PERBANDINGAN PENANGANAN BANJIR ROB DI LA BRIERE (PRANCIS), ROTTERDAM (BELANDA) DAN PERSPEKTIF DI SEMARANG (INDONESIA)
|
|
- Farida Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERBANDINGAN PENANGANAN BANJIR ROB DI LA BRIERE (PRANCIS), ROTTERDAM (BELANDA) DAN PERSPEKTIF DI SEMARANG (INDONESIA) S. Imam Wahyudi *) Abstrak Kenaikan muka air laut dan penurunan tanah mengakibatkan banjir rob. Kondisi ini dirasakan di sebagian kawasan pantai, contoh Kota Semarang, Pekalongan, Tegal dan Jepara. Permasalahan ini juga terjadi di beberapa kota luar negeri diantaranya adalah La Briere di Nantes Prancis dan Rotterdam Belanda. Penelitian ini bertujuan membandingkan permasalahan di beberapa negara, metode rekayasa yang digunakan dan kelembagaan penanganannya, untuk kemudian mengembangkan model penanganannya di Indonesia. Metode yang digunakan yaitu kajian pustaka, perbandingan kasus identik di luar negeri, pengamatan dan pengukuran di lapangan, kemudian analisis pengembangan model penanganan di Semarang. Dalam artikel ini disajikan perbandingan kondisi identik di luar negeri dan refleksi implementasi di Indonesia. Pengembangan sistem ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk implementasi lokasi-lokasi lain khususnya di Indonesia. Kata Kunci: banjir rob, polder, perbandingan, rekayasa, kelembagaan Pendahuluan Latar Belakang Fenomena land subsidence (penurunan tanah) dan kenaikan muka air laut terjadi di kawasan Pantai Utara Jawa Tengah Indonesia. Kondisi tersebut dapat diketahui saat tidak terjadi hujan di beberapa wilayah pantai tergenang air laut pada saat air laut pasang, masyarakat sering menyebut dengan rob. Terlebih pada saat hujan, wilayah tersebut lebih tinggi dan lebih luas area genangannya. Kerugian yang diakibatkan adanya banjir/genangan rob semakin serius dan meningkat dari waktu ke waktu yaitu kerusakan infrastruktur, lingkungan, kemacetan lalu lintas, banyak lahan tidak bisa lagi digunakan dan gangguan aktivitas ekonomi di wilayah tersebut. Permasalahan ini juga terjadi di La Briere, Nantes, Prancis dan Rotterdam, Belanda. Pemanasan global diindikasikan merupakan penyebab kenaikan muka air laut. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut (Arnoud Molenaar, 2008). Perubahan tinggi muka laut mempengaruhi kehidupan di daerah pantai dan dapat menenggelamkan beberapa daratan melalui muara, jaringan sungai dan drainase. Penyebab lain terjadi banjir air pasang di Kota Semarang adalah penurunan tanah (land subsidence). Berdasarkan pengukuran dan analisis didapat penurunan tanah di daerah sekitar Pelabuhan Tanjung Emas rata-rata 6,5 cm per tahun (Wahyudi, 2003). Guna memperbaiki kondisi tersebut serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya permasalahan banjir/genangan rob yang semakin kompleks, maka diperlukan pengkajian terhadap fenomena kenaikan elevasi pasang laut dan penurunan tanah, memodelkan secara matematis dan fisik sebagai dasar penyusunan konsep penanganan banjir/genangan rob. Kemudian perlu kajian kasus serupa di beberapa kota maju luar negeri yang lebih berpengalaman dalam penanganan, sehingga dapat mengembangkan sistem polder yang implementatif khususnya di Kota Semarang dan Pekalongan. Tujuan Penelitian ini bertujuan jangka panjang untuk menangani dan mengantisipasi banjir rob akibat kenaikan muka air laut dan penurunan tanah. Lebih detail tujuan tersebut adalah: - memperjelas fenomena kenaikan muka air laut dan penurunan tanah - mendapatkan model penanganan kondisi identik di negara lain yang lebih berpengalaman dan maju, yaitu di La Briere, Nantes, Prancis dan Rotterdam Belanda - mengembangkan model implementasi sistem polder di Indonesia, khususnya di Kota Semarang dan Pekalongan. Kajian Pustaka Kenaikan Muka Air Laut Pemanasan global berdampak terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm akan menenggelamkan daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, *) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, UNISSULA Semarang, siwahyudi@yahoo.com
2 Perbandingan Penanganan Banjir Rob di La Briere (Prancis), Rotterdam (Belanda) dan Perspektif di Semarang (Indonesia) banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Perubahan tinggi rata-rata muka air laut di dunia sejak tahun 1889 hingga 2000 diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi dapat dilihat pada Gambar 1a. Arnold Molenar, 2008 memprediksi kenaikan air laut akibat global warming sebagaimana dalam 1b berikut. (a) (b) Gambar 1 (a) Perubahan Tinggi Muka Laut (sumber : ) (b) Grafik Prediksi Kenaikan Air Laut di Rotterdam (Arnoud Molenaar, 2008) (S. Imam Wahyudi) Sistem Polder Di La Briere, Nantes, Prancis Deskripsi Lokasi La Briere Prancis La Briere merupakan lahan rawa elevasinya ada di bawah muka air laut. Secara geografi La Briere terletak di sebelah barat Kota Nantes dekat dengan Kota Saint Nazaire. Luas area yang dilindungi Ha, terdiri dari 17 desa (communes), ada dalam wilayah administrasi La Loire Atlantique, Prancis. Tunggang pasang surut air laut di muara La Loire maksimal di kisaran 5 meter, antara elevasi -3 m dan +2 m (gambar 2). Sedangkan dataran di area Polder tersebut memiliki elevasi rata-rata antara 0,45 m. Sehingga pada saat air laut rata-rata apalagi saat pasang tersebut tersebut akan terjadi banjir rob. Elevasi air air dikendalikan supaya fluktuasi maksimal di La Brire antara 0,40 m. Pengendalian diatur dengan pintu gerak karena pada saat air laut sungai La Loire surut air dari Penurunan Tanah Indikasi penurunan muka tanah di Semarang dapat diketahui dari beberapa sumber data. Berdasarkan pengukuran dan data penurunan muka tanah di daerah perbukitan di Kota Semarang lebih kecil dibanding penurunan di daerah pantai. Dari pengamatan lapangan penurunan muka tanah di kawasan bekas rawa dan tambak menunjukkan penurunan yang paling besar, misal di perumahan Tanah Mas, Pantai Tanjung Mas, dengan penurunan antara 5,5-7,23 cm per tahun (Wahyudi, 2001). Sistem Polder Sistem Polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan bangunan fisik, yang meliputi sistem drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan/pintu air, sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air tak terpisahkan (Pusair, 2007). Pembangunan sistem polder tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, melainkan perlu direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu, disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah dan tata air secara makro. Kombinasi kapasitas pompa dan kolam retensi harus mampu mengendalikan muka air pada suatu kawasan polder dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap sistem drainase secara makro. Kelengkapan sarana fisik untuk sistem polder antara lain: tanggul untuk isolasi dengan air laut, saluran air, kolam retensi (tampungan) dan pompa (Rosdianti, 2009). sistem polder dapat dibuang secara gravitasi (Bellaud J.P, 2000). Gambar 2 Fluktuasi Pasang Surut di Muara Sungai La Loire dan Area La Briere (Eksperimen Peneliti) Infrastruktur Pengendali Elevasi Air La Briere Untuk pengendalian elevasi air laut dan daratan diperlukan berbagai infrastruktur. Pembagian sistem tersebut didasarkan atas wilayah hidrologi. Pengendali utama sistem polder di La Briere adalah ruang air dan pintu gerak. Dalam sistem ini air tidak hanya dibuang, karena pada saat musim kemarau (summer) air menjadi cadangan untuk kehidupan di area tersebut. Pembagian berdasar wilayah hidrologi La Briere adalah Marais Brivet, Marais Donges, Marais Grande Briere Mottiere dan Marais Mes. Wilayah tersebut dikendalikan oleh 4 (empat) 30
3 pintu principal yaitu Le Brivet, Le Priory, Le Martigne dan la Taillee (contoh di gambar 2). Kemudian ke arah hulu dikendalikan lagi oleh pintu-pintu gerak sesuai keperluan antar wilayah dan pengguna. Saluran dibagi menjadi saluran primer, sekunder dan tersier. Untuk pengendalian elevasi air juga mengacu kondisi klimatologi setempat, terutama adalah curah hujan dan elevasi air laut. Organisasi yang mengelola elevasi air masuk dalam pengelolaan infrastruktur dan lingkungan. Organisasi ini dalam pelaksanaannya tergantung dari keputusan Commune yang masing-masing memiliki perwakilan dalam majelis (Anne L Breton et al., 2008) Sistem Polder Di Rotterdam, Belanda Deskripsi Lokasi Kota Rotterdam merupakan kota terbesar di Belanda setelah Amsterdam, dengan surface (luas): ha, inhabitants (jumlah penduduk): , municipalities (wilayah administrasi): 15, companies (perusahaan): , deepest point below sea level (elevasi darat terendah dari muka laut): -7 m NAP. Wilayah ini ada di tepi Sungai Rhine yang merupakan sungai besar lintas negara dimana hulunya melintas negara Swiss dan Jerman. Elevasi muka tanah di Rotterdam jauh ada di bawah muka air laut (Sungai Rhine). Muka air Sungai Rhine dikendalikan +2,2 SWL (Sea Water Level). Sedangkan elevasi darat ditunjukkan dalam gambar 4. Berdasar gambar tersebut elevasi darat terendah mencapai -7 m SWL, sehingga selisih muka air laut dan darat 9,2 m. Air yang ada dalam polder area tidak dapat mengalir secara gravitasi, bahkan pada saat kondisi air laut surut. Untuk itu metode pembuangan air digunakan pompa saat ini. Pada masa lalu metode untuk membuang air dari darat ke sungai/laut menggunakan kincir angin (Helmer et al., 2009). Gambar 3 Pintu Gerak Roze dan Le Brivet, Pengendali Elevasi Air di La Briere (Eksperimen Peneliti) Kelembagaan Pengelolaan Sistem Polder La Briere Secara kelembagaan, pengelola terdiri dari perwakilan pengguna (majelis) dan Badan Pelaksana. Majelis merupakan perwakilan pemerintah (municipal), wilayah (commune), kalangan pertanian, peternakan, permukiman, juga ada representasi dari wakil rakyat (Elue). Majelis memberikan garis besar pedoman pengelolaan dan implementasinya. Keputusan majelis dilaksanakan oleh Badan pelaksana dalam hal ini adalah Parc Naturelle de la Briere. Organisasi pengelolaan Parc Naturelle de La Briere diantaranya meliputi pengelolaan: infrastruktur dan lingkungan (Environnement et Amenagement), arsitektur ruang (Architecture Urbanisme), lahan hijau (Entretien Espaces Verts), turis dan budaya (Tourisme et Culturelle). Gambar 4 Tinggi Muka Darat di Rotterdam (Muka Air Laut Saat Pasang +2,2 M) Infrastruktur Pengendali Elevasi Air Tanggul yang ada di Sungai Rhine direncanakan untuk ketinggian air maksimal +2,2 m. Padahal elevasi muka air laut dapat melebihi itu, untuk itu dibuat dua pintu gerak besar. Yang pertama ada di dekat muara sungai (gambar 5a). Pintu tersebut bergerak secara horizontal. Pintu berikutnya untuk menjaga keamanan dan mengendalikan elevasi air, dibuat 31
4 Perbandingan Penanganan Banjir Rob di La Briere (Prancis), Rotterdam (Belanda) dan Perspektif di Semarang (Indonesia) pintu gerak sebagaimana dalam gambar 5b. Pintu ini bergerak secara vertikal. Agar kapal juga dapat lewat saat pintu di tutup, maka pintu gerak ini dilengkapi dengan saluran pintu air. (S. Imam Wahyudi) angin. Pada masa lalu digunakan kincir air (gambar 6). Saat ini untuk membuang air dari sistem polder ke sungai atau laut digunakan pompa. Statiun pompa umumnya mengendalikan hanya satu elevasi air, tetapi ada juga yang dapat sekaligus mengendalikan 2 (dua) elevasi air dari 2 sistem polder (gambar 7). Gambar 7 Station Pompa yang Mengendalikan 2 Elevasi Catchment Area yang Berbeda (Arnoud Molenaar, 2008) Gambar 5 Pintu Gerak Air di Muara Sungai Rhine (a) dan Dekat Pusat Kota (B) Digunakan untuk Menahan Kenaikan Air Laut Kelembagaan Pengelolaan Kelembagaan pengelolaan air di Belanda memiliki kedudukan yang tinggi. Badan pengelola air (water board) memiliki kedudukan yang setara dengan municipality (walikota). Gambar 8 mempresentasikan strata kedudukan dari pemerintah Kerajaan Belanda, provinsi, kota dan water board. Ketua dari badan tersebut diangkat oleh kerajaan sama dengan walikota. Gambar 6 Sebelum Pompa, Upaya Mengendalikan Elevasi Air Dengan Kincir Angin Gambar 8 Strata Badan Pengelola Air di Kerajaan Belanda Untuk membuang air dari area polder ke sungai atau laut digunakan pompa dan kincir 32
5 Badan Pengelola Air sudah ada sejak abad 13 dan dikenal organisasi demokratis tertua di Belanda. Pada tahun 1850 jumlah distrik badan pengelola ada 3500, tahun 1950 berkurang menjadi 2500 dan sekarang disederhanakan menjadi 27 distrik badan pengelola. Organisasi ini tujuan utamanya adalah Together fighting against the water (berjuang bersama melawan air). Struktur tugas dari badan pengelola air di Rotterdam adalah: Operation and maintenance (Operasional dan pemeliharaan), Legislation (permits) and enforcement (Peraturan Perundangan & Penegakan hukum), Inspection (pengawasan), testing and monitoring (Menguji dan memonitor), Preparation on climate change (Persiapan menghadapi perubahan iklim), Harmonization of Spatial Planning (memadukan perencanaan tata ruang, Taxation (pembayaran/ pajak air) Refleksi Sistem Polder Di Semarang Deskripsi Lokasi Permasalahan sistem drainase Kota Semarang yang utama adalah karena kenaikan muka air laut sebagai dampak dari pemanasan global dan gejala penurunan elevasi tanah (Land subsidence). Di samping itu juga karena menurunnya kapasitas saluran drainase/banjir yang disebabkan sedimentasi, sampah, bangunan liar, meningkatnya beban drainase akibat alih fungsi lahan yang tidak dikuti dengan pengembalian fungsi resapan dan tampungan, operasi dan pemeliharaan yang kurang optimal dan penegakan hukum (law inforcement) masih lemah (Nik Sutiyani et al., 2010). Karena Semarang bawah datar dan sebagian elevasi darat lebih rendah dari laut, maka area ini menerima aliran air hujan dari hulu, hujan setempat dan air pasang laut. Beberapa sistem polder sederhana sudah diaplikasikan di Kota Semarang diantaranya subsistem Bulu drain, Tanah Mas dan Tawang. Namun sistem tersebut belum optimal berfungsi diantaranya karena permasalahan daya tampung kolam retensi, kondisi saluran dan kapasitas pompa, serta kelembagaan pengelolaan sistem polder tersebut. Rencana Infrastruktur Sistem Polder di Semarang Kota Semarang dari waktu ke waktu elevasi tanah semakin lebih rendah dari elevasi air laut. Sehingga mengalami banjir air pasang (banjir rob). Untuk menanggulangi bencana tersebut sungai yang membawa air dari wilayah atas disalurkan langsung ke laut dengan talud sungai yang relatif tinggi. Sedangkan sungai yang mengalirkan air dari dalam kota secara gravitasi tidak dapat menuju ke laut pada saat air laut pasang. Untuk itu sungai tersebut di tutup dan diisolasi dari aliran dari air laut, sehingga memerlukan sistem polder. Aliran air dari wilayah atas Kota Semarang dialirkan melalui sungai yang membatasi pusat kota Semarang yaitu sungai Banjir Kanan barat (west floodway) dan Banjir kanal timur (est floodway). Kemudian sistem drainase antara kedua sungai tersebut merupakan sungai dalam sistem polder. Sungai principal drainase kota semarang yang direncanakan dan dikonstruksi adalah Sungai Semarang dengan rencana sistem polder dengan stasiun pompa (Semarang Pumping Station) dengan kapasitas 30 m 3 /s. Sedangkan sistem polder yang juga dalam perencanaan dan konstruksi adalah sistem polder Kali Banger dengan stasiun pompa 6 m 3 /s. Peta situasi Sistem Polder Kali Semarang dapat dilihat dalam gambar 8. Antara sungai dan laut ditutup oleh pintu gerak. Air yang dari sungai ditampung di kolam sebelum dipompa. Untuk itu disediakan station pompa yang direncanakan memiliki kapasitas terbesar yaitu 30 m3/s. didepan station pompa dilindungi dengan talud yang sekaligus akan dijadikan tempat untuk penampungan sedimen hasil pengerukan kolam dan sedimen dari sungai di sistem drainase Kali Semarang. Gambar 9 Rencana Sistem Drainase Semarang untuk Menanggulangi Kenaikan Air Laut (Sumber Pemkot Semarang, Herman Mondeel, 2010) Polder Kali Banger memiliki catchment area 675 Ha, adapun wilayah administrasi ada di kecamatan Semarang Timur yang meliputi 9 Kelurahan yaitu: Kelurahan Rejomulyo, Kelurahan Mlati Baru, Kelurahan Mlatiharjo, 33
6 Perbandingan Penanganan Banjir Rob di La Briere (Prancis), Rotterdam (Belanda) dan Perspektif di Semarang (Indonesia) Kelurahan Sari Rejo, Keluarahan Bugangan, Kelurahan Rejo Sari, Kelurahan Karang Turi, Kelurahan Karang Tempel dan Kelurahan Kemijen. Sistem Polder Kali Banger memiliki komponen infrastruktur yang terdiri dari (Herman Mondeel, 2010): Northern dike (Pembangunan Tanggul Arteri Utara), melindungi kawasan Polder Kali Banger dari muka air laut, Eastern dike (Pembangunan Tanggul Banjir Kanal Timur) melindungi kawasan Polder dari Sungai Banjir kanal Timur, Dam Kali Banger (Pembangunan Bendung K. Banger) yang akan menutup koneksi aliran dari kawasan Polder dengan sungai dan laut, Pumping station difungsikan untuk mengendalikan elevasi air karena kawasan Polder ditutup bending, Retention basin (Kolam Retensi) digunakan untuk pengendalian elevasi air sistem polder sebelum dipompa. Elevasi air dalam kolam retensi dikendalikan -2 m MSL. Kelembagaan Pengelolaan Kelembagaan untuk mengelola kawasan polder diperlukan Badan Pengelola Polder, Badan ini merupakan organisasi berbasis stakeholder. Dalam pelaksanaan operasional dan pemeliharaan, Badan ini perlu pelaksana harian. Badan Pengelola Polder kali Banger, sudah dibentuk melalui SK Walikota Semarang yang kemudian dinamakan BPPB SIMA. Tugas dari badan ini bekerja sesuai tahapan manajemen konstruksi. Pada tahap perencanaan supaya dapat mendampingi untuk mendapatkan hasil perencanaan yang terpadu, satu kawasan satu perencanaan. Pada tahap pengambilan keputusan supaya dilakukan bersama antara perwakilan masyarakat, pemerintah dan sektor usaha. Pada tahap pembangunan, mendampingi agar sesuai dengan perencanaan dan mengakomodasi kepentingan masyarakat. Dan tugas utama Badan ini adalah saat operasional dan pemeliharaan baik secara teknis, non-teknis dan pendanaan. Dengan mengupayakan pendanaan dari pemerintah dan menggali pendanaan dari masyarakat di kawasan Polder diantaranya untuk kepedulian. Bidang pengelolaan pada tahap operasional secara teknis dapat dibagi menjadi 3 yaitu: pengelolaan sampah dan sedimen, pengelolaan elevasi air melalui pompa dan pengelolaan tanggul. Dalam pelaksanaan operasional dan pemeliharaan ini BPPB SIMA memerlukan pelaksana harian. Kesimpulan Dan Perspektif Banjir Rob terjadi karena fenomena kenaikan muka air laut dan penurunan tanah. Diantaranya sudah ada sampel studi (S. Imam Wahyudi) di La Briere (Prancis), Rotterdam (Belanda) dan Semarang (Indonesia) Model penanganan dipilih adalah sistem polder untuk mengisolasi aliran air laut dan mengendalikan elevasi air dengan pompa, saluran, kolam, tanggul dan bendung atau pintu gerak. Selain penanganan secara teknis, juga sangat penting adalah kelembagaan pengelolaan utamanya pada tahap operasional dan pemeliharaan untuk itu di Semarang dibentuk Badan Pengelola Polder Banger (BPPB) SIMA Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kepada DP2M DIKTI atas Hibah Penelitian Kerja Sama Luar negeri, Kemudian kepada HHSK Rotterdam Belanda, Parc Naturel La Briere Prancis dan Pengelola Polder SIMA Semarang Indonesia atas bantuan data dan informasi. DAFTAR PUSTAKA Anne L Breton et Eric Beaudet L utilisation Des Terreaux En Horticulture Et La Rehabilitation Des Tourbieres. L echo des Tourbieres, No 15. Annie Boulet L eau Et Sa Gestion Dans Le Parc Naturel Regional De Briere. Conseil Scientifique du Parc Naturel de Briere, France. Arnoud Molenaar Rotterdam Waterplan Transition In Urban Water Management. Rotterdam: Public Works, Water Management Dept., March. Billaud Jean-Paul Gestion De L eauu Et Formation Des Societies Locales. Estuaria, CNRS, La Maison Du Port, Cordemais. Delobbe George Le Parc Naturel Regional de Briere. Bibliotheque de Travail Fondee, Ecole Moderne Francaise. Helmer Johan et al., Rotterdam Polder System and Plan of K. Banger Polder in Semarang. Waterboard HHSK Rotterdam Herman Mondeel Development Banger Pilot Banger Semarang. Makalah Seminar Pencanangan Banger Pilot Polder, Semarang. Lennon, G. P., et al Predicting Incipient Fluidization of Fine Sands in Unbounded Domains. Journal of 34
7 Hydraulic Engineering, Vol. 116, No. 12, pp MF. Niam, Radianta T., dan Nizam Simulasi Fluidisasi Dasar pada Saluran dengan Aliran Permukaan untuk Perawatan Muara dan Alur Pelayaran. Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Pascasarjana UGM Nik Sutiyani, dkk Pencanangan Banger Pilot Polder. Pemerintah Kota Semarang. Pusair Sistem Polder untuk Perkotaan Rawan Air. Makalah Semiloka Pusair. Rosdianti, Isma Banjir dan Penerapan Sistem Polder. (online) Triatmadja R Fluidisasi Dasar sebagai Alternatif Metoda Perawatan Muara Sungai dan Alur Pelayaran. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pantai, PSIT- UGM, pp. 94 Triatmodjo B Teknik Pantai, Cet.I.Yogyakarta: Beta Offset Wahyudi, S. Imam, dkk Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. J. Pondasi, ISSN X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p Wahyudi, S. Imam, dkk Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan. Bappeda Kota Pekalongan Wahyudi, S. Imam Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, , p.a13-1 s/d A13-6 Wahyudi, S. Imam Model Penanganan Kenaikan Muka Air Laut Akibat Global Warming. Laporan Penelitian, Hibah Kompetensi, DP2M, DIKTI. Weisman, R. N., et al Experiment on Fluidization in Unbounded Domain. Journal of Hydraulic Engineering, Vol. 114, No. 5, pp. 502 Weisman, R. N., Lennon, G. P Design of Fluidizer System for Coastal Environment. Journal of Waterway Port - Coastal and Ocean Engineering, Vol. 120, No. 5, pp
Tujuan. Keluaran. Hasil. Manfaat
SUMBER DAYA AIR Latar Belakang P ermasalahan banjir di Kota Semarang telah menyebabkan dampak yang memprihatinkan, yaitu terhambatnya berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Sebagai contoh, banjir yang sering
Lebih terperinciGambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal
DRAINASE POLDER Drainase sistem polder berfungsi untuk mengatasi banjir yang diakibatkan genangan yang ditimbulkan oleh besarnya kapasitas air yang masuk ke suatu daerah melebihi kapasitas keluar dari
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM LOKASI
6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI 4.1 GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG Kota Semarang secara geografis terletak pada koordinat 6 0 50-7 0 10 Lintang Selatan dan garis 109 0 35-110 0 50 Bujur Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompartemen Museum Bank Indonesia merupakan kawasan yang masuk dalam wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002. Berdasarkan data dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN - 1 -
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.
Lebih terperinciPERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini
PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya
Lebih terperinciKRITERIA KONDISI DARURAT BANJIR DALAM SISTEM POLDER : STUDI KASUS BANGER POLDER AREA SEMARANG
Riptek Vol. 9, No. 1, Tahun 2015, Hal. 1-8 KRITERIA KONDISI DARURAT BANJIR DALAM SISTEM POLDER : STUDI KASUS BANGER POLDER AREA SEMARANG S. Imam Wahyudi 1, Tom Overgaauw 2, Bram Schipper 2, Roel Persoon
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY TAHUN ANGGARAN 2011
EXECUTIVE SUMMARY PENYEMPURNAAN MANUAL KELEMBAGAAN PENGELOLA POLDER BERBASIS MASYARAKAT STUDI KASUS KOTA SEMARANG (KALI BANGER) TAHUN ANGGARAN 2011 Penyempurnaan Manual Kelembagaan Pegelola Polder Berbasis
Lebih terperinci11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir
Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Daerah dataran merupakan suatu daerah yang mempunyai peranan penting dan telah lama dikembangkan sesuai dengan peradaban dan kehidupan suatu bangsa. Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Drainase Sistem Sungai Tenggang 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang adalah ibu kota Propinsi Jawa Tengah, yang terletak didataran pantai Utara Jawa, dan secara topografi mempunyai keunikan yaitu dibagian Selatan berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa
II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),
Lebih terperinci0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
0 BAB 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Kota Semarang terletak di pantai utara Jawa Tengah, terbentang antara garis 06 o 50 07 o 10 Lintang Selatan dan garis 110 o 35 Bujur Timur. Sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di
I. PENDAHULUAN Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di wilayah pesisir pantai dan berkaitan dengan kenaikan muka air laut. Dampak banjir pasang dirasakan oleh masyarakat, ekosistem
Lebih terperinciTUJUAN PEKERJAAN DRAINASE
DRAINASE PERKOTAAN TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE Sistem drainase perkotaan : adalah prasarana perkotaan yang terdiri dari kumpulan sistem saluran, yang berfungsi mengeringkan lahan dari banjir / genangan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI
BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Dalam tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu dan pekerjaan. Dalam tahap persiapan ini meliputi
Lebih terperinciBANJIR DAN MASALAH BANJIR
BANJIR DAN MASALAH BANJIR DEFINISI BANJIR (FLOOD) A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than the usual; also the inundation of low land that may result therefrom. A body of water,
Lebih terperinci4/12/2009 DEFINISI BANJIR (FLOOD) BANJIR/FLOOD. MASALAH BANJIR Flood problem
BANJIR DAN MASALAH BANJIR DEFINISI BANJIR (FLOOD) A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than the usual; also the inundation of low land that may result therefrom. A body of water,
Lebih terperinciBab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN
Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM
BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI PEMALI JUANA Alamat : Jl. Brigjen S. Sudiarto No. 379 Semarang Telp. (024) 6720516, Fax. (024)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Dengan pembangunan dan industrialisasi, pemerintah berusaha mengatasi permasalahan yang timbul akibat pertumbuhan penduduk yang pesat. Dan dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul
Lebih terperinciOPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA Esti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40
Lebih terperinciANALISIS VOLUME TAMPUNGAN KOLAM RETENSI DAS DELI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN
JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND) Vol. 13 No. 2, Oktober 2017 Diterbitkan oleh: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand) ISSN (Print) : 1858-2133 ISSN (Online) : 2477-3484 http://jrs.ft.unand.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum Bank Indonesia di daerah Kota, Jakarta Barat merupakan salah satu tempat bersejarah yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi bagi bangsa Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang cukup banyak
Lebih terperinciPengendalian Banjir Rob Semarang
Pengendalian Banjir Rob Semarang Kondisi ROB semarang Kemacetan Lalulintas & terganggunya perekonomian warga Dampak Banjir menggenangi kawasan perumahan, perkantoran, pusat kegiatan bisnis, industri Menggenangi
Lebih terperinciKata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi
PEMODELAN SPASIAL GENANGAN BANJIR ROB DAN PENILAIAN POTENSI KERUGIAN PADA LAHAN PERTANIAN SAWAH PADI STUDI KASUS WILAYAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH Achmad Arief Kasbullah 1) dan Muhammad
Lebih terperinciBab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :
Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM
40 BAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM 4.1 Deskripsi Wilayah Studi 4.1.1 Pendahuluan Museum Bank Indonesia merupakan salah satu bangunan
Lebih terperinciSTUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Daru Purbaningtyas 1 1 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Samarinda Jl. Dr. Ciptomangunkusumo Kampus Gn. Lipan P.O
Lebih terperinciBANJIR JABODETABEK DITINJAU DARI ASPEK DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH
BANJIR JABODETABEK DITINJAU DARI ASPEK DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH Oleh : Siswoko Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Pendahuluan Tulisan ini disusun untuk keperluan pendidikan kedinasan
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :
Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan
Lebih terperinciSTUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
STUDI PENGENDALIAN BANJIR KOTA TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Tania Edna Bhakty 1 dan Nur Yuwono 2 1Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta Email: taniaednab@yahoo.com 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1
I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN I - 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir di Kota Kudus dan sekitarnya banyak menimbulkan kerugian karena menyebabkan terganggunya transportasi di jalur pantura maupun transportasi lokal, terganggunya
Lebih terperinciReklamasi Rawa. Manajemen Rawa
Reklamasi Rawa Manajemen Rawa Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi
Lebih terperinciRC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE
RC 141356 TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE EVALUASI EVALUASI AKHIR SEMESTER : 20 % EVALUASI TGH SEMESTER : 15 % TUGAS BESAR : 15% PENDAHULUAN 1.1. Fasilitas Drainase sebagai Salah Satu Infrastruktur (Sarana
Lebih terperinciBAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari
BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari 95.181 km. Sehingga merupakan negara dengan pantai terpanjang nomor empat di dunia setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah Brebes dirasakan semakin meningkat. Salah satu penyebab terjadinya banjir adalah karena tidak lancarnya aliran
Lebih terperinciPEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 179-184 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI
Lebih terperinciAIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan
AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON
Lebih terperinciMODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea
MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR Sumihar Hutapea UNIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2016 KARAKTERISTIK DAS : DAS Sebagai Ekosistem Geografi
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif
Lebih terperinciSTUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR
STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Drainase merupakan prasarana suatu kawasan, daerah, atau kota yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengalirkan limpasan air hujan yang berlebihan dengan aman, juga
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE SUB SISTEM BANDARHARJO BARAT (Drainage Design of West Bandarharjo Sub System)
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE SUB SISTEM BANDARHARJO BARAT (Drainage Design of West Bandarharjo Sub System) DISUSUN OLEH : A. THEDY EKO HARYONO NIM. L2A303001 FIRMAN ERDIANTO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia
Lebih terperinciPENENTUAN DAERAH REKLAMASI DILIHAT DARI GENANGAN ROB AKIBAT PENGARUH PASANG SURUT DI JAKARTA UTARA
PENENTUAN DAERAH REKLAMASI DILIHAT DARI GENANGAN ROB AKIBAT PENGARUH PASANG SURUT DI JAKARTA UTARA Veri Yulianto*, Wahyu Aditya Nugraha, Petrus Subardjo Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Oseanografi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pantai adalah suatu wilayah yang mengalami kontak langsung dengan aktivitas manusia dan kontak dengan fenomena alam terutama yang berasal dari laut. Fenomena
Lebih terperinciNORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK
NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK Martin 1) Fransiskus Higang 2)., Stefanus Barlian Soeryamassoeka 2) Abstrak Banjir yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Lebih terperinci4/12/2009. Water Related Problems?
DRAINASE PENDAHULUAN Permasalahan dan Tantangan Water Related Problems? Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
Lebih terperinci3.1 Metode Pengumpulan Data
BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada perencanaan drainase sistim Kali Tenggang dilakukan sebagai berikut : Untuk data-data yang berkaitan dengan perencanaan non teknis
Lebih terperinciRoyna Kristian Yudi, Agung Mukti Nugroho, Suseno Darsono *), Dyah Ari Wulandari *)
, Halaman, 265-275 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN SISTEM POLDER WILAYAH SEMARANG TIMUR Royna Kristian Yudi, Agung Mukti Nugroho, Suseno Darsono *), Dyah Ari Wulandari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Tanggerang setiap tahunnya mengalami permasalahan bencana banjir, khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan.
Lebih terperinciREKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1 & 2 REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JADFAN SIDQI FIDARI Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Reklamasi Pengertian reklamasi : Istilah reklamasi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi manusia. Di samping disebabkan oleh faktor alam, seringkali disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.
Lebih terperinciAda empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :
RANGKUMAN KP 01 BAGIAN PERENCANAAN Unsur dan Tingkatan Jaringan Irigasi Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu : Bangunan-bangunan utama ( headworks ) di mana air diambil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari objek penelitian ini berada pada Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Desa Sukamanah dan Kecamatan Rancaekek sendiri berada di Kabupaten Bandung.
Lebih terperinciPemanfaatan Lubang Resapan Biopori (LRB) dan Perhitungan Permeabilitas Untuk Setiap Titik Lubang Resapan di Rawa Makmur Permai Bengkulu
Jurnal Gradien Vol. 12 No. 1 Januari 2016: 1149-1152 Pemanfaatan Lubang Resapan Biopori (LRB) dan Perhitungan Permeabilitas Untuk Setiap Titik Lubang Resapan di Rawa Makmur Permai Bengkulu Halauddin *,Suhendra,Refrizon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada saat musim hujan. Hal ini terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Peristiwa ini hampir setiap tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta
Lebih terperinciBANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)
BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) Delapan kecamatan di Kota Cilegon dilanda banjir, Rabu (25/4). Banjir kali ini merupakan yang terparah karena merata di seluruh kecamatan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI
BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk
Lebih terperinciDrainase Perkotaan. Pendahuluan
Drainase Perkotaan Pendahuluan Banjir (flood) Kondisi debit pada saluran/sungai atau genangan yang melebihi kondisi normal yang umumnya terjadi. Luapan air dari sungai/saluran ke lahan yang biasanya kering.
Lebih terperinciARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :
ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A008036 Dosen Pembimbing : Drs. Herbasuki Nurcahyanto, MT & Dra. Maryam Musawa, MSi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Legono (2013), banjir adalah suatu peristiwa genangan air (baik secara alami ataupun karena aktivitas manusia), yang pada taraf tertentu mengakibatkan hilangnya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG
Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan sebagai volume air yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, termasuk genangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,
Lebih terperinciBAB VI PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA BANJIR[13]
Kuliah ke 7 PERENCANAAN KOTA BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 410-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB VI PENATAAN RUANG KAWASAN BENCANA BANJIR[13] Bencana banjir dapat dikatagorikan sebagai proses alamiah
Lebih terperinciMODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR
MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung DAERAH PESISIR Perubahan Iklim dan Sistem Pesisir Menunjukkan Faktor Utama Perubahan Iklim
Lebih terperinciPENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR
PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi
Lebih terperinciOPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG
OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI
Lebih terperinciAnalisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong Gita Angraeni (1), Suntoyo (2), dan
Lebih terperinciPengendalian Banjir Sungai
Pengendalian Banjir Sungai Bahan Kuliah Teknik Sungai Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Sungai Saluran drainasi alam tempat penampung dan penyalur alamiah air dari mata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir
Lebih terperinciAbstract. misbehavior. Floods of Kaligarang were happened because of clogged up-drainage, lack of people s
ANTISIPASI PENDUDUK DALAM MENGHADAPI BANJIR KALI GARANG KOTA SEMARANG Dewi Liesnoor Setyowati Abstract misbehavior. Floods of Kaligarang were happened because of clogged up-drainage, lack of people s samples
Lebih terperinci