RAHIM NUSI NIM Nip Nip
|
|
- Johan Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEBATH DI KELAS MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEBATH DI KELAS X-B SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RANDANGAN RAHIM NUSI NIM Pembimbing I Pembimbing II Drs. Revoltje O.W. Kaunang, M.Pd Asmun W. Wantu, S.Pd, M.Sc Nip Nip
2 Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Metode Pembelajaran Debath Kelas X-B Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Randangan. Rahim Nusi*Drs. Revoltje O.W.Kaunang**Asmun W.Wantu Jurnal ABSTRAK Rahim Nusi : NIM , Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Metode Pembelajaran Debath Kelas X-B Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Randangan. Skripsi 2013 Jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, Fakultas ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Adapun permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini, Apakah melalui penerapan metode debath dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X-B SMA Negeri 1 Randangan? Untuk itu, pemecahan masalah yang dapat ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Debath dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar. Penelitan tindakan kelas ini mengharapkan dampak yang positif terhadap tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa, disamping dapat memberikan rujukan bagi guru lainnya dalam upaya perbaikan proses pembelajaran. Adapun kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: Dengan penerapan model pembelajaran Debath dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X-B 1 SMA Negeri 1 Randangan Kabupaten Pohuwato Berhasil. Kata kunci: Aktivitas Belajar, metode pembelajaran Debath.
3 Mengingat pentingnya pendidikan dewasa ini, pendidikan harus selalu di upayakan, sumbangan praktis dan teoritis dalam mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal namun demikian masih banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh lembaga pendidikan. Masalah pokok yang dihadapi oleh lembaga pendidikan di Indonesia adalah, masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari capaian daya serap siswa terhadap materi pelajaran, yang barhubungan langsung dengan kompotensi guru dalam memilih dan menerapkan pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui adanya perubahan paradigma pembelajaran dan kurikulum yang disusun. Mata pelajaran PKn perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah Proses Belajar Mengajar, dimana kualitas proses belajar sangat mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri. Kendala yang sering dihadapi adalah sebagian guru belum mengembangkan metode pembelajaran secara maksimal. Dalam proses belajar mengajar ada kecenderungan guru sangat dominan peranannya, sehingga guru berfungsi sebagai sumber belajar dan pemegang otoritas tertinggi dalam proses Belajar Mengajar ketika berada di depan kelas. Guru sebagai pengajar diharapkan tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, tetapi membantu menciptakan situasi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitas melalui kegiatan belajar. Menentukan metode atau kegiatan belajar merupakan salah satu langkah penting yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu dalam pembelajaran hendaknya guru menerapkan variasi metode pembelajaran dan guru menekankan agar peserta didik aktif dalam kegiatan belajar, sehingga guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Sesuai dengan pengalaman mengajar PKn selama ini masih banyak kita dapat temukan guru
4 kurang begitu kreatif menerapkan inovasi pembelajaran kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena pola pikir belajar diartikan sebagai perolehan pengetahuan dan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer knowldge) kepada siswa, Disamping itu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih banyak ditekankan pada hasil akhir, bukan pada proses. Akibat guru terpaksa mengajar dengan sistim konvensional dengan menggunakan metode ceramah satu arah serta cara siswa belajar lebih dominan dengan menghafal yang bersifat sangat instant. Dalam proses pembelajaran di kelas guru masih menggunakan metode ceramah sehingga hanya sebagian siswa yang bisa mengikuti pelajaran dengan baik, sedangkan sebagian siswa hanya diam tanpa rerpon karena mereka merasa jenuh, bosan, disini peneliti menilai pembelajaran seperti ini tidak membangkitkan semangat belajar siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka guru harus melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai Inovator dan kreator. sebagai seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas tidak terpaku pada satu metode saja tetapi berani untuk melakukannya dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran dan berinisiatif untuk membuat model pembelajaran. Agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan maka dituntut keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, salah satu metode yang harus digunakan adalah metode pembelajaran debath, namun dalam penerapan metode debath ini ada beberapa masalah yang dihadapi oleh guru yakni tidak semua siswa berperan aktif dikarenakan ada beberapa faktor diantaranya kurangnya penguasaan materi, kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat, dan kurangnya waktu sehingga tidak semua siswa untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Permasalahan lain yang muncul adalah proses pembelajaran kurang aktif, seperti guru lebih mendominasi sehingga siswa kurang aktif dan sulit menumbuhkan motivasi mereka dan minat belajar mereka. Hal ini menyebabkan mereka sulit memahami materi yang sedang diajarkan guru di kelas, yang imbasnya pada hasil belajar yang rendah. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran, khususnya pelajaran PKn.
5 Guru sering memberikan pelajaran dengan metode ceramah sehingga siswa tidak berupaya mengembangkan kemampuannya berfikir. (1)Belajar : suatu proses usaha yang dilakukan oleh setiap individu untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan guru. (2)Aktivitas belajar siswa : segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, aktivitas belajar siswa tidak hanya bisa dilakukan di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Aktivitas yang timbul dari siswa ini sangat diperlukan untuk terbentuknya pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat penting karena akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Suasana kelas menjadi segar dan kondusif karena siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. (3) Jenis-Jenis aktivitas belajar dibagi dalam 8 kelompok yakni: (1)Kegiatan-kegiatan visual, termasuk di dalamnya membaca, melihat gambar, mengamati eksprimen dan demonstrasi. (2)Kegiatan-kegiatan lisan, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi. (3)Kegiatan-kegiatan mendengarkan, termasuk di dalamnya mendengarkan percakapan, diskusi kelompok, mendengarkan penyajian bahan dan mendengarkan radio. (4)Kegiatan-kegiatan menulis, termasuk di dalamnya menulis cerita dan laporan membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket. (5)Kegiatan-kegiatan menggambar, termasuk di dalamnya membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola. (6)Kegiatan-kegiatan metric, termasuk di dalamnya melakukan percobaan atau eksperimen. (7)Kegiatan-kegiatan mental, termasuk merenung, mengingat, menganalisis dan memecahkan masalah serta
6 membuat keputusan. (8)Kegiatan-kegiatan emosional, termasuk minat dan keberanian. (4) Pendidikan Kewarganegaraan : sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka nation and character building : Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara. Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience). Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui mengajar demokrasi (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kendali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
7 (5) Metode Pembelajaran Debath menurut Ariani dan Soerjasi Indrijati (2011:13) adalah cara penyajian bahan ajar dengan tukar menukar pendapat untuk mencari pemecahan masalah tentang suatu topik tertentu. Untuk implementasinya memproporsikan peran guru sebagai pengatur, pengarah, dan pengontrol jalannya pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut diatas metode pembelajaran Debath cara guru dalam menyampaikan materi ajar yang harus banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar agar kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam metode Debath siswa secara bertahap diharapkan untuk berpikir lebih maju dan lebih mandiri. (6) Meningkatkan pemahaman pelajaran PKn melalui motode Debath. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan metode Debath yang artinya cara penyajian bahan ajar dengan tukar menukar pendapat untuk mencari pemecahan masalah tentang suatu topik tertentu. Untuk implementasinya memproporsikan peran guru sebagai pengatur, pengarah, dan pengontrol jalannya pembelajaran. (7) Manfaat Penerapan Metode Debate (a) Mendorong perenungan siswa, terutama kalau siswa diharapkan mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya. (b) Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. (c) Mendorong siswa untuk berpikir kritis. (8) Kelemahan Metode Debath yaitu: (a). Kegagalan memahami masalah.(b).
8 Kesalah pahaman terhadap makna-makna setiap kata orang lain.(c). Perselisihan antara kelompok yang berdiskusi.(d). Dapat memicu kemarahan siswa.(e). Memerlukan waktu yang lama dalam penerapannya. (9) Kelebihan Metode Debath (a).menstimulasi diskusi kelas. (b). Melatih siswa dalam memecahkan masalah melalui diskusi. (c). Melatih siswa dalam mengemukakan pendapat. (10) Langkah-langkah Penerapan Metode Debate Variasi (a). Kembangkan sebuah pernyataan kontroversial yang berkaitan dengan materi perkuliahan, misalnya "Tidak ada keharusan mendirikan negara Islam". (b). Bagilah kelas menjadi dua tim, yakni kelompok "pro" dan "kontra". (c). Berikutnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing -masing kelompok debat. Setiap sub kelompok diminta untuk mengembangkan argumen yang mendukung masing-masing posisi atau menyiapkan urutan daftar argumen yang bisa mereka diskusikan dan seleksi. Pada akhir diskusi, setiap subkelompok memilih seorang juru bicara. (d). Siapkan dua hingga empat kursi untuk para juru bicara pada keleompok "pro" dg jumlah kursi yang sama untuk kelompok "kontra. Siswa lainnya duduk di belakang para juru bicara. Mulailah perdebatan dengan para juru bicara mempresentasikan pandangan mereka. Proses ini disebut argument pembuka. (e). Setelah mendengarkan argumen pembuka, hentikan perdebatan, dan kembali ke subkelompok. Setiap sub kelompok mempersiapkan argumen untuk menyanggah argumen pembuka dari kelompok lawan. Setiap sub kelompok memilih juru bicara yang baru (yang belum pernah bertindak sebagai juru bicara). (f). Lanjutkan kembali perdebatan. Juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk memberikan sanggahan argumen. Ketika perdebatan berlangsung, peserta lainnya didorong untuk memberikan catatan yang berisi usulan argumen atau bantahan. Mintalah mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masingmasing argumen dari para wakil kelompok. (g). Pada saat yang tepat akhiri perdebatan. Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang. Kemudian, buatlah kelas dengan posisi melingkar. Pastikan bahwa kelas terintegrasi. Untuk itu, mereka diminta duduk berdampingan dengan
9 mereka yang berada di kelompok lawan. Diskusikan tentang sesuatu yang dapat dipelajari siswa dari pengalaman perdebatan tersebut. Mintalah siswa untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik menurut mereka. Silberman (2008:129) menyatakan bahwa metode Debath dapat dibuat bervariasi yaitu dengan: (a). Tambahkan satu atau lebih kursi-kursi kosong pada tim-tim debat itu. Izinkan para peserta didik menempati kursi-kursi kosong ini kapanpun mereka inginkan untuk ikut perdebatan. (b). Mulailah kegiatan itu segera dengan argumen-argumen pembuka dari perdebatan itu. Lanjutkan dengan sebuah perdebatan konvensional, namun dengan sering memutar para juru debat. (11) Pendekatan dan penerapan metode pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn Debath adalah metode pembelajaran dengan menggunakan dua kelompok yang bersebrangan pandangan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran Debath adalah strategi pembelajaran yang menggunakan metode diskusi dan dilakukan oleh dua kelompok yang bersebrangan pandangan mengenai permasalahan tertentu. Pembelajaran metode pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide. Dalam pembelajaran metode debath tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
10 pembelajaran dengan metode Debath dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas). Dengan penerapan metode pembelajaran Debath ini siswa lebih aktif dan kreatif yang bisa mengkaitkan materi belajar dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat sehingga siswa tidak monoton pada materi yang disajikan oleh guru namun bisa memperluas wawasan melalui kemampuan dalam berdebat dalam proses belajar mengajar. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn di kelas X-B SMA Negeri 1 Randangan. Dengan melihat hasil belajar siswa untuk memperbaiki proses belajar mengajar khususnya pada materi Pemberantasan korupsi dapat ditemukan tindakan pembelajaran yang tepat dan mudah dipahami, hingga mampu meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar telah mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, siswa berperan aktif, terlihat bahwa siswa selalu merasa tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Debath yang diberikan peneliti dan selalu antusias untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan. Ukuran yang digunakan untuk menetapkan keberhasilan model pembelajaran Debath adalah perolehan penilaian proses dan perolehan nilai hasil
11 evaluasi, dalam setiap pembelajaran yang didasarkan pada penilaian hasil belajar siswa menunjukan gambaran tentang pemahaman yang dimiliki oleh siswa mengenai materi upaya pemberantasan korupsi pada pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua dengan materi peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi yang telah disampaikan pada kegiatan belajar mengajar. Pengamatan pada observasi awal, dimana data menunjukan bahwa nilai evaluasi siswa pada mata pelajaran PKn berada pada level dibawah target yang ditetapkan peneliti yakni 75% dari 28 siswa di kelas X-B SMA Negeri 1 Randangan dan nilai ketuntasan adalah 75, maka peneliti menargetkan bahwa penelitian ini harus tuntas dalam 1 siklus 2 pertemuan. Data yang diperoleh pada pertemuan pertama ( siklus I ) menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang diharapkan belum tercapai. Persentase hasil belajar siswa sebesar 75%, yakni hanya mencapai 64,28% atau 18 dari total 28 orang siswa, artinya pemahaman siswa pada tahap awal lebih kecil dari kriteria keberhasilan yang telah ditentukan pada juknis kurikulum, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya mencapai hasil minimal 70 % keatas. Berdasarkan pengamatan dari hasil evaluasi tersebut maka perlu dilanjutkan pada tahap selanjutnya dengan memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar yang berkenaan dengan : (1) Apersepsi, yakni dengan memperbaiki pengantar tentang materi sistim hokum dan peradilan dengan memberikan contoh masalah yang berkaitan dengan materi tersebut dan sesuaikan dengan lingkungan sekitar sekolah dan lingkungan siswa,sehingga secara jelas bisa dimengerti oleh siswa. (2)Motivasi, yakni memberikan dorongan pada setiap pembelajaran, agar siswa lebih memahami dalam setiap menerima materi yang diajarkan. (3) Teknik pertanyaan, yakni pertanyaan yang disesuaikan dengan pembahasan materi. (4) Adanya interaksi antara guru dan siswa, serta siswa dan siswa yakni berupa pengulangan (pembahasan kembali) materi yang belum dikuasai oleh siswa yang lain, dan menjelaskan kembali tata cara model pembelajaran Debath.
12 (5) Memberikan tugas tambahan dan melakukan evaluasi secara lisan mengenai masalah dalam materi pembelajaran sistim hukum dan peradilan, sehingga peneliti dapat menganalisa pemahaman peserta didik secara individual. Dengan perbaikan dan penyempurnaan tersebut, maka dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke 2 memperhatikan hasil yang ada, bahwa aspek yang diperbaiki sudah baik, yakni telah mencapai hasil 92,86%, walaupun masih tersisa 2 siswa yang belum menunjukan peningkatan hasil belajar dan belum mancapai target nilai yang diinginkan peneliti. Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi peningkatan kegiatan guru, hal ini dapat dilihat dari tabel pengamatan guru mengajar pada siklus I pertemuan pertama, dimana pada kegiatan persiapan, pendahuluan dan kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup hasil pencapaian menunjukan kategori Sangat Baik ( SB ) hanya 25%, Baik 37,5%, Cukup Baik 37,5%, dan Kurang Baik 0%. Kemudian pada siklus I pertemuan ke dua dapat dilihat hasil pengamatan guru pada kegiatan persiapan, pendahuluan dan kegiatan inti hasil pencapaian menunjukan kategori Sangat Baik ( SB ) 56,25%, Baik 43,75%, Cukup Baik 0%, dan Kurang Baik 0%. Dari hasil pengamatan KBM tersebut sudah nampak ada peningkatan pada siklus I pertemuan ke dua. Hasil pengamatan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaan Debath pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui penilaian evaluasi, dimana menjadikan hasil belajar siswa dan daya serap siswa dapat terlihat jelas, yakni : (1) Pada awal kegiatan belajar mengajar peneliti menggunakan model pembelajaran Debath tersebut pada siklus I pertemuan pertama dalam aspek pengamatan kegiatan guru pada kategori Sangat Baik 25%, Baik 37,5% dimana belum mencapai ketuntasan, sedangkan pada pengamatan hasil belajar siswa pada kegiatan/proses belajar kategori penilaian A( ) hanya 17,9%, B(80 89) 32,1%, C( ) 39,9%, D( <70 ) 10,7% sehingga dapat dilihat belum mencapai nilai standar ketuntasan. Begitu pula dilihat dari hasil belajar siswa melalui evaluasi yang diadakan diakhir proses belajar, siswa yang tuntas hanya sekitar 64,2% sehingga dapat dilihat belum mencapai nilai standar ketuntasan.
13 (2) Pada awal kegiatan belajar mengajar yakni menggunakan model pembelajaran Debath tersebut pada siklus I pertemuan ke dua yang terlihat secara klasikal siswa telah memahami/menganalisis pada proses belajar mengajar sehingga hasilnya dapat dilihat dalam aspek pengamatan kegiatan guru pada kategori Sangat Baik 56,25%, Baik 43,75%, Cukup Baik 0%, Kurang Baik 0%, dimana sudah mencapai ketuntasan, pada hasil pengamatan proses belajar siswa pada kategori penilaian A ( ) 35,71%, B ( ) 50%, C ( ) 14,28%, D ( <70 ) 0%. Dengan demikian dapat dilihat pada siklus ini telah mencapai nilai ketuntasan. Kesimpulan Dan Saran Berdasarkan uraian yang terdapat pada pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama 1 siklus 2 pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran Debath telah dapat menunjukan adanya Aktivitas yang mencapai peningkatan hasil belajar siswa. (2) Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan selama 1 siklus 2 pertemuan didasarkan pada kelemahan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan pertama yakni hasil belajar dan proses pembelajaran yang belum optimal, kelemahan yang terjadi pada proses pembelajaran telah dilaksanakan perbaikan pada siklus 1 pertemuan ke 2 sebagai tindak lanjut, sehinnga pembelajaran meningkat berdasarkan tahapan penelitian. (3) Terlihat jelas adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Jika guru menggunakan model pembelajaran Debath pada mata pelajaran PKn di kelas X-B SMA Negeri 1 RRandangan. (1) Untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa maka guru harus memilih alternatif model pembelajaran Debath sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa termotivasi dalam proses pembelajaran berlangsung. (2) Dengan menggunakan Model pembelajaran Debath dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X-B.
14 (3) Mengaktifkan siswa melalui kegiatan bertanya dan menciptakan pertanyaan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki setiap siswa. (4) Sebagai guru kita harus memperhatikan kemajuan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam memilih metode dan model model pembelajaran yang bisa membuat para siswa senang dalam proses pembelajaran berlangsung. Daftar Pustaka Ariani, Indrijati Pendekatan, Strategi Metode Pembelajaran. Malang: PPPPTK PKn dan IPS. Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Artikel, http/ html Darsono, Max, dkk Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: CV IKIP Semarang PRESS. Etin Solihati Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta. Bumi Aksara. Hamalik oemar Metode Belajar & Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito. Muhibbinsyah Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rofiq Annur, Penilaian Pembelajaran. Malang: PPPPTK PKn dan IPS. Slameto Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinnya. Jakarta : Bina Aksara. Sudjana, Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sukardi,2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Bumi Aksara.
15 Suryanto Adi, Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan Dosen. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.
BAB II. Kajian Pustaka
5 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat PKn Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap bangsa karena melalui pendidikan warga negara akan siap dalam menghadapi setiap perubahan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183) mengemukakan bahwa
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok 1. Metode Pembelajaran Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting, terutama dalam mengorientasikan pola berpikir, bersikap dan bertindak yang sesuai dengan tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka membentuk ouput sumber daya manusia yang unggul, baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
Lebih terperinciPEMBELAJARAN AKTIF DALAM TUTORIAL
Pelatihan Tutor TTM 2015 PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH Membuka Akses Pendidikan Tinggi bagi Semua Making Higher Education Open to All PEMBELAJARAN AKTIF DALAM TUTORIAL Tujuan Latihan Pembelajaran Aktif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa
Lebih terperinciMeningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai
Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
Lebih terperinciDiajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciPemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili
Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili Sulastri, Jamaludin, dan Hasdin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas
Lebih terperinciT, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting diajarkan sejak dini. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi dalam situasi global. Hal tersebut menjadi alasan penting bagi Indonesia untuk melakukan reformasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam meningkatkan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pelajaran matematika menurut peneliti merupakan suatu pelajaran pokok dari kehidupan ini. Dan pelajaran matematika dapat mendapatkan respon positif dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai
Lebih terperinciPENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS Nurhayati, Nila Kurniasih, Dita Yuzianah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40 Bandung, terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya kurangnya berpikir
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA
BAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question
1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara terutama bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengarahkan kualitas individu kearah yang lebih positif dan berguna, baik untuk dirinya sendiri maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting dalam kehidupan bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata lain kebutuhan manusia terhadap pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan setiap bangsa, karena melalui pendidikan ini pula siswa diajarkan menjadi manusia yang terampil,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
1. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya
Lebih terperinciIMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan
Lebih terperinciPeningkatan Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Percontohan pada Siswa Kelas I SD Karya Thayyibah Baiya
Peningkatan Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Percontohan pada Siswa Kelas I SD Karya Thayyibah Baiya Ragwan SD Karya Thayyibah Baiya, Palu Sulawesi Tengah ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Aktivitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together (Nani Mediatati) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
261 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Model Cooperative Learning merupakan model yang dapat melibatkan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa dapat bekerjasama secara kolaboratif
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rustini Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif
BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Zuraidah Guru IPS SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : zuraidahida867@yahoo.co.id
Lebih terperinciKata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.
1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIIA SMP NEGERI 10 PALU Norma Deysi Mawarni 1 Dahlia Syuaib 2 Asep Mahfudz 3 Program Studi PPKn, Jurusan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE RAMLI SITORUS Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD Email: ramlisitorus105@ymail.com
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainnya sasaran pembangunan nasional. Dalam
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL OLEH AHMAD DENNIS WIDYA PRADANA NIM 110151411533 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciKata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar
PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi
Lebih terperinciPENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO
176 PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO Oleh : Sopiyah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MONGKRONG, WONOSEGORO
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MONGKRONG, WONOSEGORO Sri Sukaptiyah srisukaptiyah@gmail.com SD Negeri 1 Mongkrong, Karangjati, Wonosegoro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, ketika menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan agar
Lebih terperinciRinendah Sihwinedar 16
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) PADA SISWA KELAS III SDN REJOAGUNG 01 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Rinendah Sihwinedar
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI KELOMPOK (SISWA KELAS III SDN CANDIJATI 01 ARJASA)
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI KELOMPOK (SISWA KELAS III SDN CANDIJATI 01 ARJASA) Sukaedi 4 Abstrak. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciNASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PERMAINAN BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI ISLAMI PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH NGUPASAN I KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang
I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, menambah keterampilan serta dapat merubah sikap individu dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Lebih terperinciMenyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak
Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Kondusif yang Dapat Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPS Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Mirnawati Mirnadciezt@yahoo.co.id Guru SD 2 Bacin Kudus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di Sekolah Dasar. Selain merupakan mata pelajaran pokok IPS juga merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.
Lebih terperinciOleh: Purningsih, S.Pd. SMK YPT Purworejo Abstrak
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XII TKR A SMK YPT PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Purningsih, S.Pd. SMK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yaitu penerapan model pembelajaran debat telah mampu meningkatkan
147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diperoleh kesimpulan umum yaitu penerapan model pembelajaran debat telah mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
digilib.uns.ac.id 71 BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Simpulan penelitian ini berdasarkan pada kajian teori, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan penulis. Hasil penilaian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN FRIEND GIVING
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN FRIEND GIVING SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 1WONOASRI MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Sukarsi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciSaira Tolana, , *Dr. Hj. Zulaecha Ngiu, M.Pd, **Asmun W. Wantu S.Pd, M.Sc, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan
Kemasyarakatan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo Hal. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak pernah berhenti untuk belajar baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah berhenti untuk belajar baik di bangku sekolah, keluarga maupun masyarakat karena sesuai ungkapan yang ada bahwa pengalaman
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW FAHRUDDIN Guru SMA Negeri 1 Medan Email: fahruddin1958@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciJURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University
PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 01 GIRIWONDO JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang ideal untuk jenjang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial
Lebih terperinciUpaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto
JPF Volume 2 Nomor 1 ISSN: 2302-8939 46 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto Nurhayati. G Jurusan Pendidikan Fisika,Fakultas
Lebih terperinciWAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :
WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENEREPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 1 PANGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan, sehingga menjadi
Lebih terperinciDALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES
PENERAPAN FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung secara terus menerus dan kontinu sepanjang hayat ke arah membina manusia atau peserta
Lebih terperinci