BAB 4 PENGELOLAAN SEKOLAH BERPOLA ASRAMA SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN SORONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGELOLAAN SEKOLAH BERPOLA ASRAMA SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN SORONG"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGELOLAAN SEKOLAH BERPOLA ASRAMA SEMINARI MENENGAH PETRUS VAN DIEPEN SORONG Profil Wilayah Penelitian Gambaran Umum Kabupaten Sorong Secara administrasi Kabupaten Sorong terletak di bagian Barat Provinsi Papua dengan luas wilayah ,46 km2 yang terbagi dalam wilayah daratan seluas 845,71 km2 dan wilayah lautan seluas 514,65 km 2. Letak geografis Kabupaten Sorong adalah 130 o o Bujur Timur dan 00 o o Lintang Selatan. Wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Sorong terdiri dari 19 distrik, 13 kelurahan dan 121 desa/kampung. Sedangkan batas administratif Kabupaten Sorong adalah: (BPS Kabupaten Sorong, 2012) a. Sebelah Barat : Kabupaten Raja Ampat b. Sebelah Timur : Kabupaten Manokwari c. Sebelah Utara : Kabupaten Raja Ampat d. Sebelah Selatan : Kabupaten Sorong Selatan Secara demografis, jumlah penduduk Kabupaten Sorong mencapai Jiwa dengan komposisi 53,10% ( Jiwa) merupakan penduduk Laki-laki, dan 46,90% ( Jiwa) adalah penduduk berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian sex ratio penduduk Kabupaten Sorong adalah 113,18. Jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Sorong berada di Distrik Aimas yaitu sebanyak jiwa dan Distrik Mariat, yaitu sebanyak jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 5,37 km 2 (Tabel 4.1). 81

2 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Sorong dan Kepadatannya Berdasarkan Distrik No Distrik Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) 1 Moraid 1.446, ,21 2. Klaso 316, ,99 3. Makbon 1.011, ,14 4. Klayili 481, ,88 5. Beraur 822, ,24 6. Klamono 488, ,30 7. Klabot 518, ,25 8. Klawak 432, ,41 9. Salawati 525, , Mayamuk 217, , Salawati Timur 118, , Seget 893, , Segun 2.021, , Salawati Selatan 2.265, , Aimas 222, , Mariat 118, , Sayosa 1.213, , Maudus 492, ,81 Jumlah , ,37 Sumber: Kabupaten Sorong Dalam Angka 2012, BPS Kab. Sorong. Data Diolah Penduduk usia produktif (15-64 Tahun) sebanyak jiwa (56,27%) dari total penduduk. Apabila dilihat dari jenis kelamin penduduk usia produktif maka ada jiwa (54,47%) laki-laki, sedangkan yang perempuan jiwa (45,53%). Sedangkan penduduk yan non produktif (usia 0-14 dan 65+) sekitar jiwa atau 43,73% dari total penduduk; terdiri atas jiwa (82,70%) penduduk usia 0-14 tahun, dan jiwa (17,30%) penduduk usia 65 tahun ke atas (BPS Kabupaten Sorong, 2012). Dengan memperhatikan jumlah penduduk usia produktif dan non produktif, dapat diketahui besarnya angka rasio ketergantungan (Dependency Ratio), yaitu 59,95. Rasio ketergantungan diartikan sebagai besarnya beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif atau rasio jumlah penduduk usia non produktif terhadap penduduk usia produktif. Dengan demikian di Kabupaten Sorong pada tahun 82

3 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong 2011, setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung kurang lebih 60 orang penduduk usia non produktif. Dari segi indeks pembangunan manusia (IPM), Kabupaten Sorong terus mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, tahun 2005 IPM Kabupaten Sorong sebesar 67,82% dan terus meningkat hingga mencapai angka 68,93%, seperti dapat dilihat di Tabel 4.2. Tabel 4.2 IPM Kabupaten Sorong dan Provinsi Papua Barat Indeks Pembangunan Tahun Manusia (IPM) Kabupaten Sorong 67,82 68,16 68,50 68,93 Provinsi Papua Barat 67,95 68,58 68,50 69,65 Sumber: IPM Kabupaten Sorong 2011, BPS Kab. Sorong, data diolah Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa IPM Kabupaten Sorong terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 berada pada angka 68,93 sehingga berdasarkan pembagian status pembangunan manusia oleh UNDP, maka IPM Kabupaten Sorong termasuk kedalam kategori Menengah Atas (66,0<IPM<80). Kabupaten Sorong berada pada peringkat ke empat dalam pencapaian IPM pada tahun 2011, dari total 11 kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat. Kenaikan IPM pada tahun 2011 dipengaruhi oleh kenaikan ketiga indeks penyusunnya yaitu indeks kesehatan (yang direpresentasikan oleh indeks harapan hidup), indeks pendidikan (yang direpresentasikan oleh indeks melek hurup dan indeks rata-rata lama sekolah) dan indeks daya beli. Tabel 4.3 Perkembangan Angka Indeks Pembentuk IPM Angka Indeks Tahun Angka Harapan Hidup (tahun) 70,20 70,82 71,42 72,03 Angka Melek Huruf (%) 91,39 91,40 91,69 91,76 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 53,33 53,60 53,73 53,93 Paritas daya beli (ribuan rupiah) 54,56 54,87 55,04 55,61 Sumber : IPM Kabupaten Sorong 2011, BPS Kab. Sorong, data diolah 83

4 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Sementara itu, gambaran tentang pendidikan yang ada di Kabupaten Sorong dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain: Pertama, Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang telah memanfaatkan fasilitas pendidikan yang dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu. Untuk melihat perkembangan APS Kabupaten Sorong dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Perkembangan APS Kabupaten Sorong tahun Tahun Kelompok Umur ,79 86,36 53, ,68 88,10 52, ,69 92,60 74,00 Sumber: APS Kabupaten Sorong BPS Kab. Sorong Tabel di atas menunjukkan bahwa APS untuk kelompok umur 7-12 dan tahun terus mengalami peningkatan sedangkan APS untuk kelompok umur sempat mengalami penurunan di tahun 2010 dan kembali meningkat di tahun Pada tahun 2011, APS untuk usia 7-12 tahun sebesar 97,69% artinya masih ada sekitar 2,31% penduduk usia 7-12 tahun yang tidak dapat mengenyam pendidikan. Sedangkan untuk kelompok umur dan tahun prosentase anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan adalah 7,40% dan 16,00%. Indikator kedua yang dapat digunakan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK adalah rasio jumlah siswa berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APM adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Untuk melihat perkembangan APK dan APM Kabupaten Sorong dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 84

5 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Tabel 4.5 APK dan APM Per Jenjang Pendidikan di Kab. Sorong Tahun APK APM Tahun Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan SD SLTP SLTA SD SLTP SLTA ,67 43,18 58,49 88,79 36,37 43, ,89 59,52 73,68 93,68 47,62 42, ,37 86,55 76,85 92,14 61,12 53,45 Sumber: IPM Kabupaten Sorong BPS Kab. Sorong data diolah Tabel di atas menunjukkan bahwa APK jenjang SD mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sedangkan jenjang SLTP dan SLTA terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011 APK jenjang SD sebesar 109,37 hal ini menunjukkan bahwa masih ada penduduk di luar usia sekolah SD yang masih bersekolah di SD. APK jenjang SLTP dan SLTA menunjukkan bahwa persentase penduduk yang bersekolah di SLTP (13-15 tahun) dan di SLTA (16-18) tahun sebesar 86,55% dan 76,85%. Untuk indikator APM, pada tahun 2011 APM jenjang SD mengalami penurunan dari 93,68% menjadi 92,14% sedangkan APM jenjang SLTP dan SLTA mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. APM jenjang SLTP pada tahun 2011 sebesar 61,12 artinya dari 100 penduduk berusia tahun, terdapat sekitar 61 orang yang bersekolah di bangku SLTP. Sedangkan untuk jenjang SLTA sebesar 53,45%, artinya dari 100 penduduk berusia tahun, terdapat sekitar 53 orang yang bersekolah di bangku SLTA. Tabel 4.6 Rasio Murid terhadap Guru Tahun 2011 Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Jumlah Guru Rasio (Murid/Guru) SD ,53 SLTP ,53 SLTA ,34 Sumber: IPM Kabupaten Sorong BPS Kab. Sorong data diolah Indikator lainnya adalah rasio murid terhadap guru. Tahun 2011 rasio murid terhadap guru pada jenjang SD adalah 20,53% artinya 85

6 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong rata-rata beban mengajar seorang orang guru SD adalah 21 murid. Untuk jenjang SLTP dan SLTA masing-masing sebanyak 11 dan 15 siswa, seperti ditulis di Tabel 4.6 di atas. Gambaran Umum Seminari Menengah Petrus van Diepen Latar belakang pemilihan nama dan maknanya bagi para siswa: Mgr. Petrus van Diepen, OSA 1 adalah misionaris Augustin pertama yang tiba di bumi Papua (tgl. 01 Januari 1953), dan Uskup pertama Keuskupan Manokwari-Sorong (4 Juni Juni 1988). Para siswa diundang menjadi penerus karya pelayanan dan pengabdian bagi masyarakat di wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong, yang dasarnya diletakkan oleh Mgr. Petrus van Diepen. Pada awal millennium ke 3 ini muncul kesadaran baru untuk mempersiapkan pemuka-pemuka umat dan tokoh masyarakat, khususnya untuk calon-calon imam, yang bisa menggerakkan pencerdasan warga masyarakat. Inilah alasan utama mendirikan SM PvD. Alasan lain yang tidak kurang penting untuk mendirikan SM PvD ini ialah untuk memperbaiki mutu pendidikan menengah bagi anak-anak di tanah Papua, dengan mendirikan sekolah berasrama agar pembinaan bisa dibuat lebih intensif dan terarah. Tabel 4.7 Jumlah Siswa SM PvD tahun Kelas Jumlah Siswa 2008/09 *) 2009/ / /12 SMP kelas I SMP kelas II SMP kelas III KPB SMA kelas I SMA kelas II SMA kls III KPA Jumlah *) sudah termasuk siswa non-seminari. 1 (lahir di Hoogwoud, Belanda, 20 Aril 1917 meninggal di Eindhoven, 01 April 2005) 86

7 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong didirikan pada 29 Juni 2005 oleh Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr 2, dan menjadi seminari menengah ke 32 yang ada di Indonesia. Umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Manokwari-Sorong ( km 2 ; 2/3 luasnya pulau Jawa), yang meliputi luas wilayah yang sama dengan Propinsi Papua Barat, dilayani oleh hanya 7 imam diosesan saja (termasuk Uskup); imam-imam projo sangat kurang untuk melayani umat di 23 paroki. Wilayah Keuskupan ini secara administratif dibagi atas 6 Team Pastoral Wilayah (TPW), yaitu: TPW Sorong, TPW Fakfak, TPW Babo-Bintuni, TPW Kaimana, TPW Manokwari, dan TPW Ayawasi/Meybrat. Semua TPW ini mengelola pendidikan formal, khususnya SD, di bawah wadah Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Keuskupan Manokwari Sorong (YPPK-KMS). Di seluruh wilayah Keuskupan terdapat hanya enam Sekolah Menengah Pertama Katolik, dan empat Sekolah Menengah Atas Katolik 3. Adapun sekolah yang dikelola YPPK-KMS yang berupa sekolah tingkat menengah masih sangat kurang. Hal tersebut diperparah dengan kondisi mutu pendidikan di provinsi Papua dan Papua Barat yang tertinggal dibandingkan daerah lain. Inilah dua alasan utama yang mendorong Uskup Manokwari-Sorong untuk mendirikan seminari menengah SMP dan SMA Petrus van Diepen. Alasan pertama, untuk mendidik calon-calon pastor; dan alasan kedua, untuk memperbaiki mutu pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh karena sejak Musyawarah Keuskupan Manokwari-Sorong (KMS) tahun 2001 diketahui bahwa SD-SD YPPK di seluruh propinsi ini, yang didirikan sejak tahun an, mengalami kemerosotan akibat banyaknya guru-guru yang sering meninggalkan tugasnya selama berbulan-bulan demi urusan pribadi 4. Akibatnya, anak didiklah yang menjadi korban karena tidak mendapat pendidikan yang baik, dan lulusan SD tersebut masih tidak dapat diandalkan untuk misi gereja. Keluhan mengenai kondisi pendidikan 2 ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong pada tahun Penelitian dokumen di kantor YPPK KMS, Sorong, pada tanggal 22Mei Wawancara dengan Rektor SM PvD, Jeremias Rumlus Pr di Aimas, pada 15 Mei

8 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong yang memprihatinkan ini mengemuka, sebagaimana dipaparkan dalam hasil penelitian di TPW Manokwari, Babo-Bintuni, Fakfak, Kaimana, dan Ayawasi/Meybrat (P.R. Renwarin, 2004, 2005, 2006, 2007). Oleh karena itu, Uskup KMS, Mgr. Hilarion Datus Lega pr mencanangkan visi bagi keuskupan ini: saya mau umat saya cerdas dan sehat ; dan sejak tahun 2005 dimulailah penyelenggaraan pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP berpola asrama di SM PvD. Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong mengusung visi dan misi yang sangat mulia 5. Visi yang diemban yaitu Seminari sebagai tempat dan kondisi pembinaan dan pembelajaran yang mampu membentuk citra dan karakter siswa seminaris yang cerdas secara utuh dan matang dalam segi spiritualitas, intelektual, dan mental, moral, demi terwujudnya sosok pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan moral. Adapun misi SM PvD ini adalah sebagai berikut: a. Menyusun dan melaksanakan program pembinaan dan edukasi yang bermutu, di atas standard rata-rata. b. Menciptakan kondisi yang simpatik, yang membuat siswa-siswi seminari merasa betah, tekun dan bergairah dalam belajar, setia mengikuti program pembinaan dan pendidikan seminari. c. Membina siswa-siswi seminari menjadi manusia seutuhnya di segala aspek hidup dengan program pembinaan yang sistematis dan berkelanjutan. d. Menanamkan dalam diri anak sikap pengabdian dan pelayanan yang tahan uji, berbhakti tanpa pamrih, yang bersedia dan mampu menghadapi medan fisik yang berat. Dilihat dari visi dan misi yang diemban oleh SM PvD menunjukkan bahwa program pendidikan yang ditawarkan yaitu menggunakan formula pendidikan umum serta pendidikan berbasis keagamaan. Program pendidikan yang diselenggarakan di asrama SM 5 Lihat Dokumen SM Pvd, diambil pada 22 Mei Terlampir. 88

9 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong PvD tidak hanya ditujukan untuk kegiatan akademis semata, akan pendidikan keagamaan sebagai bekal bagi siswa untuk pengabdian dan pelayanan. Hal tersebut diwujudkan dengan menyediakan asrama yang memiliki fasilitas yang memadai, dan menyediakan guru-guru yang berdedikasi serta berkualitas, lingkungan yang kondusif untuk belajar mengajar, serta adanya jaminan kualitas karena proses pendidikan yang dijalankan secara intensif di dalam asrama selama proses pendidikan berlangsung. Strategi Pengelolaan Sekolah Asrama SM PvD Pengertian strategi yaitu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis yang dimiliki oleh suatu unit dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck & Jauch, 1989). Secara umum, strategi diartikan sebagai proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Secara khusus, strategi diartikan sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka strategi adalah sekumpulan rencana aksi yang disusun suatu organisasi yang ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus. Sedangkan pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk dapat menyelesaikan tujuan kerja tertentu. Irawan (1997) mendefinisikan bahwa pengelolaan sama 89

10 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan uraian di atas, strategi pengelolaan berarti kumpulan rencana serta tata cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi. Bertolak dari pengertianpengertian di atas serta hasil penelitian, maka strategi pengelolaan SM PvD adalah sebagai berikut: Strategi Pengelolaan Kurikulum dan Pembinaan di SM PvD Kurikulum yang dipakai, yaitu kurikulum untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA, sesuai standard yang ditentukan oleh pemerintah, yaitu kurikulum 2004; sesudahnya dengan munculnya kurikulum KTSP 2006, maka pengelolaan kurikulum sekolah pun disesuaikan dengan perubahan ini. Tetapi sudah sejak angkatan pertama dialami bahwa kemampuan anak-anak tamatan SD, khususnya yang berasal dari daerah pedesaan, sangat rendah, sehingga diadakanlah Kelas Persiapan Bawah (KPB) sebagai tahun matrikulasi bagi anak-anak yang kurang beruntung ini 6. Demikian pula sesudah tiga tahun berlangsung dan dibutuhkan adanya jenjang SMA, pengalaman yang sama juga dialami oleh para siswa tamatan SMP yang berasal dari pedesaan. Untuk mereka pun diadakanlah tahun matrikulasi dengan nama Kelas Persiapan Atas (KPA) selama satu tahun. Tambahan pula terdapat suatu cita-cita dari Bapak Uskup untuk membuat sekolah ini suatu sekolah unggulan untuk keuskupan ini, yang membuat kaderisasi calon pemimpin umat di keuskupan; strategi yang dipakai ialah untuk menambahkan mata pelajaran tambahan dan pelbagai kegiatan ektrakurikuler bagi semua siswa, mengingat kegiatan sekolah dan asrama sangat terintegrasi dan mudah ditata secara keseluruhan. 6 Wawancara dengan Kepala SMA SM PvD, RD Yan Vaenbes Pr di Sorong, pada 12 Juni

11 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Untuk penataan waktu dan kegiatan hidup harian demi pembinaan, diambillah pola dasar aturan kehidupan yang berlaku di banyak asrama seminari menengah di Indonesia, seperti yang berada di Flores, Kupang, Maluku dan Manado, yang sudah puluhan tahun bergiat. Penataan jadwal harian pun dibuat seimbang untuk kegiatan pribadi, kegiatan belajar, kegiatan social, dan kegiatan rohani. Karena sudah terdapat pedoman atau acuan dari seminari menengah lainnya, tiada banyak kesulitan yang dialami untuk penataan pembinaan siswa ini 7. Agar supaya tidak terjadi tumpang tindih atau simpang siur pengelolaan kegiatan sekolah dan kehidupan asrama, maka pihak pengelola membuat dua team terpisah, yaitu tenaga persekolahanpendidik, yang diketuai oleh kepala sekolah (baik kepala sekolah untuk SMP dan untuk jenjang SMA), dan tenaga pembinaan asrama yang diketuai oleh seorang yang disebut rektor yang dibantu oleh para formator. Tenaga persekolahan mengurusi kegiatan persekolahan, sedangkan tenaga pembinaan mengurusi kegiatan hidup dalam asrama serta pelbagai mata pelajaran ektrakurikuler; biarpun semua formator ini juga mempunyai tugas sebagai pendidik di sekolah, dengan mengampu satu-dua mata pelajaran. Strategi pengelolaan peserta didik Strategi pengelolaan peserta didik dimulai sejak pertama kali peserta didik masuk ke asrama. Pemerolehan calon-calon peserta didik untuk SM PvD ini tidak terlalu merisaukan, karena YPPK KMS yang mempunyai cabang atau wakilnya pada ke enam TPW (team pastoral wilayah) dengan 23 buah parokinya, mempunyai banyak SD sendiri, dan tamatannya bisa langsung mendaftar ke SM PvD lewat pastor parokinya. Dengan kata lain, para calon peserta didik dapat diharapkan datang dari seluruh wilayah di propinsi Papua Barat, dan dapat juga berasal dari wilayah di luar propinsi ini. Sudah diperkirakan bahwa angkatan pertama para siswa ini kebanyakan berasal dari kota Sorong 7 Wawancara dengan RD Yan Vaenbes Pr di Sorong, pada 12 Juni 2014) 91

12 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong dan Aimas, tetapi pada tahun-tahun selanjutnya akan berdatangan calon-calon dari 23 paroki yang ada. Awalnya hanya diharapkan untuk mempersiapkan calon-calon imam untuk keuskupan ini, jadi yang akan diterima hanyalah siswa lelaki yang Katolik 8. Karena anak-anak yang baru saja tamat SD belum tentu akan segera tertarik untuk menjadi calon imam, yang nantinya tidak akan kawin, kata Rektor. Karena itu tujuannya diperluas yaitu bukan hanya untuk mengkaderkan calon-calon imam, tetapi juga para calon pemimpin umat dan masyarakat, sebagaimana nama pelindung sekolah ini, maka diterima para calon yang bukan beragama Katolik dan juga para calon perempuan. Daya tarik yang mampu ditawarkan SM PvD ini ialah adanya ruang asrama yang seatap dengan sekolah itu sendiri, sehingga anakanak dari daerah di luar kabupaten Sorong dapat juga menempuh pendidikan di sini tanpa kesulitan transportasi. Apalagi asrama ini dikelola oleh para Pembina atau formator yang berpengalaman, yang sendiri sudah pernah hidup dan dibina dalam system keberasramaan demikian. Strategi Pengelolaan Tenaga Kependidikan-Pembina Untuk mendapatkan tenaga kependidikan bagi SMP dan SMA masih lebih mudah, karena ada cukup calon guru yang sudah berijasah sarjana di Indonesia Timur, seperti yang sudah dialami oleh pihak YPPK KMS. Tetapi karena pola yang dipakai untuk SM PvD ini ialah asrama dengan sekolah, maka dibutuhkan bukan hanya tenaga kependidikan saja melainkan terlebih tenaga-tenaga Pembina atau formator yang mau berkarya sepanjang hari sebagai pendamping para siswa ini sebagai orang tua atau pamong mereka. Terkait hal tersebut, Pamong Akademik mengatakan bahwa peran Uskup Sorong sangat penting dalam membantu SM PvD dalam mensuplai tenaga pengajar serta Pembina sebagaimana diungkapkan berikut ini: Hebat juga Uskup Sorong ini. Dia sendiri mengunjungi 8 Wawancara dengan Rektor SM PvD, Jeremias Rumlus Pr di Aimas pada 15 Mei

13 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong kami di Maumere, atau di Kupang, dan membujuk kami untuk datang bekerja sebagai guru dan Pembina atau formator di Seminari Menengah Petrus van Diepen yang baru dibangunnya, demikian komentar seorang pamong. 9 Dia menambahkan, Syukurlah, kami memang mempunyai pengalaman hidup di sekolah berasrama seperti ini, atau yang dikenal dengan nama seminari untuk kalangan Katolik. Saya memang sudah sejak tamat SD masuk seminari menengah dan menempuh pendidikan SMP dan SMA, sedangkan dia (formator lain yang ikut dalam pertemuan wawancara ini) baru masuk seminari kecil setelah tamat SMP. Tetapi kami semua sudah mengikuti kehidupan berasrama di seminari tinggi saat kami mengikuti pendidikan sarjana. Jadi corak hidup dalam kerangka pembinaan ini tidak asing lagi bagi kami. Memang benar, Uskup H. Datus Lega Pr, sebagai pendiri SM PvD ini sudah berjalan ke Nusa Tenggara Timur dalam suatu lawatan untuk mencari-temukan para Pembina yang sudah pernah mengecap pola pendidikan keberasramaan di seminari kecil/menengah dan seminari tinggi. Tenaga pendidik dan serentak formator ini dikontrak selama beberapa tahun dari keuskupan asalnya, dengan suatu perjanjian antar uskup bahwa sesudah satu tenaga formator menyelesaikan satu periode berkarya ini dan bila dia ingin pulang ke keuskupan asalnya, maka uskupnya akan mencarikan penggantinya. Kebanyakan formator ini memang sudah menyandang status sarjana dan sudah ditahbiskan menjadi imam Katolik 10. Selain para imam yang sudah sarjana ini, terdapat pula tenaga pendidik yang serentak formator yang dipilih dari antara para calon imam yang sudah sarjana strata-1 dan masih perlu menjalani tahun berkarya sebelum melanjutkan pendidikan pasca-sarjananya yang merupakan syarat untuk dapat ditahbiskan sebagai imam. Mereka ini ditempatkan di SM PvD sebagai pendamping-pembina-formator yang 9 Wawancara dengan RD Yan Vaenbes Pr pada 12 Juni Wawancara dengan Rektor SM PvD, RD. Jerry Rumlus Pr pada 15 Mei 2014 di Aimas. 93

14 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong serentak mengampu satu dua mata pelajaran di SMP atau SMA. Mereka ini dikenal dengan sapaan frater tahun orientasi pastoral dan berasal dari seminari tinggi Ledalero, Nusa Tenggara Timur, atau dari Kentungan, Jogjakarta, atau dari Fajar Timur, Abepura. Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana. Pada tahun pertama SM PvD ini mengambil tempat persekolahan yang digabung dengan SMP Don Bosco, milik YPPK KMS yang berada di kota Sorong, sedangkan tempat tinggal para siswa juga berada di kota Sorong. Sementara itu pihak YPPK KMS bersama Uskup Sorong, pendiri SM PvD ini, mengusahakan suatu lahan di kabupaten Sorong, dan di kompleks itulah mulai dibangun gedung sekolah untuk jenjang SMP diapit oleh gedung asrama. Pada tahun kedua kompleks baru di kabupaten Sorong ini sudah dapat dipakai untuk kegiatan belajar-mengajar pada jenjang SMP dan asramanya sudah berfungsi, sementara sarana-prasarana dikerjakan lebih lanjut. Pada tahun ketiga sudah dimulai suatu kompleks persekolahan baru untuk menampung peserta didik pada jenjang SMA. Untuk itu dibangunlah gedung persekolahan SMA yang berhadapan dengan kompleks persekolahan SMP, yang juga disertai dengan gedung asrama. Pembangunan kompleks gedung SMA ini masih sementara berlangsung sampai saat ini, dan belum rampung. Untuk sementara para siswa SMA masih mengikuti pelajaran berdampingan dengan para siswa SMP 11. Serentak sudah dibangun di kompleks asrama ini suatu ruang doa, ruang rekreasi bersama, ruang makan, ruang cuci, ruang tidur untuk para siswa. Begitu pula fasilitas olah raga di luar ruang dibangun dalam kompleks ini, sehingga para siswa mendapat kesempatan untuk belajar membangun hidup yang sehat dan teratur. Tidak ketinggalan juga dibangun tempat tinggal untuk para formator yang berdampingan dengan ruangan para siswa, sehingga control lebih mudah dilakukan. 11 Wawancara dengan Rektor SM PvD, RD. Jerry Rumlus Pr pada 15 Mei 2014 di Aimas. 94

15 Strategi pengelolaan pembiayaan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan biaya. Tanpa biaya, kegiatan belajar mengajar tidak akan lancar, kendati biaya menjadi faktor penting dalam penyelenggarakan pendidikan. Hal tersebut diakui oleh Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr selaku pendiri sekaligus yang memantau keberadaan yayasan SM PvD. Menurutnya, pendidikan membutuhkan biaya yang tidak murah, apalagi untuk mendirikan sekolah unggulan dengan asrama 12. Namun demikian, Uskup bertekad untuk melanjutkan kaderisasi calon-calon pemimpin umat dan masyarakat di Papua Barat ini. Dilandasi dengan pandangan tersebut, bapak Uskup pendiri SM PvD bersedia memberikan beasiswa kepada semua peserta didik yang dikirim dari 23 paroki di propinsi Papua Barat atau di keuskupan ini, dengan demikian pihak YPPK KMS tidak kesulitan di bidang pendanaan. Selain itu seluruh biaya pengadaan sarana-prasarana persekolahan ini ditanggung penuh oleh pihak ekonom keuskupan. Berdasarkan keterangan dari rector SM PvD, Uskup tidaklah sendiri dalam melakukan penggalangan dana. Dalam menggalang dana tersebut, Uskup meminta para pastor paroki untuk menggalang dana di paroki untuk membiayai peserta didik yang adalah anggota umat di paroki yang bersangkutan dan yang ingin belajar di SM PvD sebagai calon imam 13. Penggalangan dana untuk calon imam di SM PvD ini berlangsung setiap bulan. Penulis mendapat konfirmasi atas strategi pembiayaan ini lewat salah satu pengumuman lisan dari ketua dewan paroki di kota Sorong pada saat akhir suatu perayaan Misa. Pengalaman Pengelolaan Sekolah Asrama SM PvD Lewat penelusuran penelitian fenomenologis-etnometodologis dengan tehnik observasi, wawancara dan penelitian dokumen, penulis 12 Wawancara dengan Mgr. Hilarion Datus Lega Pr di Sorong pada 2 Mei Wawancara dengan Rektor SM PvD, RD. Jerry Rumlus Pr pada 15 Mei

16 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong menemukan pelbagai pengalaman hidup dalam proses habitualisasi siswa dalam hidup berasrama. Pengalaman ini akan dipaparkan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan juga multiple intelligence, sebagaimana sudah ditunjukkan dalam kerangka kerja penelitian ini pada bab I di atas. Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong didedikasikan untuk menempa citra dan karakter siswa seminaris yang cerdas secara utuh dan matang dalam segi spiritualitas, intelektual, dan mental moral demi terwujudnya sosok pemimpin yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan moral. Untuk mewujudkan tekad tersebut, selain diupayakan melalui pemenuhan infrastruktur, namun juga melalui pembangunan suprastruktur; suprastruktur dimaksud adalah perangkat manajemen pendidikan yang diupayakan oleh stakeholder seminari. Pengalaman Pengelolaan Kurikulum dan Pembinaan 96 Pengelolaan Kurikulum Kurikulum dan pengajaran yang diterapkan dalam Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong didasarkan pada tujuan-tujuan sebagai berikut: a. Memperdalam cinta akan Yesus dari Nazareth dan motivasi panggilan anak. b. Meningkatkan kepekaan dan pengetahuan akan situasi dan kebutuhan Gereja di Kepala Burung, Papua Barat. c. Meningkatkan kemampuan kognitif, emosional dan psiko-motorik anak-anak. d. Mempersiapkan kader new leadership bagi Papua yang mampu berakar dalam dan menantang budaya dan irama hidup masyarakat Papua. Frater Yustinus R.T. Neno SVD, salah seorang staf pengajar dan pamong asrama SM PvD mengomentari demikian:

17 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Tujuan pendirian dan misi Seminari Petrus van Diepen adalah menjadikan para seminaris untuk mencintai pencerdasan dalam segi spiritual (sancitas), intelektual (sciencia) dan fisik mental-moral (sanitas); mengutamakan mutu dan memberdayakan pembelajar yang terbuka dan toleran dalam membentuk kebersamaan sosial yang beragam dan menanamkan dalam diri seminaris mentalitas agen pastoral yang tahan uji dan berbakti bagi Gereja dan Bangsa. Berdiri di atas pendirian dan misi akan melahirkan para seminaris sebagai manusia yang berkualitas, baik bagi Bangsa maupun Gereja. Roh pendirian dan misi Seminari menjadi kekuatan dan penggerak untuk memacu semangat dari para pembina dan pendidik untuk menjadikan peserta didik makin hari makin bersinar. Kurikulum pendidikan jenjang pendidikan SMP dan SMA yang ada di Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong menggunakan kurikulum sesuai dengan standard nasional. Tetapi ada tambahan yang khas atau muatan lokal yang diberikan kepada siswa-siswa seminari. Pelajaran khas tersebut adalah pengetahuan-pengetahuan tertentu yang sungguh berciri khas Katolik dan diharapkan dapat menunjang tugas mereka sebagai pemimpin agama atau masyarakat kelak. Pelajaran itu misalnya: Kitab Suci, Bahasa Latin, Liturgi, Bina Vokalia. Pelajaran-pelajaran ini diberikan pada tingkat SMP. Untuk tingkat SMA diberikan pelajaran bahasa Latin, bahasa Jerman, jurnalistik dan Dramaturgi. Pelajaran-pelajaran ini diberikan pada waktu pagi, di antara kegiatan belajar mengajar sekolah karena dijadikan sebagai muatan lokal. Seminari Petrus van Diepen seringkali mengalami kesulitan pada awal tahun pelajaran mengingat tamatan SMP yang masuk seminari ada yang belum bisa menyesuaikan diri dengan pelajaran SMA. Karena itu sekolah mengambil kebijakan untuk mengadakan remedial course sebagai bentuk pengulangan bahan-bahan pelajaran SMP, terutama mata pelajaran dasar seperti bahasa Indonesia, matematika dan IPA, umumnya diberikan pada sore hari 14. Remedial course ini berlangsung selama satu tahun dan dinamakan Kelas 14 (lihat Pedoman Seminaris pada lampiran no 3) 97

18 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Persiapan Bawah (KPB), yang sudah dilaksanakan sejak tahun Juga sesudah menamatkan jenjang SMA, sebelum masuk ke seminari tinggi, para siswa harus mengikuti satu tahun Kelas Persiapan Atas (KPA) untuk memperdalam kemampuan berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris, Latin, dan juga kompetensi lainnya yang dibutuhkan nanti. Pada pertengahan tahun 2008 lulusan kelas III SMP pindah/melanjutkan ke SMA. Bagi siswa-siswa yang berasal dari SMP- SMP lain diterima di Petrus van Diepen di Kelas Persiapan Bawah (KPB), satu tahun remedial course, sebelum mereka dapat melanjutkan ke SMA. Demikianlah pada tahun ajaran 2008/2009 diterima di kelas KPB 34 anak. Agar siswa seminari memiliki pengetahuan yang luas maka waktu studi mendapat tempat khusus dalam acara komunitas. Waktu studi ini penting untuk menyiapkan pelajaran hari berikut atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh para guru. Untuk menunjang suasana belajar yang baik, semua seminaris diharuskan memperhatikan dan menjaga keheningan (silentium) pada waktu studi. Studi di luar jam pelajaran sekolah dilaksanakan 2 kali yakni pukul untuk studi pertama dan pukul untuk studi kedua. Kepala SMP SM PvD, R.D. Adrianus Tuturop Pr, antara lain menegaskan demikian, 98 Penataan kegiatan harian ditata mulai dari doa pagi, sarapan pagi, studi/belajar (pagi sampai siang), makan siang, istirahat siang, pengembangan minat bakat, pendampingan bidang rohani, les sore, makan malam, belajar malam, pendampingan khusus bagi anak-anak (perorangan maupun kelompok) yang perlu didampingi, doa malam, rekreasi dan tidur. Kegiatan mingguannya adalah syering bersama orangorang sukses dan mapan dalam menjalani hidup. Kegiatan bulanannya adalah seminar dan kadang rekoleksi. Dan kegiatan semesterannya adalah retret. Secara terperinci, kegiatannya diatur dan tercatat dalam kalender pembinaan di asrama dan kalender pendidikan di sekoalah. Dalam kerangka manajemen kurikulum tersebut, berdasarkan SK Kepala SMP YPPPK Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong No. 99/SMP/YPPK.SPvD/P1/2011 tentang Pengembangan Kurikulum

19 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Sekolah, disusunlah tim pengembang kurikulum yang terdiri atas stakeholder sekolah seperti Kepala sekolah, Kaur kurikulum, Kaur Sarana prasarana, Kaur Kesiswaan, dan beberapa orang guru. Selain menggunakan kurikulum standard nasional, dimasukkan pula kurikulum muatan lokal, yaitu: a. Kitab Suci b. Bahasa Latin c. Bahasa Jerman d. Jurnalistik e. Dramaturgi f. Liturgi g. Bina Vokalia Pembinaan di Asrama Rektor SM PvD memberikan penegasan ini tentang penataan kehidupan berasrama yang dikelolanya: Kehidupan asrama di Seminari Petrus van Diepen menjadi sebuah laboratorium sosiologis karena di sekolah asrama terjadi interaksi sosial di mana hubungan antar manusia menjadi kunci utama. Artinya baik di sekolah maupun di asrama diusahakan berbagai pengalaman belajar sebagai persiapan untuk hidup di masyarakat. Dalam hal ini Seminari membuat time schedule / jadwal kegiatan yang terorganisir dalam aturan harian dan program semesteran. Keunggulan dalam penyelenggaraan pendidikan atau sekolah asrama adalah pola pembinaan yang diterapkan. Pembinaan yang dipraktekkan di SM PvD yaitu segala upaya yang dilakukan oleh asrama di dalam mencapai tujuan pendidikan secara umum maupun secara khusus, yaitu tujuan penyelenggaraan sekolah dengan sistem asrama oleh SM PvD. Pembinaan seminari SM PvD dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan personal untuk setiap angkatan/ tingkat baik di jenjang SMP maupun SMA. Pembinaan ini meliputi: 99

20 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Aspek Rohani (Spiritual Quotiens) Melalui acara-acara rohani, seminaris dibimbing dan diarahkan untuk semakin beriman dan mengikuti pola hidup Kristus dan Maria. Mereka didampingi agar berkembang dalam hidup rohani dan memantapkan panggilan, demikian kata Rektor SM PvD. (Sorong, 15 Juni 2014) Perhatian pembinaan diarahkan pada pendampingan intrapersonal intelligence (lihat Bab I). Pembinaan pada aspek rohani dilakukan dengan metode antara lain ibadat pagi, doa pagi, ekaristi, ibadat pujian (salve), pengakuan dosa, doa penutup, rekoleksi, buku refleksi mingguan, retret, aksi panggilan, membawa kata pengantar dalam ekaristi. Setiap siswa seminari wajib mengikuti acara-acara harian di sini, teristimewa untuk kegiatan-kegiatan doa harian, seperti doa pagi, doa malam, dsb. Awalnya siswa yang baru sangat sulit untuk beradaptasi dengan program hidup di sini, namun setelah tiga bulan mereka menjadi terbiasa, kata Rektor SM PvD saat diwawancarai (Sorong, 15 Juni 2014). Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa bagi siswa dilakukan, melalui 1) kegiatan rutin perayaan ekaristi berbahasa Inggris dan Indonesia di sekolah, 2) peringatan hari besar keagamaan; dan 3) berbagai perlombaan keagamaan pada bulan kitab suci. Dalam kegiatan-kegiatan ini para siswa dilatih bertugas sebagai putra altar, pembaca mazmur dan kitab suci. Bahkan pada perayaan Paskah dan Natal para seminaris mempersembahkan jalan salib hidup dan actus natal sebagai cerminan kisah hidup Yesus (lihat laporan kronik kegiatan ekstrakurikuler siswa dalam lampiran 4 dan 5). 100 Aspek Intelektual (Intellectual Quotiens) Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah mendidik siswa agar memiliki kemampuan intelektual. Demikian juga proses pembinaan yang dilakukan di SM PvD yaitu untuk menciptakan siswa yang memiliki kemampuan intelektual. Pembinaan aspek intelektual

