Kronologis dan Latar Belakang Konflik PT BNIL
|
|
- Ivan Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kronologis dan Latar Belakang Konflik PT BNIL Pada tanggal 2 dan 3 Oktober 2016 terjadi kerusuhan di lahan PT. BNIL dan di Desa Bujuk Agung dan Agung Jaya, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang. Dalam kerusuhan ini melibatkan Pam Swakarsa PT. BNIL, masyarakat yang tergabung dalam Serikat Tani Korban Gusuran BNIL (STKGB) dan polisi. Akibat kerusuhan itu terjadi kerusakan pada beberapa unit sepeda motor milik Pam Swakarsa dan penangkapan yang berlanjut penahanan terhadap 12 anggota STKGB. Sebagaimana yang diberitakan di berbagai media, baik polisi maupun pihak PT. BNIL menimpakan kesalahan sepenuhnya kepada masyarakat yang tergabung dalam STKGB. Bahkan ada upaya untuk mengalihkan masalah seolah-olah kerusuhan itu didalangi atau ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu, bukan murni kepentingan masyarakat yang memperjuangkat hak atas tanahnya yang dirampas oleh PT. BNIL secara melawan hukum. Oleh karena itu, Konsorsium Pembaruan Agraria yang selama ini mendampingi perjuangan masyarakat yang tergabung dalam Serikat Tani Korban Gusuran BNIL (STKGB) ingin meluruskan dan memberikan informasi yang seimbang atas peristiwa kerusahan itu. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1986 dan 1988 tanah/kawasan yang dihuni oleh 7 desa diberikan (dicadangkan) oleh Gubernur Lampung kepada 3 anak perusahaan Sungai Budi Grup. Salah satu anak perusahaan itu adalah PT. Bangun Nusa Indah Lampung (BNIL). Pada tahun 1991 PT. BNIL dengan dibantu Bakorstanasda Korem 043 Garuda Hitam mengosongkan areal 7 desa dengan paksa dan kekerasan. Karena masalah tidak selesai dengan pengusiran 7 desa, Menteri Dalam Negeri membuat kebijakan penyelesaian masalah dengan cara menyertakan korban penggusuran dalam program transmigrasi swakarsa. Dalam program ini setiap korban mendapatkan ganti tanah seluas 2 hektar dengan perincian: ¼ hektar untuk pekarangan, ¾ hektar untuk lahan pangan dan 1 hektar untuk lahan usaha yang wajib disertakan sebagai plasma PT. BNIL. Berdasarkan kebijakan Mendagri, Gubernur Lampung menerbitkan Ijin Lokasi kepada PT. BNIL seluas hektar dengan perincian: hektar untuk lahan inti dan hektar untuk lahan plasma. Entah oleh motivasi apa, PT. BNIL dengan dibantu aparat Bakorstanda Korem 043 Garuda Hitam memaksa masyarakat menandatangani blanko kosong dan memberikan uang Rp bagi yang telah tanda tangan. Pada tahun 1988 masyarakat baru mengetahui bahwa blanko kosong yang ditandatangani tahun 1993 itu berupa Berita Acara Penyerahan Lahan (plasma) dan Ganti Rugi. Artinya, masyarakat kehilangan lahan plasma 1 hektar dan diganti dengan uang Rp Berdasarkan Berita Acara yang sudah ditanda tangani tanpa sadar dan dengan paksa itu PT. BNIL mengajukan permohonan kepada Gubernur Lampung untuk mengubah
2 status lahan plasma menjadi lahan inti. Dan Gubernur Lampung meluluskan permohonan PT. BNIL. Dengan demikian PT. BNIL memiliki lahan inti seluas hektar. Berdasarkan Ijin Lokasi yang sudah dimiliki, PT. BNIL mendapatkan sertifikat HGU dari BPN seluas 6.474,85 hektar. Masyarakat terus memperjuangkan haknya. Sebab: (1) faktanya tidak semua korban gusuran dari 7 desa mendapatkan lahan pekarangan dan lahan pangan yang seluas 1 hektar; (2) masyarakat merasa bahwa dirinya masih memiliki hak atas lahan plasma yang seluas 1 hektar. Perjuangan sudah 25 tahun. Pemerintah tidak pernah menanggapi sungguh-sungguh atas tuntutan masyarakat. Pemerintah hanya selalu menyampaikan jangan anarkhis, sabar, sedang diusahakan. Penguasa sudah berganti-ganti. Tanggapannya sama saja. Sejak 1991 sampai dengan saat ini, sudah 8 nyawan melayang, baik dari masyarakat korban gusuran maupun Pam Swakarsa yang dibentuk oleh PT. BNIL. Kekerasan demi kekerasan terus berlangsung. Tetapi pemerintah diam saja. Akibat dari penggusuran dan perampasan tanah itu, masyarakat korban gusuran hidup miskin. 2. Kronologi Kerusuhan Tanggal 8 September 2016, masyarakat korban perampasan tanah yang dilakukan oleh PT. BNIL tahun 1991 dan 1993 yang tergabung dalam Serikat Tani Korban Gusuran BNIL (STKGB) menduduki lahan yang saat ditanami tebu oleh PT. BNIL di Blok 7. Massa anggota STKGB yang menduduki lahan sekitar Massa mendirikan tenda-tenda plastik sejumlah 54 buah tenda. Polisi berusaha mengusir, tapi tidak berhasil. Pendudukan lahan berlangsung sampai dengan tanggal 2 Oktober Selama massa menduduki lahan, para pimpinan STKGB mendatangi Gubernur Lampung, Komnas HAM, Komisi II DPR RI, dan Kementerian Agraria, agar lembaga-lembaga ini mendorong langkah-langkah penyelesaian yang damai dan konstitusional. Tanggal 29 September 2016, Komnas HAM mengundang para pihak di Hotel Horison, Bandar Lampung untuk maksud mediasi. Tapi Gubernur Lampung dan pihak PT. BNIL tidak hadir. Pertemuan hanya menghasilkan himbauan-himbauan. Pada saat yang sama Kapolda Lampung juga mengundang Gubernur Lampung, Bupati Tulang Bawang, Kejaksaan Tinggi Lampung, dan lain-lain untuk membahas langkah-langkah penyelesaian konflik PT. BNIL. Sebagaimana dirilis oleh media yang terbit tanggal 30 September 2016, pertemuan yang diselenggarakan Kapolda menghasilkan kesepakatan untuk membentuk Satgas yang dikendalikan oleh Gubernur Lampung. Tanggal 30 September 2016, bertempat di Bujuk Agung, Bupati Tulang Bawang (Hanan Razak), Kapolres Tulang Bawang (AKBP Agus Wibowo) dan Dandim Menggala menemui pimpinan STKGB. Dalam pertemuan itu Bupati Tulang Bawang
3 menyampaikan hasil pertemuan dengan Kapolda Lampung, yakni penyelesaian masalah akan dilakukan dengan cara membentuk Satgas. Satgas akan dibentuk oleh Gubernur Lampung. Bupati juga menyampaikan koridor-koridor penyelesaian masalah yang sudah disepakati dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Kapolda Lampung, yakni: (1) penyelesaian masalah menggunakan prinsip win-win solution; (2) tidak ada pencabutan HGU. Kapolres menambahkan bahwa masyarakat (massa STKGB) diminta untuk meninggalkan lokasi pendudukan. Kapores juga berjanji untuk menarik Pam Swakarsa yang dibentuk oleh PT. BNIL. Tanggal 1 Oktober 2016, jam Tenda massa STKGB sepi, banyak anggota yang meninggalkan tenda. Pasukan Sabhara 1 pleton yang selama ini berjaga dan bertenda diantara komplek tenda massa STKGB dengan komplek tenda Pam Swakarsa kosong. Tinggal 1 orang yang tersisa yang bernama Komang. Yang lain entah kemana. Tibatiba muncul 3 orang Pam Swakarsa masuk di wilayah tenda massa STKGB. Salah seorang anggota Pam Swakarsa yang sedang bertilpun mengatakan bahwa: Mereka hanya sedikit. Kita saja mampu. Setelah itu 3 orang anggota Pam Swakarsa ini memberi tanda memanggil pasukan Pam Swakarsa yang sudah siap di belakang mereka untuk maju. Melihat pergerakan Pam Swakarsa, Koman (anggota Sabhara yang masih tertinggal di tenda Sabhara) memberitahu massa STKGB bahwa Pam Swakarsa datang menyerang. Atas pemberitahuan anggota Sabhara, massa STKGB memukul kentongan sambil berteriak Pam menyerang. Tidak terlalu lama, massa STKGB sudah berkumpul dan langsung menghadang Pam Swakarsa yang mulai bergerak maju. Tapi jumlahnya masih relatif sedikit dibandingkan dengan massa Pam Swakarsa. Massa sudah berhadap-hadapan. Saling memaki, saling mengejek dan pamer kesaktian. Tetapi belum terjadi bentrok. Tertundanya bentrok membuat massa STKGB semakin banyak. Kentongan dan penguman di masjid membuat seluruh massa STKGB yang masih di rumah segera menuju lokasi pendudukan. Ketika salah seorang Pam Swakarsa memamerkan kesaktiannya dengan cara membacok-bacokkan goloknya di dada dan lengannya, kemarahan massa STKGB sudah tidak terbendung. Pamer kesaktian itu justru memicu serangan. Dengan didahului suara letusan senapan gejluk, massa STKGB menyerang pasukan Pam Swakarsa yang bersenjata. Pasukan Pam Swakarsa melarikan diri. Massa STKGB mengejar sampai dengan lokasi perkemahan Pam Swakarsa. Tidak ada polisi. Hanya ada 5 anggota TNI yang mencoba mencegah kemarahan massa. Tapi tidak berhasil. Massa yang marah merusak, membakar semua barang yang diduga milik anggota Pam Swakarsa. Ada 39 sepeda motor dirusak. 15 diantaranya dibakar. 1 unit traktor dibakar. 1 unit mobil PT. BNIL yang berfungsi sebagai pengirim logistik dirusak. Sekitar jam massa anggota STKGB meninggalkan area Pam Swakarsa. Sekitar jam Kapolres Tulang Bawang datang di lokasi dan masuk tenda Sabhara. Ketika berbicara dengan Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan STKGB, Kapolres menyalahkan tindakan massa STKGB yang menghancurkan kemah dan merusak kendaraan bermotor Pam Swakarsa.
4 Tanggal 2 September 2016, jam Massa STKGB mendapat informasi bahwa Pam Swakarsa dalam jumlah besar akan menyerang massa STKGB. Ketongan dipukul. Di masjid-masjid diumumkan. Serangan tidak ada. Sekitar jam helikorpter Kapolda Lampung mendarat di base camp PT. BNIL. Jam pasukan Brimob dalam jumlah yang besar didatangkan ke lokasi lengkap dengan water canon, gas air mata, senapan laras panjang, kawat berduri. Jam pasukan Brimob melakukan pengusiran. Massa STKGB melawan dengan cara duduk di tanah dan tidak membawa senjata apa pun. Jam massa STKGB berhasil dihalau dari lokasi pendudukan. Salah seorang pimpinan STKGB, Sujarno ditangkap dan dimasukkan ke mobil polisi. Begitu berhasil mengusir massa STKGB, pasukan Polwan yang ikut dalam proses pengusiran berteriak bersama: Hore kita berhasil. Massa yang terusir terkonsentrasi di kebun karet yang berbatasan dengan lokasi kebun PT. BNIL. Salah seorang pimpinan STKGB sempat menyampaikan kepada Kapolres Tulang Bawang bahwa keadaan ini bisa berkembang menjadi kerusuhan. Tatapi Kapolres tidak memberikan tanggapan. Hanya melanjutkan pengusiran. Jam atas inisiatif sendiri-sendiri memblokir Jalan Lintas Timur dengan cara bediri di badan jalan, menebang kayu dan membakar ban bekas. Ada sebuah mobil tronton diparkir melintang. Kemudian bis Kramat Jati juga diparkir melintang. Kunci mobil diambil massa yang marah. Pasukan Brimob menembakkan gas air mata, peluru (entah tajam, entah karet), mengejar, menyisir dan menangkap. Seorang warga terkena tabung gas air mata di kepalanya. Seorang bayi yang digendong oleh ibunya yang tidak terlibat dalam kerumunan massa terpapar gas air mata. Pengejaran dilakukan ke rumah-rumah penduduk. Massa anggota STKGB bersembunyi di ladang-ladang. 12 anggota SRKGB ditangkap dan ditahan polisi. Tanggal 3-8 Oktober Polisi masih mengejar beberapa pimpinan STKGB. Tanggal 3 Oktober, jam polisi menjebol pintu rumah seorang warga di RK IV, Bujuk Agung. Karena polisi mengira di dalam rumah itu bersembunyi salah seorang pimpinan STKGB. Jumlah polisi di Desa Bujuk Agung dan Agung Jaya semakin banyak. Masyarakat yang ketakutan bersembunyi di kebun karet dengan membuat tenda. Tenda-tenda persembunyian yang berhasil ditemukan oleh polisi diobrak-abrik. Tanggal 4 beberapa anggota STKGB yang ditahan dilepaskan. Tanggal 5, LBH Bandar Lampung mengunjungi anggota STKGB yang ditahan di Polres Tulang Bawang. Anggota STKGB yang masih ditahan 6 orang: (1) Sukirman/Ketua DP STKGB; (2) Sukirji/Sekretaris; (3) Sujarno/Anggota; (4) Hasanudin/Anggota; (5) Juanda/Anggota; (6) Rajiman. Tanggal 6 Komnas HAM mengunjungi massa anggota STKGB di Desa Agung Jaya. Satgas yang digagas Kapolda Lampung belum dibentuk. Selain pengusiran dan kekerasan, pemerintah belum memiliki solusi yang adil dan damai. Kesimpulan Berdasarkan fakta-fakta yang ada, maka dapat diduga: a. Kerusuhan tanggal 1 Oktober 2016 ketika massa STKGB menyerang pasukan Pam Swakarsa sengaja dikondisikan oleh polisi, agar polisi memiliki alasan untuk mengusir massa STKGB dan menangkap pimpinan STKGB. Jika hal itu terjadi bukan karena
5 kondisi yang disengaja, paling tidak polisi telah membiarkan kerusuhan itu berpeluang terjadi. b. Secara keseluruhan, apa yang dilakukan oleh polisi, khususnya Kapolda Lampung, merupakan upaya yang sistematis untuk melemahkan gerakan masyarakat yang bermaksud untuk menuntut keadilan. ***
I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di sebabkan karena pelecehan seksual dimana adanya fitnah kepada warga masyarakat suku Bali
Lebih terperinciBentrokan Aparat Polres Jeneponto Versus Warga Sipil Terkait Eksekusi Lahan 2 ha oleh PN Jeneponto
Kronik Bentrokan Aparat Polres Jeneponto Versus Warga Sipil Terkait Eksekusi Lahan 2 ha oleh PN Jeneponto Letak/Lokasi Kejadian: Dusun Belong, Desa Rumbia Kec. Rumbia Kab. Jeneponto Uraian Korban Polisi
Lebih terperinciDI SUSUN OLEH WALHI DAN YLBHI 14 NOPEMBER 2011
KRONOLOGI KASUS AGRARIA/PERKEBUNAN SAWIT PT. BARAT SELATAN MAKMUR INVESTINDO DENGAN WARGA DESA SRITANJUNG, KAGUNGAN DALAM DAN NIPAH KUNING KABUPATEN MESUJI LAMPUNG DI SUSUN OLEH WALHI DAN YLBHI 14 NOPEMBER
Lebih terperinciIni Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau
Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau Nusantarapos,- Kebakaran hutan di Propinsi Riau yang terjadi beberapa waktu yang lalu ternyata menjadikan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup,
Lebih terperinciANALISIS YURIDIS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI INDONESIA (Studi Kasus di Mesuji Sumatra Selatan)
ANALISIS YURIDIS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI INDONESIA (Studi Kasus di Mesuji Sumatra Selatan) Fazlur Rahman 1), Muhammad Ashri 2), Trifenny Widayanti 2) 1) Mahasiswa Jurusan Hukum Internasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa Agom Kalianda dan sekitarnya dengan massa Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Lampung Selatan pada
Lebih terperinciSuku Yerisiam Gua Gugat PT.Nabire Baru Dengan Cara Adat dan Hukum Negara
Siaran Pers Suku Yerisiam Gua Gugat PT.Nabire Baru Dengan Cara Adat dan Hukum Negara Suku Besar Yerisiam Gua di Nabire (utara) Pulau Papua, kembali melakukan aksi merebut kembali hak leluhur mereka. Salah
Lebih terperinciREGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN
REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN DISAMPAIKAN OLEH PROF. DR. BUDI MULYANTO, MSc DEPUTI BIDANG PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM KEMENTERIAN AGRARIA, TATA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciFORMAT KASUS - KOMPREHENSIF
NO. REC. KASUS: 16 KASUS: SENGKETA TANAH PERHUTANI DESA NGEREANAK, KECAMATAN SINGOROJO, KABUPATEN KENDAL. DESKRIPSI: Sejarah Penguasaan Tanah Sebelum masuknya Belanda ke Indonesia Sejarah terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang
Lebih terperinciLAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA
LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA
Lebih terperinciNASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN KEPOLISIAN RESOR TULANG BAWANG TENTANG
NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DENGAN KEPOLISIAN RESOR TULANG BAWANG NOMOR : 180/ NOMOR : /1.02/NPHD/HK/TUBABA/2016 TENTANG BELANJA DANA HIBAH PENGAMANAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan
156 V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Kementerian melaksanakan kebijakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.
No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN
Lebih terperinciStrategi rehabilitasi hutan terdegradasi
Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diaktualisasikan dalam bingkai formulasi kebijakan sosio-politis yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi sebuah wacana penting dalam ranah civil society. Bagi Indonesia, wacana HAM diterima, dipahami, dan diaktualisasikan dalam bingkai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN / PENETAPAN TANDA NOMOR POLISI KENDARAAN PERORANGAN DINAS DAN KENDARAAN DINAS OPERASIONAL / JABATAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN
Lebih terperinci2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten
Lebih terperinciSIARAN PERS LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG Nomor : 03/S.Pers/LBH-PDG/II/2017 tentang
SIARAN PERS LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG Nomor : 03/S.Pers/LBH-PDG/II/2017 tentang CATATAN AWAL TAHUN FAIR TRIAL TUMPULKAH HUKUM TERHADAP APARAT PELAKU KEKERASAN? Gambar 1 jumlah kasus 2010-2016
Lebih terperinci[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]
BERADA DI TENGAH-TENGAH AKSI TERORISME i [Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2] Bukanlah hal yang diduga bila suatu waktu anda tiba-tiba berada di tengah-tengah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciRISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia
RISALAH KEBIJAKAN Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia LBH Jakarta November 2015 Tim Penyusun: Alldo Fellix Januardy, Yunita, & Riesqi Rahmadhiansyah RISALAH KEBIJAKAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik
1 Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik Novelina M.S. Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Penyidikan suatu tindak pidana adalah merupakan
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
- 1 - MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api (Lembaran Negara Republ
No.2096, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pengelolaan Senjata Api. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SENJATA API DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. dengan dinamika konflik agraria dalam kehidupan sosial masyarakat Desa
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan dinamika konflik agraria dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Sendang Ayu dan
Lebih terperinciSTANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES I. PENDAHULUAN 1. LATAR
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik
BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT INTERNAL TIMUS KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM
Lebih terperinciSPKEP SPSI KABUPATEN MIMIKA
No Lamp Perihal : 001/KPP-/XII/2014 : 1 (satu) Berkas. : PERNYATAAN SIKAP KOMUNITAS PEKERJA PAPUA Kepada Yth : 1. Chairman of the Board Freeport McMorran Copper & Gold/ FCX 2. Presiden Direktur PT.Freeport
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mobilitas penduduk merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia ketika Indonesia merdeka untuk meratakan penduduk sehingga penduduk tidak akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENEBANGAN POHON DI LUAR KAWASAN HUTAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinci2015, No menyelesaikan sengketa yang timbul dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Waliko
No.920, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Penyelesaian Sengketa. Pemilihan. Gubernur. Wakil Gubernur. Bupati. Wakil Bupati. Walikota. Wakil Walikota. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinciUNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA
UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration in East Timor NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2002/2 5 March 2002 REGULASI NO.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah aparat penegak hukum yang memiliki tugas dalam menjaga ketertiban masyarakat dan berperan sebagai penjaga keseimbangan antara kepentingan orang
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM TAHUN 2016
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM TAHUN 2016 I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengantisipasi
Lebih terperinciRAHASIA. INFORMASI KHUSUS Tanggal 15 Januari 2017
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR DIREKTORAT INTELIJEN KEAMANAN Nomor : R / Infosus / 04 / I / 2017 / DIK INFORMASI KHUSUS Tanggal 15 Januari 2017 I. PERIHAL Rencana aksi unjuk
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciBIADAB Penggunaan kekerasan didalam Menyelesaikan Konflik
BIADAB Penggunaan kekerasan didalam Menyelesaikan Konflik Biadab. Itu kata yang pantas untuk menggambarkan peristiwa terhadap almarhum Indra Kailani, anggota Serikat Petani Tebo. Ormas tani yang memperjuangkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pemilikan hak yang bertahap berupa Hak Erfpacht, HGU hasal Konversi Hak
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pola penguasaan oleh masyarakat Desa Alasbuluh dan Desa Wongsorejo Pola penguasaan tanah oleh Masyafakat Petani Kampung Bongkoran yang dikenal dengan Petani OPWB adalah penguasaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG
GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR : G/272/BPN/HK/91 T E N T A N G IJIN LOKASI DAN PEMBEBASAN TANAH SELUAS + 8.300 HEKTAR UNTUK KEPERLUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konflik timbul karena adanya kesenjangan fakta dan realita dalam masyarakat. Latar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik timbul karena adanya kesenjangan fakta dan realita dalam masyarakat. Latar belakang konflik ialah awal mula penyebab sebuah gesekan gesekan yang melahirkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya
Lebih terperinci3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet.
LAMPIRAN a. Pra Pristiwa 1. Bahwa berdasarkan penuturan adik korban, korban memiliki hubungan pertemanan bersama salah satu pelaku, Abiatar. Mereka seringkali minum sagero 1 bersama. Abiatar kerap meminta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyejahterakan masyarakatnya, salah satu dari kekayaan yang dimiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kaya, menyimpan banyak kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, kekayaan tersebut diharapkan dapat menyejahterakan masyarakatnya,
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 223/Pid.B/2014/PN.BKN
P U T U S A N Nomor : 223/Pid.B/2014/PN.BKN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan hutan itu bermanfaat sebesarbesarnya
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan hutan itu bermanfaat sebesarbesarnya bagi kemakmuran
Lebih terperinciKronologi Peristiwa Penembakan Masyarakat Kampung Pakkawa Di Lokasi Perkebunan Tebu PTPN XIV
Kronologi Peristiwa Penembakan Masyarakat Kampung Pakkawa Di Lokasi Perkebunan Tebu PTPN XIV Jumat, 10 Oktober Pukul 09.00 Wita - Beberapa warga masyarakat Kampung Pakkawa Kelurahan Parang Luara melihat
Lebih terperinciSALINAN. jdih.bulelengkab.go.id
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PPNS ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, SALINAN Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO
PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKronologi Bentrokan antara Petani vs TNI AU Dalam kasus Rumpin. 21 Januari 2007
Kronologi Bentrokan antara Petani vs TNI AU Dalam kasus Rumpin 21 Januari 2007 Pada tanggal 21 Januari 2007, pada jam 10.00 WIB TNI AU mulai memasuki lahan pertanian untuk melakukan penggusuran lahan petani
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERITAHUAN DAN PENERBITAN SURAT TANDA TERIMA PEMBERITAHUAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEKERASAN YANG DIDUGA DILAKUKAN OLEH APARAT POLISI Pada Tanggal 23 Agustus 2011
KEKERASAN YANG DIDUGA DILAKUKAN OLEH APARAT POLISI Pada Tanggal 23 Agustus 2011 Identitas Korban : a. Kasus Penganiayaan Oleh Oknum yang di Duga Aparat Polisi 1. Nama : Noris Selegani Pekerjaan : Mahasiswa
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciSEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)
SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa
Lebih terperinciRangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:
Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1610, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PPNS. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciPerbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa setiap kerugian daerah yang
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENANGKAPAN DILINGKUNGAN RESKRIM POLRES LOMBOK TIMUR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR 1. Pengertian STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENANGKAPAN DILINGKUNGAN RESKRIM POLRES LOMBOK TIMUR Penangkapan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK
Hsl rpt tgl 24 Maret 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK DALAM PENANGGULANGAN HURU-HARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin meresahkan. Dalam menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan disertai dengan tindakan kekerasan.
Lebih terperinciKASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN
KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN TENTANG PERCEPATAN PENYELESAIAN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK ABSTRAK : Dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014
BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperincimemenuhi efisiensi waktu, mutu dan biaya begitu. Pada Cluster Divena Deshna ini proyek pembangunan jalan terdapat dua jenis perkerasan jalan yaitu pek
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BSD City merupakan proyek kota terencana dengan total luas lahan terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 6.000 hektar. Dalam total luas lahan yang maha luas
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT Gerung, Januari 2017 - 2 - KEPOLISIAN
Lebih terperinciMenimbang : a. bahwa untuk kelancaran pemulihan kerugian Daerah agar dapat berjalan lebih
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM
Lebih terperinci_ Nomor : Bl r74 I X I 2011 / Res Mimika Timika,$t Aktober Perihal :HIMBAUAN. 1. Rujukan;
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH PAPUA RESOR MIMIKA Jl. Aqimuqa No. 03 Timika 99910 _ Nomor : Bl r74 I X I 2011 / Res Mimika Timika,$t Aktober 201 1 Klasifikasi :B la S A Lampiran :- Perihal
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT TIMUS KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS
PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciP U T U S A N. No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan. dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bagi Rakyat, Bangsa dan Negara Indonesia Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan
Lebih terperinciGUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN
GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
No.647, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR. Izin Lokasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN
Lebih terperinciLaporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT
I. PENDAHULUAN Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT Empat bulan lebih pasca Nazir Foead, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) dihadang dan diusir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang
Lebih terperinciPROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penegakan atas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperincipenjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.
BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.
Lebih terperinci