AKAR KETERPURUKAN INDONESIA Sritua Arief/ Adi Sasono Editor: Achmad Rofi ie 1. PROSES PEMBANGUNAN YANG PINCANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKAR KETERPURUKAN INDONESIA Sritua Arief/ Adi Sasono Editor: Achmad Rofi ie 1. PROSES PEMBANGUNAN YANG PINCANG"

Transkripsi

1 AKAR KETERPURUKAN INDONESIA Sritua Arief/ Adi Sasono Editor: Achmad Rofi ie 1. PROSES PEMBANGUNAN YANG PINCANG Dinamika pembangunan ekonomi Indonesia selama ini, telah menghasilkan pertumbuhan tinggi untuk sekelompok kecil orang, kemiskinan untuk banyak orang, dan ketergantungan untuk seluruh masyarakat. Pertumbuhan tinggi yang dinikmati sekelompok kecil orang tersebut merupakan pertumbuhan dengan ketergantungan yang sangat kental. Di sisi lain, kemiskinan yang diderita banyak orang merupakan produk dan ketergantungan, diikuti proses pertukaran yang sama sekali tidak adil dan pencangkokan sistem produksi asing, diiringi model hubungan sosial yang menyingkirkan mereka dan sistem produksi yang bertahun-tahun telah mereka lakukan untuk mencari nafkah. Proses tersingkirnya banyak orang dan sistem produksi tersebut diperparah lagi dengan penerapan sistem produksi baru yang tidak pro-buruh. Sistem baru ini bersifat padat modal dan merupakan hasil pengembangan teknologi untuk menggantikan peran buruh. Pada dasarnya proses substitusi yang dilakukan untuk mengurangi komponen buruh dalam sistem produksi merupakan sistem sosial negara maju yang tidak memiliki surplus tenaga kerja di sektor pertanian tempat proses transformasi mulai digerakkan. Proses industrialisasi dengan dinamika sistem produksi seperti ini, dan dalam konteks tidak adanya surplus tenaga kerja di sektor pertanian, bukan hanya menimbulkan naiknya produktiviias per pekerja di sektor pertanian, tetapi juga naiknya produktivitas per pekerja di sektor industri dan non-pertanian secara keseluruhan. Proses transformasi tersebut telah mengakibatkan penyerahan secara bulat-bulat penentuan alokasi berbagai sumber daya pada kekuatan pasar atau invisible hand, sehingga proses transformasi telah mengakibatkan biaya sosial yang sangat tinggi. Pelaksanaan proses industrialisasi dengan sistem produksi yang tidak pro-buruh, sementara terdapat surplus tenaga kerja yang berlimpah, ditambah adanya berbagai kelemahan struktural dalam sistem sosial, jelas bukan alternatif yang tepat untuk membangun masyarakat. Sebaliknya, proses ini akan mengganggu keseimbangan yang ada dalam industri rakyat, bahkan telah menghancurkannya secara cepat. Dalam hubungan ini, menarik untuk disimak pendapat Profesor Joan Robinson, ekonom Inggris, yang pada tahun belakangan ini telah tampil memperkuat barisan pemikir ekonomi pembangunan yang berpijak atas realitas sosial yang ada di negara Dunia Ketiga. Joan Robinson mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: "Bagi negara Dunia Ketiga, upaya kemiskinan melalui proses industrialisasi berdasarkan pola Barat adalah pilihan yang sama sekali salah. Betul bahwa negara Dunia Ketiga membutuhkan akumulasi surplus tetapi hendaknya mengarahkan akumulasi yang diinginkan dalam bentuk yang sesuai dengan situasi mereka sendiri. Pemikiran Robinson yang juga merupakan pemikiran para ekonom strukturalis dan Dunia Ketiga secara prinsip menolak tegas faham neoklasik, namun proses industrialisasi di Indonesia ternyata masih menuruti dengan setia ajaran Barat yang terbukti telah menyesatkan perjalanan

2 pembangunan. Kita menyaksikan secara kasat mata, proses industrialisasi di Indonesia merupakan proses berdasarkan pola Barat yang sama sekali tidak berlandaskan realitas sosial yang ada di Indonesia. Akibatnya, Indonesia telah terperangkap dalam situasi keterasingan dan kehidupan rakyatnya, baik ditinjau dan sisi penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan hidup mereka yang kian sulit, maupun dari segi penyebaran ketrampilan yang dapat menimbulkan mobilitas sosial. Dalam proses pembinaan dan perluasan enklaf baru di Indonesia tersebut, pembangunan Indonesia pada hakekatnya adalah proses ekonomi lanjutan dari proses yang sudah dirintis oleh pemerintahan kolonial Belanda melalui pelaksanaan tanam paksa (cultuurstelsel) dan pengerahan modal swasta Belanda dan asing lainnya di sektor perkebunan komoditi primer dan pertambangan yang merupakan bentuk enklaf semasa penjajahan Belanda. Ironisnya, pada tahap penjajahan lanjutan" ini justru dipelopori dan dimantapkan oleh bangsa tndonesia sendiri. Karenanya, sejarah ekonomi Indonesia sampai saat ini dapat dikatakan sebagai sejarah pertumbuhan sektor enklaf, bukan sejarah pertumbuhan ekonomi massa rakyat. Berbagai strategi dan rangkaian kebijaksanaan ekonomi yang dirumuskan dan diterapkan justru makin memperkuat keseluruhan sektor enklaf tersebut. Karena seluruh sektor enklai berorientasi ke luar negeri, baik ditinjau dan sudut input maupun permintaan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka sebagian besar proyek pembangunan dikonsentrasikan ke sektor enklaf ini. Selain itu, kebutuhan untuk menumbuhkan sektor enklaf tersebut ditempuh dengan cara pembiayaan asing, baik secara langsung maupun berupa pinjaman luar negeri, untuk membiayai infrastruktur guna memudahkan dan menopang pertumbuhan sektor-sektor tersebut. Walhasil, fenomena pembangunan Indonesia tidak ubahnya seperti yang dialaml oleh negaranegara Amerika Latin, yaitu: 1. Disparitas pendapaian antara sektor modern (padat modal) dan pertanian (padat karya) semakin lebar. Ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan pun semakin parah bersamaan dengan tersisihnya sebagian besan rakyat dari proses pembangunan. 2. Karena sistem produksi di sektor enklaf dijadikan leading sectors dan bersifat padat modal, maka surplus tenaga kerja yang terdapat di sektor pertanian tradisional tidak dapat ditampung secara signifikan di sekior modern, terlebih lagi diperparah dengan deretan kemaiian berbagai industri rakyat. 3. Porsi nilai tambah sektor peftanian dalam produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto yang kemudian menurun tidak dapat dikatakan sebagai pertanda berlangsungnya transformasi dalam struktur ekonomi, karena situasi tersebut tidak diikuti dengan mobilitas sosial para pekerja yang ditampung di sektor industri. Mereka padi hakekatnya ditampung dalam pasar tenaga kerja sekunder, yaitu pasar tenaga kerja dengan upah rendah, ketrampilan rendah dan prospek karier yang tidak jelas. Hal ini sejajar dengan salah satu motif masuknya modal asing ke Indonesia, yaitu memperoleh buruh murah 4. Peranan pembiayaan luar negeri, baik berupa modal asing untuk tujuan investasi langsung maupun pinjaman luar negeri, bertujuan menutupi foreign exchange gap yang didasarkan pada two gap model yang disodorkan beberapa ekonom Barat. Dalam hal ini seluruh modal luar negeri berfungsi membiayai surplus impor dalam perkiraan sedang berjalan (current account) dan neraca pembayaran. Dalam situasi peranan tersebut, Indonesia telah membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pihak asing untuk melaksanakan operasi

3 monopoly price, yaitu penentuan harga secara sepihak sehingga defisit dalam perkiraan sedang bejalan dan neraca pembayaran berlangsung terus-rnenerus yang mengakibatkan perlunya Indonesia unluk rnenambah hutang secara terus menerus pula. 5. Dalam periode 1970-I977 saja, setiap US$ 1 modal asing yang masuk untuk tujuan investasi langsung ternyata telah diikuii dengan US$ 2.71 yang keluar, berupa keuntungan yang diangkut dan lndonesia. Saat ini perhitungan arus keluar menjadi jauh berlipat-ganda sehingga membuat neraca pembayaran negara Indonesia benar-benar tidak berdaya. 6. Nilai pinjaman luar negeri bersih secara terus-menerus telah menurun kemampuannya untuk membiayai impor barang dan jasa. Kemampuan impor yang diukur dengan membandingkan nilai pinjaman luar negeri bersih dengan nilai impor barang dan jasa telah turun sebesar 24 persen pada tahun I I menjadi 7% persen pada tahun Diramalkan, persetase ini akan selalu menurun tiap tahunnya sehingga Indonesia harus melakukan pinjaman luar negeri untuk membiayai surplus, sehingga Indonesia masuk dalam perangkap hutang 7. Cadangan devisa yang terkumpul ternyata bukan sepenuhnya sebagai akibat dari naiknya nilai ekspor. Kita buktikan bahwa kenaikan harga minyak ternyata tidak mampu menekan defisit neraca sedang berjalan pada saat kenaikan cadangan devisa terjadi dan juga dalam perkiraan modal pemasukan investasi bersih setelah menghitung pendapatan investasi yang ditarik keluar dari Indonesia secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa sebagian dari cadangan devisa tersebut adalah komponen hutang, yang kebanyakan terdiri dan hutang komersial sehingga cadangan devisa yang relatif tinggi sebenarnya tidak menggambarkan prestasi ekonomi dalam negeri, bahkan justru menimbulkan biaya tinggi dalam perekonomian Indonesia. Dinamika pembangunan ekonomi yang menimbulkan proses pemiskinan massa rakyat bukan karena tidak berfungsinya sistem ekonomi yang ada, tetapi justru merupakan ciri utama dari sistem ekonomi yang ada dan bekerjanya sistem tersebut. Hal ini seiring dengan pendapat Profesor Kurien mengenai pembangunan India, yakni: "Penelitian atas dinamika pembangunan ekonomi telah menunjukkan bagaimana kemiskinan telah menjadi komponen yang melembaga dalam sistem ekonomi dan bagaimana bekerjanya system tersebut, yang tidak hanya memperbesar ketidakmerataan pendapatan, tetapi juga menciptakan kepincangan baru secara terus menerus dan bahkan mempersuburnya". 2. ALIANSI PENJERUMUS Penciptaan kondisi ketergantungan dan keterbelakangan Indonesia merupakan buah karya antara peranan negara asing dan para kolaborator dalam negeri. Para kolaborator tersebut, sadar atau tidak, telah membentuk aliansi sesama mereka dalam melaksanakan pengalihan surplus ekonomi dan massa rakyat Indonesia ke pihak asing. Golongan dan kelas dalam struktur masyarakat Indonesia yang merupakan komponen dalam proses interaksi dalam sistem ekonomi Indonesia adalah: (1) pemilik tanah; (2) petani menengah dan kaya; (3) golongan miskin desa; (4) borjuasi industri domestik; (5) kapitalis dagang; (6) borjuasi kecil; (7) golongan miskin kota; (B) birokrat dan penguasa; dan (9) kapitalis asing. Di Indonesia dipercayai telah terbentuk beberapa model aliansi sebagai berikut: 1. Aliansi antara pemilik tanah, petani sedang dan kaya, kapitalis dagang, birokrat dan penguasa, dan kapitalis asing

4 Aliansi terbentuk dalam membawa dan menerapkan teknologi padat modal dan padat input (selain tenaga kerja) ke sektor pertanian tradisional. Kapitalis asing memerlukan birokrat dan penguasa untuk membuat keputusan bagi masuknya teknologi dan perlengkapannya ke sektor pertanian tradisional. Kapitalis dagang mendatangkan dan mendistribusikannya berbagai mesin, alat pertanian dan input pertanian. Pemilik tanah, petani sedang dan kaya menjadi pelaksana langsung atau tidak langsung proses produksi di sektor pertanian tradisional dengan menggunakan teknologi tersebut. 2. Aliansi antara kapitalis asing, birokrat dan penguasa, borjuasi industri domestik, kapitalis dagang, dan borjuasi kecil. Kapitalis asing memerlukan birokrat dan penguasa untuk memperoleh izin masuk mendirikan industri, baik dengan penguasaan penuh atau patungan dengan borjuasi industri domestik. Banyak kejadian, pihak kapitalis asing memerlukan oknum birokrat atau penguasa yang dekat dengan mereka duduk dalam badan usaha yang mereka dirikan di Indonesia, sehingga aliansi antara kapitalis asing dengan birokrat dan penguasa menjadi aliansi yang awet. Golongan kapitalis dagang dan borjuasi kecil yang menguasai jaringan distribusi merupakan mitra pihak kapitalis asing tersebut dalam memasarkan barang-barang yang mereka produksi. 3. Aliansi antara borjuasi industri domestik, pemilik tanah, petani sedang dan kaya, dan birokrat dan penguasa Borjuasi industri domestik berterima kasih kepada pemilik tanah, petani sedang dan kaya, dan birokrat dan penguasa atas jasa-jasa mereki menyingkirkan banyak orang dan sistem produksi di sektor pertanian tradisional. Mereka yang tersingkir menjadi proletar desa yang kemudian menjadi sumber buruh murah untuk industri di sektor modern. Sementara itu, pemilik tanah, petani sedang dan kaya dan birokrat serta penguasa adalah golongan yang menyediakan pasaran utama untuk barang-barang yang diproduksi borjuasi industri domestik tersebut. Di sini borjuasi kecil turut memegang peranan dalam distribusi. 4. Aliansi antara kapitalis asing, pemilik tanah, petani sedang dan kaya, dan birokrat dan penguasa Kapitalis asing juga berterima kasih kepada pemilik tanah, petani sedang dan kaya, dan birokrat dan penguasa atas jasa mereka dalam melahirkan golongan proletariat desa sebagai sumber buruh murah. Selain itu, golongan ini pulalah yang menjadi pembeli utama barang-barang produksi mereka. 5. Aliansi antara borjuasi industri domestik, kapitalis dagang, borjuasi kecil, dan birokrat dan penguasa Borjuasi industri domestik memerlukan kapitalis dagang untuk memasarkan barangbarang mereka. Banyak kejadian borjuasi industri domestik tersebut adalah juga golongan kapitalis dagang yang semula bergerak dalam bidang impor. Borjuasi kecil yang terdiri dari pedagang antara juga turut menjadi pihak yang melakukan kegiatan distribusi, baik sebagai agen kapitalis dagang maupun secara lepas. Banyak birokrat dan penguasa selain membantu perizinan dan fasilitas juga menjadi peserta dalam unit industri yang dikuasai oleh borjuasi industri domestik sehingga masa aliansi mereka menjadi panjang.

5 6. Aliansi antara birokrat dan penguasa dengan kapitalis dagang, dan borjuasi industri domestik Para birokrat dan penguasa banyak memperoleh manfaat ekonomi, sebagai akibat dan berbagai transaksi dalam proses, ekonomi yang harus diraksanakan melalui pemerintah. Manfaat ekonomi yang berbentuk modal yang terkumpul telah mendorong mereka menggalang kerjasama dengan pihak kapitalis dagang dan borjuasi industri domestik untuk memutarkan modal yang terkumpul tersebut dalam bentuk berbagai usaha. Karena itulah kemudian muncul kelas birokrat-pengusaha dan penguasa pengusaha. Dalam melakukan aliansi tersebut, para birokrat dan penguasa, baik secara terbuka atau tersembunyi, memilih mitra yang pada umumnya terdiri dari pengusaha dari golongan nonpribumi sehingga apa yang populer di Indonesia dengan istilah percukongan menjadi tumbuh subur dan meluas kemana-mana. Situasi aliansi dengan pelayanan yang relatif lebih baik terhadap golongan non-pribumi oleh birokrat dan penguasa dipercayai telah menempatkan golongan ini pada posisi yang jauh lebih baik di keseluruhan sektor swasta dalam sektor modern, seperti industri, perdagangan, impor-ekspor, jasa keuangan, pengangkutan dan konstruksi. Fenomena ini sekaligus mencerminkan bahwa kedudukan dan kesempatan yang diberikan pemerintah kolonial Belanda pada zaman penjajahan dahulu secara lebih luas mereka nikmati kembali sesudah Indonesia merdeka, justru pada saat golongan pribumi memegang kekuasaan polilik. Semeniara golongan non-pribumi, sadar atau tidak, telah ditempatkan oleh pihak penguasa dalam posisi yang rawan. Mereka telah menjadi elit minoritas dalam mayoritas masyarakat miskin, sehingga mereka akan menjadi sasaran utama jika timbul kerusuhan sosial sebagai akibat kemelaratan rakyat. Dalam kaitan ini, golongan non-pribumi mudah menjadi korban dan suatu social fabic yang dibuat oleh penguasa sebagai actor Pembangunan. Karenanya jika seringkali didengungkan kritik yang menganjurkan agar kekuasaan ekonomi di sektor swasta harus diusahakan berada di tangan golongan pribumi dengan proses yang wajar, tanpa mengganggu upaya dan keuletan golongan non-pribumi, maka pada dasarnya upaya tersebut juga sekaligus untuk "melindungi" golongan non-pribumi dari serbuan amuk massa. Kedua golongan tersebut akan "menyatu" dalam gerak dinamika pembangunan. 3. DISTORSI KEHIDUPAN EKONOMI Hadirnya birokrat dan penguasa sebagai komponen dalam berbagai aliansi telah mendorong kehidupan ekonomi yang mengandung distorsi. Dipercayai, distorsi ini akan mengganggu kewajaran yang bersifat destruktif terhadap keseluruhan sistem ekonomi dan prosesnya. Dalam kaitan ini Sritua Arief mengemukakan: "Berbarengan dengan proses pertumbuhan ekonomi yang bersifat sektor "modern sentris" dan "kota sentris" maka proses pertumbuhan juga diwarnai oleh pola tingkah laku penguasa dan keseluruhan birokrasi pemerintah yang tidak wajar sehingga menimbulkan distorsi dalam proses ekonomi. Distorsi dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penghisapan parasitis atas sumber-sumber nasional oleh pihak-pihak dan pusat kekuasaan dan keseluruhan birokrasi pemeriniah dan perusahaan negara. Penghisapan tersebut mengakibatkan beban nasional yang berat yang harus ditanggung oleh massa rakyat. Pergeseran pendapatan yang anti-sosial yang terjadi sebagai akibat penghisapan

6 parasitis sumber nasional oleh kelompok orang dalam pemerintahan dan perusahaan Negara dipercayai telah turut menjadi salah satu penyebab utama kenaikan berbagai barang yang diperlukan rakyat. 2. Proses monopolisasi kesempatan dan fasilitas yang dilakukan oleh kelompok pengusaha swasta berkolaborasi dengan orang-orang dan pusat kekuasaan dari birokrasi pemerinlah. Fenomena ini kemudian menimbulkan pula pemberian berbagai dispensasi dan perlakuan istimewa bagi perusahaan yang terbentuk dari hasil kolaborasi tersebut, sehingga kompetisi menjadi tidak sehat. Inilah biang keladi dari proses akumulasi manfaat ekonomi yang hanya jatuh pada segelintir orang saja. 3. Berbagai keputusan teknokratis yang rasional untuk kepentingan ekonomi nasional seringkaii tidak menjadi kenyataan, karena dalam praktek bermain suatu proses yang secara efektif dapat menimbulkan berbagai penyimpangan. Peristiwa pembangunan seperti ini menciptakan situasi chaotiq yaitu kepentingan ekonomi nasional sudah diputuskan dengan apa yang sebenarnya terjadi. 4. Sebagai akibat dari manajemen ekonomi yang chaotic tersebut maka skala prioritas dalam penjurusan investasi dalam situasi keterbatasan dana investasi menjadi tidak menentu, apalagi kalau kita gunakan aspek kesempatan kerja dan suatu investasi yang telah dijalankan sebagai ukuran. Efek destruktif yang ditimbulkan oleh pola tingkah laku golongan birokrat dan penguasa tidak pernah secara serius dikemukakan dalam laporan Bank Dunia maupun IMF, karena kedua badan tersebut mungkin merasa bahwa pembeberan masalah dan melakukan tekanan untuk mengoreksinya akan mengganggu keseimbangan dalam aliansi yang ada. Terlebih lagi jika aliansi tersebut sudah memberikan manfaat kepada kaum kapitalis asing, yang secara langsung atau tidak, merupakan golongan yang mendukung eksistensi dan kelanjutan operasi kedua badan tersebut. 4. STRATEGI ALTERNATIF Proses ekonomi Indonesia dapat juga diterangkan dengan model sirkuit yang diperkenalkan oleh Kurien. Model ini membagi sistem ekonomi dalam dua sistem, yaitu Sistem Ekonomi Kebutuhan (Need-Based Economy) dan Sistem Ekonomi Kemauan (Want-Based Economy). Interaksi sistem ini membentuk inti proses ekonomi di sebagian besar negara Dunia Ketiga yang telah menyebabkan keterbelakangan dan kemiskinan sebagian besar penduduk. Sistem ekonomi kebutuhan adalah sistem ekonomi pedalaman dengan ciri utama, yaitu proses ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Pada permulaan sejarah perkembangannya, sistem ekonomi kebutuhan bergerak mengikuti dinamikanya sendiri. Surplus yang diperoleh tidak digunakan untuk mengakumulasi surplus yang lebih banyak pada periode produksi berikutnya. Surplus yang diperoleh, yang umumnya sebagian besar pada awalnya jatuh ke kelas penguasa feodal sebagai akibat penguasaan tanah dan pembayaran upeti, digunakan untuk membiayai kelompok di sekitar kelas penguasa feodal, membiayai produksi barang mewah untuk keperluan kelas penguasa feodal dan membiayai pembinaan serta pemeliharaan harta tidak produktif seperti monumen dan istana. Satu-satunya harta produktif yang dibiayai surplus adalah sistem irigasi perdesaan. Karena seluruh penggunaan surplus mengandung proses padat karya maka surplus yang diperoleh kelas penguasa feodal beralih ke massa rakyat.

7 Secara meluas telah diketahui bahwa proses pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak pemerintahan pasca 1966 pada hakekatnya bersifat pertumbuhan dengan ketergantungan, diiringi dengan proses pemiskinan massal, mengandung implikasi bagi perlunya strategi alternatif untuk memutar proses yang berlangsung menuju ke jenis pertumbuhan yang otonom. Strategi dimaksud hendaknya diselenggarakan berdasarkan realitas sosial yang ada, sehingga proses penyingkiran massa rakyat dan sistem produksi tidak terjadi dan bersamaan dengannya proses akumulasi yang berjalan tidak akan mengalihkan begitu banyak surplus ekonomi ke luar negeri. Strategi alternatif tersebut akan langsung menunjukkan perhatian pada akar persoalan, yaitu struktur ekonomi itu sendiri, proses bekerjanya struktur ekonomi dan struktur sosial serta proses interaksi sosial yang mengiringinya sehingga strategi alternatif akan menjadi strategi pilihan untuk melaksanakan transformasi sosial, karena inilah esensi dan pembangunan ekonomi. Strategi alternatif tidak anti pertumbuhan, tetapi anti kepada pertumbuhan yang didasarkan pada prioritas yang salah. Strategi alternatif harus memberikan prioritas utama untuk menaikkan dan mendinamiskan permintaan efektif di dalam negeri dan bukan permintaan efektif pihak luar negeri. Strategi alternatif tidak anti hubungan ekonomi dengan luar negeri, tetapi anti kepada hubungan yang membelenggu, dengan ketergantungan karena sifat hubungan seperti ini dalam jangka panjang akan menimbulkan pengaruh negatif pada kehidupan sosial ekonomi yang tidak baik kepada sernua pihak. Kebudayaan dunia harus menuju pada tata hubungan yang adil antara bangsa-bangsa. Setiap bangsa mempunyai dignity kalau kebudayaan dunia ingin disebut sebagai sualu civilization. Setiap negara, utamanya negara maju yang saat ini mempunyai posisi lebih baik dalam tata hubungan ekonomi internasional, harus concerned terhaciap kemiskinan negara Dunia Ketiga. Negara maju harus aktif, langsung atau tidak langsung, dalam melakukan koreksi terhadap proses eksploitasi massa rakyat di negara Dunia Ketiga sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam masyarakat dunia. Persoalan pokok yang harus segera ditanggulangi adalah bagaimana melaksanakan perubahan struktur kemasyarakatan, menyangkut aspek politik, ekonomi dan sosial-budaya, dalam suatu proses pembangunan, yang memberikan landasan bagi proses pembangunan alternatif. Tanpa perubahan mendasar, kehendak pemerataan dan keswadayaan sebagai alternatif terhadap pembangunan yang bergantung kepada luar negeri untuk pertumbuhan ekonomi hanya akan berwujud pernyataan dan langkah sporadic yang tidak membawa perubahan sebenarnya. Berbagai kekuatan riil, ekonomi dan poliiik, akan menyabot setiap usaha yang mengubah status quo, yang dimungkinkan oleh budaya feodal sebagian masyarakat, ketika mereka menikmati kedudukan dan kekuasaan selama ini. Atau mereka akan mengubah bentuk dan upaya pemerataan dan keswadayaan hanya sampai batas tertentu, sekedar sebagai program kosmetik. Selanjutnya proses perkembangan ekonomi Indonesia akan dipertahankan pada posisi yang pada hakekatnya kepanjangan dan ekspansi kapitalisme internasional yang dimotori perusahaan asing dan dikemudikan dari berbagai pusat metropolis. Tujuan ekspansi kapitalis ini jelas untuk melanggengkan pertumbuhan dan mencari ruang hidup baru guna mempertahankan dan meningkatkan taraf dan gaya hidup masyarakat yang sudah afiluent.

8 Orientasi kepada pemerataan dan keswadayaan dari sebuah kebijaksanaan ekonomi nasional yang harus diwujudkan sebagai alternatif, mengandung pengertian tentang arah dan ukuran keberhasilan. Pengertian itu sendiri sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Hal ini tersimpul dalam Undang-Undang Dasar Pembukaan UUD 45 menyatakan antara lain:... kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa... " Bab-bab di dalam UUD 45 juga mengandung amanat untuk memberi hak dan pekerjaan serta kehidupan yang layak bagi kemanusiaan; model perekonomian yang berasas usaha bersama dan kekeluargaan; bumi dan air serta kekayaan alam digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara. 5. KEMBALIKAN KEDAULATAN RAKYAT Persoalan yang lebih fundamental adalah menyangkut ketentuan UUD' 45 yang menyatakan bahwa kedaulatan terletak di tangan rakyat. Ketika pemerintahan yang semi otoriter diciptakan, demi pembangunan, kita memiliki struktur kekuasaan tertentu warisan kolonial. Didalamnya terdapat kelompok tertentu yang lebih kuat, demi alasan ekonomi, sistem nilai masyarakat atau alasan historis yang selalu dikedepankan. Berhadapan dengan kelompok elit tersebut, lapisan masyarakat yang lebih luas, namun kurang pendidikan dan miskin, tidak memiliki kekuasaan untuk mengubah nasibnya. Maka yang berkembang adalah justru yang sudah kuat karena mereka mendapatkan segala fasilitas dari pemerintah, mereka dekat dengan kekuasaan. Masalah ekonomi kaum miskin pada akhirnya mutlak tergantung pada struktur kekuasaan. Sementara itu, dalam proses kehidupan negara pada dasawarsa 7O-an, peran serta rakyat dalam proses pengambilan keputusan politik tampak melemah, pada saat yang sama perananannya dalam proses ekonomi makin mengecil. Kue nasional memang membesar tapi pengelolaan dan pemilikannya memusat. Ekspansi aparat pemerintah dan birokrasi telah menjalar ke segala bidang. Rakyat seolah kehilangan prakarsa dan keativitas, menjadi terlalu terguntung pada pemerintah, mengharapkan segala sesuatu dari atas. Anggaran pemerintah menjadi makin besar karena berkembangnya berbagai tuntutan baru. Masalah lain yang timbul adalah kemampuan birokrasi pemerintah itu sendiri, memikul beban tertalu berat dan berkembang terlalu besar dan cepat. Sementara itu kekuatan control masyarakat sudah semakin lemah. Korupsi telah melembaga dan membudaya. Persoalan lanjutan yang dapat disimpulkan adalah bahwa orientasi kepada pendekatan alternatif, ke arah pemerataan dan keswadayaan, mempunyai dimensi majemuk dalam implementasinya yang perlu didalami secara seksama. Pertama, hal ini bukan masalah ekonomi yang bersifat otonom. Ini menyangkut penataan kembali pranata sosial-ekonomi dimasyarakat. Membutuhkan prasyarat politik untuk dapat menyelenggarakannya. Elit primer menguasai kendali pemerintahan, dan elit sekunder yang mendukungnya telah tersandera oleh gaya hidup mewah. Karenanya mereka akan selalu berusaha dengan segala cara untuk memelihara keadaan status quo. Kedua, hal ini menyangkut hubungan antar-negara, baik dalam kaitan ekonomi maupun politik. sebagai alternatif dan sesuatu yang sudah mapan, yang selama ini dipandang memberikan

9 keuntungan politis dan ekonomis kepada negara atau kelompok negara, atau kepada suatu kelompok kepentingan ekonomi multinasional, maka penyelenggaraannya tentulah tidak mudah dan sederhana. Ketiga, sebagai persoalan strategi pembangunan, maka orientasi kepada femerataan dan keswadayaan, memerlukan perencanaan yang bersifat khas bagi setiap negara. Artinya, tidak ada suatu model pembangunan yang dapat berlaku umum bagi setiap Negara berkembang. 6. PENUTUP Harapan dan keberhasilan bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan reformasi struktural dalam proses pembangunan masyarakat di masa mendatang, akan bergantung pada dua upaya pokok, yaitu: 1. Kemampuan seluruh masyarakat untuk menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan yang mampu melawan hambatan dan belenggu struktural dari kekuasaan ekonomi dan politik yang ada. 2. Kemampuan seluruh masyarakat untuk menumbuhkan sikap budaya dan semangat kemanusiaan, yang dapat mengatasi arus materialisme dan konsumerisme, yang secara nyata makin menggejala dalam pergaulan sehari-hari. Akhirnya perlulah kita renungkan kembali bahwa pembangunan tidak semata-mata membutuhkan stabilitas, tetapi juga membutuhkan iklim bebas yang menumbuhkan kreativitas. Pembangunan membutuhkan modal, ilmu dan teknologi, tetapi lebih utama lagi adalah pembangunan membutuhkan idealisme dan patriotism sebagai landasan utamanya. Referensi: Samir Amin. Unqual Development. Monthly Review Press, New York, USA, Sritua Arief dan Adi Sasono. Indonesia: Ketergantungan dan Keterbelakangan. Lembaga Studi Pembangunan, Jakarta, Indonesia Theotonio Dos Santos. The Crisis of Development Theory and the Problem of Dependence in latin America, dalam Henry Bernstein (ed.), underdevelopment anda Development: The Third World Today. Penguin, Hammondsworth, UK, Lihat juga: Theotonio Dos Santos. the Structure of Dependence. The American Economic Review, Vol. 64, May Sumber: Buku Panduan Partai Merdeka MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

Pendekatan Historis Struktural

Pendekatan Historis Struktural Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga

Lebih terperinci

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN Slamet Widodo Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

Neraca Pembayaran, Hutang Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

Neraca Pembayaran, Hutang Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi Neraca Pembayaran, Hutang Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi By : Sylvia O. P Ginandjar Studi Ekonomi Negara Berkembang Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Komputer

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan

Teori Ketergantungan Teori Ketergantungan Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat di negara-negara berkembang yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan

Teori Ketergantungan Teori Ketergantungan Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan yang terdapat di negara-negara berkembang yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur perekonomian dunia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat bangsa tersebut.

I. PENDAHULUAN. untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat bangsa tersebut. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tahapan proses yang mutlak dilakukan oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan

Lebih terperinci

Tugas Resume Hubungan Industrial

Tugas Resume Hubungan Industrial A. Sistem Ekonomi Sosialis Tugas Resume Hubungan Industrial Sosialis adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni

Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. By Dewi Triwahyuni Sebuah Pendekatan dalam Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang By Dewi Triwahyuni Jika Teori Modernisasi cenderung menjadikan negara2 maju/industri sebagai model pembangunan, sebaliknya teori dependensia

Lebih terperinci

Teori Struktural. Marxist (1) Teori Struktural. Marxist (2) Raul Prebisch. Teori Dependensi: Pendahulunya (1)

Teori Struktural. Marxist (1) Teori Struktural. Marxist (2) Raul Prebisch. Teori Dependensi: Pendahulunya (1) Marxist (1) Teori Struktural Disusun Oleh: Rino A Nugroho, S.Sos, M.T.I rinoan@gmail.com Ver 1.0 Updated 171006 Marx berpendapat bahwa pembangunan memiliki 3 tingkatan, yi: 1.Ancient/primitive communism,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh karena itu Indonesia harus giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Tujuan utama pembangunan adalah tercapainya

Lebih terperinci

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tugas-tugas pada posisinya tersebut. Apabila kita berbicara tentang tugas-tugas BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagai sebuah mekanisme yang terus berfungsi, masyarakat harus membagi anggotanya dalam posisi sosial yang menyebabkan mereka harus melaksanakan tugas-tugas pada posisinya tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI Hampir semua negara bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi hanya menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan, namun perlu dipahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

Bahan Kuliah Ekonomi Pembangunan Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP

Bahan Kuliah Ekonomi Pembangunan Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP NEGARA BERKEMBANG DAN UPAYA PEMBANGUNANNYA Dosen Pengampu: Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id dan syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Ciri Negara

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA

PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA PEMIKIRAN EKONOMI PANCASILA Disusun oleh NAMA : HAMDANI DHARMA YUNA RIMOSAN NIM : 11.11.4844 Kelompok : c JURUSAN : S1-teknik informatika DOSEN : drs. Tahajudin soedibyo STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA Suatu sistem ekonomi mencakup nilai nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma norma, peraturanperaturan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI BARU Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Teori Dependensi Baru Teori ini

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Masyarakat dunia pada

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Digantung

Teori Ketergantungan Digantung Teori Ketergantungan Digantung Arief Budiman * SAYA diundang ke Korea Selatan untuk mengikuti sebuah konperensi internasional, yang bertema Masalah Ketergantungan dalam Pembangunan Korea: Sebuah Perspektif

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ). BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan, sisanya 35% jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia mencapai sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah *

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah * Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah * Farchan Bulkin 1. Gejala kelas menengah dan sektor swasta tidak bisa dipahami dan dianalisa tanpa pemahaman dan analisa kapitalisme. Pada mulanya, dewasa ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total (pertumbuhan ekonomi) di suatu negara dengan memperhitungkan adanya pertambahan jumlah penduduk,

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA TUGAS MAKALAH KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA Oleh : IRFAN NUR DIANSYAH (121116014) PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2011 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah*

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah* Nomor 15, Januari - 2008 Redaksi: Edi Cahyono, Maxim Napitupulu, Maulana Mahendra, Muhammad Husni Thamrin, Hemasari Dharmabumi Diterbitkan oleh: Yayasan Penebar penebar e-news terbit sebagai media pertukaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara:

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akumulasi utang luar negeri adalah suatu gejala umum negaranegara dunia ketiga pada tingkat perkembangan ekonomi dimana kesediaan tabungan dalam negeri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya

Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya lembaga ekonomi yang menjadi perwujudan atau realisasi

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH

SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH DEFINISI Sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

Ekonomi Kerakyatan dan Subversi Neokolonialisme

Ekonomi Kerakyatan dan Subversi Neokolonialisme Ekonomi Kerakyatan dan Subversi Neokolonialisme Ekonomi Kolonial Kolonialisme Soal jajahan adalah soal rugi atau untung; soal ini bukanlah soal kesopanan atau soal kewajiban; soal ini ialah soal mencari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan

Lebih terperinci

TEORI KETERGANTUNGAN DALAM KAJIAN GEOGRAFI. Nurhadi Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta INTISARI

TEORI KETERGANTUNGAN DALAM KAJIAN GEOGRAFI. Nurhadi Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta INTISARI TEORI KETERGANTUNGAN DALAM KAJIAN GEOGRAFI Nurhadi Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta INTISARI Banyak teori yang dapat dipakai sebgai acuan dalam pembangunan disuatu wilayah/ negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang erekonomian Jawa Barat 10 tahun pasca krisis ekonomi 1997 menunjukkan suatu pertumbuhan yang cukup menakjubkan. Proses recovery akibat krisis yang berkepanjangan tampaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA FAKTOR INTERNAL (DOMESTIK) FAKTOR EKTERNAL (GLOBAL) kondisi fisik (termasuk iklim) Lokasi geografi Jumlah dan kualitas SDM Jumlah dan Kualitas SDA Kondisi awal

Lebih terperinci

BAB 9: SOSIOLOGI MODERNISASI. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI. e. Kemakmuran masyarakat luas

BAB 9: SOSIOLOGI MODERNISASI.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI. e. Kemakmuran masyarakat luas 1. Makna modernisasi di bidang ekonomi a. Penggunaan sistem ekonomi liberal seperti negara-negara Eropa b. Proses industrialisasi yang dapat menggantikan sistem ekonomi pertanian c. Pelaksanaan sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep dan definisi Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: 06Fakultas Ekonomi & Bisnis Membahas Konsep Sistem Ekonomi dan Implementasi Sistem Ekonomi di Indonesia Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen Apa Pengertian Sistem?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI STRATEGI PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh : Dhani Kurniawan*) Abstraksi Pembangunan merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan secara terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Kapitalisme atau Sosialisme Pelajaran dari Dua Korea

Kapitalisme atau Sosialisme Pelajaran dari Dua Korea Kapitalisme atau Sosialisme Pelajaran dari Dua Korea Arief Budiman * KOREA Selatan dan Korea Utara merupakan dua negara yang sangat menarik untuk diperbandingkan. Beberapa data ekonomi yang dapat kita

Lebih terperinci

DEPENDENCY THEORY (TEORI KETERGANTUNGAN)

DEPENDENCY THEORY (TEORI KETERGANTUNGAN) DEPENDENCY THEORY (TEORI KETERGANTUNGAN) Tokoh: Theotonio Dos Santos Raul Prebisch Paul Baran Andre Gunder Frank Apa itu Ketergantungan Ketergantungan adalah keadaan di mana kehidupan ekonomi negara tertentu

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual. Masyarakat seperti ini akan tercapai dengan dihapuskannya

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual. Masyarakat seperti ini akan tercapai dengan dihapuskannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara memiliki arah dan strategi untuk senantiasa mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara merata, baik materiil maupun spiritual. Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Pembangunan PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Pengantar Ekonomi Pembangunan PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI Pengantar Ekonomi Pembangunan PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-5 z Pengertian, Unsur, dan Fungsi Perencanaan z Perlunya

Lebih terperinci