21 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong ini diupayakan melalui metode atau cara-cara antara lain: a) Program pendidikan di Seminari Petrus van Diepen; b) Pelajaran Khas Seminari, yaitu muatan lokal; c) Studi ; d) Kegiatan Ekstrakurikuler Seminaris. Kegiatan ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara teori dan praktek di lapangan melalui kegiatan laboratorium, survey lapangan, penelitian, penulisan makalah, serta penerbitan majalah CERDAS. Selain itu, para seminaris juga dibudayakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah dan melatih public speaking melalui lomba debat, seminar, kampanye, serta pidato dalam bahasa Inggris. Pembinaan ini terarah pada pengembangan linguistic intelligence (lihat Bab I). Awalnya para siswa baru masih takut-takut untuk berbicara bahasa Inggris, tetapi melihat kakak-kakak mereka yang tidak canggung berbicara bahasa Inggeris, mereka pun berusaha untuk terlibat dalam percakapan, dan akhirnya mereka menjadi berani setelah beberapa kali pertemuan. Untuk ketrampilan mendengarkan, secara rutin juga diadakan perayaan Misa dalam bahasa Inggris, kata seorang staf Pembina 15. Pembinaan prestasi akademik siswa juga dilakukan dengan cara antara lain: 1) Mengikuti berbagai perlombaan prestasi akademik (sains dan bahasa), seni dan olah raga di tingkat kabupaten, propinsi serta nasional; 2) Menyelenggarakan pertandingan persahabatan antar sekolah dan organisasi; 3) Terlibat sebagai sponsor paduan suara di beberapa gereja (bdk. Musical intelligence dalam bab I); 4) Pembuatan majalah dinding di sekolah dan Tabloid CERDAS; 5) Menyelenggarakan Konser Band SM PvD ; 6) Menyelenggarakan pertunjukan Tunggal Hati Seminari/Maria (THS/THM). 15 Demikian komentar Kepala SMA yang juga pamong asrama, pater Yan Vaenbes Pr, Aimas, 12 Juni Lihat juga lampiran 4 dan 5: kronik kegiatan siswa dan ulasan dalam majalah Cerdas. 101

22 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Aspek sosial (Social Quotiens) Aspek sosial dilaksanakan untuk mewujudkan siswa agar memiliki kesadaran sosial atau interpersonal intelligence (lihat Bab I). Seminaris maupun pembina menjalani hidup dalam komunitas dan dalam komunitaslah pribadi seorang seminaris dibentuk. Pembentukan dan pemupukan aspek sosial ini dilakukan dengan kegiatan antara lain: 1) Kerja Tangan ; 2) Olahraga; 3) Perizinan. Misalnya Live in: para siswa ditempatkan di rumah-rumah keluarga, mereka mengikuti aturan hidup keluarga serta mereka mengusahakan apa yang pernah mereka pelajari: antara lain bagaimana tentang perhatian kepada lingkungan; sampah dan disiplin waktu. Kami sangat senang saat berkunjung selama liburan sekolah di paroki Santu Yosep, Fakfak, dan tinggal di tengah keluarga umat. Kami belajar untuk membuat pekerjaan rumah tangga, dan juga kami sudah menghibur umat dengan pertunjukan drama dan sulap yang sudah kami pelajari di seminari, kata seorang seminaris dengan bangga. 16 Kegiatan olah raga bersama dilakukan rutin satu minggu satu kali. Selain sebagai bentuk pembinaan di bidang sanitas dan kinesthetic intelligence (lihat Bab I), kegiatan ini juga bertujuan untuk memupuk rasa persaudaraan dan menjunjung sportifitas di antara seminaris. Saat ini bidang olah raga lebih difokuskan pada dua cabang yang menjadi minat para seminaris yaitu: 1) Sepak Bola, sebagai olah raga andalan para seminaris yang rutin dilatih pada hari selasa sore; selain latihan, mereka juga beberapa kali mengadakan pertandingan persahabatan dengan sekolah atau komunitas lain. 2) Tunggal Hati Seminari Tunggal Hati Maria (THS THM), sebagai organisasi pencak silat Katolik yang berdiri 10 November 1985 memiliki semboyan Pro Patria et Ecclesia (bagi bangsa dan gereja); melalui organisasi THS- THM, para seminaris dilatih untuk merasul dan mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama melalui olah fisik, mental dan spiritual. 16 Wawancara dengan salah saorang siswa, Paskalis Kosay, di Aimas, 12 Maret

23 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk mendidik manusia seutuhnya (UU Sisdiknas), penyelenggaraan SM PvD ini memperhatikan pendidikan dan pembinaan manusia muda seutuhnya. Bila persekolahan lebih menekankan aspek intelektual, maka pembinaan di asrama memperhatikan pengembangan pelbagai inteligensi manusiawi (multiple intelligence; lihat Bab II), bukan hanya pendidikan budi pekerti, seperti yang banyak dikemukakan dalam ulasan media massa. Berdasarkan uraian di atas, pendekatan multiple intelligence dalam proses pendidikan di SM PvD ini diwujudkan dengan: menerapkan muatan lokal seperti pelajaran bahasa Latin, melalui penataan jadwal harian yang teratur, misalnya makan 3 kali sehari, istirahat tidur siang dan malam, waktu studi dan olah raga, penataan kebersihan diri dan lingkungan, latihan olah raga dan kesenian (visual intelligence), latihan hidup rohani, dsb. Selain itu, pembina atau formator juga mengikuti tahap perkembangan anak didik dengan cermat, khususnya dalam hal hubungan dengan keluarga, dengan teman sesama laki-laki maupun wanita. Pengalaman Pengelolaan Peserta Didik Perkembangan Siswa Seminari Jenjang SMP Pada tahun ajaran diseleksi dan diterima satu kelas tingkat SMP (diharapkan sekitar 30 anak). Ternyata yang datang ada 36 anak. Tetapi sesudah tiga bulan, 7 (tujuh) anak telah meninggalkan seminari, sehingga pada November 2005 jumlah anak seminari berjumlah 29 anak. Pada tahun pertama itu para seminaris bersekolah di SMP YPPK St. Don Bosco di kota Sorong, kira-kira sekitar 30 km jauhnya dari lokasi seminari. Pada bulan November 2005 mulai dibangun gedung sekolah dan sebuah kapela di Kelurahan Mariat Pantai, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, pada lahan yang diperuntukkan bagi pembangunan asrama/sekolah seminari. 103

24 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Tahun Ajaran gedung baru seminari sudah bisa dipakai. Walau dengan keterbatasan, tahun ajaran ini seminari membuka empat kelas untuk siswa baru, dengan ketentuan siswa perkelas antara anak. Maka pada tahun ajaran ini diterima 80 siswa untuk seminari (semuanya laki-laki dan katolik), dan 20 siswasiswi untuk bukan seminari (baik anak katolik maupun bukan katolik). Angkatan ke dua tidak lagi bersekolah di kota Sorong, dan sudah mulai digunakan fasilitas gedung SMP Seminari di Mariat Pantai. Tahun 2007 sedang dibangun lantai II, sehingga pada angkatan dapat diterima lagi 100 anak seminaris (dan sejumlah anak bukan seminari). Demikian selanjutnya sampai tahun 2013 diterima siswa yang calon imam (seminaris) dan yang bukan calon imam, seperti ditunjuk pada tabel 4.8 untuk jenjang SMP di bawah ini: Tabel 4.8 Perkembangan Siswa SMP SM PvD tahun SISWA-I SMP SEMINARI PETRUS VAN DIEPEN SORONG ANGKATAN KELAS 8 KELAS 9 KELAS 10 LULUS TAK TAHUN PRIA Wanita TOTAL PRIA Wanita TOTAL D.O. PRIA Wanita TOTAL D.O. LULUS 2005/ / / / / / / / / Terdapat beberapa gejala yang menonjol yang dapat ditarik dari tabel 4.8 di atas ini, yaitu: 1) Penerimaan siswa baru SMP SM PvD. Seminari sebenarnya adalah sekolah yang dikhususkan bagi para calon imam Katolik, yang terbatas pada kaum lelaki saja, tetapi SMPvD 104

25 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong mengambil kebijkan untuk juga menerima kelompok perempuan. Bila pada tahun-tahun awal kelompok siswi yang diterima hanya berkisar 10%, maka jumlah siswi yang diterima dalam tiga tahun terakhir ini cenderung meningkat menjadi lebih dari 30%. Gejala peningkatan kelompok siswi ini bisa diduga karena daya tarik keberadaan asrama putri yang dikelola para zuster. Dilihat dari jumlah penerimaan siswa baru pada setiap awal tahun ajaran, terdapat gejala menarik, yaitu bila pada tahun awal hanya diterima satu kelas saja untuk 37 orang, maka sejak tahun ke dua jumlah siswanya meningkat lebih dari dua kali lipat dan terpaksa harus dibuka 3, 4, atau 5 kelas parallel untuk jenjang kelas 7 (tujuh). Dan bila dicermati, pada 4 tahun pertama jumlah siswa yang diterima ini cenderung naik signifikan, sekitar empat kali lipat dari kondisi pada tahun awal, tetapi pada dua tahun sesudahnya jumlah siswa menurun drastis (tinggal 60% dari tahun 2008/9); hal ini menyiratkan bahwa ada suatu masalah dalam hal pengelolaan sekolah, dan pihak yayasan sudah mengambil kebijakan untuk menata lagi manajemen PTK, antara lain dengan menggantikan Kepala Sekolah dan Rektor/Kepala Asrama. Kemudian dalam tiga tahun terakhir animo calon siswa menanjak lagi, sehingga sekolah sudah harus menyediakan 4 sampai 5 kelas parallel. Ditinjau dari daerah asal siswa muncul juga gejala yang menarik, yaitu siswa yang mendaftar bukan hanya dari daerah kota dan kabupaten Sorong, dimana SMPvD ini berlokasi, tetapi sudah diutus siswa dari pelbagai daerah di Propinsi Papua Barat, malahan dari luar propinsi ini sendiri. Hal ini menjadi nyata bila daerah asal siswa ini dibedakan menurut areal pembagian wilayah pastoral dari KMS, yang diketahui dibedakan atas 6 (enam) pengelompokan TPW (Tim Pastoral Wilayah) yaitu: Sorong (yang mencakup kota Sorong, kabupaten Sorong, Tambrauw, Raja Ampat), Manokwari (yang mencakup kota Manokwari, Kabupaten Manokwari), Babo-Bintuni (yang mencakup kabupaten Bintuni), Ayawasi (yang mencakup kabupaten Maybrat dan Sorong Selatan), Fakfak (yang mencakup kabupaten Fakfak), dan Kaimana (yang meliputi kabupaten Kaimana). Berdasarkan daerah asal siswa yang baru masuk, diperoleh data demikian: 105

26 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Tabel 4.9 Daerah asal siswa baru SMP SMPvD sejak tahun Tahun Sorong Mnkw Bintuni Aywsi Fakfak Kaiman Papua Luar Total Data di tabel 4.9 di atas ini jelas menunjukkan bahwa sejak awal berdirinya SM PvD ini kebanyakan pelamar berasal dari TPW Sorong, hal mana bisa dimengerti karena lokasi sekolah asrama ini berada di wilayah ini; tetapi nampak juga bahwa animo dari anak-anak TPW Sorong mulai menurun, sedangkan calon-calon dari TPW lain di propinsi Papua Barat relative ada setiap tahun kecuali dari TPW Kaimana, yang letaknya agak jauh dan hanya mempunyai dua SD YPPK. Yang menarik juga ialah sejak tahun 2008 pamor sekolah ini semakin bertambah dengan masuknya anak-anak dari propinsi tetangga, yaitu Papua dan dari luar Papua (khususnya Maluku dan Nusa Tenggara Timur), walaupun di propinsi-propinsi ini sebenarnya juga terdapat sekolah berasrama sejenis atau seminari menengah. Salah satu kebijakan yang diambil yayasan ialah untuk tetap mempertahankan kuota bagi anak-anak asli Papua (minimal salah satu orang tuanya berdarah asli Papua), nampaknya masih tetap berlaku, seperti nampak dari daerah asal TPW Ayawasi, Babo-Bintuni, Fakfak dan Kaimana. Bapak Antonius Pamudji, salah seorang orang tua yang memberikan anaknya untuk dibina di SM PvD, memberikan keterangan demikian: 106 Pandangan awam tentang seminari adalah suatu sekolah khusus mendidik para calon imam. Pada umumnya sekolah adalah tempat untuk menimba ilmu pergi pagi pulang siang atau bahkan sore. Berbeda dengan Seminari Petrus van Diepen yang menerapkan pola

27 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Sekolah Berasrama, pendidikan yang diterima bukan hanya sebatas ilmu pengetahuan ilmiah, lebih dari itu pendidikan yang diterima anak lebih paripurna pada tujuan yaitu menelurkan imam Katolik. Mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah sebagai awam yang juga mantan guru ada 3 hal yang saya pandang penting dalam proses mencetak seorang imam Katolik. Yang pertama adalah faktor lingkungan tempat tinggal/asrama (termasuk aturan-aturan yang diterapkan) harus sedemikian rupa sehingga membentuk karakter/watak yang harus dimilki oleh seorang imam Katolik. Faktor yang pertama ini menjadi pendukung bagi faktor kedua yaitu pendidikan itu sendiri. Pendidikan disini dimaksudkan adalah proses pendidikan watak ilmiah (di sekolah) dan proses pendidikan watak pribadi dan sosial (di asrama)maka tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia pendidik dan sarana pra-sarana sebagai pendukung proses pendidikan. Kualitas dan kuantitas kedua hal ini harus sesuai dan mumpuni dalam menanamkan nilai-nilai keilmiahan dan nilai-nilai sosial keagamaan yang ingin dicapai; karena secara umum pendidikan adalah salah satu bentuk kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat dengan perkembangan atau perubahan. 2) Tingginya gejala putus sekolah atau D.O. (drops out) Tabel 4.8 di atas menunjukkan gejala yang tidak lazim terjadi dalam sistem persekolahan yang ada di Indonesia, yaitu tingginya angka putus sekolah atau D.O. Proses seleksi untuk tetap mempertahankan siswa atau untuk memutuskan pendidikannya di SMPvD ini berlangsung setiap semester; hal ini cukup beralasan karena kebanyakan siswa tidak membayar sendiri uang SPP dan asrama melainkan menerima subsidi. Dalam system sekolah berasrama dengan tujuan khusus, yaitu untuk mendidik calon-calon imam, proses seleksi ini berlangsung baik di sekolah, dan ini terlebih menyangkut tingkat IQ dari siswa sesuai dengan hasil studinya. Dalam tabel 4.8 di atas kentara bahwa terdapat sekitar 20% anak yang D.O pada kelas 7 (tujuh) dan juga di kelas 8 sudah terdapat lagi sekitar 30% anak yang putus sekolah; hal yang sama juga dialami pada kelas 9 (Sembilan). Bila diambil tiga angkatan yang pertama, yaitu dari tahun 2005 sampai tahun 2007, siswa yang diterima pada kelas 7 berjumlah total 235 anak, sedangkan yang sampai pada kelas 9 hanya 107

28 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong tertinggal 105 orang (atau 44%) dan yang bertahan sampai lulus tercatat 71 orang (atau 30%); dengan kata lain sekitar 70% dari anak yang masuk seminari ini tidak menamatkan jenjang SMP. Pengalaman demikian rupanya terjadi di pelbagai seminari menengah di Indonesia 17. Hal ini memang merupakan konsekuensi dari kebijakan prinsipiil gereja Katolik yang dikenal dengan pepatah Latin (adagium): non multa sed multum, yang berarti tidak mengutamakan jumlah yang banyak melainkan mutu yang tinggi. Tidak bertahannya siswa/i hingga 3 tahun masa studi tentu disebabkan oleh beberapa faktor. Pada kesempatan refleksi bersama di antara para pihak yang terlibat dalam keseluruhan proses pendampingan dan pengajaran, para staf Pembina SM PvD membedakannya menjadi dua dimensi besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor personal/pribadi para siswa/i dan keluarga yang memutuskan untuk tidak melanjutkan proses pendidikan dan pendampingan di SM PvD. Faktor internal yang dimaksud adalah: a. Rindu orang tua. Faktor ini paling banyak muncul di awal-awal proses tahun pertama masuk. Hal ini bisa dimaklumi karena usia yang relative muda dengan situasi hidup yang baru (pertama kali pisah dengan orang tua) b. Tidak mampu beradaptasi dengan aturan dan pola kehidupan asrama. Kondisi ini biasa terjadi pada tahun-tahun kedua dan ketiga proses pembelajaran dan pendampingan asrama, demikian komentar salah seorang pamong asrama. Sementara faktor eksternal adalah faktor kelembagaan dimana ada keputusan lembaga untuk memulangkan peserta didik ke rumah. Faktor eksternal secara tegas diberikan karena: 17 Misalnya lihat Buku Profil Seminari Menengah Indonesia. Regio Sulawesi-Ambon- Papua. No. 3. Komisi Seminari Konferensi Waligereja Indonesia. Jakarta,

29 a. Tidak patuh pada aturan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong b. Secara akademik tidak mencapai nilai ketuntasan minimal Tingkat putus sekolah ini sebenarnya tidak begitu banyak terjadi pada pihak sekolah sendiri, karena sekolah masih menerima adanya siswa yang mengulang kelas pada setiap tahun dan setiap kelas, sekitar 5-10%, seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10 Jumlah siswa yang mengulang kelas pada tahun Tahun kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah Total jumlah Ulang jumlah Ulang jumlah Ulang jumlah Ulang total Seleksi untuk tetap mempertahankan siswa atau untuk memulangkannya ini lebih banyak dilaksanakan di asrama, seperti jelas di Pedoman Pembinaan dalam uraian di atas. Bapak guru Konradus Jurman S.S, salah seorang guru di SM PvD, mengutarakan pengamatannya, demikian: Ada beberpa kebijakan dan aturan di lembaga ini yang seringkali menimbulkan reaksi negative dari para siswa maupn orang tua siswa. Di sekolah: Ada larangan bagi siswa untuk menggunakan HP dan alat elektronik lainnya. Sistem gugur atau tahan kelas bagi siswa yang tidak memenuhi standar kelulusan minimal. Sistem gugur bagi siswa yang sering alpa atau tidak disiplin. Di asrama: ada kondisi makanan di asrama yang kurang memenuhi standar gizi yang memadai. Siswa seminari mengurus pakaiannya sendiri. Semua kebijakan, aturan atau keadaan yang disebutkan di atas membuat siswa merasa sulit menjadi siswa seminari. Hemat saya, setiap unsur aturan di lembaga ini mengandung nilai edukatif. Keadaan yang membuat siswa merasa sulit itu merupakan pendidikan karakter yang memotifasi mereka 109

30 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong untuk terus berjuang dan mencari kondisi hidup yang lebih baik. Mereka dipacu untuk hidup lebih sederhana dan tetap bahagia tanpa alat elektronik, tanpa makanan yang sesuai selera, melayani diri sendiri bukan dilayani. (Mungkin kita ingat slogan: manusia unggul adalah manusia yang bisa eksis di segala situasi). Terkadang ada banyak orang sukses sekarang, tetapi ternyata karena ia mengalami kepahitan dan kesulitan hidup di masa lalu. Sistem gugur dan tahan kelas, adalah ketentuan yang memacu siswa untuk selalu berusaha mengejar prestasi. Pendidikan itu bersifat prospektif, atau mengarah ke masa depan. Dengan mencapai prestasi tertentu mereka boleh mendapat prestise di mata masyarakat. Dengan prestasi tertentu mereka boleh menuntut jabatan tertentu di masyarakat kelak (naik peringkat). Sebaliknya, orang yang belum berprestasi harus bisa menerima sanksi yang diberikan dengan jiwa besar. 3) Kelulusan siswa SMP. Data tabel 4.8 tentang tingkat kelulusan siswa setelah menempuh ujian akhir SMP dalam kurun waktu 5 tahun pertama ini menarik untuk dicermati. Nampaknya pengelola sekolah tidak tergiur dengan reputasi untuk mengejar tingkat kelulusan 100%, sebagaimana lasim tersiar di media massa saat selesai masa ujian negara. Biarpun tingkat kelulusan hanya mencapai 60% (tahun 2006) atau 80% (pada tahun 2007 dan 2008), tidak ada yang didongkrak naik agar lulus. Nampaknya adagium: non multa sed multum diperlakukan di sini. Pendirian Kelas Persiapan Bawah (KPB) Pengalaman selama tiga tahun pertama, sekitar 70% siswa harus mengalami putus sekolah dan/atau dikeluarkan dari asrama ini membuat para pendidik dan formator pada tahun ajaran 2008/9 memutuskan untuk melaksanakan remedial course atau dinamakan Kelas Persiapan Bawah (KPB). Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang telah diterima di SD sebagai bentuk persiapan memasuki SMP, terlebih dalam bidang pengetahuan bahasa dan juga sebagai proses beradaptasi dengan tuntutan pembinaan dan pola hidup asrama. 110

31 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Kelas Persiapan Bawah (KPB) ini berlangsung selama 1 (satu) tahun. Ini tahap persiapan sebelum masuk Sekolah Menengah Atas. Mata pelajaran yang diberikan pada tahun pertama adalah pengulangan bahan SMP kelas III (selama semester I) dan sebagian bahan SMA kelas I (selama semester II) dengan memberikan prioritas pada mata pelajaran IPA, matematika, bahasa dan pelajaran khas seminari (Kitab Suci, Liturgi, Bahasa Latin). Setelah dia memasuki tahun II, III dan IV, mata pelajaran yang diberikan sama seperti Sekolah Menengah Atas kelas 1, 2 dan 3 pada umumnya. Pada tahun kedua mereka bergabung dengan seminaris yang memulai pendidikan di seminari sejak kelas 1 SMP. Tentu saja siswa yang mendaftar masuk KPB ini sudah harus menerima konsekuensi bahwa dia kehilangan satu tahun dibandingkan dengan teman-teman seusia/seangkatannya, karena KPB ini tidak lasim dibuat dalam system pendidikan nasional. Walaupun KPB ini tidak terhitung dalam rangkaian pendidikan resmi nasional, tokoh tetap ada peminatnya, seperti jelas dalam tabel 4.11 di bawah ini. Tabel Data Perkembangan Siswa KPB tahun Angkatan Jumlah KPB Kelas X Kelas XI Kelas XII Data tabel 4.11 di atas ini menunjukkan juga bahwa dari jumlah siswa yang masuk KPB ini sekitar 50% atau lebih rendah yang terus bertahan sampai ke kelas XII, pengalaman yang serupa dengan para siswa regular SMP. Perkembangan siswa jenjang SMA. Setelah siswa calon imam atau seminaris ini menamatkan jenjang SMP, mereka perlu masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi, yaitu SMA. Sebenarnya ada pilihan untuk mengirim mereka misalnya 111

32 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong ke Langgur, propinsi Maluku, atau ke Manado, dimana terdapat SMA seminari; di keuskupan Amboina, misalnya, terdapat 4 (empat) seminari menengah untuk jenjang SMP di Tanimbar, Kei, Aru, dan Tobelo, tapi hanya satu SMA seminari di Langgur, Kei.Tetapi pada tahun 2008 pihak yayasan dan keuskupan mengambil putusan untuk mendirikan SMA di kompleks yang sama, agar siswa seminaris yang tamat SMP di sini bisa melanjutkan studinya di lokasi sekolah dan asrama yang sama. Alasannya agar para siswa ini tetap dekat dan mengenali kondisi hidup dan budaya masyarakat di Papua. Muncul persoalan yang nyata, yaitu jumlah siswa yang tamat SMP pada tahun 2008 itu hanya 17 orang (lihat tabel 4.8 di atas) dan ternyata, yang ingin melanjutkan studi di SMA SM PvD, tetap dengan status calon imam atau seminaris, dan yang wajib tinggal di asrama untuk pembinaan, hanya tersisa 16 orang. Justru untuk menanggulangi kekurangan siswa inilah dimulailah Kelas Persiapan Bawah (KPB) seperti yang diuraikan di atas. Tabel di bawah ini menunjukkan data perkembangan siswa SMA SMPvD dalam kurun waktu 5 tahun: Tabel 4.12 Data siswa SMA SMPvD di tahun 2008 sampai 2012 Tahun/Angkatan Siswa Kelas X Siswa Kelas XII Yang Tamat Belum Belum Belum Belum Bila dilihat jumlah tamatan SMP di tahun 2008 sampai 2012, yang tertera pada table 4.8 di atas, langsung nampak bahwa terdapat beberapa siswa yang tidak ingin melanjutkan ke jenjang SMA sebagai calon imam dan memilih sekolah yang lain. Jumlah siswa SMA kelas X sejak tahun ajaran 2009 sampai 2012 ini merupakan gabungan dari tamatan SMP dan dari KPB yang diselenggarakan oleh SMPvD. Pengalaman putus sekolah atau D.O. di jenjang SMA ini, dari kelas X sampai kelas XII, nampaknya mirip dengan pengalaman di 112

33 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong jenjang SMP. Di sini nampak pula pengetrapan adagium: non multa sed multum. Tetapi tingkat kelulusan siswa SMA ini relative lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMP, yaitu dalam tahun 2008 dan 2010 sudah mencapai 100%. Berdasarkan uraian di atas, pengelolaan peserta didik yang dilaksanakan di SM PvD menunjukkan suatu keunggulan tersendiri dari sekolah sistem asrama ini. SM PvD dalam menyelenggarakan pendidikan menjalankan Prinsip non multa sed multum. Pembinaan asrama tidak mempertimbangkan jumlah atau kuantitas lulusan, akan tetapi lebih pada mutu hidup lulusannya. Hal tersebut dapat dilihat dari proses seleksi yang dijalankan pada setiap akhir semester. Hal ini sangat jelas pada kasus tingkat putus sekolah atau D.O. yang begitu tinggi setiap tahun, terlebih bagi mereka yang tidak mampu beradaptasi dalam kehidupan asrama. Kebijakan ini menghargai tiap pribadi anak didik, karena tidak menjadikan mereka hanya sebagai salah satu nomor dalam jumlah melainkan lebih memperhatikan minat, bakat dan kemampuan masing-masing sesuai inteligensinya. Selain itu, di dalam setiap proses pogram pendidikannya dijalankan sistem Kelas Persiapan Bawah (KPB). KPB ini berusaha menanggulangi ketertinggalan dalam bidang ilmu dari kelompok anakanak yang mengecap pendidikan terlebih di daerah pedesaan yang mutunya rendah walaupun sudah dinyatakan lulus SMP lengkap dengan ijazahnya yang bernilai bagus. Remedial course ini membantu anak untuk tidak menjadi rendah diri dalam pergaulan dengan rekanrekannya tetapi mampu bergaul setara dengan mereka yang tamat dari sekolah yang bermutu lebih baik, khususnya dari perkotaan. Terakhir yaitu membatasi jumlah siswa per kelas. Kebijakan ini pun sesuai dengan SNP dan menjamin bahwa guru dan Pembina mampu untuk mengenali dan mengikuti perkembangan anak. Ratio guru dan siswa tetap dipertahankan, tanpa jatuh pada godaan finansial (banyak siswa banyak uang SPP) atau godaan belas kasih yang keliru (demi menjaga relasi atau demi nama baik, dsb.). 113

34 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Pengalaman Pengelolaan Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Tenaga kependidikan di sekolah meliputi Tenaga Pendidik (Guru), Pengelola Satuan Pendidikan, Pustakawan, Laboran, dan Teknisi sumber belajar. Guru yang terlibat di sekolah inklusi yaitu Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran (Pendidikan Agama serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan), dan Guru Pembimbing Khusus. Manajemen tenaga kependidikan antara lain meliputi: (1) Inventarisasi pegawai; (2) Pengusulan formasi pegawai; (3) Pengusulan pengangkatan, kenaikan tingkat, kenaikan berkala, dan mutasi; (4) Mengatur usaha kesejahteraan; (5) Mengatur pembagian tugas. Tenaga Pendidik dan kependidikan SMP di Seminari Menengah Petrus van Diepen ini ialah: a. Rd. Adrianus Gaut b. Ignatia Fitriani Rahayu, S.Pd. c. Elisabet Eustakia, S.S d. Konradus Jurman, S.S e. Maria Oratmangun, S.Si f. Tri Ratna Sari, S.Si g. Lusiana Lobia h. Welliana Febriayanty Iba, S.Pd i. Fr. Mateus Syukur j. Fr. Hengky Yerisitouw k. Br. Yohanis Ari Apelabi, S.Pd l. Fr. Fidelis Neli, S.Fil m. RP. Melkianus Kisa, SVD n. Adelita Sande Lembang, S.Pd o. Rufina Rita Lobya, SE p. Longga Jeniaty Pasaribu, S.Ap 114

35 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Sedangkan tenaga Pendidik dan Kependidikan untuk SMA yaitu: a. RP. Aloysius Roja b. RP. Alan Nasraya, SVD c. Sr. Maria Rita, OSA d. ALbertus B. Buntoro e. Veronika Selvi, S.Pd f. Fr. Paulinus Ngelo Sawa, S.Fil g. Fr. Yustinus RT,Neno, S. Fil, SVD h. Fr. Yanuarius Kalindija, S.Fil i. Rp.Yohanes Kota j. Yustina Pakidi, S.Si k. Drs.Carolus Widiarto l. Drs. Rafael Gambu m. Ambrosius Felix, S.Pd n. Emanuel Prasetya, S.Pt o. Agnes Ary Wardani, A.Md Selain tenaga pendidik, Seminari Menengah PvD ini pun mempunyai staf formator atau Pembina yang memperhatikan kegiatan hidup di asrama. Komposisi Pembina di SM PvD ini tertera dalam table di bawah ini: Jabatan Tabel 4.13 Komposisi Pembina-Formator di Seminari Tinggal di Seminari Mulai Tugas di Seminari Keterangan Rektor ya RD. Jerry Rumlus Pr Pamong Akademik ya RD Yan Vaenbes Pr Pamong Spiritualitas ya RP. Alan Nasraja SVD Kepala Asrama (Koord. Pamong) ya Juli 2008 RD. Adrianus Gaut Pr (SMP) RP. A. Roja O.Carm (SMA) Ekonom ya Agustus RP. Christo O.Carm 2011 Pamong Unit 1 ya RD. Adrianus Gaut Pr Pamong Unit 2 ya Frater Pamong Unit 3 ya Frater 115

36 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Pamong Unit 4 ya Frater Pamong Unit 5 ya Frater Pamong Unit 6 ya Frater Pamong Unit 7 ya Frater Pamong SMA Unit 8 ya Frater Pamong SMA Unit 9 ya Frater Pamong SMA Unit 10 ya RP. A. Roja O.Carm Rektor merangkap beberapa tugas lain di KMS, seperti: Anggota Dewan Konsultores KMS, Anggota Dewan Keuangan KMS, Ketua Komisi Panggilan/Seminari KMS. Pamong Akademik merangkap Kepala SMP/SMA, dan Wakil Rektor. Koordinator Pamong Asrama SMA merangkap wakil kepala sekolah SMA; sedangkan Koordinator Pamong Asrama SMP merangkap wakil Kepala Sekolah SMP. Terdapat beberapa tanggungjawab yang diemban oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu sebagai berikut: 116 a. Pembagian Tenaga Pengajar dan tugas guru disertai SK oleh kepala sekolah dengan merujuk pada Job Description b. Penataan Administrasi Buku Induk Siswa dan arsip suratmenyurat dan dokumentasi lainnya c. Laporan Bulanan Sekolah kepada pihak Dinas Pendidikan dan BP YPPK KMS d. Laporan bulanan Keuangan kepada pihak Ekonom Keuskupan, BP YPPK KMS dan Rektor SPVD e. Penanggungjawab perpustakaan, kantin dan laboratorium yang ada di sekolah f. Menghadiri rapat dengan pihak dinas dan yayasan g. Memperhatikan daftar hadir guru dan siswa Beban kerja guru diatur dengan memperhatikan petunjuk yayasan dengan memenuhi waktu 24 jam per minggu. Kadang karena kondisi jumlah tenaga pengajar maka guru bisa mengalami kelebihan jam mengajar. Selepas jam mengajar di sekolah guru (pater, romo,

37 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong frater dan bruder) melanjutkan tugas sebagai Pembina di asrama. Tugas rutin yang dijalankan adalah mendampingi dan mengawasi siswa-siswa dalam menjalankan aturan harian yang tercantum dalam buku pedoman pembinaan. Fr. Yustinus R.T. Neno SVD, salah seorang tenaga pendidik di SM PvD menyatakan pandangannya tentang kualitas para pendidik SM PvD demikian: Seminari Petrus van Diepen memiliki staf pengajar yang berasal dari lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda. Lulusan Universitas dan Sekolah Tinggi yang berbeda menunjukkan kualitas staf pengajar yang berbeda pula, baik dalam pengetahuan, metode pengajaran dan cara membahasakan materi yang diberikan kepada peserta didik. Perbedaan itu mendatangkan cara pandang yang berbeda pula, yang diberikan peserta didik kepada para pendidik. Lihat saja komentar dan penilaian peserta didik yang pernah saya dengar, terhadap para pendidik yang bervariasi. Ada yang mengatakan guru ini baik sekali cara mengajar dan bahasa yang digunakan dalam memberikan pengajaran, ada pula yang mengatakan guru itu mempunyai pengetahuan yang luas, tapi ada pula yang mengatakan sebaliknya. Perbedaan komentar dan penilaain dari siswa terjadi karena mereka merasakan dan mengalami proses pengajaran yang diberikan para Guru. Menurut penilaian saya, kualitas pengajar di seminari tergolong bagus dan ada yang cukup baik. Saya bisa mempertanggungjawabkan penilaian saya ini dari pengetahuan, rasa tanggung jawab, metode dalam mengajar dan cara menyampaikan materi yang dimiliki dari teman-teman guru. Dalam pengamatan saya, ada beberapa guru yang sungguh-sungguh menjalani apa yang saya sebutkan di atas, tetapi ada guru yang tidak sungguh-sungguh menjalankannya. Bisa dikatakan dengan perkataan lain, ada staf guru yang sungguh-sungguh mengabdikan dirinya kepada peserta didik dan lembaga secara total, tapi ada juga guru yang mengabdikan dirinya setengah-setengah saja. Itu terbukti lewat kesaksian hidup yang mereka tampilkan, baik kepada peserta didik dan lembaga. Bimbingan studi siswa seminari dilakukan dengan mengawasi/ menemani saat belajar pada sore dan malam hari. Untuk tugas pengawasan ini biasanya para Pembina dibuatkan jadwal piket per minggu. Tugas dari Pembina asrama antara lain: 117

38 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong a. Sebagai pamong unit yang bertanggungjawab atas sejumlah anak yang tinggal di unitnya, rata-rata jumlah anak per unit 27 orang. b. Bertugas menjaga, mengawasi dan bertindak sebagai orang tua bagi anak-anak c. Melakukan ratio, pembicaraan pribadi, wawancara untuk mengenal anak lebih dekat, biasanya dilakukan sekali dalam semester dan tidak menutup kemungkinan bagi yang berkebutuhan khusus. d. Menjadi penggerak/ koordinator dalam menjalankan kegiatan harian sesuai aturan harian yang ditetapkan. e. Dalam menjalankan fungsi pamong, Pembina tetap berpedomankan pada buku pedoman pembinaan seminari. Jumlah Pembina Seminari sekarang 15 orang, 8 pastor, 6 frater, 1 bruder. Jumlah siswa seminari 310/15. Ratio Pembina dan siswa 1:20. Dalam menjalankan pembinaan di seminari ada perbedaan pembinaan di seminari untuk SMP dan SMA. Diatur sesuai kalender kegiatan semester yang ditetapkan pada awal semester oleh para Pembina. Hal ini pandang perlu karena tingkatan pemahaman dan orientasi pembinaan berbeda. Pengalaman Pengelolaan Sarana dan Prasarana Manajemen sarana-prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar mengajar. Saat ini Seminari sudah mempunyai gedung SMP berlantai dua, -gedung bertingkat dua, 16 ruangan, di samping itu ada ruang perpustakaan, laboratorium Bahasa dan IPA, serta ruang staf pengajar. Bangunan gedung SMA sama dan sebangun dengan gedung SMP. Karena keduanya memakai gambar yang sama. Bedanya gedung SMA 118

39 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong ada gang di tengah yang membelah bangunan segi empat itu. Sehingga (terkesan) ada dua lokal dalam satu bangunan. Pembangunan SMA sudah dimulai sejak tahun Sebagain besar dana dari pemerintah kabupaten Sorong. Satu lokal sudah rampung dan sudah bisa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar. Sedangkan satu lokal lainnya sedang dalam tahap pembangunan (lihat foto-foto yang dilampirkan). Seminari menyediakan asrama dengan daya tampung mencapai 400 siswa. Ada 10 Unit untuk siswa SMP dan SMA, 2 Unit untuk tenaga Staf Pembina, dan 1 Unit untuk tenaga pengajar (lajang). Ada fasilitas umum (dapur, ruang makan, aula Semangat). Asrama dilengkapi dengan fasilitas olah raga (lapangan basket, volley, bola kaki). Salah seorang guru dan pamong asrama, frater Yustinus R.T. Neno SVD, memberikan komentarnya tentang sarana-prasarana di SM PvD demikian: Seminari Petrus van Diepen memiliki bangunan yang berkualitas; layak dijadikan sebagai tempat untuk menggali dan menimba pengetahuan dan pembentukan karakter bagi peserta didik. Dikatakan bangunan berkualitas karena jenis gedung sekolahnya berskala internasional. Saya mengatakan demikian karena model bangunannya seperti sekolahsekolah internasional, seperti sekolah di kota-kota besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Gedung sekolah yang berkualitas dapat membuat peserta didik nyaman dan merasa at home untuk menimba dan mencari pengetahuan dan melahirkan spirit untuk memacu diri dalam belajar. Seminari Petrus van Diepen memiliki dua gedung bangunan sekolah yang dipergunakan oleh siswa/i SMP dan siswa/i SMA. Gedung bangunan sekolah selalu mendapat perhatian perawatan, baik oleh para guru maupun siswa-siswi. Salah satu contoh bentuk perawatan yang diberikan kepada bangunan gedung sekolah ialah melarang siswa/i untuk mencoret tembok bangunan dengan tulisan-tulisan. Namun, terkadang siswa/i tidak mentaati larangan ini, sehingga ada banyak coretan-coretan yang terlukis indah pada dinding tembok bangunan seminari. Hal lain yang dilakukan ialah membersihkan sarang laba-laba yang biasa melekat pada sudut tembok. Ini adalah bentuk tanggapan dan perhatian 119

40 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong akan rasa memiliki terhadap gedung bangunan seminari dari para pendidik dan peserta didik. Hemat saya, tujuannya adalah membuat gedung sekolah ini tetap indah dan bersih, sehingga baik pendidik dan peserta didik dapat merasa nyaman dan bergairah dalam proses belajar-mengajar. Pengalaman Pengelolaan Pembiayaan Asrama Sebagai bagian dari upaya untuk mencerdaskan umat, keberadaan SM PvD menjadi alternatif bagi anak Papua untuk menimba ilmu. Berdasarkan latar belakang siswa yang menjadi murid di asrama SM PvD, kebanyakan mereka adalah asli Papua. Dari segi kehidupan ekonomi, pada umumnya mereka tergolong miskin. Oleh karena itu, penyelenggarakan pendidikan asrama SM PvD tidak memungut biaya bagi siswa yang masuk ke sekolah ini. Pembiayaan pendidikan asrama diperoleh dari sumber-sumber dana bagi Seminari. Partisipasi orangtua siswa, paroki-paroki se- Keuskupan, GOTAUS (Gerakan Orang Tua Asuh Seminaris), Pemerintah, dan donatur. Selain itu, sumber dana juga diusahakan secara swasembada dari pihak sekolah/asrama untuk membantu selfsupport dana: kebun sayur, ternak babi dan sapi. Untuk tahun-tahun mendatang: sewa bis sekolah/seminari, uang sewa gedung rapat/retret, petermakan. Sedangkan jumlah biaya hidup yang dibutuhkan untuk sekolah dan seminari yaitu: Jumlah biaya sekolah per bulan sebesar Rp , Jumlah biaya asrama per bulan Rp Pakaian seragam seharga Rp (SMA: Rp ) ditanggung orangtua. Tak ada pungutan uang pembangunan atau uang masuk dan tagihan lain-lain (OSIS, laboratorium, perpustakaan, dsb.), buku-buku pelajaran disiapkan oleh sekolah dan dipinjamkan kepada para siswa-siswi secara gratis. Hanya l.k. 40 % orangtua mampu membayar uang asrama/sekolah. Yang lain diberi beasiswa oleh parokinya (tetapi hanya 8 dari 23 paroki di Keuskupan Manokwari-Sorong), atau oleh Keuskupan. 120

41 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Pengalaman Penilaian Frater Mateus Syukur, salah seorang tenaga pendidik dan serentak pamong-formator di SM PvD membeberkan pengalamannya tentang arah pendidikan SM PvD, antara lain demikian: Arah perjalanan hidup lembaga seminari dibangun di atas dasar pengharapan akan satu kepastian hidup, di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Arah perjalanan itu ialah untuk menciptakan manusia yang produktif, kreatif dan inovatif yang berdaya guna baik untuk bangsa, negara maupun untuk gereja. Seminari merupakan sebuah lembaga pendidikan seperti lembaga pendidikan lainnya yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan manusia yang ingin menjadi manusia sejati, yang bukan hanya sekedar ada namun harus memiliki kesadaran akan adanya dan bertanggungjawab atas adanya. Untuk itulah media yang diperlukan adalah belajar terus-menerus dan tidak ada waktu untuk tidak belajar. Sudah pasti bahwa setiap lembaga pendidikan apapun di tanah Papua ini, hadir dengan sebuah keunikannya masingmasing. Seminari Petrus Van Diepen juga demikian hadir dengan keunikannya tersendiri. Keunikan itulah yang nantinya menjadi pembeda antara lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya di tanah Papua tercinta ini. Tentu saja kekhasan yang ada di lembaga Seminari Petrus Van Diepen, mengerucut pada sebuah tujuan untuk membangun mindset anak-anak bangsa terutama putera/puteri Papua. Seminari hadir untuk membangunkan kesadaran setiap manusia akan pentingnya sebuah pendidikan. Untuk itulah diciptakan sebuah aturan hidup yang tersistematis. Inilah keunikan yang seharusnya tetap dipertahankan di sebuah lembaga pendidikan bahwa ia bukan sekedar membangun salah satu dimensi dari kehidupan manusia tetapi seharusnya mencakup seluruh aspek yang diperlukan demi sebuah keutuhan satu pribadi yang namanya manusia. Hal inilah yang selalu diciptakan di lembaga Seminari Petrus van Diepen. Ada beberapa aspek pendidikan yang merupakan sarana untuk mencapai sebuah tujuan bagi setiap anak bangsa terutama putera/puteri Papua yang ingin, masih dan sudah mengenyam pendidikan di Seminari Petrus Van Diepen, yaitu Aspek hidup Rohani, Aspek hidup studi dan Aspek 121

42 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong 122 hidup komunitas. Ketiga aspek ini merupakan gambaran umum yang mana setiap aspek tentu memiliki muatan dasar pendidikan untuk membantu membangunkan kesadaran setiap pribadi terutama yang lahir dari tanah Papua dan ingin menjadikan dirinya bermanfaat bagi kehidupan. Inilah yang menjadi kekhasan seminari. Aspek rohani bertujuan untuk menyadarkan manusia bahwa ia adalah makhluk spiritual yang senantiasa mengarahkan hidupnya pada sesuatu yang tertinggi yakni Tuhan. Aspek hidup studi bertujuan untuk memaknai keberadaan manusia sebagai pribadi berakal budi yang perlu diisi dengan belajar terusmenerus. Sedangkan aspek hidup komunitas menyadarkan manusia akan dirinya sebagai makhluk sosial yang tentunya tidak bisa hidup tanpa adanya pribadi yang lain. Ketiga aspek ini merupakan gambaran umum, yang pastinya setiap aspek ada aturan dalam pelaksanaannya di Seminari Petrus Van Diepen. Kepala SMP di SM PvD, RD. Adrianus Tuturop Pr, memberikan juga arah pendampingan yang dilakukan selama ini, yaitu:.bagian dari pendampingan yang dilakukan selama ini yaitu terarah pada: 1. Siswa/i-Seminaris menyadari nilai-nilai manusiawi yang tumbuh dalam keluarga dan dapat berkembang dalam kehidupan komunitas di seminari 2. Siswa/i-Seminaris menyadari perlunya perkembangan bebas menuju kepribadian yang dewasa. Pribadi yang dewasa tercermin pada: keseimbangan antara segi rasional/ intelektual dan emosional-afeksi, ketekunan, ketabahan, disiplin diri, menghayati seksualitas secara sehat, berinisiatif dan kreatif. 3. Kedewasaan pribadi secara kristiani: hidup berpola pada Yesus Kristus, menerima dan menghayati rahmat Tuhan, ketekunan dan kesetiaan mendengarkan sabda Allah, menghayati nilai-nilai hidup rohani dan bersama. Siswa/i-Seminaris rela menerima bimbingan rohani, makin mampu mengenal panggilan Allah 4. Siswa/i-Seminaris menyadari bahwa kedewasaan kristiani berkembang jika ditopang oleh perkembangan kedewasaan manusiawi 5. Seorang manusia dewasa secara manusiawi dan kristiani, dilengkapi dengan kemampuan belajar mandiri. Hidup berpola pada Yesus Kristus dan menuju imamat dengan

43 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong meneladan Bunda Maria dalam menghayati panggilan hidupnya 6. Pribadi dewasa secara manusiawi: mengenal jati dirinya meskipun masih memerlukan pengukuhannya 7. Manusia dewasa berarti memiliki pribadi yang utuh, bukan hanya mengenal diri melainkan akrab dengan dirinya. Ia tahu dan menerima keunggulan dan kelemahannya. Kedewasaannya tampak pada kemapanan intelektual dan kepribadian 8. Menjadi manusia cerdas yang mampu bersaing di segala level dengan tetap bersandar pada nilai-nilai kemanusiaan Itulah upaya yang dilakukan oleh para pendamping, baik secara khusus di sekolah maupun di asrama. Demikian pula bapak guru Konradus Jurman S.S., menyatakan pengalamannya tentang pendidikan berpola asrama di SM PvD demikian: Konsep pendidikan seminari bukan hanya untuk menguasai apa yang disebut 3M (membaca, menulis dan menghitung). Pendidikan seminari harus berorientasi kepada pembentukan kepribadian orang secara komprehensif, sekurang-kurangnya ada tiga tema besar yang disingkat dengan 3S (Scientia, Sanitas dan Sanctitas atau berilmu, sehat, dansuci). Untuk mewujudkan manusia berkepribadian 3S ini tentu kita membutuhkan sebuah panti pendidikan yang mendukung untuk itu, yakni gedung sekolah dan Asrama yang memadai. Siswa-siswi yang hidup di sekolah dan asrama, mereka sungguh-sungguh diasah, ditempa dan dididik selama 24 jam. Di asrama, mereka sungguh-sungguh mengetahui dan merasakan mengalirnya waktu diikuti dengan berbagai macam kegiatan yang sudah terencana dan terjadwal. Semua kegiatan itu bermuara pada pembentukan kepribadian peserta didik untuk mewujudkan 3M dan 3S tadi. Secara sederhana, orang mengatakan bahwa pendidikan berpola asrama melatih orang untuk hidup disiplin waktu. Mereduksi pendidikan berpola asrama dengan soal displin waktu hemat saya adabenarnya, karena segala sesuatu kita lakukan dalam bingkai waktu. Waktu terus berjalan, apabila kita tidak mengisinya dengan berbagai kegiatan yang bermagna maka waktu itu akan megalir dengan sia-sia. Pendidikan berpola asrama, dengan berbagai kegiatan terjadwal, tentunya mampu merubah mindset siswa akan pentingnya mengisi hidup dengan melakukan berbagai 123

44 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong kegiatan berguna dari waktu ke waktu. Setiap waktu mengalir juga mengalirkan rahmat, sehingga orang Barat mengatakantime is money. Menyia-nyiakan waktu berarti menyia-nyiakan rahmat atau uang. Pengalaman Kompetensi Kelulusan Siswa Paskalis Kosay, salah seorang siswa SM PvD menuliskan pengalamannya yang membanggakan tentang kompetensi kelulusannya demikian, 124 Saya adalah siswa yang berasal dari Wamena dan secara geografis jauh dari Sorong. Saya bangga bersekolah di Seminari Petrus van Diepen. Kebanggaan saya ini beralasan karena selama kurun waktu proses belajar saya mengalami perkembangan dalam bidang-bidang berikut yang menjadi dasar orientasi pendidikan di Seminari antara lain: 1. Aspek intelektual Dalam proses saya mengalami perkembangan karena guru-guru mampu mentransfer ilmu pengetahuan secara baik. Standar intelektual yang harus dicapai adalah 70. standar ini menjadi penanda sekaligus pendongkrak semangat untuk terus memacu diri dalam belajar. Saya benar mengalami perkembangan dalam hal belajar. Di sini saya belajar bahwa belajar bukan hanya untuk sebuah angka tetapi belajar untuk hidup. 2. Aspek spiritual Pada aspek ini saya diajarkan dan belajar untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Kegiatan rohani yang dijalani adalah: ibadat pagi, ekaristi/misa, salve, pengakuan dosa, rekoleksi, retret, dan completorium/ doa penutup. Aspek spiritual membentuk kecerdasan spiritual sebagai bentuk kesadaran akan yang Ilahi. Saya belajar untuk membawa diri di hadapan Tuhan pencipta. Saya belajar untuk rendah hati di hadapan sang pencipta. 3. Aspek Jasmani Yang saya belajar dari aspek ini adalah pengolahan diri dalam kesehatan fisik, mental dan relasi sosial. Saya belajar melalui aturan harian yang mengkondisikan untuk hidup sehat, bermain bersama, hidup bersama, kegembiraan teman menjadi kegembiaraan saya, kedukaan teman menjadi kedukaan bersama. Saya mengalami situasi pengolahan mental untuk bertumbuh sebagai seorang anak. Dalam proses pengolahan hidup di sana-sini saya mengalami situasi pasang dan surut.

45 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Terkadang sampai putus asa, tetapi saya bahagia karena terus ditemani oleh para guru di sekolah dan pamong di asrama dengan motivasi dan pengajaran akan hidup yang baik. Akhirnya saya mau mengatakan bahwa sekolah asrama seminari Petrus van Diepen adalah jawaban bagi cita-cita saya untuk sekolah dan tinggal di asrama. Saya belajar untuk mandiri dalam berbagai hal. Menurut saya inilah model pendidikan yang menjawab kebutuhan anak-anak Papua. Frater Yustinus R.T. Neno SVD memberikan pemaparan yang bisa menggambarkan kualitas peserta didik SM PvD dengan output yang dlahirkan oleh sekolah berpola asrama ini, demikian: Kualitas peserta didik seminari van Diepen sangat berbantung dari beberapa hal, seperti: Pertama, kualitas pendidik. Kualitas dari pendidik sangat mempunyai pengaruh besar terhadap proses perkembangan anak, terutama dalam aspek kognigtif, psikoemosional, spiritual dan pembentukan karakter. Di sini, guru yang berkualitas tahu bagaimana mendidik dan menjadikan seorang peserta didik yang berkualitas dari semua aspek, bukan hanya satn aspek saja. Jadi, kualitas pendidik bisa menjadi penentu dari kualitasnya seorang peserta didik. Kedua, harus ditemukan sebuah sistem yang tepat dalam lembaga seminari. Sistem yang dimaksudkan ialah atmosfer Seminari yang dapat membuat para seminari menyadari akan keberadaannya di seminari.sebagai contoh, ketika saya pertama kali sekolah di seminari Flores, saya langsung merasakan atmosfer seminari yang menanamkan budaya baca, sangat menghargai waktu, menghargai keheningan, dan lain sebagainya. Atmosfer ini yang membius saya untuk harus diikuti dan dijalankan dalam kehidupan saya di seminari. Dan apa yang saya terima di seminari menengah terbawa sampai saat ini. Jika sistem yang sudah cocok dan tepat itu ditemukan, saya yakin nuansa seminari saat ini akan berbeda; seminari makin bersinar. Dua hal yang saya sebutkan di atas menjadi anjuran untuk menjadikan siswa/i seminari berkualitas. Dalam pengamatan saya sekarang ini, secara akademik untuk konteks Papua, khususnya Kabupaten Sorong, siswa/i seminari termasuk peserta didik yang berkualitas secara akademik. Tapi untuk konteks Papua secara keseluruhan belum teralu pasti. Hal ini terjadi karena masih ada banyak orang yang lebih berkualitas di sekolah lain. 125

46 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Di samping itu juga, Seminari van Diepen dikenal sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran, perhatian para guru kepada siswa yang sangat baik dan peraturan yang ditetapkan lembaga seminari yang tergolong keras. Hal initerjadi karena di dalam tubuh seminari van Diepen sendiri (pendidik dan peserta didik) sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Dan ini yang menjadi kualitas Van Diepen. Sepuluh tahun usia seminari van Diepen sudah menghasilkan output yang melanjutkan study diberbagai universitas, baik dalam negeri maupun luar negeri. Diusia yang masih tergolong sangat muda, van Diepen melahirkan putra-putri yang mampu bersaing dengan mahasiawa dari latarbelakang pendidikan yang berbeda. Buktinya, laskar-laskar van Diepen masih bertahan di universitas terkenal seperti Sanata Darma dan universitas ternama di luar negeri. Ada juga putra-putra yang dilahirkan dari rahim van Diepen untuk melanjutkan studinya di lembaga calon pembentukan imam. Putra-putra pilihan Tuhan ini bersedia menanggapi dan menjawabi panggilan Allah untuk menjadi Imam Keuskupan dan bairawan misionaris. Mereka tersebar ke beberapa keuskupan seperti Keuskupan Manokwari Sorong, Jayapura dan beberapa konggregasi seperti OSA, O. Carm dan SVD. Pendidikakan, pembinaan dan pembentukan yang terjadi di rahim Petrus van Diepen sudah melahirkan putraputri yang berkualitas. Pengbadian, kerja keras dan kerjasama antarpembina, pendidik dan peserta didik melahirkan output-output yang berkualitas. Hasil Pengelolaan Seminari Menengah Petrus van Diepen di Kabupaten Sorong Penyelenggaraan pendidikan bagi siswa SM PvD diupayakan untuk mewujudkan seorang manusia dewasa secara manusiawi dan Kristiani pada tingkatnya serta diperlengkapi dengan kemampuan untuk belajar hidup secara tekun dan reflektif menuju pribadi yang berpola pada hidup Yesus Kristus 18. Pribadi yang demikian memiliki ciri-ciri: memiliki sikap yang terbuka; memiliki semangat pelayanan; mampu berefleksi; peduli terhadap sesama dan lingkungan yang dijiwai dengan hati nurani yang luhur dalam terang iman Kristiani. 18 Lihat Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia, 2001:

47 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Selain bertujuan untuk mewujudkan pribadi yang unggul tersebut, asrama juga bertujuan mewujudkan prestasi akademik siswa. Hasil prestasi siswa dilihat dari sejauh mana para peserta didik dapat menerima proses pembelajaran yang diberikan oleh para guru (kwalitatif) dan berdasarkan nilai akhir (rapor) sebagai bentuk evaluasi belajar mengajar. Pada lingkup yang lebih besar, prestasi akademik para siswa/i kami ukur dari presentase tingkat kelulusan dari setiap angkatan. Sebagai sebuah lembaga yang mengedepankan aspek kejujuran dalam pelaksanaan Ujian Nasional dan system penilaian di sekolah, kami cukup berbangga dengan prestasi akademik yang dimiliki oleh peserta didik. Jika dibuat rata-rata secara umum dari beberapa kali pelaksanaan Ujian Nasional, presentase kelulusan untuk tingkat SMP sebesar 86%, sementara untuk tingkat SMA sebesar 96%, demikian komentar Rektor SM PvD. Berikut tabel yang dapat menggambarkan prestasi akademik peserta didik. Tabel Prestasi Akademik Siswa/I SM PvD pada Tingkat SMP Siswa/i SMP kelas Tingkat Tahun/Ajaran Lulus 3 Kelulusan 2007/ % 2008/ % 2009/ % 2010/ % 2011/ % 2012/ belum ada data belum ada data Rata-rata 86% Tabel Prestasi Akademik Siswa/I SM PvD pada Tingkat SMA Siswa/i SMA kelas Tingkat Tahun/Ajaran Lulus 3 Kelulusan 2010/ % 2011/ % 2012/ % Rata-rata 96% 127

48 Keunggulan Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen di Kabupaten Sorong Perjuangan total dari para peserta didik memang patut diacungkan jempol, karena bukan saja menonjol pada aspek akademik di sekolah, melainkan juga mampu berprestasi dan bersaing dengan sekolah lain. Dalam beberapa ajang perlombaan baik pada lingkup lokal maupun Nasional, SMPvD tidak pernah absen untuk ikut serta dalam seleksi Olimpiade Sains di tingkat kabupaten, propinsi bahkan tingkat nasional. SM PvD pernah menjuarai ajang olimpiade sains yang dikhususkan untuk anak-anak asli Papua dan diselenggarakan P.T. Freeport Indonesia untuk mata lomba Biologi, Fisika, Kimia, Matematika dan karya tulis Ilmiah. Selain itu, sebanyak tiga kali ajang olimpiade sains yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), siswa SM PvD menjadi delegasi Pemerintah Propinsi Papua Barat pada kejuaraan Olimpiade Sains Nasional untuk mata lomba Ekonomi. Prestasi non akademis yang dicapai tampak dari dikirimnya beberapa siswa/i dalam berbagai pagelaran dan perlombaan seni budaya tingkat nasional seperti cipta puisi, baca puisi, musik tradisional dan tarian daerah. Lulus sekolah menengah atas bukanlah akhir dari perjalanan pendidikan. Hal ini sudah menjadi kesadaran kolektif dari siswa/i SM PvD. Setelah menyelesaikan masa studi selama 3 tahun di bangku SMA, siswa/i berjuang untuk bisa menempuh pendidikan tinggi. Bahkan, salah satu lulusan (2011) SM PvD sedang melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi ternama di Jerman. Satu orang siswa di angkatan ini (2013) juga sedang mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Jerman. Selain itu, sebagian besar dari lulusan SM PvD pada dua angkatan (2011 dan 2012) berani untuk memilih dan mengikuti panggilannya sebagai imam (69%). Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik dan table di bawah ini. 128

49 Pengelolaan Sekolah Berpola Asrama Seminari Menengah Petrus Van Diepen Sorong Gambar 4.1 Konsentrasi Pendidikan Siswa Tabel 4.16 Data Angkatan dan Konsentrasi Pendidikan Siswa/i SMA kelas Angkatan Pendidikan Imam Perguruan Tinggi Total Persentase 69% 31% Hasil pengelolaan seminari seperti disebutkan di atas, menunjukkan bahwa penyelenggaraan sekolah asrama memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan sistem non asrama dalam rangka untuk mengakselerasi prestasi siswa. Kehidupan asrama yang mengharuskan siswa untuk selalu berada di asrama serta di bawah pengawasan guru dan pembina di dalam asrama menjadikan siswa lebih semangat dan lebih giat dalam mengikuti proses pendidikan di asrama. 129

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia menggunakan bahasa. Seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, bahasa menjadi

Lebih terperinci

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam buku Gereja yang Melayani dengan Rendah Hati bersama Mgr Ignatius Suharyo, editor E. Martasudjita menuliskan, Perjanjian Baru selalu berbicara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan fenomenologi, etnometodologi dan interaksi simbolik, dipakai untuk mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan keunggulan pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA Tahun 2011 2015 1 Latar Belakang Ecclesia Semper Reformanda >> gerak pastoral di KAJ >> perlunya pelayanan pastoral yg semakin baik. 1989 1990: Sinode I KAJ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Seminari Petrus van Diepen Aimas Sekolah Berpola Asrama (Oleh Antonius Pramudji/orang tua siswa)

LAMPIRAN. Seminari Petrus van Diepen Aimas Sekolah Berpola Asrama (Oleh Antonius Pramudji/orang tua siswa) LAMPIRAN Seminari Petrus van Diepen Aimas Sekolah Berpola Asrama (Oleh Antonius Pramudji/orang tua siswa) Pandangan awam tentang seminari adalah suatu sekolah khusus mendidik para calon imam. Pada umumnya

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan. 1. UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 50 ayat (3) 2. PP no 19 tahun 2005 (Pasal 61 ayat 1), 3. Renstra Diknas 2005-2009 4. Bervariasinya penyelenggaraan 5. Rekomendasi kajian profil SBI tahun 2006 6. Buku Pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menyadari pentingnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Dasar ABC Sekolah Dasar ABC merupakan salah satu jenis sekolah dasar islam terpadu yang berdiri pada Bulan Juli tahun 2007 di Medan. Pada awalnya, sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

Lebih terperinci

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R. Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R. Guna menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dan berbagai dinamika kehidupan

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Produktivitas sekolah merupakan wujud dari produktivitas pendidikan dalam skala persekolahan. Tujuan diselenggarakannya pendidikan secara institusional adalah

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menciptakan manusia

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK 1 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK Seminar Pendidikan, SMA Gonzaga, Jakarta, 5 Mei 2012 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Pengantar Tujuan pendidikan adalah untuk membantu

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan terbanyak yang ada di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta sudah banyak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 6, 1989 (PEMBANGUNGAN. PENDIDIKAN. Kebudayaan. Prasarana. Warga Negara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK. Pengertian judul ini dimaksudkan memberikan gambaran umum terhadap

BAB II DESKRIPSI PROYEK. Pengertian judul ini dimaksudkan memberikan gambaran umum terhadap BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Definisi Proyek 2.1.1 Pengertian Kompleks Seminari Pengertian judul ini dimaksudkan memberikan gambaran umum terhadap proyek, yaitu Kompleks Seminari OSC. Arti kata kompleks

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah SMP Bakti Mulya 400 SMP Bakti Mulya 400 berdiri 10 Juli 1985 atau tepat berusia 28 tahun pada bulan Juli Tahun 2014. Dilihat dari usianya yang lebih seperempat

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Rokan Hulu memiliki luas wilayah km² yang terdiri

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Rokan Hulu memiliki luas wilayah km² yang terdiri BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Kabupaten Rokan Hulu memiliki luas wilayah 7.449.85 km² yang terdiri dari 85% daratan dan 15% daerah perairan dan rawa. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan manusia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Saat ini Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Gereja merupakan fasilitas pendukung kebutuhan manusia dalam mendekatkan diri dan beribadah kepada Tuhan. Gereja menjadi komunitas, wadah, dan sarana yang

Lebih terperinci

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Oleh Dr. Siti Halimah, M.Pd. Disampaikan pada acara seminar dan tadabur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi seluruh dunia dalam gereja Katolik adalah seorang Paus, saat ini bernama Paus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuankemampuan yang dimilikinya. Selain mendididik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Sekolah Keberadaan SMP N 2 Ngaglik Sleman sejak tahun 1967 yang sebelumnya merupakan Filial SMP N 1 Ngaglik Sleman. SMP N 2 Ngaglik Sleman dikenal luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Profil Sekolah SD Negeri Serangan 1 terletak di Jalan Melayu No.03 Desa Serangan Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah. Wilayah SD Negeri

Lebih terperinci

MANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS SEKOLAH

MANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS SEKOLAH MANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS SEKOLAH PENGERTIAN MANAJEMEN PESERTA DIDIK Manajemen Peserta Didik (pupil personnel administration): suatu layanan yang memusatkan perhatian kepada pengaturan, pengawasan,

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MANAJEMEN DAN PENGELOLAAN PESERTA DIDIK (Studi Pada SD di Kota Makassar)

MANAJEMEN DAN PENGELOLAAN PESERTA DIDIK (Studi Pada SD di Kota Makassar) MANAJEMEN DAN PENGELOLAAN PESERTA DIDIK (Studi Pada SD di Kota Makassar) Syamsu A. Kamaruddin 1, Harifuddin Halim 2, Fauziah Zainuddin 3 1,2 Dosen FKIP UPRI Makassar, 3 Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Palopo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya penting yang dapat menunjang pembentukan watak, karakter dan akhlak manusia adalah melalui pendidikan secara terus menerus. Pendidikan yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Undang-Undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. harus meninggalkan unsur-unsur keagamaan dan hubungan sosial. bukan hanya berarti suatu cara untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan

I PENDAHULUAN. harus meninggalkan unsur-unsur keagamaan dan hubungan sosial. bukan hanya berarti suatu cara untuk mendapatkan sejumlah pengetahuan dan I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Nasional diselenggarakan demi peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa harus meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan 1 BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan dalam satuan pendidikan, karena pendidikan karakter sebagai dasar pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. para pastor paroki St. Albertus De Trapani Blimbing Malang.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. para pastor paroki St. Albertus De Trapani Blimbing Malang. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMP Marsudisiwi SMP Marsudisiwi merupakan unit karya lembaga pendidikan Yayasan Binawirawan milik suster-suster CIJ, yang berlokasi di jalan Candi Kalasan Blimbing

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI

PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN DAN PENGEMBANGAN PERANAN ALUMNI I. Pembinaan Akhlak dan Moral 1. Tujuan Pembinaan Pembinaan akhlak dan moral bertujuan agar mahasiswa IAIN memiliki kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara usia sekolah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi harus

BAB I PENDAHULUAN. Negara usia sekolah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar Negara Indonesia telah mengamanatkan tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa setiap warga Negara usia sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang menjelaskan tentang dasar, fungsi dan tujuan sisdiknas yaitu sebagai berikut: Pendidikan

Lebih terperinci

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SEBAGAI SALAH SATU JALUR PEMBINAAN KESISWAAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Pendidikan Dan Latihan JARDIKNAS Yang Diselenggarakan Oleh ICT Kabupaten Cianjur DISUSUN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional Indonesia berlandaskan Pancasila yang bertujuan untuk membentuk pribadipribadi yang bertakwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah berkembang sejak dahulu dan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah berkembang sejak dahulu dan BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi Dunia pendidikan di indonesia sudah berkembang sejak dahulu dan mengalami banyak sekali perkembangan. Banyak sekolah yang mulai berdiri dan menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci