Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
|
|
- Budi Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENYERAP EMISI CO2 KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN LUAS LAHAN HIJAU (STUDI KASUS: KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO TEMBALANG) Adhiyayna Rifqi Cafriwaka*) Endro Sutrisno**) Irawan Wisnu Wardhana**) Program Studi S1 Teknik Lingku Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia Rifqicaf@gmail.com Abstrak Kendaraan bermotor yang terdapat di kawasan Kampus Universitas Diponegoro Tembalang berpotensi menimbulkan emisi CO 2 akibat dari pembakaran sempurna mesin kendaraan.karena itu diperlukan Ruang Terbuka Hijau sebagai wadah untuk menyerap emisi CO 2 tersebut. Emisi CO 2 diukur untuk mengetahui beban CO 2 yang ada pada masing- Terbuka masing ruas jalur Kampus Universitas Diponegoro Tembalang, sementara Ruang Hijau diukur untuk mengetahui nilai total daya serap CO 2 dan sisa emisi CO 2 yang tidak terserap pada masing-masing ruas jalur. Pengukuran emisi CO 2 menggunakan metode Tier 2 de cara menghitung jumlah kendaraan yang melewati tiga pintu utama Kampus Universitas Diponegoro. Sedangkan, pengukuran daya serap ruang terbuka hijau menggunakan metode luas lahan hijau yang terdapat pada pinggir dan median jalan masingmasing ruas jalur.nilai emisi CO 2 dan total daya serap tertinggi terdapat pada ruas jalur Gerbang Utama Widya Puraya, yaitu sebesar 295,604 ton/tahun dan 158,211 ton/tahun. Sementara nilai emisi CO 2 dan total daya serap terendah berada pada jalur Teknik Arsitektur Teknik PWK yaitu sebesar 5,077 ton/tahun dan 4,518 ton/tahun. Kata Kunci: Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ),Kendaraan Bermotor, Ruang Terbuka Hijau, Daya Serap CO 2, Luas Lahan Hijau Abstract [The Capabilites of Green Space in Absorbing CO 2 Emissions of Vehicle Based on the Green Land Area (Case Study: Diponegoro University, Tembalang Campus)]. Motor vehicles in the Diponegoro University Tembalang Campus area has the CO 2 emissions potential due to the result of vehicle engine combustion. It takes a green space as a media to absorb the CO 2 emissions. CO 2 emissions are measured to determine the existing CO 2 burden on each segment of the path in Diponegoro University Tembalang Campus, while the green space is measured to determine the total value of CO 2 absorption and residual CO 2 emissions which are not absorbed in each track segment. Measurement of CO 2 emissionss using Tier 2 method by calculating the number of vehicles which passing through the three main doors of Diponegoro University Tembalang Campus. Meanwhile, measuring the absorption of green space usingthe green land areaa which located on the side of the road and median lane of each segment. CO 2 emission values and total absorption is highest at the Main Gate lane roads - Widya Puraya, which amounted to tons / year and tons / year. While the total value of CO 2 emissions and the low absorptive capacity is on the track of Architectural Engineering Urban and Regional Planning Engineering in the amount of tons / year and tons / year. Keywords: Carbon Dioxide (CO 2 )Emission, Vehicles,Green Space, CO 2 sink, Green Land Area 1 *) Penulis
2 1. PENDAHULUAN Iklim bumi berubah secara cepat akibat meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Efek GRK tersebut menghambat pelepasan panas dan menyebabkan penumpukan gas-gakaca rumah di atmosfer sehingga menghambat pantulan sinar radiasi matahari (inframerah) dari permukaan bumi menuju ke ruang angkasa (Widya, 2012).Menurut Jibran (2015) kontributor efek rumah kaca berasal dari berbagai macam sektor namun yang paling besar berasal dari sektor energi, transportasi, industri, pertanian, dan sebagainya. Konsentrasi CO 2 sebelum era industri tahun 1750 ialah sebesar 280 ppm. Jumlah telah bertahan selama ribuan tahun. Namun terus meningkat sejak era industri, pada tahun 1999 konsentrasi CO 2 di atmosfer mencapai 367 ppm (IPCC, 2001). Berdasarkan perhitu Mauna Loa Observatory, USA, tahun 2014 secara rata-rata jumlah konsentrasi CO 2 di atmosfer sebesar 398,52 ppm. Hal ini menunjukkan peningkatan konsentrasi CO 2 yang signifikan akibat aktivitas manusia. Kemajuan teknologi menyebabkan munculnya gaya hidup gaya hidup baru, salah satunya menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil. Hal tersebut berperan besar dalam menyumbang emisi CO 2. Dalam 11 tahun terakhir kebutuhan energi sektor transportasi meningkat ratajuta SBM rata 4,2% per tahun dari 281 (Setara Barel Minyak) pada tahun 2000 menjadi 443 SBM pada tahu 2011 (ESDM, 2013). Kampus Universitas Diponegoro (Undip) Tembalang memiliki sembilan jalur utama, dimana pada masing-masing jalur memiliki kondisi lalu lintas kendaraan yang cukup padat. Padatnya arus lalu lintas pada ruas jalur yang ada, berpotensi mengemisikan CO 2 dalam jumlah tertentu. Kampus Undip Tembalang memiliki luas lahan sebesar m 2 yang terbagi menjadi dua, yaitu luas lahan terbangun dan luas lahan tak terbangun. Luas lahan terbangun berfungsi untuk menunjang aktivitas perkuliahan yang berlangsung, sementara luas lahan tak terbangun dapat berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). RTH tersebut berupa luas lahan hijau yang mampu menyerap emisi CO 2 kendaraan bermotor yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang ada. Kota Semarang memiliki intensitas cahaya yang terbilang cukup besar. sekitar 139,923 W/m 2 per tahun (BMKG, 2015). Adiastari (2010) telah meneliti tentang kemampuan daya serap CO 2 yang diukur dari luas lahan hijau yang ada, de memperhitungkann intensitas cahaya per tahunnya. Namun pada penelitian tersebut pengukuran luas lahan hijau hanya dilakukan pada lima luas lahan terbesar, tidak memperhitungkan secara rinci lahan hijau per jalurnya. Kemudian, tidak dilakukan simulasi skenario agar luas lahan hijau mencapai kondisi yang ideal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar potensi emisi CO 2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang terdapat di Kampus Universitas Diponegoro (Undip) Tembalang. Perhitu kendaraan bermotor dilakukan de cara mengukur manual kendaraan yang melewati tiga pintu masuk utama Kampus Undip Tembalang. Serta mengetahui nilai daya serap tanaman berdasarkan luas lahan hijau yang ada pada masing-msaing ruas jalur. Sehingga dapat diketahui sisa emisi CO 2 yang tidak terserap oleh lahan hijau yang terdapat di Kampus Universitas Diponegoro Tembalang.. 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan selama 30 hari, yaitu mulai tanggal 1 Juni-30 Juni Lokasi penelitian adalah kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di jalur utama kampus Universitas Diponegoro, Tembalang. Titik lokasi penelitian tersaji pada gambar 1. 2 *) Penulis
3 emisi berbasis VKT (vehicle kilometer traveled). Perhitu emisi CO2 de metode Tier 2 dapat dihitung menggunakan persamaan: VKT j,line = Q ji. l l i Gambar1 Titik Lokasi Penelitian Ketera: a. Titik 1 berada di pintu masuk utama Kampus Universitas Diponegoro b. Titik 2 berada di pintu masuk samping yang terletak di dekat Fakultas Hukum dan Gedung Diploma Teknik. c. Titik 3 berada di pintu masuk belakang yang terletak di dekat Fakultas.Perikanan dan Kelautan serta Fakultas Kedokteran. Waktu penelitian disesuaikan de waktu aktivitas perkuliahan. Kemudian dipilih jadwal kuliah sebagai acuan waktu sampling. Jumlah sampel mata yang digunakan dalam metode sampling ini adalah 10 jadwal kuliah. Berdasarkan jadwal kuliah yang telah terkumpul, dilakukan pendataan waktu aktivitas kuliah dimulai, aktivitas kuliah berlangsung, waktu istirahat, dan aktivitas kuliah selesai. Setelah dilakukan pendataan, maka dapat ditentukan pada pukul berapa perhitu volume kendaraan dapat dilakukan. Melalui data jadwalkuliah yang telahterkumpul, makawaktu sampling dapatdilakukanpadapukul: a (mewakiliaktivitaskuliahmulai) b (mewakiliwaktukuliahberlangsung) c (mewakiliwaktuistirahat) d (mewakiliaktivitaskuliahselesai) Perhitu volume kendaraan dilakukan selama lima hari untuk mewakili hari aktif dalam waktu satu minggu.perhitu nilai emisi CO2 dilakukan de menggunakan metode Tier 2 yang mempertimbangkan faktor E cji = (VKT j,line. EF cj. ρ / E). 52 (2.1) Ketera: VKT j,line = VKT kategori kendaraan j pada ruas jalan i yang dihitung sebagai sumber garis (km/tahun) Q ji = volume kendaraan dalam kategori j padaa ruas jalan i (kendaraan/tahun) l i = panjang ruas jalan i (km) E cji = emisi pencemar c untuk kendaraan kategori j pada ruas jalan i EF cj = faktor emisi pencemar c untuk kendaraan kategori j ρ = densitas bahan bakar (kg/liter) E = ekonomi bahan bakar (km/liter) 52 = jumlah minggu dalam satu tahun Faktor emisi yang digunakan dalam metode Tier 2 mengacu padaa faktor emisi nasional yang tercantum dalam Peraturan Menteri Lingku Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah. Faktor emisi CO 2 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Faktor Emisi CO 2 (PermenLH no. 12 Tahun 2010) Kategori CO 2 (g/kgbbm) Sepeda Motor 3180 Mobil Penumpang (bensin) Mobil Penumpang (solar) Bus 3172 Truk *) Penulis
4 Perhitu emisi menggunakan densitas untuk mendapatkan massa emisi CO 2 dalam bentuk yang sesuai. Kemudian diperlukan juga data ekonomi bahan bakar untuk mengetahui penggunaan bahan bakar kendaaran tiap kilometer. Nilai densitas dan ekonomi bahan bakar yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2 dan 3. Tabel 2. Densitas Bahan Bakar (Kalghatgi, 2014) Densitas Kategori (kg/liter) Mobil (bensin) 0,7465 Mobil (solar) 0,8389 Tabel 3. Densitas Bahan Bakar (PermenLH No.12 Tahun 2010) Ekonomi Bahan Kategori Bakar (km/liter) Sedan 9,8 Van/minibus 8 Taksi 8,7 Angkot 7,5 Sepeda Motor 28 Reaksi pembakaran bahan bakar oleh kendaraan bermotor seperti berikut: C 8 H ,5O 2 8CO H 2 0 Potensi emisi CO 2 yang dihasilkan dari sektor kendaraan bermotor terbilang cukup besar dikarenakan hasil dari reaksi pembakaran sempurna berupa gas CO 2. Perhitu nilai total daya serap didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Adiastari (2010). Untuk menghitung laju serapan CO2 digunakan model hubu antara laju serapan de luas tanaman hijau menggunakann rumus matematika yang dikembangkan Pentury (2003). De rumus sebagai berikut: S = exp ( x I) (2.2) Ketera: S : Laju serapan CO 2 per satuan luas (µg/cm 2 /menit) I : Intensitas cahaya (watt/m 2 ) e : bila pokok logaritma natural : Koefisien intensitas cahaya : Konstanta penjumlahan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perhitu Emisi CO2 Pengambilan sampel perhitu volume kendaraan dilaksanakan selama lima hari, yaitu mulai tanggal Juni 2015 untuk mewakili hari aktif kegiatan perkuliahan dalam rentan waktu satu minggu. Jenis kendaraan yang diukur dalam pengukuran ini meliputi sepeda motor, mobil (bensin), mobil (solar), bus, dan truk. Grafik persentase komposisi volume kendaraan di kampus Undip Tembalang tersaji dalam gambar 2. Gambar 2Persentase Volume Kendaraan Tiap Kategori Hasil perhitu emisi CO 2 yang dilakukan selama lima hari kerja (11-17 Juni 2015) di kawasan Kampus Undip Tembalang dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 2. Emisi CO 2 Kendaraann Bermotor No Ruas Jalur Gerbang Utama Widya Puraya (1) Fakultas Hukum Widya Puraya (2) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - Teknik Mesin (3) Teknik Sipil Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (4) Teknik Arsitektur - Teknik PWK (5) Widya Puraya - Teknik Mesin (6) Widya Puraya - Fakultas Ekonomika dan Bisnis (7) Total *) Penulis
5 Tabel 2. Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Lanjutan) No. 8 9 Ruas Jalur F. Psikologi - F. Peternakan (8) Fakultas Kedokteran - Teknik Industri (9) Total Menurut tabel tersebut ruas jalur de nilai emisi CO 2 terbesar ialah jalur (1) de nilai emisi CO 2 sebesar ton/tahun. Hal ini dikarenakan jalur tersebut merupakan akses utama untuk keluar masuk Kampus Undip Tembalang. Sementara ruas jalur de nilai emisi CO 2 terkecil berada pada jalur (5) de ton/tahun, dimana jalur ini merupakan jalur yang tidak terlalu besar sehingga hanya dilalui kendaraan yang berasal dari jurusan teknik arsitektur, teknik PWK, teknik geologi, dan sebagian teknik sipil. Nilai emisi CO 2 tiap ruas jalur dapat dilihat pada grafik berikut.. EMISI CO2 (TON/TAHUN) Total Emisi CO RUAS JALUR Gambar 3 Nilai Total Emisi CO 2 Tiap Ruas Jalur 3.2 Perhitu Daya Serap CO2 Berdasarkan Luas Lahan Hijau Luas lahan hijau pada tiap-tiap jalur memiliki nilai daya serap yang berbeda tergantung dari besaran luas lahannya. Nilai daya serapco2dihitung de cara mengkalikan hasil laju serapan CO 2 per tahun de luas lahan hijau yang telah diukur de menggunakan Global Positioning System (GPS) Garmin 62S. Tabel 3.Hasil Perhitu CO 2 Serapan Per Menit Data S Intensitas Bulan (µg/cm²/ Cahaya menit) (watt/m 2 ) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Setelah laju serapan didapat kemudian dikonversi n per menit i menjadi laju serapan per tahun agar dapat diketahui nilai laju serapan tahunannya. Tabel 4. Hasil Perhitu Laju Serapan CO 2 Per Tahun (Lanjutan) S No. Bulan (µg/cm²/ menit) 1 Januari Februari Maret April Mei Juli Agustus September Oktober November S (µg/m²/tah un) 1.79 x x x x x x x x x x Desember x 10 9 Berdasarkan tabel 4 diatas daya serap terbesar terdapat pada bulan November de nilai 2,87 x Sementara 5 *) Penulis
6 dayaserap terkecil berada pada bulan Januari de bulan 1.79 x Perbandi Emisi CO 2 dan Total Daya Serap Per Ruas Jalur Hasil daya serap masing-masing ruas jalur yang telah dihitung dibandingkan de nilai emisii CO 2 yang sudah didapat. Perbandi emisi CO 2 de total daya serap masing-masing ruas jalur dapat dilihat padaa tabel 4 berikut. Tabel 4 Perbandi Nilai Emisi CO2 de Nilai Total Daya Serap Total Daya Total Emisi Serap Lahan Ruas CO2 Hijau Jalur (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Menurut tabel diatas terdapat beberapa ruas jalur yang emisii CO 2 -nya melebihi nilai daya serap. Yang pertama adalah ruas jalur (1). Ruas jalur ini merupakan ruas jalur utamaa Kampus Undip Tembalang dan mayoritas jumlah kendaraan yang masuk ke Kampus Undip Tembalang melalui jalur ini. Kemudian pada ruas jalur (4). Walaupun di depan bangunan FISIP sudah terdapat lahan hijau yang membentang panjang ternyata belum mampu untuk menyerap emisi CO 2 yang ada. Selanjutnya terdapat ruas jalur (5), dimana pada ruas jalur ini luas lahan hijau yang terdapat di pinggir jalan memang kurang besar. Sehingga kemampuan daya serap CO 2 yang ada belum mampu untuk menyerap emisi CO 2. Kemudian pada jalur (6). Sepanjang jalur (6) lahan hijau yang terdapat di pinggir jalan masih kurang optimal sehingga belum mampu menyerap CO 2 yang ada. Lalu pada ruas jalur (7), lahan hijau yang ada di pinggir jalan sepanjang ruas jalur ini juga masih belum optimal. Masih terdapat lahan kosong yang tidak tertutupi tanaman yang menyebabkan kemampuan daya serapnya belum mampu menyerap emisi CO 2 yang ada. Yang terakhir adalah ruas jalur (9). Lahan hijau yang terdapat di sepanjang ruas jalur ini terbilang masih sedikit. Gambar perbandi antara emisi CO 2 dan nilai daya serap CO 2 dapat dilihat pada grafik berikut. NILAI EMISI DAN DAYA SERAP CO2 Gambar 4 Perbandi Nilai Emisi CO 2 de Nilai Total Daya Serap Tiap Jalur 3.4 Simulasi Ruang Terbuka Hijau Simulasi Ruang Terbuka Hijau bertujuan untuk menciptakan kondisi ideal dimana sebagian besar luas lahan hijau yang terdapat di Kampus Undip Tembalang dapat menyerap emisi CO 2 yang berasal dari kendaraan bermotor. Skenario simulasi yang dilakukan ialah merubah besaran luas lahan hijau. Hasil nilai total daya serap simulasi luas lahan hijau dapat dilihatpada tabel berikut. Tabel 4 Perbandi Nilai Emisi CO2 de Nilai Total Daya Serap Lahan Simulasi Ruas Jalur Total Emisi CO2 Total Daya Serap Lahan Hijau Total Emisi CO2 (1) (2) (3) RUAS JALUR Total Daya Serap Luas Lahan Simulasi *) Penulis
7 Tabel 4 Perbandi Nilai Emisi CO2 de Nilai Total Daya Serap Lahan Simulasi (Lanjutan) Total Daya Serap Total Emisi Ruas Luas Lahan CO2 Jalur Simulasi (4) (5) (6) (7) (8) (9) Perbesaran luas lahan hijau tergantung kondisi lahan hijau yang ada pada masing-masing ruas jalur. Pada ruas jalur (4) penambahan pada masing-masing lahan hijau sebesar 65%. Sementara pada jalur (5) penambahan luas lahan hijau sebesar 20%. Kemudian pada ruas jalur (8) diperbesar sebanyak 30%, dan 150%. Lalu, pada ruas jalur (9) masing-masing luas lahan diperbesar sebanyak 40%. Pada ruas jalur (1), (2) tidak dilakukan perbesaran pada luas lahan hijaunya, dikarenakan kondisi yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan perbesaran. Kemudian pada ruas jalur (8) walaupun sudah dilakukan perbesaran namun lahan hijau yang ada belum mampu untuk menyerap emisi CO 2. Hal ini disebabkan pada ruas jalur tersebut lahan hijau tidak memungkinkan lagi untuk diperbesar luasannya. Grafik perbandi antara emisi CO 2 dan total daya serap luas lahan hijau simulasi dapat dilihat pada gambar berikut. NILAI TOTAL EMISI DAN TOTAL DAYA SERAP CO2 Total Emisi CO2 Total Daya Serap Luas Lahan Simulasi RUAS JALUR Gambar 4 Grafik Perbandi Nilai Emisi CO 2 de Total Daya Serap Luas Lahan Hijau Simulasi 3.5 Kontribusi Emisi CO2 Nilai kontribusi emisi CO 2 yang berasal dari kendaraan bermotor yang ada di Kampus Undip Tembalang terhadap emisi CO 2 secara global dapat dihitung. Nilai kontribusi tersebut biasanya dinyatakan dalam CO 2 equivalent atau CO 2 e. Menurut Kementeriann ESDM total emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia pada tahun 2000 sebesar 1.415,9 juta ton CO2 ekuivalen dan meningkat pada tahun 2005 menjadi sebesar 1.711,4 juta ton CO2 ekuivalen. Emisi CO 2 sektor kendaraan yang terdapat di Kampus Undip Tembalang adalah sebesar 739,378 ton/tahun. Menurut BPPT pada tahun 2011, emisi CO 2 Kota Semarang ialah sebesar 1,22 juta ton/tahun sehingga nilai kontribusi CO 2 Kampus Undip Tembalang terhadap Kota Semarang ialah sebesar 0,06%. Peningkatan CO 2 terus terjadi tiap tahunnya baik di Kota Semarang maupun di Kampus Undip Tembalang sehingga perlu diperhatikan emisi CO 2 agar pemanasan global tidak berdampak secara signifikan 4. KESIMPULAN Pada beberapa ruas jalur seperti pada jalur (2), (3), dan (7) emisi CO 2 kendaraan bermotor sudah mampu diserap oleh lahan hijau yang ada. Namun pada ruas jalur (1), (4), (5), (6), (8), dan (9) masih terdapat sisa emisi CO 2 pada masing-masing ruas jalur. Hal ini mengindikasikan bahwa secara keseluruhan emisi CO 2 belum mampu diserap oleh lahan hijau yang ada. Karena itu perlu dilakukan simulasi agar mencapai kondisi ideal, dimana sebagian besar lahan hijau pada tiap-tiap ruas jalur mampu menyerap emisi CO 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai emisi CO 2 antara lain jumlah kendaraan, kategori jenis kendaraan, dan densitas bahan bakar kendaraan. Sementara faktor yang mempengaruhi nilai total daya serap ialah luas lahan hijau yang berada pada pinggir dan median jalan masing-masing ruas jalur. 7 *) Penulis
8 5. SARAN Saran yang dapat diberikan sesuai de pembahasan diatas antaraa lain: 1. Perluasan luas lahan hijau yang berada di pinggir dan median jalan agar memudahkan kegiatan pengukuran daya serap.. 2. Menggunakan GPS de ketelitian hingga milimeter agar data luas lahan hijau semakin akurat DAFTAR PUSTAKA Adiastari, R. (2010). Kajian Mengenai Kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Menyerap Emisi Karbon di Kota Surabaya. Skripsi. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh November IPCC. (1996). Greenhouse Gas Inventory Reference Manual. United Kingdom: IPCC WGI Technical Support Unit Zuberi, M. J. S,(2015). Greenhouse Effect Reduction by Recovering Energy From Waste Landfills in Pakistan. Renewable and Sustainable Reviews 44 page Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral. (2013). GRK FINAL Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi. Kementerian Lingku Hidup. (2013). Pedoman Teknis Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di Perkotaan. Jakarta: Asdep Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingku Kementerian Lingku Hidup Pencemaran Udara di Daerah. Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum. (2008).Peraturan Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta Utaminingsih, Widya.(2012). Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Penerapan Irigasi INTERMITTENT Di Lahan Sawah Beririgasi. Jurnal Irigasi v Vol.7, No.2, Oktober Lindzen, Richard S. dan Kerry A. E. (2000). Greenhouse Effect: A Scientific Analysis. Massachusetts: Massachusetts Institute of Technology Kementerian Lingku Hidup.. (2010) Peraturan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian 8 *) Penulis
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM
INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,
Lebih terperinciMuhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)
ANALISIS KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA GREEN LINE STREET CAPABILITY
Lebih terperinciTersedia online di:
KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENYERAP EMISI CO 2 KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN KEMAMPUAN SERAPAN CO 2 PADA TANAMAN (STUDI KASUS: KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO, TEMBALANG) Ellen Putri Edita* ) Irawan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)
D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan
Lebih terperinciPREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI
PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI Disusun Oleh Inti Pramitha Nolasari 3305.100.047 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPrediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)
Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3) Dosen Teknik Lingkungan
Lebih terperinciANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)
ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA) Lydia Novitriana 1), Dewi Handayani 2),,Muh Hasbi 3) 1) Pengajar Teknik Sipil,
Lebih terperinciEVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU
EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinci5. HASIL DAN PEMBAHASAN
27 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Emisi Karbondioksida (CO 2 ) yang Dikeluarkan Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2010 Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor dapat diketahui dengan cara terlebih dahulu
Lebih terperinciPRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN
PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin
Lebih terperinciPRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN
PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun
Lebih terperinciKajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,
Lebih terperinciAnalisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur
Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1, *, Burhan Fazzry 1 1 Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. * E-mail
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)
Lebih terperinciRencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi tantangan terbesar bagi kemanusiaan, ilmu pengetahuan, dan politik di abad ke-21. Kegiatan manusia menambah konsentrasi gas rumah kaca
Lebih terperinciBAB V Hasil dan Pembahasan
43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan
Lebih terperinciAnalisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur
Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur Agung Nugroho 1 *, Burhan Fazzry 2 1. Universitas Gajayana, Jl. Mertojoyo, Blok L, Merjosari, Malang. 2. Universitas
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG Gianina Qurrata Dinora 1), Joni Hermana 1 dan Rahmat Boedisantoso 1 1) Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun
Lebih terperinciPersebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-11 Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian
Lebih terperinciPENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI
PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Aryo Sasmita Teknik Lingkungan, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam,
Lebih terperinciStudi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru
Studi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Pesisir Kota Pekanbaru Okthasia Indra 1), Aryo Sasmita 2), Jecky Asmura 2) 1) Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan, 2) Dosen Teknik Lingkungan
Lebih terperinciKAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA
KAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA Oleh: Ratri Adiastari 3306 100 069 Dosen Pembimbing: Susi Agustina Wilujeng,ST.,MT Latar Belakang Semakin menurunnya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG
Pengembangan Transportasi Perkotaan yang Rendah Karbon: Perbandingan Kasus Kota Jakarta, Yogyakarta dan Semarang, (Agus Sugiyono, M.S. Boedoyo, M. Muchlis, Erwin Siregar dan Suryani) PENGEMBANGAN TRANSPORTASI
Lebih terperinciDisusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.
PERUMUSAN SKENARIO KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DI SURABAYA BERDASARKAN EVALUASI DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN LINGKUNGAN : SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Disusun Oleh Arini Ekaputri
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu tempat yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan manusia. Saat ini kota menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pemukiman.
Lebih terperinciSTUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan saat ini semakin meningkat. Salah satu masalah lingkungan global yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya pulau bahang kota (urban heat island)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan
Lebih terperinciTersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)
KAJIAN PREDIKSI BEBAN EMISI PENCEMAR UDARA (TSP, NOx, SO 2, HC, dan CO ) DAN GAS RUMAH KACA (CO 2, CH 4, dan N 2 O ) SEKTOR TRANSPORTASI DARAT DI KOTA SURAKARTA DENGAN METODE TOP DOWN DAN BOTTOM UP Ana
Lebih terperinciGREEN TRANSPORTATION
GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil
Lebih terperinciESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR
ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciTESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung
No : 390/S2-TL/TML/2008 INVENTORI EMISI GAS RUMAH KACA (CO 2 DAN CH 4 ) DARI SEKTOR TRANSPORTASI DENGAN PENDEKATAN JARAK TEMPUH KENDARAAN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR DALAM UPAYA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA
Lebih terperinciOleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D
PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK (RTH) UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG Oleh Yuliana Suryani 3310100088
Lebih terperinciPAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI
Mata Kuliah Biometrika Hutan PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Disusun oleh: Kelompok 6 Sonya Dyah Kusuma D. E14090029 Yuri
Lebih terperinciEMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT
EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT Yudi Sekaryadi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung Tlp. 022-4202351,
Lebih terperinciTINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA
SKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA Oleh : BOVI RAHADIYAN ADITA CRISTINA 07502010028 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciENERGY AND CLIMATE CHANGE 2016
ENERGY AND CLIMATE CHANGE 2016 POINT 200 Energy efficient appliances usage are replacing conventional appliances [3] 20% -40% Penggunaan lampu LED, kran otomatis dan ac hemat energi mencapai 20%-40%, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).
Lebih terperinciElaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)
PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO, NO₂, DAN SO₂ PADA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN KARANGREJO
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada awal bulan Mei 2008 hingga bulan Nopember 2008. Lokasi penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciPERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG
PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG 1) Akhmad Faruq Hamdani; 2) Nelya Eka Susanti 1) 2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) a.faruqhamdani@unikama.ac.id;
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya
PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciPerubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara
Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan
Lebih terperinciKusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)
dan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan ISSN Emisi 1978-5283 Co 2 Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) HUBUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR, ODOMETER KENDARAAN DAN TAHUN PEMBUATAN KENDARAAN DENGAN
Lebih terperinciTersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
UJI COBA ESTIMASI EMISI KENDARAAN BERMOTOR YANG BEROPERASI DI KOTA SEMARANG BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KENDARAAN DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP Rengga Pramadyaksa Bachtera *), Haryono Setiyo Huboyo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)
PEMANASAN GLOBAL Efek Rumah Kaca (Green House Effect) EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi
Lebih terperinciNeny Fidayanti Universitas Palangkaraya ABSTRACT
ANALISIS SERAPAN KARBONDIOKSIDA BERDASARKAN TUTUPAN LAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA (Analysis of Carbon dioxide s Absorption Based on Land Cover in Palangka Raya) Neny Fidayanti Universitas Palangkaraya e-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan dari pembangunan yang menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂).
Lebih terperinciTIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan
Materi #10 Pengertian 2 Global warming atau pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global permukaan bumi telah 0,74 ± 0,18 C (1,33 ±
Lebih terperinciBEBAN EMISI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA YOGYAKARTA
BEBAN EMISI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA YOGYAKARTA Sa duddin Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM Kemuning M-3 Sekip Sleman Yogyakarta 55281 Telp: (0274) 556928, 563984, 6491075 saduddin@ugm.ac.id
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG
ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
Lebih terperinciKAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA
KAJIAN MENGENAI KEMAMPUAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DALAM MENYERAP EMISI KARBON DI KOTA SURABAYA THE STUDY OF GREEN OPEN SPACE ABILITY TO ADSORB THE CARBON EMISSIONS IN SURABAYA CITY Ratri Adiastari 1),
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian membantu
Lebih terperinciStudi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini
Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur Oleh: Fitri Arini 3306 100 073 Latar Belakang Masalah Surabaya sebagai kota metropolitan, dagang dan jasa Perkembangan
Lebih terperinciPerubahan iklim dunia: apa dan bagaimana?
Perubahan iklim dunia: apa dan bagaimana? Oleh : Imam Hambali Pusat Kajian Kemitraan & Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan Pada awal Februari 2007 yang lalu Intergovernmental Panel on Climate
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009
INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Sumber emisi yang diperhitungkan pada penelitian ini adalah sumber emisi bergerak di jalan (on road). Untuk keperluan analisis emisi, wilayah kota Denpasar
Lebih terperinciSTUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR
STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN TIMUR CONTRIBUTION STUDY OF TRANSPORTATION ACTIVITIES TOWARD CARBON EMISSION IN EASTERN PART OF SURABAYA Fitri Arini 1),
Lebih terperinciAnalisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi)
Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi) Vandri Ahmad Isnaini 1, Indrawata Wardhana 2, Rahmi Putri
Lebih terperinciPEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya
PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)
Lebih terperinciPENGARUH PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN BEBAN PENCEMAR CO DAN NO 2
68 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PENGARUH PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN BEBAN PENCEMAR CO DAN NO 2 Indria dan Munawar Ali Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciKampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya Abstrak
SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012 Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Privat Permukiman Dalam Menyerap CO 2 dan Memenuhi Kebutuhan O 2 Manusia di Surabaya Utara (Studi Kasus:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota
Lebih terperinciD4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.
D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. 1 Pokok bahasan meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi
Lebih terperinciTersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 2 (2017)
ANALISIS NILAI EMISI DAN PERSEBARAN SUMBER GAS RUMAH KACA BERDASARKAN JEJAK KARBON DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Eka Putra Aditia *), Irawan Wisnu W **), Purwono **) Departemen Teknik Lingkungan
Lebih terperinciKORELASI EMISI KENDARAAN DENGAN BIAYA PENYELENGGARAAN JALAN
KORELASI EMISI KENDARAAN DENGAN BIAYA PENYELENGGARAAN JALAN Yudi Sekaryadi Program Doktor Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung 40117 Tlp. 022-4202351 yudi_see@yahoo.com
Lebih terperinciFENOMENA GAS RUMAH KACA
FENOMENA GAS RUMAH KACA Oleh : Martono *) Abstrak Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan
Lebih terperincinegatif, salah satunya yaitu bertambahnya gas-gas pencemar di atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung
PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA- ENAROTALI PREDICTION OF THE UNABSORBED CARBON BY TREES AS AN EFFECT
Lebih terperinciini adalah grafik hasil emisi gas buang pada motor bakar
PENGARUH JARAK TEMPUH DAN KONDISI TOPOGRAFI JALAN YANG DILEWATI KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT TERHADAP KONSENTRASI EMISI HIDROKARBON (HC) DAN KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) (Studi Kasus : Mobil Dinas Camat di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu pandangan yang mencoba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu perubahan iklim, banyak orang yang sepakat bahwa dampak yang ditimbulkan akan menjadi sangat serius apabila tidak diantisipasi, namun pada kenyataannya
Lebih terperinciPERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP
PERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP *Noviyanto Rahmat Zulem 1, MSK. Tony Suryo Utomo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciEfisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon
Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon Oleh: Nicolaus Kanaf 3306 100 081 Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Page 1 Latar Belakang Jumlah kendaraan di Indonesia yang tinggi, berdasarkan
Lebih terperinciTersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)
PENGATURAN MANAJEMEN WAKTU AREA TRAFFIC CONTROL SYSTEM (ATCS) DALAM RANGKA PENGURANGAN EMISI PENCEMAR UDARA KENDARAAN BERMOTOR DI BEBERAPA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG Irwanti *), Budi Prasetyo Samadikun
Lebih terperinciseribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Global Warming Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 C (1.33 ± 0.32 F)
Lebih terperinciPRAKTEK GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KOMUNITAS PENGGUNA SEPEDA, KRL, DAN TRANSJAKARTA DI METROPOLITAN JAKARTA TUGAS AKHIR
PRAKTEK GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KOMUNITAS PENGGUNA SEPEDA, KRL, DAN TRANSJAKARTA DI METROPOLITAN JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YULIA WIDIASTUTI L2D 005 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciINVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR
INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik sumber energi yang terbarukan (renewable erergy) ataupun tidak terbarukan (unrenewable energy). Pemenuhan
Lebih terperinciWisnu Wisi N. Abdu Fadli Assomadi, S.Si., M.T.
PEMODELAN DISPERSI SULFUR DIOKSIDA (SO ) DARI SUMBER GARIS MAJEMUK (MULTIPLE LINE SOURCES) DENGAN MODIFIKASI MODEL GAUSS DI KAWASAN SURABAYA SELATAN Oleh: Wisnu Wisi N. 3308100050 Dosen Pembimbing: Abdu
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR Qorry Nugrahayu 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3)
Lebih terperinci