PELAKSANAAN PENANAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN PENANAMAN"

Transkripsi

1 Bab 4 PELAKSANAAN PENANAMAN 4.1. MEMBIARKAN SUKSESI ALAMI ATAU MELAKUKAN PENANAMAN HUTAN Membiarkan suksesi alami: Pemeliharaan anakan dan pembebasan gangguan Menurut Heriansyah dkk (2010), Restorasi dapat terjadi secara alami hanya dengan memproteksi tapak dari gangguan, dimana kolonisasi dan proses suksesi terjadi secara alami dalam meningkatkan biodiversitas dan struktur ekosistem. Namun, percepatan revegetasi pada areal terdegradasi dapat dilakukan dengan penanaman secara intensif, dengan variasi jenis pohon dan tumbuhan bawah. Kombinasi jenis pioneer, cepat tumbuh, jenis langka dan ternacam, dan jenis klimaks dalam suatu areal secara rapat disinyalir dapat memotong dan mempercepat proses suksesi (Heriansyah dkk, 2014). Jika pun harus melakukan penanaman, sebaiknya dilakukan kegiatan pencarian terhadap anakan yang tumbuh secara alami. Anakan alami tersebut sebaknya diberi tanda berupa ajir dan mulsa agar tidak mati akibat kegiatan pembuatan dan pembersihan jalur tanam. Pada lokasi seperti gambar diatas, anakan pohon masih sangat banyak ditemui. Sebaiknya dilakukan pemeliharaan terhadap anakan pohon tersebut. Selain itu, berbagai satwa, seperti burung, mamalia dan berbagai binatang pemencar biji lain biasanya akan melintasi lokasi ini dan memencarkan berbagai biji, sehingga regenerasi hutan secara alami sudah cukup untuk memperbaiki areal seperti ini Melakukan penanaman hutan Sejatinya, melakukan kegiatan penanaman adalah langkah terakhir dalam upaya pengembalian fungsi hutan. Langkah terbaik adalah membiarkan hutan melakukan proses regenerasi secara alami. Namun, proses regenerasi hutan akan berjalan sangat lambat jika tidak dibantu dengan kegiatan penanaman. Lokasi yang terdegradasi, terutama dengan kondisi yang terbuka, sangat rentan akan berbagai gangguan terutama kebakaran hutan. Oleh karena itu, penanaman pohon di lokasi yang terdegradasi adalah cara aman untuk menghindari hutan kembali rusak dan terganggu fungsinya. Kawasan yang terdegradasi umumnya didominasi oleh tumbuhan liar berupa alang-alang, pakispakisan dan berbagai gulma lainnya. Gulma memiliki racun (alelopati) yang kuat untuk membunuh tanaman lain di sekitarnya, ini adalah cara gulma untuk bertahan hidup dan berkompetisi, hal inilah yang menyebabkan proses pembentukan hutan akan berjalan sangat lambat. Untuk mempercepat proses pembentukan hutan, maka perlu dilakukan kegiatan penanaman. Artinya, kegiatan penanaman bertujuan untuk mempercepat proses pembentukan hutan dan membantu pemencaran jenis tanaman hutan agar lokasi yang terdegradasi tersebut memiliki keragaman tanaman yang lebih tinggi. Kegiatan penanaman dapat juga diartikan sebagai upaya mengambil alih peran binatang pemencar biji untuk membantu proses regenerasi hutan itu sendiri. Jika lokasi hutan seperti gambar diatas, maka penanaman pohon tidak direkomendasikan mengingat lokasinya yang berdekatan dengan hutan primer, serta masih terdapat tunggul tanaman yang berpotensi menjadi pohon besar. Regenerasi secara alami harus lebih diutamakan. Jika lokasi yang terdegradasi seperti gambar diatas mutlak harus dilakukan penanaman, sebab lokasi tersebut di dominasi oleh alang-alang yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan. Penanaman pohon membantu percepatan pembentukan hutan dan memutus dominasi alang-alang

2 4.2.FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANAMAN Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penanaman antara lain : 1) Pemilihan jenis pohon yang tepat Penanaman dengan menggunakan jenis asli (endemik) sesuai dengan lokasi yang akan direstorasi diyakini memberikan pengaruh besar bagi keberhasilan penanaman. 2) Kesesuaian tempat tumbuh Tanaman akan tumbuh dengan baik jika memenuhi kesesuaian tempat tumbuh. Kesesuaian tempat tumbuh meliputi kesesuaian tanaman terhadap: jenis tanah, iklim (curah hujan, suhu), kondisi air, ketinggian tempat, dan lain lain. Cara paling sederhana untuk mengetahui kesesuaian tempat tumbuh suatu jenis adalah dengan melihat apakah terdapat jenis yang dimaksud telah tumbuh dengan baik di lokasi tersebut. 3) Kesesuaian musim tanam Penanaman harus dilakukan pada musim penghujan. Kematian tanaman sebagian besar terjadi karena kurangnya pasokan air. Kondisi terbaik untuk melakukan penanaman adalah pada awal musim hujan yaitu ketika hujan turun mulai stabil, artinya hujan turun sudah mulai rutin setiap 1-2 hari sekali. Penanaman sebaiknya berakhir minimal 1 bulan sebelum datangnya musim kemarau. Sehingga tanaman sudah beradaptasi dengan baik karena menerima pasokan air hujan yang cukup. 4) Teknik menanam yang benar Teknik menanam meliputi; (1) cara mengangkut bibit (hindari mengangkut bibit dengan memegang bagian batang), (2) cara melepas polybag (3) lubang tanam yang sesuai standar (tidak dangkal). 5) Aman dari gangguan, Gangguan tanaman dapat disebabkan oleh: alam (banjir, angin dan longsor), manusia (perusakan tanaman). Oleh karena itu, perlu diantisipasi segala kemungkinan gangguan untuk mendapatkan solusi pemecahan di lapangan. 6) Kualitas bibit Bibit yang akan ditanam harus memenuhi kriteria bibit siap tanam yang berkualitas. Bibit siap tanam mempunyai ciri ciri; pangkal batang telah berkayu, bibit sehat, media di polybag kompak, kecukupan tinggi/diameter tanaman, batang kokoh/tegak dan memiliki batang tunggal, tidak bercabang, dan secara genetik diperoleh dari induk yang unggul. 7) Pemeliharaan yang baik. Kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan secara baik, benar dan periodik agar proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berjalan secara optimal. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, pemupukan, penyiangan dan pendangiran, serta pengendalian hama dan penyakit TEKNIK PENANAMAN Teknik penanaman bergantung kepada kondisi lahan yang meliputi ; tingkat kelerengan, tingkat penutupan vegetasi, kepekaan erosi dan tujuan penanaman. Kondisi ini akan memerlukan cara, sistem dan pola penanaman yang berbeda Cara penanaman Pada lahan terbuka dan datar, penanaman dilakukan dengan cara mengikuti baris dan larikan lurus. Sedangkan pada lahan miring, dilakukan dengan mengikuti arah kontur. Pada lahan bervegetasi, penanaman dapat dilakukan pengkayaan dengan intensitas sesuai dengan tingkat degradasi dan ketersediaan regenerasi alam Sistem penanaman Sistem penanaman berbeda menurut kelerengan dan kepekaan erosi. 1) Sistem Jalur dapat dilakukan pada lahan datar dan lereng bukit (kemiringan dan kepekaan erosi yang rendah). Pembuatan lubang tanam dan pembersihan lapangan di sepanjang jalur tanam Sistem Jalur 2) Sistem Piringan (Cemplongan), cocok pada lahan yang miring dan peka terhadap erosi. Pengolahan tanah hanya di piringan di sekitar lubang tanaman. Sistem Piringan 36 37

3 3) Sistem Tugal, cocok pada areal dengan kelerengan tinggi dan peka erosi. Penanaman dilaksanakan tanpa olah tanah, lubang tanaman dibuat dengan tugal, dan cocok untuk pembuatan tanaman dengan penaburan benih langsung. Sistem Tugal Pola penanaman Pola penanaman yang disarankan pada hutan tropis adalah pola campuran, yaitu jenis pionir dan jenis klimaks. Namun pada kondisi tertentu, diperlukan penanaman berbagai jenis tanaman yang bersifat pionir terlebih dahulu, yaitu jenis pionir pada tahun-tahun pertama dan diikuti dengan penanaman jenis klimaks pada tahun berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pembentukan hutan dan memberikan naungan. Tanaman pionir yang ditanam pada tahun pertama berfungsi sebagai pemberi naungan sehingga tanaman klimaks yang ditanam pada tahun berikutnya dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan naungan dari tanaman tanaman pionir tersebut PERSIAPAN LAHAN Peralatan dan bahan untuk penanaman Bahan dan peralatan yang perlu disiapkan dalam kegiatan sebelum, sesaat dan setelah penanaman antara lain : cangkul, golok/parang, kompas, GPS, meteran 50 m, tali plastik 100 m, keranjang alat angkut bibit (besek), kereta sorong Pembersihan Lapangan dan Jalur Tanam atau Piringan Pembersihan lapangan dan jalur tanam disesuaikan dengan keadaan lapangan (kelerengan, ketinggian tempat) dan kondisi vegetasi yang ada. 1) Kondisi lahan terbuka dan datar (kemiringan dan kepekaan erosi rendah). Gulma rumput atau alang-alang dibersihkan sepanjang jalur tanam dengan lebar 1 m. Pembersihan dapat dilakukan menurut baris tanaman. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan parang babat dan mesin potong rumput. Selanjutnya di sekitar lubang tanam dilakukan pembersihan gulma dan penggemburan tanah selebar 1m mengelilingi lubang tanam. 2) Kondisi lahan terbuka, miring, tidak rawan erosi. Pembersihan lahan dilakukan selebar 1 m pada pada jalur tanam sesuai kontur. Pada lahan yang bukan merupakan jalur tanam tidak dilakukan pembersihan agar tidak menyebabkan peningkatan erosi tanah. 3) Kondisi lahan terbuka, miring, rawan erosi. Pembersihan lahan dilakukan secara piringan/cemplongan, yaitu lahan hanya dibersihkan pada radius 1 m sekeliling lubang tanam dan dilakukan penggemburan tanah. 4) Kondisi lahan terbuka, sangat curam, tanah subur dan rawan erosi. Tidak dilakukan pembersihan. Penanaman dilakukan dengan sistem tugal, yaitu memasukkan benih pada lubang tanam. 5) Kondisi lahan tegalan/vegetasi jarang dan datar. Pada kondisi ini, vegetasi pohon sudah ada namun perlu dilakukan pengkayaan tanaman dengan cara penyisipan tanaman. Pembersihan lahan sebaiknya menggunakan sistem cemplongan. Namun boleh juga dilakukan penanaman campuran dimana tanaman pionir dan tanaman klimaks di tanam pada satu musim tanam dan satu lokasi tanam. Karena tanaman pionir tentunya akan tumbuh besar lebih dahulu dari pada tanaman klimaks. Setelah pionir tumbuh besar, tanaman klimaks akan mendapatkan naungan untuk tumbuh lebih cepat. Metode ini adalah metode yang digunakan oleh Goosem & Tucker (1995). Dalam konsep ini, mereka merekomendasikan 30% dari pohon yang ditanam merupakan tanaman pionir. Dengan menanam tanaman pionir dan tanaman klimaks pada tahap yang sama, suksesi hutan dapat dipersingkat/dipercepat. Pada lokasi yang terdegradasi terkadang juga dapat ditemui tanaman klimaks yang tumbuh baik dalam kondisi terbuka dan tidak berhutan, namun tanaman klimaks tersebut gagal dalam mendominasi dan mengkolonisasi lokasi tersebut, hal ini dikarenakan kurangnya pemencaran biji tanaman klimaks di lokasi tersebut. Maka penanaman tanaman klimaks dan pionir secara bersamaan akan membantu percepatan dominasi jenis klimaks. Hal ini dikarenakan jenis tanaman pionir akan mati pada usia tahun (FORRU-CMU, 2006) Salah satu jalur tanam yang dibuat mengarah ke kawasan yang telah berhutan untuk membentuk koridor hutan 38 39

4 Pada saat pembuatan jalur tanam, usahakan agar tanaman alami atau tunggul yang mulai tumbuh tidak ikut dibersihkan, tanaman alami biasanya memiliki resistensi yang baik terhadap dominasi gulma. Sebaiknya jalur tanam dibuat mengarah ke hutan primer untuk membangun koridor, yaitu areal yang menghubungkan areal terbuka dengan kawasan hutan alam. Koridor ini akan membantu satwa liar untuk melintas dari hutan sekunder ke hutan primer atau sebaliknya. Pembuatan jalur tanam sebaiknya dilakukan satu bulan sebelum kegiatan penanaman dilakukan, yaitu pada akhir musim kemarau Pembuatan lubang tanam Lubang tanam dibuat setelah jarak tanam ditentukan. Ukuran lubang tanam bergantung pada kondisi kepadatan tanah. Umumnya lubang tanam dibuat berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm atau menggunakan ukuran lebar cangkul. Untuk membantu pasokan unsur hara dan perbaikan sifat fisik tanah, maka pada setiap lubang tanam disarankan ditambahkan pupuk organik baik dalam bentuk kompos daun-daun, bokashi atau pupuk kandang. Jika di sekitar lubang tanam terdapat serasah-serasah yang telah menjadi kompos, dapat juga dimasukkan kedalam lubang tanam sebagai kompos alami ADAPTASI BIBIT SEBELUM DITANAM Sebelum kegiatan penanaman, bibit-bibit terlebih dahulu diadaptasikan di lokasi terbuka di dekat lokasi pembibitan selama 2 minggu untuk mengurangi tingkat stress saat setelah tanam. Selama proses adaptasi, bibit tersebut tetap diberi perlakuan penyiraman dan pemeliharaan PENANAMAN Kegiatan penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Jika lokasi areal restorasi didominasi oleh alang-alang sebaiknya dilakukan penanaman 60% jenis tanaman pionir dan 40% jenis tanaman klimaks. Hal ini dikarenakan tanaman pionir lebih cepat tumbuh. Sementara jenis klimaks membutuhkan naungan untuk tumbuh dengan baik. Namun penanaman jenis klimaks dan jenis pionir sebaiknya ditanam secara bersamaan. Pada setiap 1 ha areal penanaman, upayakan untuk menanam jenis tanaman, hal ini dimaksudkan untuk memperkaya biodiversitas di areal tersebut. Untuk kawasan yang terbuka, dapat dilakukan penanaman dengan jarak 3 x 3 meter terlebih dahulu, pada tahun berikutnya dapat dilakukan pengkayaan dengan jarak 1,5 x 1,5 m. Teknik penanaman yang baik adalah : 1)Penanaman dilakukan secara selang-seling antara jenis pionir dan klimaks pada jalur tanam, usahakan agar setiap jalur ditanami semua jenis bibit. Bibit yang ditanam adalah yang telah diseleksi. 2)Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari, untuk mengurangi tingkat stress bibit akibat terik sinar matahari. 3)Sebelum ditanam, polybag dilepas dengan menjaga perakaran bibit tetap kompak dengan media tanam. 4)Pada lubang tanam, masukkan top soil dengan cara diremahkan setebal ± 10 cm, hal ini dilakukan untuk memudahkan akar menembus tanah tersebut PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI BIBIT Bibit yang diangkut adalah bibit yang telah diseleksi dan diadaptasikan di pembibitan dan memenuhi persyaratan untuk ditanam sebagaimana telah dijelaskan pada Bab Seleksi Bibit. Pengangkutan bibit dilakukan melalui 2 tahap, yaitu : 1) Pengangkutan dari pembibitan ke areal penanaman. Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman dapat dilakukan dengan cara dipikul, menggunakan sepeda motor dengan keranjang (besek). 2) Distribusi bibit ke lubang tanam Tahap selanjutnya adalah mendistribusikan bibit ke lubang tanam. Distribusi bibit ke lubang tanam harus dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalkan kerusakan. Sebaiknya distribusi bibit ke lubang tanam tetap menggunakan alat angkut bibit atau menggunakan kereta sorong. Gambar top soil di dalam lubang tanam 40 41

5 5)Masukkan bibit pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya, dengan posisi bibit yang masuk ke dalam tanah adalah sampai leher akar. 8)Kumpulkan bekas polybag dan jangan ditinggal di lokasi penanaman karena dapat merusak tanah hutan tersebut. 9)Kegiatan penanaman harus dipadukan dengan kegiatan pemeliharaan anakan alami untuk membantu regenerasi alami, dimana jika terdapat anakan alami di dalam areal penanaman maka perlu diberi perlakuan pemeliharaan agar anakan alami tersebut tetap dapat tumbuh dengan baik. Untuk mempermudah kegiatan penanaman, areal restorasi dapat dibagi ke dalam beberapa blok tanam. Setiap blok penanaman diberi plank berisi informasi jenis tanaman, spesies tanaman, waktu tanam dan informasi lain yang dianggap perlu untuk ditampilkan. Blok tanaman ini juga akan mempermudah kegiatan monitoring perkembangan tanaman. 6)Kemudian ruang kosong dalam lubang tanam diisi kembali dengan media tanah hasil galian, dahulukan top soil, lalu tanahnya dipadatkan. Usahakan pangkal batang bibit tidak tertimbun. Pangkal batang tidak ditimbun tanah Pangkal batang ditimbun tanah 7)Beri mulsa dengan memanfaatkan bahan organik di sekitar lubang tanam, upayakan mulsa tersebut tidak bersentuhan dengan batang tanaman. Rangkaian kegiatan penanaman berbagai jenis tanaman asli kawasan TNGL (tanaman lokal) dari jenis pionir dan jenis klimaks yang ditanam secara bersamaan Mulsa organik dapat menahan laju panas matahari di sekitar lubang tanam sehingga mengurangi penguapan, artinya kelembaban di sekitar tanaman akan tetap terjaga. Selain itu, mulsa organik juga menjadi bahan nutrisi tambahan bagi tanaman setelah terdekomposisi, sekaligus menambah bahan organik tanah yang dapat memperbaiki tanah di sekitar tanaman tersebut. Beberapa tanaman buah seperti durian, cempedak, jengkol, petai, kedaung, pakam dan rambutan sangat digemari oleh binatang predator biji dan binatang pengerat (landak, musang, tikus dan babi hutan). Untuk itu perlu dilakukan langkah protektif dengan memasang pagar pelindung yang dapat dibuat menggunakan kawat 42 43

6 4.8. ACCELERATED NATURAL REGENERATION (ANR) Penanaman pohon bukanlah satu-satunya kegiatan yang dapat memulihkan suatu areal terdegradasi, namun dapat diselaraskan dengan aktifitas lain yang mendukung kegiatan penanaman. Sejatinya, menanam pohon adalah pilihan terakhir yang harus dilakukan untuk mengembalikan hutan seperti sedia kala. Sedapat mungkin, kita membantu hutan untuk bisa memperbaiki diri mereka sendiri, hal ini dikarenakan apa yang ditumbuhkan oleh alam itu hasilnya lebih baik dari apa yang kita tanam Pengertian ANR Menurut Yumi & Rianti (2013), Accelerated Natural Regeneration (ANR) adalah sebuah metode untuk meningkatkan pembentukan hutan sekunder dari lahan kritis, yang ditumbuhi rerumputan dan vegetasi semak belukar, dengan cara melindungi dan merawat pohon pionir serta anakan alami yang ada di kawasan tersebut. ANR bertujuan untuk mempercepat proses suksesi alami dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan permudaan alami seperti degradasi tanah, kompetisi gulma dan gangguan yang berulang-ulang (seperti api, rumput dan pemanenan kayu). Anakan secara khusus dijaga dari tanaman yang sangat rentan terbakar seperti rumput alangalang. Sebagai tambahan untuk upaya perlindungan, jenis baru ditanam jika dibutuhkan atau diinginkan. Dengan ANR hutan tumbuh lebih cepat dari metode reforestasi biasa. FORRU - CMU, (2006), dalam buku Bagaimana Menanam Hutan, menyatakan Accelerated Natural Regeneration dapat diartikan sebagai aktifitas membantu percepatan terbentuknya kembali hutan secara alami. Kegiatan ini juga penting dilakukan karena alam telah memiliki sistem yang secara teratur untuk memperbaiki dan beregenerasi secara alamiah, namun terkadang karena ada faktor-faktor pembatas lain sehingga sistem ini berjalan lambat bila tanpa batuan/perlakuan manusia sebagai salah satu komponen alam. Menanam jenis tanaman yang mengundang berbagai jenis burung untuk bersarang 3) Membangun tenggeran burung buatan (artificial bird perching/bird sticks) Di lokasi yang terbuka, burung-burung yang tinggal di hutan sekunder memiliki kebiasaan bertengger pada pohon-pohon mati pada pagi dan sore hari. Aktivitas burung tersebut dapat difasilitasi dengan membuat tenggeran buatan di jalur-jalur tanam dengan harapan burung-burung akan memanfaatkan tenggeran dan memencarkan biji di sekitar tenggeran tersebut, sehingga pada musim hujan biji-biji yang telah dipencarkan akan tumbuh dan membantu mempercepat terbentuknya kanopi hutan sekunder. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan cabang-cabang pohon yang telah tua dan mati, atau bahkan batang pohon sisa dari makanan gajah atau menggunakan bambu. Kelemahan menggunakan metode ini adalah biji-biji yang dipencarkan oleh burung-burung biasanya hanya merupakan tanaman pionir dan keragamannya cukup rendah. Sangat jarang ditemukan tanaman klimaks dengan metode ini. Penanaman pohon dan kegiatan ANR adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan restorasi hutan. Kegiatan ANR mencakup seperangkat aktifitas yang mempercepat proses alami dari regenerasi hutan itu sendiri. Kegiatan ini meliputi kegiatan penyelamatan tanaman alami serta mengurangi faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan tanamantanaman alami tersebut Beberapa Jenis Kegiatan ANR Adapun kegiatan ANR yang dapat dilakukan diantaranya: 1) Menanam tanaman yang cepat berbuah Umumnya tanaman pionir akan berbuah 1-3 tahun setelah ditanam. Contohnya; Marak biasa (Macaranga indica) dan Jeluak (Microcos tomentosa). Adanya sumber pakan berupa buah akan menarik perhatian bagi satwa liar seperti; musang, burung, dan binatang lainnya untuk datang dan memakan buah kemudian memencarkan biji-biji tanaman tersebut ke tempat lainnya. 2) Menanam pohon yang digemari oleh burung untuk membangun sarang Beberapa tanaman sangat digemari oleh berbagai jenis burung untuk bersarang dan beregenerasi. Dengan bersarangnya berbagai jenis burung tersebut tentunya membantu pemencaran biji di sekitar pohon tempat bersarang, dengan demikian regenerasi secara alami akan terjadi. a. Tenggeran buatan dapat dibuat dengan memanfaatkan dahan atau cabang tanaman yang mati. Metode ini efektif digunakan di areal yang terbuka. b. Burung bentet kelabu (Lanius schach) adalah salah satu jenis burung pemakan serangga yang menggunakan tenggeran buatan disamping berbagai jenis burung pemencar biji seperti merbah cerukcuk (Pygnonotus gioavier). 44 Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan 45

7 5)Menyelamatkan anakan-anakan pohon dari serangan gulma yang rentan terhadap kebakaran Kegiatan ini dilakukan untuk menyelamatkan anakan pohon (pionir maupun klimaks) yang tumbuh di sekitar gulma. Sebaiknya 40 cm sekeliling anakan pohon dibersihkan agar dapat tumbuh dengan baik dan mendapatkan sinar yang cukup serta memberikan kesempatan hidup yang lebih besar. 6)Membersihkan gulma di sekitar pohon besar yang telah mati maupun yang hidup Pohon-pohon sangat menarik bagi berbagai jenis burung, baik pohon yang masih hidup maupun pohon yang telah mati. Burung-burung akan memencarkan berbagai biji di bawah pohon tersebut. Dengan membersihkan gulma di sekitar pohon-pohon yang dimaksud, maka biji yang telah dipencarkan oleh burung akan tumbuh terlebih jika sedang di musim penghujan. Contoh hasil 3 bulan setelah penggunaan artificial tenggeran burung. Berbagai jenis tanaman alami tumbuh di sekitar tenggeran yang telah dibuat. Umumnya didominasi oleh tanaman pionir. 4) Menyelamatkan sisa tunggul tanaman yang bertunas (sisa tebangan kayu) Di areal restorasi YOSL-OIC di Sei Betung, kami menyebutnya dengan istilah Tunggul Aktif yang dibersihkan dan dijaga agar tidak mati akibat gulma yang mendominasi di sekitar tunggul tanaman tersebut. Tunggul Aktif tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang besar. Selain tunggul sisa tebangan, tunggul tanaman yang selamat akibat kebakaran hutan juga harus diselamatkan agar tunggul-tunggul tersebut tumbuh dengan baik. Tunas-tunas baru dari tunggul tanaman pakam (Pometia pinnata) akan kembali membentuk tegakan hutan jika dilakukan pemeliharaan secara terus menerus. 46 Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan Persiapan dan Perencanaan Restorasi Hutan 47

8 Dominasi anakan liar dari tanaman tampu (Macaranga tanarius) pada suatu areal terbuka beberapa bulan setelah dibersihkan Anakan tampu (Macaranga tanarius) di sela-sela gulma yang perlu diselamatkan 48 Pemeliharaan Tanaman Pagi di lokasi restorasi Sei Betung Pemeliharaan Tanaman 49

9 Bab 5 PEMELIHARAAN TANAMAN 5.1. PENYULAMAN Penyulaman tanaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan persentase tumbuh tanaman untuk memenuhi target jumlah penanaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada sore hari PENYIANGAN (PEMBERSIHAN GULMA) Penyiangan pada jalur tanaman menggunakan mesin Penyiangan dengan membersihkan jalur tanam Semua jenis gulma yang diduga akan mengganggu pertumbuhan tanaman harus dikeluarkan dari areal penanaman. Sisa-sisa tanaman yang mati berupa sisa daun, ranting dan kulit kayu sebaiknya dimanfaatkan dengan dijadikan sebagai kompos dan digunakan untuk pengendalian kesuburan tanah. Penyiangan tanaman bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dengan menghindarkan tanaman dari pengganggu dan pesaing (gulma). Penyiangan terhadap gulma alang-alang dapat dilakukan dengan cara perebahan, yaitu dengan menggunakan sebilah papan lalu direbahkan pada gulma alang-alang. Cara perebahan gulma hanya dapat digunakan untuk daerah yang didominasi oleh gulma alang-alang. Ciri khas gulma antara lain: 1) Pertumbuhannya cepat. 2)Memiliki daya saing kuat dalam memperebutkan faktor kebutuhan hidupnya. 3) Mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim. 4) Mempunyai daya berkembang biak yang besar (vegetatif dan atau generatif). 5) Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang. 6) Bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan (Nasution, 1986). Gulma dapat mengganggu tanaman muda dengan berbagai cara, diantaranya: - Berkompetisi langsung terhadap cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi. - Menekan pertumbuhan tanaman dengan menaungi dan melilit tanaman pokok. - Gulma yang lebat merupakan potensi bahan bakar. Penyiangan terhadap gulma alang-alang dengan cara merebahkan alang-alang. Cara ini cukup mudah dan sederhana dan dapat dilakukan siapa saja. Namun kita harus hati-hati karena terkadang ada anakan pohon di antara alang-alang tersebut Penyiangan dapat dilakukan dengan cara menebas dan memotong gulma. Alat yang digunakan dapat berupa parang babat atau mesin pemotong rumput. Penyiangan terhadap gulma berkayu dapat dilakukan dengan menggunakan parang, sementara untuk jenisjenis gulma merambat yang lunak dan alang-alang dapat menggunakan parang babat dan mesin pemotong rumput. 50 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan Tanaman 51

10 Begitu juga tanaman alami yang telah dewasa haruslah dilakukan penyiangan. Usahakan luas yang dibersihkan seluas kanopi tanaman tersebut. Hal ini dapat mempercepat pembentukan hutan dan menumbuhkan tanaman jenis lain yang mungkin dipencarkan oleh burung. Biji-biji yang dipencarkan oleh burung di sekitar tanaman yang telah dewasa tersebut tidak dapat tumbuh karena tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk berkecambah. Beberapa jenis gulma yang dijumpai di Sei Betung : Alang alang (Imperata cylindrica) Kucing-kucingan (Acalypha indica L.) Kentangan (Coleus atropurpureus Benth) Meniran (Phyllanthus niruri) Kegiatan penyiangan tidak hanya dilakukan untuk tanaman-tanaman yang telah kita tanam, namun juga terhadap tanaman alami yang tumbuh disela-sela gulma Terong-terongan (Solanum torvum) Putihan (Eupatorium odoratum) Kerisan/teki (Cyperus roduntus) Paitan (Axonopus compresus) 52 Pemeliharaan Tanaman 53 Pemeliharaan Tanaman

11 5.3. PEMUPUKAN Pemupukan dilakukan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk organik cair atau kompos. Pada prinsipnya, proses pembuatan pupuk cair sama dengan proses pemupukan di pembibitan. Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan pupuk dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kompos cair dapat dibuat sendiri dengan mengumpulkan berbagai sumberdaya alam lokal diantaranya: air cucian beras, air cucian ikan, air cucian sayuran, air kelapa, dan rendaman rerumputan yang dihancurkan menggunakan blender lalu difermentasikan. Adapun manfaat pemberian mulsa dan pupuk organik diantaranya; - Menjaga kelembaban tanah - Menjaga iklim mikro di sekitar tanaman - Menambah bio-organik tanah - Mengontrol pertumbuhan gulma - Menjaga dan menyimpan persediaan air untuk tanaman - Menjadi nutrisi tambahan bagi tanaman 5.5. SAMPAI KAPAN PEMELIHARAAN DILAKUKAN? Berdasarkan pengalaman YOSL-OIC, areal restorasi tidak lagi memerlukan kegiatan pemeliharaan jika; 1. Tanaman tersebut telah memiliki tinggi 3-4 meter. 2. Serasah mulai terbentuk di lapisan dasar hutan. 3. Gulma tak lagi mendominasi. 4. Jenis gulma telah berganti dengan tumbuhan jenis lain (tanaman dibawah tegakan). 5. Lantai hutan mulai tertutupi oleh bayangan pohon. Kompos dapat dibuat dari kotoran hewan Selain kompos padat, dapat juga dilakukan dengan kompos cair 5.4. PEMBERIAN MULSA ORGANIK Mulsa yang diberikan merupakan mulsa yang memanfaatkan berbagai media organik di lokasi tersebut, diantaranya; serasah alang-alang yang telah kering, daun-daun tanaman yang telah gugur dan sisa-sisa batang tanaman yang telah membusuk. Pemberian mulsa organik Bila areal restorasi sudah seperti gambar di atas maka kegiatan pemeliharaan sudah tidak perlu intensif dilakukan karena serasah sudah mulai terbentuk di lantai hutan, intensitas sinar matahari sudah mulai sedikit, sehingga gulma yang berda di lokasi seperti ini hidupnya akan tertekan dan lambat laun akan mati tergantikan oleh tumbuhan herba yang keberadaannya tidak membahayakan tanaman utama. 54 Pemeliharaan Tanaman 55 Pemeliharaan Tanaman

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

E U C A L Y P T U S A.

E U C A L Y P T U S A. E U C A L Y P T U S A. Umum Sub jenis Eucalyptus spp, merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Kayunya mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi

Lebih terperinci

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

teknik menanam pohon yang benar

teknik menanam pohon yang benar teknik menanam pohon yang benar teknik menanam pohon yang benar Teknik Menanam Pohon Yang Benar @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Operation Wallacea Trust, 2. Fransiskus Harum, consultant of Royal

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Senior Staff Operation Wallacea Trust

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Herba Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan penyediaan kayu jati mendorong Perum Perhutani untuk menerapkan silvikultur intensif guna memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat dan Pengelolaannya Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KEDUA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KEDUA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat untuk Murid Sekolah Dasar Pengarang: Elvira Syamsir ilustrator: yanu indaryanto Penerbit: Seafast Center IPB DISCLAIMER This publication is made

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Oleh : Iskandar Z. Siregar 3 MODULE PELATIHAN PERSEMAIAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F) FACULTY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAGIAN KESEMBILAN PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN DENGAN SISTIM SILVIKULTUR INTENSIF GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KESEMBILAN PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN DENGAN SISTIM SILVIKULTUR INTENSIF GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KESEMBILAN PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN DENGAN SISTIM SILVIKULTUR INTENSIF GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN

Lebih terperinci

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA PKMM-1-6-2 MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA Rahmat Hidayat, M Indriastuti, F Syafrina, SD Arismawati, Babo Sembodo Jurusan Pengelolaan Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari Didukung oleh: Talaud Lestari Mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik harus segera

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1127, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Reklamasi Hutan. Areal Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI

Lebih terperinci

Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA)

Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) Bab 5 Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Apa yang dimaksud dengan Pemeliharaan Permudaan Alam? Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) = Assisted Natural Regeneration atau disingkat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN Laboratorium Silvikultur &Agroforestry Jurusan Budidaya Hutan FakultasKehutanan, UGM PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN SILVIKULTUR Metode Permudaan Metode permudaan merupakan suatu prosedur dimana suatu

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PENANAMAN Tujuan pembelajaran : Setelah

Lebih terperinci

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi

VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi VETIVER Rumput Perkasa Penahan Erosi Erosi adalah proses penggerusan lapis tanah permukaan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti angin, air, es, atau gravitasi. Air hujan di atas permukaan tanah akan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

cukup tua dan rapat, sedang hutan sekunder pada umumnya diperuntukkan bagi tegakantegakan lebih muda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil.

cukup tua dan rapat, sedang hutan sekunder pada umumnya diperuntukkan bagi tegakantegakan lebih muda dengan dicirikan pohon-pohonnya lebih kecil. Pada klasifikasi ini hutan dilihat bagaimana cara terbentuknya, apakah hutan itu berasal dari bijibijian atau dari trubusan (tunas-tunas batang atau akar) atau berasal dari keduanya. Dalam klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Desa Simpang Barn Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Propinsi Riau dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB 1/7 Pepaya merupakan tanaman buah-buahan yang dapat tumbuh di berbagai belahan dunia dan merupakan kelompok tanaman hortikultura

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci