EKSTRAK BIJI KOPI SEBAGAI ATRAKTAN IMAGO PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSTRAK BIJI KOPI SEBAGAI ATRAKTAN IMAGO PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen)"

Transkripsi

1 EKSTRAK BIJI KOPI SEBAGAI ATRAKTAN IMAGO PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) EXTRACT OF COFFEE BEANS AS AN ATRRACTANT FOR COCOA POD BORER (Conopomorpha cramerella Snellen) Amanda P. Firmansyah 1), Sylvia Sjam 2) dan Vien Sartika Dewi 2) 1) 2) Pascasarjana Program Studi Sistem-Sistem Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea. Jl.Perintis Kemerdekaan KM Makassar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea. Jl.Perintis Kemerdekaan KM Makassar ABSTRACT The study aims to investigate the capability of coffee bean extract with variuos concentrations as an attractant to adult cocoa pod borer. The study was carried out in the laboratory of the deparment of pest and plant disease, Hasanuddin University and Maccubbu village. Robusta coffee beans and cocoa fruit skin type BAL 209 were soaked in methanol. The marinade was then evaporated with rotavapour to obtain a crude extract. The concentrations used for the coffee extract bean were 3%, 5%, 7%, and the control one while the concentration of 5% of the fruit skin extract of cocoa is used as a comparison. The experiment indicates taht the adult cocoa pod borer is more intersted in the 7% coffe bean extract with a value of interest of 86,48% and percentage of trapped borer is 31%. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak biji kopi sebagai atraktan imago penggerek buah kakao dengan berbagai tingkat konsentrasi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Universitas Hasanuddin dan desa Maccubbu. Biji kopi robusta dan kulit buah kakao jenis BAL 209 direndam dengan metanol. Rendaman tersebut kemudian diuapkan dengan rotavapour untuk mendapatkan ekstrak kasarnya. Konsentrasi yang digunakan untuk ekstrak kopi adalah 3%, 5%, 7%, dan satu kontrol sedangkan konsentrasi 5% ekstrak kulit buah kakao sebagai pembanding. Percobaan menunjukkan imago

2 penggerek buah kakao dewasa lebih tertarik pada ekstrak biji kopi 7% dengan nilai bunga 86,48% dan persentase penggerek terjebak adalah 31%. PENDAHULUAN Penggerek buah kakao atau PBK (Conopomopha cramerella Snellen) merupakan hama utama kakao yang menimbulkan masalah serius di Indonesia, karena telah menyerang hampir seluruh areal pertanaman kakao dan sangat merugikan petani. Kehilangan hasil akibat serangan PBK dapat mencapai 64,90 82,20% (Wardojo, 1980). PBK menyerang saat fase larva. Larva yang baru menetas menggerek buah muda, memakan daging buah dan saluran makanan yang menuju ke biji. Setelah buah masak, barulah nampak gejala serangan PBK. Ini terlihat dari warna kulit buah menjadi pudar dan timbul belang berwarna jingga. Bila buah diguncang tidak menimbulkan bunyi, bila dibelah warna daging buah hitam, bijinya melekat satu sama lain, berwarna hitam, keriput dan ringan, serta mutunya rendah. Fenomena serangga seperti ini memberikan kendala dalam usaha pengendaliannya, terutama untuk pengendalian pada fase larva yang terdapat di dalam buah sehingga salah satu alternatif pengendalian diarahkan pada serangga dewasa atau fase imago. Pengendalian hama PBK dengan menggunakan insektisida sintetik yang hanya bisa diaplikasikan pada daun dan buah sehingga cara ini dinilai kurang berhasil. Salah satu cara pengendalian imago PBK pada saat ini adalah dengan penggunaan perangkap feromon seks sintetik yang sudah dikembangkan oleh beberapa perusahaan. Contoh feromon seks berupa CPB-Lure diekstrak dari imago betina untuk menarik imago jantan. Perangkap dipasang setinggi 0,5 m di atas tajuk tanaman kakao. Tidak lama setelah pemasangan perangkap, imago jantan PBK akan tertarik untuk datang sehingga terperangkap dan mati (Wahyudi, 2011). Karena feromon ini hanya menarik serangga jantan, kemungkinan besar tidak

3 memberi pengaruh signifikan terhadap intensitas serangan PBK, sehingga meskipun terbukti dapat menangkap hama PBK dalam jumlah besar tetapi efektifitasnya untuk menurunkan tingkat serangan dan kerusakan hama PBK di lapang perlu dikaji lebih lanjut (Priyono 2009). Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bahan alami tanaman juga bisa digunakan sebagai penarik dalam memerangkap PBK. Beberapa hasil penelitian ekstrak kulit buah kakao baik lapisan eksokarp dan mesokarp dapat menarik serangga PBK (Nurjannah, 2008) dan campuran antara ekstrak kulit buah kakao baik lapisan eksokarp dan mesokarp menyebabkan peningkatan ketertarikan PBK (Sylvia, Sulaeha dan Citra, 2010). Ketertarikan PBK pada ekstrak kulit buah kakao disebabkan oleh suatu senyawa kimia. Menurut Harborne at al. (1967) pada buah dan biji kakao terdapat senyawa chlorogenic acid (asam klorogenat) yang merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat merangsang serangga untuk meletakkan telur. Asam klorogenat pertama kali diperoleh dalam bentuk kristal melalui proses kondensasi kafein dan quinic oleh Gorter (1909) yang berasal dari biji kopi muda. Senyawa ini selain bersifat antibakteri, antitumor, dan antioksidan juga bersifat sebagai stimulan serangga untuk meletakkan telur (Jeffrey, et al.,1999). Kopi memiliki kandungan asam klorogenat tertinggi di antara spesies tanaman, 6-7% dalam Arabika dan sampai 10% dalam Robusta. Kandungan asam klorogenat pada kopi diduga dapat menarik serangga dewasa PBK. Pembuktian akan hal tersebut telah dilakukan, diantaranya penelitian Rya (2010), yang mendapatkan hasil bahwa ketertarikan serangga dewasa PBK yang terdapat pada perlakuan ekstrak daun kopi dengan konsentrasi 5% lebih tinggi dalam menarik PBK dibanding konsentrasi 2,5% dan 7,5%. Dalam hal pemanfaatan buah kakao yang berumur 3-4 bulan untuk proses ekstraksi dinilai kurang efektif karena petani memerlukan pembesaran buah untuk diambil bijinya sebagai hasil produksi. Diperlukan analog atau bahan pengganti dalam menghasilkan ekstrak yang mampu

4 menarik dan memerangkap imago PBK selain kulit buah kakao. Biji kopi memiliki kandungan senyawa kimia yang sama dengan kulit buah kakao. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ekstrak biji kopi dengan berbagai tingkat konsentrasi untuk mengetahui kemampuan menarik imago PBK dibandingkan dengan ekstrak kulit buah kakao. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di dua tempat yakni, Laboraturium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan dan di Desa Maccobbu Pinrang yang berlangsung dari Juli hingga Desember Persiapan Buah kopi dari jenis robusta yang berasal dari Kabupaten Polewali ditumbuk dan dipisahkan antara kulit buah dan bijinya. Biji kemudian ditimbang sebanyak 500 g lalu ditumbuk kembali dengan menggunakan mortal, dan kemudian ditempatkan ke dalam toples kaca. Biji lalu direndam dengan methanol teknis sebanyak 1 lt selama 3 hari. Setelah 3 hari, ekstrak lalu disaring dan dipindahkank ke wadah lain. Perendaman seperti ini dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga akan diperoleh 3 lt ekstrak kulit buah kopi yang siap diolah. Buah kakao jenis BAL 209 yang berumur 3-4 bulan dikupas dengan menggunakan pisau kemudian bagian mesokarp dan endokarp diambil lalu disatukan. Kulit buah tersebut lalu dikering anginkan selama 2 hari. Setelah itu kulit buah kakao ditimbang sebanyak 1 kg kemudian kulit buah tersebut dirajang halus dan dimasukkan ke dalam toples. Setelah itu, kulit buah kemudian direndam dengan methanol teknis sebanyak 3 lt. Perendaman dilakukan selama 3 hari. Perendaman seperti ini dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga akan diperoleh 9 lt ekstrak kulit buah kakao yang siap diolah. Ekstrak biji kopi dan kulit buah kakao kemudian diuapkan dengan menggunakan alat rotavapor, tujuannya adalah untuk memisahkan ekstrak dari pelarut methanolnya. Rotavapor akan menguapkan methanol

5 sehingga terbentuk ekstrak yang cukup kental. Ekstrak dimasukkan ke dalam refrigator untuk dipergunakan dalam pengujian selanjutnya. Seluruh kegiatan ekstraksi bahan tanaman dilakukan di Laboraturium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Pupa diambil dari kulit buah kakao yang ditutup selama 5 hari dengan menggunakan daun kakao. Setelah 5 hari daun serta kulit buah kakao diperiksa dengan seksama. Pupa biasanya terbentuk dipermukaan atas atau bawah daun atau disela-sela alur kulit buah kakao. Pupa yang diperoleh disimpan di dalam wadah. Pemeliharaan pupa dilakukan di Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman. Pupa disimpan dalam wadah plastik yang bagian atasnya dilapisi kain kasa, pada bagian bawah wadah plastik dioleskan kapur anti serangga untuk mencegah datangnya semut. Pemeliharaan dilakukan hingga pupa berubah menjadi imago, dan siap digunakan dalam proses pengujian. Pelaksanaan Percobaan untuk skala laboraturium terdiri dari 3 jenis konsentrasi ekstrak biji kopi yakni 3%, 5%, 7 % serta 1 kontrol, sehingga terdiri dari 4 perlakuan, dimana tiap perlakuan dilakukan sebanyak 6 ulangan, dengan jumlah serangga uji sebanyak 30 ekor dari tiap ulangan. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan toples plastik berbentuk silinder. Disekeliling toples dibuat 4 lubang dengan diameter 2,5 cm dengan jarak masing-masing lubang 5 cm. Pada lubang kemudian dipasang tabung plastic kecil mengarah keluar. Dibagian dasar tabung dibuat lubang sebagai tempat sirkulasi udara. Lubang tersebut dilapisi kain kasa agar serangga tidak keluar. Setelah toples pengujian tersebut disiapkan, pupa yang telah berubah menjadi imago dimasukkan sebanyak 30 ekor. Pada penutup toples dipasangi kawat yang menghadap ke dalam untuk meletakkan kapas berisi madu sebagai makanan bagi imago PBK. Selanjutnya kapas dipotong dengan ukuran 2 x 2 cm. Pada kapas diteteskan sebanyak 0,5 ml

6 ekstrak kopi dengan konsentrasi 3%, 5%, dan 7%. Kapas kemudian diletakkan di tengah-tengah lembar perekat berukuran 1 x 3 cm. Lembar perekat beserta kapas dimasukkan ke dalam 4 tabung yang berada toples pelastik. Masing-masing tabung diberi kode berdasarkan tingkat konsentrasinya. Setelah itu toples ditutup kain hitam agar tidak ada intervensi lain pada pengamatan selain pengaruh ekstrak itu sendiri. Parameter pengamatan adalah konsentrasi berapa yang paling berpengaruh dalam menarik dan memerangkap imago PBK. Setelah pengujian tahap awal selesai, masuk kepada tahap pengujian selanjutnya dimana konsentrasi yang paling baik pada pengujian sebelumnya digunakan kembali, yakni ekstrak biji kopi dengan konsentrasi 5% dan 7%, dengan tambahan perlakuan berupa ekstrak kulit buah kakao yakni 5% sebagai pembanding. Penggunaan ekstrak kulit kakao berdasarkan penelitian Waniada (2010) yang menyatakan ketertarikan imago PBK tinggi pada konsentrasi 5%, dengan nilai ketertarikan 64%. Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan terdiri dari 3 jenis konsentrasi 5% biji kopi, 5% kulit kakao, 7% biji kopi serta 1 kontrol, sehingga terdiri dari 4 perlakuan, dimana tiap perlakuan dilakukan sebanyak 4 ulangan, dengan jumlah serangga uji sebanyak 30. Setelah itu toples ditutup kain hitam agar tidak ada intervensi lain pada pengamatan selain pengaruh ekstrak itu sendiri. Setelah melewati uji in vitro, konsentrasi yang paling banyak menarik imago PBK dari dua percobaan sebelumnya digunakan kembali untuk percobaan skala lapang. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri dari 5 perlakuan dimana setiap perlakuan dilakukan sebanyak 5 ulangan. A1 : Ekstrak Biji Kopi 5% A2 : Ekstrak Biji Kopi 7% A3 : Ekstrak Biji Kopi 5 % + Ekstrak Kulit kakao 2,5 %

7 A4 : Ekstrak Kulit Kakao 5 % (KK) A5 : Perekat (Kontrol) Setiap ekstrak akan dipasang dengan menggunakan perangkap segitiga. Perangkap akan dipasang 0,5 m di atas kanopi tanaman kakao. Perangkap dipasangi kawat sepanjang 10 cm lalu dikaitkan ke ranting atau percabangan pohon. Perangkap dipasang pada tiap 3 pohon dengan jarak yang diberikan antara perlakuan yakni 100 m. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah banyaknya serangga dewasa PBK yang tertarik pada perlakuan yang diujikan. Tingkat ketertarikan serangga dewasa PBK terhadap ekstrak biji kopi, dihitung berdasarkan persamaan menurut dari Sighomang et al (1984). Persentase Ketertarikan = ( N A ) N x 100% Keterangan : N : Banyaknya serangga dewasa yang terdapat pada perlakuan A : Banyaknya serangga dewasa pada control Klasifikasi Ketertarikan : Kelas 0 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 : Attraktan negatif : 0 20% (Kurang atau rendah) : 21,1% - 40% (Sedang) : 40,1% - 60% (Cukup) : 61,1% - 80% (Tinggi) : 80,1 100% (Sangat tinggi) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ketertarikan Imago PBK Dalam Berbagai Konsentrasi Pada Ekstrak Biji Kopi Hasil percobaan ketertarikan pada berbagai tingkat konsentrasi menunjukkan bahwa ekstrak biji kopi dapat bersifat atraktan terhadap

8 imago PBK. Pengujian berbagai konsentrasi memperlihatkan bahwa pada konsentrasi 7% dan 5% lebih banyak menarik dan memerangkap serangga dewasa PBK dibandingkan dengan konsentrasi 3 % dan kontrol. Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap c 17.2ab 12.2bc 25.0 a KONTROL 3% 5% 7% Konsentrasi Perlakuan (%) Gambar 1. Persentase Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap pada Pengujian Ekstrak Biji Kopi pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT =0,05 Pada gambar 4 memperlihatkan bahwa jumlah serangga dewasa yang terperangkap tertinggi pada konsentrasi 7% dengan nilai persentase rata-rata 25,0%, diikuti dengan konsentrasi 5 % dengan persentase ratarata 17,2%, kemudian konsentrasi 3 % dengan persentase rata-rata 12,2%, dan jumlah terendah kontrol sebesar 6,1%. Hasil analisis uji BNT perlakuan 7 % berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 %, begitu pula perlakuan 5 % tidak berbeda nyata dengan perlakuan 3 %, dan perlakuan 3 % tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Tabel 2. Persentase dan kelas ketertarikan imago PBK yang terperangkap pada pengujian ekstrak biji kopi Perlakuan Kelas Ketertarikan Persentase Ketertarikan (%) Tingkat Kriteria 3 % KP 50,13 Kelas 3 Cukup

9 5% KP 64,60 Kelas 4 Tinggi 7% KP 75,6 Kelas 5 Sangat tinggi Banyaknya imago PBK yang terdapat pada konsentrasi 7 % menyebabkan tingkat preferensi serangga dewasa PBK pada perlakuan ini adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 75,6 %, sedangkan pada ekstrak dengan konsentrasi 5 % adalah 64,60 %, dan pada ekstrak dengan konsentrasi 3 % dengan persentase ketertarikan sebesar 50,13 %. Di dalam biji kopi terkandung beberapa senyawa kimia antara lain, kafein, trigoneline, protein, karbohidrat, asam alifatik, asam klorogenat, lemak, glikosida, mineral, dan komponen volatile (Sri dan Yusianto 2005). Dari beberapa kandungan kimia tersebut, asam klorogenat bertindak sebagai senyawa atraktan terhadap imago PBK. Hal ini sesuai Renwick dan Chew (1994) bahwa asam klorogenat selain bertindak sebagai antioksidan pada manusia, juga bersifat menarik serangga. 2. Ketertarikan Imago PBK Pada Ekstrak Biji Kopi Dan Kulit Buah Kakao Hasil percobaan ketertarikan menunjukkan bahwa ekstrak biji kopi dengan konsentrasi 7% masih lebih bersifat atraktan terhadap imago PBK. Sedangkan ekstrak kulit buah kakao dengan konsentrasi 5% memiliki nilai persentase yang lebih tinggi dibanding dengan ekstrak biji kopi konsentrasi 5%. Hal ini terlihat pada diagram di bawah ini.

10 Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap d 19 b 15 bc 31 a 0 KONTROL 5% kulit kakao 5% biji kopi 7% biji kopi Konsentrasi Perlakuan (%) Gambar 2. Persentase Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap pada Pengujian Ekstrak Biji Kopi (KP) dan Ekstrak Kulit Buah Kakao (KK) pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT =0,05 Pada gambar 5 memperlihatkan bahwa jumlah imago PBK yang terperangkap pada konsentrasi 7% biji kopi memiliki nilai persentase tertinggi sebesar 31%, kemudian diikuti oleh konsentrasi 5% kulit kakao sebesar 19%, konsentrasi 5% biji kopi sebesar 15%, dan kontrol sebesar 4%. Hasil analisis uji BNT perlakuan ekstrak biji kopi konsentrasi 7% berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, ekstrak biji kopi 5 % dan ekstrak kulit kakao 5 %. Tabel 3. Persentase dan kelas ketertarikan imago PBK yang terperangkap pada pengujian ekstrak biji kopi dan kulit buah kakao Perlakuan Kelas Ketertarikan Persentase Ketertarikan (%) Tingkat Kriteria 5% KK 78,26 Kelas 4 Tinggi 5% KP 72,22 Kelas 4 Tinggi

11 7% KP 86,48 Kelas 5 Sangat tinggi Banyaknya imago PBK yang terdapat pada ekstrak biji kopi konsentrasi 7 % menyebabkan tingkat preferensi serangga dewasa PBK pada perlakuan ini adalah yang tertinggi sebesar 86,48%, sedangkan pada ekstrak kulit buah kakao dengan konsentrasi 5 % adalah 78,26 %,, dan pada ekstrak biji kopi konsentrasi 5 % dengan persentase ketertarikan sebesar 72,22%. 3. Uji Lapangan Hasil uji lapangan berupa pemasangan perangkap dengan menggunakan ekstrak biji kopi dan ekstrak kulit buah kakao pada berbagai konsentrasi menunjukkan bahwa ekstrak biji kopi dengan konsentrasi 7% masih lebih besifat atraktan terhadap imago PBK jika dibandingkan dengan ekstrak biji kopi konsentrasi 5%, ekstrak kulit buah kakao konsentrasi 5%, maupun campuran antara ekstrak biji kopi 5% dan 2,5 % ekstrak kulit buah kakao. Hal ini terlihat pada diagram di bawah ini. Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap KONTROL 5% KP 5% KK 5% KP + 2.5% KK 1.2 7% KP Konsentrasi Perlakuan Gambar 3. Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap pada Pengujian Skala Lapang Dengan Menggunakan Ekstrak Biji Kopi (KP) dan Ekstrak Kulit Buah Kakao (KK) pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Pada uji lapang, tingkat imago yang terperangkap pada ekstrak kopi (KP) memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak

12 kulit kakao (KK), yakni pada konsentrasi 7 % (KP) sebesar 1,2 ekor, 5 % (KP) 0,6 ekor, 5 % (KK) 0,2 ekor, campuran antara 5 % (KP) + 2,5 % (KK) sebesar 0,2 ekor, dan kontrol 0 ekor. Ekstrak biji kopi memiliki kepekatan warna lebih dari ekstrak kulit buah kakao, begitu pula dengan kekentalan ekstrak itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh asam klorogenat pada biji kopi sangat tinggi dan dapat mencapai 12 persen berdasarkan bobot (Salisbury 1995). Kepekatan dalam ekstrak biji kopi disebabkan oksidasi asam klorogenat yang diikuti oleh polimerisasi (gabungan dari monomermonomer) menyebabkan pembentukan quinon yang menyebabkan perubahan warna cokelat yang pekat. Namun sedikitnya jumlah imago yang tertarik masih dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kondisi lingkungan dan bahan perekat yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Morallo-Rejesus (1986) dalam Ramlah (2004) bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman atau yang berasal dari tanaman akan mudah mengalami penguraian. KESIMPULAN Kesimpulan Ekstrak biji kopi mampu menarik imago PBK dibandingankan dengan ekstrak kulit buah kakao, hal ini terlihat dari persentase imago PBK yang terperangkap serta persentase preferensinya pada pengujian skala in vitro dan uji lapangan. DAFTAR PUSTAKA AAK, Budidaya Tanaman Kopi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Anonim, Asam Klorogenat. (online) ( diakses tanggal 10 Agustus 2011) Anonim, Pro-oxidant (online) ( diakses tanggal 3 Nopember 2011)

13 Anonim, Asam Klorogenat (online) ( diakses 1 Agustus 2011) Araque, Pedronel, Herley Casanova, Carlos Ortiz, Beatriz Henao, dan Carlos Pelaez Insecticidal Activity of Caffeine Aqueos Solutions and Caffeine Oleate Emulsions against Drosophila melanogaster and Hypothenemus hampei. J. Agric. Food Chem., 2007, 55 (17), pp Dewi, V.S Mekanisme Resistensi Tanaman Kakao Terhadap Penggerek Buah Kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella Snellen). Program Pascasarja Universitas Hasanuddin Griffiths, L.A Phenolic Acids and Flavanoids of Theobroma cacao. Separation and Identification By Paper Chromatography. Biochem. Jour. 70 : Harborne, J.B., Herbert Baxter and Gerard P. Moss., Phytochemical Dictionary A Hand book of Bioactive Coumpounds from Plants second Edition. Taylor and Francis, Ltd. Harborne, J.B Metode Fitokimia. Penuntun Cara Moderen Menganalisis Tumbuhan. Terbitan kedua. Penerbit ITB, Bandung. Harinder P. S. Makkar, P. Siddhuraju and Klaus Becker, Plant Secondary Metabolites, Methods in Molecular Biology, 2007, Volume 393, 89-91, DOI: / _15 Hatanaka, T., Y.E. Choi, T. Kusano & H. Sano (1999). Transgenic plants of coffee (Coffea canephora) from embryogenic callus via Agrobacterium tumefaciens-mediated transformationplant Cell Rep.,19, Hulme, A.C The Isolation of Chlorogenic Acid from the Apple Fruit. Ditton Laboratory, Department of Scientific and Industrial Research, East Malling, Maidatone, Kent. Biochem 1953 Vol : 53. Isyana, B., O. Ivanova Carrot s Resistant To Carrot Fly and Carrot Weevil, and Ways to Increase It (In Russian). Plant Protection Research Institute (St. Petersburg) Jalil, A. Maleyki, Amin Ismail, Polyphenols in Cocoa and Cocoa Products : Is There a Link between Antioxidant Properties and Health?. ISSN (Molecules 2008, 13, ; DOI: /molecules ) James DG, Futher Field Evaluation of Synthetic Herbivora-Induced Plan Volatiles As Attractants For Benificial Insect. J. Of Chemical Ecology Vol. 31 (2) : Lattanzio, Vincenzo, Veronica M.T. Lattanzio & Angela Cardinali Role of Phenolic in The Resistance Mechanisms of Plants Against Fungal Pathogens and insect. ISBN: Editor : Filippo Imperato (Research Signpost 37/661 (2), Fort

14 P.O., Trivandrum , Kerala, India) Lim, G.T. and K.Y. Pan., Observation on the sexual activity and egg production of cacao podborer Conopomorpha cramerella (Snellen) in the Laboratory. Annual Research Report, Departement of Agriculture, Kota Kinibalu, Sabah. Mustafa, Burhanuddin Kajian Penyarungan Buah Muda Kakao Sebagi Suatu Metode Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Snellen (Lepidoptera : Gracillariidae). Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan. ISBN : Oka, I.N, Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Cetakan I. Renwick, J.A.A & F.S. Chew OVIPOSITION BEHAVIOR IN LEPIDOPTERA. Annu. Rev. Entornot : Robinson, Trevor Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Terjemahan Kokasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB Bandung. Rudkin, G. 0. & Nelson, J. M. (1947). J. Amer. Chemical. Soc.69, Salisbury FB, Ross CW Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. penerjemah: Lukman DR, Sumaryono. Bandung:Penerbit ITB. Hal: ISBN Shukla, K. Shailendra, Tiwari V.K., Sushma Rani, Tewari I.C., Studies On Synthetic And Biological Activity Of Some New Triorganotin (IV) Carboxylates. ISSN : & E-ISSN : , Volume. 1, Issue 2, 2011, PP Sondheimer, E., On The Distribution Of Caffeic Acid and The Chlorogenic Acid Isomers In Plants. Arch. Biochem and Biophys. 74 : Vance, C.P.T, K., Kirk, & R.T. Sherwood Lignifications as a mechanism of disease resistance. Annual Review of Phytopathology 18: Wardojo, S The cocoa podborer major hidranceto development. Indonesian Agricultural Research & Development Journal, 2:1-4. Waniada, Citra Pengujian Ekstrak Kulit Buah Kakao Sebagai Stimulant Imago Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snellen) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L). Universitas Hasanuddin. Wahyudi, T Panduan Lengkap Kakao. Penerbit Niaga Swadaya (online) ( 5o0C&pg=PA146&lpg=PA146&dq=asal+feromon+pbk&source=bl&ot s=ailyb2e3e_&sig=huztnyygwoqsky0p1226fsuqzvy&hl=id&ei=d m8ytr7pccotrafqjchlcw&sa=x&oi=book_result&ct=result&resnum= 4&ved=0CCcQ6AEwAw#v=onepage&q&f=false diakses tanggal 29 Juli 201)

15

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012 11 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman 8 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Januari hingga April

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian untuk kegiatan fraksinasi daun mint (Mentha arvensis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

JURNAL. KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN

JURNAL. KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN 1 JURNAL KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN Damage cacao seed of is cacao moth (Conopomorpha cramerella

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Ekstraksi daun cengkeh

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2010, bertempat di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

Lebih terperinci

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKERASAN DAN WAKTU PEMECAHAN DAGING BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L) 1) MUH. IKHSAN (G 411 9 272) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan OLLY SANNY HUTABARAT 3) ABSTRAK Permasalahan kakao Indonesia

Lebih terperinci

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR Oleh: Erna Zahro in,sp dan Vidiyastuti Ari Yustiani,SP Indonesia telah tercatat sebagai negara penghasil

Lebih terperinci

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015 Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan Test of Height and Type of Trap

Lebih terperinci

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP IV. PEMBUATAN PERANGKAP HAMA PEMBUATAN PERANGKAP HAMA Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-04 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic

Lebih terperinci

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2013 Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian dan Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG Afrizon dan Siti Rosmanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl.

Lebih terperinci

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. OLEH: Syahnen, Yenni Asmar dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP

ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS 2013 Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP kakao masih merupakan salah satu komoditas pertanian andalan Indonesia

Lebih terperinci

Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz terhadap Kematian Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis pada Tanaman Kopi Coffea sp

Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz terhadap Kematian Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis pada Tanaman Kopi Coffea sp JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314 Volume 1, Nomor 2 Oktober 2009 Halaman: 51 57 Upaya Pemanfaatan Ekstrak Biji Keben Barringtonia asiatica (L.) Kurz terhadap Kematian Kutu Tempurung Hijau Coccus viridis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia. Biji kakao menjadi komoditas andalan perkebunan yang memperoleh prioritas untuk

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti dilakukan pada bulan Maret 2010 dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan 30 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3% 45 3.1 Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 kali ulangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kakao Tanaman kakao mempunyai sistematika sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 1988 dalam Syakir et al., 2010) Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas Famili Ordo Genus : Spermatophyta

Lebih terperinci

Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur

Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1222-1226 DOI: 10.13057/psnmbi/m010545 Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Dr. Savitri R. Wardhani, dr., SPKK

ABSTRAK. Pembimbing II : Dr. Savitri R. Wardhani, dr., SPKK ABSTRAK PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus IN VITRO Regitha Martha, 2012, Pembimbing

Lebih terperinci

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 1 MARET 2010 ISSN 1979 5777 19 POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN Herminanto, Nurtiati, dan D. M. Kristianti Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan Area

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi yang terbanyak diperoleh dari biji S. mahagoni, diikuti daun T. vogelii, biji A.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun pandan wangi yaitu 30%, 35%, 40%, 45% dan 50% serta aquades sebagai

Lebih terperinci

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM)

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM) UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM) Rulita Aftina, Purnomo, dan Agus M. Hariri Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keras (jawa: pelok) dan enak di makan. Di dalam daging buah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keras (jawa: pelok) dan enak di makan. Di dalam daging buah tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah mangga banyak dikenal dan disukai orang dimana-mana. Mangga termasuk buah tempurung, pada bagian yang paling luar terdapat kulit, kemudian di lanjutkan daging buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti PERSEPSI PETANI KAKAO TERHADAP TEKNOLOGI PENYARUNGAN BUAH DAN PESTISIDA HAYATI UNTUK PENANGGULANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG Afrizon dan Herlena Bidi Astuti Balai

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentrasi ekstrak daun jambu biji merah (Psidium

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH UNTUK PENGENDALIAN HAMA KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana)

EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH UNTUK PENGENDALIAN HAMA KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana) EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG PUTIH UNTUK PENGENDALIAN HAMA KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan April-Agustus 2010. Kegiatan penelitian terdiri dari penyiapan alat, bahan

Lebih terperinci

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L. Pengaruh Konsentrasi dan Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Mas Khoirud Darojat, Ruri Siti Resmisari, M.Si, Ach. Nasichuddin, M.A. Jurusan Biologi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus annus L.) terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.) ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) Oleh: Ani Nihayah 1), Asep Ginanjar 2), Taufik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat proses

BAB III METODA PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat proses BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Karena menguji pengaruh ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat proses penetasan telur Aedes

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. I. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Indonesia (Hendrata dan Sutardi, 2009). Kakao di Indonesia merupakan penghasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan 29 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) berdasarkan prosedur yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,

Lebih terperinci

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah

Lebih terperinci

PENGGEREK BUAH KAKAO, Conopomorpha cramerella Snellen (TEKNIK PENGENDALIANNYA YANG RAMAH LINGKUNGAN)

PENGGEREK BUAH KAKAO, Conopomorpha cramerella Snellen (TEKNIK PENGENDALIANNYA YANG RAMAH LINGKUNGAN) J. Agroland 16 (4) : 258 264, Desember 2009 ISSN : 0854 641X PENGGEREK BUAH KAKAO, Conopomorpha cramerella Snellen (TEKNIK PENGENDALIANNYA YANG RAMAH LINGKUNGAN) Cocoa Pod Borer, Conopomorpha cramerella

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.)

KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Ekaristi et al.:kajian toksisitas ekstrak daun mint (Mentha arvensis L.) 119 Vol. 2, No. 1: 119 123, Januari 2014 KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi dan Gedung Workshop Fumigasi dan X-Ray di Balai Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian, Bekasi dari bulan November

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi 30 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak

Lebih terperinci

TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)

TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) 1 TOKSISITAS FRAKSI EKSTRAK METANOL BIJI Barringtonia asiatica L. (KURZ.) (LECYTHIDACEAE) TERHADAP LARVA Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) Oleh: Dr. Danar Dono, Ir., M.Si. Teddy Budiyansyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT BUAH KAKAO MASAK DAN KULIT BUAH KAKO MUDA Jusmiati A*, Rolan Rusli, Laode Rijai Laboratorium FARMAKA TROPIS, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman. Samarinda, Kalimantan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian ini melibatkan objek yang diberikan berbagai perlakuan. Objek pada penelitian ini ialah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen

Lebih terperinci

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae) Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2009, Vol. 6, No. 2, 53-59 Pengaruh Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Semut Rangrang Oecophylla smaragdina (F.) (Hymenoptera: Formicidae)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Waktu:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau, kampus Bina Widya, Kelurahan Simpang Baru, Panam, Pekanbaru.

Lebih terperinci

Potensi Air Sulingan Beberapa Bagian Tanaman Kopi sebagai Atraktan terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampeii Ferr.

Potensi Air Sulingan Beberapa Bagian Tanaman Kopi sebagai Atraktan terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampeii Ferr. Potensi Air Sulingan Beberapa Bagian Tanaman Kopi sebagai Atraktan terhadap Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampeii Ferr.) di Laboratorium Siska Rasiska 1*, Deni Ariyono 2, dan Fitri Widiantini

Lebih terperinci

PREFERENSI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH Scirphopaga innotata Walker (Lepidoptera : Pyralidae) PADA TIGA VARIETAS PADI GOGO

PREFERENSI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH Scirphopaga innotata Walker (Lepidoptera : Pyralidae) PADA TIGA VARIETAS PADI GOGO J. Agroland 18 (2) : 92 96, Agustus 2011 ISSN : 0854 641X PREFERENSI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH Scirphopaga innotata Walker (Lepidoptera : Pyralidae) PADA TIGA VARIETAS PADI GOGO Preferences of white

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

EKOLOGI PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei) PADA TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS OLEH

EKOLOGI PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei) PADA TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS OLEH EKOLOGI PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei) PADA TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TESIS OLEH NORMAULI MANURUNG 087030017 PROGRAM STUDI MAGISTER BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn. PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn. SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 18 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Maret - April

Lebih terperinci

Agros Vol.18 No.1, Januari 2016: ISSN

Agros Vol.18 No.1, Januari 2016: ISSN Agros Vol.18 No.1, Januari 2016: 49-56 ISSN 1411-0172 PEMAKAIAN LARUTAN METHYL EUGENOL DAN EKSTRAK JAMBU MERAH DALAM MENGENDALIKAN LALAT BUAH USE OF METHYL EUGENOL SOLUTION AND RED GUAVA EXTRACT FOR FRUIT

Lebih terperinci

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE Tantawizal, Christanto, dan W Tengkano Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Lebih terperinci

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS

EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS ISSN 1410-1939 EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS [THE AFFECTIVITY OF BIO-INSECTICIDES ON THE GROWTH OF Sitophilus oryzae

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pada bulan September 2017. B. Bahan

Lebih terperinci

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah PROPOSAL TUGAS AKHIR - SB 091351 UJI POTENSI EKSTRAK DAUN BINTARO (Cerbera odollam) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) DENGAN MEDIA DAUN CABAI RAWIT (Capsicum

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. dan Desa Nagasaribu), dan Kecamatan Paranginan (Desa Paranginan Selatan, Desa

BAB III BAHAN DAN METODE. dan Desa Nagasaribu), dan Kecamatan Paranginan (Desa Paranginan Selatan, Desa BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah kopi sebagai sumber data pemetaan sebaran hama Hypothenemus hampei dilakukan pada pertanaman kopi di tiga Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi dosis pestisida

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau Kampus Bina Widya Jin. Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru,

Lebih terperinci

Gambar 1. Tiga wilayah Area-Wide Management di Kabupaten Indramayu. Wilayah yang diarsir hijau merupakan kawasan sentra mangga.

Gambar 1. Tiga wilayah Area-Wide Management di Kabupaten Indramayu. Wilayah yang diarsir hijau merupakan kawasan sentra mangga. AREA-WIDE MANAGEMENT (AWM) TERHADAP LALAT BUAH PADA TANAMAN MANGGA DI INDRAMAYU *ditulis dan diolah dari berbagai sumber oleh: Andi Abdurahim, S.Si. Fungsional POPT Ahli Pertama Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Sidang TUGAS AKHIR, 28 Januari 2010 Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Nama : Vivid Chalista NRP : 1505 100 018 Program

Lebih terperinci

(PBK) Conopomorpha cramerella Snell.

(PBK) Conopomorpha cramerella Snell. Pelita Perkebunan 2005, 21(3), 159 168 Pengembangan teknik pemantauan penggerek buah kakao (PBK) Pengembangan Teknik Pemantauan Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Snell. Development of

Lebih terperinci