PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA (THT) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA (THT) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA"

Transkripsi

1 PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA (THT) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Progam Diploma III Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : KUNTO MURTAHIR NIM F PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i

2 HALAMAN PERSETUJUAN Tugas Akhir dengan judul : PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA ( THT ) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN ( PERSERO ) KANTOR CABANG SURAKARTA Surakarta, Juni 2011 Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Fakultas Ekonomi Dra. Endang Widowati, M.Si NIP ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir dengan judul : PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA ( THT ) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN ( PERSERO ) KANTOR CABANG SURAKARTA Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir Jurusan Diploma III Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Surakarta, Juli 2011 Tim Penguji 1. Dra. Endang Widowati, M.Si NIP Pembimbing 2. Nurul Istiqomah SE. M.Si NIP Penguji iii

4 MOTTO Jangan lihat masa lalumu dengan penyesalan, dan jangan pula lihat masa depanmu dengan penuh ketakutan, tetapi lihatlah sekitar kita dengan penuh kesadaran. ( Kunto murtahir ) Kita menilai diri dari apa yang kita pikir bisa kita lakukan, padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan. Untuk itu apabila anda berpikir bisa, segeralah lakukan. ( Mario teguh ) Nikmatilah hidupmu untuk hidup yang lebih baik iv

5 PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada : 1. Orang Tuaku tercinta, terima kasih atas kasih sayang, semoga ini awal yang indah dan harapan yang berkenan dalam setiap do amu. 2. Ayahannda yang telah tiada, semoga engkau selalu tersenyum diatas sana. 3. Kakakku tercinta, terima kasih atas dukungan, do a dan semangatnya. 4. Semua sahabat sejatiku, semoga kita sukses, tetap semangat. 5. Tjah2 kontrakan yang selalu bersama dalam suka duka, sukses buat kita semua. 6. Teman-temanku seperjuangan Keuangan perbankan, ayo kita tatap masa depan untuk sebuah kebahagiaan. 7. Almamaterku. v

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-nya, serta dengan usaha yang sungguhsungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul : PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA ( THT ) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN ( PERSERO ) KANTOR CABANG SURAKARTA Sungguh suatu kebahagaian dan pengalaman yang sangant berharga bagi penulis atas terselesaikannya tugas akhir ini, karena hal ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Progam Diploma III Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dengan penuh hormat, tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas terselesainya tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis hanturkan kepada : 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III Keuangan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. vi

7 3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan-arahan dengan baik. 4. Dra. Endang Widowati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing magang dan Tugas akhir atas bimbingan, kesabaran, dan memberikan arahan-arahan dengan baik. 5. Bapak Akhmad Khumaedi, selaku Kepala Cabang PT Taspen ( persero ) kantor cabang Surakarta yang telah berkenan memberikan ijin untuk kegiatan magang mahasiswa. 6. Bapak Moch. Muslik, selaku Pembimbing magang mahasiswa di PT Taspen ( persero ) kantor cabang Surakarta atas arahan-arahan serta bimbingannya. 7. Para Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah membekali penulis berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 8. Seluruh Staf PT Taspen ( Persero ) Kantor Cabang Surakarta, yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 9. Bapak, ibu, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik secara materiil, moril dan spritual. 10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini. 11. Sahabat, teman seperjuangan magang dan teman-teman prodi keuangan perbankan, atas dukungan dan bantuannya. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti baik berupa sumbangan pemikiran, moril, secara langsung maupun tidak langsung. Penulis berharap vii

8 semoga Allah SWT selalu melimpahkan pahala dan Karunia-Nya atas semua yang telah diberikan pada penulis. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan baik dari penulisan maupun penyajian, maka dari itu penulis memohon maaf apabila ada salah kata dalam penulisan tugas akhir ini. Penulis juga berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga tugas akhir ini menjadi awal kesuksesan penulis dalam langkah selanjutnya. Amien. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 2011 Penulis viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Metode Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dana Pensiun... 7 B. Asuransi...11 C. Tabungan Hari Tua...15 ix

10 BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Obyek Penelitian Sejarah Berdirinya PT Taspen ( Persero ) Struktur Organisasi PT. Taspen ( Persero ) Cabang Surakarta Sifat dan Pengertian Program Taspen Kepesertaan Anggota Taspen..24 B. Pembahasan Masalah Tata cara dan persyaratan pengajuan santunan pembayaran THT Prosedur Penyelesaian Santunan pembayaran THT 48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Taspen ( Persero ) Kantor Cabang Surakarta. 22 Gambar 3.2 Ilustrasi perhitungan Tabungan Hari Tua ( THT ) PNS..40 Gambar 3.3 Ilustrasi Proses pengajuan Klim Peserta 48 Gambar 3.4 Proses Penyelesaian pembayaran Klim Peserta...53 xi

12 ABSTRAK PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA ( THT ) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN ( PERSERO ) KANTOR CABANG SURAKARTA KUNTO MURTAHIR F PT. TASPEN (PERSERO) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang Asuransi Sosial bagi Pegawai Negeri Sipil. Salah satu program yang dikelola adalah Tabungan Hari Tua (THT) bagi Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya baik pada masa aktif maupun pensiun. Tujuan penulis melakukan pengamatan adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang prosedur pelaksanaan pembayaran program Tabungan Hari Tua (THT) pada PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta. Untuk menyusun Tugas Akhir ini penulis melakukan pengamatan langsung selama menjalani masa magang di kantor PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta yang beralamat di Jalan Veteran No. 305 Surakarta. Sumber data bagi penulis adalah data primer yang penulis dapatkan melalui pengamatan langsung dan data sekunder yang penulis dapatkan melalui penelitian kepustakaan. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi langsung yaitu dengan mengamati langsung pelayanan di kantor PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta, dokumentasi yaitu dengan mendokumentasikan arsip-arsip bidang kearsipan, surat-surat, buku, laporan kegiatan serta dokumen lainnya yang sesuai, wawancara terhadap pimpinan, karyawan, maupun peserta TASPEN, serta studi pustaka baik buku yang penulis dapatkan dari perpustakaan PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Surakarta maupun Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis melakukan pengamatan selama 1(satu) bulan, penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya prosedur pelayanan program Tabungan Hari Tua (THT) sangat mudah dimengerti oleh peserta dan untuk mendapatkan haknya pun sangat mudah dan prosesnya cepat jika segala persyaratan yang dibutuhkan sudah lengkap. Kata kunci : Tabungan Hari Tua

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai negeri yang dapat dikatakan sebagai unsur di dalam aparatur negara dan merupakan abdi masyarakat adalah salah satu sumber penting dalam pelaksanaan tugas yang diberikan oleh pemerintah yang khususnya dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan nasional. Berhasil atau tidaknya pegawai negeri dalam mensukseskan pembangunan nasional ditunjang oleh beberapa faktor antara lain dengan adanya kesejahteraan atau jaminan sosial hari tua untuk para pegawai negeri beserta keluarganya. Sejak tahun 1960 pemerintah telah berusaha mulai memikirkan kesejahteraan hari tua bagi para pegawai negeri beserta keluarganya. Usaha tersebut dimulai dengan adanya konferensi kesejahteraan pegawai negeri yang banyak dihadiri oleh semua kepala urusan pepegawaian negeri dari seluruh departemen. Konferensi tersebut diadakan di Jakarta pada tanggal Juli 1960 di ibukota Jakarta. Didalam konferensi tersebut, keputusannya secara resmi di tuangkan dalam : Keputusan Menteri Pertama Rebuplik Indonesia No. 338 / MB / 1960 yang tertanggal 25 Agustus Keputusan Menteri Pertama Repubik Indonesia tersebut antara lain menetapkan tentang perlunya pembentukan Jaminan Asuransi Sosial Pegawai Negeri sebagai bekal pegawai negeri dan keluarganya yang akan mengakhiri pengabdiannya 1

14 kepada negara. Keputusan Menteri Pertama Repubik Indonesia tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1963 yang mengatur tentang pembelanjaan kesejahteraan pegawai negeri. Dengan turunnya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1963 yang menetapkan bentuk jaminan hari tua bagi para pegawai negeri kedalam sebuah tabungan dan asuransi pegawai negeri dengan iuran wajib serta haknya untuk pegawai negeri ditetapkan dan berlaku sejak tanggal 1 Juli Dengan demikian sejak tanggal 1 Juli 1961 lembaga kesejahteraan pegawai negeri melalui sistem asuransi mulai dilaksanakan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1963 maka telah dibentuk badan hukum yang menyelenggarakan program Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri ( PN Taspen) yang didirikan sejak tanggal 17 April Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1963 tentang 3 ( tiga ) bentuk golongan perusahaan negara maka pada tahun 1970 yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 749 / MK / IV / 1970, maka PN Taspen berubah menjadi Perusahaan Umum ( Perum Taspen ). Selanjutnya berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1981 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri dengan Akte Notaris Ny. Imas Fatimah, SH No. 4 Tahun 1982 yang tertanggal 4 Januari 1982 berubah menjadi perusahaan perseroan ( Persero ), sehingga sebutan Perum Taspen sesuai 2

15 dengan Anggaran Dasar diganti menjadi PT. Taspen ( Persero) dan berlangsung hingga saat ini. Pemberian jaminan sosial yang memadai pada masa kerja aktif masih belum menjamin sepenuhnya ketenangan kerja bagi para pegawai negeri yang masih aktif beserta keluarganya. Oleh karena itu, jaminan sosial hari tua bagi para pegawai negeri dan keluarganya mutlak diperlukan mengingat hal tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat dengan ketenangan, semangat, dan disiplin kerja para pegawai negeri terhadap tugas-tugas yang diberikan pemerintah kepada para pegawai. Berdasarkan sebab sebab diatas, untuk mengetahui dan mempelajari upaya apa saja yang dilakukan negara melalui salah satu program yang dikelola oleh PT. Taspen ( Persero) yang khususnya dalam pembayaran Tabungan Hari Tua ( THT ) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri beserta keluarganya. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka judul yang tepat adalah : PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA ( THT ) PEGAWAI NEGERI PADA PT. TASPEN ( PERSERO ) KANTOR CABANG SURAKARTA 3

16 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka uraian permasalahannya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Tata Cara dan Persyaratan Pengajuan Santunan THT Pegawai Negeri pada PT. Taspen ( Persero ) Kantor Cabang Surakarta? 2. Bagaimana Prosedur Penyelesaian Santunan pembayaran THT Pegawai Negeri pada PT. Taspen ( Persero ) Kantor Cabang Surakarta terhadap para pegawai? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Tata Cara dan Persyaratan Pengajuan Santunan Tabungan Hari Tua (THT) Pegawai Negeri pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Surakarta. 2. Untuk mengetahui Prosedur Penyelesaian Santunan pembayaran THT Pegawai Negeri pada PT. Taspen ( Persero ) Kantor Cabang Surakarta terhadap para pegawai. 4

17 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi penulis Mengetahui arti pentingnya prosedur prosedur pembayaran klaim dana pensiun atau tabungan hari tua pada PT. Taspen ( Persero ) cabang Surakarta. 3. Bagi instansi / lembaga ataupun perusahaan Memberikan sumbangan pemikiran tentang prosedur pembayaran tabungan hari tua kepada instansi. 4. Bagi para peneliti lain Memberikan sumbangan pemikiran kepada para peneliti lain yang akan melakukan penelitian dibidang yang sama. E. Metode Penelitian 1. Metode Observasi Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati sistem kerja dan mengamati komunikasi antara pegawai pada PT. Taspen ( Persero ) cabang Surakarta. 2. Metode Wawancara Metode wawancara ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada pegawai PT. Taspen ( Persero ) cabang Surakarta, sesuai dengan tugas masing-masing. Adapun commit pihak-pihak to user yang di wawancarai selain 5

18 pegawai PT. Taspen ( Persero ) cabang Surakarta., yaitu nasabah atau para pegawai negeri. 3. Metode Kepustakaan Metode ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pengertian tabungan pansiun, dana pensiun serta asuransi. 6

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DANA PENSIUN 1. Pengertian Dana Pensiun Dana Pensiun adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai kehidupan selanjutnya agar tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari penghasilan yang lain. Berdasarkan Undang-undang No.43 Tahun 1999 Pasal 10, Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap Pegawai Negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Pada pokoknya adalah menjadi kewajiban setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk ini setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah. Karena pensiun bukan saja sebagai jaminan hari tua, tetapi juga adalah sebagai balas jasa, maka Pemerintah memberikan sumbangannya kepada Pegawai Negeri. 2. Latar Belakang Adanya Pensiun a. Karena batas usia pensiun ; b. Kemauan Sendiri; c. Takdir Misalnya : Sakit, Meninggal dunia; d. Rekturisasi/Dinas; e. Diberhentikan dengan tidak hormat karena adanya kasus. 7

20 3. Hak atas pensiun Pegawai Berdasarkan (Undang undang Nomor : 11 Thn.1969 pasal 9) Pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil berhak menerima pensiun pegawai, jikalau ia pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai : a. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 Tahun dan mempunyai masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 Tahun. b. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 4 Tahun dan oleh badan / pejabat yang ditunjuk oleh departemen kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasmani atau rohani yang tidak disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban jabatannya. c. Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas Negara tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri dan pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai negeri ia telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 TH dan memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang kurangnya 10 Tahun. 8

21 4. Jenis Pensiun a. Non Batas Usia Pensiun (Non BUP); b. Batas Usia Pensiun (BUP), PNS yang telah mencapai BUP harus diberhentikan dengan hormat sebagai PNS; c. Pensiun Janda/Duda; d. Pensiun Anak. Macam-macam BUP ditentukan sebagai berikut : 1) Usia 56 tahun 2) Usia 58 tahun 3) Usia 60 tahun 4) Usia 63 tahun 5) Usia 65 tahun 6) Usia 70 tahun PNS diberhentikan dengan hormat sebagai PNS karena mencapai BUP, berhak atas pensiun apabila ia telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun. PNS yang akan mencapai BUP dapat dibebaskan dari jabatannya untuk paling lama 1 tahun dengan mendapat penghasilan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku kecuali tunjangan jabatan. 9

22 PNS yang memangku jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 PP No. 32/1979 apabila tidak memangku lagi jabatan tersebut maka sebelum yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS kepada yang bersangkutan diberikan bebas tugas 1 tahun. 5. Dasar Hukum Pemberian Pensiun PNS dan Janda/Duda a. UU No. 11 tahun 1969, Tentang pensiun pegawai dan pensiun janda/dudanya PNS ; b. UU No. 8 Tahun 1974 Jo. UU No. 43 Tahun 1999,Tentang Pokokpokok kepegawaian ; c. PP No. 7 tahun 1977, PP No.15 tahun 1985, PP No. 15 tahun 1992, PP No. 15 tahun 1993, PP No. 6 tahun 1997 dan PP No. 10 tahun 2008; d. PP No. 32 tahun 1979, Tentang pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; e. PP No. 12 tahun 1981, Tentang perawatan tunjangan cacat dan uang duka ; f. Teknis Pemberhentian dan Pemberian Pensiun Pegawai Negeri Sipil serta Pensiun Janda/Duda sebagai Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 10

23 g. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan Janda/Duda; h. Peraturan Kepala BKN Nomor 3 tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 14 tahun 2008 Tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan Janda/ Dudanya. B. ASURANSI 1. Pengertian Asuransi Dibawah ini merupakan pengertian asuransi dari berbagai sumber : a. Dari Wikipedia: Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut. b. Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian 11

24 kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. c. Definisi Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), tentang asuransi atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246: "Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. 2. Prinsip Dasar Asuransi Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, dibawah ini adalah 6 macam prinsip tersebut yaitu : a. Insurable interest adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum. 12

25 b. Utmost good faith adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah : si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan. c. Proximate cause adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen. d. Indemnity adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278). e. Subrogation adalah pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar. f. Contribution adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity. 13

26 3. Manfaat Asuransi Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi para tertanggung, diantaranya : a. Rasa Aman dan Perlindungan, polis asuransi yang dimiliki oleh pihak tertanggung akan memberikan rasa aman dari resiko atau kerugian yang mungkin akan timbul. b. Alat Penyeberan Risiko, risiko yang seharusnya ditanggung oleh pihak tertanggung ikut dibebankan juga kepada pihak penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan. c. Membantu Meningkatkan Kegiatan Usaha, investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan resiko kerugian yang bisa di akibatkan oleh berbagai macam sebab. d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan, premi yang dibayarkan setiap periode memiliki subtansi yang sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus ( sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak ). 14

27 C. TABUNGAN HARI TUA 1. Pengertian Tabungan a. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Menurut para pakar ekonomi bisnis dan keuangan : Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan. Jadi disimpan dan akan digunakan di masa yang akan datang. Karena, Pendapatan merupakan faktor utama yang terpenting untuk menentukan konsumsi dan tabungan. 2. Tabungan Hari Tua Program tabungan hari tua adalah sebuah program jangka panjang di mana peserta berhak mendapatkan manfaat program sebelum mencapai usia pensiun, dan apabila pekerja meninggal dunia maka janda/dudanya beserta anak-anaknya, akan berhak menerima manfaat pekerja tersebut. Program ini berupa sebuah tabungan wajib. Jadi, program tabungan hari tua ini mirip dengan program tabungan wajib PT Jamsostek untuk pekerja swasta sektor formal dan keluarga mereka. Dengan kata lain, program ini adalah commit program to user pembiayaan sendiri (self-funded) 15

28 berbentuk iuran pasti (defined contribution) yang mirip dengan program tabungan wajib untuk hari tua yang telah dibentuk di beberapa Negara. Perbedaannya, program ini akan dikelola oleh sebuah perusahaan negara dan bukan oleh perusahaan investasi swasta. Program tabungan hari tua atau asuransi hari tua sebagaimana yang diatur dalam PP No. 25 Tahun 1981 adalah suatu program asuransi yang terdiri dari asuransi dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi kematian. Dalam penjelasan pasal 1 PP No. 25 Tahun 1981 tentang pengertian asuransi dwiguna, dijelaskan adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada waktu mencapai usia pensiun atau bagi ahli warisnya pada waktu meninggal dunia sebelum mencapai masa pensiun. Menurut pasal 10 ayat 2 PP No.25 Tahun 1981 disebutkan yang berhak mendapat tabungan hari tua adalah : a. Peserta dalam hal yang bersangkutan berhenti dengan hak pensiun atau berhenti sebelum saat pensiun. b. Istri / suami, anak atau ahli waris peserta yang sah dalam hal peserta meninggal dunia. 16

29 Memperhatikan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa program asuransi sosial pegawai negeri sipil berdasarkan PP No. 25 Tahun 1981 terdiri dari: 1) Program Pensiun. 2) Program Taspen yang pada dasarnya merupakan program berdasarkan PP No. 10 Tahun Hak-hak yang diperoleh yang mengikuti program Taspen antara lain: a) Bila peserta berhenti karena mencapai usia pensiun maka akan menerima sejumlah uang asuransi hari tua. b) Bila peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun, maka istri/suami/anak yang bersangkutan akan menerima sejumlah uang asuransi hari tua ditambah dengan asuransi kematian. c) Bila peserta berhenti tanpa hak pensiun (keluar) atau bukan karena meninggal dunia, maka menerima uang tunai asuransi. d) Apabila istri/suami dari peserta meninggal dunia, maka ahli warisnya akan menerima asuransi kematian sebesar 100% dari penghasilan terakhir setiap bulan. 17

30 e) Bila anak-anak peserta ada yang meninggal dunia, maka ahli warisnya akan menerima asuransi kematian sebesar 20 % dari penghasilan terakhir setiap bulan dengan ketentuan: 1) Asuransi kematian anak hanya diberikan untuk sebanyak-banyaknya tiga orang anak. 2) Anak dalam hal ini adalah anak pegawai negeri / peserta yang terdaftar pada administrasi kepegawaian, tidak harus tertunjang dalam daftar gaji dan sesuai dengan ketentuan kepegawaian yang berlaku. 18

31 BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya PT Taspen (Persero) Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat adalah salah satu sumber penting dalam melaksanakan tugas tugas pemerintah khususnya dalam melaksanakan tugas tugas pembangunan nasional, maka sejak tahun 1960 pemerintah mulai memikirkan dan mengupayakan kesejahteraan hari tua bagi pegawai negeri dan para keluarganya. Usaha usaha untuk memikirkan kesejahteraan untuk hari tua pegawai negeri dan keluarganya sudah mulai dipikirkan oleh pemerintah sejak tahun 1960.Usaha ini dirintis melalui konferensi kesejah teraan pegawai negeri yang berlangsung pada tanggal 25 sampai 26 Juli 1960, yang dihadiri oleh semua kepala urusan pegawai dari seluruh departemen. Didalam konferensi tersebut, keputusannya secara resmi di tuangkan dalam : Keputusan Menteri Pertama Rebuplik Indonesia No. 338 / MB / 1960 yang tertanggal 25 Agustus Keputusan Menteri Pertama Repubik Indonesia tersebut antara lain menetapkan tentang perlunya pembentukan Jaminan Asuransi Sosial Pegawai Negeri sebagai bekal pegawai negeri dan keluarganya yang akan mengakhiri pengabdiannya kepada negara. Keputusan Menteri Pertama Repubik 19

32 Indonesia tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1963 yang mengatur tentang pembelanjaan kesejahteraan pegawai negeri. Dengan turunnya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1963 yang menetapkan bentuk jaminan hari tua bagi para pegawai negeri kedalam sebuah tabungan dan asuransi pegawai negeri dengan iuran wajib serta haknya untuk pegawai negeri ditetapkan dan berlaku sejak tanggal 1 juli Dengan demikian sejak tanggal 1 Juli 1961 lembaga kesejahteraan pegawai negeri melalui sistem asuransi mulai dilaksanakan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1963 maka telah dibentuk badan hukum yang menyelenggarakan program Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri ( PN Taspen) yang didirikan sejak tanggal 17 April Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 9 Tahun 1963 tentang 3 ( tiga ) bentuk golongan perusahaan negara maka pada tahun 1970 yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 749 / MK / IV / 1970, maka PN Taspen berubah menjadi Perusahaan Umum ( Perum Taspen ). Selanjutnya berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1981 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri dengan Akte Notaris Ny. Imas Fatimah, SH No. 4 Tahun 1982 yang tertanggal 4 januari 1982 berubah menjadi perusahaan perseroan ( Persero ), sehingga 20

33 sebutan Perum Taspen sesuai dengan Anggaran Dasar diganti menjadi PT. Taspen ( Persero) dan berlangsung hingga saat ini. Visi dan Misi PT. TASPEN ( Persero ) : VISI : Menjadikan Taspen sebagai pengelola Dana Pensiun dan THT berkelas dunia yang bersih, sehat, dan benar dengan Pelayanan tepat orang, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat administrasi. MISI : Mewujudkan hari hari yang indah bagi peserta melalui pengelolaan Dana Pensiun dan THT Secara Profesional dan Akuntabel dengan berlandaskan etika serta intregitas yang tinggi. 2. Struktur Organisasi PT. Taspen ( Persero ) Cabang Surakarta Adanya struktur organisasi yang tepat dapat mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Untuk tercapainya struktur organisasi pihak direksi menerbitkan surat keputusan direksi Nomor : Sil 01/Dir/1991 tentang struktur organisasi PT. Taspen ( persero ) dari tingkat direksi, biro, kantor wilayah sampai pada kantor cabang. Struktur organisasi kantor cabang PT. Taspen ( persero ) Surakarta yang merupakan kantor cabang tipe A, yaitu kantor cabang yang mendasari pasal 5 surat keputusan Direksi seperti diatas yaitu: Bidang personalia dan umum terdiri dari : 1) Seleksi umum 2) Seleksi personalia 21

34 a. Bidang pelayanan 1) Seleksi pelayanan klim 2) Seleksi DPP b. Bidang keuangan 1) Seleksi keuangan 2) Seleksi administrasi keuangan c. Bidang sistem informasi Karena struktur organisasi merupakan suatu bentuk kerangka yang mencerminkan tugas dan tanggung jawab dalam menciptakan team work yang kompak, serta mencapai tujuan yang hendak dicapai, maka perusahaan dalam memilih bentuk struktur organisasi PT. Taspen ( Persero ) Cabang Surakarta adalah berbentuk garis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut : Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Taspen ( Persero ) Kantor Cabang Surakarta Sumber : PT Taspen ( Persero ) 22

35 3. Sifat dan Pengertian Program Taspen Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Pegawai Negeri disamping sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat, juga merupakan unsur penting dalam melaksakan tugas tugas pembangunan nasional. Berhasil tidaknya pegawai negeri melaksanakan tugas tugas pemerintah terutama dalam mensukseskan pembangunan nasional ditentukan oleh beberapa faktor jaminan sosial terhadap Pegawai Negeri itu sendiri dan keluarganya. Program Tabungan Hari Tua ( THT ) TASPEN adalah program tabungan Pegawai Negeri Sipil yang dilaksanakan berdasarkan system Asuransi Dwiguna, pelaksanaan program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya. Dalam penjelasan pasal 1 PP NO.25 tahun 1981 tentang pengertian Asuransi Dwiguna dijelaskan bahwa Asuransi Dwiguna adalah jenis asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada waktu mencapai usia pensiun atau bagi Ahli Warisnya pada waktu peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun. Jadi dengan demikian, yang dimaksud dengan Dwiguna adalah 2 (dua) kegunaan yaitu disatu pihak bila Pegawai Negeri / peserta meninggal dunia pada masa aktif, maka Ahli Warisnya menerima sejumlah hak uang asuransi. Dipihak lain bila Pegawai Negeri tersebut mencapai usia pensiun maka berhak untuk mendapatkan sejumlah uang asuransi. 23

36 Dengan demikian, Program Tabungan Hari Tua ( THT ) TASPEN bukanlah program Tabungan seperti TABANAS, akan tetapi merupakan program Asuransi. Sifat kepesertaannya adalah wajib bagi para Pegawai Negeri, sebagaimana tercantum pada dalam penjelasan pasal 10 Undang Undang pokok kepegawaian No. 8 tahun 1974 yang berbunyi antara lain : pada pokoknya adalah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya dan untuk setiap pegawai negeri wajib untuk menjadi peserta dari suatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah. Kepesertaan program TASPEN bagi pegawai negeri / peserta adalah sejak dia diangkat menjadi calon pegawai, pegawai / pejabat Negara. 4. Kepesertaan Anggota Taspen a. Pengertian Yang dimaksud peserta TASPEN adalah 1) Semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Pertahanan dan Keamanan. 2) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil dari Instansi di lingkungan Departemen Pertahanan dan Keamanan pindah ke Instansi lingkungan Departemen lain, maka hak dan kewajiban dalam rangka asuransi sosialnya akan mengikutinya. 3) Pegawai lain termasuk pegawai Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) dapat ditetapkan sebagai peserta asuransi sosial dengan peraturan pemerintah tersendiri. 24

37 b. Masa Kepesertaan Adapun masa kepesertaannya para peserta TASPEN dimulai semenjak yang bersangkutan diangkat sebagai Calon Pegawai / Pejabat Negara sampai dengan saat yang bersangkutan berhenti mencapai batas usia pensiun sebagai pegawai negeri / peserta / Pejabat Negara. Bagi Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, kecuali Pegawai Negeri Sipil HANKAM dan Pejabat Negara.Kepesertaannya dalam Program Asuransi Kematian masih berlanjut sampai dengan saat Peserta / Keluarganya meninggal dunia. Terhadap Ahli Waris Peserta, Hak Asuransi Kematian terbatas hanya bagi peserta yang dinikahi / lahir pada saat peserta masih aktif sebagai Pegawai Negeri. c. Kelompok peserta TASPEN 1) Pegawai Negeri a) Pegawai Negeri Sipil Pusat; b) Pegawai Negeri Sipil Daerah / Otonom; c) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan ; d) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan ke BUMN; e) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan ke swasta ( contoh : sekolah, rumah sakit) ; f) Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan ke Perusahaan Daerah; 25

38 2) Pejabat Negara a) Presiden Dan Wakil Presiden RI ; b) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR RI ; c) Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPA RI ; d) Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan RI; e) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Makamah Agung RI; f) Ketua, Wakil Ketua MPR ; g) Menteri; h) Gubernur Kepala Daerah dan Wakil Gubernur Kepala Daerah; i) Bupati Kepala Daerah / Wakilmadya Kepala Daerah dan Wakil Bupati, Kepala Daerah / Wakil Walikotamadya Kepala Daerah ; j) Jaksa Agung RI ; k) Panglima Angkatan Bersenjata RI ; l) Gubernur Bank Indonesia. 3) Pegawai dari BUMN ( ex ICW / IBW ) yang terdiri dari : a) PJKA ; b) Perum Pos Dan Giro ; c) Perum Telekomunikasi ; d) Perum Perhutani ; 26

39 e) Perum Listrik Negara ( PLN ); f) Perum pengerukan ; g) Perum DAMRI ; h) PT. TABA; i) PT SODA Indonesia ( persero ) ; j) Pegadaian ; k) PT Inhutani I, II, III ; l) Perum Garam ; m) Perum Percetakan Negara ; n) PT TASPEN (PERSERO) (diluar ICW / IBW) o) Perum Pelabuhan I, II, III, dan IV. d. Hak-hak Peserta Hak - hak Peserta ( Pegawai Negeri Sipil / Pejabat Negara / BUMN ) adalah sebagai berikut : 1) Pegawai Negeri Sipil. Hak Tabungan Hari Tua dan Asuransi Kematian bagi Pegawai Negeri dapat dirinci sebagai berikut : a) Tabungan Hari Tua ( THT ). Hak Tabungan Hari Tua ( THT ) diberikan dalam hal peserta : (1) Berhenti karena pensiun ; (2) Meninggal dunia pada masa aktif ; 27

40 (3) Berhenti karena sebab sebab lain ( bukan karena pensiun meninggal dunia ) Catatan : Hak Tabungan Hari Tua / TASPEN diberikan dalam hal peserta : (a) Meninggal dunia sebelum pensiun dan memiliki masa iuran kurang dari 6 ( enam ) bulan berturut turut ; (b) Pensiun dan memiliki masa iuran minimum 6 (enam) bulan berturut turut ; (c) Berhenti bukan karena meninggal dunia atau bukan karena pensiun dan memiliki masa iuran minimum 6 ( enam ) bulan berturut turut dan usia minimum 50 tahun, dan jumlah masa iuran berturut turut ditambah dengan usia minimum 65 tahun. b) Asuransi Kematian (1) Hak Asuransi Kematian dapat diberikan dalam hal : (a) Peserta meninggal aktif ; (b) Peserta meninggal dunia setelah pensiun dan memiliki masa iuran minimum 6 ( enam ) bulan berturut turut ; (c) Peserta meninggal dunia setelah berhenti bukan karena commit pensiun to user atau bukan kerena meninggal dunia 28

41 dan memiliki masa iuran minimum 15 ( lima belas tahun ) ; (d) Peserta meninggal dunia setelah berhenti bukan karena pensiun atau bukan karena meninggal dunia dan memiliki masa iuran minimum 6 ( enam ) bulan berturut turut serta usia minimum 50 tahun, dan jumlah masa iuran berturut turut ditambah dengan usia minimum 65 ( enam puluh lima ) tahun. (2) Hak asuransi kematian istri / suami peserta diberikan hanya untuk istri / suami yang terdaftar dalam daftar kepegawaian instansi peserta dan yang pernikahannya dilakukan sebelum peserta berhenti sebagai pegawai, dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Peristiwa kematian pada saat peserta masih aktif; (b) Peristiwa kematian terjadi setelah peserta berhenti menjadi peserta, diantaranya : i. Karena meninggal dunia atau karena pensiun dan memiliki masa iuran berturut turut ; ii. Bukan karena meninggal dunia atau karena pensiun dan memiliki masa iuran pension minimum 6 (enam bulan) berturut turut dan usia minimum 50 ( lima puluh ) tahun, dan memiliki 29

42 jumlah masa iuran berturut turut ditambah dengan usia minimum 65 (enam puluh lima ) tahun; iii. Bukan karena meninggal dunia atau bukan karena pensiun dan memiliki masa iuran minimum 15 ( lima belas ) tahun berturut turut dan usia minimum 50 ( lima puluh ) tahun. (c) Untuk 1 (satu) bulan Takwin Penghasilan hanya berhak atas satu Hak Asuransi Kematian Istri / Suami Peserta. (3) Hak Asuransi Kematian Anak Peserta diberikan untuk Anak Anak Peserta yang telah terdaftar dalam Daftar Kepe gawaian Instansi Peserta dan belum mencapai usia yang ke 21 ( dua puluh satu ), atau apabila Anak anak tersebut masih sekolah, usianya belum mencapai tahun yang ke 25 ( dua puluh lima ), dan belum pernah menikah, belum mempunyai penghasilan sendiri, dengan ketentuan sebagai berikut : (a) Peristiwa kematian terjadi pada saat peserta masih aktif ; (b) Anak yang lahir dari pernikahan antara pensiunan dan peserta, harus termasuk dalam Daftar Kepegawaian Instansi Peserta ; 30

43 (c) Peserta kematian yang terjadi setelah peserta berhenti menjadi peserta, harus sesuai dengan ketentuan ketentuan yang berlaku dalam hal menjadi peserta ; (d) Apabila anak yang Ibu dan Ayahnya berkedudukan sebagai peserta dan kedua duanya meninggal dunia bersamaan, maka harus memenuhi ketentuan tersebut dan harus terdaftar ; (e) Asuransi Kematian ( ASKEM ) Anak Peserta hanya diberikan maksimum 3 ( tiga ) orang anak ; (f) Untuk setiap peristiwa kematian hanya berhak satu kali pembayaran Asuransi Kematian ( ASKEM ) ; (g) Dalam hal Istri / Suami kedua duanya menjadi peserta, maka hak asuransi kematiannya atas dasar penghasilan masing masing dalam kedudukannya sebagai peserta ; (h) Dalam hal peserta meninggal dunia pada tanggal yang sama dengan tanggal kematian istri / suami atau anak anaknya, maka untuk semua peristiwa kematian tersebut berhak atas asuransi kematian ; (i) Bagi mereka yang pensiun pada / atau sesudah akhir januari 1975, dan kemudian menjadi tenaga bulanan, maka yang bersangkutan berhak atas 31

44 Asuransi Kematian ( ASKEM ) yang diberikan atas dasar penghasilannya sebagai tenaga bulanan ; (j) Bagi istri / suami atau anak anaknya tenaga bulanan tidak berhak atas Asuransi Kematian ( ASKEM ). (4) Hilangnya Hak Asuransi Kematian (a) Hak asuransi kematian peserta, hilang apabila : i. Pada saat berhenti menjadi peserta bukan karena pensiun atau bukan karena meninggal dunia, usianya belum mencapai 50 ( lima puluh ) tahun ; ii. Pada saat berhenti menjadi peserta bukan karena pensiun atau bukan karena meninggal dunia, usianya sudah mencapai 50 ( lima puluh ) tahun, tetapi masa iurannya kurang dari 15 ( lima belas ) tahun berturut turut ; iii. Pada saat berhenti menjadi peserta bukan karena pensiun atau bukan karena meninggal dunia, usianya sudah mencapai 50 ( lima puluh ) tahun, dan mempunyai masa iuran berturut turut lebih dari 6 ( enam ) bulan, tetapi jumlah masa iuran berturut turut ditambah usia kurang dari 65 ( enam puluh lima ) tahun ; 32

45 iv. Pada saat berhenti menjadi peserta karena pensiun dan memiliki masa iuran kurang dari 6 ( enam ) bulan berturut turut. (b) Hak Asuransi Kematian Istri / Suami atau Peserta, hilang pada saat : i. Janda / Duda menikah lagi ; ii. Peserta berhenti menjadi peserta menurut ketentuan ketentuan tersebut diatas ; iii. Peserta berhenti menjadi peserta karena meninggal dunia, pada masa aktif dan memiliki masa iuran kurang dari 6 ( enam ) bulan berturut turut. (c) Hak Asuransi Kematian Anak Peserta hilang, apabila anak peserta tersebut : i. Mencapai usia ke 21( dua puluh satu ), atau anak tersebut masih bersekolah dan mencapai usianya yang ke 25 ( dua puluh lima ) tahun ; ii. Pernah menikah ; iii. Mempunyai penghasilan sendiri ; iv. Meninggal dunia setelah peserta berhenti menjadi peserta menurut ketentuan ketentuan pada ayat ( 1 ) dan ( 2 ) huruf ( c ). 33

46 2) Pejabat Negara. a) Tabungan hari tua ( THT ) Tabungan hari tua ( THT ) diberikan dalam hal : (1) Berhenti karena habis masa jabatannya ; (2) Meninggal dunia pada masa aktif ; (3) Berhenti karena sebab sebab lain. b) Asuransi kematian ( ASKEM ) Asuransi kematian diberikan dalam hal : (1) Peserta meninggal dunia pada masa aktif (2) Istri / suami atau anak peserta meninggal sepanjang masa aktif. 3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) Tabungan hari tua ( THT ) dan Asuransi kematian ( ASKEM ) dia tur tersendiri dengan surat keputusan atau SK Direksi tersendiri. e. Kewajiban Peserta PT TASPEN ( PERSERO ) yang ditunjuk Pemerintah selaku Penyelenggara untuk dapat memenuhi kewajibannya dalam menjamin dan meningkatkan kesejahteraan peserta, membutuhkan dana agar dapat dikelola sesuai dengan Prinsip prinsip Asuransi. Dana yang menjadi bahan pengelolaan diperoleh dari Iuran Peserta Program Tabungan Hari Tua ( THT ) / TASPEN. Karena sifat 34

47 kepesertaan program asuransi sosial bagi pegawai negeri ini adalah wajib. Adapun kewajiban Peserta TASPEN adalah sebagai berikut : 1) Membayar iuran wajib yang dipotong secara langsung dari penghasilan tetap setiap bulannya. Pelaksanaan pemungutan dan penyetoran iuran iuran dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 56 tahun 1974 dan No. 8 tahun 1977 dan ditetapkan sebagai berikut : a) Bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Negara yang gajinya dibayar melalui dan atas beban Anggaran Belanja Negara, dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Departemen Keuangan. b) Bagi pegawai lainnya, termasuk Pegawai Perusahaan Negara, dilakukan oleh instansi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. 2) Memberikan keterangan yang tepat mengenai data jati diri beserta anggota keluarganya. Sesuai dengan perkembangan perekonomian Negara dan Sistem Penggajian yang berlaku pada Pegawai Negeri Sipil, maka besar iuran yang merupakan prosentase tertentu dari penghasilan pegawai berubah ubah sejak keberadaan PT TASPEN (PERSERO). 35

48 Adapun perkembangan besar iuran, adalah sebagai berikut : a) Juli 1961 s/d Desember 1967 : 7 % dari gaji pokok ( PP. No. 9 / 1963 ); b) Januari 1968 s/d Desember 1968 : 3,5 % dari gaji pokok (Keppres. No. 122 / 1968) ; c) Januari 1969 s/d Maret 1970 : 3% dari gaji pokok (Keppres. No. 36 / 1969) d) April 1970 s/d Desember 1974 : 1, 25 % dari penghasilan (Keppres. No. 22 / 1970) e) Januari 1975 s/d Maret 1977 : 3,25 % dari penghasilan (Keppres. No. 56 / 1975) f) April 1977 s/d sekarang : 3,25 % dari penghasilan (Keppres. No. 8 / 1977) Yang dimaksud penghasilan dalam Keppres. No. 8 Tahun 1977 tersebut diatas, ialah : Gaji pokok + Tunjangan istreri +Tunjangan anak. 36

49 f. Masa Iuran Jumlah Masa Iuran dihitung sejak pengangkatan menjadi Calon Pegawai Negeri/Pegawai Bulanan/Pegawai Negeri Sipil/Pejabat Nega ra sampai dengan berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil, dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Pegawai Negeri a) Bila pengangkatan menjadi Calon Pegawai Negeri, Pegawai Bulanan/Pegawai Negeri Sipil sebelum 1 Juli 1961, maka masa iuran dihitung sejak 1 Juli 1961; b) Bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat di ropinsi Irian Jaya, maka masa iurannya dihitung sejak tanggal 1 Januari 1971; c) Bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat di Propinsi Timor Timur, maka masa iurannya dihitung sejak tanggal 1 April 1979; d) Ketentuan cara perhitungan masa iuran diatas berlaku juga bagi Pegawai Honor Daerah dan Pegawai Perusahaan Negara/Perusahaan Jawatan/ Perusahaan Umum/ Perusahaan Terbatas (PT) yang diikuti dengan pembayaran/penyetoran iuran sampai dengan berhenti; e) Masa iuran dihitung dalam tahun dan apabila masa iuran tidak merupakan bilangan bulat, maka masa iuran adalah bilangan bulat ditambah dengan bagian pecahan (bulan). 37

50 2) Pejabat Negara a) Masa iuran dihitung dalam tahun dan apabila masa iuran tidak merupakan bilangan bulat, maka masa iurannya adalah bilangan bulat ditambah dengan bagian pecahan (bulan). b) Bila kepesertaan Pejabat Negara terjadi dalam satu kali masa jabatan, maka iuran dihitung sejak mulai menjadi peserta sampai saat berhenti menjadi peserta 3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) Diatur didalam ketentuan tersendiri. g. Perhitungan Hak Peserta Rumus perhitungan hak peserta berhenti dengan Hak Pensiun adalah : Apabila kematian terjadi setelah Januari 2001 dan Peserta Pensiun atau Meninggal Dunia sebelum Januari 2001, maka P2 sama dengan Penghasilan saat Pensiun atau Meninggal Dunia. ( 0,60 * MI1 * P1 ) + ( 0,60 * MI2 ( P2 - P1 )) Keterangan : MI1 = Masa iuran sejak menjadi peserta sampai dengan berhenti MI2 = Masa iuran sejak Januari 2001 sampai dengan berhenti 38

51 P1 = Penghasilan terakhir yang dikonversi ke Tabel Gaji Pokok PNS 1997 (Terdiri dari Gaji Pokok + Tunjangan Istri + Tunjangan Anak ) P2 = Penghasilan pada / setelah bulan Januari 2001 berdasarkan Tabel Gaji Pokok PNS 2001 ( Terdiri dari Gaji Pokok + Tunjangan Isteri + Tunajangan Anak ). * Peserta : 2 * ( 1 + 0,1 B/12 ) *P2 * Istri / Suami : 1,50 * (1 + 0,1 C/12 ) * P2 * Anak : 0,75 * ( 1 +0,1 C/12 ) * P2 - Rumus Santunan Hak Peserta yang berhenti karena keluar adalah : ( Faktor1 * P1 ) + ( Faktor2 * ( P2-P1)) Dimana faktor adalah suatu nilai konstanta yang ditetapkan Direksi PT. Taspen (Persero) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Gam bar 3.2 Ilustrasi perhitungan Tabungan Hari Tua ( THT ) PNS Sumber : PT Taspen ( Persero ) 39

52 B. PEMBAHASAN 1. Tata Cara dan Persyaratan Pengajuan Santunan THT a. Santunan Tabungan Hari Tua (THT) 1) Santunan atas peserta pensiun Yang bersangkutan mengajukan permintaan pembayaran ke Kantor Cabang Utama/ Kantor Cabang PT TASPEN (PERSERO) dengan mengisi Formulir Akt. 1 TASPEN yang disyahkan oleh Instansinya dengan Lampiran sebagai berikut : a) Salinan atau fotocopy SK Pemberhentian dengan Hak Pensiun yang disyahkan oleh Instansinya. b) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara (SKPPS), yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Daftar Gaji dan disyahkan oleh Kepala Instansinya. 40

53 c) Fotocopy SK. Pengangkatan Pertama sebagai Pegawai Negeri Sipil atau Kartu Peserta TASPEN. Catatan : (1) Dengan ditugaskan PT TASPEN (PERSERO) menyelenggarakan pembayaran pensiun, khususnya peserta TASPEN kelompok Pegawai Negeri Sipil / Daerah otonom dan Pejabat Negara, Pemberian Uang Tabungan Hari Tua dapat dilakukan bersamaan dengan Pembayaran Pensiun Pertama. (2) Dalam hal Peserta berhenti karena Pensiun kemudian Meninggal Dunia sedangkan Tabungan Hari Tua (THT)-nya belum pernah dibayarkan, maka pengajuan Hak- nya dapat dilakukan oleh : (a) Isteri/ Suami syah terdaftar dalam Daftar Kepegawaian (tercantum dalam SK. Pensiun maupun SKPP); (b) Anak syah dari Peserta yang terdaftar dalam Daftar Kepegawian Instansi Almarhum/ Almarhumah/ Peserta, apabila Istri telah Meninggal Dunia terlebih dahulu. (c) Orangtua Almarhum/ Almarhumah, apabila status Peserta bujangan; 41

54 (d) Apabila orangtua Almarhum/ Almarhumah tidak ada/ Meninggal dunia, maka Tabungan Hari Tua (THT) dapat dibayarkan kepada Ahli waris yang lain. Persyaratan lain yang perlu dilampirkan, ialah : i. Pengisian Formulir Akt. 3; ii. Surat Keterangan Kematian yang disyahkan dari Lurah/ Kepala Desa atau dari Rumah Sakit / Puskesmas. Persyaratan yang perlu dilampirkan, ialah : i. Pengisian Formulir Akt. 3 ii. Surat Keterangan Kematian dari Lurah/ Kepala Desa atau Rumah Sakit/ Puskesmas; iii. Surat Keterangan Ahli waris yang syah dari Pengadilan Negeri/ Pengadilan Agama. 2) Santunan Atas Peserta Meninggal Dunia Janda/ Du da/ Ahli Waris mengajukan permintaan pembayaran ke Kantor Cabang Utama / Kantor Cabang PT TASPEN (PERSERO) dengan mengisi Formulir Akt. 2 TASPEN yang disyahkan ol eh Instansinya disertai dengan lampiran berikut ini : a) Mengisi Formulir Akt. 3 TASPEN, yang menjelaskan kematian Almarhum/ commit to Almarhumah user serta hubungan keluarga 42

55 dengan Ahli Waris yang disyahkan serendah- rendahnya Lurah/ Kepala Desa setempat. b) Fotocopy Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara (SKKPS) yang dibuat oleh Pejabat Instansi yang berwenang. c) Kartu Peserta TASPEN (KPT) atau Salinan Fotocopy SK Pengangkatan Pertama menjadi Pegawai. 3) Santunan Atas Peserta Keluar Yang bersangkutan mengajukan permintaan pembayaran ke Kantor Cabang Utama/ Kantor Cabang PT TASPEN (PERSERO) dengan mengisi Formulir Akt. 1 TASPEN yang disyahkan oleh Instansinya, disertai dengan lampiran : a) Salinan atau Fotocopy SK Pemberhentian yang disyahkan oleh Instansinya. b) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Gaji Sementara (SKPPS) yang dibuat dan ditanda tangani oleh Pejabat Pembuat Daftar Gaji dan disyahkan oleh Kepala Instansinya. c) Salinan atau SK Pengangkatan Pertama Pegawai Negeri atau Kartu Peserta TASPEN. Catatan : Dalam hal Peserta berhenti karena Keluar, kemudian Meninggal commit Dunia sedangkan to user Tabungan Hari Tua (THT)- 43

SELAMAT DATANG PESERTA RAPAT KOORDINASI

SELAMAT DATANG PESERTA RAPAT KOORDINASI SELAMAT DATANG PESERTA RAPAT KOORDINASI BKN,BKD dan INSTANSI VERTIKAL Propinsi/Kabupaten/Kota se-jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 1 Surakarta, 08 Nopember 2011 SOSIALISASI KETASPENAN PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB X ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI DAN ABRI

BAB X ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI DAN ABRI BAB X ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI DAN ABRI Pegawai negeri maupun meliter Republik Indonesia telah lama mengikuti program jaminan sosial, bahkan untuk program pensiun sudah diadakan sejak zaman Hindia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan biasanya memiliki sistem masing-masing, dikarenakan sistem merupakan suatu tujuan bersama dalam menjalankan perusahaan agar mampu

Lebih terperinci

BAB II PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA MEDAN

BAB II PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA MEDAN 7 BAB II PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA MEDAN A. Sejarah Singkat PT Taspen adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang asuransi yang meliputi, Tabungan Hari Tua (THT) dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama kurang lebih tujuh bulan, yaitu mulai bulan November 2009 sampai dengan Mei 2010. 2. Tempat

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA (THT) BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SURAKARTA

PROSEDUR PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA (THT) BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SURAKARTA PROSEDUR PEMBAYARAN TABUNGAN HARI TUA (THT) BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN ADMINISTRASI DANA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA PT. TASPEN (PERSERO) CABANG JEMBER

PELAKSANAAN ADMINISTRASI DANA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA PT. TASPEN (PERSERO) CABANG JEMBER PELAKSANAAN ADMINISTRASI DANA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA PT. TASPEN (PERSERO) CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh : NIAGARA NIM. 090803102043/AK PROGRAM DIPLOMA III ADM. KEUANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB II PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI A. PEMBERHENTIAN PEGAWAI 1. Pengertian Pemberhentian Pegawai Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Setiap orang mendambakan kehidupan yang layak, hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik memulai wirausaha atau menjadi pegawai sebuah perusahaan,

Lebih terperinci

Prosedur Pengajuan Klaim Gaji Pensiun Pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor

Prosedur Pengajuan Klaim Gaji Pensiun Pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor Prosedur Pengajuan Klaim Gaji Pensiun Pada PT. Taspen (Persero) Kantor Cabang Bogor Nama : Muhamad Raynaldi Npm : 46213076 Pembimbing :Dr. Budi Santoso, SE. MM BAB I ( PENDAHULUAN ) Latar Belakang Jaminan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan publik yang prima bagi masyarakatnya sesuai yang telah diamanatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan publik yang prima bagi masyarakatnya sesuai yang telah diamanatkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah memiliki peranan yang sangat penting untuk menyediakan layanan publik yang prima bagi masyarakatnya sesuai yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang. Dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BUKU SAKU PENGELOLAAN ADMINISTRASI PENSIUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK.06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

TABUNGAN HARI TUA (THT)

TABUNGAN HARI TUA (THT) TABUNGAN HARI TUA (THT) 1. Pengertian : Tabungan Hari Tua adalah Program Asuransi Dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan Asuransi Kematian. 2. Peserta : Peserta Program THT yaitu Pegawai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. menjadi PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. menjadi PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Taspen (PERSERO) PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri yang sering disingkat menjadi PT. TASPEN (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. program ini sudah dimulai sejak tahun 1960 yang dirintis melalui Konfrensi

METODE PENELITIAN. program ini sudah dimulai sejak tahun 1960 yang dirintis melalui Konfrensi 31 III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan Pembayaran Dana Pensiun untuk PNS pada dasarnya adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri

Lebih terperinci

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 19 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah PT. TASPEN (Persero) PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT. Taspen (Persero) merupakan suatu Badan

Lebih terperinci

MEKANISME ACCOUNT OFFICER (AO) DALAM MELAKUKAN ANALISIS KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG KARANGANYAR

MEKANISME ACCOUNT OFFICER (AO) DALAM MELAKUKAN ANALISIS KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG KARANGANYAR MEKANISME ACCOUNT OFFICER (AO) DALAM MELAKUKAN ANALISIS KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. KANTOR CABANG KARANGANYAR Disusun Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia perekonomian saat ini sangat mempengaruhi pola pikir individu untuk bekerja lebih giat guna mendapatkan penghasilan yang sebesar-besarnya.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Persero atau PT TASPEN (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2008:5) Pengertian Prosedur menurut M. Nafarin (2009:9)

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2008:5) Pengertian Prosedur menurut M. Nafarin (2009:9) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 PENGERTIAN PROSEDUR Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2008:5) Prosedur adalah suatu urut-urutan kegiatan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya seseorang dilahirkan dan tumbuh menjadi tua. Dalam masa tua tersebut seseorang tidak mampu lagi untuk bekerja secara produktif seperti sedia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DIREKSI PT. BANK NEGARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN VETERAN, DANA KEHORMATAN VETERAN, DAN UANG DUKA VETERAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN VETERAN KEPADA VETERAN REPUBLIK INDONESIA. Pasal 1

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN VETERAN KEPADA VETERAN REPUBLIK INDONESIA. Pasal 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1977 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN VETERAN KEPADA VETERAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

Prosedur Pembayaran Klaim Tabungan Hari Tua (THT) Pada PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor

Prosedur Pembayaran Klaim Tabungan Hari Tua (THT) Pada PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor Prosedur Pembayaran Klaim Tabungan Hari Tua (THT) Pada PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor Nama : Paranita Octavani Freddy NPM : 46213827 Pembimbing : Dr. Budi Santoso, SE, MM BAB I PENDHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN PROGRAM DANA PENSIUN PADA. PT. TASPEN (Persero) KANTOR CABANG SURAKARTA

PROSEDUR PENGAJUAN PROGRAM DANA PENSIUN PADA. PT. TASPEN (Persero) KANTOR CABANG SURAKARTA PROSEDUR PENGAJUAN PROGRAM DANA PENSIUN PADA PT. TASPEN (Persero) KANTOR CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Progam Diploma III

Lebih terperinci

PROSEDUR PELAKSANAAN ADMINISTRASI REKENING GIRO PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG JEMBER

PROSEDUR PELAKSANAAN ADMINISTRASI REKENING GIRO PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG JEMBER PROSEDUR PELAKSANAAN ADMINISTRASI REKENING GIRO PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA oleh: Halinda Dwi Sumarni NIM 070803102096 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PROGRAM PENSIUN. 2.2 TNI / POLRI dan PNS dari Kementerian Pertahanan yang diberhentikan sebelum 1 April 1989

PROGRAM PENSIUN. 2.2 TNI / POLRI dan PNS dari Kementerian Pertahanan yang diberhentikan sebelum 1 April 1989 PROGRAM PENSIUN 1. Pengertian : Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintahan. 2. Peserta : 2.1 Peserta Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, kini industri asuransi mulai dilirik oleh masyarakat. Kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

PROSEDUR ADMINISTRASI KREDIT DANA PENSIUN PADA PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

PROSEDUR ADMINISTRASI KREDIT DANA PENSIUN PADA PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR ADMINISTRASI KREDIT DANA PENSIUN PADA PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh LIA ANJARWANI SETYOWATI NIM : 100803102019 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selaras dengan perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, setiap

I. PENDAHULUAN. Selaras dengan perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, setiap 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selaras dengan perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara, setiap penduduk diberikan kesempatan untuk terlibat dengan proses pembangunan ekonomi Negara/ daerah

Lebih terperinci

DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Oleh : SRI WIDAYANTI, SH DIREKTORAT STATUS DAN KEDUDUKAN KEPEGAWAIAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 2017 PENGERTIAN KEDUDUKAN (HUKUM) KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. No.166, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-26.KP.10.09

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi Tugas tugas dan Memenuhi Syarat syarat guna memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, adalah badan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) a. Pengertian Badan Usaha Milik Negara Pengertian Badan Usaha Milik Negara dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, T

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, T No.280, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tunjangan. Dana Kehormatan. Uang Duka.Veteran. Pembayaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya tugas pokok dari sebuah organisasi publik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya tugas pokok dari sebuah organisasi publik adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya tugas pokok dari sebuah organisasi publik adalah melayani dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat, sehingga aparat pemerintah memiliki tanggung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 153 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN DAN PROSEDUR PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG SURAKARTA

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG SURAKARTA PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PENERIMAAN PREMI PERTAMA DAN PENAGIHAN BULANAN DI PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA

ADMINISTRASI PENERIMAAN PREMI PERTAMA DAN PENAGIHAN BULANAN DI PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA ADMINISTRASI PENERIMAAN PREMI PERTAMA DAN PENAGIHAN BULANAN DI PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md) Program

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011 Tentang DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI, Menimbang : a. bahwa Dana Pensiun merupakan sarana penghimpun dana, guna

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PELAYANAN PEMBAYARAN DANA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SURAKARTA

ADMINISTRASI PELAYANAN PEMBAYARAN DANA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SURAKARTA ADMINISTRASI PELAYANAN PEMBAYARAN DANA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : : a. bahwa perusahaan Daerah, sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kerja mempunyai arti dan peranan yang penting dalam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA AJB BUMIPUTERA 1912 CABANG JEMBER

PELAKSANAAN PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA AJB BUMIPUTERA 1912 CABANG JEMBER PELAKSANAAN PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA AJB BUMIPUTERA 1912 CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh : ADY SAPUTRA NIM: 050803104222/AKT UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Negara dan abdi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN KREDIT PENSIUN. PADA PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASONAL Tbk. KANTOR CABANG SURAKARTA

PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN KREDIT PENSIUN. PADA PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASONAL Tbk. KANTOR CABANG SURAKARTA PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENGAWASAN KREDIT PENSIUN PADA PT. BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASONAL Tbk. KANTOR CABANG SURAKARTA Tugas Akhir Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH SARANA PEMBANGUNAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : : bahwa perusahaan Daerah, sebagai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KUPEDES BERMASALAH UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. UNIT NGRINGO KARANGANYAR

PENGELOLAAN KUPEDES BERMASALAH UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. UNIT NGRINGO KARANGANYAR PENGELOLAAN KUPEDES BERMASALAH UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. UNIT NGRINGO KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

PEMBUKAAN PENGENALAN TASPEN VISI DAN MISI PROGRAM TASPEN

PEMBUKAAN PENGENALAN TASPEN VISI DAN MISI PROGRAM TASPEN SOSIALISASI PROGRAM TASPEN 2 MATERI SOSIALISASI I II III IV PEMBUKAAN PENGENALAN TASPEN VISI DAN MISI PROGRAM TASPEN PESERTA HAK & KEWAJIBAN PESERTA PROSEDUR PENGURUSAN KLIM MITRA KERJA/JARINGAN LAYANAN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md) dalam Bidang Manajemen Administrasi. Oleh : DWI PURWANTI D

TUGAS AKHIR. Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md) dalam Bidang Manajemen Administrasi. Oleh : DWI PURWANTI D PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segi ekonomi, pajak merupakan perpindahan sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Bagi sektor publik, pajak akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

Lebih terperinci

PROSEDUR ADMINISTRASI PENCAIRAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT.BTPN, Tbk KANTOR CABANG JEMBER

PROSEDUR ADMINISTRASI PENCAIRAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT.BTPN, Tbk KANTOR CABANG JEMBER PROSEDUR ADMINISTRASI PENCAIRAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT.BTPN, Tbk KANTOR CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh IDA ARISTA NIM 090803102002 PROGAM STUDI DIII ADMINISTRASI KEUANGAN DAN PERBANKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1977 TENTANG ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tenaga kerja mempunyai arti dan peranan yang penting dalam

Lebih terperinci

Nomor induk pegawai (NIP) diberikan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil termasuk calon Pegawai Negeri Sipil.

Nomor induk pegawai (NIP) diberikan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil termasuk calon Pegawai Negeri Sipil. Nmr Induk Pegawai Pemberian Nmr Induk Pegawai (NIP) Nmr induk pegawai (NIP) diberikan kepada setiap Pegawai Negeri Sipil termasuk caln Pegawai Negeri Sipil. Fungsi NIP adalah sebagai berikut: 1. Sebagai

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1980 TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRASI KEPALA DAERAH/ WAKIL KEPALA DAERAH DAN BEKAS KEPALA DAERAH/BEKAS WAKIL KEPALA DAERAH SERTA JANDA/DUDANYA Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : bahwa ketentuan-ketentuan tentang perawatan dan tunjangan cacad Pegawai

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA Jakarta, 25 Februari 2016 INOVASI LAYANAN PERUSAHAAN Mobil Layanan Layanan 1 Jam Pembayaran Taperum Klim Otomatis 2017 Untuk Seluruh Peserta INOVASI LAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Negara dan abdi masyarakat mempunyai potensi yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PROGRAM DANA PENSIUN PEGAWAI NEGERI PADA PT.TASPEN (PERSERO) CABANG JEMBER

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PROGRAM DANA PENSIUN PEGAWAI NEGERI PADA PT.TASPEN (PERSERO) CABANG JEMBER PELAKSANAAN ADMINISTRASI PROGRAM DANA PENSIUN PEGAWAI NEGERI PADA PT.TASPEN (PERSERO) CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh : ATMI PURWANINGSIH NIM.080803102050 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR TAHUN 0 TENTANG TENAGA KEPENDIDIKAN TETAP NON PNS UNIVERSITAS BRAWIJAYA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PELAKSANAAN ADMINISTRASI PELAYANAN JAMINAN HARI TUA PADA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) KANTOR CABANG JEMBER

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PELAKSANAAN ADMINISTRASI PELAYANAN JAMINAN HARI TUA PADA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) KANTOR CABANG JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PELAKSANAAN ADMINISTRASI PELAYANAN JAMINAN HARI TUA PADA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) KANTOR CABANG JEMBER Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.)

Lebih terperinci

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012) BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012) I. CLUSTER KASN A. Mengenai Tugas, Fungsi, Kewenangan, Kedudukan dan Keanggotaan

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PERMOHONAN CUTI PEGAWAI DI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA

SISTEM DAN PROSEDUR PERMOHONAN CUTI PEGAWAI DI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA SISTEM DAN PROSEDUR PERMOHONAN CUTI PEGAWAI DI PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI VI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli

Lebih terperinci

PROSEDUR PENDAFTARAN DAN PEMBAYARAN PROGRAM JAMINAN JASA KONSTRUKSI DI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN CABANG SURAKARTA

PROSEDUR PENDAFTARAN DAN PEMBAYARAN PROGRAM JAMINAN JASA KONSTRUKSI DI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN CABANG SURAKARTA PROSEDUR PENDAFTARAN DAN PEMBAYARAN PROGRAM JAMINAN JASA KONSTRUKSI DI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN CABANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1981 TENTANG ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Negara dan abdi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG PENYESUAIAN PENSIUN EKS PEGAWAI NEGERI SIPlL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG PENYESUAIAN PENSIUN EKS PEGAWAI NEGERI SIPlL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DANA PENSIUN

PERATURAN DANA PENSIUN PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN PT PLN (PERSERO) PDP - DPPLN 2016 DANA PENSIUN PLN Jalan Wolter Monginsidi No. 5 Kebayoran Baru Jakarta 12110 Tambahan Berita Negara R.I Tanggal 23 Juni 2017 No.

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA NYATA PELAKSANAAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMBERIAN PINJAMAN BARANG GADAI PADA PERUM PEGADAIAN CABANG TEGAL BOTO JEMBER

LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA NYATA PELAKSANAAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMBERIAN PINJAMAN BARANG GADAI PADA PERUM PEGADAIAN CABANG TEGAL BOTO JEMBER LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA NYATA PELAKSANAAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMBERIAN PINJAMAN BARANG GADAI PADA PERUM PEGADAIAN CABANG TEGAL BOTO JEMBER diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PEMELIHARAAN KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PENERIMA PENSIUN BESERTA ANGGOTA KELUARGANYA Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 Tanggal 30 Agustus 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN) NO. 1. Judul Undang-undang tentang Pokok- Pokok kepegawaian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SERANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SERANG BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PT. TASPEN (PERSERO) CABANG SERANG A. Sejarah berdirinya PT. TASPEN (Persero) PT. TASPEN (Persero) adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan pemerintah untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.) Dalam Bidang Manajemen

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI APLIKASI JL-INDO DALAM PENGAJUAN DAN PEMBAYARAN KLAIM EKSPIRASI DI PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA

SISTEM INFORMASI APLIKASI JL-INDO DALAM PENGAJUAN DAN PEMBAYARAN KLAIM EKSPIRASI DI PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA SISTEM INFORMASI APLIKASI JL-INDO DALAM PENGAJUAN DAN PEMBAYARAN KLAIM EKSPIRASI DI PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Sebutan Vokasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 1985 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN VETERAN KEPADA VETERAN REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa sesuai dengan perkembangan keadaan dipandang

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN HAK DAN PERHITUNGAN PREMI ASURANSI TABUNGAN HARI TUA (THT) KEPADA PESERTA PADA PT. TASPEN (PERSERO) KCU JAKARTA Nama : Utari

PROSEDUR PEMBERIAN HAK DAN PERHITUNGAN PREMI ASURANSI TABUNGAN HARI TUA (THT) KEPADA PESERTA PADA PT. TASPEN (PERSERO) KCU JAKARTA Nama : Utari PROSEDUR PEMBERIAN HAK DAN PERHITUNGAN PREMI ASURANSI TABUNGAN HARI TUA (THT) KEPADA PESERTA PADA PT. TASPEN (PERSERO) KCU JAKARTA Nama : Utari Kusuma Putri NPM : 48211065 Kelas : 3DA02 Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEGAL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) NO. 068/KEP.DIR/2005 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK MANDIRI

KEPUTUSAN DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) NO. 068/KEP.DIR/2005 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK MANDIRI KEPUTUSAN DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) NO. 068/KEP.DIR/2005 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK MANDIRI DIREKSI PT BANK MANDIRI (PERSERO), Menimbang :a. bahwa untuk menjamin kesinambungan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM DAN PERHITUNGAN MANFAAT TABUNGAN HARI TUA SERTA DANA PENSIUN SEBAGAI HAK PESERTA PT TASPEN (PERSERO) CABANG LAMPUNG

PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM DAN PERHITUNGAN MANFAAT TABUNGAN HARI TUA SERTA DANA PENSIUN SEBAGAI HAK PESERTA PT TASPEN (PERSERO) CABANG LAMPUNG PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM DAN PERHITUNGAN MANFAAT TABUNGAN HARI TUA SERTA DANA PENSIUN SEBAGAI HAK PESERTA PT TASPEN (PERSERO) CABANG LAMPUNG Oleh Elsiana Yunita ABSTRAK Tujuan dari penulisan tugas akhir

Lebih terperinci

PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN PREMI PADA PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) JEMBER BRANCH OFFICE LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN PREMI PADA PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) JEMBER BRANCH OFFICE LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN PREMI PADA PT. ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) JEMBER BRANCH OFFICE LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Premi Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, sepintas definsi tersebut tidak ada kesamaan antara definisi satu dengan

Lebih terperinci

Pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan pt bank rakyat indonesia (bri) cabang klaten

Pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan pt bank rakyat indonesia (bri) cabang klaten Pengaruh kualitas jasa terhadap kepuasan pt bank rakyat indonesia (bri) cabang klaten Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA PROSEDUR AKUNTANSI PENGUTIPAN DANA ASURANSI KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN SESUAI DENGAN UU 34 TH 64. JO PP NO 18 TH 65 PADA PT JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN PERTANYAAN INOVATIF

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN PERTANYAAN INOVATIF UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN PERTANYAAN INOVATIF ( PTK di SMP Negeri 2 Selogiri Tahun Ajaran 2010/ 2011 ) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN Imam Gunawan Pemensiunan pasti PHK PHK belum tentu Pensiun PHK P PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pemberhentian seorang pegawai yang mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan

Lebih terperinci