Ringkasan: siapa yang harus disalahkan atas krisis kebakaran ini dan bagaimana mengatasinya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ringkasan: siapa yang harus disalahkan atas krisis kebakaran ini dan bagaimana mengatasinya"

Transkripsi

1 Briefer Greenpeace tentang Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sep 2015 Ringkasan: siapa yang harus disalahkan atas krisis kebakaran ini dan bagaimana memperbaikinya 1. Apa krisisnya? Lahan gambut Indonesia yang dibuka tengah terbakar Taman Nasional dan kawasan di bawah moratorium juga terbakar Kebakaran ini menimbulkan korban jiwa Dan merusak iklim 2. Siapa yang bertanggung jawab? Sektor perkebunan menciptakan krisis ini dengan mengeringkan lahan gambut untuk memproduksi pulp dan minyak sawit Pemerintah memberikan kawasan hutan dan lahan gambut yang rentan terbakar kepada perusahaan dan menutup mata terhadap maraknya pengrusakan secara ilegal 3. Apa solusinya dan siapa yang harus melakukannya? Mencegah lebih baik daripada mengobati Apa yang harus dilakukan perusahaan Apa yang harus dilakukan pemerintah Indonesia Apa yang harus dilakukan kawasan ASEAN secara bersama-sama Ringkasan: siapa yang harus disalahkan atas krisis kebakaran ini dan bagaimana mengatasinya Melindungi seluruh lahan gambut dan hutan hanyalah solusi jangka panjang yang kita miliki untuk menghentikan kebakaran hutan dan menghindari bencana kesehatan masyarakat dan lingkungan di masa depan. Kabut asap yang tebal dari ribuan lokasi kebakaran di Sumatera dan Kalimantan adalah bukti kegagalan pemerintah secara terus-menerus dalam memenuhi komitmennya untuk mengakhiri kerusakan hutan dan lahan gambut. Analisis Greenpeace menunjukkan bahwa tahun ini, 40% titik api di seluruh Indonesia berlokasi di lahan gambut, yang membentuk sebagian daratan negara ini. Sampai bulan April 2014, 75% peringatan bahaya kebakaran di Sumatera berasal dari lahan gambut. 1 Apabila dibiarkan dalam kondisi alaminya yang tergenang air, lahan gambut akan jarang sekali terbakar. Hutan hujan tropis yang dibiarkan alami juga 1

2 jarang sekali terbakar. Namun, dalam jangka dua dekade, pengrusakan hutan dan lahan gambut oleh sektor perkebunan telah membuat sebagian wilayah Indonesia menjadi tungku raksasa. Tanah gambut menyimpan banyak karbon. Ketika lahan gambut dibuka dan dikeringkan untuk dijadikan perkebunan, lahan tersebut akan terdegradasi dan karbon yang tersimpan di dalamnya mulai terlepas ke atmosfer sebagai emisi CO 2. Jika tanah gambut terbakar, maka api dapat membara di bawah permukaan tanah sehingga sangat sulit untuk dipadamkan. Bara bersuhu rendah ini mengeluarkan asap sekitar tiga kali lebih banyak per kilogram material yang terbakar dibandingkan kebakaran hutan bersuhu tinggi biasa. 2 Kebakaran-kebakaran ini mengancam kesehatan jutaan orang. Asap dari kebakaran lahan membunuh sekitar orang setiap tahunnya di Asia Tenggara, yang sebagian besar diakibatkan oleh masalah jantung dan paru-paru, juga menurunkan kondisi kesehatan bayi-bayi yang baru lahir. 3 Dampaknya bahkan semakin buruk selama masa El Niño berkecamuk misalnya tahun 2015, yang diperkirakan oleh Badan Meteorologi Australia menjadi bencana El Niño terburuk dalam 20 tahun terakhir akibat musim kering yang berkepanjangan di Indonesia. 4 Kebakaran hutan dan lahan gambut tahunan Indonesia adalah krisis yang ditimbulkan oleh manusia, yang dampaknya pada kesehatan tidak hanya menimpa rakyat Indonesia, namun juga negara-negara tetangga di Asia Tenggara sebagai bencana global. Beroperasi di bawah penegakan hukum yang lemah dan buruk, perusahaan perkebunan dan pelaku lainnya terus melanjutkan ekspansi mereka dengan tidak mempedulikan bahaya membuka hutan dan mengeringkan lahan gambut basah yang kaya karbon yang menjadi penyebab kebakaran-kebakaran ini. Keengganan pemerintah Indonesia untuk mempublikasikan peta konsesi yang ada, menyulitkan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas kebakaran-kebakaran tersebut atau praktik-praktik yang merusak. Kerusakan terus berlanjut meskipun ada komitmen dari banyak pedagang dan produsen besar komoditas seperti minyak sawit dan pulp di Indonesia untuk menghentikan degradasi lahan gambut dan memberlakukan kebijakan tanpa pembakaran yang ketat. Sesungguhnya, menurut laporan, banyak kebakaran terjadi di dalam konsesi perusahaan yang memiliki kebijakan nol deforestasi ini sebuah peringatan yang jelas bahwa warisan pembukaan lahan dan degradasi lahan gambut oleh sektor perkebunan butuh waktu tahunan untuk dapat diperbaiki. Pada akhirnya, kebakaran-kebakaran ini akan terus berlanjut sampai perusahaan perkebunan menghentikan deforestasi dan mulai memulihkan hutan dan lahan gambut. Para pedagang komoditi dan konsumen mereka, harus bekerja bersama-sama untuk memberlakukan larangan melakukan perdagangan dengan perusahaan yang terus merusak hutan dan lahan gambut di seluruh industri, yang dengan demikian menghilangkan insentif ekonomi dari pembukaan hutan. Perusahaan yang menggunakan, memperdagangkan dan menghasilkan komoditas Indonesia harus mendukung program besar-besaran untuk memulihkan hutan dan lahan gambut serta menghentikan kebakaran sebelum itu terjadi. Pemerintah Indonesia harus mendukung prakarsaprakarsa ini, mempublikasikan peta konsesi agar mereka yang terlibat dalam kebakaran dapat dimintai pertanggungajawabannya, serta mereformasi sektor perkebunan untuk menghentikan kerusakan serta degradasi hutan dan lahan gambut Indonesia Johnston, F., Henderson, S., Chen, Y., Randerson, J., Marlier, M., DeFries, R., Kinney, P., Bowman D & Brauer, M Estimated global mortality attributable to smoke from landscape fires. Environmental Health Perspectives 120:

