INDEKS DAN KERAPATAN STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDEKS DAN KERAPATAN STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN"

Transkripsi

1 INDEKS DAN KERAPATAN STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN Bougainvillea glabra Chois SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA GORONTALO JURNAL OLEH ALFI DARWIS NIM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN BIOLOGI

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING INDEKS DAN KERAPATAN STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN Bougainvillea glabra Chois SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA GORONTALO OLEH Alfi Darwis NIM

3 Indeks dan Kerapatan Stomata Pada Daun Tumbuhan Bougainvillea glabra Chois Sebagai Bioindikator Pencemaran Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Gorontalo Alfi Darwis 1, N. Y. Kandowangko 2, D. W. K. Baderan 2 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2) Dosen Jurusan Biologi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo darwis.biosfer@gmail.com ABSTRAK Alfi Darwis Indeks dan Kerapatan Stomata Pada Daun Tumbuhan Bougainvillea glabra Chois Sebagai Bioindikator Pencemaran Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Novri Y. Kandowangko, MP dan Pembimbing II Dr. Dewi W K Baderan M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks dan kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois akibat gas buang kendaraan bermotor di kota Gorontalo. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode ex post fakto, analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Variabel yang diamati yaitu jumlah stomata, indeks stomata (%) dan kerapat an stomata (mm 2 ). Hasil penelitian menunjukan bahwa Indeks stomata Bougainvillea glabra Chois di Kota Gorontalo untuk jalan Jendral Sudirman sebesar 26,68 % dengan kerapatan stomata sebesar 153,4034 mm 2, jalan Panjaitan sebesar 26,18 % dengan kerapatan stomata sebesar 146,1790 mm 2, jalan Agus salim sebesar 25,88 % kerapatan stomata sebesar 133,4793 mm 2, jalan Taman Bunga sebesar 21,39 % dengan kerapatan stomata sebesar 121,1971 mm 2, jalan Gelatik sebesar 21,04 % dengan kerapatan stomata sebesar 113,9904 mm 2 dan Lombongo 18,16 % dengan kkerapatan stomata sebesar 100,9633 mm 2. Semakin tinggi indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin tercemar, sebaliknya semakin rendah indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin baik. Kata kunci : Bougainvillea glabra Chois, Stomata, Kendaraan Bermotor. PENDAHULUAN Dewasa ini jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan terutama di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2012) diketahui bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun 1987 sampai 2011 terus meningkat. Untuk tahun 1987 berjumlah kendaraan bermotor (KB) sedangkan tahun 2011 berjumlah KB. 2

4 Banyaknya jumlah kendaraan bermotor juga terjadi di Kota Gorontalo. Pada tahun 2012, jumlah kepadatan kendaraan bermotor Kota Gorontalo khususnya yang melintasi jalan nasional mencapai lebih dari kendaraan/hari (Kantor P2JN Gorontalo, 2012). Sementara itu, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, jumlah rata-rata kendaraan yang lewat selama 15 menit pada beberapa titik di kota Gorontalo, yaitu Jalan Jendral Sudirman dengan jumlah kendaraan yang lewat sebanyak 440 KB, Jalan Panjaitan sebanyak 399 KB, Jalan Agus Salim sebanyak 358 KB, Jalan Taman Bunga sebanyak 210 KB, Jalan Gelatik sebanyak 120 KB. Penghitungan jumlah kendaraan ini dilakukan peneliti selama 15 menit pada pagi hari pukul WITA, 15 menit siang pukul WITA dan 15 menit sore hari pada pukul WITA. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor dapat mengakibatkan pencemaran udara akibat gas buang yang dihasilkan dari pembakaran mesin. Berdasarkan data dari BALIHRISTI Provinsi Gorontalo 2013, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi Jalan Sudirman yaitu gas CO sebesar 0,46 %, CO 2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 70 ppm, dan O 2 sebesar 0,68 %. Untuk Jalan Panjaitan, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yaitu gas CO sebesar 0,57 %, CO 2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 116 ppm, dan O 2 sebesar 0,56 %. Siswantoro dkk (2011) menyatakan bahwa komposisi dari gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin adalah 72% N 2, 18,1% CO 2, 8,2% H 2 O, 1,2% Gas Argon (gas mulia), 1,1% O 2, dan 1,1% gas beracun yang terdiri dari 0,13% NOx, 0,09% HC, dan 0,9% CO juga Pb. Gas buang yang beracun merupakan sebagian kecil dari volume gas bekas kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara. Senyawa tersebut bila terhirup oleh mahluk hidup akan mengakibatkan kerusakan organ dan bila melebihi jumlah tertentu akan menyebabkan kematian. Contoh pada manusia, Tugaswati (2010) me mbuktikan bahwa SO 2 dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, NO 2 dapat menyebabkan radang saluran pernafasan, dan gas CO dapat mempengaruhi kerja jantung, system saraf pusat dan juga janin. Dampak kerusakan organ pada tumbuhan akibat gas buang kendaraan terlihat dari rusaknya mesofil daun 3

5 khususnya pada jaringan palisade dan stomata. Eka (2006) dalam penelitiannya menunjukan bahwa stomata pada daun Glodogan ( Garcinia dulcis) mengalami kerusakan akibat gas buang kendaraan bermotor. Lebih lanjut Eka menjelaskan bahwa apabila pencemaran udara mengalami peningkatan maka persentase kerusakan stomata daun Glodogan juga akan mengalami peningkatan, sedangkan jika pencemaran udara mengalami penurunan maka persentase kerusakan stomata daun Glodogan juga akan mengalami penurunan. Lebih lanjut Siregar (2005) menjelaskan bahwa gas yang bersifat toksik masuk melalui stomata dengan proses difusi, sehingga komposisi cairan sel menjadi terganggu dan sel menjadi rusak dan mati. Untuk mengantisipasi timbulnya pencemaran udara yang lebih parah maka perlu dilakukannya pemantauan kualitas udara dengan cara yang sederhana namun tetap efektif dan akurat yaitu dengan menggunakan bioindikator. Bioindikator adalah jenis tumbuhan, hewan, mikroorganisme, yang respon dan kehadirannya berubah karena pengaruh dan kondisi lingkungan (Kovacs d alam Astawan (2011)). Setiap spesies akan merespon perubahan lingkungan sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Respon yang diberikan mengindikasi perubahan dan tingkat pencemaran yang terjadi dilingkungan dapat sangat sensitif dan resisten. Bougainvillea glabra Chois merupakan tanaman perdu yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara karena mampu menyerap sekitar 41,59 % gas CO (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, 2005) dan gas NO 2 sebesar 45,44 % (Nasrullah dalam Santoso 2009). Dengan tingginya penyerapan gas CO dan NO 2 diharapkan dapat mengurangi pencemaran udara khususnya di Gorontalo. Tambaru (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa stomata pada jalan yang memiliki intensitas kendaraan yang tinggi memiliki ukuran yang kecil, indeks stomata yang tinggi dan lebar stomata yang kecil, berbeda dengan jalan yang memiliki intensitas kendaraan yang rendah, ukuran stomata besar, indeks stomata lebih rendah dan lebar stomata lebih besar. 4

6 Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui indeks stomata Bougainvillea glabra Chois akibat gas buang kendaraan bermotor di kota Gorontalo 2) Untuk mengetahui kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois akibat gas buang kendaraan bermotor di kota Gorontalo Manfaat penelitian ini adalah : 1) Menambah wawasan peneliti mengenai dampak yang ditimbulkan gas sisa buang kendaraan bermotor terhadap indeks dan struktur kerapatan stomata pada tumbuhan Bougainvillea glabra Chois. 2) Sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai peran tumbuhan Bougainvillea glabra Chois sebagai bioindikator pencemaran udara. 3) Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pelajaran pada mata kuliah anatomi tumbuhan dan fisiologi tumbuhan. 4) Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Oktober- Desember Titik pengamatan berdasarkan jumlah kepadatan kendaraan yang lewat yaitu Jalan Jendral Sudirman dengan jumlah kendaraan yang lewat selama 15 menit rata-rata sebanyak 440 KB, Jalan Panjaitan sebanyak 399 KB, Jalan Agus Salim sebanyak 358 KB, Jalan Taman Bunga sebanyak 210 KB, Jalan Gelatik sebanyak 120 KB dan kawasan Lombongo sebagai pembanding dengan kondisi yang tidak pernah dilalui kendaraan. Populasi dalam penelitian ini adalah tumbuhan Bougainvillea glabra Chois, dan sampel dalam penelitian ini yaitu daun tumbuhan Bougainvillea glabra Chois yang sudah dewasa sebanyak 10 helai untuk 1 pohon,yang diambil pada tiga titik di setiap jalan, sedangkan yang menjadi obyek dalam penellitian ini adalah stomata dari tumbuhan Bougainvillea glabra Chois. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan ex post facto. Yaitu meneliti sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan oleh peneliti. 5

7 Alat alat penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Mikroskop sebagai alat untuk mengamati langsung stomata, b) Gelas benda dan penutup yang digunakan untuk meletakan preparat yang akan di amati c) Tisu yang berfungsi untuk membersihkan daun dari kotoran, d) Gunting digunakan untuk memotong daun menjadi bagian bagian yang kecil, e) Pinset digunakan untuk mengambil isolasi yang nantinya akan di amati dan f) Kamera sebagai alat untuk mengambil gambar/dokumentasi Bahan- bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, kertas label, dan kutek transparan (merek pixy). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan langsung pada obyek yang akan diteliti di laboratorium, yaitu dengan melihat indeks kerapatan stomata dan jumlah stomata pada tumbuhan Bougainvillea glabra Chois. Metode pembuatan preparat untuk melihat stomata adalah metode replika sbb: helai daun pada setiap titik di tiap ruas jalan yang sudah diambil, dibersihkan permukaan atas dan bawahnya dengan menggunakan tisu untuk menghilangkan debu/kotoran. 2. Daun dipotong menjadi ukuran kecil (2cm X 2 cm) 3. Potongan-potongan kecil tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi dengan alcohol 70 % (memfiksasi). Perendaman dilakukan selama 24 jam. 4. Setelah direndam, sampel dibiarkan selama 15 menit sampai kering. 5. Setelah kering, sampel diolesi dengan kutek transparan, dibiarkan 30 menit, hingga kering. 6. Olesan yang sudah kering dikelupas/diambil pelan-pelan dengan menggunakan pinset, lalu ditempelkan pada gelas benda 6

8 7. Olesan diratakan dan diberi label pada sebelah kiri dengan keterangan jenis tanamannya. 8. Pengamatan jumlah stomata per bidang pandang menggunakan mikroskop dengan perbesaran (40 x 10) Data yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan indeks dan kerapatan stomata yaitu : Indek Stomata = Σ Σ Σ X 100 Kerapatan Stomata = Σ (Andini 2011) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran lokasi penelitian Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 6 (Enam) lokasi yaitu Jalan Jendral Sudirman, Jalan Panjaitan, Jalan Agus Salim, Jalan Taman Bunga, Jalan Gelatik dan kawasan Lombongo. Berdasarkan data dari BALIHRISTI Provinsi Gorontalo 2013, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi Jalan Sudirman yaitu gas CO sebesar 0,46 %, CO 2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 70 ppm, dan O 2 sebesar 0,68 %. Untuk Jalan Panjaitan, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yaitu gas CO sebesar 0,57 %, CO 2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 116 ppm, dan O 2 sebesar 0,56 %. Hasil Penelitian Tabel 1 Rata-rata indeks stomata Bougainvillea glabra Chois di setiap titik NO JALAN Rata - Rata Indeks Stomata Di Setiap Titik Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata - Rata (%) (%) (%) (%) 1 Jendral Sudirman 24,19 23, ,68 2 Panjaitan 29,79 24,1 24,66 26,18 3 Agus Salim 28,59 23,32 25,73 25,88 4 Taman Bunga 19,68 21,29 23,22 21,39 5 Gelatik 21,71 21,41 19,09 21,04 6 Lombongo 17,53 18,62 18,34 18,16 (Sumber : Data Primer 2013) 7

9 d = 0,52 2 = ¼ x 3,14 x 0,52 2 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa lokasi yang memiliki Indeks Stomata dengan nilai ratarata tertinggi adalah dijalan Jendral Sudirman dengan nilai rata-rata 26,68 %, kemudian Jalan Nani Wartabone (Eks Jln Panjaitan) dengan nilai 26,18 %, Jalan H.B Jasin (Eks Jln Agus Salim) dengan nilai 25,58 %, Jalan Taman Bunga sebesar 21,39 %, Jalan Gelatik 21,04 % dan Lombongo dengan nilai 18,16 %. Berbedanya nilai rata-rata disebabkan adanya perbedaan antara jumlah stomata dan epidermis pada setiap jalan tersebut. Jumlah stomata dan epidermis menentukan indeks stomata. Sedangkan jumlah stomata dan epidermis berbeda akibat respon yang diberikan terhadap gas buang kendaraan kendaraan bermotor. Kerapatan stomata didapat dengan cara membagikan jumlah stomata dengan luas bidang pandang. Adapun luas bidang pandang didapat dengan menggunakan rumus : Luas bidang pandang = ¼ π d 2 Dik : π = 3.14 = ¼ x 3,14 x (0,2704) = ¼ x 0, = 0, mm Untuk hasil kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois disajikan pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Rata-rata kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois di setiap titik NO JALAN Rata - Rata Kerapatan Stomata Di Setiap Titik Titik 1 (mm 2 ) Titik 2 (mm 2 ) Titik 3 (mm 2 ) Rata - Rata (mm 2 ) 1 Jendral 132, , ,979 Sudirman 153, Panjaitan 175, , , , Agus Salim 135, , , , Taman 104, , ,8756 Bunga 121, Gelatik 121, , , , Lombongo 99, , , ,9633 (Sumber : Data Primer 2013) Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa lokasi yang memiliki nilai rata-rata Kerapatan Stomata tertinggi adalah dijalan Jendral Sudirman dengan nilai rata-rata 153,4034 mm 2 kemudian Jalan Panjaitan dengan nilai 146,1790 mm 2, Jalan Agus Salim dengan nilai 8

10 133,4793 mm 2, Jalan Taman Bunga sebesar 121,1971 mm 2, Jalan Gelatik 113,9904 mm 2 dan Lombongo dengan nilai 100, 0,9633 mm 2. Berbedanya nilai rata-rata tiap jalan dikarenakan adanya perbedaan jumlah stomata pada tiap jalan tersebut seperti yang telah diketahui bahwa kerapatan stomata dipengaruhi oleh jumlah stomata. Gambar Hasil Pengamatan Gambar hasil pengamatan stomata di sajikan sebagai berikut : 1 2 Gambar 1 dan 2. Stomata B. glabra Chois pada jalan Sudirman (kiri) dan jalan Taman Bunga (kanan) 2 1 Gambar 3 dan 4. Stomata B. glabra Chois pada jalan Agus Salim (kiri) dan jalan Gelatik (kanan) 1 2 Gambar 5 dan 6 Stomata B. glabra Chois pada jalan Panjaitan (kiri) dan kawasan Lombongo (kanan) Keterangan : Gambar menggunakan perbesaran 40 x 10 : 1 : Stomata 2 : Sel tetanggaga 9

11 Pembahasan Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa intensitas kendaraan mempengaruhi indeks dan kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois yang berada di Jalan Jendral Sudirman, Jalan Panjaitan, Jalan Agus Salim, Jalan Taman Bunga, Jalan Gelatik dan Lombongo. Jalan Jendral Sudirman merupakan jalan yang memiliki 2 perempatan dengan Trafiek Light. Jumlah kendaraan yang melalui jalan tersebut selama 15 menit rata- rata 440 kendaraan bermotor (KB). Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks stomata Bougainvillea glabra Chois pada jalan ini rata-rata sebesar 26,68 %. Nilai indeks stomata ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan indeks stomata pada jalan lain. Banyaknya jumlah kendaraan yang melintasi jalan ini mengakibatkan emisi gas buang yang dihasilkan berupa gas SO 2 dan NO 2 mengalami peningkatan. Walaupun gas SO 2 dan NO 2 di bawah ambang batas baku mutu ambien tetapi apabila berinteraksi secara aditif atau sinergistik pada daun Bougainvillea glabra Chois dapat menyebabkan kerusakan stomata. Rusaknya stomata dapat dilihat dengan bertambahnya jumlah, indeks dan kerapatan stomata. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rushayati (2005) pada daun Kenari (Canarium commune L) dan daun Akasia (Acacia mangium Willd) didapati hasil bahwa daun yang diberi paparan emisi gas buang kendaraan berbeda nyata dilihat dari adanya bintik-bintik hitam pada daun. Selain itu, semakin lama daun terkena paparan emisi gas buang, maka jumlah stomata akan semakin banyak dan kerapatan stomata semakin besar. Selain anatomi, morfologi daun pada jalan ini juga terlihat berbeda, yaitu luas permukaan daun yang kecil dan warna daun lebih kekuning-kuningan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa gas buang kendaraan bermotor yang tidak terbakar sempurna akan menghasilkan gas Karbon Monoksida (CO). CO bersama Ozon (O) akan bergabung dan membentuk kabut fotokimia yang dapat merusak tanaman dan dapat dilihat dari warna daun yang tampak pucat karena sel-sel yang berada dipermukaan menjadi mati. (Siregar, 2005) Selain jalan Jendral Sudirman, jalan lain yang juga memilki indeks stomata yang tinggi yaitu jalan agus salim dengan rata-rata indeks stomata sebesar 25,88 % dan jalan panjaitan sebesar 26,18 %. Hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut juga memliki intensitas kendaraan yang banyak. Untuk jalan Agus salim, jumlah kendaraan yang lewat selama 15 menit ratarata 358 dengan dengan jumlah persimpangan yang memiliki Trafiek Light lebih dari 2 sehingga membuat stomata Bougainvillea glabra Chois yang ada di pinggiran jalan ini melakukan respon dengan meningkatnya jumlah. Sedangkan jalan Panjaitan merupakan jalan yang padat karena menghubungkan dengan pusat perbelanjaan. Jumlah kendaraan yang lewat 10

12 selama 15 menit rata-rata 399. Selain itu terdapat SPBU yang kadang membuat kemacetan lalu lintas. Jalan Taman Bunga dan Gelatik memiliki indeks stomata yang rendah, hal ini dikarenakan jumlah kendaraan yang melewati jalan ini juga rendah, untuk jalan Taman Bunga indeks stomata sebesar 21,39 %, rata-rata jumlah kendaraan sebanyak 210 sedangkan untuk jalan Gelatik indeks stomata sebesar 21,04 % dengan rata-rata jumlah kendaraan 120. Rendahnya jumlah kendaraan membuat tumbuhan khususnya Bougainvillea glabra Chois yang ada disekitar jalan ini tumbuh dalam keadaan normal. Lombongo merupakan kawasan yang termasuk kawasan cagar alam Nani Wartabone. Tempatnya yang jauh dari pusat kota membuat kendaraan yang melewatinya sangat rendah. Untuk indeks stomata Bougainvillea glabra Chois yang berada dikawasan ini sangat rendah hanya 18,16%. Hal ini dikarenakan tingkat pencemaran yang disebabkan oleh gas buang kendaraan juga masih rendah. Selain anatomi, karakter morfologi daun tanaman ini juga terlihat normal dengan lebar daun dan warna daun yang lebih hijau. Dilihat dari tabel 2, rata-rata kerapatan stomata pada 6 ruas jalan terdapat perbedaan. Di jalan Jendral Sudirman kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois adalah 153,4134 mm 2, Jalan Agus Salim 133,4793 mm 2, Jalan Panjaitan 146,1790 mm 2, Jalan Taman Bunga 121,1971 mm 2, jalan Gelatik 113,9904 mm 2 dan Lombongo sebesar 100,9633 mm 2. Ditinjau dari intensitas kepadatan kendaraan, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ke 6 lokasi ini memiliki intensitas kendaraan yang berbeda. Jalan yang memiliki intensitas kendaraan yang banyak maka kerapatan stomata juga akan meningkat dikarenakan gas buang yang dihasilkan juga memiliki jumlah yang banyak. Siregar (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa gas buang yang mengandung senyawa bersifat toksik berupa CO 2,, NO 2. H 2,Pb, Hidrokarbon dan SO 2. Senyawa-senyawa ini biasanya bergabung dengan partikel debu kemudian masuk kedalam daun melalui proses difusi dan akan menutup mulut daun sehingga anatomi daun akan berubah (memberikan respon). Salah satu respon yang diberikan daun akibat gas buang kendaraan yaitu meningkatnya jumlah stomata. Meningkatnya jumlah stomata, maka kerapatan stomata juga akan ikut meningkat. Sebab kerapatan stomata dipengaruhi oleh jumlah stomata. Semakin banyak jumlah stomata maka semakin besar juga kerapatan stomata. Sebaliknya semakin sedikit jumlah stomata maka kerapatan stomata juga semakin rendah. 11

13 Simpulan PENUTUP 1. Indeks stomata Bougainvillea glabra Chois di Kota Gorontalo untuk jalan Jendral Sudirman Indeks stomata sebesar 26,68 %, jalan Panjaitan sebesar 26,18 %, jalan Agus salim sebesar 25,88 %, jalan Taman Bunga sebesar 21,39 %, jalan Gelatik sebesar 21,04 % dan Lombongo 18,16 %. 2. Kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois di jalan Jendral Sudirman sebesar 153,4034 mm2, kemudian jalan Panjaitan sebesar 146,1790 mm2, jalan Agus salim sebesar 133,4793 mm2, jalan Taman Bunga sebesar 121,1971 mm2, jalan Gelatik sebesar 113,9904 mm2 dan Lombongo sebesar 100,9633 mm2. 3. Bougainvillea glabra Chois dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara Saran dengan melihat indeks dan kerapatan stomata. Semakin tinggi indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin tercemar, sebaliknya semakin rendah indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin baik. Perlu mengadakan penelitian lanjutan tentang indeks dan kerapatan stomata untuk jenis tanaman lain dengan mengukur faktor lingkungan, mengingat penelitian ini terbatas pada tanaman yang sama dan faktor lingkungan yang dilihat hanya emisi gas buang kendaraan bermotor. DAFTAR PUSTAKA Anonim Emisi Gas Buang Mobil Yang Berbahan Bakar Bensin. (Online).Tersedia di : ikel_ pdf. Diakses tanggal 15 januari 2012 Astawan Bunga Matahari (Helianthus annuus) sebagai Bioindikator Pencemaran Udara. (Online). Tersedia di : Diakses tanggal 15 Januari 2012 Andini N Astri Anatomi Jaringan Daun Dan Pertumbuhan Tanaman Celosia cristata, Catharanthus roseus, dan Gomphrena globosa Pada Lingkungan Udara Tercemar. (Online). Jurnal Tersedia di : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ /.../g11ana.pdf?...1 Diakses tanggal 15 Januari 2012 Badan Pusat Statistik Indonesia, Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun (Online). Tersedia di : Diakses tanggal 13 November

14 BALIHRISTI, Data Emisi Gas Sri Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil dan Monokotil. (Online). Tersedia di : http Buang Kendaraan Bermotor Pada Beberapa Ruas Jalan Di Kota Gorontalo Eka I Karma, Arief Husin Interaksi kadar pb dalam daun Dengan persentase kerusakan stomata Tanaman Glodogan (Garcinia dulcis). (Online) Artikel. Tersedia di : repository.ump.ac.id/.../artikel%20ii%20interaksi..kadar..pb.dalamdaundenga npersentasekerusakanstoamata%20glodogan.pdf?...5 Di akses tanggal 06 Januari 2013 Haryanti://eprints.undip.ac.id/34503/1/3._Jumlan_dan_Distribusi_Stomatai_Dikotil_dan_Mo nokotil_%28sri_haryanti%29.pdf. Diakses tanggal 23 November 2012 Kantor P2JN Gorontalo Traffic Summary Report. Kantor P2JN Gorontalo Rushayati Badriyah Siti, Maulana Resky Respon Pertumbuhan Serta Anatomi Daun Kenari (Canarium commune L) Dan Akasia (Acacia mangium Willd) Terhadap Emisi Gas Kendaraan Bermotor. (Online). Journal. Tersedia di : Diakses tanggal 15 Januari 2012 Siregar Mulya Edi Batara Pencemaran Udara Respon Pada Tumbuhan Dan Pengaruhnya Pada Manusia. (Online). Tersedia di : Diakses tamggal 15 Januari 2012 Siswantoro, Lagiyono, Siswiyanti, Analisa Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor 4 Tak Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Variasi Penambahan Zat Aditif. (Online), Tersedia di : Diakses tanggal 13 November 2013 Tambaru Elis, Samuel A. Paembonan, Djamal Sanusi, dan Anwar Umar, Karakter morfologi dan tipe stomata daun beberapa jenis Pohon penghijauan hutan kota di kota Makassar. (Online). Tersedia di : Diakses tanggal 23 September 2012 Tim Kerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Penghijauan Sebagai Pereduksi CO2 Di Perumahan_Studi Kasus Bandung-Cirebon. (Online). Tersedia di : sim.nilim.go.jp/ge/semi6/paper/03-eh.doc. Diakses tanggal 15 Januari 2012 Tugaswati, Tri Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Bagi Kesehatan. (Online). Tersedia di : Diakses tanggal 15 januari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah : 1. Kadar klorofil daun mahoni (Swietenia macrophylla King)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah : 1. Kadar klorofil daun mahoni (Swietenia macrophylla King) 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium jurusan biologi, Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 2 Bulan. 3.2 Variabel Penelitian

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi, serta meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor dan jasa angkutan umum sebagai sarana transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Seminar Sidang Proposal Tugas Akhir Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Oleh : Andika Wijaya Kusuma 3307100081 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA Seminar Sidang Proposal Tugas Akhir Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR

RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR [Growth and

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR Laporan Praktikum Mikroteknik Nama NIM Kelompok Asisten OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031 : II (dua) : Ana Fatmasari PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi sebagai tulang punggung manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara. Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa daerah di Jawa Timur yang mengalami perkembangan yang pesat dari sektor industri salah satunya di Kecamatan Ngoro. Jumlah perusahaan industri pengolahan di

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia. Dewasa ini, penurunan kualitas lingkungan menjadi bahan petimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM : PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG Grace Wibisana NRP : 9721053 NIRM : 41077011970288 Pembimbing : Ir. Budi Hartanto Susilo, M. Sc Ko-Pembimbing : Ir. Gugun Gunawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta sebagai kota yang terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi dan di lokasi yang relatif tidak terlalu

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara semakin hari semakin memprihatinkan. Terutama dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut Ismiyati dkk (2014), kendaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI Oleh: Ayu Agustini Juhari 1210702007 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta (lokasi 1) dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan peradaban kota, kebutuhan akan sarana dan prasarana semakin meningkat, seperti perkembangan pusat-pusat industri dan meningkatnya volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Alat dan bahan tercantum dalam Lampiran 1. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sangat pesat terjadi di segala bidang, terutama bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat mempengaruhi berjalannya suatu proses pekerjaan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014 Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA Dampak pencemaran udara debu dan lainnya Keluhan-keluhan tentang pencemaran di Jepang (Sumber: Komisi Koordinasi Sengketa Lingkungan) Sumber pencemaran udara Stasiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat pesat di bidang perekonomian dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat pesat di bidang perekonomian dan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang sangat pesat di bidang perekonomian dan pembangunan di Indonesia khususnya kota-kota besar seperti Kota Bandung dapat menimbulkan dampak positif dan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun jambu air (Syzygium aqueum). Kemikalia yang digunakan yaitu larutan alkohol 96%, ethanol,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l) PERBEDAAN EFEKTIVITAS DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni) DAN DAUN MANGGA (Mangifera indica l) DALAM MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA Djubaida, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 djubaidakesmas@gmail.com

Lebih terperinci

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Beiakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi Alat dan Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian yaitu sampel daun jambu semarang Buah Pink, Hijau Bulat, Unsoed, Merah Lebar', Kaget Merah, Camplong Putih, Irung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dengan kualitas udara yang terkontaminasi oleh zat-zat tertentu, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Mesin Otomotif, Politeknik Indonusa Surakarta email : yahya.polinus@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

Joko Purwadi NIM : S

Joko Purwadi NIM : S ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN EMISI GAS BUANG DI JALAN SLAMET RIYADI DAN ALTERNATIF SOLUSINYA ( Kajian Empirikal dan Non Empirikal ) Ringkasan Tesis Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN No. Responden : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA USU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 167 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER BERGERAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b).

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b). BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Gunung Merapi meletus pada tanggal 26 Oktober 2010. Letusan gunung ini mengeluarkan gas dan materi vulkanik. P2PL (2010) melaporkan bahwa letusan Gunung Merapi mengeluarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara akibat dari peningkatan penggunaan jumlah kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas-gas berbahaya akan sangat mendukung terjadinya pencemaran udara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas pemikiran yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). dengan berubahnya kurikulum dari tahun pelajaran ke tahun pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas pemikiran yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). dengan berubahnya kurikulum dari tahun pelajaran ke tahun pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Driyarkara menyatakan pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau azasi dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan bahwa dimana ada kehidupan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tengah terjadi suatu degradasi terhadap lingkungan sebagai salah satu dampak langsung perkembangan teknologi transportasi. Emisi gas buang yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat dimana terjadi perubahan cuaca dan iklim lingkungan yang mempengaruhi suhu bumi dan berbagai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan

Lebih terperinci