BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Belajar Dalam praktek pembelajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajarpun cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan cocok untuk situasi tertentu. Robert M. Gagne mencoba melihat berbagai macam teori belajar dalam satu kebulatan yang saling melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe itu bertingkat ada hierarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar. Artinya dalam mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Ke delapan tipe itu adalah (Hakiim, 2009:40-42): (1) belajar isyarat (signal learning) belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara, lambaian tangan isyarat untuk datang mendekat, menutup mulut dengan telunjuk dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respon yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Kimble (1961) bentuk belajar semacam itu biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respon diberikan secara tidak sadar, (2) belajar stimulus-respon (stimulus respons learning) berbeda dengan belajar isyarat S-R, respons bersifat spesifik 2x3=6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. jadi bhelajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respon, (3) belajar rangkaian (chaining) rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak ibu, (4) asosiasi verbal (verbal assosiation) 1

2 suatu kalimat unsur itu berbangunlimas adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau assoosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain, (5) belajar diskriminasi (discrimination learning) tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang atau tumbuh-tumbuhan, (6) belajar konsep (concept learning) konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas). Seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, dan ikan. Dapat pula digolongkan manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadio jika orang dapat melakukan diskriminasi, (7) belajar aturan (rule learning) hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 180. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya, (8) belajar pemecahan masalah (problem solving learning) memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini memerlukan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tibatiba (insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri yang penyelesaiannya ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain. Kedelapan tipe sebagaimana diuraikan di atas itu ada hierarkinya. Setiap tipe belajar di atasnya. Sebaliknya tiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada 2

3 tipe belajar pada tingkat di bawahnya. Untuk belajar memecahkan masalah misalnya perlu dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu. Agar dikuasai konsep perlu kemampuan membuat pembedaan dan agar dapat membuat pembedaan perlu dikuasai verbal chain, dan seterusnya. Biasanya dalam pembelajaran di sekolah hanya sampai pada tingkat konsep. Namun adakalanya kita harus menggunakan taraf belajar lebih rendah lagi. Agar belajar dapat mencapai taraf lebih tinggi diperlukan kemampuan guru dalam menerapkan prinsip sebagaimana diuraikan sebelumnya Pembelajaran Prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah (Hakiim, 2009:75-76): (1) pembelajaran harus berdasarkan pengalaman yang dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari materi pembelajaran yang akan diajarkan oleh karena itu tingkat kemampuan siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui diantaranya dengan melakukan pre tes. Hal ini sangat penting agar proses pembelajaran dapat efektif dan efisien, (2) pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Materi-materi pemelajaran yang berkaitan dengan segi-segi kehidupan yang bersifat praktis pada umumnya dapat menarik minat siswa untuk mempelajari. Dengan mempelajari materi pembelajaran yang dikaitkan dengan hal itu perhatian yang bersifat khusus akan muncul, karena bisa jadi, materi pembelajaran yang sama, namun dikaitkan dengan kehidupan praktis, akan memunculkan keterkaitan dengan segi-segi tertentu yang sangat beragam. Dari keragaman ini setiap siswa akan menaruh perhatian khusus pada segi-segi tertentu dari kaitan-kaitan itu. Dengan demikian diharapkan minat untuk mempelajarinya akan meningkat. Dengan mangaitkan setiap materi pembelajaran dengan situasi kehidupan yang bersifat praktis, dapat memunculkan arti materi pembelajaran itu berarti atau bermakna, muncul rasa ingin mengetahui atau ingin memilliki.munculnya keinginan itu dapat meningkatakan minat untuk mempelajari, (3) mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Ada perbedaan 3

4 individual dalam kesanggupan belajar.setiap individu mempunyai kemampuan potensial (seperti bakat dan intelegansi) yang berbeda yang satu dengan yang lainnya. Apa yang dapat dipelajari seseorang secara cepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa, (4) kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasiti (kemampuan petensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Jika siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya jika tidak siap., tidak akan diperoleh dengan baik, oleh karena itu pembelajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai kesiapan, (5) tujuan pembelajaran harus diketahui oleh siswa. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang akan diperoleh setelah proses pembelajaran. Jika tujuan diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mengajar mudah diketahui, maka tujuan harus dirumuskan secara khusus, (6) mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar. Para ahli psikolog merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu mengajar harus mempersiapkan materi pembelajaran yang bersifat gradual seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu: dari sederhana kepada yang kompleks (rumit), kongkrit kepada yang abstrak. Untuk (general) kepada yang kompleks, dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak), induksi kepada deduksi atau sebaliknya, dan sering menggunakan reinforcement (penguatan) Hasil Belajar Menurut Sudjana dalam (Hakiim, 2009:20): hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia meneraima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar berkaitan dengan tujuan penilaian untuk belajar. CEA (2003) menyajikan tujuan penilaian untuk belajar untuk: (1) memberikan wawasan tentang belajarr siswa kepada guru dan siswa, (2) meningkatkan kesuksesan untuk semua, (3) membantu proses penetapan tujuan, (4) memungkinkan refleksi secara kontinu terhadap apa yang siswa ketahui 4

5 sekarang dan apa yang mereka butuhkan untuk diketahui berikutnya, (5) mengukur apa yang dinbilai, (6) mempromosikan intervensi secara cepat dan menghubungkan dengahn penetapan tujuan pembelajaran dan, (6) meningkatkan standar yang diperoleh siswa pada edges of capabilyty. Sehubungan dengan tujuan yang dikemukakan di atas, kesuksesan dalam memiliki wawasan dan kemampuan yang memadai tentang pembelajaran, misalnya perencanaan, penetapan tujuan pembelajaran, dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang diperoleh dalam penilaian, sehingga siswa termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan belajarnya. Kemudian penilaian untuk belajar juga memberikan wawasan tentang pembelajaran kepada siswa, bahwa semua siswa memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam belajar. Untuk merealisasikannya tujuan yang telah dikemukakan di atas, Assesment Reform Group (2002) memberikan sepuluh prinsip utama dalam penilaian untuk belajar yaitu: (1) harus menjadi bagian dari perencanaan mengajar dan belajar yang efektif, (2) harus memusatkan bagaimana kegiatan siswa belajar, (3) harus dikenali sebagai pusat praktek di kelas,, (4) harus diketahui sebagai kunci kemampuan profesional guru, (5) harus peka dan bersifat membangun karena penilaian akan berlangsung dan berdampak pada aspek emosional, (6) harus memperhitungkan arti penting motivasi belajar siswa, (7) harus menyampaikan komitmen tujuan belajar dan membagi pemahaman tentang kriteria penilaian, (8) siswa menerima bimbingan bersifat membangun tentang bagaimana cara menjadi lebih baik, (9) pengembangan kemampuan siswa untuk penilaian pribadi sehingga mereka dapat merefleksi dan menata diri sendiri, (10) harus mengetahui keseluruhan kemampuan yang perlu diperoleh siswa. Hasil belajar yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif yang diukur dengan hasil tes, berupa nilai Pendekatan Model Snowball Throwing Metode snowball throwing adalah salah satu metode pembelajaran aktif dengan permainan yang disukai anak-anak. Sintak dari metode snowball throwing ini adalah informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap 5

6 kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi (modul model pembelajaran UKSW, 2012:12). Adapun metode snowball throwing yang akan digunakan dalam penelitian langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Suprijono, 2011:128): 1. guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2. guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya, 4. kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, 5. kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama +15 menit, 6. setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 7. refleksi, dengan melakukan tanyajawab materi pembelajaran dan memberi kesempatan siswa yang belum jelas untuk bertanya 8. evaluasi, siswa mengerjakan pos tes 9. penutup, guru memberikan tindak lanjut, dengan memberikan tugas siswa di rumah (TR) berupa perbaikan bagi siswa yang tidak tuntas belajar yaitu yang nilainya di bawah KKM dan pengayaan bagi siswa yang tuntas belajar yaitu siswa dengan nilai di atas KKM 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Menurut Hidayati, (2012), yang meneliti menggunakan metode snowball throwing hasil belajar IPA dalam mengenal berbagai bentuk benda dan kegunaannya bagi siswa kelas II SD Negeri 4 Loram Kulon Semester I Tahun 2011/2012. Siklus I 71%, siklus II 94%. 6

7 2.3 Kerangka Berpikir Pola pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama ini hanya mengandalkan salah satu metode yang dianggap paling sesuai dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah dan jarang menggunakan alat peraga sebagai media belajar. Penggunaan media cukup merepotkan guru dan banyak menyita waktu pelaksanaan pembelajaran. Siswa cenderung banyak bermain dan susah untuk dikendalikan. Sehingga hasil belajar secara maksimal sangat sulit untuk dicapai. Dengan kondisi sekolah yang serba minim, kemampuan gurupun sangat terbatas. Latar belakang orang tua siswa secara umum menyekolahkan anaknya berarti menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada sekolah yang artinya orang tua seolah telah merasa lepas tanggung jawab untuk ikut mengawasi putra putrinya di rumah dalam belajar. Kurang partisipasinya orang tua berarti hanya memberi peluang siswa banyak bermain di rumah, dan sekolah seharian cukup membuat siswa jenuh dan melelahkan, sehingga siswa jarang belajar setiap malam, mau belajar kalau ada pekerjaan rumah saja, inipun bagi siswa yang orang tuanya sadar akan pendidikan anaknya. Masalah dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa Kelas III SDN 4 Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, peneliti merasa masih ada kekurangan dalam pembelajaran IPA. Kekurangan dalam pembelajaran IPA ini terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa sebesar 32% (hanya 6 siswa) yang tuntas, sedangkan yang 13 siswa belum tuntas dengan rata-rata sebesar 59, di bawah KKM IPA yaitu sebesar 70. Masalah yang peneliti tangani hanya yang berkaitan dengan tekhnik pembelajaran dan rendahnya hasil belajar siswa. Atau kesalahan pola pembelajaran guru, karena hal ini berkaitan langsung dengan tugas profesional sebagai guru kelas. Metode snowball throwing adalah salah satu metode pembelajaran aktif dengan permainan yang disukai anak-anak. Sintak dari metode snowball throwing ini adalah informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi. Berdasarkan kenyataan di atas maka diduga metode snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III pada SDN 4 Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/

8 2.4 Hipotesis Tindakan Penerapan metode snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas III SDN 4 Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/

Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran

Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran - Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah

Lebih terperinci

Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne

Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne A. Pendahuluan Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 28 April 2002), Gagne lahir diandover Utara, Massachusetts. Ia mendapatkan gelar Ph.D dari Universitas Brown pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2012. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Depdiknas (2006:417) Mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran kosa kata atau vocabulary memegang peranan sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pengajaran kosa kata diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO Aan Setiawati, S.Pd. SD NIP. 196705041991032006 ABSTRAK Penelitian ini merupakan Penelitian

Lebih terperinci

Malfreth Adi Lobo Agustina Yansip Kushardjono

Malfreth Adi Lobo Agustina Yansip Kushardjono Malfreth Adi Lobo 702011080 Agustina Yansip 702011149 Kushardjono 702012608 Tugas 4 : Identifikasi Awal Sikap dan Karakter Siswa Pengalaman belajar merupakan proses yang dinamis dan kompleks dalam keseharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SDN 1 Krobokan Kecamatan Juwangi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu 153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball throwing menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI SNOWBALL THROWING DENGAN PETA KONSEP DALAM UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA (PTK Pada Siswa Kelas VII semester II SMP Negeri 2 Trucuk, Klaten) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 8 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pemahaman BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kata pemahaman berasal dari kata "paham" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri Dukuh 02 Salatiga. Penelitian ini rancang dengan menggunakan tahap-tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD 101771 TEMBUNG KABUPATEN DELI SERDANG Nurlaili Pulungan Surel: sdnmedanestate@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

Konsep dan Makna Belajar

Konsep dan Makna Belajar Konsep dan Makna Belajar 1. Konsep Belajar. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan RPP. Pembelajaran dalam dua siklus,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan RPP. Pembelajaran dalam dua siklus, 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan RPP. Pembelajaran dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Tiap pertemuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PAI MATERI PUASA MELALUI STRATEGI LEARNING TOURNAMENT

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PAI MATERI PUASA MELALUI STRATEGI LEARNING TOURNAMENT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PAI MATERI PUASA MELALUI STRATEGI LEARNING TOURNAMENT Ainun Fajeriati Sekolah Dasar Negeri Mabu un Murung Pudak Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan yang paling tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang telah dilaksanakan pada siklus I sampai dengan siklus II. Setelah penyajian hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 5 SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas 5 sebanyak 19 terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Semester

Lebih terperinci

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN TEORI TEORI BELAJAR Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN

MAKALAH DASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN MAKALAH DASAR-DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA OLEH : KELOMPOK I 1. CHATRA YUDHA 2. HARDIANTI IBRAHIM 3. DEBY SURYANI M 4. ELVIANA WAHYUNI 5. DESI MUSDALIFA RAHMA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa, BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa, guru bukan hanya sekadar mengajar melainkan mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan semakin mendapat sorotan yang tajam dari berbagai pihak seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dikarenakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS 32 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kondusif agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kondusif agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berperan sangat penting karena proses belajar mengajar sengaja diciptakan untuk kepentingan siswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat bisa mengerti hal-hal yang sebelumnya belum dimengerti itu juga

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat bisa mengerti hal-hal yang sebelumnya belum dimengerti itu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan masyarakat. 1 Masyarakat bisa mengerti hal-hal

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SD NEGERI 2 DANGURAN KLATEN SELATAN TAHUN 2013/2014

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SD NEGERI 2 DANGURAN KLATEN SELATAN TAHUN 2013/2014 PENERAPAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SD NEGERI 2 DANGURAN KLATEN SELATAN TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Selain itu Hilgard dan Bower dalam buku Theories of Learning

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Selain itu Hilgard dan Bower dalam buku Theories of Learning BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Belajar Peserta didik 1. Pengertian Hasil Belajar Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun: NITA ANGGRAENI HARDININGTIAS A54E111017 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Kegiatan penelitian bertempat di SD Negeri Jebeng Plampitan yang terletak di Jl. Gunung Karang Desa Jebeng Plampitan Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan 35 III. METODE PEELITIA A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Tindakan akan dilakukan didalam kelas dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

Yessi Malisa 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Yessi Malisa 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASALAH SOSIAL DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Yessi Malisa 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaiaan matematika. Menurut Jihad (2012), ada tiga aspek penilaian matematika

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING Ngatini, Bambang Priyo Darminto, Erni Puji Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan di SD N 02 Karangrejo Selomerto Wonosobo pada kelas IV mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui interview

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartati (2006: 34)

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartati (2006: 34) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi manusia untuk menjalin hubungan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hartati (2006: 34) bahasa adalah simbol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan generasi anak bangsa yang potensial dan bermutu. Salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah kegiatan menjadi kurang berarti apabila tujuan yang telah direncanakan sebelumnya tidak terlaksana. Terlaksananya sebuah tujuan tentu memerlukan upaya yang sungguh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap nilai belajar matematika siswa. Nilai belajar siswa didapatkan dari salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan 01 semester II tahun pelajaran 2015/2016, yaitu sebuah

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG STUDI KOMPARATIF MODEL PEMBELAJARAN CTL DAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI UNGARAN MATERI POKOK LINGKARAN SKRIPSI Disajikan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.4. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas IV SDN Salatiga 01 dengan jumlah 51 siswa pada mata pelajaran Matematika pokok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Di SD Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman (Darsono, dkk, 2000:4). Pembelajaran adalah suatu kegiatan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS V SD LAMREH KECAMATAN RAYA

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS V SD LAMREH KECAMATAN RAYA PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS V SD LAMREH KECAMATAN RAYA 1 Roslina, 2 Sri Setiawati, 3 Nur Ainun 1,3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Serambi Mekkah Banda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

Drs. H. Nawawi, M. Si

Drs. H. Nawawi, M. Si MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KONSEP PEMBAGIAN DAN PERKALIAN MELALUI PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS II SDN CAKUNG BARAT 03 PAGI JAKARTA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 Drs.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 2, no 1 April 2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI TEKNIK PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DAN PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah faktor utama dalam membentuk kepribadian manusia dan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu : a. Membuka pelajaran Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen, mengatur

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI I PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI MELALUI MODEL KOOPERATIF SNOWBALL THROWING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI I PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI MELALUI MODEL KOOPERATIF SNOWBALL THROWING PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI I PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI MELALUI MODEL KOOPERATIF SNOWBALL THROWING Iyailisa dan Sri Inah Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang, Surabaya

Lebih terperinci

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta. UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KASIHAN Reny Tri Setia Ningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh adalah berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dan pengamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan oleh semua anak karena sebagai syarat untuk memperoleh partisipasi dan meningkatkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DI KELAS V SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DI KELAS V SD MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DI KELAS V SD NIZMI PUTRI Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ABSTRAK Masalah yang diteliti dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini sangat diperlukan guru yang kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya diperlukan sumber belajar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi, yaitu melalui meningkatkan produktivitas tenaga kerja terdidik. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Mengingat peranan matematika yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang memegang peran signifikan untuk mengembangkan kebudayaan adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 2 PANGENJURUTENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 2 PANGENJURUTENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 2 PANGENJURUTENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014 Oleh: Swara Alam Syah 1, Triyono 2, Harun Setyo Budi 3 PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar Matematika bagi sebagian siswa adalah hal yang sangat menyenangkan, dan bagi sebagian siswa lain merupakan hal yang menjemukan bahkan menakutkan. Bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Konsepkonsep pada matematika menjadi kesatuan yang bulat dan berkesinambungan. Untuk itu dalam proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Menulis Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian dari pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II. Berikut ini akan diuraikan tentang perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pemebelajaran. (http://id.wikipedia.0rg/wiki/pembelajaran).

BAB II KAJIAN TEORI. sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pemebelajaran. (http://id.wikipedia.0rg/wiki/pembelajaran). BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kelas 3 sebagai

Lebih terperinci