*Diterima : 29 Maret 2010; Disetujui : 20 Oktober 2010
|
|
- Irwan Iwan Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SERANGAN HAMA DAN TINGKAT KERUSAKAN DAUN AKIBAT HAMA DEFOLIATOR PADA TEGAKAN JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) (Pest Attack and Defoliation Level on Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)* Oleh/By: Avry Pribadi Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok Jl. Raya Bangkinang Kuok Km. 9 Bangkinang 28401, Kotak Pos 4/BKN Riau Telp : (0762) , Fax : (0762) , *Diterima : 29 Maret 2010; Disetujui : 20 Oktober 2010 s ABSTRACT Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.), as one of the alternative tree species for pulp and paper industry, may have a problem in the plantation. One of the problem is pest attack that can reduce the quality of stand. The aim of this research was to obtain information on the incidence of pest attacks and the damage level caused by defoliators on A. cadamba Miq.. The study was carried out at three locations, i.e. industrial plantation (HTI) Baserah sector, HTI Pelalawan sector, and smallholder plantation (HR). Five observation plots were established in each site (except for HTI Pelalawan sector with only two plots). Up to 100 trees were observed in each plot.. The results showed that on average the highest level of incidence of pest attacks occurred in HTI Baserah sector with the pests attacked were Arthochista hilaralis, Cosmoleptrus sumatranus, and bagworm (Pychidae). In HTI Pelalawan sector, the pests attacked were A. hilaralis, Coptotermes sp., and bagworm (Psychidae), whereas in HR the pests attacked were A. hilaralis, Cosmoleptrus sumatranus, and Dysdercus cingulatus. The highest level of damage caused by defoliators occurred in the Baserah sector (92.88%) and the lowest level was found in Pelalawan sector (40.5%). In HR the level of damage was 55.67%. Keywords: Anthocephalus cadamba Miq., incidence level, severity level ABSTRAK Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) sebagai salah satu jenis tanaman alternatif untuk hutan tanaman industri pulp dan kertas memiliki beberapa kelemahan antara lain serangan hama yang dapat mengurangi kualitas tegakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang besarnya tingkat kejadian serangan oleh berbagai hama dan tingkat kerusakan oleh serangan defoliator pada tiga lokasi penelitian yaitu HTI sektor Baserah, HTI sektor Pelalawan, dan Hutan Rakyat (HR). Penentuan plot tiap lokasi dilakukan secara systematic sampling dengan jumlah sampel maksimal 100 pohon tiap plot dan ada lima plot tiap lokasinya (kecuali HTI sektor Pelalawan hanya dua plot). Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kejadian serangan tertinggi terjadi pada HTI sektor Baserah dengan tingkat serangan hama yang menyerang berturut-turut adalah Arthochista hilaralis, Cosmoleptrus sumatranus, dan ulat kantong (Pychidae). Pada sektor Pelalawan, tingkat serangan hama berturut-turut adalah A. hilaralis, Coptotermes sp., dan ulat kantong (Psychidae), sedangkan hama pada HR berturut-turut adalah A. hilaralis, Cosmoleptrus sumatranus, dan Dysdercus cingulatus. Tingkat kerusakan akibat serangan hama defoliator tertinggi terjadi pada kawasan HTI sektor Baserah (92,88%) dan terendah terdapat pada HTI sektor Pelalawan (40,5%), sedangkan pada HR sebesar 55,67%. Kata kunci: Anthocephalus cadamba Miq., kejadian serangan, intensitas kerusakan daun I. PENDAHULUAN Jenis Acacia dan Eucalyptus yang selama ini dikembangkan oleh banyak perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) pulp dan kertas dalam pengelolaannya yang monokultur dimungkinkan akan mengalami banyak permasalahan. Salah satunya adalah serangan hama yang dapat menurunkan kualitas tegakan. Serangan hama ini bahkan menunjukkan kecenderungan yang meningkat setiap rotasinya. Nair (2001) melaporkan bahwa serangan hama Coptotermes curvighatus dapat menurunkan tegakan sebesar 10-50%. Permasalahan yang dialami Acacia dan Eucalyptus tersebut salah satu solusi- 451
2 Vol. VII No. 4 : , 2010 nya adalah mengganti dengan tanaman alternatif. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) sebagai salah satu jenis tanaman alternatif telah memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai bahan pulp dan kertas, antara lain adalah cepat tumbuh (fast growing), panjang serat 1,561 µm, diameter serat 23,95 µm, dan tebal dinding serat 2,78 µm (Aprianis, 2007). Namun demikian, sebagai suatu ekosistem yang monokultur, jabon rentan terhadap serangan hama terutama jika serangan hama tersebut mengalami blooming sebagai akibat sedikitnya jumlah organisme predator dan melimpahnya makanan (karena populasi tanaman yang sejenis). Hama yang menyerang suatu populasi hutan tanaman akan dapat bersifat sangat merusak terutama hama-hama dari kelompok defoliator. Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh hama ini cukup bervariasi bergantung dari jenis spesies maupun faktor abiotiknya. Salah satu contoh adalah serangan hama Spodoptera sp. pada lokasi persemaian Acacia crassicarpa yang dapat mengalami fluktuasi populasi sebagai akibat dari beberapa perubahan faktor abiotik (Tjahjono, komunilasi pribadi, 2009). Kajian terhadap kejadian dan tingkat serangan oleh berbagai hama yang menyerang tanaman jabon dapat digunakan untuk mengetahui jenis hama apa yang berpotensi tinggi merusak tegakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang besarnya tingkat kejadian serangan dan tingkat kerusakan oleh hama defoliator yang menyerang jabon (A. cadamba). Hal ini diperlukan sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan dalam usaha pengendalian serangan hama terpadu. II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu kawasan HTI milik PT RAPP (sektor Pelalawan dan Baserah) dan areal HR (Hutan Rakyat) di Kabupaten Kampar, Riau. Penelitian ini berlangsung selama delapan bulan mulai bulan Januari 2009 sampai bulan Agustus B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alkohol 70%, formalin 4%, tally sheet, pita penanda pohon, spidol, kertas label, dan pensil. Peralatan yang digunakan adalah botol sampel, kotak penampung serangga, jaring penangkap serangga, dan teropong. C. Rancangan Penelitian Plot pengamatan untuk masing-masing lokasi ditentukan dengan metode systematic sampling. Setiap lokasi terdapat lima plot pengamatan dan tiap plot terdiri atas 100 pohon (kecuali HTI sektor Pelalawan terdiri atas dua plot dengan jumlah 72 pohon). Sebaran plot pengamatan tiap lokasi ditempatkan pada pojok lokasi dan tengah lokasi (metode bujur sangkar) seperti tertera pada Gambar 1. Gambar (Figure) 1. Penentuan plot pengamatan untuk tiap lokasi (Observation plots for each location) Pengamatan dilakukan atas kejadian serangan oleh berbagai jenis hama dan tingkat serangan hama defoliator. Berdasarkan pengamatan di lapangan, hama dari kelompok defoliator ada dua jenis, yaitu Arthochista hilaralis (Gambar 2) dan Daphnis hyphotous (Gambar 3). 452
3 Serangan Hama dan Tingkat Kerusakan Daun (A. Pribadi) Gambar (Figure) 2. A. hilaralis (sebelah kiri fase dewasa dan kanan fase larva) (Imago of A. hilaralis on the left and larvae on the right) Gambar (Figure) 3. D. hypothous (sebelah kiri fase dewasa dan kanan fase larva) (Imago of D. hypothous on the left and larvae on the right) D. Penentuan Kejadian Serangan Hama Penghitungan kejadian serangan hama dilakukan dengan menggunakan rumus oleh Tulung (2000): K n N x100% Keterangan: K = Kejadian serangan oleh hama tertentu n = Jumlah tanaman yang terserang oleh hama tertentu N = Jumlah tanaman dalam satu plot E. Penentuan Tingkat Kerusakan Hama Tingkat kerusakan akibat serangan hama defoliator ditentukan dengan rumus Kilmaskossu dan Nerokouw (1993): ni.vi I N.V x100% Keterangan: I : Tingkat kerusakan per tanaman ni : Jumlah tanaman dengan skor ke-i Vi : Nilai skor serangan N : Jumlah tanaman yang diamati V : Skor tertinggi Tingkat skor yang digunakan adalah: 0 : sehat 1 : Sangat ringan (1-20%) 2 : Ringan (21-40) 3 : Sedang (41-60%) 4 : Berat (61-80%) 5 : Sangat berat (81-100%). F. Analisis Data Analisa data dilakukan secara deskriptif kuantitatif terhadap kejadian serangan dan tingkat kerusakan akibat serangan defoliator serta dilakukan komparasi antara lokasi penelitian (HTI PT RAPP dan HR). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kejadian Serangan Tiap Lokasi Persentase kejadian serangan hama pada tanaman jabon (A. cadamba) pada lokasi HTI PT RAPP sektor Baserah dapat dilihat pada Tabel
4 Vol. VII No. 4 : , 2010 Tabel (Table) 1. Persentase tingkat kejadian serangan hama yang menyerang jabon pada lokasi HTI sektor Baserah (Percentage of pest incidence level that attack jabon on industrial plantation in Baserah sector) Persentase tingkat kejadian serangan hama (Pest incidence level) (%) Plot Jumlah pohon A. hilaralitranus (Psychidae) sp. cingulatus sp. hypothous C. suma- Bag worm Zeuzera D. Coptotemes D. (Plot) (Number of tree) Keterangan (Remark): tanggal pengamatan 23 Juli 2009 (observation date on July 23, 2009) Pada Tabel 1 terlihat bahwa persentase kejadian serangan tertinggi dilakukan oleh A. hilaralis. Nair (2000) melaporkan bahwa A. hilaralis pernah menyerang jabon di Kalimantan Timur dan menyebabkan kerusakan yang serius. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kejadian serangan hama ini bervariasi antara 59% hingga 88%. Hama C. sumatranus merupakan jenis hama kedua tertinggi yang menyerang pada waktu pengamatan. Hama ini bertipe penghisap cairan tumbuhan, terutama pada jaringan muda tanaman (pucuk dan daun muda). Hama terbanyak ketiga yang menyerang jabon adalah ulat kantong (Psychidae) (2-9%). Persentase kejadian serangan hama pada tanaman jabon (A. cadamba) di lokasi HTI PT RAPP sektor Pelalawan dapat dilihat pada Tabel 2. Berbeda dengan sektor Baserah yang memiliki tipe tanah mineral (podsolik merah kuning), jenis tanah pada sektor Pelalawan ini memiliki tipe tanah organik. Persentase kejadian serangan tertinggi dilakukan oleh A. hilaralis. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tingkat kejadian serangannya bervariasi antara 15% sampai 21,4%. Hama Coptotermes sp. merupakan hama kedua tertinggi yang menyerang jabon dengan tingkat kejadian serangan bervariasi antara 3,5% sampai 9,1%. Hama ini merupakan hama yang umum ada pada lahan gambut. Menurut Anonim (2008), pada ekosistem hutan Coptotermes memiliki preferensi yang tinggi terhadap tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi. Pertumbuhan populasi tertinggi berturut turut terdapat pada tanah gambut, serasah daun, serbuk gergaji, sedangkan pada tanah mineral dan pasir pertumbuhan populasinya lebih rendah. Pengamatan di lapangan, Coptotermes memulai aktivitas serangannya pada bagian akar kemudian mulai membentuk terowongan pasir di sepanjang batang. Hama terbanyak ketiga yang menyerang jabon adalah ulat kantong (2,2%). Keberadaan ulat kantong pada dua lokasi (sektor Pelalawan dan Baserah) diduga karena cekaman yang dialami oleh tanaman. Hal ini diduga karena lokasi yang digunakan untuk penanaman jabon ini termasuk pada jenis tanah kurang subur (jenis tanah gambut di sektor Pelalawan dan tanah podsolik merah kuning di sektor Baserah). Hasil analisis tanah penelitian terdahulu oleh Aprianis (2009) menyatakan bahwa kandungan C organik di tanah gambut termasuk tinggi (45,17%). Tingginya kandungan bahan organik dan rendahnya nutrisi tanah dapat menjadi cekaman bagi tanaman. Dugaan cekaman lain adalah pengaruh musim kemarau yang menjadikan jabon kehilangan turgorsitas sehingga mudah terserang oleh hama dan penyakit. Kedua pengaruh tersebut akan dapat menurunkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama. Menurut Kalshoven (1981), serangan ulat kantong terjadi apabila tanaman sedang mengalami stres atau sedang mengalami cekaman sebagai akibat dari rendahnya nutrisi. Persentase tingkat kejadian serangan hama pada tanaman jabon (A. cadamba) 454
5 Serangan Hama dan Tingkat Kerusakan Daun (A. Pribadi) pada lokasi HTR/HR di Pantai Cermin, Kabupaten Kampar dapat dilihat pada Tabel 3. Persentase tingkat kejadian serangan tertinggi dilakukan oleh A. hilaralis. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kejadian serangan hama berkisar antara 25% sampai 33%. Cosmoleptrus sumatranus merupakan hama tertinggi kedua yang menyerang jabon pada waktu pengamatan dengan tingkat kejadian serangan antara 6% sampai 21%. Hama terbanyak ketiga yang menyerang jabon adalah D. cingulatus dengan tingkat kejadian serangan berkisar antara 2% sampai 16%. Hama ini merupakan hama yang bertipe penghisap dan umumnya menyerang tanaman dari suku Malvaceae (kapuk randu) (Kalshoven, 1981). Beberapa serangga hama yang berhasil ditemukan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. B. Tingkat Kerusakan Daun oleh Hama Defoliator Pada Tabel 4, tingkat kerusakan akibat serangan defoliator tertinggi terdapat pada HTI sektor Baserah (92,88%) dan termasuk dalam kategori kerusakan sangat berat (Gambar 7). Di antara dua hama defoliator yang menyebabkan kerusakan pada daun, jenis A. hilaralis merupakan hama yang menimbulkan tingkat kerusakan tertinggi. Fase yang merusak adalah ketika hama ini mencapai tingkat Tabel (Table) 2. Persentase tingkat kejadian serangan hama yang menyerang jabon pada lokasi HTI sektor Pelalawan (Percentage of pest incidence level that attack jabon on industrial plantation in Pelalawan sector) Persentase tingkat kejadian serangan hama (Pest incidence level) (%) Plot Jumlah pohon A. hilaralitranus (Psychidae) sp. cingulatus sp. hypothous C. suma- Bag worm Zeuzera D. Coptotemes D. (Plot) (Number of tree) , , ,9-2, ,1 - Keterangan (Remark): tanggal pengamatan 20 Juli 2009 (observation date on July 20, 2009) Tabel (Table) 3. Persentase tingkat kejadian serangan hama yang menyerang jabon pada lokasi HR di Pantai cermin, Kabupaten Kampar (Percentage of pest incidence level that attack jabon on Community Forest in Pantai Cermin, Kampar) Persentase tingkat kejadian serangan hama (Pest incidence level) (%) Plot Jumlah pohon A. hilaralitranus (Psychidae) sp. cingulatus sp. hypothous C. suma- Bag worm Zeuzera D. Coptotemes D. (Plot) (Number of tree) Keterangan (Remark): tanggal pengamatan 25 Mei 2009 (observation date on May 25, 2009) A B C Gambar (Figure) 4. A. Cosmoleptrus sumatranus dewasa (Imago of C. sumatranus); B. Zeuzera sp. dewasa (Imago of Zeuzera sp.); C. Coptotermes sp. 455
6 Vol. VII No. 4 : , 2010 larva. Pada instar pertama dan kedua, ulat hanya memakan jaringan lunak (epidermis) daun dengan dilapisi oleh semacam silky web. Serangan hama ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan jika hama ini menyerang tanaman pada tingkat persemaian maka dapat mengakibatkan kematian karena tanaman tersebut kehilangan daun. Mereka memakan daun yang masih muda pada waktu pagi dan siang hari, sedangkan fase dewasanya aktif pada malam hari. Ngengat A. hilaralis pada fase dewasa memiliki warna hijau kebiruan dengan panjang tubuh mencapai 34 mm. Larva memiliki warna hijau bening dengan warna coklat hitam pada bagian kepala dan memiliki panjang mencapai 25 mm. Tingginya tingkat kerusakan pada jabon di lahan ini diduga ada hubungannya dengan kematian gulma (pada lahan ini baru dilakukan penyemprotan satu minggu sebelumnya). Kematian gulma diduga dapat menyebabkan beberapa serangga hama mengalihkan inangnya ke tanaman jabon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjahjono (komunikasi pribadi) bahwa ada pengaruh vegetasi tumbuhan di bawah tegakan terhadap keberadaan serangga hama. Dugaan lain adalah pengaruh dari faktor lingkungan. Temperatur di lokasi ini berkisar antara o C dengan kelembaban sekitar 70%. Temperatur tidak hanya berpengaruh terhadap tanaman tetapi juga berpengaruh terhadap metabolisme serangga hama. Hal ini dikarenakan serangga hama termasuk hewan poikiloterm membutuhkan panas dari lingkungan untuk memulai metabolismenya. Menurut Yunafsi (2007), kehidupan hama atau serangga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biotik, maupun makanan. Di kawasan hutan, faktor-faktor iklim ini akan dimodifikasi dan membentuk iklim mikro yang akan mempengaruhi kehidupan serangga di dalam hutan. Tegakan jabon pada HTI sektor Pelalawan menunjukkan tingkat kerusakan yang terendah (40,50%) dan termasuk dalam kategori tingkat kerusakan ringan. Hal ini diduga karena temperatur di lahan gambut yang dapat mencapai 40 o C dengan kelembaban rendah (kurang dari 60%). Akibatnya dapat menghambat perkembangan serangga hama karena berpengaruh negatif terhadap metabolisme serangga hama tersebut. Gogoi et al. (2000) menyatakan bahwa parameter meteorologi berpengaruh terhadap perkembangan serangga hama. Dugaan lain adalah pertumbuhan gulma (terutama Acacia crassicarapa) pada lahan HTI gambut yang melebihi pertumbuhan jabon itu sendiri. Kerapatan gulma yang tinggi dapat menjadi habitat yang sesuai bagi hama untuk tumbuh dan berkembang karena memiliki banyak pilihan inang untuk berkembangbiak. Keberadaan gulma ini diduga mengalihkan serangan serangga hama defoliator yang dapat menyerang tanaman jabon. Hutan Rakyat memiliki tingkat kerusakan 55,67% dan termasuk dalam kategori sedang. Hal ini diduga karena pada HR dilakukan pemeliharaan secara intensif berbeda dengan tehnik silvikultur yang umum dilakukan di HTI (HTI menggunakan jarak tanam 2 m x 2,5 m dan pemeliharaan hanya dilakukan pada Tabel (Table) 4. Persentase tingkat kerusakan akibat serangan defoliator pada tanaman jabon di tiga lokasi (Percentage of damage level caused by defoliator attacks at three locations of jabon plantations) Plot (Plot) HTI sektor Baserah (Baserah HTI sektor Pelalawan HR (Community forest) sector) (%) (Pelalawan sector) (%) (%) , ,40-67, , ,80-43,60 Rataan (Average) 92,88 40,50 55,67 456
7 Serangan Hama dan Tingkat Kerusakan Daun (A. Pribadi) tahun pertama saja sedangkan HR menggunakan 4 m x 5 m). Menurut Arif et al. (2006), populasi hama menurun sebanding dengan penambahan jarak tanam. Tingkat kerusakan oleh serangan hama defoliator pada tegakan jabon yang dapat mencapai kategori sangat berat sebaiknya dilakukan usaha pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida bertujuan untuk membasmi hama defoliator secara cepat dan massal. Untuk usaha pengendalian serangan hama defoliator yang berkelanjutan perlu diperhatikan fungsi dari vegetasi yang berada di bawah tegakan jabon. Vegetasi yang berada di bawah tegakan tersebut dapat berfungsi sebagai inang bagi serangga parasitoid yang akan memangsa kelompok hama defoliator dan sebagai inang alternatif bagi kelompok hama defoliator. Namun masih perlu dilakukan beberapa penelitian lanjutan mengenai pengaruh keberadaan vegetasi di bawah tegakan jabon tersebut sebagai inang alternative bagi kelompok hama defoliator tersebut. Gambar (Figure) 7. Kerusakan jabon yang disebabkan oleh serangan A. hilaralis (Damage on jabon caused by A. Hilaralis attack) IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Rata-rata kejadian serangan hama tertinggi terjadi pada HTI (sektor Baserah maupun Pelalawan) berturut-turut adalah Arthochista hilaralis, Cosmoleptrus sumatranus, Coptotermes, dan ulat kantong (Physidae). Hama yang banyak menyerang Hutan Rakyat berturut-turut adalah A. hilaralis, C. sumatranus, dan Dysdercus cingulatus. Tingkat kerusakan akibat serangan hama defoliator tertinggi terjadi pada areal HTI sektor Baserah (92,88%) dan terendah terdapat pada HTI sektor Pelalawan (40,5%), sedangkan pada Hutan Rakyat Pantai Cermin, tingkat kerusakannya mencapai 55,67%. B. Saran DAFTAR PUSTAKA Anonim Kajian Aspek Biologi Coptotermes curvignathus Holmgren sebagai Dasar Pengendalian Rayap pada Pertanaman Kelapa Sawit. Diakses tanggal 13 Oktober Aprianis, Y Eksplorasi Jenis-Jenis Kayu yang Berpotensi sebagai Tanaman Pulp Alternatif. Laporan Hasil Penelitian. Loka Litbang Kuok, Kuok. Aprianis Evalusi Kandungan Biomassa dan Dekomposisi Serasah. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat, Kuok. Arif, J. M, D.M. Gogi, M. Mirza, K. Zia, and F. Hafeez Impact of Plant Spacing and Abiotic Factors on Population Dynamics of Sucking Insect Pests of Cotton. Pakistan Journal Biological Sciences 9 (7): Islamabad Gogoi, I., B.C. Dutta, and I. Gogoi Seasonal Abudance of Cotton Jassad on Okara. Journal of Agricultural Science Social North East india 13: Assam. 457
8 Vol. VII No. 4 : , 2010 Kalshoven, I.G.E Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru, Jakarta. Kilmaskossu, S.T.E.M and J.P. Nerokouw Inventory of Forest Damage at Faperta Uncen Experiment Gardens in Manokwari Irian Jaya Indonesia. Proceedings of the Symphosium on Biotechnological and environmental Approaches to Forest and Disease Management. SEAMEO, Bogor. Nair, K.S.S Insect Pest and Diseases in Indonesian Forest: An Assesment of the Major Threats, Reserach Efforts and Literature. CIFOR, Bogor. Nair, K.S.S Pest Outbreaks in Tropical Forest Plantation: Is there a Greater Risk for Exotic Tree Species. CIFOR, Bogor. Tulung, M Study of Cacoa Moth (Conopomorpha cramerella) Control in North Sulawesi. Eugenia 6 (4): Yunafsi Permasalahan Hama, Penyakit, dan Gulma dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri dan Usaha Pembangunannya. http: //library.usu.ac.id. Diakses tanggal 13 Oktober
PENGARUH TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN DAUN JABON ( Anthocephalus cadamba) OLEH Arthrochista hilaralis
PENGARUH TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN DAUN JABON ( Anthocephalus cadamba) OLEH Arthrochista hilaralis The Effect of e and Humidity to the Severity Level Caused by Arthrochista hilaralis
Lebih terperinciINTENSITAS SERANGAN HAMA ULAT API (Setothosea asigna) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis. JACQ) DI KECAMATAN TEBO TENGAH KABUPATEN TEBO
INTENSITAS SERANGAN HAMA ULAT API (Setothosea asigna) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis. JACQ) DI KECAMATAN TEBO TENGAH KABUPATEN TEBO Yuza Defitri 1*, Yulistiati Nengsih 1 dan Harianto Saputra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan populasi yang berlimpah, terdiri dari 16 sub famili, 296 genus dan 15.000 spesies yang telah teridentifikasi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KERUSAKAN TEGAKAN HUTAN DI AREAL KPPH TALANGMULYA
PROSIDING ISSN: 2598 0246 E-ISSN: 2598-0238 SEMNAS IIB DARMAJAYA Lembaga Penelitian, Pengembangan Pembelajaran & Pengabdian Kepada Masyarakat, 25 Oktober 2017 IDENTIFIKASI TINGKAT KERUSAKAN TEGAKAN HUTAN
Lebih terperinciJurnal Sylva Lestari ISSN (print) Vol. 5 No.3, Juli 2017 (77 86) ISSN (online)
TINGKAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) DI DESA NEGARA RATU II KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN PEST ATTACKED LEVEL ON JABON PLANTATION (Anthocephalus cadamba Miq.)
Lebih terperinciJurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 2, Mei 2014 (7 16)
INVENTARISASI HAMA PERSEMAIAN DI HUTAN TANAMAN RAKYAT DESA NGAMBUR KECAMATAN BENGKUNAT BELIMBING KABUPATEN LAMPUNG BARAT (THE INVENTORY OF NURSERY PESTS AT COMMUNITY PLANTATION FOREST ON NGAMBUR VILLAGE
Lebih terperinciNugraha Sembiring 1*, Mena Uly Tarigan 2, Lisnawita 2 ABSTRACT
1235. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 TINGKAT SERANGAN ULAT KANTONG Metisa plana Walker (Lepidoptera: Psychidae) TERHADAP UMUR TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2014 di. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Bahan-bahan yang
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2014 di Perkebunan kelapa sawit Yayasan Darul Jamil, Desa pantai Raja Kec. Perhentian Raja, Kabupaten
Lebih terperinciPOPULASI DAN SERANGAN Cnaphalocrosis medinalis (LEPIDOPTERA; PYRALIDAE) PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
POPULASI DAN SERANGAN Cnaphalocrosis medinalis (LEPIDOPTERA; PYRALIDAE) PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA TENGGARA POPULATION AND INSECT PESTS ATTACK OF Cnaphalocrosis medinalis (LEPIDOPETRA
Lebih terperinciSERANGAN KUTU PUTIH PADA MANGLID (Manglieta glauca Bl) DENGAN POLA MONOKULTUR DAN CAMPURAN
SERANGAN KUTU PUTIH PADA MANGLID (Manglieta glauca Bl) DENGAN POLA MONOKULTUR DAN CAMPURAN Endah Suhaendah Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp.
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)
19 IV. KONDISI UMUM 4.1 Profil Umum PT. Riau Andalan Pulp and Paper PT. Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) adalah bagian dari Asia Pasific Resources International Holdings Limitied (APRIL) Group, perusahaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran
TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia
Lebih terperinciKawasan Hutan. Kepala Badan Litbang Kehutanan. Statistik Kehutanan 2009
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN Kawasan Hutan Bogor, 14 Juni 2012 Kepala Badan Litbang Kehutanan No. Tipe Area (ha) 1. Hutan Konservasi 19.876.870,57 2. Hutan lindung
Lebih terperinciSINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN REPUBLIK SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN Bogor, 13-14 Nopember 2014 Kegiatan Penelitian 2010-2014 RPI : Penelitian pengelolaan hutan tanaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciSTUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU
STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU J. Audrey Leatemia dan Ria Y. Rumthe Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Lebih terperinciSERANGAN RAYAP COPTOTERMES
SERANGAN RAYAP COPTOTERMES SP. PADA TANAMAN MERANTI MERAH (SHOREA LEPROSULA MIQ.) DI BEBERAPA LOKASI PENANAMAN DI KALIMANTAN TIMUR Termites Attack of Coptotermes Sp. on Red Meranti (Shorea Leprosula Miq.)
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA
ANALISIS KERUSAKAN TANAMAN KOPI AKIBAT SERANGAN HAMA Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) PADA PERTANAMAN KOPI DI KABUPATEN TAPANULI UTARA SKRIPSI OLEH : Darwin Silitonga 100301161 AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciPENGALAMAN SWASTA DALAM IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KESEHATAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Dr. Budi Tjahjono. Head of Plant Health Program AAA R&D
PENGALAMAN SWASTA DALAM IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KESEHATAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Dr. Budi Tjahjono Head of Plant Health Program AAA R&D Outline Presentasi Pendahuluan - Lokasi Kerja: PT. Riau Andalan
Lebih terperinciPengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT
Pengendalian serangga hama Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT 1. Pengendalian secara silvikultur -Mengatur komposisi tegakan (hutan campuran)
Lebih terperinciPeneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp:
Manajemen Pemupukan untuk Pembuatan Hutan Tanaman Acacia mangium sebagai Pengalaman PT. Musi Hutan Persada dalam Pengelolaan Hutan Tanaman Industri, di Sumatera Selatan Oleh: Maydra Alen Inail *, Bambang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padajaya Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300 meter di atas
Lebih terperinciTINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)
TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi
Lebih terperinciPENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.
PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber (DRT), Sei. Sinepis, Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA
BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ini dilakukan pada lokasi umur yang berbeda yaitu hutan tanaman akasia (A. crassicarpa) di tegakan berumur12 bulan dan di tegakan berumur 6 bulan. Jarak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran
Lebih terperinciSKRIPSI. INTENSITAS SERANGAN HAMA ULAT KANTONG PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PADA USIA BERBEDA DI KEBUN YAYASAN DARUL JAMIL
SKRIPSI INTENSITAS SERANGAN HAMA ULAT KANTONG PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PADA USIA BERBEDA DI KEBUN YAYASAN DARUL JAMIL Oleh: Mhd Novra Lahiri 10782000050 Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciAGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)
AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi
12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan
Lebih terperinciGambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter
Lebih terperinciIdentifikasi, Intensitas dan Persentase Serangan Hama Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae) pada Acacia mangium Willd.
, Intensitas dan Persentase Serangan Hama Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae) pada Acacia mangium Willd. Identification, Intensity and Percentage of Attacks of Helopeltis sp. (Hemiptera: Miridae) on Acacia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor pertanian. Perkebunan juga berperan dalam membangun perekonomian nasional,
Lebih terperinciUJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)
UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.) SKRIPSI OLEH : IIN SUWITA 070302020 HPT DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciAplikasi pestisda nabati
Aplikasi pestisda nabati Aplikasi Pestisida Nabati skala lapangan Aplikasi Pestisida Nabati Aplikasi Pestisida Nabati Page 95 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah sumber kehidupan karena hutan bukan hanya penopang kehidupan manusia namun juga hewan dan bahkan tumbuhan itu sendiri. Kelangsungan hutan terancam oleh
Lebih terperinciMETODOLOGI. Lokasi dan Waktu
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis
Lebih terperinciSerangan Hama Penggerek Cabang Mangga (Rhytidodera sp.) (Coleoptera: Cerambycidae) di Kelurahan Manembo-Nembo Kota Bitung.
1 Serangan Hama Penggerek Cabang Mangga (Rhytidodera sp.) (Coleoptera: Cerambycidae) di Kelurahan Manembo-Nembo Kota Bitung (Attacks of stem borer pest of mango (Rhytidodera sp.) (Coleoptera: Cerambycidae)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciAsam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK
Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FUNGI PADA PEMBIBITAN JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) di SAMPALI MEDAN SKRIPSI
IDENTIFIKASI FUNGI PADA PEMBIBITAN JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) di SAMPALI MEDAN SKRIPSI Oleh : Maharani D Purba 081202028 / Budidaya Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN MEDAN
Lebih terperinciUSAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH
USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH Atok Subiakto PUSKONSER, Bogor Antusias masyarakat menanam jabon meningkat pesat Mudah menanamnya Dapat ditanam dimana saja Pertumbuhan cepat Harga kayu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia
TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama
Lebih terperinciKESESUAIAN TEMPAT TUMBUH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN PADA LAHAN BERGAMBUT TERBUKA DI KEBUN PERCOBAAN LUBUK SAKAT, RIAU
Kesesuaian Tempat Tumbuh Beberapa Jenis (Kamindar Ruby) KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN PADA LAHAN BERGAMBUT TERBUKA DI KEBUN PERCOBAAN LUBUK SAKAT, RIAU (Site Suitability of Several
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)
PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.
Lebih terperinciJurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm. 14-19 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JABON (Anthocephalus cadamba Roxb Miq) PADA MEDIA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciPenggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi
Lebih terperinciDENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK
PENGENDALIAN RAYAP Coptotermes curvignatus Holmgren. (Isoptera: Rhinotermitidae) DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) PADA BERBAGAI JENIS UMPAN DI LABORATORIUM SKRIPSI ADE GUNAWAN MANURUNG
Lebih terperinciPertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1
Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)H.Keng). Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1 Hanif
Lebih terperinciSerangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai
Serangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai Kurnia Paramita Sari, Suharsono, dan Suntono Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gulma siam (Chromolaena odorata) tercatat sebagai salah satu dari gulma tropis. Gulma tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (dapat mencapai 20 mm per
Lebih terperinciHAMA URET PADA TANAMAN KAPUR (Dryobalanops lanceolata Burck)
HAMA URET PADA TANAMAN KAPUR (Dryobalanops lanceolata Burck) Uret pest on the Dryobalanops lanceolata Burck Plant Ngatiman Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Wahab Sjachrani No. 68 Sempaja
Lebih terperinciSi Pengerat Musuh Petani Tebu..
Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN
KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.
Lebih terperinciPRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH. Litterfall Production, and Decomposition Rate of
PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH Acacia crassicarpa A. Cunn. di PT. ARARA ABADI Litterfall Production, and Decomposition Rate of Acacia crassicarpa A. Cunn in PT. Arara Abadi. Balai Penelitian Hutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan bahan baku kertas dunia semakin meningkat seiring meningkatnya permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011). Berdasarkan
Lebih terperinciYos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP
. PENILAIAN INTENSITAS KERUSAKAN SERANGAN ORGANISME PENGANGGU TANAMAN (OPT) PENILAIAN INTENSITAS KERUSAKAN SERANGAN ORGANISME PENGANGGU TANAMAN (OPT) Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani,
Lebih terperinciJurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB
IKLlM INDONESIA HANDOKO Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB Secara umum, daerah tropika terletak di antara lintang 23,5O LU (tropika Cancer) sampai 23,5O LS (tropika Capricorn). Batasan ini berdasarkan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciKERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK
11/1/13 MAKALAH SEMINAR/EKSPOSE HASIL PENELITIAN TAHUN 13 BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA SAMARINDA KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK Oleh: Asef
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jabon merah ( Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang cepat tumbuh (fast growing species) dan relatif tahan terhadap
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.
Lebih terperinciKeanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo
Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan
II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat
Lebih terperinciBUDIDAYA KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena
Lebih terperinciINVENTARISASI HAMA TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA DI KEBUN PERCOBAAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA COGREG, BOGOR
INVENTARISASI HAMA TANAMAN JATI UNGGUL NUSANTARA DI KEBUN PERCOBAAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA COGREG, BOGOR Oleh: Beni Napitu 1), Kustin Bintani Meiganati 2), BP. Poltak Panjaitan 2) Beni Napitu, Kustin
Lebih terperinciSKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT
SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. Sebaran Hotspot Tahunan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penggunaan api, iklim, dan perubahan tata guna
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Biofisik Areal Perusahaan HTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) merupakan pemegang IUPHHK-HTI dalam hutan tanaman No. 137/Kpts-II/1997 tanggal 10 Maret
Lebih terperinciHUBUNGAN INTENSITAS SERANGAN DENGAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI
HUBUNGAN INTENSITAS SERANGAN DENGAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI OLEH: RAHUTDIN
Lebih terperinciKELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE
KELIMPAHAN COLLEMBOLA TANAH SEBAGAI INDIKATOR KESEHATAN HUTAN TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT YANG DI DRAINASE YUNITA LISNAWATI PUSAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN Latar Belakang Pengembangan HTI diawali dengan
Lebih terperinciSEBARAN POPULASI, PERSENTASE SERANGAN, DAN TINGKAT KERUSAKAN AKIBAT HAMA BOKTOR PADA TANAMAN SENGON: PENGARUH UMUR, DIAMETER, DAN TINGGI POHON
Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 8 No.. Agustus 7, Hal 79-87 ISSN: 8-87 SEBARAN POPULASI, PERSENTASE SERANGAN, DAN TINGKAT KERUSAKAN AKIBAT HAMA BOKTOR PADA TANAMAN SENGON: PENGARUH UMUR, DIAMETER, DAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera
Lebih terperinciLokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data
PENDAHULUAN Hutan produksi merupakan suatu kawasan hutan tetap yang ditetapkan pemerintah untuk mengemban fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Pengelolaan hutan produksi tidak semata hanya untuk mencapai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TAUGE DAN DUA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadama Miq)
SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TAUGE DAN DUA MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON (Anthocephalus cadama Miq) Oleh : Mhd. Jefri 10882003950 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN
Lebih terperinciKEMAMPUAN Actinote anteas Doub. (Lepidoptera:Nymphalidae) SEBAGAI SERANGGA PEMAKAN GULMA
KEMAMPUAN Actinote anteas Doub. (Lepidoptera:Nymphalidae) SEBAGAI SERANGGA PEMAKAN GULMA SKRIPSI M. ISNAR REZA 060302015 HPT DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika
PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika selatan yaitu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa
TINJAUAN PUSTAKA Produksi Biomassa dan Karbon Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan
Lebih terperinciPOPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON
POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON 1 POPULATION LARVA Plutella xylostella Linn. ON PLANT SPROUTS IN EAST VILLAGE PASLATEN
Lebih terperinciWaspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)
Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman perkebunan dan tersebar di benua-benua Afrika, Australia, dan Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis L.) telah lama diusahakan orang sebagai tanaman perkebunan dan tersebar di benua-benua Afrika, Australia, dan Asia termasuk Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.
Lebih terperinciPENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI
PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciJurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :
Potensi Serangan Hama Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat Riptortus linearis L. (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa Potential Attack of
Lebih terperinciWaspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,
Lebih terperinci