3 1. Apa krisisnya? Lahan gambut Indonesia yang dibuka, tengah terbakar Tahun ini, 40% kebakaran terjadi di lahan gambut. Lebih dari tiga perempatnya terjadi di lahan gambut yang telah dibuka. Analisis pemetaan Greenpeace menunjukkan bahwa sepanjang tahun ini, 40% dari titik api di seluruh Indonesia terletak di lahan gambut, yang hanya menempati 10% luas daratan Indonesia. Sampai dengan bulan April 2014, 75% dari peringatan bahaya kebakaran di Sumatera berasal dari lahan gambut. 5 Analisis Greenpeace menunjukkan adanya kaitan yang jelas antara titik api kebakaran hutan dengan lahan gambut yang mengalami deforestasi di Sumatera dan Kalimantan. Titik api pada tahun ,4 kali lebih sering terjadi pada lahan gambut yang gundul sampai tahun 2013 dibandingkan pada lahan gambut yang masih utuh. Banyak dari lahan gambut ini akan dibuka untuk sektor perkebunan. Meskipun provinsi Riau hanya menempati 5% luas daratan Indonesia, analisis Greenpeace menemukan bahwa pada tahun 2014, Riau mencatat 40% dari semua titik api dan hampir tiga perempatnya berada di lahan gambut. Sebagian besar kebakaran tersebut terkonsentrasi hanya di beberapa kabupaten. Pada tahun , Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Pelalawan dan Siak menyumbang lebih dari setengah dari semua titik api di seluruh Indonesia. 6 Kebakaran di Riau sangat terkait dengan pengembangan bubur kertas dan kelapa sawit. Riau adalah lokasi sebagian besar sektor perkebunan di Indonesia. Riau merupakan provinsi penghasil minyak sawit terbesar di Indonesia. Di Riau juga terletak dua pabrik bubur kertas terbesar di Indonesia. Di luar Riau, konsentrasi kebakaran besar tahun ini berada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, Jambi dan Sumatera Selatan - semuanya provinsi yang memliki lanskap lahan gambut yang luas. Taman nasional dan kawasan moratorium juga terbakar Taman nasional terbakar, dan hampir sepertiga kebakaran terjadi di kawasan moratorium. Taman nasional dan daerah lain yang secara teoritis dilindungi dari pembukaan, ternyata tidak terhindar dari kebakaran. Pada bulan Juli dan Agustus 2015, kebakaran meluas di seluruh Taman Nasional Tesso Nilo Riau daerah yang menjadi habitat penting harimau telah hancur oleh perambahan ilegal termasuk pengembangan kelapa sawit. Kebakaran kini tengah berlangsung di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah - tempat perlindungan orang utan- yang terkenal di seluruh dunia. Meskipun pemerintah telah memberlakukan moratorium perijinan konsesi baru di hutan primer dan lahan gambut sejak Mei 2011, 7 kebijakan tersebut masih memiliki terlalu banyak WRI (2014) Preventing Forest Fires in Indonesia: Focus on Riau Province, Peatland, and Illegal Burning, World Resources Institute, April 3, President of the Republic of Indonesia Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Penundaan Pemberian Izin Baru Dan Penyempurnaan

4 pengecualian,tidak menerapkan sanksi tegas, dan belum diwujudkan menjadi perlindungan tambahan untuk hutan dan lahan gambut. Analisis Greenpeace mengungkapkan bahwa hampir 30% dari titik api di tahun 2014 dan di tahun ini sesungguhnya terjadi di daerah yang dimaksudkan untuk dilindungi di bawah moratorium. Dari semua titik api di kawasan moratorium, lebih dari 60%-nya berada di lahan gambut. Kebakaran ini menimbulkan korban jiwa Polusi udara yang diakibatkan kebakaran-kebakaran ini tidak hanya mengganggu kehidupan manusia, namun juga mengorbankan masyarakat yang berada di seluruh kawasan tersebut. Di Asia Tenggara, kebakaran yang berkaitan dengan deforestasi, terutama di hutan gambut, merupakan sumber utama kabut asap di wilayah tersebut. 8 Kebakaran menambah parah polusi udara perkotaan yang ada, khususnya di tahun-tahun El Niño berkecamuk dimana skala kekeringan dan jangka waktu kebakaran meningkat. 9 Asap dari kebakaran ini mengganggu kesehatan masyarakat, tidak hanya di desa-desa tetangga tetapi juga di daerah perkotaan di seluruh wilayah tersebut. Proses modelling mengaitkan rata-rata kematian per tahun di seluruh Asia Tenggara dengan kebakaran-kebakaran tersebut, terutama yang berkaitan dengan paparan jangka panjang musiman terhadap partikel asap. Perkiraan ini naik menjadi kematian untuk El Niño tahun 1997/8 10 di bawah kondisi iklim yang diperkirakan sama dengan El Niño tahun ini. 11 Dan merusak iklim Gambut adalah salah satu tempat simpanan karbon terkaya di dunia. Pembukaan dan pengeringan lahan gambut, terutama untuk sektor perkebunan menciptakan kondisi di mana api akan membara, melepaskan banyak CO2. Lahan gambut tropis terdiri dari vegetasi mati yang sebagian telah membusuk yang terakumulasi selama ribuan tahun. Oleh karena itu, lahan gambut adalah penyimpan karbon raksasa, mengunci karbon di bawah tanah dan mencegahnya terlepas ke atmosfer. Hutan hujan tropis dan lahan gambut tidak biasanya terbakar. Namun, pembukaan hutan dan pengeringan akan mengeringkan daerah-daerah ini sehingga meningkatkan kerentanan terjadinyakebakaran. Pengeringan setempat seringkali mempengaruhi seluruh lanskap gambut, bukan hanya di daerah sasaran. Pembakaran sering digunakan untuk membersihkan daerah-daerah tersebut. Tata Kelola Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut, 8 Johnston, F., Henderson, S., Chen, Y., Randerson, J., Marlier, M., DeFries, R., Kinney, P., Bowman D & Brauer, M Estimated global mortality attributable to smoke from landscape fires. Environmental Health Perspectives 120: Johnston, F., Henderson, S., Chen, Y., Randerson, J., Marlier, M., DeFries, R., Kinney, P., Bowman D & Brauer, M Estimated global mortality attributable to smoke from landscape fires. Environmental Health Perspectives 120: ; Marlier, M., DeFries, R., Voulgarakis, A., Kinney, P., Randerson, J., Shindell, D., Chen, Y. & Faluvegi, G El Niño and health risks from landscape fire emissions in Southeast Asia. Nature Climate Change 3: Johnston, F., Henderson, S., Chen, Y., Randerson, J., Marlier, M., DeFries, R., Kinney, P., Bowman D & Brauer, M Estimated global mortality attributable to smoke from landscape fires. Environmental Health Perspectives 120:

5 Ketika lahan gambut dikeringkan, karbon yang tersimpan akan terlepas, memicu proses degradasi di mana karbon itu akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Meskipun hutan tropis dan lahan gambut yang terdegradasi mungkin melepaskan karbon yang mereka simpan selama puluhan tahun, kebakaran melepaskan karbon ke atmosfer dengan cepat. Hal ini juga merusak kemampuan ekosistem untuk memulihkan diri dan mulai menyerap lebih banyak karbon lagi. Lahan gambut yang telah dikeringkan bisa membara secara perlahan, sementara vegetasi (terutama di hutan yang rusak) mudah terbakar dan kebakaran dapat menyebar dengan cepat. 12 Karena kebakaran di lahan gambut dapat menyebar jauh ke dalam tanah, kebakaran tersebut sulit dipadamkan, dan kadang-kadang bisa terus menyala selama berbulan-bulan. Mereka menghasilkan emisi gas rumah kaca yang cepat dan besar-besaran, serta kabut asap. Lahan gambut Indonesia menyimpan hampir 60GtC (selain karbon di hutan). 13 Ini sama dengan enam kali jumlah karbon yang dilepaskan oleh bahan bakar fosil setiap tahunnya. Kebakaran di Indonesia melepaskan konsentrasi gas rumah kaca yang besar ke seluruh dunia. Pemerintah Indonesia sendiri memperkirakan bahwa lebih dari 20% emisi nasional berasal hanya dari kebakaran lahan gambut saja. 14 Situasi di Indonesia semakin buruk di tahun-tahun El Niño berkecamuk, yang ditandai dengan peningkatan skala musim kering dan jangka waktu kebakaran. Diperkirakan bahwa kebakaran gambut dan vegetasi yang meluas pada El Niño tahun 1997 melepaskan antara 0,81 dan 2,57GtC, yang ternyata setara dengan 13-40% emisi karbon global dari bahan bakar fosil. Perubahan iklim global diperkirakan akan meningkatkan frekuensi terjadinya El Niño Siapa yang bertanggung jawab? Sektor perkebunan menciptakan krisis ini dengan mengeringkan lahan gambut untuk memproduksi bubur kertas dan kelapa sawit Perusahaan perkebunan telah menciptakan tungku pembakaran. Apakah perusahaan sungguh-sungguh telah menyulut api atau tidak, mereka telah menciptakan kondisi di mana kebakaran hutan dan lahan gambut tumbuh dengan subur. Kebakaran-kebakaran tersebut mungkin terjadi tanpa disengaja (misalnya disebabkan oleh petir atau kecerobohan manusia), atau mungkin dimulai secara sengaja untuk membersihkan lahan untuk penanaman atau untuk meningkatkan kesuburannya. Disengaja atau tidak disengaja, kebakaran pada lahan gambut 12 Field, R.D., van der Werf, G.R. & Shen, S.S.P Human amplification of droughtinduced biomass burning in Indonesia since Nature Geoscience doi: /NGEO Page, S.E., Rieley, J.O. & Banks, C.J Global and regional importance of the tropical peatland carbon pool. Global Change Biology 17: Secretariat RAN-GRK (2015) Hasil Kaji Ulang dan Penyusunan INDC Emisi tahun 2010:1.460MtCO 2 e total314mtco 2 e kebakaran gambut (21,5%)245MtCO 2 e dekomposisi gambut (16,8%)= 559MtCO 2 e (38,2%) total gambut\340mtco 2 e AFOLU nongambut/penggunaan lahan termasuk hutan (23,3%)= 899MtCO 2 e total penggunaan lahan (61,2%) 15 Page, S.E., Siegert, F., Rieley, J.O., Boehm, H-D. V., Jaya, A. & Limin, S The amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during Nature 420:

6 yang telah dikeringkan dan terdegradasi dapat berlangsung di luar kendali, terutama di musim kering. Pengrusakan hutan dan lahan gambut yang terus berlanjut untuk komoditas seperti kelapa sawit, termasuk pembukaan secara ilegal dan pembukaan lahan oleh pelaku kecil dan menengah, cukup besar. Kebakaran yang terkait dengan pembukaan tersebut mungkin berasal dari luar konsesi industri (atau dari enclave ilegal di dalam konsesi). Kebakaran tersebut dapat menyebar dengan cepat di lahan gambut yang telah dikeringkan di seluruh wilayah konsesi. Pemerintah memberikan hutan dan lahan gambut yang rentan terbakar kepada perusahaan serta menutup mata terhadap maraknya pengrusakan secara ilegal Pemerintah Indonesia memikul tanggung jawab utama atas kehancuran hutan dan lahan gambut di negara tersebut. Pejabat pemerintah semakin memperbesar masalah dengan memberikan izin konsesi di atas wilayah hutan dan lahan gambut. Kementerian-kementerian yang ada terusmenerus gagal mengatasi praktik-praktik yang merusak di sektor perkebunan, meskipun dampaknya telah menghancurkan warga negara Indonesia dan lingkungan global. Tidak banyak tindakan diambil untuk mencegah pembukaan lahan secara ilegal dan pembakaran di luar daerah konsesi. Pemerintah juga terus menghalangi upaya masyarakat sipil dan sektor swasta untuk memastikan adanya penayangan peta konsesi untuk publik; kurangnya transparansi ini menyulitkan upaya untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan gambut. 3. Apa solusinya dan siapa yang perlu melakukannya? Mencegah lebih baik daripada mengobati Solusinya adalah mencegah kebakaran, bukan memadamkan kebakaran. Menjaga keutuhan kawasan luas hutan yang masih tersisa di Indonesia adalah prioritas. Ini termasuk melindungi dan memulihkan lanskap hutan dan lahan gambut yang rentan di sekitarnya. Mengairi kembali dan memulihkan lahan gambut akan secara signifikan mengurangi kemungkinan kebakaran. Pada tanggal 27 November 2014, Presiden Joko Widodo mengunjungi Sungai Tohor, Riau dan mengambil bagian dalam upaya masyarakat untuk membangun sejumlah bendungan di seluruh kanal drainase. Sebelum prakarsa ini, antara bulan Januari 2014 dan November 2014 tercatat ada titik api di daerah tersebut. Setelah pembangunan sejumlah bendungan, tercatat hanya ada 22 titik api antara tanggal 28 November 2014 hingga 7 September tahun Apa yang perlu dilakukan perusahaan Perusahaan harus menghentikan pembukaan hutan dan lahan gambut, mulai merestorasi hutan dan lahan gambut juga menuntut hal yang sama dari para pemasok mereka. Perusahaan yang menghasilkan, menggunakan atau memperdagangkan komoditas dari Indonesia memiliki tanggung jawab untuk mengatasi praktik-praktik destruktif yang menciptakan kondisi untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut. Meskipun banyak produsen dan pedagang minyak sawit terkemuka telah menyatakan komitmen nol deforestasi, sektor ini masih terus mendorong pengrusakan hutan dan lahan gambut. Perdagangan minyak yang berasal dari pekebun yang secara aktif membuka lahan terus berlanjut, dan dekatnya lokasi pabrik menciptakan insentif bagi deforestasi spekulatif lanjutan. Pedagang komoditas dan pelanggan mereka harus bekerja bersama-sama untuk memberlakukan larangan melakukan perdagangan dengan perusahaan yang

7 terus merusak hutan dan lahan gambut di seluruh industri, yang dengan demikian menghilangkan insentif ekonomi untuk pengrusakan hutan dan lahan gambut. Proyek restorasi besar-besaran juga dibutuhkan untuk mengatasi kehancuran selama puluhan tahun yang telah menanamkan bibit krisis ini. Perusahaan harus bekerja bersama-sama untuk melindungi serta memulihkan lanskap hutan dan lahan gambut, termasuk mengairi kembali lahan gambut kritis untuk mengurangi risiko kebakaran. Perusahaan juga perlu mengatasi deforestasi yang dilakukan petani kecil dengan memberikan kesempatan pengembangan alternatif yang tidak bergantung pada pembukaan hutan bagi masyarakat lokal. Apa yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia Pemerintah harus mengakhiri deforestasi, memulihkan hutan dan lahan gambut, mendukung peluang pembangunan yang nyata bagi masyarakat dan meningkatkan tata kepemerintahan. Pemerintah Indonesia harus mengatasi akar penyebab kebakaran hutan. Presiden Indonesia telah berulang kali berjanji untuk menindak perusahaan perkebunan yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan. Tapi janji ini belum diwujudkan menjadi tindakan yang berarti untuk melindungi hutan dan lahan gambut di Indonesia. Bulan November lalu, ketika Presiden Joko Widodo mengunjungi Sungai Tohor di Riau, yang merupakan salah satu provinsi yang paling terdampak oleh kebakaran lahan gambut, beliau secara pribadi menutup salah satu dari banyak kanal yang digali untuk menguras lahan gambut untuk perkebunan. Beliau mengidentifikasi konversi hutan dan lahan gambut sebagai penyebab utama dari kabut asap tahunan, dan menjanjikan penutupan seribu kanal di Riau dengan bantuan pemerintah. Tahun ini, meskipun kawasan hulu dari bendungan Presiden di Sungai Tohor sejauh ini telah aman dari kebakaran, sisa lahan gambut di provinsi tersebut masih dalam ancaman, dengan baru sedikit bendungan yang telah dibangun. Memastikan pembangunan yang cepat dari bendungan-bendungan yang tersisa dan menjalankan skema ini di seluruh negeri harus menjadi prioritas yang mendesak. Sebagai langkah cepat pertama untuk mengurangi risiko kebakaran hutan, pemerintah Indonesia harus segera mengidentifikasi peluang-peluang bagi restorasi satwa liar dan hutan juga lahan gambut yang ramah masyarakat di sejumlah lanskap prioritas termasuk di Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Upaya ini perlu dilakukan lewat satuan tugas multi-stakeholder yang menyatukan masyarakat, pemerintah, perusahaan dan masyarakat sipil. Pemerintah harus memastikan ada mandat untuk melaksanakan inisiatif ini bersama-sama dengan solusi iklim lainnya. Pemerintah Indonesia memiliki kesempatan untuk mengatasi deforestasi dan kebakaran hutan sebagai bagian dari INDC (kontribusi yang diniatkan dan ditetapkan secara nasional) yang akan diajukan kepada KTT iklim COP21. Ini adalah komunikasi internasional Indonesia yang menunjukkan bagaimana rencana pemerintah Indonesia untuk menangani perubahan iklim dalam konteks prioritas dan situasi nasional. Meskipun Indonesia sudah berkomitmen di bawah Deklarasi New York mengenai Hutan dan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan yang akan segera diratifikasi, rancangan INDC terbaru ini menunjukkan pergeseran tajam dalam kebijakan menjauh dari nol deforestasi. Pemerintah Indonesia juga tidak membuat komitmen untuk mengatasi kebakaran hutan, meskipun kebakaran di Indonesia menjadi sumber emisi gas rumah kaca yang signifikan secara global. Sayangnya,

8 rancangan INDC saat ini adalah pengalih perhatian dari masalah nyata yang dihadapi Indonesia dan dunia akibat perubahan iklim. 16 Perlindungan dan pemantauan hutan terhambat oleh kegagalan pemerintah untuk menjalani komitmennya untuk mempublikasikan informasi tentang konsesi kepada publik. Presiden Joko Widodo harus menunjukkan kepemimpinan, menjunjung transparansi dan tata kepemerintahan yang baik, serta membalikkan upaya kementerian untuk melarang perusahaan menerbitkan peta konsesi masing-masing. Pemerintah juga harus mempercepat inisiatif Satu Peta (One Map) dan mendukung proyek-proyek pemetaan masyarakat. Apa yang perlu dilakukan kawasan Asia Tenggara secara bersama-sama Pemerintah harus bertindak untuk mendukung Perjanjian ASEAN tentang Polusi Asap Lintas Batas Tahun lalu, Singapura mengesahkan UU Polusi Asap Lintas Batas, yang memberikan kuasa kepada otoritas Singapura untuk menuntut perusahaan perkebunan (dan pihak lain) yang bertanggung jawab atas pembakaran hutan dan lahan gambut hingga - menyebabkan polusi udara cukup parah di Singapura. Di saat yang sama, Indonesia telah meratifikasi Perjanjian ASEAN tentang Polusi Asap Lintas Batas, dan berkomitmen untuk bekerjasama dengan negara-negara tetangganya untuk mengatasi kabut asap. Namun, pada tanggal 26 Agustus 2015, Dr Nur Masripatin, direktur jenderal bidang perubahan iklim di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, mengatakan kepada the Straits Times bahwa Indonesia tidak dapat mengungkapkan informasi tentang konsesi perkebunan, bahkan meskipun lewat berbagi informasi antar pemerintah (G2G), sebagai bagian dari upaya untuk memerangi titik api. 17 Menahan informasi inisangat melemahkan usaha untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan perkebunan atas kebakaran di lahan mereka. Banyak dari perusahaan perkebunan yang telah membuka hutan dan lahan gambut berasal dari Malaysia dan Singapura yang sekarang terdampak kebakaran. Pemerintah negara-negara tersebut perlu mengambil tindakan untuk mendorong perusahaan-perusahaan mereka bertanggung jawab atas kontribusi mereka terhadap kabut asap regional ini /Indonesia%20INDC%20Briefer.pdf 17

Sumatera: Akan Tertutup Dengan Asap

Sumatera: Akan Tertutup Dengan Asap Sumatera: Akan Tertutup Dengan Asap Bukti baru menunjukkan Bahwa lahan gambut dan perlindungan hutan merupakan kunci untuk menghentikan Kabut Asap 28 Mei, 2014 Kebakaran hutan dan lahan gambut tahunan

Lebih terperinci

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace

24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace 24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace Publikasikan Peta, Hentikan Kebakaran, Selamatkan Hutan Transparansi sangat penting untuk mencegah

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase 1 2 Latar Belakang Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. Banyak lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan telah terbakar dalam beberapa tahun terakhir ini. Kebakaran gambut sangat mudah menyebar di areaarea

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat. Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau Daddy Ruhiyat news Dokumen terkait persoalan Emisi Gas Rumah Kaca di Kalimantan Timur

Lebih terperinci

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut Jakarta, 12 November 2015 Asia Pulp & Paper Group (APP) menyambut baik instruksi Presiden Indonesia untuk perbaikan pengelolaan lahan gambut,

Lebih terperinci

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar Tahun 2015 menjadi tahun terburuk bagi masyarakat di Sumatera dan Kalimantan akibat semakin parahnya kebakaran lahan dan hutan. Kasus

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Sebaran Hotspot Tahunan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penggunaan api, iklim, dan perubahan tata guna

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca

BAB V KESIMPULAN & SARAN. pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Perlindungan terhadap hutan tentunya menjadi sebuah perioritas di era pemanasan global ini. Cuaca bumi sekarang ini tidak lagi se-stabil dahulu. Cuaca di beberapa

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran

Lebih terperinci

PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP

PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 04 I 27 Juli 2016 USAID LESTARI PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP Penulis: Christopher Bennett Editor: Suhardi Suryadi PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta, 12 Juni 2014 RUANG LINGKUP 1. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dibalik penundaan ratifikasi ini. Kesimpulan yang penulis sampaikan

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dibalik penundaan ratifikasi ini. Kesimpulan yang penulis sampaikan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini menjabarkan mengenai alasan dari penundaan ratifikasi AATHP oleh Indonesia yang selanjutnya mengindikasikan pada kepentingan Indonesia dibalik penundaan ratifikasi ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit

Lebih terperinci

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur Program Skala Kecil ICCTF Tahun 2016 Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Mitigasi Berbasis

Lebih terperinci

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN RISIKO Jutaan hektar ekosistem hutan hujan Indonesia dan lahan gambut yang kaya karbon tetap terancam penghacuran untuk perkebunan kelapa sawit dan kayu pulp, walaupun moratorium telah di tandatangani

Lebih terperinci

Ratifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara

Ratifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara Ratifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara Setelah 12 tahun menunggu, DPR RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan ASEAN Agreement on Transboundary

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global. Hal itu terjadi karena dampak dari kebakaran hutan tersebut bukan hanya dirasakan ole11 Indonesia saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan (wildfire/forest fire) merupakan kondisi dimana keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vegetasi yang mudah terbakar di daerah pedesaan atau daerah

Lebih terperinci

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Kemajuan Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal Ringkasan Eksekutif November 2015 www.forestdeclaration.org An electronic copy of the full report is available

Lebih terperinci

BENNY PASARIBU, Ph.D KEBIJAKAN INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN SAWIT BERKELANJUTAN DI INDONESIA. Ketua Pokja Pangan, Industri Pertanian dan Kehutanan

BENNY PASARIBU, Ph.D KEBIJAKAN INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN SAWIT BERKELANJUTAN DI INDONESIA. Ketua Pokja Pangan, Industri Pertanian dan Kehutanan KEBIJAKAN INDUSTRIALISASI PERKEBUNAN SAWIT BERKELANJUTAN DI INDONESIA BENNY PASARIBU, Ph.D Ketua Pokja Pangan, Industri Pertanian dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) 1 DEFINISI LAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia, Pemerintah Pusat maupun Daerah pun memiliki database

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia, Pemerintah Pusat maupun Daerah pun memiliki database BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan merupakan bukan hal baru terjadi disejumlah daerah di Indonesia, Pemerintah Pusat maupun Daerah pun memiliki database yang seharusnya menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012 For more information, contact: Leony Aurora l.aurora@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)8111082309 Budhy Kristanty b.kristanty@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)816637353 Sambutan Frances Seymour, Direktur

Lebih terperinci

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global. BAB V KESIMPULAN Greenpeace sebagai organisasi internasional non pemerintah yang bergerak pada bidang konservasi lingkungan hidup telah berdiri sejak tahun 1971. Organisasi internasional non pemerintah

Lebih terperinci

SETELAH HUJAN TURUN: MENUJU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT JANGKA PANJANG

SETELAH HUJAN TURUN: MENUJU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT JANGKA PANJANG Foto 1: www.durianasean.com SETELAH HUJAN TURUN: MENUJU PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT JANGKA PANJANG Foto 2: Yayasan Cakrawala/BMKG 1. PENGANTAR Siklus El Nino tahun 2015 - yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks

Lebih terperinci

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT Pendekatan MCA-Indonesia Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia, dan lahan gambut menghasilkan sekitar sepertiga dari emisi

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Penebangan hutan alam gambut oleh PT. Muara Sungai Landak mengancam ekosistem dan habitat Orangutan Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi LSM Lingkungan

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru Siaran Pers Untuk segera dirilis 27 Juli 2009 Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru Pekanbaru Data satelit selama enam bulan perama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon 1 Presentasi ini terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama, memberikan pengantar tentang besarnya karbon yang tersimpan di lahan gambut. Bagian kedua membahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci

ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT

ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT 34 ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI KEBAKARAN LAHAN GAMBUT Maswar Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar 12 Bogor 16114 (maswar_bhr@yahoo.com) Abstrak.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia Sampai tahun 2004, Indonesia berada pada urutan ke 15 negara penghasil gas rumah kaca tertinggi di dunia dengan emisi tahunan 378 juta ton

Lebih terperinci

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon dan/atau Penyimpanan Karbon (PAN-RAP Karbon) Nomor: SK. 494/Menhut-II/2013 Hutan Rawa Gambut Tropis Merang-Kepayang Sumatera Selatan, Indonesia Oleh: PT. GLOBAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global saat ini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan dan mendapatkan perhatian sangat serius dari berbagai pihak. Pada dasarnya pemanasan global merupakan

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam

Lebih terperinci

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT Pendahuluan Dewasa ini lahan gambut merupakan lahan alternatif yang digunakan sebagai media untuk melakukan aktivitas di bidang pertanian. Mengingat lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia dalam pengurangan emisi gas karbon di Indonesia melalui kerjasama IAFCP terkait mekanisme

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

Setitik Harapan dari Ajamu

Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu

Lebih terperinci

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN 2004-2009 AKRIS SERAFITA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL 2012 Hubungan Indonesia dan Australia memiliki peranan penting

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Oleh: Dr. Dolly Priatna Yayasan Belantara Seminar Nasional Perubahan Iklim Mengembangkan Program Pendidikan Konservasi dan Lingkungan Hidup Bagi Para Pihak

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU

RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU RESUM SKRIPSI PERANAN GREENPEACE DALAM PELESTARIAN HUTAN RAWA GAMBUT DI SEMENANJUNG KAMPAR RIAU Disusun oleh : ELISABETH NIGA BEDA (151070007) JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan Dr. Muhammad Syakir, MS Kepala Kongres Nasional VII Perkumpulan Masyarakat Gambut Indonesia (HGI) dan Seminar Pengelolaan Lahan Sub-optimal Secara

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 22 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Luas dan Lokasi Wilayah Merang Peat Dome Forest (MPDF) memiliki luas sekitar 150.000 ha yang terletak dalam kawasan Hutan Produksi (HP) Lalan di Kecamatan

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia) Mendefinisikan restorasi ekosistem (di hutan alam produksi)

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN Provinsi Sumatera Selatan memiliki masalah terkait dengan lingkungannya yang disebabkan dan menyebabkan banyak masalah lain yang melanda Sumatera Selatan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA Pendekatan MCA-Indonesia Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia, dan lahan gambut menghasilkan sekitar sepertiga dari emisi karbon negara

Lebih terperinci

Pmencerminkan kepatuhan terhadap prinsipprinsip

Pmencerminkan kepatuhan terhadap prinsipprinsip Lembar Informasi Deforestasi: Potret Buruk Tata Kelola Hutan di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur Forest Watch Indonesia Pendahuluan engelolaan hutan di Indonesia belum Pmencerminkan

Lebih terperinci

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF

Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF 10 Juli 2013 Pengecekan lapangan lokasi kebakaran foto dirilis di database online EoF Warta EoF (PEKANBARU) Eyes on the hari ini menerbitkan foto-foto perjalanan verifikasi lapangan yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Saudara-saudara yang saya hormati,

Saudara-saudara yang saya hormati, PIDATO PENUTUPAN MENTERI KEHUTANAN PADA KONFERENSI INDONESIA FORESTS: ALTERNATIVE FUTURES TO MEET DEMANDS FOR FOOD, FIBRE, FUEL, AND REDD+ Jakarta, 27 September 2011 Menteri Lingkungan Hidup Kerajaan Norwegia,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas mengenai kasus

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas mengenai kasus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas mengenai kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kota Riau, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon Buletin PSL Universitas Surabaya 28 (2012): 3-5 Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon Hery Purnobasuki Dept. Biologi, FST Universitas Airlangga Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+ MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

Proyek Rehabilitasi Ekosistem Gambut

Proyek Rehabilitasi Ekosistem Gambut Proyek Rehabilitasi Ekosistem Gambut DAFTAR ISI Bagian 1 Pendahuluan 1 Bagian 1 PENDAHULUAN 3-5 Bagian 2 MENGAPA LAHAN GAMBUT PENTING Emisi Karbon Dioksida Indonesia Peluang Mengurangi Emisi CO2 dari Lahan

Lebih terperinci

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

PR MENTERI LKH: TUTUP CELAH KORUPSI MELALUI REVISI REGULASI SEKTOR KEHUTANAN

PR MENTERI LKH: TUTUP CELAH KORUPSI MELALUI REVISI REGULASI SEKTOR KEHUTANAN Press Release PR MENTERI LKH: TUTUP CELAH KORUPSI MELALUI REVISI REGULASI SEKTOR KEHUTANAN Ada dua prestasi Indonesia yang diakui masyarakat dunia. Pertama, salah satu negara dengan praktik korupsi terbesar.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci