1. KARAKTERISTIK IKLIM TROPIS LEMBAB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. KARAKTERISTIK IKLIM TROPIS LEMBAB"

Transkripsi

1 1. KARAKTERISTIK IKLIM TROPIS LEMBAB Karakteristik umum iklim tropis lembab adalah memiliki temperatur yang tinggi, temperatur dan kelembaban rata-rata harian relatif konstan, dan range ratarata temperatur bulanan adalah sekitar 1-3ºC. Kelembaban dan curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun. Relative humidity berkisar sekitar 90 %. Kondisi angin tergantung pada jarak dari laut dan bisa bervariasi sepanjang tahun. Langit hampir setiap saat berawan (Givoni,1998). DESKRIPSI IKLIM SURABAYA Kota Surabaya termasuk ke dalam iklim tropis lembab. Terletak di antara Lintang Selatan sampai dengan Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m di atas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian m di atas permukaan air laut. Batas wilayah Surabaya: Berdasarkan data iklim Surabaya tahun 2005 dapat dianalisa bagaimana kondisi iklim di Kota Surabaya. Kecenderungan temperature tahunan di iklim tropis adalah rata. Sama seperti karakteristik iklim tropis pada umumnya, temperatur tiap bulannya tidak mengalami fluktuasi yang besar, dengan nilai diurnal 12.5 C. Nilai yang kecil bila dibandingkan dengan di iklim yang lain. Pada Bulan Agustus, nilai rata-rata temperaturnya adalah yang paling dingin dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain dalam satu tahun, yaitu 26.8 C. Sedangkan Bulan Oktober dan November tercatat sebagai bulan yang paling panas dalam satu tahun, dengan suhu 28.9 C. Dari sini dapat dilihat bahwa Bulan Agustus adalah bulan terdingin, dan Bulan November adalah bulan terpanas. Sedangkan kecenderungan kelembaban dalam satu tahun tidak jauh beda dengan temperatur, yaitu rata, tidak mengalami fluktuasi yang berarti. Hal ini terutama dilihat dari kelembaban rata-rata tiap bulan dalam satu tahun. Rata-rata kelembaban tertinggi adalah di Bulan Maret, yaitu 83%, sedangkan rata-rata kelembaban terendah adalah di Bulan Oktober, yaitu 73.3%. Yang terlihat memiliki fluktuasi yang sedikit lebih besar adalah pada grafik kelembaban minimum, di mana kelembaban terendah terdapat pada Bulan November, yaitu 31%. Sedangkan pada 1

2 kelembaban maksimum, yang memiliki nilai paling tinggi adalah di Bulan April yang mencapai 100%. Kondisi angin tahunan bila dilihat dari kecepatan rata-rata tiap bulan dalam satu tahun, cenderung cukup rata terutama pada Bulan Januari sampai Maret hanya berkisar di antara 3.05 sampai 3.2 m/s. Memasuki Bulan Mei kecepatan angin bertambah dan mencapai puncaknya pada Bulan Juni, yaitu 5.45 m/s. Sedangkan kecepatan rata-rata angin yang paling rendah adalah pada Bulan November, yaitu sebesar 2.2 m/s. Sedangkan bila diperhatikan pada grafik kecepatan angin maksimum, terdapat fluktuasi yang besar dari kecepatan angin tiap Bulannya kecuali Bulan Oktober sampai Desember. Lama penyinaran matahari di iklim tropis adalah sepanjang hari, meskipun terdapat bulan-bulan tertentu yang lama penyinaran mataharinya sedikit terganggu dengan adanya awan, yaitu terjadi di Bulan Desember dan Januari, dengan angka 42.8% dan 45%. Sedangkan durasi penyinaran matahari yang paling lama adalah pada Bulan Agustus dan September, yaitu 95.7% dan 93.8%. Jadi bisa dipastikan bahwa pada Bulan Agustus dan September kondisi langit sangat cerah, hanya sedikit sekali awan yang menutupi. Sementara itu, hujan terjadi hampir sepanjang tahun di iklim tropis. Setiap bulan di tahun 2005 terjadi hujan. Hanya 4 bulan dalam satu tahun yang memiliki curah hujan sedikit, yaitu Bulan Agustus sampai November. Curah hujan yang paling sedikit ada pada Bulan Agustus dengan nilai 4.5 mm. Sementara pada bulan-bulan yang lain memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan yang paling tinggi ada pada Bulan Desember dengan nilai 393 mm. Dari deskripsi kondisi iklim di Kota Surabaya tersebut, dapat dianalisa mana yang merupakan potensi dan mana yang menjadi masalah, supaya dapat ditentukan mana yang bisa digunakan dan mana yang harus dihindari. Sehingga dalam perancangan yang tanggap terhadap iklim, bisa dicari penyelesaiannya dalam mencari kondisi nyaman di dalam bangunan. 2

3 2. KONSEP PERANCANGAN YANG BERADAPTASI DENGAN IKLIM ASPEK IKLIM ASPEK ARSITEKTUR TAPAK RADIASI MATAHARI Lereng di sisi selatan dan utara lebih disukai daripada sisi timur dan barat karena kecilnya radiasi. Orientasi kemiringan akan menimbulkan perbedaan. Sisi barat dan timur akan memiliki radiasi yang lebih banyak terutama pada pagi dan sore hari. Sisi sebelah utara akan lebih disukai karena menerima radiasi lebih sedikit. Tetapi orientasi bentuk lahan ini tidak terlalu berarti jika lahannya datar. Selain itu, pada bangunan tinggi hal ini juga tidak terlalu berarti karena ketinggian bangunan akan lebih tinggi daripada ketinggian lahan, sehingga bagaimanapun juga bangunan akan mendapatkan radiasi sinar matahari kecuali pada lantai dasar. Vegetasi pada tapak dapat memberi pembayangan dan mengurangi panas yang didapat. Tanaman, semak-semak, dan pohon menyerap radiasi pada proses fotosintesis. Pengaturan lebar dan orientasi jalan bisa mengontrol radiasi sinar matahari. Rasio lebar jalan dan ketinggian bangunan menentukan altitude di mana jalannya sinar matahari bisa dipotong. Bisa juga digunakan untuk meminimalkan panas yang diterima. Ruang yang terbuka juga memasukkan banyak terang langit ke dalam bangunan. Untuk di daerah tropis, jarak tempat berjalan minimum dan area terbayangi lebih disukai. Selain itu permukaan lahan juga akan memantulkan terang langit, sehingga paving yang keras harus diminimalkan dan harus memiliki permukaan yang kasar. 3

4 STRUKTUR / PERANGKAAN Reflektivitas atau emisivitas radiasi akan mempengaruhi panas yang dilepaskan bila u-value material rendah. Pada iklim tropis, core sebaiknya diletakkan pada sisi timur dan barat bangunan. Perlidungan seharusnya berada pada seluruh sisi yang terekspos matahari, pada atap dan sisi barat timur. Semakin besar perbandingan keliling dan luas bangunan, maka semakin besar pula panas radiasi yang diterima dan semakin besar panas yang dilepaskan pada malam hari. Efek radiasi yang kuat pada sisi timur barat harus membentuk bangunan ramping memanjang. Bentuk yang optimum adalah 1:1.7. Tapi sampai 1:3 pada sisi barat timur masih bisa diterima. PERSUNGKUP AN Bentuk atap bisa digunakan sebagai sumber pencahayaan alami pada bangunan. Jika bukaan tidak terbayangi, maka akan mempengaruhi panas radiasi yang didapatkan Posisi bukaan mempengaruhi distribusi cahaya pada ruang dalam sebagaimana dia mempengaruhi refleksi pada ruang dalam. Sosoran yang lebar lebih disukai bila memotong radiasi matahari. Jendela yang tinggi menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung dan difus. Jendela yang rendah memungkinkan tanah memantulkan cahaya. Elemen-elemen seperti louvre, dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari matahari. 4

5 Penggunaan kaca akan mengontrol solar radiasi. Pembayangan, vertical dan horizontal akan mengontrol panas radiasi yang didapat. Light shelves akan membawa banyak cahaya ke dalam ruangan, yang akan dipotong oleh pembayangan horisontal. ESTETIKA Pemecah matahari penting karena radiasi yang kuat biasanya pada sisi timur dan barat. Dinding utara juga mendapat radiasi yang besar pada musim panas daripada sisi selatan. Pembayangan terhadap sinar matahari esensial untuk semua dinding kaca yang menghadap matahari. Sejumlah konfigurasi pasif bisa digunakan tergantung pada orientasi fasade bangunan. Titik berat desain berubah dari dinding ke atap. Atap dobel yang berventilasi lebih disukai, atap lebih atas berfungsi sebagai pelindung matahari. Harus berinsulasi dan memantulkan sinar matahari. Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut dapat mencegah radiasi sinar matahari. Karakteristik permukaan mempengaruhi transmisi panas di dalam bangunan. Warna permukaannya akan mempengaruhi nilai pemantulan dan panas yang diserap. Dalam hal ini tekstur yang kasar pada permukaan akan meningkatkan area reradiasi. Sedangkan permukaan datar yang halus akan lebih reflektif dan meminimalkan panas yang diterima. Warna yang cerah juga memiliki sifat memantulkan, sedangkan warna yang gelap lebih bersifat menyerap. Warna cerah yang memantulkan dalam rentang pastel adalah yang terbaik, untuk menghindari silau di dalam dan luar bangunan. 5

6 ASPEK IKLIM ASPEK ARSITEKTUR ANGIN Pada iklim tropis lembab, perhatian utama adalah memaksimalkan pergerakan udara, jadi bangunan harus diletakkan pada sisi windward di mana kecepatan udara lebih tinggi. Lokasi dekat dengan arah angin menerima lebih banyak pergerakan udara. TAPAK Vegetasi dapat menambah dan mengurangi kecepatan angin, atau mengarahkan angin ke dalam bangunan. Vegetasi juga bisa memaksimalkan angin dan meningkatkan tingkat kelembaban. Pohon yang membayangi seharusnya memiliki cabang yang tinggi supaya tidak mengganggu aliran angin. Vegetasi yang rendah harus dijauhkan dari rumah supaya tidak menghalangi jalannya udara. Aksen seharusnya berada pada bangunan yang terpisah untuk menghadirkan pergerakan udara. Lingkungan yang terbayangi menjadi pertimbangan yang penting. Karakter susunan kota seharusnya longgar dan tersebar 6

7 Ruang terbuka yang luas akan menyebabkan udara dapat bergerak bebas. Pola susunan area terbangun bisa meningkatkan, mengurangi, dan memodifikasi kecepatan angin. Bangunan seharusnya tidak berdempet satu sama lain supaya setiap unit bangunan mendapatkan aliran udara. Jalan dan ruang terbuka seharusnya diorientasikan sesuai dengan pola angin. Ruang terbuka bisa digunakan untuk memaksimalkan aliran udara di dalam kompleks bangunan. Bangunan seharusnya menempatkan sisi terpanjangnya tegak lurus dengan arah angin 7

8 STRUKTUR / PERANGKAAN Udara yang masuk ke struktur bangunan dari menyeberangi halaman rumput yang terbayangi lebih disukai karena udara yang dirasakan relative lebih segar. Tipe bangunan yang baik untuk di daerah tropis adalah individual, lebih baik lagi bila terangkat dan memanjang bebas dengan kerapatan yang renggang. Tipe bangunan seperti ini menguntungkan karena udara bisa dengan bebas mengalir masuk ke dalam bangunan melalui setiap sisinya. Pada iklim tropis lembab, perhatian utama pada bentuk denah adalah untuk memaksimalkan pergerakan udara. Penangkap angin juga bisa digunakan. Tetapi penangkap angin hanya efektif bila digunakan pada angin yang kuat dan dingin Sedangkan untuk penempatan lobby lift, tangga dan toilet seharusnya memperhatikan ventilasi natural dan view keluar. PERSUNGKUP AN Bukaan bangunan yang menghubungkan area bertekanan tinggi dengan area bertekanan rendah akan menyebabkan ventilasi alami yang efektif. Jalan udara di dalam bangunan adalah penting. Denah bisa disusun menjadi elemen-elemen terpisah, karena 75% waktu kondisi outdoor mendekati nyaman, jika terbayangi. Lantai dasar pada iklim tropis sebaiknya terbuka dengan lingkungan luar dan terventilasi secara alami. Pada iklim tropis, perhatian utamanya adalah menciptakan ruang yang berangin. Untuk ini tidak diperlukan meminimalkan rasio luas permukaan dan volume. Bentuk atap dan bentuk sosorannya bisa mempengaruhi pola pergerakan udara. Sosoran dan kemiringan atap seharusnya setinggi mungkin. Hal ini akan menghasilkan perbedaan tekanan yang maksimum dan memaksimalkan aliran udara. Ventilasi di sisi ruangan bisa berfungsi sebagai sekop angin diletakkan di pojok fasade akan menangkap angin. Bisa digunakan bila kecepatan angin tinggi. 8

9 Bukaan pada level yang lebih tinggi, menambah aliran udara, dikenal sebagai stack effect. Untuk daerah tropis, bukaan harus lebar untuk memfasilitasi masuknya udara. Ketinggian bukaan harus menimbulkan distribusi udara yang baik bagi tubuh manusia. Partisi seharusnya tidak diletakkan di dekat jendela karena akan merubah dan mengacaukan arah aliran angin. Elemen-elemen seperti louvre, dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara. Untuk menghasilkan distribusi yang baik dari aliran udara di dalam bangunan, arah angin dan arah inlet-outlet seharusnya tidak sama. Seharusnya antara 45º tegak lurus arah angin. Kasa akan mengontrol masuknya serangga dan mengurangi kecepatan angin di dalam bangunan. Dinding luar juga bisa dirancang untuk interaktif dengan lingkungan, dengan bagian-bagian yang bergerak, beradaptasi tergantung pada perubahan musim dan meteorologi lokal. Posisi dinding ini bisa juga berubah tergantung pada permintaan pengguna ruang dalam. Di daerah tropis, dinding luar sebaiknya bisa memiliki bagian-bagian yang bergerak untuk mengontrol penghawaan silang, melindungi dari panas matahari, mengatur angin dan hujan. ESTETIKA Untuk meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan memodifikasi jendela itu sendiri 9

10 ASPEK IKLIM ASPEK ARSITEKTUR TEMPERATUR Tanaman, semak-semak, dan pohon mendinginkan lingkungan di sekitarnya. Efek bermanfaat yang bisa dirasakan bukan hanya mengurangi panas yang didapat, tetapi juga digunakan sebagai penghasil oksigen untuk menciptakan penjernihan udara pada lingkungan lokal. TAPAK STRUKTUR / PERANGKAA N PERSUNGKU PAN Air menyerap banyak radiasi sehingga kehadirannya dapat menghasikan pendinginan secara evaporatif. Bangunan seharusnya juga terbayangi. Hal ini dapat mendorong pergerakan udara dingin. Material konstruksi seharusnya bukan material yang menyimpan panas. Tanaman seharusnya diletakkan sebagai vertical landscaping dan halaman dalam pada bagian atas bangunan tinggi. Meminimalkan perbandingan antara keliling dan luas bangunan akan berguna untuk meminimalkan panas yang diterima. Area yang menghasilkan panas harus diberi ventilasi dan terpisah dari struktur. Menyusun bangunan dengan bukaan utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan keuntungan dalam mengurangi beban AC. Dinding seharusnya memiliki kapasitas termal yang rendah. Kapasitas panas dinding yang paling baik adalah yang memiliki termal lag yang bisa menyebabkan re-radiasi di malam hari.

11 Sedangkan material atap akan menentukan transfer panas melalui atap. Aliran panas melalui material ditentukan oleh nilai konduktan dan resistan dari material tersebut. Material yang menyimpan panas tidak disukai di iklim tropis. Atap seharusnya ringan dan mempunyai u-value yang tinggi dan kapasitas panas yang rendah. Pengaruh termal yang paling kuat muncul di sini. Insulasi termal yang baik pada kulit bangunan akan mengurangi transfer panas, baik yang berasal dari matahari maupun kehilangan hawa dingin dari dalam. ESTETIKA Warna yang digunakan adalah warna yang memiliki nilai absorbtance yang rendah dan nilai reflectance yang tinggi. Warna yang memiliki nilai seperti itu adalah warna putih dan warna-warna yang cerah. 1

12 ASPEK IKLIM ASPEK ARSITEKTUR KELEMBABAN Vegetasi juga bisa memaksimalkan angin dan meningkatkan tingkat kelembaban. penggunaan water bodies ini sebaiknya dihindari karena akan menyebabkan peningkatan kelembaban udara. TAPAK STRUKTUR / PERANGKAA N PERSUNGKU PAN Di daerah tropis lembab, karakter lahan yang baik adalah yang bisa menyerap uap air. Material lantai harus kedap air. Pada iklim tropis lembab, basement tidak berguna karena kelembaban tinggi yang konstan. Pondasi harus dilindungi dari uap air, jamur, rayap, dan serangga yang lain. Area yang menghasilkan panas dan lembab harus diberi ventilasi dan terpisah dari struktur. 2

13 3. STUDI KASUS PERANCANGAN YANG BERADAPTASI DENGAN IKLIM Salah satu bangunan yang memperhatikan iklim dalam perancangannya adalah Tjibaou Cultural Center yang terletak di New Caledonia. New Caledonia merupakkan sebuah pulau di Samudra Pasifik sekitar 1600 km sebelah timur Australia. Lokasi diatur pada tanjung yang tertutup dengan pohon palem dan pinus dengan pemisahan Teluk Magenta dari danau kecil pada sisi timur Noumea. Iklimnya adalah Oceanic Tropical, yang berarti bahwa kelembaban sepanjang tahun dengan variasi yang sedikit pada temperatur. Rata-rata suhu minimum pada musim dingin adalah 18 C, dan rata-rata suhu minimum pada musim panas adalah 28 C. Kelembaban relatif sangat tinggi yaitu sekitar 75%, dengan rata-rata bulanan maksimum 90% dan yang terendah 60%. Tidak mudah menyediakan kondisi nyaman dengan menggunakan passive design pada iklim seperti itu. Bangunan ini merupakan bangunan pusat budaya yang menggambarkan Budaya Kanak, di mana perancangannya berangkat dari simbolisme tradisi dan mitos-mitos serta memperhitungkan masalah iklim setempat. Jadi bangunan ini merupakan peleburan antara tradisi dan modern. 3

14 TAPAK ASPEK ARSITEKTUR ASPEK IKLIM selubung dikelompokkan untuk menyerupai 3 cluster desa yang terpisah. 3 kelompok selubung atau desa, diatur menyusuri sisi selatan jalan yang berkurva. Pengelompokan 3 desa tersebut antara lain: Identitas Kanak; Koleksi seni Kanak; Reception Hall. Kanak house, Bwenaado house (tempat berkumpul), Jinu House (tempat jiwa atau roh), Beretara House (tempat untuk pemujaan), Kavitara Hall (pahatan pada ambang pintu), sisia auditorium (untuk bernyanyi dan menari), Perui House (tempat pertemuan), toko oleh-oleh. Multimedia Library, Contemporary Art. Ngan Vhalik House: presentasi audiovisual, Mwa Vee House: koleksi buku dan majalah, the Komwi Hall: Ruang Pamer, the Umate House: Ruang Pamer sementara Ruang kuliah dan rapat. Malep House, Eman house: ruang kuliah, the vinimoi house: ruang cerita anak-anak, Administrasi Jalanan Kanak: Mengikuti langkah kaki manusia pertama, Tea Kanake: 5 tingkatan: Asal makhluk hidup Konsep: permukaan lahan memantulkan terang langit, sehingga paving yang keras harus diminimalkan Bangunan seharusnya tidak berdempet satu sama lain supaya setiap unit bangunan mendapatkan aliran udara. Pohon yang membayangi seharusnya memiliki cabang yang tinggi supaya tidak mengganggu aliran angin. Vegetasi yang rendah harus dijauhkan dari supaya tidak menghalangi jalannya udara Aplikasi: Piano membiarkan vegetasi asli di tapak tak tersentuh dan menyatukannya dengan rancangan, serta menyadari kekuatan matahari dan angin pada tapaknya, sehingga akhirnya memutuskan untuk 4

15 Bumi sebagai pemberi nafkah Tanah leluhur Negara roh/jiwa Kelahiran kembali Selain itu juga terdapat ruang-ruang luar: The Ape Vila outdoor Theatre: tempat untuk menari Kami Yo Outdoor Theatre: irama tarian Patung Jean Marie Tjibaou menggunakannya dan bukan merusak atau menghindarinya. Vegetasi yang dipertahankan antara lain: ubi rambat, talas, tebu, pisang, palem, pohon Kaori, pinus Norfolk, Banyan. Selain memiliki makna simbolisme, pohon-pohon tersebut juga mengandung konsep iklim. Temperatur: Tempat berjalan yang terlindungi, berbentuk seperti batang/tangkai, terbujur pada puncak tanjung untuk menghubungkan beberapa department. Tempat yang terbayangi ini menyebabkan udara yang melaluinya dan masuk ke bangunan adalah udara yang dingin, sehingga akan mengurangi panas di dalam bangunan. Simbolisme: melalui tanaman dan dua batu. Susunan tapak memiliki makna simbolisme, yaitu : terdapat 2 batu di awal dan di akhir seperti prolog dan epilog pada cerita yang melalui 5 bab atau tematic landscape: kreasi, pertanian, habitat, kematian, dan kelahiran kembali. Dari luar sudut teater, di sini batu pertama muncul dari kolam air menggambarkan gigi bulan yang jatuh ke bumi, membawa kepada kreasi Kanak. Vegetasi : Penanaman tanaman dan pusat petak irigasi di mana ubi rambat dan talas tumbuh secara tradisional. Di sekitarnya tertanam tebu dan pisang. Zona ketiga membangkitkan nenek moyang Kanak. Batu kerikil di antara palem membawa kepada lingkaran batu. Zona keempat merupakan belukar yang sakral dari roh dan kematian. Dimasuki melalui gerbang yang ditandai oleh pohon kaori dan pinus Pulau Norfolk yang menggambarkan bahwa ini adalah ruang yang tabu, dan ini memusat pada bayangan pohon Banyan yang menyimbolkan kelahiran kembali. Zone terakhir, kelahiran kembali, memuncak pada batu dengan lubang di dalamnya. 5

16 STRUKTUR/PERANGKAAN ASPEK ARSITEKTUR ASPEK IKLIM Selubung adalah fitur yang paling menonjol pada skema ini. Mereka setinggi pohon pinus di sekitarnya (hampir 30m) dan dirancang dari material lokal campuran. Meskipun mengingatkan kepada konstruksi tulang pada pondok Kanak, sangkar nya bukanlah reinterpretasi secara literal dari bangunan vernakular. Mereka jauh lebih besar daripada pondok dan terbangun dari iroko yang diikat dengan pipa dan balok stainless steel. Konsep: Denah bangunan seharusnya memantulkan pergerakan udara melalui ruang-ruang Penangkap angin juga bisa digunakan Harus berinsulasi dan memantulkan sinar matahari. Melawan angin ribut yang bisa mencapai 65 m/s dari arah manapun Aplikasi: Angin: Perkembangan struktural dan bentuk ditentukan oleh kondisi angin dan mekanisme ventilasi pasif. Perkembangan struktural dan bentuk ditentukan oleh kondisi angin dan mekanisme ventilasi pasif. 2 dinding konsentris diatur dari titik pusat. Elemen struktural pada kedua kulitnya terdiri dari kolom lengkung pada ring luar dan lurus di dalam. Mereka terikat bersama dan ditahan untuk menyediakan perlindungan angin secara keseluruhan. 6

17 Bagaimanapun juga, meskipun bentuk keseluruhannya adalah tradisional, konstruksi selubung bersandar pada inovasi. Sama dengan ketinggian struktur bangunan 10 lantai, mereka harus dibangun untuk melawan kondisi gempa. Bukan sebuah kayu biasa, iroko dipilih dengan perhitungan kekuatan dan daya tahannya; dia tidak membutuhkan perlindungan dekoratif dan dapat bertahan pada baja seperti pada pinus-pinus di sekitarnya. Pemilihan iroko untuk struktur ditentukan oleh nilai faktor penampilan tapi nilai tahan lamanya juga kritis; kelembaban, kondisi maritim, ketahanan akan rayap dan karakteristik pengeleman semua diperhitungkan. Ruang di antara cincin dan bingkai dibuktikan bekerja sebagai cerobong sebagai bagian dari strategi ventilasi alami. Kayu yang terlapisi distabilkan dan ditahan oleh elemen baja. Menghubungkan setiap baris pipa horisontal baja, bersamaan membentuk lengkungan pada interval vertikal. Terdapat pipa di antara rangka di dalam dan di luar serta penahanan silang, yang semuanya bertemu pada elemen baja yang mencapai setiap sisi rangka. Elemen baja yang bervariasi pada tiap level bersama membentuk kuda-kuda horisontal. Penguatan semacam itu penting karena selama terjadi angin ribut, selubung merupakan subyek dengan gaya yang besar. Dimensi yang bervariasi pada cladding horisontal, melebar pada atas dan bawah, dan menyempit di tengah, ditentukan oleh 7

18 studi ventilasi. Atap yang miring dirancang untuk berada di dalam dinding dalam, memungkinkan atap untuk bisa bebas dari tekanan dari pergerakan dinding dan juga menjadi ringan. Kelembaban: Puncak bingkai merenggang keluar terpotong dan tertutup oleh lempengan stainless steel untuk menghentikan merembesnya air. Dari rangka sebelah dalam digantungkan balok pipa baja di mana darinya melintang balok baja I dari atap. Ini mendukung deck baja yang membengkok di mana merupakan insulasi dan membran yang tahan air, keseluruhannya dibayangi oleh lapisan luar panel aluminium. Di bawah balok utama adalah plafon plasterboard datar. Seperti di semua tempat pada bangunan, barisan tiang yang menopang atap (colonnade) adalah dari konstruksi gabungan, menggabungkan antara kayu dan metal. Kaki baja melindungi bagian bawah iroko dari penetrasi air. Hubungan dipertimbangkan untuk memungkinkan selubung tertutupi dengan horizontal slats; cetakan baja yang dimasukkan ke dalam kolom kayu mengakomodasi kesulitan untuk balok baja diagonal. Hubungan kaki kolom kayu dengan pondasi beton dipisahkan. Radiasi Matahari: Pada panas New Caledonia, atap dobel membawa keuntungan: suhu di atas atap yang mencapai 50 derajat, di dalam atap hanya 30 derajat. Panel aluminium tidak bertemu atau overlap, seperti yang bisa dilihat pada berbagai kondisi sudut di sekitar bangunan. Tapi, mereka memberi ruang untuk pergerakan udara dan untuk memasukkan cahaya matahari melalui tampak dan kolom2 di bawahnya. Efek dari cahaya matahari ini memeriahkan bangunan. 8

19 Skema bangunannya terdapat 10 selubung, 3 ukuran berbeda : 4 yang paling kecil adalah diameter 9 meter, tinggi 18 m. 3 ukuran medium yaitu diameter 11 m dan tinggi 22 m. 3 yang paling besar adalah berdiameter 13,5 m dan tinggi 28 m. Masing-masing selubung membentuk ¾ lingkaran. Kayu terikat dengan pipa baja yang diletakkan 2,25m vertikal terpisah dengan ring internal yang lebih rendah di mana jendela bukaan diletakkan. 9

20 PERSUNGKUPAN ASPEK ARSITEKTUR ASPEK IKLIM Konsep: Mengalirkan udara, memasukkan cahaya alami. Dinding luar juga bisa dirancang untuk interaktif dengan lingkungan, dengan bagianbagian yang bergerak, beradaptasi tergantung pada perubahan musim. Bentuk utama bangunan ini adalah membangkitkan analogi tanaman dan bentuk berulang dengan penyelesaian tradisional, baik pada denah maupun potongan. Bentuk dasar selubungnya mengambil dari bentuk bangunan tradisional Kanak. Ruang utama, memiliki denah circular, yang diadakan di dalam kulit seperti elemen yang dibuat dari besi. Tinggi, berlapis dan berkurva, ini dikenal sebagai selubung. Selubung berhubungan bentuk dan visual dengan semak-semak dan pohon-pohon pinus di Pulau Norfolk, serta pondok dan permukiman Kanak. Pada versi aslinya, selubung ditempatkan pada kedua sisi kurva tempat berjalan. Aplikasi: Angin: Kondisi lingkungan di dalam ruang-ruang dilindungi dan dimodifikasi oleh selubung. Di sisi lain paviliun dengan atap datar stainless steel didukung oleh kolom dan balok iroko. selubungnya tertata dalam iroko horisontal dan paviliun dalam kaca dan louvre iroko diposisikan dan diatur untuk menghadirkan sistem ventilasi pasif. Mereka juga dirancang untuk memasukkan ventilasi alami dengan cara mengarahkan dan mempercepat angin ke dalam ruang dalam dan dengan cara mengatur stack ventilation di dalam bangunan. Lovre di dalam case bangunan terbuka dan tertutup dalam merespon kondisi angin. Beberapa bukaan menyebabkan ventilasi. 2 sisi mengarah ke angin yang kuat; satu bukaan diatur 2m di atas tanah, yang lain 0.5 m di atas tanah. Di sisi lain selubung rangkaian jendela yang bisa dibuka memungkinkan ventilasi silang. Jendela memiliki 3 posisi, terbuka, tertutup, atau setengah tertutup, dan terkontrol otomatis. Posisi bukaan tergantung pada kecepatan angin eksternal dan terbuka hanya cukup untuk mencapai kecepatan udara maksimum 1,5 m/s. Setiap selubung memiliki bukaan double-louvre

21 pada tempat yang tinggi; ketika ini terbuka, selubung bisa beroperasi sebagai cerobong, menyediakan ventilasi (melalui stack effect atau ventilasi alami) pada hari-hari di mana ventilasi silang oleh angin tidak memungkinkan. Pada hari-hari berangin, bentuk kurva dari case mengarahkan angin naik dan ke atas cerobong, mengatur tekanan negatif yang membawa udara naik ke atas cerobong dan mendorongnya melalui ruang internal dari bukaan louvre pada sisi selubung yang berseberangan. Ketika angin yang kuat dari arah yang berlawanan, cerobong bertindak sebaliknya. Jika angin ribut datang, selubung menutup. Bagian terbuka dari selubung juga menghadap kepada angin dan berfungsi sebagai sekop angin seperti cerobong untuk ventilasi alami. Dinding sebelah dalam selubung mengatur louvre di bawah bagian teratas dari plafon, dan daerah yang lebih besar dari louvre di bawahnya yang bisa disesuaikan. Terdapat lebih banyak louvre-louvre yang bisa disesuaikan di antara selubung dan pedestrian. Semua louvre yang disesuaikan ini naik dari lantai sampai 2.31 m dari atap jalan. Pada kondisi normal, dengan angin bertiup, louvre yang diatur dibiarkan terbuka (Diatur untuk mengontrol jumlah ventilasi dengan kecepatan angin yang bervariasi). Angin kemudian melewati slat dan louvre yang terluar, melalui case dan menyeberangi jalan untuk menghabiskan melalui atap patio yang berlubang. Angin yang datang ini juga bisa memventilasi kantor dan ruang pamer di bawah atap datar, jika louvre-louvre di antaranya dan patio dan yang berseberangan menghadap lagoon yang terbuka. Ketika angin sangat ringan, ventilasi alami tergantung pada konveksi. Udara hangat di selubung naik di bawah plafon miring untuk menghilang melalui louvre di atas dinding. Udara hangat yang lain naik di antara lapisan dalam dan luar selubung menolong proses ini dengan cara mengisap udara ke atas melalui louvre dan di luar selubung. Louvre yang lebih atas ini dibiarkan permanen terbuka karena mereka memainkan peran yang kritis dalam menyamakan tekanan udara internal dan eksternal selama angin ribut. Jika angin ribut bertiup dari lautan untuk menciptakan tekanan rendah di atas atap, udara secepatnya diisap keluar melalui louvre yang 1

22 di atas. Jika arah angin ribut berputar, meletakkan tekanan pada atap miring, kemudian angin juga dipaksa turun di antara 2 lapisan selubung dan melalui louver yang di atasnya DAYLIGHT: Selain angin, faktor iklim yang ingin ditampilkan pada bangunan ini adalah cahaya alami. Penggunaan kaca dan louver selain memasukkan angin juga memasukkan cahaya alami pada hampir semua ruang yang ada, sehingga cahaya buatan jarang digunakan pada bangunan ini. 2

23 3

24 ESTETIKA ASPEK ARSITEKTUR ASPEK IKLIM DAYLIGHT: Elemen dalam yang banyak digunakan pada bangunan ini antara lain jendela mati dan louvre, opaque louvre, panel kayu, dan lemari. Untuk mempercantik ruangan, maka elemen-elemen tersebut digunakan dengan penempatan yang bervariasi. Dengan bervariasi penempatan, tiap selubung disesuaikan dengan fungsinya dan bervariasi dalam transparansi untuk view dan cahaya yang masuk, cafetaria menjadi yang paling transparan dan ruang audio visual yang paling sedikit cahayanya. Konsep utama bangunan ini adalah membangkitan elemen-elemen tradisional. Piano secara konsekuen mengatur jarak dan bentuk dari kayu untuk mencapai secara presisi daya tarik dengan vegetasi di sekitarnya yang terlihat. Slat tidak lagi bujursangkar dalam potongan, tapi 6 sisi dan meruncing, dengan semua sudutnya melingkari. Faktor estetika yang tampak antara lain pada bentuknya secara keseluruhan dan pada elemen-elemen struktur dan arsitekturalnya. Elemen-elemen arsitekturalnya yaitu bentuk rangka-rangka yang menyerupai pondok Kanak. Sedangkan elemen struktural yaitu penyatuan antara material lokal yaitu iroko dan material modern yaitu baja. Dari bentuknya bisa dilihat usaha Piano dalam Pencahayaan yang dihadirkan di dalam ruangan bukan hanya sekedar menerangi 4

25 menyatukan unsur modern dan tradisional pada bangunan ini. ruangan, tetapi juga memberi efek-efek khusus. Misalnya pada salah satu ruang pamer, efek cahaya yang melalui louverlouver akan memberi efek pembayangan yaitu berupa garis-garis pada bidang lantai. Efek yang sama juga terjadi di cafetaria. Selain itu efek gelap terang juga dimainkan di sini. Di mana display ruang pamer terkena terang langit sementara koridor dibiarkan terbayangi. ANGIN: Slat di luar selubung bukan hanya untuk dekorasi; ruang dengan gap yang lebar ke bawah, menyebabkan angin melewati secara horisontal; sedangkan ruang di tengah ke atas, menangkap udara untuk membentuk cerobong di mana udara pasti naik di antara dua lapisan rangka; dan ruang lebar di atas, membantu mengisap udara naik. 5

26 6. PUSTAKA Givoni B. (1994), Climate Considerations in Building and Urban Design, Van Nostrand Reinhold, New York. Hawkes, D. dan Forster, W. (2002), Energy Efficient Buildings. Architecture, Engineering, and Environment, WW Norton, New York. Krishan, A., Baker, N., Yannas, S., Szokolay, S.V. (2000), Climate Responsive Architecture, McGraw Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Olgyay, V. (1992), Design With Climate: Bioclomatic Approach to Architectural Regionalism, Van Nostrand Reinhold, New York Yeang, K. (1994), Bioclimatic Skyscraper, Artemis London Limited, London. 6

1. KARAKTERISTIK IKLIM TROPIS

1. KARAKTERISTIK IKLIM TROPIS 1. KARAKTERISTIK IKLIM TROPIS Karakteristik umum iklim tropis adalah memiliki temperatur yang tinggi, temperatur dan kelembaban rata-rata harian relatif konstan, dan range rata-rata temperatur bulanan

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Katerina 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. Ekasiwi

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB H.1 STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB Mufidah *, Farida Murti, Benny Bintarjo DH, Hanny Chandra Pratama, Yunantyo Tri Putranto Prodi Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan running modifikasi, didapatkan beberapa temuan, diantaranya sebagai berikut

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( )

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( ) SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM (0951010016) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN. 1. Perbedaan suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan.

PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN. 1. Perbedaan suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan. PENGARUH ANGIN PADA BANGUNAN DEFINISI Angin adalah udara yang bergerak karena bagian-bagian udara didorong dari daerah bertekanan tinggi (suhu dingin) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu panas). Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di

BAB V KAJIAN TEORI Kajian Teori Penekanan Desain. Arsitektur Tropis. Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan Desain Arsitektur Tropis Arsitektur tropis dipilih sebagai tema desain pada pondok retret di Kabupaten Magelang ini karena, kondisi alam di Kab. Magelang

Lebih terperinci

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016 OP-002 KINERJA VENTILASI PADA INTERNAL BANGUNAN MELALUI PERTIMBANGAN POSISI BUKAAN YANG DIPENGARUHI OLEH PERBEDAAN ORIENTASI BANGUNAN DI LINGKUNGAN PERBUKITAN Qurratul Aini, Nanda Nadia Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Arsitektur Bioklimatik Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR Irfandi Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala ABSTRAK. Bangunan sebagai hasil perancangan arsitektur dimaksudkan untuk memberikan

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

GEOMETRIS, KANTILEVER LEBAR.

GEOMETRIS, KANTILEVER LEBAR. ARC HIT EC T U RE Lokasi rumah yang berada di tepi telaga, relatif jarang ditemukan untuk rumah tinggal di Jakarta dan sekitarnya, khususnya di Tangerang. Inilah yang menjadi keunggulan rumah karya Arsitek

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( ) SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS

Lebih terperinci

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Iklim, karakternya dan Energi Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Cuaca Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer atau planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena

Lebih terperinci

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak

ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM. Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak ASPEK PERANCANGAN KENIKMATAN FISIK BANGUNAN TERHADAP PENGARUH IKLIM Kemala Jeumpa* Bambang Hadibroto * Abstrak Perencanaan serta tata letak suatu bangunan harus disesuaikan dengan keadaan iklim sesuai

Lebih terperinci

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh : ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah

Lebih terperinci

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR :

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STADION NASIONAL BEIJING Nama : Stadion Nasional Lokasi : Area Olimpiade Hijau, Beijing, China Mulai pembangunan : 24 Desember 2003 Pembukaan : 28 Juni 2008 Permukaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pembahasan perilaku termal dan pembangkitan energi mengkonfirmasi beberapa hasil riset terdahulu. Kebaruan dari riset ini adalah dihasilkannya optimalisasi kinerja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan. KONDISI VENTILASI ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG Djumiko Abstrak Salah satu faktor pertimbangan perancangan bangunan dalam konteks hemat energi adalah pemanfaatan faktor faktor iklim seperti matahari

Lebih terperinci

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran DAFTAR ISI Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran i iii iv vii BAB I. PENDAHULUAN A. Kompetensi yang Akan Dicapai 1 B. Deskripsi Materi 2 C. Metode Pembelajaran 2 D. Kewajiban

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan Konsep dasar pada perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan Tambak Mulyo Semarang ini didasari dengan pembenahan fasilitas

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN FX Teddy Badai Samodra Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: franxatebas@yahoo.com Abstrak Aplikasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Sekolah Negeri Terpadu (SD-SMP) 46 BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.1 Konsep Bentuk dan Massa Bangunan Perletakan massa pada tapak. Bangunan proyek sekolah ini memiliki dua Entrance, yaitu dari depan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Disusun Oleh: Ignatius Christianto S SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Disusun Oleh: Ignatius Christianto S 0951010043 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANN

Lebih terperinci

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II. Bioklimatik Desain. Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut

BAB II. Bioklimatik Desain. Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut BAB II Bioklimatik Desain Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut Kenneth Yeang Bioclimatology is the study of the relationship between climate and life, particulary the effect

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS III.1 TROPIS Iklim tropis merupakan iklim yang terjadi pada daerah yang berada pada 23,5 lintang utara hingga 23,5 lintang selatan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Balai Rakyat Arti balai dari KBBI merupakan gedung. Balai rakyat merupakan gedung pertemuan untuk kegiatan warga (seperti rapat, pesta dsb). Berikut beberapa perbandingan balai

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU SAINS ARSITEKTUR II

TUGAS INDIVIDU SAINS ARSITEKTUR II TUGAS INDIVIDU SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Dosen : Heru subiyantoro ST.MT Di Susun Oleh : Kristian Rendra Wicaksono UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian : Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain. teknologi. Menurut Niomba dkk, Eco-Tech Architecture adalah sebuah

BAB V KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain. teknologi. Menurut Niomba dkk, Eco-Tech Architecture adalah sebuah BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan/Tema Desain Tema Desain : Eco-Technology Arsitektur 5.1.1 Uraian Interpretasi dan Elaborasi Teori Tema Desain 5.1.1.1 Pengertian Eco-Technology Eco-tech merupakan

Lebih terperinci

TUGAS SAINS ARSITEKTUR II

TUGAS SAINS ARSITEKTUR II TUGAS SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Disusun oleh : YOGI DEWANTARA 0951010030 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159 DAFTAR ISI LEMBARAN PENGESAHAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI. v DAFTAR TABEL. x DAFTAR GAMBAR. xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 1.2. Rumusan Masalah 5 1.3. Batasan Masalah..

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ruang hidup dan mati bergantung pada karakter enclosure dan spatial stratanya. Karakter dari enclosure dan spatial strata

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN AR-3121: SISTEM BANGUNAN & UTILITAS Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN 12 Oktober 2009 Dr. Sugeng Triyadi PENDAHULUAN Penghawaan pada bangunan berfungsi untuk mencapai kenyamanan thermal. Dipengaruhi:

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1

Lebih terperinci

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama

Lebih terperinci