Aceh-Papua: Pelanggaran HAM di tengah Investasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aceh-Papua: Pelanggaran HAM di tengah Investasi"

Transkripsi

1 Aceh-Papua: Pelanggaran HAM di tengah Investasi ASASI EDISI JULI- AGUSTUS

2 Kolom daftar isi (muridan-papua.blogspot.com) daerah Sabtu Kelabu di Urut Sewu Sabtu, 16 April 2011, menjadi sejarah kelam bagi warga Desa Setrojenar, Bulus Pesantren, Kebumen. Beberapa kompi pasukan TNI Angkatan Darat (AD), tanpa didahului dengan negosiasi, langsung menyerang mereka. Tentara mencokok, menembaki, menendang, menyeret, dan menangkapi warga secara sepihak. Aksi brutal itu terjadi di sepanjang jalan menuju Markas Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AD. biografi 21 Memoar untuk Ibu Ade, Guru dan Sahabat Ade Rostina Sitompul, salah satu sahabat ELSAM meninggalkan kita pada Jumat, 8 Juli Ibu Ade adalah aktivis yang mempunyai visi ke depan dan selalu bekerja dalam tahapan yang runtut. resensi Memahami Papua dengan Perspektif Politik Hak Asasi Manusia Telah terjadi pergeseran perjuangan di Papua. Awalnya perjuangan hak asasi manusia, selanjutnya menjadi perjuangan politik. Demikian setidaknya menurut Amiruddin Al Rahab (2008), pemerhati Papua yang juga aktivis hak asasi manusia. profil elsam 24 editorial 04 Menidak pada Kekerasan setiap pengalaman kekerasan meninggalkan sengkarut dalam kehidupan korban yang tak mudah untuk hilang atau bahkan menjadi bagian utuh dari hidup yang terus ditanggungnya, laporan utama 5-12 Mari Bersama Mengalami Papua Perbaikan keadaan di Papua hanya mungkin terjadi jika lebih banyak orang non-papua memperbincangkan dan sekaligus mempertanyakan kerja-kerja aparatur pemerintah di Papua. Tanpa keterlibatan orang non-papua semakin meneguhkan pandangan dari Papua bahwa orang non-papua di Indonesia ini terus melupakan mereka dan membiarkan mereka terkurung dalam masalah sendirian. Mega Proyek MIFEE: Suku Malind Anim dan Pelanggaran HAM MIFEE atau Merauke Integrated Food and Energi Estate merupakan program pengembangan pangan dan energi yang dikelola secara terpadu di wilayah Merauke, Provinsi Papua. Dinamika kebijakan food estate ini tampak berhubungan erat dengan kepentingan Pemerintah untuk meningkatkan pendapatan ekonomi nasional dari meningkatnya permintaan dan harga komoditi pangan dunia. REDD di Ulu Masen: Di Mana Masyarakat ditempatkan? Penetapan Ulu Masen untuk kawasan REDD, tidak menjamin sama sekali bagi wilayah lain di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan REDD yang disepakati. Konsesi untuk pertambangan dan perkebunan tetap diberikan. Demikian juga legalisasi pembukaan kawasan hutan untuk pembangunan infrastruktur dan perumahan. Lantas, dimana posisi REDD sebagai skema global untuk mereduksi pemanasan global? sementara berbagai aktivitas yang meningkatkan pemanasan global terus dilakukan dan dilegalisasi? nasional Menuju Ratifikasi OPCAT Dalam RANHAM tahun , Ratifikasi OPCAT direncanakan dilakukan pada Artinya, Indonesia memiliki dua tahun untuk mempersiapkan diri, baik secara hukum, infrastruktur, serta sumberdaya, agar ketika waktu ratifikasi, seluruh infrastruktur telah siap. Karena Indonesia terikat pada kewajiban mencegah terjadinya penyiksaan dan perlakuan buruk yang dimuat di Konvensi Menentang Penyiksaan, pembentukan mekanisme pencegahan penyiksaan tidak boleh ditunda-tunda dengan sengaja. monitoring sidang Sidang Deden, Sidang Korban Kamis, 28 Juli 2011, menjadi hari antiklimaks persidangan Kasus Cikeusik. Pada hari itu majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Serang memvonis sangat rendah 12 orang pelaku penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, yang menyebabkan tiga orang Ahmadiyah meninggal dunia.

3 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA surat pembaca Redaksional Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Indriaswati Dyah Saptaningrum Redaktur Pelaksana: Widiyanto Dewan Redaksi: Widiyanto, Indriaswati Dyah Saptaningrum, Otto Adi Yulianto, Zainal Abidin, Wahyu Wagiman Redaktur: Indriaswati DS, Otto Adi Yulianto, Triana Dyah, Wahyu Wagiman,Wahyudi Djafar, Andi Muttaqien, Ester Rini Pratsnawati, Paijo Preseden Buruk Hakim Cikeusik Patut disesalkan ringannya vonis pelaku penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten yang menewaskan tiga anggota Jamaah secara mengenaskan. Hakim gagal menjadi penyambung lidah keadilan tapi terpaku pada tuntutan jaksa. Kita melihat keadilan makin jauh di negeri ini, tersandera kekuasaan yang bar-bar. Widya-Depok Sekretaris Redaksi: Triana Dyah Sirkulasi/Distribusi: Khumaedy Desain & Tata Letak: alang-alang Penerbit: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Segenap Pimpinan dan Pengurus Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) mengucapkan Penerbitan didukung oleh: Alamat Redaksi: Jl. Siaga II No. 31, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta 12510, Telepon: (021) , Faximile: (021) Website: Redaksi senang menerima tulisan, saran, kritik dan komentar dari pembaca. Buletin ASASI bisa diperoleh secara rutin. Kirimkan nama dan alamat lengkap ke redaksi. Kami juga menerima pengganti biaya cetak dan distribusi berapapun nilainya. Transfer ke rekening Tulisan, saran, kritik, dan komentar dari teman-teman dapat dikirimkan via di bawah ini: ELSAM Bank Mandiri Cabang Pasar Minggu No ASASI EDISI JULI-AGUSTUS

4 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA editorial Menidak pada Kekerasan ELSAM mengawali tahun kerja ini dengan sebuah catatan penting mengenai rekaman kekerasan yang terjadi selama tahun Setidaknya terjadi 99 peristiwa yang berhasil direkam yang melibatkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh polisi, 40 tindakan kekerasan terhadap kelompok minoritas. Catatan itu juga merujuk sebanyak 30 kasus penyiksaan yang terjadi dalam proses penyidikan, 32 kasus penganiayaan, dan 16 kasus kekerasan yang melibatkan polisi yang dilaporkan ke KOMNAS HAM. Seperti sebuah gunung es, jumlah tersebut hanyalah pucuknya. Jumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia sesungguhnya sangat mungkin jauh melebihi angka yang berhasil dicatat dan terlaporkan. Sampai saat ini, narasi yang sama masih terus bermunculan dalam berbagai variasinya, baik variasi pelaku maupun korban. Sehingga meski setiap pengalaman kekerasan meninggalkan sengkarut dalam kehidupan korban yang tak mudah untuk hilang atau bahkan menjadi bagian utuh dari hidup yang terus ditanggungnya, di hadapan publik, narasi yang rutin tergambar dalam deretan angkaangka itu seolah kehilangan sengatnya. Terhenti sebagai deretan statistik yang berubah dari waktu ke waktu. Meskipun demikian, dibalik angka ini, tersembunyi pekerjaan rumah yang tak kunjung bisa dirampungkan oleh Pemerintah yang mengklaim dirinya sebagai produk reformasi dan demokrasi karena dipilih secara langsung oleh rakyat. Apabila dicermati, narasi kekerasan inilah yang menjadi benang merah dari satu lokalitas di Setrojenar ke lokalitas lain di Papua. Secara jarak dan komunikasi jelas antara Setrojenar di pesisir selatan Kebumen, Jawa Tengah, dengan Papua, tak terhubung. Dipisahkan dengan jarak fisik ribuan kilometer. Narasi yang sama pula yang menghubungkan pengalaman kekinian ini dengan memori seorang Ade Rostina Sitompul atau biasa dipanggil Ibu Ade, yang pergi dengan lembaran ingatan akan ratusan bahkan mungkin ribuan narasi serupa yang mulai dicatat semenjak tragedi kemanusian paruh 1965an, yang sampai saat ini tak juga memperoleh pengakuan dari negara. Apakah deretan statistik kekerasan itu akan naik atau turun di masa mendatang? Tak ada yang tahu secara pasti. Kita berharap angkanya menurun. Hanya saja melihat kondisi elit-elit yang berkuasa, yang lebih gemar melakukan transaksi politik, optimisme tampaknya dipaksa tunduk dengan pesimisme. Yang pasti adalah pola dan peristiwa yang sama akan terus terjadi, narasi yang sama dalam bungkus yang berbeda akan terus berulang, sampai kita berhasil berkata tidak dan menarik garis tegas dari praktek yang sama di masa yang lalu. Sebab hanya dengan menarik garis pembatas yang tegas, satu budaya baru yang tidak membiarkan kekerasan tersebut akan dapat dikembangkan. Sayang masyarakat berhadapan dengan satu pemerintahan yang bebal untuk bisa menangkap suara para korban dan masyarakat yang angka persisnya tak pernah tertulis. Namun meski tak punya angka realitas keberadaan mereka tidaklah dapat disangkal dalam pengalaman keseharian. Dengan demikian, tak ada cara lain memutus rantai keberlangsungan ini selain menagih Pemerintah untuk berhenti menghindar dari tanggung jawab, mengambil langkah penting untuk menghadapi catatan narasi kekerasan itu dan memulihkan apa yang menjadi hak dari para korban. Akan selalu ada perbedaan mengenai cara paling tepat untuk menghadapinya, apakah melalui mata tertutup dewi keadilan, ataupun melalui pendekatan keadilan lainnya. Dan tak ada cara lain untuk menagih tanggung jawab pemerintah kecuali masyarakat dan para korban kembali merapatkan barisan untuk bersuara dalam tiap kesempatan dan ruang yang ada untuk merebut kembali haknya. Indriaswati D. Saptaningrum Direktur Eksekutif 04 ASASI EDISI JULI-AGUSTUS 2011

5 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA laporan utama Mari Bersama Mengalami Papua Oleh Amiruddin al Rahab (Direktur Eksekutif The Research Institute for Democracy and Peace/The Ridep) Pada 5-7 Juli 2011 telah berlangsung sebuah konferensi penting menyangkut masa depan penyelesaian masalah Papua masa mendatang. Acara bertajuk Konferensi Papua Tanah Damai itu diadakan di Jayapura, dengan dihadiri sejumlah utusan pemerintah pusat, petinggi militer, pemerhati, tokoh, dan faksi-faksi politik di Papua. Konferensi berhasil menyusun sejumlah indikator bidang politik, hukum, hak asasi manusia, keamanan, ekonomi, dan lingkungan hidup dari konsensus yang disebut Papua Tanah Damai. Masih di acara tersebut, peserta Konferensi dari pelbagai faksi politik di Papua telah menyepakati Deklarasi Perdamaian. Mereka menyatakan bahwa dialog merupakan sarana terbaik untuk mencari solusi yang tepat untuk penyelesaian konflik rakyat Papua dengan Pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), dalam sambutan pembukaan Konferensi, mengatakan bahwa, kekerasan tidak bisa menyelesaikan masalah. Sebagai negara demokrasi, cara-cara kekerasan tidak boleh lagi digunakan. Hal senada juga disampaikan Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) Cenderawasih. Kasdam menegaskan bahwa Papua bukan daerah dalam status darurat militer, melainkan tertib sipil. Bila menyimak pandangan dua pejabat tersebut, tampak ada semangat baru untuk menyelesaikan masalah Papua yang telah berlangsung selama empat dekade terakhir ini. Penggunaan cara-cara lama, dengan pendekatan kekerasan dan militer, sudah tidak zamannya lagi dipakai. Apalagi arahan Presiden SBY dalam pertemuan refleksi pada kepada pejabat negara di Bogor, pada 19 April 2011, menyatakan, kebebasan dan hak asasi manusia sangat dijamin. Kebebasan berserikat dan berkumpul, termasuk ruang bagi protes dan ekspresi politik masyarakat. Penyelesaian masalah Papua makin mendapatkan momentumnyasekarangdengan rencana Pemerintah membentuk badan baru yang khusus menangani Papua dengan pendekatan sosial-politik dan sosial-ekonomi. Puak Etnis dan Masalah Papua Demokratisasi yang ditandai dengan desentralisasi dan liberalisasi politik ternyata makin kencang mendorong kancah politik saat ini bergerak ke puak-puak etnis. Dalam situasi seperti itu, menjadi pemerhati atau menjadi terlibat dalam advokasi tentang persoalan di satu daerah, akan selalu mengunda ng pertanyaan yang tak terduga, Anda orang mana? Saya mendapat pertanyaan seperti ini berpuluh kali di Papua. Pertanyaan seperti itu biasanya saya jawab dengan senyum, sambil mengucapkan saya orang Indonesia. Sebagai orang Indonesia (WNRI) saya memberanikan diri untuk bergelut dengan masalahmasalah sosial-politik dan HAM di Papua. Saya memberanikan diri karena saya sesungguhnya takut, sebab sahabat-sahabat di Papua selalu melihat saya agen NKRI. Sementara para pejabat Indonesia selalu menyatakan saya bersimpati pada gerakan Papua. Sesunguhnya saya hanya menjalankan kewajiban sebagai WNRI yang dididik Pancasila dan Konstitusi Indonesia. Melihat kondisi Papua membuat kita tidak sampai hati. Ratusan warga negara ini di sana belum mendapatkan hak-haknya sebagai WNRI di Papua. Artinya sampai saat ini masih ratusan ribu orang rakyat RI ini di Papua yang belum mengalami hidup layak, sebagaimana seharusnya seorang warga Negara. Padahal Papua telah diberikan Otonomi Khusus oleh Pemerintah sejak tahun 2001 melalui UU No. 21 tahun Pemerintah Jakarta pun ASASI EDISI JULI-AGUSTUS

6 laporan utama KONFERENSI DAMAI PAPUA. Gubernur Papua Barnabas Suebu (kiri) didampingi Kapolda Papua, Irjend Bekto Suprapto (tengah) dan Danrem 172/PWY, Kol Inf. Daniel Ambat (kanan) saat menyampaikan paparan dalam Konferensi Damai Papua di Aula Uncen, Abepura, Jayapura, Papua, Selasa (5/7). Dalam konferensi tersebut diharapkan semua pihak pemangku kepentingan dapat menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di tanah Papua untuk menuju tanah damai. dokumen: FOTOANTARA/Anang Budiono/Koz/Spt/11. mengguyur trilyunan rupiah setiap tahun bagi Papua. Mana mungkin, setelah 10 tahun keadaan tidak membaik? Bagaimana mungkin itu semua terjadi? Kondisi kelam ini terjadi karena Pemerintah dan kelompok-kelompok politik di Papua samasama terjebak dalam kubangan separatisme. Artinya, segala tindakan di Papua akan selalu diukur oleh Jakarta dengan menguntungkan atau merugikan kelompok separatis. Sementara kelompok-kelompok politik di Papua akan selalu mencurigai apapun inisiatif Pemerintah sebagai upaya penipuan apa lagi yang dilakukan oleh Pemerintah. Karena berada terus-menerus dalam kubangan itu, kedua belah pihak tidak pernah bisa membangun saling percaya. Ketiadaan saling percaya itu ada sejak dulu sampai di era Otonomi Khusus ini. Jadi Pemerintah takut menjalankan Otonomi Khusus secara konsisten karena takut dibajak oleh kelompok separatis. Sementara orang di Papua selalu melihat Otonomi hanya siasat Jakarta saja. Akibatnya, tidak ada yang produktif yang lahir sebagai perbuatan. Satu-satunya buah dari Otsus sekarang ini adalah Uang Otsus yang pada gilirannya uang ini menjadi sumber perkelahian di Papua. Tidak ada yang baru di Papua jika kita bicara perbaikan kehidupan rakyat (bukan perbaikan hidup pejabat), yang oleh UU Otsus disebut sebagai orang asli Papua. Maka dari itu pantas kita bertanya saat ini, bagaimana mungkin di Indonesia, negara demokrasi yang dipuji oleh banyak kalangan internasional dan diagung-agungkan pula di Jakarta bisa ada situasi seperti di Papua sekarang ini. Bisa dikatakan, reformasi politik 13 tahun lalu yang ditujukan untuk memperbaiki keadaan di seluruh Indonesia, ternyata tidak berbekas di Papua. Keadaan di Papua masih sama dengan 13 tahun yang lalu itu, dimana atas nama pemberantasan gerakan separatisme, orang-orang bisa terbunuh, masuk penjara dan lain sebagainya. Artinya, selama 13 tahun ini, Pemerintah tidak bisa menemukan pintu masuk bagi upaya penyelesaian masalah di Papua ini. Ini tantangan kita bersama, juga tokoh-tokoh Papua. Harus ada desakan kepada Pemerintah dan tokoh-tokoh Papua untuk mengambil langkah-langkah baru agar sama-sama bisa keluar dari kubangan separatisme yang telah menjebak terlalu lama. Otonomi Khusus a la UU No.21 tahun 2001 tidak memadai lagi untuk mengatasi masalah di Papua. Harus dicarikan formula barunya. Ada dua alasan untuk itu. Pertama UU Otsus itu sendiri telah tercabik-cabik oleh sekian banyak peraturan turuanannya, mulai dari Instruksi Presiden (Inpres), Peraturan Pemerintah (PP), Perppu maupun UU serta Putusan MK. Kedua, legitimasi politik UU Otsus terus minus, sehingga diperlukan kebijakan yang legitimasinya lebih full. Khususnya legitimasi dari kelompok-kelompok yang selama ini berkonfrontasi dengan Pemerintah. UU Otsus yang minus itu telah pula ditegaskan oleh dua gubernur di 1 Papua serta oleh wakil ketua DPRP. Jalan keluar yang bisa ditempuh adalah menggelar dialog dengan tokoh-tokoh yang mewakili Papua. Dialog ini tentu ditujukan untuk mencari pintu masuk bagi upaya menyelesaikan masalah secara tuntas dan sekaligus memperbaharui komitmen kedua belah pihak. Dalam dialog itu, tentu perwakilan dari merekamereka yang selama ini berkonfrontasi harus menjadi aktor utama yang diajak duduk di meja. Saya menegaskan dialog itu, merupakan jalan untuk mencari kesepakatan-kesepakatan baru yang ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA 06 ASASI EDISI JULI-AGUSTUS 2011

7 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA Mari Kitong Bikin Papua Jadi Tanah Damai emmanuel-pandega.blogspot.com berguna dalam jangka panjang. Untuk itu diperlukan langkah-langkah baru yang mampu menembus segala halangan yang selama ini ada. Tentu usulan tersebut akan memunculkan pertanyaan (klasik): siapa dari Papua yang bisa mewakili demikian banyak suku di Papua? Tentu saja Pemerintah tidak berdialog dengan suku-suku, melainkan dengan pemimpin komunitas politik Papua. Oleh karena itu, biarkan tokoh-tokoh di Papua memilih pemimpin mereka. Yang penting adalah Pemerintah menyatakan siap untuk berdilog dengan menunjuk seseorang atau beberapa orang dari Pemerintah untuk memulai memasuki gerbang dialog itu. Dialog sebagai jalan keluar tentu dengan maksud agar Papua bisa menggapai masa depan yang lebih baik. Artinya, kehebatan Papua lah yang akan dihasilkan dalam dialog itu, bukan kehebohan baru sebagaimana selama ini terjadi. Dalam 13 tahun ini dapat dikatakan, dalam menangani 2 masalah Papua, yang terjadi hanya Heboh. Setelah itu diam. Pemerintah seakan seperti orang bagun tidur yang kaget ketika terjadi sesuatu di Papua. Padahal masalah Papua itu bukan terjadi hari ini, melainkan sejak 40 tahun yang lalu. Ingat, Papua menjadi bagian dari Indonesia terlambat 24 tahun (1945 ke 1969). Ini yang perlu kita sama-sama kita sadari sebagai modal membangun Papua ke depan. Perbaikan keadaan di Papua hanya mungkin terjadi jika lebih banyak orang non-papua memperbincangkan dan sekaligus mempertanyakan kerja-kerja aparatur pemerintah di Papua. Tanpa keterlibatan orang non-papua yang lebih intensif, khususnya kalangan intelektual, akdemisi, politisi dan pemuda serta mahasiswa di luar Papua, maka akan sulit mendorong Pemerintah untuk mengambil langkah maju di Papua. Tanpa keterlibatan orang non-papua semakin meneguhkan pandangan dari Papua bahwa orang non-papua di Indonesia ini terus melupakan mereka dan membiarkan mereka terkurung dalam masalah sendirian. Solidaritas dari kita semua yang non-papua kepada saudara-saudara di Papua sekarang ini menjadi sangat diperlukan. Hanya dengan itu keadaan di Papua bisa diperbarui dan diperbaiki. Dan dialog Pemerintah dengan tokoh-tokoh dari Papua bisa diwujudkan. Seturut dengan itu orangorang di Papua juga harus bisa membuka diri untuk menerima dan menghargai pandangan dari mereka yang non-papua. Keterangan Lihat Kompas, 12 Februari Lihat buku saya dengan judul Heboh Papua; Perang Rahasia, Trauma dan Separatisme, terbitan Komunitas Bambu. ASASI EDISI JULI-AGUSTUS

8 laporan utama Mega Proyek MIFEE: Suku Malind Anim dan Pelanggaran HAM Oleh Y.L. Franky ( Direktur PUSAKA) MIFEE atau Merauke Integrated Food and Energi Estate merupakan program pengembangan pangan dan energi yang dikelola secara terpadu di wilayah Merauke, Provinsi Papua. Gagasan MIFEE dimulai dari proyek Merauke Integrated Rice Estate (MIRE) yang digagas Bupati Merauke, John Gluba Gebze (JGG), pada tahun Selanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi tahun , yang meminta Menteri Pertanian mengeluarkan kebijakan pengembangan food estate di wilayah paling ujung timur Indonesia itu. Dinamika kebijakan food estate ini tampak berhubungan erat dengan kepentingan Pemerintah untuk meningkatkan pendapatan ekonomi nasional dari meningkatnya permintaan dan harga komoditi pangan dunia. Jadi semata-mata untuk merespon krisis pangan dunia, apalagi dalihnya untuk memantapkan ketahanan pangan nasional. Gagasan pengembangan food estate berbasiskan pada ketersediaan lahan tanaman skala luas (minimal 25 hektar) yang pengelolaannya menggunakan sistem industri agribisnis yang berbasis manajemen dan organisasi modern dengan teknologi dan ilmu pengetahuan modern, serta melibatkan swasta dan modal besar. Kementerian Pertanian mencanangkan luas areal MIFEE seluas 2,5 juta hektar, namun perkembangannya Tim Badan Koordinasi Pemanfaatan Ruang Nasional (BKPRN) merekomendasikan sebesar ha atau sekitar 30 persen dari luas wilayah Kabupaten Merauke saat ini. Keterlibatan pihak perusahaan swasta dalam dan luar negeri sangat kental mendominasi proyek MIFEE, hingga mempengaruhi kebijakan Pemerintah yang telah mengeluarkan aturan dan kemudahan fasilitas moneter, tax holiday, dan janji menyediakan tanah luas. Sedangkan urusan modal, teknologi, dan input produksi lainnya diserahkan kepada perusahaan yang mempunyai relasi bisnis dengan perusahaan multinasional dan lembaga-lembaga keuangan international, serta menguasai pasar pangan dan energi dunia. Kebijakan peraturan yang mendukung MIFEE dan keterlibatan perusahaan swasta, antara lain: UU No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus; UU No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yang menetapkan Merauke sebagai kawasan andalan untuk pertanian dan perkebunan; PP No. 18 tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman, yang menjustifikasi perusahaan swasta untuk menguasai lahan di wilayah Papua dapat diberikan dua kali lebih luas atau sama dengan hektar (Pasal 18); PP No 10 tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan; PP No. 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar; Inpres No. 10 tahun 2011 tentang Penundaaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; RUU Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. Di lapangan Merauke, operator perusahaan aktif melakukan pendekatan dan negosiasi kepada marga pemilik lahan dan lembaga adat setempat untuk meminta restu penggunaan tanah dan hutan adat, melakukan akuisisi lahan dengan cara tiputipu. Pemerintah juga aktif mempromosikan MIFEE dan mengajak investor berinvestasi. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Menteri Pertanian Suswono pada Asean Summit ke-18 tahun 2011 di Jakarta. Dalam kesempatan itu, Menteri Suswono mengundang investor negara Asean untuk berinvestasi mengembangkan kawasan food estate di Papua. Hingga saat ini, pemerintah daerah setempat sudah mengeluarkan ijin lokasi maupun surat rekomendasi kepada 46 perusahaan atas lahan seluas lebih dari hektar. Kemungkinan jumlahnya akan semakin bertambah seiring dengan kemudahan yang ditawarkan pemerintah. MIFEE Datang dari Langit Penduduk Merauke berdasarkan pendataan penduduk asli Papua tahun 2010 berjumlah sebanyak jiwa. Sebagian besar diantaranya merupakan penduduk non Papua. Sebesar 61,95% berasal dari luar Pulau Papua, seperti Jawa, Nusa ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA 08 ASASI EDISI JULI-AGUSTUS 2011

9 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA Tenggara, dan Maluku. Sisanya Orang Papua Asli (OPA), sebesar 38,05 persen, yang sering disebut suku Malind Anim. Sejak awal, mega proyek MIFEE sudah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak OPA yang berdiam tersebar di 160 kampung dan 20 distrik. Semestinya, OPA memiliki hak-hak dan kekhususan otoritas yang otonom dan bebas untuk memberikan persetujuan terhadap setiap proyek pembangunan yang berlangsung di tanah Malind Anim dan akan mempengaruhi kehidupan OPA. Hak dan prinsip Free Prior Informed and Consent (FPIC) untuk menentukan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan tertuang dalam Deklarasi PBB tentang Hak Penduduk Asli dan terkandung dalam ketentuan menimbang UU No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Tetapi dalam prakteknya, Pemerintah mengabaikan ketentuan dan hak-hak tersebut. Demikian pula perusahaan yang cenderung beroperasi tanpa ada persetujuan masyarakat atau melakukan musyawarah dengan cara terpaksa atau tidak bebas, setelah perusahaan menggusur lahan dan hutan. Bupati baru Merauke, Romanus Mbaraka, dalam Diskusi Meja Bundar MIFEE di Jakarta, pada Juni 2011, mengatakan bahwa konsep dan kebijakan MIFEE seperti datang dari langit yang tidak diketahui masyarakat Merauke. Pemerintah pusat merancang dan mengeluarkan kebijakan tanpa sepengetahuan dan persetujuan masyarakat. Kebanyakan kasus di lapangan, Orang Malind Anim ataupun organisasi informal kelembagaan adat mereka tidak pernah mendapatkan informasi yang lengkap terhadap manfaat dan dampak proyek yang beroperasi di tanah adat OPA. Masyarakat bingung. Mereka tidak pernah membuat kesepakatan dan bahkan menolak kehadiran proyek. Namun perusahaan yang datang dari jauh dan memandang dari tempat yang tinggi, tidak peduli dengan pandangan, norma dan hak-hak masyarakat dan semaunya melakukan penggusuran lahan. Marga Aluend dari Kampung Sanggase, Okaba, salah satu pemilik lahan di lokasi industri PT. Medco Papua Industri Lestari, bersaksi jika mereka tidak pernah memperoleh informasi dari anak perusahaan Medco Grup tersebut tentang kegiatan industri kayu chip dan bubur kertas. Marga tersebut juga mengatakan tidak pernah ada kesepakatan sewa atas lahan seluas ha. Marga Dinaulik di Nakias, tidak menduga perusahaan sawit PT. Dongin Prabhawa menggusur hutan dan tempat keramat mereka, padahal belum ada perundingan. Dalam hal ini, Pemerintah maupun perusahaan telah melanggar hak-hak masyarakat atas pembangunan, hak atas tanah, hak atas informasi dan hak atas kebebasan. Fenomena akuisisi lahan ( land grab) yang massif oleh perusahaan swasta yang terjadi di negara berkembang merupakan bentuk neokolonialisme yang sangat berbahaya. Laporan FAO (Subandriyo, 2010), percepatan akuisisi lahan tersebut akan menempatkan negara miskin pada posisi rentan menghadapi ancaman krisis pangan. Selain petani akan terusir dari lahannya, dampak kerusakan ekologi karena pola intensive farming bakal sangat merugikan. Pola produksi industri modern yang dikelola investor ( corporate-based food production) akan berhadap-hadapan dan memaksa terjadinya perubahan dalam hubungan dan corak produksi pertanian Orang Malind Anim yang masih tradisional ( peasant and family based food production) dengan mengandalkan rumah tangga petani dan secara langsung terlibat mengusahakan lahan sendiri untuk menghasilkan makanan sendiri. Pada gilirannya perusahaan dapat mengendalikan dan mengelola semua urusan produksi hingga pemasaran tanaman pangan dan energi untuk kepentingan ekspor. Dalam grand design MIFEE (Juni 2010) dan Peta Rencana Investasi BKPMD menunjukkan ada 20 perusahaan mengusahakan tanaman tebu dengan luas lahan ha, ada enam perusahaan hutan tanaman dengan luas lahan ha, ada 10 perusahaan kelapa sawit dengan lahan seluas ha dan ada lima perusahaan yang menghasilkan tanaman pangan padi, ubi kayu, jagung, kacang dan sebagainya dengan luas lahan ha. Angka ini menunjukkan akuisisi lahan skala luas yang hanya dikuasai segelintir pemilik modal. Jelas sekali proyek ini hanya menguntungkan investor dan dipastikan akan menyingkirkan dan memaksa perubahan corak produksi pangan lokal. Komoditi yang dihasilkan keseluruhannya untuk kepentingan ekspor, seperti kayu serpih, bubuk kertas, minyak sawit dan tebu. Jika demikian, Orang Malind Anim yang kehidupan dan mata pencahariannya tergantung pada hutan, padang savana, rawa, kali dan sebagainya, akan tersingkir dan terbatas mengakses lahan untuk kegiatan produksi, mereka tidak dapat secara bebas mencari ikan, berburu hewan, tokok sagu dan sebagainya. Mereka juga tidak dapat bekerja dalam perusahaan dengan alasan keterbatasan ketrampilan dan atau hanya diterima sebagai buruh kasar kontrakan. Inilah yang dialami oleh warga Kampung Boepe, Zenergi dan Kaliki di sekitar areal proyek anak perusahaan Medco, PT. Selaras Inti Semesta dan warga Nakias di lokasi perusahaan sawit PT. Dongin Prabhawa. Mereka kehilangan hak atas mata pencaharian, hak atas kehidupan yang memadai, hak atas lingkungan yang sehat dan aman, hak atas pangan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhi dan menghasilkan kebutuhan pangan sendiri, serta tindakan diskriminasi dalam memperoleh hak atas pekerjaan. ASASI EDISI JULI-AGUSTUS

10 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA laporan utama Kehadiran proyek MIFEE akan diikuti peningkatan arus migrasi penduduk yang berasal dari luar Papua dan daerah sekitar Merauke yang berlangsung secara programatik dan inisatif sendiri untuk menjadi karyawan dan buruh tani perusahaan. Dibayangkan ada lebih dari jiwa yang akan datang ke Tanah Malind Anim dengan berbagai ragam latar belakang sosial dan budaya. Kebudayaan dominan dari luar dan disokong oleh instrumen budaya ekonomi modern akan menyingkirkan Orang Malind Anim, sehingga dikhawatirkan terjadinya penyingkiran secara paksa terhadap kehidupan sosial budaya dan ekonomi Orang Malind Anim. Pengalaman proyek transmigran dari Jawa di Merauke pada masa lampau dapat dirasakan dan dilihat dampaknya hari ini. Orang Malind Anim masih terpuruk dalam kemiskinan dan ketertinggalan, sebaliknya penduduk yang baru datang dapat dengan cepat mengembangkan kehidupan sosial budaya dan ekonominya. Saat ini, di lapangan banyak terjadi konflik dan perselisihan antar marga terkait dengan klaim dan pemberian kompensasi hak atas tanaman yang tumbuh dan sewa tanah. Banyak masyarakat Malind Anim di kampung-kampung resah dan melakukan protes secara damai menolak kehadiran proyek MIFEE. Masyarakat takut untuk bersuara dan melakukan aksi-aksi lebih keras karena sering mendengar, menyaksikan dan mengalami langsung tindakan kekerasan aparat dan tudingan separatis. Hak berpendapat dan berkumpul secara bebas untuk membicarakan MIFEE dan soal-soal kerakyatan masih tidak bebas, dibatasi dan dapat dipelintir menjadi isu anti pembangunan, disintegrasi dan mengancam keamanan negara. Hal ini sudah terlihat dalam kasus penahanan dan pemeriksaan aktivis Solidaritas Rakyat Papua Tolak MIFEE (SORPATOM) di Merauke yang melakukan aksi protesnya pada Oktober 2010 dan kasus kekerasan yang dialami oleh warga Kampung Zenegi dan Sanggase. Pembangunan Orang Malind Anim Pendekatan keamanan dengan cara-cara kekerasan, intimidasi dan teror, tidak akan mampu membungkam suara rakyat. Justru sebaliknya, pendekatan keamanan ini akan menimbulkan kebencian rakyat dan bertentangan dengan konstitusi dan hak moral. Sumber masalahnya yang harus dibereskan, yakni paradigma mega proyek MIFEE yang harus diubah dari pro modal menjadi paradigma pembangunan manusia yang berpihak pada kesejahteraan, keselamatan dan keamanan rakyat, pro pada rakyat miskin ( pro poor) dan pro pada lingkungan ( pro environment), tidak semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi ( pro growth) dan menggemukkan akumulasi modal korporasi. Dalam konteks hak ekonomi, sosial, dan budaya (Ekosob), maka pemerintah memiliki tugas dan kewajiban untuk memajukan dan pemenuhan hak atas pangan secara komperehensif, selain itu, Pemerintah wajib menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak Orang Papua Asli untuk mewujudkan kehidupan yang adil, sejahtera dan bermartabat. Kewajiban dimaksudkan adalah kewajiban pemerintah di semua tingkatan untuk tidak menghilangkan satu-satunya sarana penghidupan pangan yang tersedia kepada seseorang, kewajiban menghindari perampasan hak dan melindungi orangorang dan pola produksi pangan setempat, melindungi jenis tanaman pangan setempat dari perampasan oleh orang lain, tekanan kebijakan dan praktik international yang mengancam merampas sarana penghidupan masyarakat. Kewajiban Pemerintah untuk melindungi dan menghormati hak-hak masyarakat atas tanah dan wilayah hidup Orang Malind Anim, mengembangkan dan menyediakan sistem keamanan dan perlindungan dalam praktik pengalihan penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan hak atas tanah. Pemerintah wajib membangun dan memberdayakan Orang Malind Anim dengan menyediakan sarana dan prasarana pengembangan ketrampilan dan pengetahuan pangan dan usaha ekonomi lainnya yang memadai dengan berbasiskan pada ketersediaan sumberdaya dan modal sosial yang dimiliki masyarakat setempat. Memfasilitasi masyarakat dan kelembagaan sosial ekonomi mereka untuk mengakses modal pada lembaga keuangan dan meningkatkan kapasitas pengelolaan dana yang akuntabel. Tidak kalah pentingnya, adalah perlunya Pemerintah dan aparatus keamanan negara serta warga mengerti, memajukan, menghormati dan melindungi hak-hak dasar Orang Papua Asli, hak atas tanah, hak atas kebebasan berpendapat dan berkumpul, hak untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi, hak untuk menentukan dan memutuskan kebijakan dan pembangunan yang akan berlangsung di atas tanah dan wilayah hidup mereka. Pembangunan di tanah Malind Anim tanpa didahului dengan perubahan paradigma dan kebijakan yang mengakui, menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat, niscaya tidak akan langgeng dan sebaliknya menimbulkan konflik terus menerus. 10 ASASI EDISI JULI-AGUSTUS 2011

11 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA laporan utama REDD di Ulu Masen: Di Mana Masyarakat ditempatkan? Oleh Ina Nisrina Has (Koordinator Program BINGKAI Indonesia) Ulu Masen? Itu nama majalah, saya tidak paham artinya, tapi ada Gunung di Sampoiniet namanya Pucok Masen. 1 Pak Hasnita, tidak bisa menjelaskan keberadaan Ulu Masen yang kami maksud. Beliau adalah salah satu tokoh masyarakat yang tinggal di Kemukiman Sarah Raya, Aceh Jaya yang berada dalam kawasan Ulu Masen yang sangat terkenal, khususnya bagi pihak yang giat mencermati isu perubahan iklim. Konon, Wilayah Ulu Masen ditetapkan sebagai salah satu wilayah uji coba penerapan Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD), sebuah skema mitigasi untuk mereduksi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Istilah Ulu Masen mulai diperkenalkan oleh Flora Fauna International (FFI), sebuah organisasi nonpemerintah yang berbasis di Inggris, pada tahun 2007 atas keputusan komunitas yang diwakili oleh Imum Mukim atau kepala masyarakat adat Kabupaten Aceh Jaya pada tahun Penamaan Ulu Masen diambil dari istilah Pucok Masen yang terletak di Kecamatan Sampoiniet Kabupaten Aceh Jaya. Nama Ulu Masen dianggap mampu mewakili satu kawasan ekosistem hutan di bagian utara Provinsi Aceh ini. Sedangkan nama masen berasal dari nama sungai yang hulunya berada dalam kawasan hutan tersebut. Kawasan Ulu Masen luasnya hektar berada di lima wilayah administratif Aceh: Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Besar. Terdiri dari 21 kecamatan dan 52 Mukim dengan populasi sebesar orang. Pemerintah Aceh melakukan kemitraan dengan Carbon Conservation International Pty Ltd dan organisasi lingkungan internasional Flora dan Fauna International (FFI) telah menetapkan Ulu Masen sebagai kawasan uji coba REDD. Diperkirakan bahwa lebih dari 3,3 juta ton kredit karbon akan dihasilkan setiap tahun dari proyek di wilayah sekitar hektar tersebut dengan mengurangi 85% dari 2 deforestasi dasar yang ada, hektar per tahun. Kemampuan menyerap karbon tersebut diperkirakan dapat menghasilkan dana kompensasi skema REDD sebesar US$ 16,5 juta per tahun atau US$ 432 juta 3 selama 30 tahun mendatang. Di Indonesia, Pemerintah sudah menyatakan dirinya sebagai pendorong perlawanan terhadap pemanasan global dengan menerapkan program percontohan REDD. Saat ini, berkat bantuan beberapa negara seperti Norwegia, Jerman, Australia dan proyek privat percontohan REDD sudah mulai berjalan di beberapa wilayah yang salah satunya adalah Kalimantan Tengah dan segera menyusul delapan propinsi lainnya. REDD, dengan atau tanpa plus, sekalipun dilahirkan melalui proses panjang penuh dinamika, pada dasarnya sangat simpel melihat pola hubungannya. Hutan yang berisi pepohonan telah dibuktikan secara ilmiah mampu menyerap karbondioksida (CO2). Karena kemampuannya tersebut, maka hutan harus dijaga eksistensinya. Untuk menjaga keberadaan hutan, dibutuhkan biaya. Untuk itu, negara-negara maju atau industri sebagai penghasil Gas Rumah Kaca diharuskan membayar sebagai kompensasi bagi negara-negara pemilik hutan. Karena telah membayar, tentu ada jaminan jika biaya yang telah dikeluarkannya digunakan sesuai dengan peruntukannya. Artinya, kondisi ini tidak lebih baik dari sebuah transaksi beli kopi di Warung Kopi Solong, yang cukup terkenal di Ulee Kareng, Banda Aceh. Pembeli yang memesan kopi dan membayar, harus mendapatkan apa yang dipesannya. Jika tidak, pembeli dapat melakukan tindakan sebagai bentuk mempertahankan haknya. REDD tidak lebih dari sebuah transaksi ekonomi (dagang) yang berujung pada untung dan rugi. Sayangnya, pola dagang sangatlah tidak sehat karena telah terang benderang siapa yang akan mendapatkan keuntungan yang akan mengalami kerugian dan bangkrut. Yang menjadi persoalan, karena transaksi tersebut dipahami sebagai dagang semata, maka menjadi tidak berdampak apa-apa bagi pelestarian hutan secara menyeluruh. Penetapan Ulu Masen untuk kawasan REDD, tidak menjamin sama sekali bagi wilayah lain di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan REDD yang disepakati, dan kenyataannya memang demikian. Konsesi untuk pertambangan dan perkebunan tetap diberikan. Demikian juga legalisasi pembukaan kawasan hutan untuk pembangunan infrastruktur dan perumahan. Lantas, dimana posisi REDD sebagai skema global untuk mereduksi pemanasan global? sementara berbagai aktivitas yang meningkatkan pemanasan global terus dilakukan dan dilegalisasi? Proses Sepihak Pelaksanaan Percontohan Aceh merupakan daerah yang menempatkan adat sebagai sebuah sistem yang terstruktur dan bernilai historis. Secara konstitusi, dikuatkan melalui Pasal 98 UU No. 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh mengatur lembaga adat sebagai bagian dari penjabaran perjanjian damai Helsinki. Untuk pengimplementasiannya diatur dalam Qanun No. 9 tahun 2008 tentang Pembinaan Kehidupan Lembaga Adat Aceh dan Qanun No. 10 tahun 2008 tentang Lembaga Adat. Tradisi pengelolaan hutan yang arif bijaksana telah dipraktikkan secara turun temurun melalui lembaga adat uteun (hutan) yang dipimpin oleh ASASI EDISI JULI-AGUSTUS

12 laporan utama Panglima Uteun (Panglima Hutan). Panglima Uteun merupakan unsur Pemerintahan Mukim yang bertanggungjawab kepada imum mukim. Panglima Uteun mempunyai peran strategis dalam upaya pengelolaan lingkungan, khususnya dalam hal pemanfaatan hutan dan hasilnya. Khazanah adat budaya ini masih melekat sebagai sebuah kearifan lokal yang masih ada dan harus dipertahankan, terutama pada kemukiman yang wilayahnya berdekatan dengan kawasan hutan. Menurut Budi Arianto dari Jaringan Kerja Masyarakat Adat (JKMA) Aceh, dalam pengurusan hutan dilarang memotong pohon tualang, kemuning, keutapang, glumpang, beringin dan lain-lain kayu besar dalam rimba yang dirasa menjadi tempat bersarang lebah. Ini merupakan pantangan umum, yang apabila dilanggar dapat merugikan orang banyak, karena siapa saja boleh mengambil hasil-hasil madu yang bersarang di pohon-pohon besar itu. Dilarang memotong kayu-kayu meudang ara, bunga merbau, dan lain-lain kayu yang besar-besar yang dapat dibuat perahu atau tongkang, kecuali atas seizin dari Kedjroen atau Raja. Pemerintah Aceh telah menyatakan komitmen untuk menyelamatkan hutan kepada masyarakat internasional dalam konferensi the United Nations Framework Conference on Climate Change 4 (UNFCCC), pada 7 Desember Kontrak kesepakatan kerjasama penjualan dan pemasaran yang ditandatangani pada tanggal 9 Juli 2008 antara Pemerintah Aceh dan Carbon Conservation memberikan wewenang untuk memasarkan dan menjual kredit karbon Ulu Masen atas nama Pemerintah Aceh. Terdapat sejumlah ketentuan yang bertujuan untuk menjamin perlindungan bagi masyarakat setempat, di antaranya ketentuan untuk memastikan pengembangan mekanisme pembagian pendapatan yang adil dengan orang-orang yang berdampak, mengakui peran lembaga adat sesuai dengan UU No 11/2006 tentang pemerintahan Aceh. Kita tentu sepakat bahwa masyarakat tempatan atau yang ditempati sebagai area konsesi harus menjadi prioritas utama dalam setiap inisiatif pengelolaan hutan. Meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas masyarakat menjadi penting dilakukan. Karena masyarakatlah yang akan merasakan dampak langsung dari penerapan REDD pada kawasan Ulu Masen. Dalam perundingan kerangka kerja PBB untuk perubahan iklim (UNFCCC), pembicaraan terkait penghormatan atas hak masyarakat adat dalam REDD masih terus berlanjut, bahkan hingga menghasilkan deklarasi atas hak masyarakat adat. Namun hingga tiga proses persiapan uji coba berlangsung, informasi tentang apa dan bagaimana REDD belum dipahami secara gamblang oleh masyarakat tempatan. Lebih ironis masyarakat yang tinggal di kawasan Ulu Masen, seperti Sarah Raya, Sampoiniet, Krueng Sabee dan Aceh Besar, umumnya tidak mengetahui bahwa wilayah yang mereka tempati masuk dalam kawasan yang ditetapkan sebagai 5 wilayah uji coba REDD. Proses konsultasi publik yang hanya melibatkan sejumlah mukim tentu saja tidak cukup mewakili suara masyarakat yang hidup dan bergantung pada kawasan hutan Ulu Masen. Apalagi jika konsultasi tersebut hanya dilkukan sebagai formalitas untuk memenuhi prasyarat. Ironisnya dokumen desain proyek REDD Ulu Masen justru semakin menyulitkan posisi masyarakat adat. Disebutkan; Setelah semua proses respon/jawaban dilakukan dan tercapai kesepakatan maka akan dilakukan persetujuan tertulis dari Imuem Mukim sebagai perwakilan masyarakat. Jika tidak tercapai kesepakatan, maka akan dilakukan negosiasi ( renegotiate) agar tercapai persetujuan tertulis, jika upaya negosiasi tidak tercapai, maka wilayah mukim tersebut akan dikeluarkan dari wilayah project REDD Ulu Masen. 6 Pemerintah, tentu saja punya kuasa lebih dari sekedar mengeluarkan wilayah mukim dari proyek REDD Ulu Masen, mengingat adanya kebijakan publik untuk melakukan pencabutan hak atas tanah demi kepentingan umum dengan telah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Selain itu, belum diposisikannya secara strategis UU Pemerintahan Aceh dalam pengelolaan hutan di Aceh akan menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Tumpang tindih antar kebijakan terjadi seiring dengan proses penerapan REDD pada Kawasan Ulu Masen. Demikian juga dengan posisi kelembagaan dan Masyarakat Adat dalam hak pengelolaan kawasan. Permenhut No. 30 tahun 2009 tentang Tata Cara Implementasi REDD justru semakin menyulitkan posisi Pemerintah Aceh dan masyarakat adat. Pasal 3 6 Permenhut yang memberikan ruang kepada pemilik HPH dan HGU akan mengalihkan pemanfaat dana kompensasi kepada pemilik izin. Sebaliknya, pada Pasal 7 cukup menyulitkan lembaga adat untuk mendapatkan hak kelola. Selain ketentuan ini masih membutuhkan peraturan lain yang belum jelas kapan diterbitkannya. REFERENSI 1 Tandan Sawit Edisi III/Mei Majalah Ulu Masen, FFI, tahun Permenhut P.36/Menhut-II/ Down to Earth No.74, Agustus Jane Dunlop, REDD, Tenure and Local Communities,IDLO, November Ina Nisrina, Catatan Kritis Implementasi REDD di Ulu Masen, 2009 Keterangan 1. Wawancara dengan Pak Hasnita, Salah satu tokoh Masyarakat di Kemukiman Sarah Raya, Aceh Jaya, Jane Dunlop, RED: Tenure and local communities, IDLO, November 2009, hal WALHI Aceh, REDD: Antara harapan dan kenyataan, Aceh green Riset dan dokumentasi oleh BINGKAI Indonesia bersama WALHI tahun Design Consent REDD Ulu Masen, Task Force REDD Aceh, Draft by Dewa Gumay ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA 12 ASASI EDISI JULI-AGUSTUS 2011

13 ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA Sabtu Kelabu di Urut Sewu daerah Oleh Wahyudi Djafar (Staf Pelaksana Program Divisi Pemantauan Kebijakan ELSAM) Tengah hari ketika sebagian besar warga sedang melepas penat dari terik matahari yang membakar, setelah sepagian bergumul dengan tanaman pertanian, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara rentetan tembakan membabibuta. Hari itu, Sabtu, 16 April 2011, menjadi sejarah kelam bagi warga Desa Setrojenar, Bulus Pesantren, Kebumen. Beberapa kompi pasukan TNI Angkatan Darat (AD), tanpa didahului dengan negosiasi, langsung menyerang mereka. Tentara mencokok, menembaki, menendang, menyeret, dan menangkapi warga secara sepihak. Aksi brutal itu terjadi di sepanjang jalan menuju Markas Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AD. Warga yang sedang mengolah sawah pun tak luput dari serangan itu. Penyerangan yang dilakukan oleh pasukan loreng hijau ini seolah menjadi klimaks dari seluruh rangkaian protes yang dilakukan warga Setro Jenar atas kehadiran tentara di wilayah ini. Di desa yang berdekatan dengan pesisir pantai selatan Jawa ini, puluhan tentara kerap melakukan serangkaian uji coba persenjataan. Konflik warga melawan tentara ini sudah terjadi bertahun-tahun dan kian meruncing setelah tewasnya lima bocah dari desa Setrojenar pada 22 Maret 1997, akibat ledakan mortir peninggalan pasukan TNI AD usai berlatih. Kekesalan warga terus bertambah dengan tindakan sepihak dari pihak TNI AD yang melakukan claiming atas lahan-lahan milik warga. Mengurai Pemicu Konflik Warga seringkali kesal dengan pihak TNI AD, yang tidak memberikan ganti rugi semestinya, terhadap tanaman pertanian mereka yang rusak akibat uji coba persenjataan. Lokasi latihan menembak Dislitbang TNI AD sangat dekat dengan areal pertanian warga. Ini yang memicu kemarahan warga, selain tentu saja, karena kematian lima bocah akibat mortar beberapa tahun silam itu. Kebijakan pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah, juga dianggap turut serta mempengaruhi memanasnya perseteruan antara warga dengan TNI AD. Setidaknya ada tiga kebijakan pemerintah yang terkait, atau bisa disebut menjadi akar bagi meletupnya peristiwa pada 16 April Kebijakan Pemerintah yang dianggap menjadi latar belakang konflik, adalah: Pertama, proyek pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS), yang menjadi kebijakan pemerintah pusat. Proyek pembangunan ini mengharuskan pemerintah untuk melakukan pembebasan lahanlahan pertanian milik warga, yang akan diubah peruntukannya sebagai jalur lintas tersebut. Menyikapi kebijakan pembangunan JLS, para petani di wilayah ini kemudian membentuk sebuah paguyuban untuk memperjuangkan hak-hak mereka, khususnya terkait dengan ganti rugi atas tanah-tanah pertanian mereka. Paguyuban ini terbentuk pada 6 September 2005, dengan nama Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS). Forum ini menjadi payung besar bagi banyak organisasi petani yang berbasis desa-desa di Urut Sewu. Permasalahan menjadi kian bertambah ketika TNI secara sembunyi-sembunyi mulai bermain untuk mendapatkan uang ganti rugi, dengan alasan pembebasan tanah yang diklaim sebagai kawasan militer. Panglima Kodam IV mengajukan permohonan ganti rugi tanah TNI yang terkena tras jalan. Pihak TNI, dalam sebuah kesempatan sosialisasi, mengklaim bahwa luas lahan yang masuk kawasan latihan militer mencapai 317,48 ha. Padahal luasan ini tidak sesuai dengan Surat Bupati Kebumen No. 590/6774, yang mengatakan bahwa luas kawasan latihan TNI 500 meter ke utara dari batas/tepi air laut, dan memiliki panjang dari sungai Wawar di timur Kebumen (perbatasan Kebumen- Purworejo) dan ke barat sampai sungai Lukulo. Kedua, kebijakan yang dianggap sebagai pemicu konflik adalah rancangan peraturan daerah mengenai rencana tata ruang dan wilayah yang dirumuskan oleh pihak Pemerintah Kabupaten Kebumen, untuk tahun Raperda ini menjadi polemik, akibat tindakan pihak TNI AD, yang mencoba menyisipkan agenda klaim mereka atas kawasan Urut Sewu sebagai kawasan latihan militer. TNI AD meminta kepada Pemda untuk memperluas kawasan militer (pertahanan keamanan), menjadi 1000 meter dari bibir pantai. Akibat ulah dari TNI dan Pemkab Kebumen, yang dianggap mengklaim secara sepihak, kontan mengundang reaksi masyarakat. Ketiga, ketika belum ada titik temu terkait dengan dua persoalan sebelumnya, tiba-tiba muncul rencana pembukaan lokasi penambangan pasir besi di kawasan ini. Awal tahun 2011 Pemerintah Kebumen mengeluarkan Surat Keputusan Bupati No. 660.I/28/2010 tentang persetujuan kelayakan lingkungan rencana penambangan pasir besi oleh PT. Mitra Niagatama Cemerlang (MNC) Jakarta. Melalui surat tersebut, perusahaan dilegalisasi untuk mengeksploitasi pasir besi di kawasan Urut Sewu. Keluarnya surat ijin penambangan ini kian membuat ASASI EDISI JULI-AGUSTUS

14 daerah warga kuatir, atas nasib tanah-tanah pertanian mereka yang akan segera diakusisi pihak lain. Militer Maha Kuasa Bermula dari aksi besar, yang dilakukan warga pada 23 Maret 2011, pemerintah setempat dan aparat keamanan menanggapi dengan menggelar apel gabungan di Mapolres Kebumen, pada 31 Maret Apel gabungan ini diikuti oleh 275 personel TNI dan 425 personel Polri. Apel dihadiri Kapolres Kebumen, Dandim 0709/Kebumen, Bupati Kebumen, Ketua DPRD, Kepala Kejaksaan Negeri Kebumen, dan Ketua Pengadilan Negeri Kebumen. Apel ini ditujukan secara khusus untuk mengamankan kawasan Urut Sewu, wilayah sepanjang pesisir selatan Kebumen yang merupakan rangkaian Pegunungan Sewu. Situasi menjadi kian bertambah panas, ketika pihak TNI AD memaksakan untuk tetap melakukan uji coba persenjataan, pada 11 April Padahal dalam pertemuan beberapa tahun sebelumnya, tepatnya 14 Mei 2009, yang berlangsung di Pendopo Kebumen, Komandan Komando Daerah Militer (Kodim) 0709/Kebumen menyatakan secara lisan dihadapan warga (FPPKS), Bupati Kebumen, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kantor Kebumen, maupun DPRD setempat, bahwa tentara tidak akan melakukan aktivitas latihan dan uji coba persenjataan 1 hingga status tanah di wilayah tersebut jelas. Pada akhir Maret 2011, Bupati Kebumen juga menegaskan hal yang sama. Mengetahui rencana latihan tentara tersebut, pada 10 April 2011 warga desa Setrojenar dibantu warga dari kawasan sekitar, kemudian memblokir akses jalan menuju Markas Dislitbang TNI AD dan menuju kawasan uji coba persenjataan. Pemblokiran dilanjutkan dengan aksi dan doa bersama di depan Markas Dislitbang TNI AD, pada 11 April Menyikapi situasi ini, Bupati, Komandan Kodim, Komandan Korem Pamungkas, dan pihak Kepolisian kemudian mengajak warga bernegosiasi. Akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa warga akan membuka blokade yang merintangi akses menuju markas, sedang pihak TNI AD akan menarik seluruh pasukan dari Markas Dislitbang TNI AD. Pada hari berikutnya ternyata kembali terjadi pergerakan pasukan menuju markas Dislitbang. Beberapa informasi menyebutkan pasukan tersebut berasal dari Batalyon Infanteri (Yonif) 403/Wirasadapratista, Kentungan, Yogyakarta, dan Batalyon Arteleri Medan (Armed) Magelang. Setelah terjadi pergerakan pasukan ke markas, pada 15 April 2011, pihak TNI lantas memberitahukan kepada kepala desa setempat bahwa akan ada uji coba persenjataan dan latihan tempur keesokan harinya. Tepat pada Sabtu, 16 April 2011, sebagaimana telah direncanakan sebelumnya, warga melakukan ziarah kubur di makam lima orang anak yang menjadi korban ledakan mortir. Ziarah diikuti kurang lebih 30an orang, termasuk lima perempuan, ibu-ibu dari bocah yang meninggal, dan beberapa anak-anak. Tersiar informasi bahwa pada saat bersamaan, TNI AD sedang melakukan latihan tempur di kawasan Ambal, sebelah timur Bulus Pesantren. Di tengah prosesi ziarah, warga menerima kabar bahwa pihak TNI AD telah membuka blokade yang dibuat warga untuk menutup akses jalan menuju pantai, lokasi yang kerap digunakan untuk latihan tempur TNI AD. Mendengar informasi ini, segera setelah usai ziarah, warga kemudian membangun kembali blokade-blokade yang telah dibuka paksa oleh pihak TNI AD. Kekesalan warga pun memuncak. Dilandasi emosi tersebut warga lantas melakukan perusakan terhadap sejumlah fasilitas latihan tempur berupa tempat penyimpanan sisa peluru dan menara pantau, yang menurut penuturan warga berdiri di atas tanah warga yang dibuktikan dengan sertifikat hak milik. Mendekati pukul WIB, Sabtu 16 April 2011 itu, sedikitnya 30 pasukan TNI AD, datang dari arah utara menuju ke selatan arah pantai tempat konsentrasi warga. Sepasukan tentara tersebut dalam posisi berbaris dan siap menembak. Kurang lebih 30 orang pasukan TNI AD juga menyusul keluar dari markas Dislitbang, dengan posisi siap tembak pula. Pukul WIB terdengar letusan tembakan pertama dari arah pasukan tersebut. Usai terdengar tembakan, pasukan TNI tersebut kemudian menyerang warga yang tengah duduk-duduk di rumah dan warung di tepi jalan menuju Dislitbang. Pasukan TNI memuntahkan tembakan membabibuta, melakukan pemukulan dengan pentungan kayu, popor senapan, dan melayangkan tendangan sepatu lars ke arah warga. Mereka juga meneriakkan katakata kasar terhadap warga, seperti anjing!, mati kau!, matikan!. Selain itu tentara juga berteriak PKI-PKI, matikan!. Anehnya, pada saat penyerangan ini, beberapa orang anggota polisi berpakaian sipil yang berada di tempat kejadian, tidak melakukan tindakan apapun untuk mencegah kebringasan tentara. Pasukan TNI AD kemudian bergerak terus ke selatan, menuju kerumunan warga. Pasukan tentara kelompok pertama kemudian bergabung dengan pasukan yang sudah siap di depan markas Dislitbang. Setelah pasukan tersebut bergerak ke selatan, dari arah utara datang kelompok pasukan TNI lainnya sebanyak tiga peleton, yang membawa senapan dan pentungan kayu. Mendengar tembakan dari utara, warga bergerak ke arah utara. Melihat pasukan TNI datang dari utara, dengan senapan yang diarahkan ke warga, serta mengeluarkan tembakan, warga memilih menunggu di tempat. Seperti di utara, tentara juga melakukan perlakuan sama terhadap kerumunan warga yang ada di selatan. Mereka ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIA 14 ASASI EDISI JULI-AGUSTUS 2011

Sabtu Kelabu di Urut Sewu Oleh Wahyudi Djafar

Sabtu Kelabu di Urut Sewu Oleh Wahyudi Djafar Sabtu Kelabu di Urut Sewu Oleh Wahyudi Djafar Tengah hari ketika sebagian besar warga sedang melepas penat dari terik matahari yang membakar, setelah sepagian bergumul dengan tanaman pertanian, tiba-tiba

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua

Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Hari ini, 16 Oktober 2013, merupakan hari Pangan Sedunia. FAO memberikan tema "Sistem Pangan Berkelanjutan untuk

Lebih terperinci

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia

SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia SIARAN PERS Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Eksekutif Daerah Papua (Walhi Papua) & Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia PELIBATAN PENYANDANG DANA, DALAM KONFLIK PTPN II DAN MASYARAKAT DI KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PRUSEDUR PENCEGAHAN KONFLIK, PENGHENTIAN KONFLIK DAN PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2012 SOSIAL. Stabilitas Nasional. Konflik. Penanganan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat (TGHK) 1 seluas 140,4 juta hektar terdiri atas kawasan hutan tetap seluas 113,8 juta hektar

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua, KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR Disampaikan pada Kongres ke-4 Masyarakat Adat Nusantara (KMAN IV) Tobelo, Halmahera Utara, 19-25 April 2012 Assalamu alaikum Warohmatullahi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Shared Resources Joint Solutions

Shared Resources Joint Solutions Lembar Informasi Shared Resources Joint Solutions Sawit Watch - Padi Indonesia SRJS di Kabupaten Bulungan Program dengan pendekatan bentang alam ini memilih Daerah Aliran Sungai Kayan dengan titik intervensi

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari : Kamis Tanggal : 31 Juli 2008 Pukul : 09.00 Wib

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

ACEH: Proyek Uji Coba REDD+ Ulu Masen

ACEH: Proyek Uji Coba REDD+ Ulu Masen Seri briefing hak-hak, hutan dan iklim Oktober 2011 ACEH: Proyek Uji Coba REDD+ Ulu Masen Proyek Ulu Masen dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Aceh dengan bantuan Fauna and Flora International (FFI)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 01 I 11 April 2016 USAID LESTARI KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Bagi ilmuwan, kebakaran

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH RAKOTER TNI TAHUN 2009 Tema Melalui Rapat Koordinasi Teritorial Tahun 2009 Kita Tingkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Jajaran Komando Kewilayahan TNI CERAMAH KETUA TIM TEKNIS KETAHANAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia RISALAH KEBIJAKAN Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia LBH Jakarta November 2015 Tim Penyusun: Alldo Fellix Januardy, Yunita, & Riesqi Rahmadhiansyah RISALAH KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA Oleh: Arrista Trimaya * Naskah diterima: 30 Januari 2015; disetujui: 12 Februari 2015 Menteri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2002 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IJIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal

Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal Pandangan dan Pengalaman AMAN Mina Susana Setra Deputi untuk Advokasi, Hukum dan Politik - AMAN GCF TaskForce REDD+ Training Bali, 20 November

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN KAWASAN, HEMAQ BENIUNG, HUTAN ADAT KEKAU DAN HEMAQ PASOQ SEBAGAI HUTAN ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT Selasa, 6 Mei 2008 Jam 09.00 WIB Di Hotel Orchard Pontianak Selamat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA

Lebih terperinci

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH -1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN Menimbang : PRESIDEN

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan Dan Saran. kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Ijin pengelolaan disahkan

Bab V Kesimpulan Dan Saran. kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku. Ijin pengelolaan disahkan Bab V Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan PT Karya Jaya Berdikari merupakan salah satu perusahaan representasi negara untuk mengelola sumber daya hutan model HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di kabupaten Maluku

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN KAYU/IPK KEPADA PT. MEDCOPAPUA INDUSTRI LESTARI PADA AREAL PEMBANGUNAN INDUSTRI KAYU SERPIH

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa Negara Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2003 SERI D.14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SUMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Negara Indonesia yang terdiri dari 17.058 pulau itu memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang lebih besar daripada negara-negara tetangganya.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI OLEH DIREKTUR TANAMAN TAHUNAN HOTEL SANTIKA, JAKARTA 29 JULI 2011 1 KRONOLOGIS FAKTA HISTORIS Sejak 1960-an dikalangan masyarakat internasional mulai berkembang

Lebih terperinci

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN Mendengar proses penerapan Free, Prior, Informed And Consent atau (FPIC) pada area proyek Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus (REDD+) di Kalimantan Tengah LATAR

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci