenai peribahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik Indonesia. Pentingnya bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS 2 SEMESTER I 17 PERHITUNGAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM Nama Sekolah : SD/MI... Kelas/semester : II (Dua)/ 1 (satu)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Kridalaksana (2008: 25) bahasa adalah salah satu bentuk perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide, pikiran, dan keinginan kepada orang lain. Manusia dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku acuan yang relevan maupun dengan pemahamanpemahaman teoritis dan pemaparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan orang lain. Masyarakat membutuhkan bahasa untuk berinteraksi di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

Lebih terperinci

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KOTARIH TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK NIA ELCERIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi atau komunikasi dalam suatu masyarakat sangat dibutuhkan untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun komunikasi dalam suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL 1 ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial, untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa (Chaer, 2007: 33). Kridalaksana mengartikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian, 2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X

Lebih terperinci

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Oleh

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Oleh MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT (INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Septiana Dwi Puspita Sari Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas

Lebih terperinci

LANGUAGE IS POWERFUL 1. Pendahuluan

LANGUAGE IS POWERFUL 1. Pendahuluan LANGUAGE IS POWERFUL 1. Pendahuluan Manusia yang nalurinya selalu hidup bersama menyebabkan perlunya berkomunikasi sesamanya. Alat komunikasi ini adalah bahasa. Dengan mempergunakan bahasa seseorang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia Indonesia dalam kehidupan berbangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah dipertanggungjawabkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia, berupa lambang atau tanda dan selalu mengandung pemikiran dan perasaan. Di dalam komunikasi manusia menyampaikan pemikiran

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Jawa disebut tanggap wacana (sesorah). Dalam pernikahan adat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Jawa disebut tanggap wacana (sesorah). Dalam pernikahan adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan budaya merupakan suatu perpaduan yang indah jika diteliti lebih lanjut. Suatu hubungan yang tidak terpisahkan antara keduanya, bahasa melambangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106).

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu ciri paling khas yang manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106). Secara tradisional bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

JURNAL PENERAPAN METODE BERCERITA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SDN PANYINGKIRAN 3 KABUPATEN SUMEDANG

JURNAL PENERAPAN METODE BERCERITA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SDN PANYINGKIRAN 3 KABUPATEN SUMEDANG JURNAL PENERAPAN METODE BERCERITA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SDN PANYINGKIRAN 3 KABUPATEN SUMEDANG Omih NIP 1960 0424 1979 122005 Abstrak Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya permasalahan kategori ini sehingga tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Nurul Fajarya Drs. Azhar Umar, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. perbaitnya yang dapat penulis jelaskan sebagai berikut :

BAB VI PENUTUP. perbaitnya yang dapat penulis jelaskan sebagai berikut : BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Jika dianalisis berdasarkan indikator penelitian, lirik lagu Jangan Menyerah karya group band d Masiv mengandung beberapa makna menurut perbaitnya yang dapat penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK NAMA SEKOLAH TEMA KELAS /SEMESTER WAKTU : SDN Kedungmundu : Pendidikan : III (Tiga)/2 (Dua) : 4 Minggu A. STANDAR KOMPETENSI I. PKN 4. Memiliki kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAHASA METAFORA PUISI JAWA DALAM KOLOM GEGURITAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER DESEMBER 2011

BAHASA METAFORA PUISI JAWA DALAM KOLOM GEGURITAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER DESEMBER 2011 BAHASA METAFORA PUISI JAWA DALAM KOLOM GEGURITAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER DESEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba sangat mengapresasi nilai-nilai budaya yang mereka miliki. Salah satu nilai yang masih bertahan hingga saat ini yaitu umpasa. Dalam upacara adat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan pada hakikatnya merupakan wujud dari upaya manusia dalam menanggapi lingkungan secara aktif. Aktif yang dimaksud adalah aktif mengetahui bagaimana persoalan-persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan

Lebih terperinci