TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN Bogor, 30 April 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN Bogor, 30 April 2013"

Transkripsi

1

2 ISBN PROSIDING EKSPOSE HASIL PENELITIAN PUSAT LITBANG KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN Tema: TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN Bogor, 30 April 2013 Penyunting: Prof. (Ris) Ir. Dulsalam, M.M. Prof. (Ris) Dr. Gustan Pari, M.Si. Prof. (Ris) Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. Dr. Drs. Djarwanto, M.Si. Dr. Krisdianto, S.Hut, M.Sc. Diterbitkan oleh: PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor Telp/Fax: (0251) /(0251) Website: (

3 PROSIDING EKSPOSE HASIL PENELITIAN PUSAT LITBANG KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN TEMA: TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN Penyunting: Prof. (Ris) Ir. Dulsalam, M.M. Prof. (Ris) Dr. Gustan Pari, M.Si. Prof. (Ris) Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. Dr. Drs. Djarwanto, M.Si. Dr. Krisdianto, S.Hut., M.Sc. Redaksi Pelaksana: Ir. Syarif Hidayat, M.Sc. Ayit T. Hidayat, S.Hut. T, M.Sc. Drs. Juli Jajuli Deden Nurhayadi, S.Hut. Sophia Pujiastuti Copyright Pustekolah 2014 Desain Sampul: Deden Nurhayadi Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor Telp. (0251) , Fax. (0251) Website: info@pustekolah.org/publikasi@pustekolah.org Cetakan Pertama: November 2014 Dicetak oleh: Percetakan PT Penerbit IPB Press Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit ISBN:

4 KATA PENGANTAR Dewasa ini kebutuhan akan kayu untuk industri maupun perumahan terus meningkat, sedangkan ketersediaan jenis pohon yang biasa digunakan semakin menurun, sehingga pihak industri mulai menggunakan beberapa jenis kayu alternatif. Penggunaan jenis kayu alternatif secara tepat guna dan memenuhi persyaratan baku mutu sangat diperlukan untuk mempertahankan kualitas dan efisiensi pemanfaatan kayu. Di sisi lain hutan kita masih memiliki potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK), seperti: rotan, bambu, getah, minyak nabati dan sebagainya yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan informasi IPTEK pemanfaatan HHBK dimaksud masih dirasakan kurang. (PUSTEKOLAH) berupaya untuk dapat menyajikan informasi IPTEK yang dihasilkan melalui ekspose hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat luas, dengan maksud agar IPTEK yang dihasilkan dapat diketahui masyarakat (stakeholders) sekaligus mendapatkan masukan untuk perbaikan pelaksanaan penelitian dan pengembangan ke depannya. Prosiding ini memuat informasi yang dikumpulkan selama masa persidangan (ekspose) berlangsung yang bertema Teknologi Peningkatan Nilai Tambah Hasil Hutan, dengan harapan agar prosiding ini menjadi wahana penyebaran informasi IPTEK hasil litbang yang lebih luas jangkauannya dan memungkinkan lebih banyak pengguna menerima dan menyerap informasi IPTEK. Demikian, semoga prosiding ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2014 Kepala Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Dr. Ir. Rufi ie, M.Sc. NIP

5

6 SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN pada Pembukaan Ekpose Hasil Penelitian Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, 30 April 2013 Yang terhormat, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Para Profesor Riset dan Koordinator RPI Para Dekan Fakultas Kehutanan Pimpinan Perusahaan BUMN dan BUMS Ketua Lembaga dan Asosiasi Para Direktur, Kepala Pusat, Kepala Dinas, Kepala Balai/UPT Para Sesepuh Badan Litbang Kehutanan Para undangan sekalian yang berbahagia Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Masa Kuasa karena atas perkenan-nya, kita bisa berkumpul bersama di tempat ini untuk bersama-sama mengikuti acara Ekspose Hasil Penelitian Pustekolah dan semoga kita mendapat keridhoan-nya.

7 Hadirin yang saya hormati, IPTEK Peningkatan Nilai Tambah Hasil Hutan. Jika membicarakan tentang pengusahaan hasil hutan yang baik, kita tentu dapat membayangkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Namun membicarakan hasil hutan apa pun, pertama kita harus berpijak pada prinsip sustainability. Ini adalah prinsip yang tidak bisa ditawar. Kuncinya tentu bahwa eksploitasi tidak melebihi resources-nya, peremajaan yang seimbang dengan sistem eksploitasi, dan teknik pemanenan yang tepat. Kemudian, kita menginginkan produktivitas yang tinggi (high productivity). Produktivitas tinggi dimulai dari jenis pohon yang unggul, silvikultur yang tepat, dan stimulasi produktivitas dapat diterapkan. Hadirin yang berbahagia, Bergerak ke hilir, hasil hutan kita harus diolah menjadi high value commodity. Produk hasil hutan kita harus diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Sesungguhnya ini adalah tantangan terbesar para peneliti yang menekuni penelitiannya dalam bidang pengolahan hasil hutan karena penciptaan IPTEK dalam sisi ini membutuhkan visi, science, dan juga instrument riset yang advance. Sebagai syarat, produk hasil hutan kita harus diciptakan dari proses produksi yang efisien (processing efficiency). Meskipun hasil hutan itu terbarukan, produk harus dihasilkan dari proses produksi yang efisien, rendemen tinggi dan sedikit limbah (minimun waste). Efisiensi produksi ini penting karena merupakan cerminan lain dari proses dan produk yang ekonomis. Namun, yang harus diingat, IPTEK processing yang dihasilkan itu juga harus user friendly. Hal ini penting karena banyak hasil hutan kita yang diusahakan oleh para petani, pengusaha kecil dan menengah. Terakhir yang tidak boleh ditinggalkan, produk dan proses produksinya haruslah environmentally friendly. Hal ini adalah masa di mana semua bentuk kerusakan dan pencemaran tidak dapat ditoleransi. vi

8 Hadirin yang berbahagia, Harus diakui, bahwa banyak produk hasil hutan kita saat ini masih dihadapkan pada beberapa kendala yang serius, seperti rentannya kelestarian pengusahaan dan rendahnya produktivitas, processing yang masih belum efisien, serta kurangnya nilai tambah. Satu hal yang pasti, kelemahan dan kendala tersebut terkait dengan rendahnya input teknologi, baik pada budi daya, harvesting, maupun processing. Sebetulnya kita semua maklum, bahwa hasil hutan kita, dapat diolah menjadi berbagai bentuk yang nilainya jauh lebih tinggi. Terkait input teknologi dalam pengolahan hasil hutan, ini merupakan tugas Badan Litbang Kehutanan, yang dalam hal ini Pustekolah menjadi penyedia IPTEK rujukan. Kita punya tugas besar dalam menemukan IPTEK bagi peningkatan nilai tambah dan juga mengantarkannya kepada para pelaku industri hasil hutan. Kedua tugas tersebut sama penting dan sama beratnya. Mengantarkan IPTEK hasil penelitian, meyakinkan, dan meluluhkan resistensi pengguna dengan fakta sama pentingnya dengan menemukan IPTEK itu sendiri. Karena sesungguhnya, di tangan penggunalah hasil penelitian kita dinilai bermanfaat atau tidak. Hadirin yang berbahagia, Kegiatan ekspose seperti ini merupakan kesempatan untuk menyampaikan sekaligus ujian pertama proses diseminasi IPTEK hasil penelitian. Nilai lebih dari kegiatan ini sesungguhnya adalah tatap muka antara penyedia IPTEK hasil penelitian dan pengguna. Berbahagialah para peneliti yang berkesempatan menyampaikan hasil invensinya. Karena berbeda saat pengguna membaca hasil penelitian di jurnal dengan bertemu langsung, maka di forum ini pengguna dapat menunjukkan penerimaan, kesangsian, atau ketidakpercayaan terhadap sebuah hasil IPTEK. Dalam kaitan itu, IPTEK yang disajikan dalam ekpose ini akan mempunyai nilai lebih jika hasil penelitian sudah dikembangkan. Dengan demikian, IPTEK yang ditawarkan akan sangat dekat dengan aplikasinya oleh vii

9 pengguna. Tentu kami sangat berharap hasil penelitian yang disajikan dapat bermanfaat bagi para pengguna yang hadir. Di forum ini, sebuah tawaran IPTEK mungkin mendapatkan evaluasi berharga. Namun kami berharap lebih banyak upaya peningkatan nilai tambah hasil hutan dapat bermula. Hadirin yang berbahagia, Akhirnya, seraya mengharap keridhoan Allah SWT, dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, acara Ekspose Hasil Penelitian Pustekolah tentang IPTEK Peningkatan Nilai Tambah Hasil Hutan, dengan resmi saya nyatakan dibuka. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bogor, 30 April 2013 Kepala Badan Litbang Kehutanan Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc. viii

10 RUMUSAN EKSPOSE HASIL PENELITIAN PUSTEKOLAH TEMA TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN Bogor, 30 April Pemanfaatan hutan, khususnya implementasi keteknikan kehutanan dengan pemanenan hasil hutan perlu dilakukan secara efisien dengan memerhatikan teknologi yang ramah terhadap lingkungan. Dalam rangka mewujudkan kebijakan nasional industri agro menuju revitalisasi industri kehutanan, Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian memerlukan kerja sama dengan Pustekolah, terutama dalam pengembangan terhadap proses produksi hasil hutan yang tepat guna dan meningkatkan nilai tambah. Hasil penelitian Pustekolah diharapkan dapat sejalan dengan Kebijakan Nasional Industri Agro menuju revitalisasi industri kehutanan. Jenis kayu yang akan digunakan untuk konstruksi di laut/kapal, perlu pengujian ketahanan terhadap serangan penggerek di laut. Berdasarkan pengujian di laut, kayu yang tidak diawetkan akan mengalami serangan setelah 3 bulan, mulai dari intensitas serangan ringan dan berlanjut sampai intensitas serangan beratnya. Kayu yang diawetkan dengan tembaga- Chopper Chromated Boron (CCB) efektif mencegah serangan organisme perusak kayu di laut. Untuk pengujian disarankan menggunakan standar yang baru. Teknologi pengeringan kayu dengan sistem tungku panas menggunakan bahan bakar limbah kayu layak secara teknis dan finansial diaplikasikan di Industri Kecil Menengah (IKM) mebel. Dengan kapasitas 8 10 m 3, waktu pengeringan sekitar 7 hari dan biaya operasional pengeringan kurang dari Rp ,-/m 3, lebih murah dari jasa pengeringan kayu yang saat ini ada di Jepara. Namun demikian, analisis biaya perlu dikaji lebih lanjut dengan menyertakan faktor terkait.

11 5. Teknologi papan lamina dapat diterapkan untuk menggantikan penggunaan kayu utuh (solid) sebagai bahan baku mebel. Papan lamina kayu trembesi dengan corak kayu yang unik terbukti dapat digunakan untuk produk mebel di Jepara dan menjadi daya tarik tersendiri bagi produk mebel. 6. Modifikasi produk bambu lamina dengan kayu cepat tumbuh mampu meningkatkan kualitas dan nilai tambah kayu cepat tumbuh untuk digunakan sebagai bahan konstruksi. Penggunaan bambu lamina di bagian luar dan kayu cepat tumbuh seperti jabon dan manii di bagian dalam terbukti dapat meningkatkan kelas kuat kayu. Pengembangan bambu lamina perlu didukung oleh kebijakan pemerintah agar berkesinambungan melalui budi daya, alokasi lahan, dan ketersediaan mesin pengolahan. 7. Ekstrak cair limbah kayu merbau dapat digunakan untuk menggantikan perekat impor sebagai bahan perekat yang dapat diaplikasikan untuk memproduksi berbagai jenis produk perekatan yang ramah lingkungan dengan kualitas perekat eksterior. 8. Pelepah nipah dan sabut kelapa dapat dijadikan sumber bahan baku alternatif untuk papan serat. Papan serat dari pelepah nipah dengan perekat tanin (TF) memenuhi persyaratan standar produk JIS dan ISO, lebih baik kualitasnya dari bahan sabut kelapa. 9. Teknologi glulam dapat dijadikan metode alternatif untuk pembuatan komponen kapal kayu. Glulam dari kayu mangium-mangium dan mangium-jati yang sudah diawetkan dapat digunakan untuk komponen kapal kayu dan memenuhi standar Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Namun demikian, penggunaan CCB tidak disarankan karena mudah tercuci dalam air. 10. Kayu pinus bekas bidang sadapan (brongkol) yang sebelumnya dianggap sebagai limbah dapat dimanfaatkan sebagai produk kayu yang lebih bernilai seperti moulding dan kerajinan tangan. Pemanfaatan brongkol dapat dijadikan alat untuk menambah pendapatan masyarakat di sekitar hutan melalui pertanggungjawaban sosial (CSR) guna memperluas lapangan kerja, membangun kemitraan usaha, dan peningkatan pendapatan masyarakat khususnya penyadap getah pinus. x

12 11. Buah sukun dapat dijadikan sumber alternatif pembuatan dekstrin untuk industri farmasi sebagai pengisi bagian dalam kapsul dan obat-obatan. Dekstrin yang dihasilkan telah memenuhi standar produk desktrin Indonesia (SNI). 12. Berdasarkan uji organoleptik, Dryobalanops aromatica berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan kosmetik dan obat. Bahan kosmetik yang mungkin dikembangkan berupa minyak pewangi, sedangkan pemanfaatan sebagai obat diarahkan pada keampuhan minyak dan kristal sebagai antimikroba. 13. Damar batu dapat dijadikan alternatif bahan pembuatan pernis, yang hasilnya memenuhi standar kualitas pernis, kecuali warna dan kekentalan. Namun demikian, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga kualitas pernis damar batu meningkat. Bogor, 30 April 2013 Tim Perumus: Prof. (Ris) Ir. Dulsalam, M.M. (Ketua merangkap anggota) Ir. Soenarno, M.Si. (Anggota) Dr. Krisdianto, S.Hut., M.Sc. (Anggota) xi

13

14 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN... RUMUSAN EKSPOSE HASIL PENELITIAN PUSTEKOLAH... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... iii v ix xiii xvii KEYNOTES SPEECH Kebijakan Nasional Industri Agro Menuju Revitalisasi Industri Kehutanan Oleh: Ir. Aryan Wargadalam, M.Sc MAKALAH ORAL 1. Teknologi Pengawetan Kayu Alternatif untuk Bangunan Kelautan Oleh: Mohammad Muslich dan Sri Rulliaty Teknologi Glulam untuk Pembuatan Komponen Kapal Kayu Oleh: Nurwati Hadjib, Abdurachman dan Mohammad Muslich Pemanfaatan Kayu Trembesi untuk Furnitur dengan Teknologi Laminasi Oleh: Abdurachman dan Jamaludin Malik Bambu Komposit sebagai Material Alternatif Pensubstitusi Kayu Pertukangan Berkualitas Oleh: IM. Sulastiningsih dan Adi Santoso Pemanfaatan Ekstrak Cair Limbah Kayu Merbau sebagai Bahan Perekat Balok Lamina Oleh: Adi Santoso, MI. Iskandar dan Jasni

15 6. Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Pelepah Nipah dan Sabut Kelapa untuk Papan Serat Berkerapatan Sedang Menggunakan Perekat Terbarukan TF* Oleh: Dian Anggraini Indrawan, Han Roliadi, Rossi Margareth Tampubolon dan Gustan Pari Analisis Teknis dan Finansial Mesin Pengering Kayu Sistem Panas Tungku untuk Usaha Kecil Oleh: Efrida Basri, Ahmad Supriadi dan Rahmat Potensi Ekonomi Limbah Kayu Bekas Sadapan dan Diskursus Pengelolaan Tegakan Pinus sebagai Penghasil Getah Oleh: Soenarno, Wesman Endom, Maman Mansyur Idris dan Dulsalam Teknik Pembuatan Deksrin secara Enzimatis dari Tepung Buah Sukun Oleh: D. Martono Pembuatan Pernis dari Damar Batu Oleh: Raden Esa Pangersa Gusti, Erik Dahlian dan Zulnely Potensi Pemanfaatan Minyak dan Kristal Dryobalanops aromatica untuk Kosmetik dan Obat Oleh: Gunawan Pasaribu, Gusmailina, Sri Komarayati, Zulnely dan Erik Dahlian MAKALAH POSTER 1. Optimalisasi Pemanfaatan Kayu Rakyat Menggunakan Teknologi Laminasi Oleh: Abdurachman dan Nurwati Hadjib Pemanenan Kayu Ramah Lingkungan di Hutan Tanaman Rawa Gambut di Sumatera dan Kalimantan Oleh: Sona Suhartana dan Yuniawati Pemahaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pemanenan Kayu di Satu Perusahaan Hutan di Jambi Oleh: Yuniawati dan Sona Suhartana xiv

16 4. Pemanfaatan Limbah Penggergajian Menjadi Produk Cinderamata dalam Menunjang Industri Kreatif Oleh: Achmad Supriadi Beberapa Jenis Tumbuhan Penghasil Sediaan Bahan Pengawet Kayu Oleh: Agus Ismanto dan Achmad Supriadi Jernang (Dragon s Blood) Berpotensi sebagai Antioksidan dan Koagulan Oleh: Totok K. Waluyo dan Gunawan Pasaribu Kabel Layang Salah Satu Cara untuk Mengeluarkan Kayu pada Topografi Sulit Oleh: Wesman Endom, Soenarno dan Maman Mansyur Idris Stimulansia Berbahan Dasar Hayati untuk Penyadapan Pohon Pinus Oleh: Sukadaryati dan Dulsalam Kerusakan Tegakan Tingkat Pohon Akibat Penyaradan Kayu pada Areal Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) di PT Gunung Meranti, Kalimantan Tengah Oleh: Dulsalam, Sukadaryati dan Sona Suhartana Teknologi Pengolahan Nata Pinnata untuk Peningkatan Ragam Produk dan Nilai Ekonomi Nira Aren Oleh: Mody Lempang Teknologi Sederhana untuk Perbaikan Mutu Madu Hutan dan Pelestarian Lebah Hutan (Apis dorsata Fabr) di Provinsi Riau Oleh: Avry Pribadi dan Purnomo Sifat Dasar dan Kegunaan Kayu Jenis Alternatif Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) Oleh: Rima Rinanda Kajian Potensi Pasar, Supply-Demand serta Tren Kertas Khusus Perangko dan Materai Oleh: Pebriyanti Kurniasih xv

17 14. Sifat Fisik-Mekanik Papan Serat Kerapatan Sedang dari Kayu Jabon dan Gerunggang Oleh: Agus Wahyudi, Edi Nurrohman dan Eko Sutrisno Teknik Pembuatan Kompos dan Pupuk Ramah Lingkungan dari Limbah Industri Pulp Oleh: Siti Wahyuningsih Pola Agroforestri pada Jabon untuk Meningkatkan Nilai Tambah Hutan Rakyat Penghasil Kayu Pulp Oleh: Syofia Rahmayanti Karakteristik Komposit Kayu Plastik Bermatrik Polipropilena dari Jenis Kayu Jabon Oleh: Yeni Apriyanis, Tulus Swasono, Eko Sutrisno dan Fitri Windrasari Usaha Pembuatan Egg Tray Berbahan Dasar Limbah Kertas Industri Oleh: Pebriyanti Kurniasih LAMPIRAN xvi

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil diskusi/tanya jawab Lampiran 2. Daftar hadir peserta ekspose Lampiran 3. Jadwal kegiatan persidangan ekspose Lampiran 4. Keputusan Kepala Pusat tentang Panitia Ekspose Lampiran 5. Foto Kegiatan Ekspose Hasil Penelitian Pustekolah

19

20 KEBIJAKAN NASIONAL INDUSTRI AGRO MENUJU REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN * Ir. Aryan Wargadalam, M.Sc. ** Yang terhormat, - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan - Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan - Kepala Pustekolah - Para Dekan Universitas - Para Ketua Asosiasi Industri Hasil Hutan - Hadirin Peserta Ekspose yang Berbahagia Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera, Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat ALLAH SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua, sehingga pada hari yang berbahagia ini kita dapat berkumpul bersama pada acara Ekspose Hasil Penelitian Pustekolah dengan tema Teknologi Peningkatan Nilai Tambah Hasil Hutan yang diselenggarakan oleh (PUSTEKOLAH) Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Suatu kehormatan bagi saya dapat bertemu dengan Bapak/Ibu dalam acara yang penting ini, di mana diharapkan melalui acara ini dapat memberikan informasi mengenai teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah produk * Makalah Utama Keynotes Speech pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian 30 April 2013, Botani Square IPB ICC, Bogor ** Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Jakarta

21 hasil hutan melalui hasil penelitian Pustekolah dan kami berharap dapat sejalan dengan Kebijakan Nasional Industri Agro untuk menuju Revitalisasi Industri Kehutanan. Hadirin yang berbahagia, Sepanjang sejarah kemerdekaan selama lebih dari 6 (enam) dasawarsa, Indonesia telah mengalami beragam kemajuan di bidang pembangunan ekonomi. Bermula dari sebuah negara yang perekonomiannya berbasis pada kegiatan pertanian tradisional, saat ini Indonesia telah menjelma menjadi negara dengan proporsi industri manufaktur dan jasa yang lebih besar. Kemajuan ekonomi juga telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang tercermin tidak saja dalam peningkatan pendapatan per kapita, tetapi juga dalam perbaikan berbagai indikator sosial dan ekonomi. Visi percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia tahun 2025 adalah Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Visi tahun 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu 1. peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi; 2. mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik; serta 3. mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan menuju innovationdriven economy. Hadirin yang berbahagia, Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya akan sumber daya hutan. Hutan tropis yang dimiliki Indonesia menghasilkan bahan baku yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan negara lain. Indonesia memiliki kawasan hutan tropis seluas ±133,84 juta hektare (Data Strategis Kehutanan 2009), terbesar ke 3 (tiga) di dunia setelah Brasil dan Zaire. Indonesia adalah penghasil 85% rotan di dunia. Sementara itu berdasarkan data Kementerian Kehutanan, Annual Allowable Cut (AAC) tahun 2012 untuk rotan sebesar ton dan AAC kayu sebesar 9,1 juta m 3. Industri hasil hutan yang berada di bawah binaan Kementerian Perindustrian adalah industri hilir yang mengolah lebih lanjut hasil produksi 2

22 industri primer hasil hutan, yaitu industri wood working, furniture kayu dan rotan, serta pulp/kertas. Sementara industri primer hasil hutan yang mengolah langsung kayu bulat sesuai dengan PP 34 Tahun 2002 merupakan binaan Kementerian Kehutanan. Industri ini mulai berkembang sejak tahun 1980-an yang dimulai dengan adanya kebijakan pemerintah tentang larangan ekspor bahan baku berupa kayu bulat dan rotan asalan. Dengan adanya kebijakan tersebut, maka industri pengolahan kayu dan rotan tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Kapasitas industri wood working sebesar 11,4 juta m 3 /tahun, furniture dan komponennya 3,4 juta m 3 /tahun, rotan olahan 0,43 juta ton/tahun, pulp 7,9 juta ton/tahun, dan kertas 12,2 juta ton/tahun. Dengan potensi hutan yang melimpah, Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan industri pengolahan hasil hutan. Selama ini industri pengolahan hasil hutan telah berperan dalam menciptakan lapangan kerja karena sifatnya yang padat karya dan turut menyumbang penerimaan devisa negara. Hadirin yang berbahagia, Ditjen Industri Agro sebagai ditjen yang menaungi, membina industri hasil hutan, dan memiliki visi terwujudnya industri agro yang berdaya saing global pada tahun Misinya antara lain menjadi wahana pemenuhan hidup masyarakat, menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat, menjadi wahana untuk memajukan kemampuan teknologi nasional, meningkatkan industri yang berbasis sumber daya alam, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, mendukung ketahanan pangan, dan ketersediaan energi alternatif. Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan sebagai bagian dari Ditjen Industri Agro berkewajiban untuk mewujudkan misi tersebut, dalam hal ini untuk sektor industri hasil hutan. Berikut akan saya sampaikan kinerja industri-industri yang termasuk industri hasil hutan. Pertama, industri pulp dan kertas. Indonesia merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia (industri pulp No. 9 dan industri kertas No. 11). Keunggulan Indonesia terutama terletak pada bahan baku kayu berdaun lebar yang menghasilkan pulp serat pendek dengan produksi 6,52 juta ton dan sudah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri pulp serat pendek. Namun untuk kebutuhan pulp serat panjang, Indonesia masih mengimpor. Ekspor pulp Indonesia tahun 2009 sebesar 733 juta USD, 3

23 tahun 2010 sebesar 1,4 miliar USD, tahun 2011 sebesar 1,5 miliar USD, dan sebesar 1,5 miliar USD pada tahun Sementara untuk ekspor kertas Indonesia tahun 2009 sebesar 3,2 miliar USD, tahun 2010 sebesar 3,7 miliar USD, tahun 2011 sebesar 4,1 miliar USD, dan sebesar 4 miliar USD pada tahun Kedua, industri furniture. Industri furnitur merupakan salah satu industri berbasis kayu/rotan, memiliki nilai tambah paling tinggi, dan menyerap banyak tenaga kerja, serta memberikan kontribusi yang cukup penting terhadap perekonomian, baik dalam bentuk kontribusi pada pendapatan domestik bruto (PDB) maupun dalam perolehan devisa (ekspor). Negara utama tujuan ekspor furniture Indonesia adalah Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Inggris, dan Belanda. Berdasarkan bahan baku, data ekspor furniture kayu cukup berfluktuasi, tahun 2009 sebesar 1,15 miliar USD, tahun 2010 naik menjadi 1,40 miliar USD, dan tahun 2011 turun lagi menjadi 1,03 miliar USD, naik kembali menjadi 1,22 miliar pada tahun Sementara data ekspor rotan olahan cenderung menurun tiap tahun, tahun 2009 sebesar 224 juta USD, tahun 2010 sebesar 212 juta USD, dan tahun 2011 sebesar 168 juta USD. Kondisi yang cukup fluktuatif ini perlu mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun pelaku industri furnitur. Namun dengan adanya kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan, maka ekspor barang jadi rotan mulai membaik, di mana pada tahun 2012 nilai ekspor mencapai 202 juta USD. Ketiga, industri pengolahan kayu (wood working). Data menunjukkan nilai ekspor produk pengolahan kayu (wood working) tahun 2009 sebesar 957 juta USD, tahun 2010 kembali naik menjadi 1 miliar USD, tahun 2011 sebesar 1,11 miliar USD, dan tahun 2012 sebesar 1,12 miliar USD. Dari sekitar 2000 ETPIK wood working, saat ini yang masih aktif melakukan ekspor tidak lebih dari 700 ETPIK. Industri yang mampu bertahan sebagian di antaranya menggunakan kayu yang berasal dari hutan tanaman rakyat seperti sengon dan karet serta mengembangkan engineered products yang mengombinasikan pemanfaatan kayu hutan alam/kayu impor/kayu tanaman. Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di pulau Jawa dan Sumatera banyak tumbuh industri wood working yang menggunakan kayu-kayu dari hutan rakyat dan hutan tanaman seperti sengon, karet, dan akasia. Industri kayu sengon tumbuh pesat di Jawa, sedangkan industri kayu karet banyak dijumpai di Sumatera. 4

24 Hadirin yang berbahagia, Industri hasil hutan Indonesia memiliki kekuatan antara lain potensi bahan baku yang besar dan potensi SDM yang besar (padat karya) daya kreativitas yang tinggi. Namun demikian, industri hasil hutan Indonesia juga masih menghadapi permasalahan antara lain masih kurang optimalnya dukungan R&D, masih adanya kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan bahan baku, terbatasnya market intelligent dan promosi, serta kurang tersedianya informasi potensi dan penyebaran bahan baku hasil hutan. Mengikuti perkembangan saat ini, isu-isu yang perlu mendapat perhatian terkait industri hasil hutan adalah: 1. Tuntutan ekolabel (legalitas bahan baku kayu) yang diminta oleh pembeli. 2. Teknologi proses dan pengelolaan limbah harus ramah lingkungan. 3. Adanya negative campaign, terutama terkait lingkungan baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. 4. Dampak resesi global yang masih berlanjut berakibat melambatnya daya beli konsumen dan penurunan permintaan produk agroindustri di luar negeri. Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan industri yang berorientasi ekspor seperti furnitur, kertas, dan barang cetakan yang mengalami pertumbuhan negatif. 5. Semakin berkurangnya pasokan kayu dari hutan alam sebagai akibat dari tidak dilakukannya reboisasi secara optimal serta adanya konversi lahan hutan alam menjadi perkebunan dan pertambangan. Terkait kebijakan nasional industri agro menuju revitalisasi industri kehutanan, kebijakan industri agro saat ini diarahkan pada 2 (dua) hal, yaitu peningkatan nilai tambah produk (added value) dan peningkatan daya saing/kualitas produk. Tujuannya adalah agar industri hasil hutan dan perkebunan dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan (sustainable growth). Pengembangan industri hasil hutan ini merupakan bagian dari proses industrialisasi yang berwawasan lingkungan yang memberikan konstribusi penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Kebijakan nasional industri agro menuju revitalisasi industri kehutanan adalah: 5

25 peningkatan investasi dan pasar industri hasil hutan; peningkatan teknologi dan efisiensi industri hasil hutan; peningkatan kualitas produk hasil hutan; peningkatan kualitas SDM industri hasil hutan; dan peningkatan kualitas lingkungan pada industri hasil hutan. Dalam rangka peningkatan investasi industri hasil hutan, kebijakan yang diterapkan antara lain 1. Pemberian insentif kemudahan bagi investasi baru (PP No. 52 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas PP No. 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu serta 2. Promosi dan pameran hasil hutan, baik di dalam maupun luar negeri. Sementara kebijakan peningkatan teknologi dan efisiensi yang dilakukan antara lain 1. Pemberian mesin peralatan dengan teknologi baru yang lebih efisien pada industri kertas, industri furniture, dan wood working; 2. Pengembangan energi alternatif pada industri kertas; serta 3. Penggunaan kayu alternatif pada industri furnitur dan wood working. Kebijakan peningkatan kualitas produk hasil hutan antara lain penyusunan dan penerapan SNI (baik wajib maupun sukarela) pada produk-produk kertas dan furnitur. Kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) produk hasil hutan antara lain 1. Pemberian pelatihan teknis produksi furnitur; 2. Pemberian pelatihan desain untuk produk furnitur; 3. Pemberian pelatihan teknik produksi dan desain grafis untuk produk percetakan; serta 4. Penyusunan SKKNI untuk industri hasil hutan. Kebijakan peningkatan kualitas lingkungan industri hasil hutan antara lain 1. Penyusunan buku pedoman pengolahan limbah padat pulp dan kertas serta 2. Penyusunan buku pedoman carbon footprint di industri pulp dan kertas. Khusus untuk industri furnitur, kebijakan secara holistik telah diterbitkan dalam Permenperin No. 90/M-IND/PER/11/2011 tentang perubahan atas Permenperin No.119/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (road map) Pengembangan Klaster Industri Furnitur. Hadirin yang berbahagia, Meningkatnya permintaan akan produk alami yang ramah lingkungan memberi peluang pada industri hasil hutan untuk lebih maju. Sehubungan dengan upaya pengembangan teknologi proses produk hasil hutan yang ramah lingkungan, maka perlu dilakukan koordinasi lebih lanjut antara 6

26 Kementerian Perindustrian khususnya Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan dengan Pustekolah. Kami berharap hasil-hasil penelitian Pustekolah, khususnya terkait pengembangan teknologi proses produk hasil hutan yang tepat guna dan dapat meningkatkan nilai tambah. Hadirin yang berbahagia, Akhirnya, saya berharap penjelasan singkat ini dapat bermanfaat bagi pengembangan industri kehutanan yang berkelanjutan. Industri kehutanan diharapkan bisa terus berkembang dengan tetap menerapkan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan. Semoga ekspose ini bisa dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi para pelaku industri hasil hutan dan instansi terkait. Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu alaikum Wr. Wb. DIREKTUR INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN Aryan Wargadalam 7

27

28 MAKALAH ORAL

29

30 TEKNOLOGI PENGAWETAN KAYU ALTERNATIF UNTUK BANGUNAN KELAUTAN* Oleh: Mohammad Muslich dan Sri Rulliaty** ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi ketahanan dari 50 jenis kayu Jawa yang diawetkan dengan Copper Chromated Boron (CCB) melalui proses sel penuh dengan tekanan 10 atmosfer selama 2 jam. Untuk menentukan kelas keterawetan, kayu dihitung menurut Metode IUFRO. Contoh uji yang diawetkan dan yang tidak diawetkan diikat bersama-sama menggunakan tali plastik dan disusun menjadi sebuah rakit. Rakit tersebut dipasang selama 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan di perairan Pulau Rambut. Untuk menentukan intensitas serangan penggerek kayu di laut, digunakan standar SNI Hasil penelitian sifat keterawetan menunjukkan bahwa 41 jenis kayu termasuk kelas mudah diawetkan, 8 jenis kayu termasuk kelas sedang, dan 1 jenis kayu termasuk sulit. Semua jenis kayu yang diawetkan dengan CCB mampu mencegah serangan penggerek di laut. Sementara kayu yang tidak diawetkan rentan terhadap serangan penggerek di laut, kecuali mimba (Azadirachta indica Juss.), pangsor (Ficus callosa Willd.), dan ki cauk (Pisonia umbellifera (Forst) Seem.). Penggerek yang menyerang contoh uji yaitu Martesia striata Linne dari keluarga Pholadidae serta Teredo bartschi Clapp, Dicyathifer manni Wright, dan Bankia cieba Clench. dari keluarga Teredinidae. Kata kunci: Jenis kayu Jawa, CCB, proses sel penuh, penggerek di laut I. PENDAHULUAN Kayu yang digunakan untuk membuat kapal, tiang dermaga, dan rumah yang dibangun di daerah pantai tidak bebas dari serangan penggerek di laut. Penggerek di laut umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu phylum moluska yang serangannya dikenal dengan nama shipworm dan golongan Crustacea yang serangannya dikenal dengan istilah gribble. Setiap jenis kayu mempunyai * Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian 30 April 2013, Botani Square IPB ICC, Bogor ** Peneliti Utama pada

31 ketahanan yang berbeda terhadap serangan penggerek di laut, bergantung dari komponen yang terkandung di dalam kayu. Bianchi (1933) dan Gongrijp (1932) melaporkan bahwa ketahanan kayu terhadap serangan penggerek di laut bergantung pada kerapatan atau kekerasan kayu, kadar silika, dan zat ekstraktif yang bersifat racun. Jenis kayu yang digunakan untuk keperluan di laut biasanya memiliki kelas kuat dan awet I-II, seperti ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.), laban (Vitex pubescens Vahl.), jati (Tectona grandis Lf), merbau (Instia bijuga O.Ktze.), dan sebagainya. Kebutuhan jenis kayu tersebut dari tahun ke tahun makin meningkat, sedangkan ketersediaannya makin berkurang, sehingga perlu mencari jenis kayu lain sebagai pengganti. Di Indonesia terdapat banyak jenis kayu yang memiliki kekuatan mekanis cukup tinggi, tetapi kelas awetnya rendah sehingga kurang layak digunakan di laut. Keawetan kayu merupakan salah satu sifat yang sangat penting karena nilai suatu jenis kayu sangat ditentukan oleh keawetannya. Bagaimana pun kuatnya suatu jenis kayu, tidak akan banyak berarti bila keawetannya rendah. Oleh karena itu, pemilihan jenis kayu yang digunakan di laut tentunya tidak hanya diperhatikan kelas kuatnya saja, tetapi juga diperhatikan keawetannya atau ketahanannya terhadap penggerek di laut. Dengan demikian, dari jenis kayu yang mempunyai kelas kuat tinggi maupun kelas awetnya rendah, dalam penggunaannya perlu diawetkan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang teknologi pengawetan kayu menggunakan bahan pengawet CCB. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengguna kayu untuk keperluan di laut. Data yang disajikan pada tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dikumpulkan dari tahun 2003 sampai dengan II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di perairan Pulau Rambut (Kepulauan Seribu). Perairan tersebut mempunyai salinitas sekitar per mil dan temperatur sekitar C, pantainya berkarang, berpasir putih, dan bebas dari polusi atau limbah buangan. Perubahan salinitas, temperatur, arus, dan gelombang pada setiap tahunnya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, sehingga 12

32 populasi penggerek kayu di perairan tersebut dapat berkembang dengan baik (Muslich dan Sumarni 1987; Muslich dan Sumarni 2008). B. Bahan dan Metode Bahan yang digunakan berupa 50 jenis kayu yang berasal dari Pulau Jawa seperti yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Lima puluh jenis kayu yang digunakan untuk penelitian No. Nama daerah Nama botani Suku 1. Marasi Hymenaea courbaril L. Leguminaceae 2. Asem jawa Tamarindus indica L. Caesalpinaceae 3. Balobo Diplodiscus sp. Euphorbiaceae 4. Kundang Ficus variegata BL. Moraceae 5. Ki kendal Ehretia acuminata R.Br. Boraginaceae 6. Huru gading Litsea odorifera Val. Lauraceae 7. Ki sampang Meliocope lunu-ankenda (Gaertn.) Rutaceae T.G. Hartley 8. Sampora Colona javanica B.L. Tiliaceae 9. Nyatoh Pouteria duclitan Bachni. Sapotaceae 10. Ki hantap Stercularia oblongata R.Br. Sterculiaceae 11. Ki kuya Ficus vasculosa Wall ex Miq. Moraceae 12. Ki lubang Callophyllum grandiflorum JJS. Guttiferae 13. Ki bancet Turpinia sphaerocarpa Hassk. Ulmaceae 14. Ki bulu Gironniera sp. Ulmaceae 15. Huru mentek Lindera polyantha Boerl. Lauraceae 16. Huru kacang Neolitsea triplinervia Merr. Lauraceae 17. Tunggeureuk Castanopsis tunggurut A.DC. Fagaceae 18. Ki endog Acer niveum Bl. Aceraceae 19. Beleketebe Sloanea sigun Szysz Elaeocarpaceae 20. Mimba Azadirachta indica Juss. Meliaceae 21. Ki hiur Castanopsis acuminatissima A.DC. Lauraceae 22. Huru pedes Cinnamomum iners Reinw. Ex Lauraceae Blume. 23. Huru koja Litsea angulata Bl. Lauraceae 24. Ki kanteh Ficus nervosa Heyne. Moraceae 25. Kelapa ciung Horsfieldia glabra Warb.. Myristiceae 13

33 No. Nama daerah Nama botani Suku 26. Tangkalak Litsea roxburghii Hassak. Lauraceae 27. Cangkring Erythrina fusca Lour. Papilionaceae 28. Kayu putih Melaleuca cajuputi Powell. Myrtaceae 29. Ki tanah Zanthoxylum rhetsa DC. Rutaceae 30. Hantap Sterculia cordata Blume. Sterculiaceae heulang 31. Tarisi Albizia lebbeck Benth. Leguminaceae 32. Kapinango A Nauclea orientalis Merr. Rubiaceae 33. Cerei Garcinia celebica L. Guttiferae 34. Hanja Anthocephalus chinensis Lamk. Rubiaceae 35. Hauwan Elaeocarpus floribundus Blime Elaeocarpaceae 36. Ki hiyang Albizia procera Benth. Leguminaceae 37. Rengas Semecarpus albescan Kurz. Anacardiaceae gunung 38. Manglid Manglietia glauca Blume. Magnoliaceae 39. Cempaka Magnolia candolii (Blume.) King. Magnoliaceae 40. Baros Magnolia macklottii (Korth) Magnoliaceae Dandy 41. Pangsor Ficus callosa Willd. Moraceae 42. Jering/jengkol Pithecellobium rosulatum Mimosaceae Kosterm. 43. Petai Parkia speciosa Hasak Mimosaceae 44. Manii Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae 45. Balsa Ochroma grandiflora Rowlee Bombacaceae 46. Ki cauk Pisonia umbellifera (Forst) Seem. Nyctaginaceae, 47. Huru manuk Litsea monopelata Pers. Lauraceae 48. Ki renghas Buchanania arborescens Blume Anacardiaceae 49. Ki bonen Crypteronia paniculata Blume. Crypteroniaceae 50. Ki hampelas Ficus ampelas Burm f. Moraceae Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji berukuran 2,5 cm x 5 cm x 30 cm sebanyak 40 buah dan dikeringkan sampai kadar air kering udara, kemudian diambil 25 buah untuk diawetkan dan 15 buah tidak diawetkan. Bahan pengawet yang digunakan yaitu CCB yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 3%, selanjutnya diimpregnasikan ke dalam contoh uji melalui proses sel-penuh menurut bagan berikut. 14

34 Vakum awal : 50 cm Hg selama 15 menit Tekanan : 10 atm selama 120 menit Vakum akhir : 50 cm Hg selama 15 menit Contoh uji sebanyak 25 buah untuk setiap jenis kayu yang diawetkan, diambil 10 buah untuk diukur retensi dan penetrasi bahan pengawetnya. Retensi yang dimaksud adalah bahan pengawet kering yang diserap oleh kayu yang telah diawetkan yang dinyatakan dalam kg/m 3, ditetapkan berdasarkan penimbangan berat contoh uji sebelum dan sesudah proses pengawetan dibagi volume kayu dikalikan konsentrasi bahan pengawet yang dipakai. Penetrasi diukur pada permukaan potongan melintang yang dibuat di bagian tengah contoh uji. Ke dalam penembusan/penetrasi pada kayu yang diawetkan dinyatakan dalam persentase luas bidang yang ditembus bahan pengawet. Batas penembusan bahan pengawet diperjelas dengan melabur penampang contoh uji dengan pereaksi chrom azural atau rubeanic acid. Klasifikasi keterawetan kayu ditetapkan berdasarkan metode IUFRO (Smith dan Tamblyn 1970) sebagai berikut. Kelas Keterawetan Luas penetrasi (%) I Mudah > 90 II Sedang III Sukar IV Sangat sukar < 10 Sisa contoh uji dari setiap jenis kayu yang diawetkan sebanyak 15 contoh uji dan yang tidak diawetkan 15 contoh uji, sehingga jumlahnya 30 contoh uji, kemudian dibagi dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 5 contoh uji yang diawetkan dan 5 contoh uji yang tidak diawetkan. Setiap kelompok direnteng dengan tali plastik dan digunakan selang plastik sebagai penyekat (Gambar 1). Contoh uji yang sudah direnteng, dipasang di perairan Pulau Rambut secara horizontal seperti yang dilakukan oleh Muslich dan Sumarni (1987). Setelah 3, 6, dan 12 bulan contoh uji diambil, diamati intensitas serangannya dan diidentifikasi organisme yang menyerang (Turner 1966). Pengamatan contoh uji dilakukan dengan membelah menjadi 2 (dua) bagian dan dinilai intensitas serangannya menurut Muslich dan Sumarni (2005) sebagai berikut. 15

35 Kelas Intensitas serangan (%) Derajat kerusakan kayu I II III IV V < > 79 Tidak ada serangan Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat Serangan sangat berat Jenis organisme penggerek yang menyerang dapat dikenali dengan melihat bekas lubang gerek, bentuk palet, dan struktur cangkuk pada contoh uji Turner (1971). Tali plastik Contoh uji Selang plastik PLASTIK 2,5 cm 30 cm 5 cm Gambar 1. Susunan contoh uji kayu yang dipasang di laut III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Retensi dan Penetrasi CCB Retensi dan penetrasi tembaga-chromated-boron (CCB) pada setiap jenis kayu disajikan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kayu yang diteliti termasuk mudah diawetkan. Empat puluh satu dari 50 jenis termasuk mudah diawetkan, 8 jenis kayu termasuk sedang atau agak sulit diawetkan, dan 1 jenis termasuk sulit diawetkan. Perbedaan retensi dan penetrasi disebabkan adanya perbedaan struktur anatomi dan kandungan zat ekstraktif dalam kayu. Struktur anatomi kayu seperti pori, serat, bidang 16

36 perforasi, ceruk dan kandungan ekstraktif seperti tilosis, kristal serta lainnya sangat berpengaruh terhadap masuknya bahan pengawet ke dalam kayu. Kayu yang mempunyai kadar ekstraktif rendah akan lebih permeabel terhadap masuknya larutan bahan pengawet. Sebaliknya, kayu yang mempunyai kadar ekstraktif tinggi seperti adanya tilosis dan kristal yang ada di dalam pori akan menghambat masuknya larutan bahan pengawet ke dalam kayu (Findlay 1985). Pori atau pembuluh merupakan sel yang membentuk pola struktur pada kayu daun lebar, berupa pipa panjang tidak beraturan dan berfungsi dalam proses pengangkutan zat makanan dari tanah ke daun. Sel-sel ini mempunyai bidang perforasi yang tegas pada kedua ujungnya, sehingga rongga-rongga sel yang tersusun secara vertikal dalam suatu pori berhubungan satu sama lain. Sebaliknya hubungan lateral dari satu pori ke pori lain yang berdampingan, terjadi melalui pasangan ceruk pada dinding yang berbatasan. Pori dan ceruk yang terdapat pada dindingnya sangat berperan pada proses pengawetan yang merupakan jalan masuknya larutan bahan pengawet ke dalam kayu. Sulit dan tidaknya penembusan larutan bahan pengawet masuk ke dalam kayu bergantung pada besar atau kecil, banyak atau sedikitnya pori, penyebarannya dan ada tidaknya tilosis, butir-butir silika, serta kristal Ca-oksalat di dalam kayu. Siau (1971) dan Wilkinson (1979) menyatakan bahwa subtansi ekstraktif berupa tilosis, silika, kristal, dan bentuk lainnya merupakan faktor yang menghambat masuknya larutan bahan pengawet ke dalam kayu. Seperti pada mimba (Azadirachta indica Juss.) yang sulit diawetkan karena porinya jarang, mengandung tilosis, dan endapan. Table 2. Retensi (kg/m 3 ) dan penetrasi (%) CCB pada 50 jenis kayu No. Jenis kayu Nama lokal Nama botanis 1. Marasi Hymenaea courbaril L. 2. Asem jawa Tamarindus indica L. Retensi (kg/m 3 ) Penetrasi (%) Treatabilitas kelas 7,80 55,3 II (sedang) 11,00 98,0 I (mudah) 3. Balobo Diplodiscus sp. 14,50 91,1 I (mudah) 17

37 No. Nama lokal Jenis kayu Nama botanis Retensi (kg/m 3 ) Penetrasi (%) Treatabilitas kelas 4. Kundang Ficus variegata BL. 17,70 100,0 I (mudah) 5. Ki kendal Ehretia acuminata R.Br. 12,20 94,5 I (mudah) 6. Huru gading Litsea odorifera Val. 13,80 98,5 I (mudah) 7. Ki sampang Meliocope lunuankenda (Gaertn.) T.G. H. 8. Sampora Colona javanica B.L. 9. Nyatoh Pouteria duclitan Bachni. 10. Ki hantap Stercularia oblongata R.Br. 11. Ki kuya Ficus vasculosa Wall ex Miq. 12. Ki lubang Callophyllum grandiflorum JJS. 13. Ki bancet Turpinia sphaerocarpa Hassk. 14,80 98,5 I (mudah) 13,30 92,2 I (mudah) 14,40 91,3 I (mudah) 17,20 100,0 I (mudah) 16,50 97,8 I (mudah) 11,50 97,1 I (mudah) 6,40 70,6 II (sedang) 14. Ki bulu Gironniera sp. 6,40 70,6 II (sedang) 15. Huru mentek Lindera polyantha Boerl. 16. Huru kacang Neolitsea triplinervia Merr. 17. Tunggeureuk Castanopsis tunggurut A.DC. 9,30 84,9 II (sedang) 12,20 94,5 I (mudah) 5,60 70,4 II (sedang) 18. Ki endog Acer niveum Bl. 17,40 100,0 I (mudah) 19. Beleketebe Sloanea sigun Szysz 15,40 100,0 I (mudah) 18

38 No. Nama lokal Jenis kayu Nama botanis 20. Mimba Azadirachta indica Juss. 21. Ki hiur Castanopsis acuminatissima A.DC. 22. Huru pedes Cinnamomum iners R. Ex Bl.. Retensi (kg/m 3 ) Penetrasi (%) Treatabilitas kelas 5,70 41,3 III (sulit) 16,40 93,6 I (mudah) 15,20 90,3 I (mudah) 23. Huru koja Litsea angulata Bl. 15,20 98,6 I (mudah) 24. Ki kanteh Ficus nervosa Heyne. 25. Kelapa ciung Horsfieldia glabra Warb. 26. Tangkalak Litsea roxburghii Hassak. 27. Cangkring Erythrina fusca Lour. 28. Kayu putih Melaleuca cajuputi Powell. 29. Ki tanah Zanthoxylum rhetsa DC. 30. Hantap heulang Sterculia cordata Blume. 31. Tarisi Albizia lebbeck Benth. 32. Kapinango Nauclea orientalis Merr. 18,70 100,0 I (mudah) 17,10 98,9 I (mudah) 13,10 100,0 I (mudah) 17,00 100,0 I (mudah) 8,50 99,8 I (mudah) 17,20 100,0 I (mudah) 10,50 97,6 I (mudah) 5,90 79,6 II (sedang) 11,30 99,4 I (mudah) 33. Cerei Garcinia celebica L. 14,10 99,4 I (mudah) 34. Hanja Anthocephalus chinensis Lamk. 14,50 100,0 I (mudah) 19

39 No. Nama lokal Jenis kayu Nama botanis 35. Hauwan Elaeocarpus floribundus Blime 36. Ki hiyang Albizia procera Benth. 37. Rengas gunung Semecarpus albescan Kurz. 38. Manglid Manglietia glauca Blume. 39. Cempaka Magnolia candolii (Blume.) King. 40. Baros Magnolia macklottii (Korth) Dandy Retensi (kg/m 3 ) Penetrasi (%) Treatabilitas kelas 13,50 97,8 I (mudah) 5,40 89,9 II (sedang) 20,30 99,1 I (mudah) 14,24 100,0 I (mudah 16,56 100,0 I (mudah 15,16 100,0 I (mudah 41. Pangsor Ficus callosa Willd. 20,74 100,0 I (mudah) 42. Jering/jengkol Pithecellobium rosulatum Kost. 43. Petai Parkia speciosa Hasak 44. Manii Maesopsis eminii Engl. 45. Balsa Ochroma grandiflora Rowlee 46. Ki cauk Pisonia umbellifera F.Seem. 47. Huru manuk Litsea monopelata Pers. 48. Ki renghas Buchanania arborescens Blume 9,96 95,3 I (mudah) 13,51 94,3 I (mudah) 14,71 100,0 I (mudah) 16,10 100,0 I (mudah 18,08 100,0 I (mudah) 5,81 74,7 II (sedang) 12,56 91,1 I (mudah) 20

40 No. Nama lokal Jenis kayu Nama botanis 49. Ki bonen Crypteronia paniculata Blume. 50. Ki hampelas Ficus ampelas Burm f. Retensi (kg/m 3 ) Penetrasi (%) Treatabilitas kelas 17,54 86,9 I (sedang) 13,26 97,2 I (mudah) B. Ketahanan Alami Kayu Hasil pengujian ketahanan alami 50 jenis kayu (tidak diawet) yang dipasang selama 3 bulan di laut, menunjukkan bahwa sebagian besar mendapat serangan sedang sampai berat. Pengamatan contoh uji yang dipasang selama 6 bulan menunjukkan bahwa intensitas serangan sudah mencapai sangat berat. Pada pengamatan contoh uji sampai 12 bulan, sudah banyak contoh uji yang hancur. Ada tiga jenis contoh uji yang masih tahan sampai 6 bulan yaitu mimba (Azadirachta indica Juss.), pangsor (Ficus callosa Willd.), dan ki cauk (Pisonia umbellifera F.Seem.). Intensitas serangan penggerek laut pada 50 contoh uji ditampilkan pada Tabel 3. 21

41 Tabel 3. Intensitas serangan penggerek laut pada contoh uji control dan perlakuan No. Jenis kayu Nama lokal Nama botani Berat jenis Intensitas serangan (%) 3 bulan 6 bulan 12 bulan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan 1. Marasi Hymenaea courbaril L. 0, Asem jawa Tamarindus indica L. 0, x 0 3. Balobo Diplodiscus sp. 0, Kundang Ficus variegata BL. 0, x 0 5. Ki kendal Ehretia acuminata R.Br. 0, Huru gading Litsea odorifera Val. 0, x 2 7. Ki sampang Meliocope lunu-ankenda 0, x 0 (Gaertn.) T.G. Hartley 8. Sampora Colona javanica B.L. 0, Nyatoh Pouteria duclitan Bachni. 0, Ki hantap Stercularia oblongata R.Br. 0, x Ki kuya Ficus vasculosa Wall ex Miq. 0, Ki lubang Callophyllum grandiflorum JJS. 0, Ki bancet Turpinia sphaerocarpa Hassk. 0, Ki bulu Gironniera sp. 0, Huru mentek Lindera polyantha Boerl. 0, Huru kacang Neolitsea triplinervia Merr. 0, x Tunggeureuk Castanopsis tunggurut A.DC. 0, x Ki endog Acer niveum Bl. 0, x Beleketebe Sloanea sigun Szysz 0,

42 No. Jenis kayu Nama lokal Nama botani Berat jenis Intensitas serangan (%) 3 bulan 6 bulan 12 bulan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan 20. Mimba Azadirachta indica Juss. 0, Castanopsis acuminatissima Ki hiur 0,74 65 A.DC. 22. Huru pedes Cinnamomum iners R. Ex Bl.. 0, x Huru koja Litsea angulata Bl. 0, x Ki kanteh Ficus nervosa Heyne. 0, x Kelapa ciung Horsfieldia glabra Warb.. 0, x Tangkalak Litsea roxburghii Hassak. 0, x Cangkring Erythrina fusca Lour. 0, x Kayu putih Melaleuca cajuputi Powell. 0, Ki tanah Zanthoxylum rhetsa DC. 0, Hantap heulaang Sterculia cordata Blume. 0, x Tarisi Albizia lebbeck Benth. 0, Kapinango Nauclea orientalis Merr. 0, Cerei Garcinia celebica L. 0, Hanja Anthocephalus chinensis Lamk. 0, x Hauwan Elaeocarpus floribundus Blime 0, Ki hiyang Albizia procera Benth. 0, Rengas gunung Semecarpus albescan Kurz. 0, Manglid Manglietia glauca Blume. 0, x 0 23

43 No Jenis kayu Nama lokal Nama botani Cempaka Magnolia King. Baros Magnolia Dandy candolii (Blume.) macklottii (Korth) Berat jenis 0,54 0,38 Intensitas serangan (%) 3 bulan 6 bulan 12 bulan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan x 0 0 x Pangsor Ficus callosa Willd. 0, Jering/jengkol Pithecellobium rosulatum Kost. 0, Petai Parkia speciosa Hasak 0, Manii Maesopsis eminii Engl. 0, Balsa Ochroma grandiflora Rowlee 0, Ki cauk Pisonia umbellifera F.Seem. 0, Huru manuk Litsea monopelata Pers. 0, Ki renghas Buchanania arborescens Blume 0, Ki bonen Crypteronia paniculata Blume. 0, Ki hampelas Ficus ampelas Burm f. 0, Keterangan: x = hancur 0 = tidak ada serangan - = belum diamati/hilang 24

TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN

TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN ISBN 978-979-3132-49-5 PROSIDING EKSPOSE HASIL PENELITIAN PUSAT LITBANG KETEKNlKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN Tema: TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL HUTAN Bogor, 30 April 2013 Penyunting:

Lebih terperinci

Oleh/By Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT

Oleh/By Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT KELAS AWET 25 JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT TERHADAP RAYAP KAYU KERING DAN RAYAP TANAH (The Durability Class of 25 Local Reliable Wood Species Against Termites) Oleh/By Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT

Lebih terperinci

KELAS AWET 15 JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT TERHADAP RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN PENGGEREK DI LAUT

KELAS AWET 15 JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT TERHADAP RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN PENGGEREK DI LAUT KELAS AWET 15 JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT TERHADAP RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN PENGGEREK DI LAUT (Durability of 15 Local Reliable Wood Species Against Dry-Wood Termites, Subterranean Termites and

Lebih terperinci

1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.

1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia. Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PEMBUKAAN PAMERAN 22 TAHUN DAVINCI DI INDONESIA JAKARTA, 14 OKTOBER 2015 Yang Saya Hormati: 1. Yulianty Widjaja (Direktur

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA 2016) Jakarta, 10 Maret 2016 Yang terhormat Sdr. Menteri Perdagangan; Sdr. Menteri Lingkungan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN RENCANA KAWASAN INDUSTRI DESA BALONG DALAM RANGKAIAN FESTIVAL KARTINI IV TAHUN 2016 DI KABUPATEN JEPARA, JAWA TENGAH 16 APRIL 2016 Yang terhormat,

Lebih terperinci

SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN TEMU BISNIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SULAWESI TENGAH SENIN, 18 APRIL 2011

SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN TEMU BISNIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SULAWESI TENGAH SENIN, 18 APRIL 2011 GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN TEMU BISNIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SULAWESI TENGAH SENIN, 18 APRIL 2011 ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

RPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN. Koordinator : Ir. Jamal Balfas, MSc. Wakil : Dra. Sri Rulliaty, MSc. Pembina : Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.

RPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN. Koordinator : Ir. Jamal Balfas, MSc. Wakil : Dra. Sri Rulliaty, MSc. Pembina : Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. RPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN Koordinator : Ir. Jamal Balfas, MSc. Wakil : Dra. Sri Rulliaty, MSc. Pembina : Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. LATAR BELAKANG - Keterbatasan informasi dasar - Pengolahan

Lebih terperinci

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau Penulis: : Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA

Lebih terperinci

KEAWETAN LIMA PULUH JENIS KAYU TERHADAP UJI KUBURAN DAN UJI DI LAUT (The Durability of Fifty Wood Species to Graveyard Test and in The Sea)

KEAWETAN LIMA PULUH JENIS KAYU TERHADAP UJI KUBURAN DAN UJI DI LAUT (The Durability of Fifty Wood Species to Graveyard Test and in The Sea) Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 250-257 ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 KEAWETAN LIMA PULUH JENIS KAYU TERHADAP UJI KUBURAN DAN UJI DI LAUT (The Durability

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

SIFAT PENGKARATAN BESI PADA SEBELAS JENIS KAYU (Iron Corrosion Properties on Eleven Wood Species) ABSTRACT

SIFAT PENGKARATAN BESI PADA SEBELAS JENIS KAYU (Iron Corrosion Properties on Eleven Wood Species) ABSTRACT SIFAT PENGKARATAN BESI PADA SEBELAS JENIS KAYU (Iron Corrosion Properties on Eleven Wood Species) Oleh/By: Djarwanto 1 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu, Bogor Telp. 0251-8633378,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN BARAT INDONESIA TAHUN 2008 Surabaya,

Lebih terperinci

SIFAT PENGKARATAN BESI PADA SEBELAS JENIS KAYU (Iron Corrosion Properties on Eleven Wood Species)

SIFAT PENGKARATAN BESI PADA SEBELAS JENIS KAYU (Iron Corrosion Properties on Eleven Wood Species) SIFAT PENGKARATAN BESI PADA SEBELAS JENIS KAYU (Iron Corrosion Properties on Eleven Wood Species) 1 Oleh/ By : Djarwanto 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Lebih terperinci

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Lebih terperinci

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN

ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN ARAHAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN DALAM ACARA PEMBEKALAN PETUGAS PEGAWAI PADA DINAS KEHUTANAN PROVINSI DAN BALAI PEMANTAUAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DALAM RANGKA PENINGKATAN EFEKTIFITAS

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN 2008 Makassar, 25-28 Maret 2008 Penjabat Gubernur Sulawesi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN GELAR BATIK NUSANTARA 2015 JAKARTA CONVENTION CENTER JUNI 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN GELAR BATIK NUSANTARA 2015 JAKARTA CONVENTION CENTER JUNI 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN GELAR BATIK NUSANTARA 2015 JAKARTA CONVENTION CENTER 24 28 JUNI 2015 Yth. Presiden Republik Indonesia beserta istri; Yth. Para Menteri Kabinet

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim,

Bismillahirrahmanirrahim, SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN LITBANG KEHUTANAN PADA ACARA PEMBUKAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG TAHUN 2013 Palembang, 2 Oktober 2013 Bismillahirrahmanirrahim, Yang saya hormati

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 3rd SUSTAINABLE BUSINESS DIALOGUE IN COOPERATION WITH THE GLOBAL PRACTITIONERS DIALOGUE ON CLIMATE

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA "PENYERAHAN PENGHARGAAN ASIA STAR AWARDS 2014" JAKARTA, 9 APRIL 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PENYERAHAN PENGHARGAAN ASIA STAR AWARDS 2014 JAKARTA, 9 APRIL 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA "PENYERAHAN PENGHARGAAN ASIA STAR AWARDS 2014" JAKARTA, 9 APRIL 2015 Yang terhormat, Duta Besar Negara Amerika Serikat untuk Indonesia, Duta

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN. PADA ACARA PEMBUKAAN GELAR IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN UNTUK MENDUKUNG KPH Bogor, 12 Mei 2014

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN. PADA ACARA PEMBUKAAN GELAR IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN UNTUK MENDUKUNG KPH Bogor, 12 Mei 2014 SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KEHUTANAN PADA ACARA PEMBUKAAN GELAR IPTEK HASIL LITBANG KEHUTANAN UNTUK MENDUKUNG KPH Bogor, 12 Mei 2014 Yth. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Yth. Para Sekretaris Badan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah kekayaan sumber daya alam berupa hutan. Sebagian dari hutan tropis

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN IKM TAHUN 2016 PALEMBANG, 21 APRIL 2015 Yang Saya

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN PABRIK PT. GREAT GIANT PINEAPPLE Terbanggi, 17 April 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN PABRIK PT. GREAT GIANT PINEAPPLE Terbanggi, 17 April 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN PABRIK PT. GREAT GIANT PINEAPPLE Terbanggi, 17 April 2015 Assalamu alaikum Wr Wb. Yth.JajaranDireksiPT. Great Giant Pineapple, Yth. Para hadirin sekalian

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati, Bapak/Ibu

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA I. PENDAHULUAN Sumberdaya yang potensinya tinggi dan sudah diakui keberadaannya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. POU YUEN INDONESIA CIANJUR, 27 OKTOBER 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. POU YUEN INDONESIA CIANJUR, 27 OKTOBER 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. POU YUEN INDONESIA CIANJUR, 27 OKTOBER 2015 Yang saya hormati, 1. Menteri Tenaga Kerja Saudara M. Hanif Dakhiri; 2. Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Parigi, 4 Mei 2015 Yth.: 1. Bupati Parigi Moutong; 2.

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PABRIK ES BALOK BANTUAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DI KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH Donggala, 17 November 2015 Yang saya hormati,

Lebih terperinci

KEADAAN NASKAH JURNAL Per Februari 2012 Tanggal 2 Februari 2012

KEADAAN NASKAH JURNAL Per Februari 2012 Tanggal 2 Februari 2012 KEADAAN NASKAH JURNAL Per Februari 2012 Tanggal 2 Februari 2012 No. Urut No Reg JUDUL NASKAH KEBERADAAN NASKAH SEKRETARIAT K1 K2 PENULIS KETERANGAN NASKAH SIAP CETAK: Vol. 30 No. 1, Maret 2012 1 1311 Kegiatan

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. CHANGSHIN REKSA JAYA GARUT, 27APRIL 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. CHANGSHIN REKSA JAYA GARUT, 27APRIL 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. CHANGSHIN REKSA JAYA GARUT, 27APRIL 2015 Yth. Gubernur Propinsi Jawa Barat atau yang mewakili; Yth. Bupati Kabupaten

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN KAPAL SELF ELEVATED AND PROPELLED UTILITY PLATFORM 2 (SEAPUP 2) JAKARTA, 18 APRIL 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN KAPAL SELF ELEVATED AND PROPELLED UTILITY PLATFORM 2 (SEAPUP 2) JAKARTA, 18 APRIL 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN KAPAL SELF ELEVATED AND PROPELLED UTILITY PLATFORM 2 (SEAPUP 2) JAKARTA, 18 APRIL 2016 Yang saya Hormati. : 1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut; 2.

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENYUSUNAN PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN IKM TAHUN 2017 BANDA ACEH, 27 MARET

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Gelar Sepatu, Kulit dan Fesyen Merek Indonesia Mendunia Hadirin sekalian yang saya hormati,

Gelar Sepatu, Kulit dan Fesyen Merek Indonesia Mendunia Hadirin sekalian yang saya hormati, SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN PAMERAN GELAR SEPATU, KULIT DAN FESYEN TAHUN 2015 JAKARTA CONVENTION CENTER (JCC) JAKARTA, 1 JULI 2015 Yth. : 1. Para Duta Besar Negara

Lebih terperinci

Assalaamu alaikum Wr. Wb.

Assalaamu alaikum Wr. Wb. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN KERAMIKA 2015 JAKARTA, 19 MARET2015 Yang terhormat, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), dan Asosiasi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLI INDONESIA PADA ACARA HALAL BIHALAL DI PT. ADIS DIMENSION FOOTWEAR TANGERANG BANTEN, 31 JULI 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLI INDONESIA PADA ACARA HALAL BIHALAL DI PT. ADIS DIMENSION FOOTWEAR TANGERANG BANTEN, 31 JULI 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLI INDONESIA PADA ACARA HALAL BIHALAL DI PT. ADIS DIMENSION FOOTWEAR TANGERANG BANTEN, 31 JULI 2015 Yth. Komisaris PT. Adis Dimension Footwear, Bapak Harijanto; Yth.

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PT. INDO BHARAT RAYON PURWAKARTA, 12 OKTOBER 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PT. INDO BHARAT RAYON PURWAKARTA, 12 OKTOBER 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PT. INDO BHARAT RAYON PURWAKARTA, 12 OKTOBER 2015 Yth. Gubernur Jawa Barat atau yang mewakili; Yth. Bupati Kabupaten Purwakarta; Yth. Pimpinan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015 Yang Terhormat: Para Pejabat Eselon I dan Eselon II Kementerian Perindustrian,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Jl. Gunung Batu No. 5. Bogor 16610. Telp/fax : 0251 8633378/0251 86333413

Lebih terperinci

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga KEYNOTESPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIC INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN PAMERAN FOTO INDUSTRI HIJAU Plaza Industri Kementerian Perindustrian, Jakarta 7 Mei 2013 Yang saya hormatl, para hadirin sekalian

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM KEGIATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA TAHUN 2014 DI KAB

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM KEGIATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA TAHUN 2014 DI KAB SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA KUNJUNGAN MENTERI KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM KEGIATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA TAHUN 2014 DI KAB. SLEMAN TANGGAL : 19 NOVEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr.

Lebih terperinci

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS Jakarta, 27 Mei 2015 Pendahuluan Tujuan Kebijakan Industri Nasional : 1 2 Meningkatkan produksi nasional. Meningkatkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013 Yang Terhormat : Saudara Menteri Keuangan; Saudara Menteri Perdagangan; Para Pejabat Eselon I dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha furniture sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, bahkan dibeberapa daerah tertentu sudah menjadi budaya turun temurun. Sentra-sentra industri furniture berkembang

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Achmad Supriadi 1) ABSTRAK Industri perkayuan di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama kayu

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUSYAWARAH NASIONAL DEWAN KERAJINAN NASIONAL JAKARTA, 4 JUNI 2015

PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUSYAWARAH NASIONAL DEWAN KERAJINAN NASIONAL JAKARTA, 4 JUNI 2015 PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUSYAWARAH NASIONAL DEWAN KERAJINAN NASIONAL JAKARTA, 4 JUNI 2015 Yang Saya Hormati: 1. Bapak Presiden Republik Indonesia; 2. Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia;

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 Yang kami hormati, Gubernur Jawa Tengah, Bapak H. Ganjar Pranowo, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN PENUTUPAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 (JFSS) FEED INDONESIA FEED THE WORLD JAKARTA, 8 FEBRUARI 2012

SAMBUTAN PENUTUPAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 (JFSS) FEED INDONESIA FEED THE WORLD JAKARTA, 8 FEBRUARI 2012 SAMBUTAN PENUTUPAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA JAKARTA FOOD SECURITY SUMMIT 2012 (JFSS) FEED INDONESIA FEED THE WORLD JAKARTA, 8 FEBRUARI 2012 Bismillahirrahmanirrahim, Yth. Ketua Umum Kamar Dagang dan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal 17-20 September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta Yang Terhormat, 1. Menteri Perekonomian RI; 2. Menteri

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Kunjungan Kerja ke PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik, 17 April 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Kunjungan Kerja ke PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik, 17 April 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Kunjungan Kerja ke PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik, 17 April 2015 Bismillahirrohmanirrahim Yth.Pimpinan dan Karyawan PT. Wilmar Nabati Indonesia Yth. Pejabat Pemerintah

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI DISAMPAIKAN PADA FORUM INOVASI TEKNOLOGI DAN KONFERENSI NASIONAL INOVASI & TECHNOPRENEURSHIP TAHUN 2015 Yth. Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

Asosiasi terkait dari dalam maupun luar negeri, beserta para anggota;

Asosiasi terkait dari dalam maupun luar negeri, beserta para anggota; SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KERAMIKA 2013 JAKARTA, 18 APRIL 2013 Yang terhormat, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), dan Asosiasi terkait dari dalam maupun luar negeri,

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS. SAMBUTAN Bupati bengkalis PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI BIDANG PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BENGKALIS, 4 MEI 2017

BUPATI BENGKALIS. SAMBUTAN Bupati bengkalis PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI BIDANG PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BENGKALIS, 4 MEI 2017 BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN Bupati bengkalis PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI BIDANG PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BENGKALIS, 4 MEI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TANGGAL 16 OKTOBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa merupakan tanaman yang cukup populer di Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah di sepanjang nusantara. Mulai dari ujung barat kepulauan

Lebih terperinci

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. Bambu memiliki cabang-cabang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua.

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN SWARNA FEST 2015 ROTE NDAO, 6 NOVEMBER 2015 Yth. Gubernur Nusa Tenggara Timur, Yth. Bupati Rote Ndao Yth. Para Kepala Daerah se-provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

INDONESIA GREEN AWARDS 2015

INDONESIA GREEN AWARDS 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN INDONESIA GREEN AWARDS 2015 Yang saya hormati, 1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Menteri Kelautan dan Perikanan; 3. Chairman

Lebih terperinci

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ; Sambutan Menteri Perindustrian Pada Acara Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) & Talkshow Realita dan Arah Keberlanjutan Industri Pengolahan dan Pemurnian

Lebih terperinci

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua.

Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN SRIWIJAYA EXHIBITION III TANGGAL, 6-9 OKTOBER 2015 Yth. Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Yth. Ketua Dekranasda Provinsi Sumatera Selatan beserta jajarannya.

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MAINTENANCE REPAIR AND OVERHOUL INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 20 April 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MAINTENANCE REPAIR AND OVERHOUL INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 20 April 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MAINTENANCE REPAIR AND OVERHOUL INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 20 April 2016 Yang terhormat. : Saudara Menteri Perhubungan, atau yang mewakili;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO JAKARTA, 7 FEBRUARI 2013 DAFTAR

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

LAPORAN PAMERAN. Oleh: Sub Bidang Data, Informasi dan Diseminasi

LAPORAN PAMERAN. Oleh: Sub Bidang Data, Informasi dan Diseminasi LAPORAN PAMERAN Oleh: Sub Bidang Data, Informasi dan Diseminasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor, 2012 LAPORAN PAMERAN BAMBU DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kehilangan Berat (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keawetan Alami Hasil perhitungan kehilangan berat ke empat jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 4. Data hasil pengukuran disajikan pada Lampiran

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai salah satu sumber daya alam penghasil kayu menjadi modal dasar bagi pertumbuhan industri sektor pengolahan kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH Atok Subiakto PUSKONSER, Bogor Antusias masyarakat menanam jabon meningkat pesat Mudah menanamnya Dapat ditanam dimana saja Pertumbuhan cepat Harga kayu

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUNAS IWAPI KE - VIII JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2015

PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUNAS IWAPI KE - VIII JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2015 PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA MUNAS IWAPI KE - VIII JAKARTA, 16 SEPTEMBER 2015 Yth. : 1. Bapak Wakil Presiden RI; 2. Ketua Umum IWAPI beserta Pengurus Pusat IWAPI; 3. Para Peserta MUNAS IWAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara POKOK-POKOK PIKIRAN MEN E PE INDUS IAN PA A "SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD" DENGAN TEMA : "MENUJU SWASEMBADA YANG KOMPETITIF DAN BERKELANJUTAN SERTA MENDORONG PRODUK-PRODUK UNGGULAN MENlADI PRIMADONA

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIANPROVING GROUND PT. GAJAH TUNGGAL, TBK. KARAWANG, 19 MEI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIANPROVING GROUND PT. GAJAH TUNGGAL, TBK. KARAWANG, 19 MEI 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIANPROVING GROUND PT. GAJAH TUNGGAL, TBK. KARAWANG, 19 MEI 2016 Yang terhormat: Saudara Gubernur Jawa Barat dan jajarannya; Saudara-Saudara para Pimpinan

Lebih terperinci

LAPORAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. pada

LAPORAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. pada PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl. Diponegoro No. 60. Telp 321715-3221645 FAX (0536) 3229161 PALANGKA RAYA (73112) LAPORAN KEPALA BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci