PENENTUAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE (STUDI TERHADAP KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE (STUDI TERHADAP KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA)"

Transkripsi

1 PENENTUAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE (STUDI TERHADAP KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: ALFINA RAHIL ASHIDIQI NIM : K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H/ 2009 M

2 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarata, 27 Mei 2009 Alfina RahilAshidiqi

3 PENENTUAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE (STUDI TERHADAP KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh : Alfina Rahil Ashidiqi NIM : Di Bawah Bimbingan Pembimbing I, Pembimbing II, Dra. Maskufa, MA Sri Hidayati, M. Ag NIP NIP K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H/ 2009 M

4 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul PENENTUAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE (STUDI TERHADAP KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 Juni Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah. Jakarta, 03 Juni 2009 Dekan Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM NIP : PANITIA UJIAN 1. Ketua Drs. H. Basiq Djalil, SH., MA NIP Sekretaris Kamarusdiana,S.Ag., MH NIP Pembimbing I Dra. Maskufa, MA NIP Pembimbing II Sri Hidayati, M. Ag NIP Penguji I Dr. Euis Nurlaelawati, MA NIP Penguji II Drs. Asep Syarifudin Hidayat, SH., MA NIP (... ) (... ) (... ) (... ) (... ) (... )

5 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sasknsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 27 Mei 2009 Alfina Rahil Ashidiqi

6 KATA PENGANTAR ❷ 10 ❷ Alhamdulillahi rabbi al- a lami na, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, atas segala nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-nya, yang menghantarkan penulis sampai pada tahap akhir studi pada Program Strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Hanya karena berkat dan ridho-nya lah penulis sampai pada tahap menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dalam waktu kurang lebih lima bulan. Allahumma Shalli `ala Muhammad, shalawat teriring salam tetap tercurahlimpahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW beserta para shahabat dan kerabat dekatnya. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan di atas semuanya adalah Allah SWT. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis selama menuntun proses penulisan skripsi, terutama kepada : 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7 2. Drs. Basiq Djalil SH. M.Hum selaku Ketua Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyah, Kamarusdiana, S.Ag. M.Hum dan Ibu Yanti SHI selaku sekretaris dan staf di Prodi Ahwal Al-Syakhshiyah. 3. Ibu Dra. Maskufa, MA selaku Dosen Pembimbing I yang telah rela meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi. 4. Ibu Sri Hidayati, M.Ag selaku pembimbing II yang telah memberikan dukungan, pengarahan dan bimbingannya dalam pembuatan skripsi. 5. Pengurus Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah dan Hukum yang telah menyediakan berbagai macam literatur dalam proses belajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada saat pembuatan skripsi. 6. Kyai M. Maksudi selaku Imam Besar Masjid Raden Sayyid Kuning dan Ki Sanurji yang bersedia diwawancara sebagai narasumber dari penelitian penulis. 7. Orang tua tercinta (H. Sahlan Mushadik dan Hj. Sugiyarti) yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta memberikan nasehat-nasehat kepada penulis demi kelancaran penulisan skripsi ini.

8 8. Semua orang yang pernah hadir dalam kehidupan penulis untuk memberikan ilmu, nasehat, uswatun hasanah, petuah dan gambaran hidup. Jazakumullah khairal jaza`. 9. Serta berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan seluruhnya, semoga amal baik mereka diterima Allah SWT dan skripsi sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca, amin. Saran dan kritik yang membangun, sangat ditunggu demi kesempurnan penulisan skripsi ini dan wawasan ilmu penulis. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.amiin Jakarta, 27 Mei Djumadil Akhir 1430 Alfina RahilAshidiqi

9 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi. Daftar Tabel... Daftar Gambar i iv vi viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Pembatasan dan Rumusan Masalah... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Studi Kajian Terdahulu.. E. Metode Penelitian... F. Sistematika Penulisan BAB II HISAB RUKYAT A. Pengertian Hisab Rukyat B. Dasar Hisab Rukyat C. Perkembangan Hisab Rukyat di\ Indonesia BAB III PROFIL KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA A. Seluk Beluk dan Sejarah Kelahiran Aboge. B. Tokoh-Tokoh Aboge.. C. Corak Pemikiran Aboge

10 BAB IV PENETAPAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE A. Dasar Pijakan Penetapan Awal Bulan Qamariyah.. B. Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyah. C. Praktek Penetapan Awal Bulan Qamariyah D. Data Data Penentuan Awal Bulan Qamariyah E. Tanggapan Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Purbalingga. F. Telaah Terhadap Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Aboge BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA A. Kesimpulan. B. Saran LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1: Hasil Wawancara kepada Tokoh Aboge Lampiran 2: Almanaq Kitab Primbon Sembahyang... Lampiran 3: Almanaq Kitab Mujarrabat

11 DAFTAR TABEL Tabel Kegiatan Keagamaan Harian di Masjid Raden Sayyid Kuning Tabel Kegiatan Keagamaan Mingguan di Masjid Raden Sayyid Kuning.. 59 Tabel Kegiatan Keagamaan Bulan Ramadhan di Masjid Raden Sayyid Kuning Tabel Almanak di kitab PrimbonSembahyang 69 Tabel Penentuan Tanggal 1 Rabiul Awwal Tahun Za Pada Almanak Dengan Cara Sederhana Tabel Keterangan almanak yang terdapat pada kitab Mujarrabat.. 72 Tabel Nama hari dan urutannya Tabel Nama Pasaran dan Urutannya Tabel Rumus untuk menetapkan hari dan pasaran tanggal 1 Sura pada setiap tahun Aboge Tabel Data Tahun 2009 M ialah Tahun Za (1942 A) menurut perhitungan Aboge 84

12 Tabel Hari Besar Islam Tahun 2006 M /1427 H / 1939 J ( Alif ) Tabel Hari Besar Islam Tahun 2007 M/ 1428 H/ 1940 J (He). 88 Tabel Hari Besar Islam Tahun 2008 M 1429 H/ 1941 J (Jimawal). 89 Tabel Hari Besar Islam Tahun 2009 M /1430 H/ 1942 J (Za). 90 Tabel Hari Besar Islam Tahun 2010 M /1431 H/ 1943 J (Dal) 91 Tabel Hari Besar Islam Tahun 2011/ M 1432 H/ 1944 J (Ba). 92

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Keterangan Ufuk Hakiki Gambar Keterangan Ufuk Hissi... 45

14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perbedaan seringkali muncul dalam kehidupan umat manusia, sejak pertamakali manusia diciptakan oleh Allah SWT sampai datangnya hari kiamat. Begitupula perbedaan untuk menentukan awal bulan Qamariyah, yang mana di dalamnya banyak ditemukan perbedaan pendapat, sistem atau cara untuk menentukan awal bulan Qamariyah. Hendaknya, hal ini tidak membenarkan kepada pihak sendiri dan saling menyalahkan kepada pihak lain. Karena perbedaan pendapat ini tidak lain untuk kembali pada semangat untuk selalu memurnikan ajaran Allah melalui petunjuk yang dibawakan oleh Rasulullah SAW. 1 Perbedaan ini bukan saja menyangkut masalah penentuan hari ataupun tahun semata, tetapi sangat berkaitan dengan masalah ibadah seperti puasa, haji, dan hari raya Idul Fithri dan Idul Adha. Kemudian berimplikasi pada syarat-syarat terpenuhinya suatu ibadah. Maka dari itu penggunaan metode ataupun cara dalam menentukan awal bulan disesuaikan dengan argumentasi yang dipegang oleh suatu kelompok atau organisasi. Hal ini berdasarkan pada suatu ibadah dilakukan sesuai dengan pendapat yang dipahami dan kemampuan untuk memahami sebuah perintah dalam agama. Dan diterangkan pada salah satu ayat al-quran bahwa la tukallifullaha nafsan illa wus`aĥa. 1 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab (Jakarta: Amythas Publicita, 2007). h.6-7.

15 Teori dan praktek yang berbeda dalam penentuan awal bulan Qamariyah tidak hanya terjadi pada umat Islam di tanah air, begitupula di Negara-negara lain yang berpenduduk agama Islam. Bahkan, di Saudi Arabia yang notabene tempat dimana agama Islam pertama kali didakwahkan oleh Rasulullah terjadi perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah. 2 Maka dari itu tidak heran bilamana perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah juga terjadi di Indonesia. Demikian itu tidak lepas dari keberadaan faktor perkembangan ilmu, budaya, tempat dan sumber daya manusia. Munculnya perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah sangatlah beragam. Ada yang berbeda dalam pengambilan nash sebagai dasar pijakannya, berbeda dari segi penafsiran suatu nash dan dari sistem dan cara yang berbeda. Salah satunya muncul perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah berdasarkan pada penafsiran suatu hadits yang berbunyi: حد ثنا عبد الرحمن بن سلام الجمحى حدثنا الربيع یعنى ابن مسلم عن محمد وهوابن زیاد عن ابى هریرة رضي االله عنه ان النبى صلى االله عليه وسلم قال 3 مسلم) وافطروا لرؤیته صوموا لرؤیته فان غمى عليكم فاآملوا العدد (رواه Artinya: Telah menceritakan kepada kita Abdurrahman bin Sallam al-jumahiy, telah menceritakan kepada kita al-rabi yakni Ibnu Muslim dari Muhammad, 2 Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qamariyah Dan Permasalahannya di Indonesia. Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Editor. Choirul Fuad Yusuf, Bashor A.Hakim (Jakarta:Departemen Agama RI, 2004), h.3. 3 Imam Ibn al Husain Muslim bin al Hajaj Ibn Muslim al-qushairi al-nisaburi, Al Jami u al Shahih al Musamma Shahih Muslim, juz 3 (Beirut: Dar Al- Jail, Dar- Al- Afaq), h. 124

16 yaitu Ibnu Ziyad dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah karena kamu melihat hilal. Bila kamu tertutup oleh mendung maka sempurnakanlah bilangan.(diriwayatkan oleh imam Muslim). Di Indonesia, secara umum menentukan awal bulan Qamariyah lahir tiga arus utama mazhab hisab rukyah yaitu pertama, mazhab rukyat yang dipresentasikan oleh organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia (NU), kedua, mazhab hisab yang dipelopori oleh Muhammadiyah dan mazhab imkan alru yah yang dimunculkan oleh Pemerintah. 4 Nahdhatul Ulama sebagai organisasi masyarakat Islam yang berhaluan ahlussunnah waljamaah berketetapan mencontoh sunah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikuti ijtihad para ulama empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi I dan Hambali) dalam hal penentuan awal bulan Qamariyah wajib menggunakan ru yatul hilal bilfi li (melihat hilal secara langsung) atau istikmal (menyempurnakan bulan Sya ban 30 hari). 5 Muhammadiyah menetapkan hisab wujudul hilal sebagai pegangan dalam penentuan awal bulan Qamariyah. 6 Kendatipun demikian, Muhammadiyah menyatakan apabila ahli hisab menetapkan bahwa (tanggal) bulan belum 4 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha(Jakarta : Erlangga,2007), h.xvi 5 Rukyat Hilal Indonesia(RHI), Kriteria Awal Bulan Qamariyah artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari 6 Wahyu Widiana, Penentuan Awal Bulan Qamariyah, h.24.

17 tampak, padahal kenyataannya ada orang yang melihat pada malam itu juga, Majlis Tarjih memutuskan bahwa rukyatlah yang muktabar 7 Pemerintah sendiri memiliki kewenangan (kompetensi) untuk berusaha menghilangkan perbedaan pendapat. Untuk itu Pemerintah memilih konsep imkanurrukyat dalam penentuan awal bulan Qamariyah. Konsep ini memadukan antara mazhab rukyat dan mazhab hisab. Aplikasi imkaanurrukyat yaitu sistem hisab digunakan untuk menghitung kemungkinan hilal (tanggal) bulan dirukyat. Kemudian jika menurut data hisab imkaanurrukyat sudah dinyatakan mungkin untuk dirukyat, tetapi praktik di lapangan tidak dapat dirukyat karena mendung atau gangguan cuaca, maka dasar yang digunakan adalah istikmal. 8 Selain mazhab hisab rukyat diatas, di Indonesia juga tumbuh pemikiran hisab rukyah mazhab tradisional ala Islam Jawa. Seperti pemikiran hisab rukyat yang dianut oleh Aboge (Penganut Islam Alip Rebo Wage). Hal ini timbul karena persentuhan Islam dengan budaya lokal atau yang sering menimbulkan corak budaya tersendiri di luar dugaan dan melahirkan pemikiran tersendiri, dalam pemikiran hisab rukyat. 9 Aboge ini tersebar di beberapa daerah Indonesia. Salah satunya adalah Aboge yang terdapat di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. 7 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah, h Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah, h Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah, h. 82.

18 Melihat pemikiran hisab rukyat Aboge di Purbalingga, penulis tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi penelitian. Karena pemikiran hisab rukyat mazhab tradisional ala Islam Jawa ini menetapkan bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha 1429 H dan tahun-tahun sebelumnya berbeda dengan Pemerintah. Adapun Pemerintah menetapkan bulan puasa pada tahun 2008 dimulai dari hari Senin, tanggal 1 September dan Hari Raya Idul Fitri pada hari Rabu, tanggal 1 Oktober Mereka menetapkan tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari Rabu tanggal 3 September Dan hari raya Idul fitri 1 Syawal 1429 pada hari Jumat, tanggal 3 Oktober Pemikiran hisab rukyah ini juga menurut para tokohnya, merupakan cara penghitungan yang telah digunakan para wali sejak abad ke 14 M. Yang mana di ajarkan oleh Syekh Rasid Sayid Kuning dari Kerajaan Pajang. Sehingga pemikiran Hisab Rukyat ini merupakan warisan dari leluhur para wali yang menjadi sebuah pengetahuan sebagai wujud sumbangsih mereka dalam peradaban manusia. Untuk mengetahui seluk beluk komunitas Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga, bagaimana komunitas Aboge menetapkan awal bulan Qamariyah, apa landasan hukum penetapan awal bulan Qamariyah dan bagaimana praktek menggunakan sistem tersebut? Apabila hal tersebut dikaji ulang dan dikembangkan, akan menambah khazanah 10 Ridwan Anshori/Sindo/ahm, Buka Puasa Pertama bagi Pengikut Islam Aboge, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari

19 kemajemukan metode penentuan awal bulan Qamariyah khususnya di Indonesia. Maka dengan bekal pengetahuan yang telah dipelajari, penulis mengangkat realita Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga dalam menentukan awal bulan Qamariyah sebagai bahan penelitian. Akhirnya penulis mengambil judul PENENTUAN AWAL BULAN DALAM PERSPEKTIF ABOGE (STUDI TERHADAP KOMUNITAS ABOGE DI PURBALINGGA). B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH. Banyaknya pemikiran penetapan awal bulan Qamariyah di Indonesia membuka peluang sebagai objek penelitian. Salah satunya adalah pemikiran yang berhaluan Aboge. Untuk itu secara umum penelitian ini terbatas pada penetapan awal bulan dalam perspektif Aboge. Adapun perinciannya penulis membatasi sebagaimana berikut: 1. Aboge yang dimaksud oleh penulis adalah Penganut Islam Alip Rebo Wage yang berdomisili di Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. 2. Penentuan awal bulan yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan awal bulan dalam kalender Islam atau dengan kata lain awal bulan Qamariyah. 3. Dalam pembahasan penetapan awal bulan dalam tulisan ini, penulis hanya akan memberikan fokus bahasan mengenai penetapan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha.

20 Penentuan awal bulan Qamariyah dalam Islam sangat penting terutama pada bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Dimana bulan-bulan tersebut sangat berkaitan dengan ibadah. Dalam kenyataan sering berbeda karena berlainan cara menghitung seperti yang dilakukan Aboge. Hal ini yang ingin penulis telusuri dalam penulisan skripsi ini. Agar terencana dan sistematis, rumusan tersebut dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut dalam perumusan masalah: 1. Bagaimana seluk beluk komunitas Aboge? 2. Apa sistem yang digunakan untuk menenetapkan awal bulan Qamariyah? 3. Apa dasar hukum penetapan awal bulan Qamariyah menurut komunitas Aboge? 4. Bagaimana praktek penetapan awal bulan Qamariyah yang dilakukan oleh komunitas Aboge? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui profil tentang Aboge 2. Untuk mengetahui sistem yang digunakan Aboge menentukan awal bulan Qamariyah. 3. Untuk mengetahui landasan hukum yang digunakan Aboge untuk menentukan awal bulan Qamariyah.

21 4. Untuk mengetahui praktek penetapan awal bulan Qamariyah yang digunakan oleh Aboge. Manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Masyarakat Memberikan informasi mengenai seluk beluk dan sejarah tentang komunitas Aboge khususnya yang berkaitan dengan menentukan awal bulan Qamariyah. 2. Fakultas Memberikan sumbangsih hasil penelitian guna memperkaya khazanah kemajemukan metode penentuan awal bulan Qamariyah dalam ilmu falak di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta menambah literature kepustakaan khususnya mengenai komunitas Aboge. 3. Penulis Memanfaatkan ilmu yang sedikit dan lebih menambah wawasan tentang metode penentuan awal bulan Qamariyah dalam kajian ilmu falak. D. STUDI KAJIAN TERDAHULU Setelah penulis melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah yang bertema penentuan awal bulan Qamariyah di Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, penulis menemukan tiga skripsi yang berkaitan. Tiga skripsi yang terkait akan dikemukakan oleh penulis secara ringkas untuk mengetahui sisi-sisi perbedaan dengan skripsi penulis. Pertama, skripsi Ilmanudin dengan judul Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU Dan Muhammadiyah pada tahun jenis Penelitian yang digunakan adalah studi lapangan dan didukung dengan studi perpustakaan library research berdasarkan sumber-sumber yang ada diperpustakaan umum. Skripsi ini

22 mengusung permasalahan yang membahas perbedaan cara menentukan awal bulan menurut NU dan Muhammadiyah yang melahirkan berbagai perselisihan antar umat Islam, menjadi benalu keharmonisan antara umat Islam dan pengaruh kebijakan Departemen Agama kepada dua ormas tersebut. Dari penelitian tersebut, Ilmanudin mengemukakan solusi berupa penggunaan suatu teknologi yang dikuatkan oleh kebijakan Pemerintah, kesadaran ormas tentang pentingnya menjaga keutuhan kesatuan Islam dan kesadaran hukum masyarakat. Penelitian yang dibuat oleh Ilmanudin jelas berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak pada objek penelitian. Objek penelitian yang digunakan penulis adalah komunitas Aboge yang tinggal di Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Kedua, skripsi Eka sartika (Mahasiswa Peradilan agama) dengan mengangkat judul Penentuan Awal bulan dalam Perspektif Al Marzukiyah (Studi terhadap kalangan Al- Marzukiyah di Cipinang) pada tahun Skripsi ini meneliti bagaimana Al-Marzukiyah menentukan awal bulan Qamariyah, landasan yang digunakan, bagaimana prakteknya dan bagaimana pandangan Al- Marzukiyah melihat kebijakan Pemerintah dalam menentukan awal bulan Qamariyah. Penelitiannya menghasilkan bahwa Al-Marzukiyah adalah segolongan masyarakat yang mengikuti pemahaman dan pemikiran KH. A. Marzuki. Metode penelitian yang digunakan adalah survai yaitu melakukan wawancara dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian tersebut menjelaskan

23 penetapan awal bulan Al- Marzukiyah berdasarkan peredaran bulan dan bumi sebenarnya yang tergolong dalam sistem hisab hakiki yang beraliran imkanurrukyah. Landasan yang dipakai adalah al-quran, Hadits dan Pendapat Ulama. Salah satunya didasarkan pada pendapat Ibnu Hajjar dalam kitab Tuhfat Ibn Hajjar bahwa rukyat sangat penting dalam menentukan awal bulan. Dan juga didasarkan pada beberapa kitab lain yaitu Tamyizu al- Hakk Min al- Dholal fii saidi al-hilaal dan Risalah Iqadu al-niyam Habib Usman bin Abdullah, Fadl al- Rahman fii Raadi al marhum al- sayyid Utsman karangan Kh. Ahmad Marzuki, Taqwiimu al-nayyirayni fi ru yati al hilaalayni karangan H. Ali Wardi bin H Abdul Ghani dan beberapa kitab karangan lainnya. Penelitian yang dibuat oleh Eka Sartika jelas berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak (salah satunya ) pada objek penelitian. Objek penelitian penulis adalah komunitas Aboge yang tinggal di desa Onje Kec. Mrebet. Kab Purbalingga. Ketiga, adalah skripsi Nur Said (Mahasiswa Peradilan Agama) dengan judul Problematika Penetapan Hari Raya Idul Fitri 1427 H/ 2006 M antara PBNU dan PWNU Jawa Timur pada tahun Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yang menekankan kualitas sesuai dengan pemahaman yang diskriptif. Penelitian ini berupa studi empiris untuk menemukan teori teori proses terjadinya perbedaan penetapan awal bulan syawal 1427/2006 antara PBNU dan PWNU Jawa Timur. Penelitian fokus membahas konsep

24 penetapan awal bulan syawal Idul Fitri PBNU dan PWNU Jawa Timur dan penyebab dari perbedaan penetapan awal bulan syawal 1427/2006 h Idul Fitri PBNU dan PWNU JATIM. Penelitian yang dibuat oleh Nur Said jelas berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Perbedaan tersebut terletak (salah satunya ) pada objek penelitian. Objek penelitian penulis adalah komunitas Aboge yang tinggal di desa Onje Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga. E. METODE PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian Skripsi ini merupakan jenis penelitian lapangan (metode field research). Yang bersifat penelitian deskriptif. Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. 11 Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah pendekatan studi kasus. Yaitu penulis mengambil komunitas Aboge di Purbalingga sebagai objek studi kasus penelitian. Data Penelitian Sumber data yang digunakan adalah sumber data Primer dan Sekunder. Data Primer pada skripsi ini adalah hasil wawancara kepada tokoh 11 Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Social, Dasar-Dasar dan Aplikasinya. (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2003), Cet. Ke-6,.h.20.

25 Aboge dan data-data atau dokumen yang berkaitan tentang Aboge. Sedangkan untuk data sekunder adalah seluruh literatur yang berhubungan dengan ilmu falak secara umum atau literatur lain yang dapat memberikan informasi tambahan pada judul yang diangkat dalam skripsi ini. Yaitu, buku, majalah, jurnal, artikel dan lain sebagainya. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah a. Wawancara yaitu penulis melakukan wawancara kepada tokoh Aboge di daerah setempat, untuk menggali informasi lebih dalam tentang komunitas Aboge di Desa Onje, Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga sebagai objek penelitian penulis, sekaligus sebagai sumber primer dalam penelitian. b. Dokumentasi (pengumpulan data melalui studi kepustakaan), yaitu penelitian kepustakaan dan literature yang mempunyai relevansi dengan judul baik dari Komunitas Aboge atau pihak lain. Teknik Pengolahan Data Seleksi data: setelah memperoleh data dari hasil wawancara dan dokumentasi yang bersifat tertulis. Dari data tersebut diperiksa kembali satu persatu, dan diambil data yang berkaitan dengan penelitian agar tidak terjadi kekeliruan.

26 Klasifikasi data: setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil kesimpulan. Analisa Data Teknik analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif. Yang memaparkan tentang profil Aboge sampai bagaimana mengaplikasikan cara menentukan awal bulan Qamariyah. Pedoman Penulisan Laporan Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada BukuPedoman Penulisan Skripsi tahun 2007 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan laporan penelitian ini terbagi ke dalam lima bab dengan rancangan sebagai berikut. Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang didalamnya dipaparkan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, studi kajian terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan laporan. Bab kedua menjelaskan konsep objek penelitian yang bersifat literature. Yakni mengenai pengertian hisab rukyah, sejarah dan perkembangannya hisab rukyat di Indonesia yang mencakup aliran-aliran hisab rukyat.

27 Bab ketiga yaitu mengupas tentang profil Aboge yang menjelaskan seluk beluk dan sejarah kelahiran Aboge, menyebutkan siapa saja tokoh- tokoh yang berperan dan bagaimana corak pemikiran Aboge dalam keagamaan. Bab keempat adalah penetapan awal bulan Qamariyah dalam perspektif Aboge. Dalam bab ini membahas inti dari penelitian yaitu dasar pijakan Aboge dalam menetapkan awal bulan. Kemudian system dan praktek dari penetapan awal bulan Qamariyah yang dipakai oleh Aboge, yang disertai data-data penetapan awal bulan Qamariyah sistem aboge, implikasi penetapan awal bulan menurut perspektif aboge, tanggapan Majelis Ulama Indonesia dan telaah penulis terhadap penentuan awal bulan Qamariyah dalam perspektif Aboge, Bab kelima adalah penutup. Didalamnya berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa rekomendasi penulis.

28 BAB II HISAB RUKYAT A. Pengertian Hisab Rukyat ي ح س ب - ح س ابا Secara bahasa, hisab berasal dari bahasa Arab yaitu yang mengandung arti menghitung atau membilang. 12 Jadi hisab ح س ب - adalah kiraan, perhitungan dan bilangan. Kata ini banyak disebut dalam al-quran untuk menjelaskan hari perhitungan (yaumul hisab), hari dimana Allah akan memperhitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia dengan adil. Seluruh kata hisab muncul dalam al-qur an berjumlah 37 kali, yang kesemuanya mengandung arti perhitungan tanpa penggunaan arti yang kabur. 13 Secara istilah hisab adalah perhitungan benda-benda langit untuk mengetahui kedudukannya pada suatu saat yang diinginkan. 14 Istilah tersebut masih umum, karena dalam prakteknya penggunaan hisab berbeda tergantung pada tujuan penggunaannya. Apakah ditujukan pada kapan waktu shalat atau menentukan arah kiblat ataupun awal bulan Qamariyah. 12 Louis Ma luf, Al-Munjid, (Mesir: Al-Mathba ah Al-Katholikiyah, Cet XVIII, 1918), h h Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, (Jakarta: Amythas Publicita, 2007), 14 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, (Jakarta: Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.141.

29 Kamus-kamus istilah menyamakan arti ilmu Hisab dengan aritmatic, yang mempunyai pengertian suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang perhitungan dalam menentukan awal bulan Qamariyah yang didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi. 15 Dalam disiplin ilmu falak (astronomi), kata hisab mengandung arti sebagai ilmu hitung posisi benda-benda langit. Posisi benda langit yang dimaksud di sini adalah lebih khusus pada posisi matahari dan bulan dilihat dari pengamat di bumi. Hitungan posisi ini penting dalam kaitannya dengan syariah khususnya masalah ibadah misalnya; shalat fardu menggunakan posisi matahari sebagai acuan waktunya, menentukan arah kiblat dengan menghitung posisi bayangan matahari, menentukan awal bulan hijriyah dengan melihat posisi bulan dan mengetahui kapan terjadi gerhana dengan menghitung posisi matahari dan bulan. Ilmu Falak yang mempelajari kaidah-kaidah Ilmu Syariah tersebut dinamakan Falak Syar'i (Ilmu Falak + Ilmu Syariah = Falak Syar'i). Nama yang populer di Indonesia adalah Falak saja Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Cet. 1 (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1990), h. 3. Lihat di Departemen Agama, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995), h Rukyatul Hilal Indonesia, Hisab (Perhitungan Astronomis), artikel diakses pada 02 Februari 2009 dari www. hisab-rukyat. html.

30 Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, hisab adalah salah satu cabang ilmu pasti yang mempelajari angka dalam bentuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perakaran. 17 Mengenai istilah hisab, Islam juga mengaitkan ilmu menghitung lain yang dikenal dengan nama ilmu mawaris atau Faraidh. Ilmu faraidh termasuk dalam ilmu hisab karena adanya persamaan substansi yaitu secara prinsip kedua ilmu tersebut menggunakan perhitungan-perhitungan dan proses perumusan secara pasti. 18 Umumnya umat Islam di Indonesia mengenal ilmu falak sebagai ilmu hisab semata. Dalam konteks ini, ilmu hisab yang dimaksud adalah ilmu falak yang digunakan umat Islam untuk melaksanakan praktek-praktek ibadah dengan cara mengetahui dan mempelajari benda-benda langit tentang fisik, gerak, ukuran dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. 19 Benda langit yang dipergunakan oleh umat Islam untuk kepentingan hisab adalah matahari, bulan dan bumi. Itupun terbatas pada status posisinya saja 1994), h Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Islam, jilid. 4 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 18 Ilmanudin, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif NU dan Muhammadiyah suatu Komparasi,(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h Eka Sartika, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Al-Marzukiyah Studi Terhadap Kalangan Al-Marzukiyah,( Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.13. Diambil dari Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat,(Jakarta:Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Cet 1,1990). h. 14.

31 sebagai akibat oleh pergerakan benda-benda langit yang disebut Astromekanika. 20 Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu hisab menggunakan perhitungan modern yang mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan, ilmu tersebut adalah ilmu ukur bola Sperical Trigonometri. 21 Perkembanganperkembangan tersebut hanya cenderung mengarahkan semakin tingginya akurasi atau kecermatan produk perhitungan ilmu hisab. 22 Sebagai pendukung yang lain, ilmu hisab juga menggunakan informasi data yang dikontrol dengan observasi setiap saat. 23 Sehingga dapat disimpulkan bahwa istilah hisab seringkali dikaitkan dalam literature ilmu falak yang berhubungan dengan kedudukan-kedudukan benda-benda langit khususnya matahari, bulan dan bumi dan perubahan perubahannya. Dengan pesatnya pengaruh ilmu pengetahuan, hisab menjadi lebih berkembang. Secara bahasa, rukyat berasal dari bahasa Arab yaitu ر أ ى- ي ر ى- ر ؤ ي ة yang mempunyai arti melihat secara kasat mata atau dengan menggunakan akal. 24 Arti yang paling umum adalah melihat dengan mata kepala Astromekanika adalah bagian dari ilmu astronomi yang mempelajari gerak-dan gaya tarik benda-benda langit dengan menggunakan cara dan teori mekanika. Lihat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama ( Jakarta: Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006), h Eka Sartika, Penentuan Awal Bulan Dalam Perspektif Al-Marzukiyah,h. 13.

32 Menurut istilah, rukyat adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam tanggal 29 bulan Qamariyah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka sejak matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan digenapkan (diistikmalkan) menjadi 30 hari. 26 Dalam literatur fiqh, kata rukyat seringkali dipadukan dengan kata hilal sehingga menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat hilal (bulan baru). Rukyat hilal ini berkaitan erat dengan masalah ibadah terutama ibadah puasa. 27 Penggunaan hilal diperuntukan menentukan hukum-hukum suatu ibadah dan tergolong syariat para Nabi sebelum Nabi Muhammad.SAW. 28 Muhammadiyah memahami rukyat tidak semata-mata melihat secara fisik dengan mata kepala. Tapi melihat dengan mata pikiran yaitu dengan ilmu pengetahuan. 29 Rukyat juga dimaksudkan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal dan juga awal bulan Dzulhijjah. Dua bulan yang pertama berkaitan dengan ibadah puasa dan bulan ketiga terakhir berkaitan dengan ibadah haji. 24 Louis Ma luf, Al-Munjid, h Farid Ruskanda. 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains, dan Teknologi (Jakarta: Gema Insani, 2005), h Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, h Abdul Aziz Dahlan, ed., Ensiklopedi Islam, jilid. 4 h Abu Yusuf Al-Atsary, Pilih Hisab Ru yah (Solo: Pustaka Darul Islam.tt), h Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun Kebersamaam di Tengah Perbedaan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 136.

33 Keberhasilan rukyat hilal sangat bergantung pada kondisi ufuk disebelah barat tempat peninjau, posisi hilal dan kejelian mata. 30 Dalam prakteknya, tidak semua orang yang telah menguasai ilmu falak secara teoritis dapat mempraktekan rukyat di lapangan. Dalam pelaksanaan rukyat dibutuhkan ketrampilan dan pengalaman yang banyak. Sehingga Departemen Agama selalu mengadakan rukyatul hilal setiap akhir bulan Hijriyah, untuk memperkirakan ketinggian hilal yang terlihat pada tiap bulan. Dengan demikian dapat menguji kevalidan hisab dalam menghitung posisi benda langit secara nyata, agar penentuan hari-hari yang berkaitan dengan ibadah tidak terjadi kesalahan. B. Dasar Hisab dan Rukyat Secara umum, menentukan awal bulan Qamariyah khususnya pada bulanbulan yang terkait dengan ibadah seperti Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, terdapat dua metode yaitu metode rukyat dan metode hisab. Metode rukyat inilah yang pertama kali digunakan oleh umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW. 31 Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan rukyat tidak hanya dilakukan dengan mata telanjang tetapi juga dengan teleskop Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak. h Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak,. h Abu Yusuf Al-Atsary, Pilih Hisab Ru yah, h. 29.

34 Dasar penggunaan hisab dalam menentukan awal bulan adalah 1. Dijelaskan di dalam QS. Yunus(10): 5 yang berbunyi: ❽ ❻ ❷ ⓿ ❻ ❶ (يونوس ١٠ (٥ : Artinya: Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-nya manzilah-manzilah ( tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan dan perhitungan(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Ayat diatas merangkum kata wa qaddarahu (و ق د ر ه ) yang artinya dan ditetapkan-nya dan al-hisaba (ال ح سا ب ) yang artinya perhitungan (waktu) dijadikan dasar bahwa posisi, kedudukan dan saat hilal itu, dapat dihitung. Karena Allah menganjurkan manusia untuk mengetahui waktu dan mendayagunakan kemampuan intelektualnya sebagai makhluk cerdas. 33 Wahbah Zuhaili, M. Adnan Salim, M. Rusydi Zein dan M. Wahbi Sulaiman menyebutkan dalam Ensiklopedi Al-Quran bahwa kata tempat dalam kalimat Dan ditetapkannya perjalanan bulan ditempat-tempatnya 33 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab(Jakarta: Amythas Publicita, 2007),h

35 berjumlah dua puluh delapan tempat. Manzilah adalah jarak tertentu yang dapat ditempuh gerakan bulan dalam sehari semalam, agar kalian mengetahui waktu. Dengan matahari, dapat diketahui batasan hari, sedangkan dengan bulan dapat diketahui dengan bilangan bulan dan tahun. 34 Abu Yusuf Al-Atsary mengutip pendapat Syaikhul Ibnu Taimiyyah و ق د ر ه (supaya kamu mengetahui...) berkaitan dengan kata ل ت ع ل م و ا bahwa kata (Dia menetapkan ) bukan kepada ج ع ل (Dia menjadikan ). Karena sifat matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya tidak berpengaruh dalam mengetahui hitungan tahun dan hisab. Namun yang memberikan pengaruh dalam hal itu adalah perpindahan keduanya dari satu tempat ke tempat lainnya. 35 Ayat diatas menjelaskan tujuan dari penciptaan benda-benda langit seperti matahari, bulan, dan tempat peredarannya bagi kepentingan manusia dalam menjalankan kewajibannya khususnya yang bernilai ibadah maupun muamalah. 2) Didalam QS. Al-Isra (17): 12 yang berbunyi: ⓿ 3 ❻ & ⓿ 3 34 Wahbah Zuhaili, M. Adnan Salim, M. Rusydi Zein, M. Wahbi Sulaiman, Ensiklopedi Al- Qur an, (Jakarta: Gema Insani, 2007), Cet.1, h Abu Yusuf Al-Atsary, Pilih Hisab Rukyat, (Solo: Darul Islam, tth), h.73.

36 ❻ & 3 & ❸ 10 9 ❻ 10 (الا سراء/ ١٢:١٧ ) Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. Allah menciptakan pergantian malam menjadi siang, siang menjadi malam dan seterusnya bergantian sebagai tanda-tanda bagi manusia untuk mengetahui waktu. 3) Dijelaskan juga dalam QS. Al-Baqarah(2): 185 yang berbunyi: 10 & ❽ ❽ ❻ ❽ 9 9 & ❾ 9 ❷ & ❷ ❹ ❷ 10 ❷ &...(البقرة/ ٢ : ( ١٨۵ Artinya: Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa penentuan awal Ramadhan. Rukyat menurut para ahli hisab dimaknai sebagai rukyat bil ilmi

37 yaitu penggunaan hisab untuk menentukan awal Ramadhan. Hal ini diperkuat dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori. 4) Dijelaskan dalam Hadits ح د ث ن ا ي ح ي ى ب ن ب ك ي ر ق ال ح د ث ن ى الل ي ث ع ن ع ق ي ل ع ن اب ن ش ه اب ق ال أ خ ب ر ن ى س ال م ب ن ع ب د االله ب ن ع م ر أ ن ع م ر ر ض ي االله ع ن ه م ا ق ال س م ع ت ر س و ل االله ص ل ى االله ع ل ي ه و س ل م ي ق و ل إ ذ ا ر أ ي ت م و ه ف ص و م و ا و إ ذ ا ر أ ي ت م و ه ف ا ف ط ر و ا ف ا ن غ م ع ل ي ك م ف اق د ر و ا (رواه ل ه 36 البخارى) Artinya: Bercerita kepada kami Yahya Bin Bukair, ia berkata menceritakan kepadaku Al-laits dari uqail dari Ibn Syihab berkata Salim bin Abdullah bin Umar telah menghabarkan kepadaku bahwa Umar ra menyampaikan bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda bila kamu melihat hilal, maka berpuasalah, dan bila kamu melihat hilal maka berbukalah. Bila hilal itu tertutup awan maka kira-kirakanlah ia (Diriwayatkan oleh Bukhari). Pada kalimat ف اق د ر و ا ل ه yang artinya maka kira-kirakanlah pada hadits diatas, ahli hisab memahaminya dengan terbukanya penggunaan hisab dalam penentuan waktu selain rukyat. Nash-nash yang menerangkan penggunaan rukyat sebagai dasar dalam penetapan awal bulan Qamariyah adalah 1. Disandarkan pada QS. Al-Baqarah(2):189 yang berbunyi: & 1 4 ⓿ ❿❸ ❻ Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-bukhari, Matan al-bukhari bi Hasyiyati as-sanadi, juz 1 (Beirut:Dar al-kitab al-islam,t.th), h Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim dengan jalur periwayatan yang berbeda.

38 ❻ 10 6 ❸ ⓿ (البقرة/ ١٨٩:٢ ) Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. Secara jelas dan gamblang, ayat diatas mengungkapkan bulan sabit (hilal) sebagai tanda- tanda bagi manusia untuk mengetahui hari, bulan tahun dan kepentingan yang bersifat ibadah. 2. Disandarkan pada Hadits yang berbunyi: حد ثنا عبد الرحمن بن سلام الجمحى حدثنا الربيع يعنى ابن مسلم عن محمد وهوابن زياد عن ابى هريرة رضي االله عنه ان النبى صلى االله عليه وسلم قال صوموا لرؤيته وافطروا لرويته فان غمى عليكم فاآملوا العدد(رواه مسلم) 37 Artinya: Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal Bila kamu tertutup oleh mendung maka sempurnakanlah bilangan. ( Diriwayatkan oleh Muslim). 37 Imam Ibn al Husain Muslim bin al Hajaj Ibn Muslim al-qushairi al-nisaburi, Al Jami u al Shahih al Musamma Shahih Muslim, juz 3 (Beirut: Dar Al- Jail, Dar- Al- Afaq), h. 124.

39 3. Disandarkan pada Hadits yang berbunyi: ح د ث ن ا ي ح ي ى ب ن ي ح ي ى ق ال ق ر أ ت ع ل ى م ال ك ع ن ن اف ع ع ن اب ن ع م ر رضى االله عنهما ع ن الن ب ى ص لى االله عليه وسلم أ ن ه ذ آ ر ر م ض ان ف ق ال لا ت ص وم وا ح ت ى ت ر و ا ال ه لا ل و لا ت ف ط ر وا ح ت ى ت ر و ه ف ا ن أ غ م ى ع ل ي ك م ف اق د ر وا ل ه 38 (رواه مسلم). Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya berkata saya telah membacakan kepada Malik dari Nafi dari Ibnu Umar semoga Allah Meridhoi keduanya Saw, bahwasanya Nabi SAW telah menuturkan Ramadhan maka Beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa sebelum kamu melihat hilal ( Ramadhan) dan janganlah kamu berbuka sebelum kamu melihat hilal(syawal). Jika tertutup atas kalian maka taqdirkanlah. (Diriwayatkan oleh Muslim) 4. Disandarkan pula pada Hadits yang berbunyi: ح د ث ن ا أ ب و ب ك ر ب ن أ ب ى ش ي ب ة ح د ث ن ا م ح م د ب ن ب ش ر ال ع ب د ى ح د ث ن ا ع ب ي د الل ه ب ن ع م ر ع ن أ ب ى الز ن اد ع ن الا ع ر ج ع ن أ ب ى ه ر ي ر ة رض ى االله عن ه ق ال ذ آ ر ر س ول الل ه -ص لى االله علي ه وس لم ال ه لا ل ف ق ال إ ذ ا ر أ ي ت م وه ف ص وم وا و إ ذ ا ر أ ي ت م وه ف ا ف ط ر وا ف ا ن أ غ م ى ع ل ي ك م ف ع د وا ث لا ث ين ( 39 رواه مسلم) Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaybah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah dari Nafi, dari Ibnu Umar semoga Allah meridhoi keduanya, bahwasanya Rasulullah SAW menuturkan tentang bulan Ramadhan, lalu beliau berisyarat dengan tangannya seraya berkata sebulan itu sekian, sekian dan sekian (dengan menekuk ibu jarinya pada yang ketiga kali), kemudian beliau berkata: berpuasalah kalian karena terlihat hilal(syawal. Jika tertutup atas kalian maka taqdirkanlah bulan itu 30 hari.(diriwayatkan oleh dari Ibnu Umar. Dan masih banyak hadits yang menyebutkan rukyatul hilal sebagai cara untuk menentukan awal bulan Qamariyah pada masa Nabi Muhammad 38 Ibn Muslim al-qushairi al-nisaburi, Shahih Muslim, h Ibn Muslim al-qushairi al-nisaburi, Shahih Muslim, h. 124.

40 SAW. Menurut Susiknan Azhari, jumlah hadits yang berbicara tentang rukyat sekitar 56 hadits. 40 Hal itu didukung oleh keadaan masyarakat di Madinah yang tidak mahir untuk berhitung dan menulis. Dan ini diperkuat dalam hadist yang berbunyi sebagai berikut: عن إبن عمر رضى االله عنهما عن النبي صلى االله عليه و سلم قال: إنا أمة أمية لا نكتب ولا نحسب الشهر هكذاو هكذا و هكذا يعني تمام 41 ثلاثين (رواه مسلم) Artinya: Dari Ibnu Umar ra. Dari Nabi SAW bersabda kami adalah ummat yang buta huruf (ummi), tidak dapat menulis dan menghitung. Satu bulan adalah seperti ini, seperti ini, seperti ini.ibnu Umar melipat satu jari jempol pada gerakan yang ketiga (29 hari). Satu bulan adalh seperti ini, seperti ini dan seperti ini yaitu genap 30 hari.(diriwayatkan oleh Imam Muslim). 5) Disandarkan pada pendapat Ulama: Para Imam Madzhab empat sepakat bahwa awal Ramadhan dan Syawal ditetapkan berdasarkan Rukyatul Hilal atau Istikmal sebagaimana berikut: لا ع ب ر ة ب قو ل ال م ن ج م ي ن. ف لا ي ج ب ع ل ي ه م الص و م ب ح س ا ب ه م و لا ع لى م ن و ث ق ب ق و ل ه م ل ا ن الش ار ع ع ل ق الص و م ع ل ى أ م ار ة ث اب ت ة لا ت ت غ ي ر أ ب د ا و ه ي ر ؤ ي ة ال ه لا ل أ و إ آ م ال ال ع د ة ث لا ث ي ن ي و ما 40 Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat, Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007), h Muhammad Nashirudin Al-Albani, penerjemah Imron Rosadi, Mukhtashar Shahih Muslim, jil. 1 ( Jakarta: Pustaka Azzam), h. 419.

41 Artinya: Tidak perlu diperhatikan perkataan ahli astronomi. Maka tidak wajib bagi mereka berpuasa berdasarkan hisabnya, dan juga bagi orang yang mempercayai perkataannya, karena pembuat syari ah (Allah) mengkaitkan (menggantungkan) puasa pada tanda yang tetap dan tidak berubah sama sekali, yaitu ru yatul hilal atau menyempurnakan bilangan tiga puluh hari. 42 Empat Imam madzhab yang bersepakat menentukan awal Ramadhan dan Syawal dengan cara rukyatul hilal ialah Syafii, Hambali, Hanafi dan Maliki. Dari beberapa nash dan kesepakatan empat imam madzhab diatas menjelaskan bahwa penentuan waktu atau awal bulan yang berhubungan dengan ibadah seperti Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah berdasarkan pada hilal. Yaitu dengan cara melihat hilal (rukyatul hilal) setelah terbenam matahari pada hari ke 29 atau dengan istikmal, yaitu menyempurnakan bilangan bulan tersebut menjadi 30 hari bilamana rukyat tidak berhasil dilakukan. C. Perkembangan Hisab Rukyat Indonesia 1. Sejarah Hisab dan Rukyat di Indonesia Selama pertengahan pertama abad kedua puluh, peringkat kajian Islam yang paling tinggi termasuk kajian hisab rukyat hanya dapat dicapai di Mekkah, yang kemudian diganti di Kairo. Karena di sana Islam berkembang dan banyaknya para alim ulama dan ilmuwan. Banyak orang yang ingin mengkaji Islam lebih dalam berbondong bondong datang ke sana, tidak 42 Abdur Rahman Al-Jazari, Al-Fiqh Alal Mazahibil Arba ah, jilid 1 (Beirut: Dar Ihya Atturats Al-Araby), h. 551.

42 terkecuali para alim ulama atau ilmuwan Indonesia. Pantas pemikiran hisab rukyat di Jazirah Arab sangat berpengaruh dalam pemikiran hisab rukyat di Indonesia. Seperti Muhammad Manshur al-batawi yang mengarang kitab Sullamun Nayyirain, ternyata secara historis merupakan hasil dari rihlah ilmiyyah yang beliau lakukan selama di Jazirah Arab. Sumber jadwal yang dipakai berasal dari Ulugh Beik. Begitu pula beberapa kitab hisab rukyat yang berkembang di Indonesia. Dan banyak kitab di Indonesia merupakan hasil cangkokan kitab karya Ulama Mesir yakni Al-Mathla al Saids ala Rasdi Al- Jadid. 43 Sebelum kedatangan agama Islam, di Indonesia telah tumbuh perhitungan tahun menurut kalender Jawa Hindu atau tahun Saka yang dimulai pada hari Sabtu, 14 Maret 78 M. Namun sejak tahun 1043 H /1633 M yang ketepatan 1555 tahun Saka, tahun Saka diasimilasikan dengan Hijriyah, kalau mulanya tahun Saka berdasarkan peredaran matahari, oleh Sultan Agung diubah menjadi tahun Hijriyah, yakni berdasarkan peredaran bulan, sedangkan tahunnya tetap meneruskan tahun Saka tersebut. 44 Sehingga jelas bahwa sejak zaman berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, umat Islam sudah terlibat dalam pemikiran Hisab Rukyat, 43 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, ( Jakarta: Erlangga, 2007), h Muhammad Wardan, Hisab Urfi dan Hakiki (Yogyakarta: Siaran, 1957), h.12.

43 hal ini ditandai dengan adanya penggunaan kalender Hijriyah sebagai kalender resmi. Penanggalan Hijriyah atau penanggalan Islam digunakan di Indonesia sebagai penanggalan resmi semenjak berkuasanya kerajaan-kerajaan Islam 45. Hal ini menunjukan berkembangnya hisab dan rukyah sebagai metode penentuan awal bulan Qamariyah di Indonesia. Dengan datangnya penjajahan Belanda penanggalan Masehi mulai diterapkan dalam kegiatan-kegiatan Administrasi Pemerintahan dan dijadikan sebagai penanggalan resmi. Namun umat Islam tetap mempergunakan penanggalan Hijriyyah terutama di daerah-daerah kerajaan Islam. Belanda membiarkan pemakaian dan penanggalan. Adapun pengaturannya diserahkan kepada para penguasa Kerajaan-Kerajaan Islam dalam mengatur hari-hari yang berhubungan dengan peribadatan, seperti tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah. Sejak abad pertengahan yang didasarkan pada sistem serta tabel matahari dan bulan yang disusun oleh astronom Sultan Ulugh Beik Asmarakandi. Ilmu Hisab ini berkembang dan tumbuh subur terutama di pondok-pondok pesantren di Jawa dan Sumatera. Kitab-kitab ilmu hisab yang dikembangkan para ahli hisab di Indonesia biasanya mabda` (epoch) dan markaznya disesuaikan dengan tempat tinggal pengarangnya. Seperti Nawawi Muhammad Yunus al-kadiri dengan karya Risalatul Qamarain dengan 45 Departemen Agama, Almanak Hisab dan Rukyat. h.22.

44 markaz Kediri. Walaupun ada juga yang tetap berpegang pada kitab asal (kitab induk) seperti al-mathla ul said fi hisaabil kawakib ala Rasydil Jadid karya Syekh Hussain Zaid al Misra dengan markaz Mesir. Dan sampai sekarang khazanah (kitab-kitab) hisab di Indonesia dapat dikatakan relative banyak apalagi banyak pakar hisab sekarang yang menerbitkan kitab falak dengan cara menanamkan kitab-kitab yang sudah lama ada di masyarakat disamping adanya kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh para pakar astronomi dalam mengolah data-data kontemporer berkaitan dengan hisab rukyat. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, maka berlakulah penanggalan Masehi di Indonesia. Setelah terbentuknya Departemen Agama pada tanggal 2 Januari 1946, maka diberikan tugas-tugas pengaturan hari libur, dan termasuk juga tentang pengaturan tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah yang diberlakukan di seluruh Indonesia. Wewenang ini tercantum dalam Penetapan Pemerintah tahun 1946 No 2/ UM.7 UM.9/UM, dan dipertegas dengan Keputusan Presiden No. 25 tahun 1967 No.148/ 1968 dan No. 10 tahun Dalam prakteknya penetapan hari libur terkadang belum seragam, sebagai dampak adanya perbedaan pemahaman antara beberapa pemahaman yang ada dalam wacana hisab rukyat Penentuan Awal Bulan Qamariyah 46 Departemen Agama, Almanak Hisab dan Rukyat. h.22.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf - Bulan bercahaya dan Matahari bersinar -> QS. Nūḥ (71): 16 dan QS. al-furqān (25): 61; - Akan tiba suatu masa di mana Bulan tidak lagi bercahaya dan Matahari

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanggalan Islam atau yang lebih dikenal bulan qamariyah merupakan penanggalan yang digunakan oleh umat Islam pada khususnya untuk menentukan pergantian bulan

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an 10-06-2017 15 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an Al-Bukhari 4632, 4633, 4637, 4638, 4639 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 20-06-2017 25 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Adab Bersilaturrahmi Al-Bukhari 5524-5526, 5528, 5532 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 26-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Qodho Puasa Yang Ditinggalkan Bukhari 310, 1814, 1815 Muslim 508 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa 05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 04-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Buat Orang Yang Berpergian Al-Bukhari 1805, 1806, 1807, 1808, 1810 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis

Lebih terperinci

UNTUK KALANGAN SENDIRI

UNTUK KALANGAN SENDIRI SHALAT GERHANA A. Pengertian Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf (الخسوف) dan jugakusuf (الكسوف) sekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Mengabulkan DO A Hamba-Nya Janji ALLAH عز وجل untuk Mengabulkan DO A Hamba-Nya Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 186 رحمو هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M Janji Allah Untuk Mengabulkan Do'a Hamba-Nya Tafsir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan,

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan, Syawal, ataupun Zulhijah, akhir-akhir ini sering meruncing perbedannya yang berakibat sering berbedanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM 15 MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi ul Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar 14-06-2017 19 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar Al-Bukhari 1876-1880, 1884 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 03-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kesalahan Besar Di Bulan Ramadhan Al-Bukhari 1799-1801 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 13-06-2017 18 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Itikaf Al-Bukhari 1885-1890 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di www.warungustad.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polemik yang terjadi di Indonesia seputar masalah penetuan awal puasa dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan, bahkan termuat dalam undang-undang pendidikan nasional, karena pendidikan agama mutlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama fitrah bagi manusia dan agama yang mencakup semua urusan dan perkara di atas muka bumi ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penentuan awal bulan Qamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. shalat dan puasa. Namun ada juga yang berdampak secara sosial, seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajarkan cara ibadahnya dengan berbagai cara, ada ibadah yang berdampak secara personal atau individual, seperti shalat

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJUdul Hilal dan Imka>n Rukyah Perbedaan dalam hisab rukyah serta implikasinya telah banyak menyita pikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. interaksi yang bernilai

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 31-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Membatalkan Puasa Al-Bukhari 1797, 1800, 1815 Tirmidzi 652-653 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan atau makna yang tersirat di dalam suatu nash. Mulai dari ibadah yang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan atau makna yang tersirat di dalam suatu nash. Mulai dari ibadah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Islam, pelaksanaan ibadah-ibadah yang disyariatkan telah diatur sedemikian detailnya, hanya dibutuhkan pemahaman dalam mencari kandungan atau makna

Lebih terperinci

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

HADITS TENTANG RASUL ALLAH HADITS TENTANG RASUL ALLAH 1. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA RASULALLAH ح دث ني ي ون س ب ن ع ب د الا ع ل ى أ خ ب ر اب ن و ه ب ق ال : و أ خ ب ر ني ع م ر و أ ن أ اب ي ون س ح دث ه ع ن أ بي ه ر ي ر ة ع ن ر س ول

Lebih terperinci

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M Qawa id Fiqhiyah ال ع د ل ف ال ع ب اد ات م ن أ ك ب م ق اص د الش ار ع Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat Publication: 1436 H_2014 M ال ع د ل ف ال ع ب اد ا ت م ن أ ك ب م ق اص

Lebih terperinci

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) 36 PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 5 Tahun 2005 Tentang PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) Majelis Ulama Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu keunikan dalam peribadatan Islam yang mungkin saja berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam Islam itu sangat terkait dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM KONSEP MATLA FI WILAYATIL HUKMI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM KONSEP MATLA FI WILAYATIL HUKMI BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM KONSEP MATLA FI WILAYATIL HUKMI A. Analisis Metode Hisab Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Bulan Qamariyah Dalam Konsep Matla fi Wilayatil

Lebih terperinci

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan oleh banyak orang Islam, beberapa diantaranya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan oleh banyak orang Islam, beberapa diantaranya adalah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan spiritual setiap orang seringkali mengalami pasang surut, ada kalanya mengalami kehampaan sehingga timbul hasrat ingin mengisi kekosongan qalbunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diperoleh melalui jalur sekolah dan luar sekolah, salah satu jalur pendidikan luar sekolah adalah keluarga. Keluarga merupakan penanggung jawab pertama

Lebih terperinci

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA

STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA STUDI KOMPARASI TENTANG PENARIKAN HIBAH DALAM PASAL 212 KHI DAN PASAL 1688 KUH PERDATA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]: BAB IV KONSEP SAKIT A. Ayat-ayat al-qur`an 1. QS. Al-Baqarah [2]: 155 156...و ب ش ر الص اب ر ين ال ذ ين إ ذ ا أ ص اب ت ه م م ص يب ة ق ال وا إ ن ا ل ل و و إ ن ا إ ل ي و ر اج عون. "...Dan sampaikanlah kabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat dewasa ini, memungkinkan siapapun dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : ARIF HIDAYANTO 0806010018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu materi yang tertuang dalam mata pelajaran fiqih adalah shalat. Shalat sebagai salah satu ibadah maghdah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Salat

Lebih terperinci

PUASA DI BULAN RAJAB

PUASA DI BULAN RAJAB PUASA DI BULAN RAJAB الصوم ف شهر رجب ] إندوني [ Indonesia - Indonesian - Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid مد صالح املنجد Penterjemah: www.islamqa.info Pengaturan: www.islamhouse.com رمجة: موقع الا سلام

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH Pertanyaan Dari: H. Mufti Muhammadi, muftimuhammadi@yahoo.co.id, SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun (Disidangkan pada hari

Lebih terperinci

DAKWAH USTAD WIJAYANTO PADA ACARA CERITA HATI KOMPAS TV

DAKWAH USTAD WIJAYANTO PADA ACARA CERITA HATI KOMPAS TV DAKWAH USTAD WIJAYANTO PADA ACARA CERITA HATI KOMPAS TV SKRIPSI Oleh: FAHRIZA 1201311238 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2017M/1438H DAKWAH USTAD WIJAYANTO PADA ACARA CERITA HATI KOMPAS

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 16-06-2017 21 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kewajiban Zakat Fitrah Al-Bukhari 1407-1413 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI POKOK HUKUM NEWTON MELALUI MODEL INQUIRY LEARNING KELAS X DI MAN DEMAK TAHUN AJARAN 2009/ 2010 SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 24-06-2017 29 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Syawal Muslim 1984, Abu Dawud 2071 Tirmidzi 676, 692 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA. (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA. (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara) SKRIPSI Dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya mempunyai aktivitas yang pada dasarnya kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa terhadap adat

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi. Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi. اقتباس المشاركة: 81532 من الموضوع: Allah Berkompetisi mencintai adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - IBADAH KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi Syariah dan Rukun Islam Menganalisis fungsi masing-masing unsur dari Rukun Islam bagi kehidupan umat Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA 12 Pluralisme, Liberalisme, DAN Sekularisme Agama FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam

Lebih terperinci

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN TESIS Oleh: FADLIYANUR NIM. 1202520950 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA

Lebih terperinci

Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal

Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal Keutamaan Puasa Enam Hari dibulan Syawal ( باللغة الا ندونيسية ( Disusun Oleh: Hafiz Firdaus Abdullah Murajaah : Eko Haryanto Abu Ziyad صوم الست من شوال إعداد: حافظ فردوس عبد االله مراجعة: إيكو هارينتو

Lebih terperinci

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

Oleh : Ahmad Abdillah NPM: PETUNJUK-PETUNJUK RASULULLAH SAW TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MASA KINI (Kajian terhadap Kitab al-hady an-nabawiy fi Tarbiyah al-aula d fi Ḍaui al-kita b wa as-sunnah)

Lebih terperinci

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب 7 Aliran yang menolak sunah/hadis rasul Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya di Jakarta pada Tanggal 16 Ramadhan 1403 H. bertepatan dengan tanggal 27 Juni 1983 M., setelah : Memperhatikan

Lebih terperinci

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam

Lebih terperinci

(Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali)

(Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali) NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AMTSAL NUR KAJIAN ATAS QS. AN-NUR AYAT 35 (Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim

Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim Hukum Menyekolahkan Anak di Sekolah Non-Muslim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendapatkan pertanyaan dari majalah SuaraAisyiyah berkenaan dengan hukum menyekolahkan anak di sekolah

Lebih terperinci

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA DZIKIR PAGI DAN PETANG dan Penjelasan Maknanya ع ن ا ب ه ر ي ر ة ق ال : ك ان ر س ول ال ه ص ل ال ه ع ل ي ه و س ل م ي ع ل م ا ص ح اب ه ي ق ول : ا ذ ا ا ص ب ح ا ح د

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: TRILOGI - AQIDAH KOMPETENSI DASAR: Menganalisis trilogi ajaran Islam dan kedudukan aqidah dalam agama Islam Menganalisis unsur-unsur dan fungsi aqidah bagi kehidupan manusia (umat Islam) INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Program Studi Muamalah (Syariah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah al-qur an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril, sebagai kitab suci bagi umat Islam yang berisi pedoman

Lebih terperinci

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kamis, 27 Oktober 2005 17:17:15 WIB Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Para ulama telah sepakat bahwa puasa wajib atas seorang mus-lim yang berakal, baligh, sehat,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD QUTHB SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MODERN

PERBANDINGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD QUTHB SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MODERN PERBANDINGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD QUTHB SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM MODERN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH

BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH BAB III PENYESUAIAN KALENDER SAKA DENGAN KALENDER HIJRIYAH DAN APLIKASINYA DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIYAH A. Penyesuaian Antara Kalender Saka Dengan Kalender Hijriyah Penyesuaian antara kalender

Lebih terperinci

Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2010), Cet. II, hlm Ibadah..., hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih

Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2010), Cet. II, hlm Ibadah..., hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menjadikan shalat sebagai media untuk membina dan meluruskan orang mukmin setelah sebelumnya Dia memberikan kepada manusia segala macam ciptaannya

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PERAN IBU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : Rizki Setiyanawati

Lebih terperinci

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA? APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA? Publication : 1436 H_2015 M Apa Pedomanmu dalam Beribadah Kepada Allah Ta'ala? Disalin dari Majalah as-sunnah Ed.05 Thn.XIX_1436H/2015M e-book ini didownload

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN

CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN CARA PRAKTIS UNTUK MENGHAFAL AL-QUR AN Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad r. Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah

Lebih terperinci

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS IV DI MIN 4 KOTA BANJARMASIN

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS IV DI MIN 4 KOTA BANJARMASIN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS IV DI MIN 4 KOTA BANJARMASIN OLEH DEWI FITRIANI NAVIRI NIM. 1201291032 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ANTASARI BANJARMASIN 2017 M/1438 H i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna, karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Allah memberi sebuah kelebihan dengan memberi

Lebih terperinci

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR حفظه هللا Ustadz Abu Ismail Muslim al-atsari Publication 1436 H/ 2015 M MENZHALIMI RAKYAT TERMASUK DOSA BESAR Sumber: Majalah As-Sunnah, No.08 Thn.XVIII_1436H/2014M

Lebih terperinci

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Editor: Edi Candra, Lc. M.E.I. Sumber: Fiqh Islami wa Adillatuhu Tatawwu' adalah upaya pendekatan diri kepada Allah Ta'ala

Lebih terperinci

Syarah Istighfar dan Taubat

Syarah Istighfar dan Taubat Syarah Istighfar dan Taubat Publication : 1438 H_2017 M SYARAH ISTIGHFAR DAN TAUBAT Disalin dari: Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id

Lebih terperinci

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan bagian penting dalam mempertahankan keberlangsungan hidup agama Islam, tidak mungkin Islam dapat bertahan di tengah masyarakat bila tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH PUSAT DOWNLOAD E-BOOK ISLAM www.ibnumajjah.wordpress.com TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH Oleh: رحمه اهلل Imam Ibnu Katsir Download > 350 ebook Islam, Gratis!!! kunjungi. www.ibnumajjah.wordpress.com Kunjungi

Lebih terperinci

PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H

PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H PENENTUAN AWAL RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1432 H PENGAJIAN RAMADAN 1432 H PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA, 5-7 RAMADAN 1432 H/ 5-7 AGUSTUS 2011 M Oleh: OMAN FATHUROHMAN SW. KONSEP AWAL BULAN

Lebih terperinci

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

HADITS TENTANG RASUL ALLAH HADITS TENTANG RASUL ALLAH 1. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA RASULALLAH ح د ث ي ن ي ون س ب ن ع ب ي د ا ل ع ل ى أ خ ب ر ن اب ن و ه ب ق ال : و أ خ ب ر ي ن ع م ر و أ ن أ ب ي ون س ح د ث ه ع ن أ ي ب ه ر ي ر ة ع ن

Lebih terperinci

Materi Halaqah Tarbawiyah Tamhidi TAFSIR SURAT AL-IKHLAS. Oleh: Abdul Aziz Abdul Wahid, Lc.

Materi Halaqah Tarbawiyah Tamhidi TAFSIR SURAT AL-IKHLAS. Oleh: Abdul Aziz Abdul Wahid, Lc. Materi Halaqah Tarbawiyah Tamhidi TAFSIR SURAT AL-IKHLAS Oleh: Abdul Aziz Abdul Wahid, Lc. QS. AL-IKHLAS 1-4 Tahsin Tilawah Tarjamah lafzhiyah T a f s i r ق ل ى و الل و أ ح د )1( الل و الص م د )2( ل م

Lebih terperinci

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH OLEH : DR. HJ. ISNAWATI RAIS, MA RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA (RSIJ) CEMPAKA PUTIH FISIKA SELASA, DEPARTMENT 14 FEBRUARI 2012 State Islamic

Lebih terperinci

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014 MeNCiNTai A H L U B A I T هللا ىلص NABI حفظو هللا Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Publication: 1436 H_2014 M هللا ىلص Mencintai AHLUL BAIT Rasulullah Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA Disalin dari Majalah

Lebih terperinci

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif Publication : 1436 H, 2015 M Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah Oleh : Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abd. Lathif

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci