BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Polda DIY 1. Struktur Organisasi Polda DIY Dalam setiap lembaga atau institusi kepolisian mempunyai struktur organisasi dimana terdapat satuan yang masing-masing satuan atau unit mempunyai tugas yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam menjalankan tugas atau kegiatan sehari-hari untuk menghindarkan tertumpuknya pekerjaan yang sejenis pada satu bagian serta untuk mempermudah pimpinan dalam melakukan pengawasan. Di Polda DIY mempergunakan sistem pengorganisasian, maksudnya bahwa pembagian dan pengelompokannya disesuaikan dengan ilmu, keahlian dan jabatan serta bidangnya masing-masing. Guna mengetahui tentang gambaran umum organisasi yang menangani tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY yang di tangani bagian Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) merupakan bagian dari struktur organisasi Polda DIY. Secara organisatoris, Struktur Organisasi Kepolisian Polda DIY berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut ini:

2 Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Polda DIY Sumber: Data Dokumen tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah dari Bidang Humas Polda DIY diolah oleh peneliti pada tanggal 8 Agustus

3 79 Keterangan bagan struktur organisasi kepolisian Polda DIY tersebut diatas adalah: a. Unsur pimpinan di Polda DIY terdiri dari: 1) Kapolda (Kepala Polisi Daerah) Merupakan unsur pimpinan Polda yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda bertugas memimpin, membina, dan mengkoordinasikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polda; dan memberikan saran pertimbangan kepada Kapolri. 2) Wakapolda Merupakan unsur pimpinan Polda yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolda. Wakapolda bertugas membantu Kapolda dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran Polda; dan memimpin Polda dalam hal Kapolda berhalangan sesuai dengan batas kewenangannya. b. Unsur Pengawas dan pembantu pimpinan/pelayanan di Polda DIY terdiri dari: 1) Itwasda (Inspektorat Pengawasan Daerah) Itwasda merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan pada Polda yang berada di bawah Kapolda. Itwasda bertugas menyelenggarakan pengawasan, pemeriksaan umum, dan perbendaharaan dalam lingkungan Polda. Itwasda dipimpin oleh

4 80 Inspektur Pengawasan Daerah (Irwasda) yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. 2) Roops (Biro Operasi) Roops merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Roops bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi manajemen bidang operasi antara lain pelatihan pra operasi, koordinasi, dan kerja sama dalam rangka operasi kepolisian. Roops dipimpin oleh Karoops, yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. 3) Rorena (Biro Perencanaan Umum dan Anggaran) Rorena merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan, yang berada di bawah Kapolda. Rorena bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi perencanaan umum dan anggaran, menyiapkan perencanaan kebijakan teknis dan strategis Polda, memantau atau monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran serta penerapan sistem dan manajemen organisasi, membina penerapan sistem dan manajemen organisasi di lingkungan Polda, dan menerapkan Reformasi Birokrasi Polri (RBP) pada tingkat Polda. Rorena dipimpin oleh Karorena yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

5 81 4) Ro SDM (Sumber Daya Manusia) Ro SDM merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Ro SDM bertugas membina dan melaksanakan fungsi manajemen bidang SDM yang meliputi penyediaan, penggunaan, perawatan, pemisahan, dan penyaluran personel, asesmen serta psikologi kepolisian, dan upaya peningkatan kesejahteraan personel di lingkungan Polda. Ro SDM dipimpin oleh Karo SDM yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. 5) Rosarpras (Biro Sarana Prasarana) Rosarpras merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Rosarpras betugas membina dan meyelenggarakan manajemen Sarpras yang meliputi perbekalan umum, peralatan, fasilitas dan jasa kontruksi, angkutan, SIMAK BMN, pemeliharaan dan perbaikan, inventory dan pergudangan. Rosarpras dipimpin oleh Karosarpras, yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. 6) Bidpropam (Bidang Profesi dan Pengamanan) Bidpropam merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bidpropam bertugas membina dan melaksanakan pengamanan internal, penegakan disiplin, ketertiban, dan pertanggungjawaban profesi di lingkungan Polda, termasuk pelayanan pengaduan masyarakat mengenai dugaan adanya penyimpangan

6 82 tindakan anggota atau PNS Polri serta rehabilitasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidpropam dipimpin oleh Kabidpropam, yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda. 7) Bidhumas (Bidang Hubungan Masyarakat) Bidhumas merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bidhumas bertugas melaksanakan kegiatan Hubungan Masyarakat (Humas) melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi dan dokumentasi serta kerja sama dan kemitraan dengan media massa, dan melaksanakan Anev kegiatan tugas Bidhumas. Bidhumas dipimpin oleh Kabidhumas yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda. 8) Bidkum (Bidang Hukum) Bidkum merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bidkum bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut serta dalam pengembangan hukum dan peraturan daerah. Bidkum dipimpin oleh Kabidkum yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

7 83 9) Bid TI Polri (Bidang Teknologi Informasi Polri) Bid TI Polri merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bid TI Polri bertugas menyelenggarakan pembinaan teknologi komunikasi dan informasi kepolisian, pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi kriminal dan pelayanan multimedia. Bid TI Polri dipimpin oleh Kabid TI Polri yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya berada di bawah kendali Wakapolda. 10) Spripim (Staf Pribadi Pimpinan) Spripim merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah Kapolda. Spripim bertugas membantu dalam melaksanakan tugas kedinasan dan tugas khusus dari Kapolda dan/atau Wakapolda. Spripim dipimpin oleh Koorspripim yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda. 11) Setum (Sekertariat Umum) Setum merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah Kapolda. Setum bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi kesekretariatan atau administrasi umum yang meliputi korespondensi, ketatalaksanaan perkantoran, dan pengarsipan, termasuk penyelenggaraan kantor pos dan perpustakaan Polda. Setum dipimpin oleh Kasetum yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda

8 84 12) Yanma (Pelayanan Markas) Yanma merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah Kapolda. Yanma bertugas menyelenggarakan pelayanan markas antara lain pelayanan angkutan, perumahan, pengawalan protokoler, penjagaan markas, dan urusan dalam di lingkungan Polda. Yanma dipimpin oleh Kayanma yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda. c. Unsur pelaksana tugas pokok DI Polda DIY terdiri dari: 1) SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) SPKT merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu kepada masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan atau pengaduan, pemberian bantuan atau pertolongan dan pelayanan surat keterangan; dan menyajikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan tugas kepolisian guna dapat diakses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. SPKT dipimpin oleh Ka SPKT yang bertanggung jawab kepada Kapolda di bawah koordinasi dan arahan Roops, serta dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. 2) Ditintelkam(Direktorat Inteljen Keamanan) Ditintelkam merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditintelkam bertugas membina dan

9 85 menyelenggarakan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan produk intelijen, pembentukan dan pembinaan jaringan intelijen kepolisian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional, dan peringatan dini (early warning); memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api atau bahan peledak, orang asing, dan kegiatan sosial atau politik masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi dan dokumentasi kegiatan Ditintelkam. Ditintelkam dipimpin oleh Dirintelkam yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirintelkam dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirintelkam, yang bertanggung jawab kepada Dirintelkam. 3) Ditreskrimum (Direktorat Reserse Kriminal Umum) Ditreskrimum merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditreskrimum bertugas menyelenggarakan penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan penyidikan tindak pidana umum, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium forensik lapangan. Ditreskrimum dipimpin oleh Dirreskrimum yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirreskrimum dalam

10 86 melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirreskrimum yang bertanggungjawab kepada Dirreskrimum. 4) Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus) Ditreskrimsus merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditreskrimsus bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, koordinasi, pengawasan operasional, dan administrasi penyidikan PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ditreskrimsus dipimpin oleh Dirreskrimsus yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirreskrimsus dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirreskrimsus yang bertanggungjawab kepada Dirreskrimsus. 5) Ditresnarkoba (Direktorat Reserse Narkoba) Ditresnarkoba merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditresnarkoba bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba, termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Ditresnarkoba dipimpin oleh Dirresnarkoba yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Ditresnarkoba dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirresnarkoba yang bertanggungjawab kepada Dirresnarkoba.

11 87 6) Ditbinmas(Direktorat Pembinaan Masyarakat) Ditbinmas merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditbinmas bertugas menyelenggarakan pembinaan masyarakat yang meliputi kegiatan Polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi, pengawasan dan pembinaan terhadap bentuk pengamanan swakarsa, Kepolisian Khusus (Polsus), serta kegiatan kerja sama dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Ditbinmas dipimpin oleh Dirbinmas yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirbinmas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirbinmas yang bertanggungjawab kepada Dirbinmas. 7) Ditsabhara (Direktorat Samapta Bhayangkara) Ditsabhara merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditsabhara bertugas menyelenggarakan kegiatan Turjawali, bantuan satwa, pengamanan unjuk rasa, dan pengendalian massa. Ditsabhara dipimpin oleh Dirsabhara yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirsabhara dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirsabhara yang bertanggungjawab kepada Dirsabhara. 8) Ditlantas (Direktorat Lalu Lintas) Ditsabhara dipimpin oleh Dirsabhara yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirsabhara dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

12 88 Wadirsabhara yang bertanggungjawab kepada Dirsabhara. Ditlantas dipimpin oleh Dirlantas yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirlantas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirlantas yang bertanggung jawab kepada Dirlantas. 9) Ditpamobvit (Direktorat Pengamanan Obyek Vital) Ditpamobvit merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditpamobvit bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang meliputi personel dan fasilitas, materiil logistik, kegiatan di dalam fasilitas lembaga negara, perwakilan negara asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang memerlukan pengamanan khusus. Ditpamobvit dipimpin oleh Dirpamobvit yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirpamobvit dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirpamobvit yang bertanggung jawab kepada Dirpamobvit. 10) Ditpolair (Direktorat Kepolisian Perairan) Ditpolair merupakan unsur pelaksana tugas pokok Polda yang berada di bawah Kapolda. Ditpolair bertugas menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan yang mencakup patroli, TPTKP di perairan, SAR di wilayah perairan, dan Binmas pantai atau perairan serta pembinaan fungsi kepolisian perairan dalam lingkungan Polda. Ditpolair dipimpin oleh Dirpolair yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam

13 89 pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirpolair dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirpolair yang bertanggung jawab kepada Dirpolair. 11) Dittahti (Direktorat Perawatan Tahanan dan Barang Bukti) Dittahti merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Dittahti bertugas menyelenggarakan pengamanan, penjagaan dan pengawalan, perawatan tahanan meliputi pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta mengamankan dan menyimpan barang bukti beserta administrasinya di lingkungan Polda serta melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dittahti dipimpin oleh Dirtahti yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda. Dirtahti dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirtahti yang bertanggung jawab kepada Dirtahti. 12) Satbrimob Satbrimob merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Satbrimob bertugas melaksanakan kegiatan penanggulangan terhadap gangguan keamanan berintensitas tinggi antara lain terorisme, huru-hara atau kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak, penanganan senjata Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) serta pelaksanaan kegiatan SAR. Satbrimob dipimpin oleh Kasatbrimob yang bertanggung jawab

14 90 kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Kasatbrimob dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakasatbrimob, yang bertanggung jawab kepada Kasatbrimob. d. Unsur pendukung dari Polda DIY terdiri dari: 1) SPN (Sekolah Polisi Negara) SPN merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolda. SPN bertugas menyelenggarakan pendidikan pembentukan Brigadir serta pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai Renja atau kebijakan Kapolda dan/atau Kapolri. SPN dipimpin oleh Kepala SPN (Ka SPN) yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dalam hal pembinaan program pendidikan dan latihan, SPN berada di bawah koordinasi Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (Kalemdikpol) selaku pembina teknis pendidikan. 2) Bidkeu (Bidang Keuangan) Bidkeu merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolda. Bidkeu bertugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan dan akuntansi pelaporan serta verifikasi laporan keuangan. Bidkeu dipimpin oleh Kabidkeu yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

15 91 3) Biddokkes (Bidang Kedokteran dan Kesehatan). Biddokkes merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolda. Biddokes bertugas menyelenggarakan pembinaan kedokteran dan kesehatan Polri yang meliputi kedokteran kepolisian, kesehatan kepolisian, rumah sakit, dan poliklinik. Biddokkes dipimpin oleh Kabiddokkes yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugasnya di bawah kendali Wakapolda e. Unsur pelaksana tugas kewilayahan di Polda DIY: Unsur pelaksana tugas kewilayahan yaitu Polres (Kepolisian Resort) Polda DIY meliputi: 1) Polresta Yogyakarta 2) Polres Sleman 3) Polres Bantul 4) Polres Gunungkidul 5) Polres Kulon Progo

16 92 2. Struktur Organisasi Ditreskrimsus Polda DIY Dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan upaya polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, dilaksanakan oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda DIY. Seperti telah di jelaskan sebelumnya, Ditreskrimsus merupakan unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat Polda yang berada di bawah Kapolda. Ditreskrimsus bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, koordinasi, pengawasan operasional, dan administrasi penyidikan PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Ditreskrimsus menyelenggarakan fungsi: a. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum Polda; b. penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Ditreskrimsus; c. pembinaan teknis, koordinasi, dan pengawasan operasional, serta administrasi penyidikan oleh PPNS; d. pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana khusus di lingkungan Polda; dan e. pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi dan dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus. Adapun struktur organisasi Ditreskrimsus diuraikan sebagai berikut:

17 STRUKTUR ORGANISASI DITRESKRIMSUS DIRESKRIMSUS WADIR UNSUR PIMPINAN KABAGWASSI KABAGBINOPSNAL DIK KANIT (3) KSB MINOPSNAL KSB ANEV KSB RENMIN KAUREN KAURMIN KAURKEU KAURTU KASIKORWAS PPNS KASUBSIBANSIDIK KASUBSIBINPUAN UNSUR PEMBANTU PIMPINAN/ PELAYAN KASUDDIT I/ EKONOMI KASUBDIT II/ INPRODAG KASUBDIT III/ PIDTER KASUBDIT IV/ KORUPSI KANIT A/ PERBANKAN KANIT B/ FISMONDEP KANIT A/ HAKI KANIT B/ PERDAGANGAN KANIT A/ SUMDAGLING KANIT B/ ITE KANIT A/ DEPARTEMEN KANIT B/ NON DEPARTEMEN UNSUR PELAKSANA TUGAS POKOK Gambar 2 : Bagan Struktur Organissasi Ditreskrimsus Polda DIY Sumber: Data Dokumen tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Ditreskrimsus Polda DIY dari Bagian Binopsnal Ditreskrimsus Polda DIY, diolah oleh peneliti pada tanggal 8 Agustus

18 94 Penjelasan dari bagan struktur organisasi tersebut di atas adalah: a. Unsur Pimpinan 1) Dirreskrimsus Ditreskrimsus dipimpin oleh Dirreskrimsus yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirreskrimsus sebagai unsur pimpinan terdiri dari satu orang dengan pangkat Komisaris Besar Polisi (KBP). 2) Wadirreskrimsus Dirreskrimsus dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirreskrimsus yang bertanggungjawab kepada Dirreskrimsus. Wadirreskrimsus sebagai unsur pimpinan terdiri dari satu orang dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). b. Unsur Pembantu Pimpinan atau Pelayanan 1) Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin) Subbagrenmin bertugas menyusun perencanaan program kerja dan anggaran, manajemen Sarpras, personel, dan kinerja, serta mengelola keuangan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam di lingkungan Ditreskrimsus. Subbagrenmin dipimpin oleh seorang Kompol (Komisaris Polisi) dan beranggotakan 2 orang dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP), 3 orang Inspektur Polisi (IP), dan 3 orang Bintara.

19 95 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dijelaskan di atas, Subbagrenmin menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan perencanaan jangka sedang dan jangka pendek, antara lain Renstra, Rancangan Renja, Renja, kebutuhan sarana prasarana, personel, dan anggaran; b) pemeliharaan perawatan dan administrasi personel; c) pengelolaan Sarpras dan penyusunan laporan SIMAK-BMN; d) pelayanan fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan, akuntansi, dan penyusunan laporan SAI serta pertanggung- jawaban keuangan; e) pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam; dan f) penyusunan LRA dan pembuatan laporan akuntabilitas kinerja Satker dalam bentuk LAKIP meliputi analisis target pencapaian kinerja, program, dan anggaran. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subbagrenmin dibantu oleh: a) Urusan rencana (Urren), yang bertugas membuat Renstra, Rancangan Renja, Renja, RKA-KL, DIPA, Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB, dan menyusun LAKIP Satker, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program bidang Reskrimsus di lingkungan Polda; b) Urusan Administrasi (Urmin), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi umum personel dan materiil logistik; c) Urusan Keuangan (Urkeu), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan keuangan; dan

20 96 d) Urusan Tata Usaha (Urtu), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan urusan dalam. 2) Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal) Bagian Pembinaan Operasional Bagbinopsnal ini mempunyai tugas sebagai berikut: a) Melaksanakan pembinaan Ditreskrimsus melalui analisis dan gelar perkara beserta penanganannya; b) mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan; c) melaksanakan latihan fungsi, serta menghimpun dan memelihara berkas perkara yang telah selesai diproses dan bahan literatur yang terkait; dan d) mengumpulkan dan mengolah data, serta menyajikan informasi dan dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Bagbinopsnal menyelenggarakan fungsi: a) penganalisisan dan pengevaluasian pelaksanaan tugas Ditreskrimsus; b) pengkoordinasian pemberian dukungan operasional ke kesatuan kewilayahan; c) pelatihan fungsi dan pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan penyidikan, serta pengarsipan berkas perkara;

21 97 d) pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus; dan e) perencanaan operasi, penyiapan administrasi operasi, dan pelaksanaan Anev operasi. Bagbinopsnal dipimpin oleh seorang Kabagbinopsnal (Kepala Bagian Pembinaan Operasional) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Dalam melaksanakan tugas Bagbinopsnal dibantu oleh: a) Subbagian Administrasi Operasional (Subbagminopsnal), yang bertugas menyelenggarakan pelatihan fungsi, pengarsipan berkas perkara, dan pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan penyidikan. Pada Subbagminopsnal terdapat seorang Komisaris Polisi (Kompol) dengan jabatan IIIB dan seorang Ajun Komisaris Polisi (AKP) dengan jabatan IV A. b) Subbagian Analisa dan Evaluasi (Subbaganev), yang bertugas menganalisis dan mengevaluasi kegiatan Ditreskrimsus, serta mengumpulkan dan mengolah data, serta menyajikan informasi dan dokumentasi. Pada Subbagnev terdapat seorang Komisaris Polisi (Kompol) dengan jabatan IIIB dan seorang Ajun Komisaris Polisi (AKP) dengan jabatan IVA.

22 98 3) Bagian Pengawas Penyidikan (Bagwassidik) Bagwassidik bertugas melakukan koordinasi dan pengawasan proses penyidikan tindak pidana di lingkungan Ditreskrimsus, serta menindaklanjuti terhadap pengaduan masyarakat yang terkait dengan proses penyidikan. Dalam melaksanakan tugas Bagwassidik dibantu sejumlah Unit dan sejumlah penyidik utama yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Bagwassidik. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagwassidik menyelenggarakan fungsi: a) pengawasan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh Subdit pada Ditreskrimsus; b) pelaksanaan supervisi, koreksi, dan asistensi kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana; c) pengkajian efektivitas pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana melalui penyelenggaraan gelar perkara; d) pemberian saran masukan kepada Dirreskrimsus terkait dengan hasil pengawasan penyidikan, termasuk menjawab pengaduan masyarakat; e) pemberian bantuan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus yang dilakukan oleh penyidik pada Subdit Ditreskrimsus dan PPNS. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas, Bagian Pengawasan Penyidikan (Bagwasidik) dibagi menjadi tiga unit yaitu Unit A (pengawasan Subdit I dan Subdit II), Unit B (pengawasan Subdit III), dan

23 99 Unit C (pengawasan Subdit IV), Bagian Pengawasan penyidikan (Bagwasdik) terdiri dari: a) Unsur Pimpinan Bagian pengawasan (Bagwasdik) dipimpin oleh Kepala Bagian Pengawasan Penyidikan yang terdiri dari satu orang Polisi dengan pangkat Ajun Komosaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. b) Unit Bagian Pengawasan Penyidikan terdiri dari tiga unit yang setiap unitnya dipimpin oleh satu orang Kepala Unit (Kanit), dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB. Setiap unit mempunyai seorang Panit dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA. Selain itu mempunyai Bintara Unit (Banit) /Bintara Umum(Banum) dengan pangkat Brigadir (BA)/PNS II/I sebanyak satu orang. 4) Seksi Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, disingkat Sikorwas PPNS Sikorwas PPNS bertugas melaksanakan koordinasi dan pengawasan penyidikan termasuk pemberian bimbingan teknis dan taktis serta bantuan konsultasi penyidikan kepada PPNS. Dalam melaksanakan tugas, Sikorwas PPNS menyelenggarakan fungsi:

24 100 a) pengkoordinasian dan pengawasan penyidikan kepada PPNS di daerah hukum Polda; b) pemberian bimbingan teknis dan taktis penyidikan kepada PPNS; dan c) pemberian bantuan konsultasi penyidikan kepada PPNS. Dalam melaksanakan tugas Sikorwas PPNS dibantu oleh; a) Subseksi Bantuan Penyidikan (Subsibansidik), bertugas memberikan bantuan konsultasi penyidikan kepada PPNS. Subseksi Bantuan Penyidikan (Subsibansidik) dipimpin oleh seorang Kepala Subseksi Bantuan Penyidikan (Kasubsibansidik) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA. b) Subseksi Pembinaan Kemampuan (Subsibinpuan), bertugas memberikan pembinaan dan bimbingan teknis dan taktis kepada PPNS. Subseksi Pembinaan Kemampuan (Subsibinpuan) dipimpin oleh seorang Kepala Subseksi Pembinaan Kemampuan (Kasubsibinpuan) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi dan jabatan eselon IV A. c. Unsur Pelaksana Unsur pelaksana pada Ditreskrimsus adalah Sub Direktorat (Subdit). Subdit bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang terjadi di daerah hukum Polda DIY. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdit menyelenggarakan fungsi: a) penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang terjadi di daerah hukum Polda;

25 101 b) pemberkasan dan penyelesaian berkas perkara sesuai dengan ketentuan administrasi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana; dan c) penerapan manajemen anggaran, serta manajemen penyelidikan dan penyidikan tindak pidana. Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdit dibantu oleh dua Unit yaitu Unit A dan Unit B yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Subdit. Di Ditreskrimsus Polda DIY terdapat empat Subdit yaitu: a) Subdit I/ Ekomomi Subdit I/ Ekonomi bertugas untuk penanganan tindak pidana perbankan dan Fiskal, Moneter, dan Devisa (Fismondev). Subdit I dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit I terbagi menjadi Unit A yang menangani kasus Perbankan dan Uang Palsu, serta Unit B yang menangani tindak pidana Fismondev. Setiap unit terdiri dari: (1) Seorang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB. (2) Dua orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA. (3) Empat orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara. Berkaitan dengan upaya (represif) polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal, Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY. Unit B bidang

26 102 Fiskal, Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY ini terdapat 7 orang penyidik yang akan diuraikan sebagai berikut: (1) Kepala Unit (Kanit) dengan inisial S yang berpangkat Komisaris Polisi dan jabatan eselon IIIB. S sebagai polisi dengan masa kerja 28 tahun dan umur 48 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). (2) Perwira Unit (Panit) dengan inisial P yang berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan sebagai penyidik. P sebagai polisi dengan masa kerja 26 tahun dan umur 48 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri. (3) Bintara Unit (Banit) dengan inisial RY yang berpangkat Briptu dan jabatan sebagai penyidik pembantu. RY sebagai polisi dengan masa kerja 6 tahun dan umur 24 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sarjana Hukum dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri. (4) Bintara Unit (Banit) dengan inisial AM yang berpangkat Brigadir dan jabatan sebagai penyidik pembantu. AM sebagai polisi dengan masa kerja 21 tahun dan umur 42 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan

27 103 formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan memiliki keahlian menembak. (5) Bintara Unit (Banit) dengan inisial BP yang berpangkat Aiptu dan jabatan sebagai penyidik pembantu. BP sebagai polisi dengan masa kerja 20 tahun dan umur 39 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri. (6) Banit dengan inisial CS yang berpangkat Aipda dan jabatan sebagai penyidik pembantu. CS sebagai polisi dengan masa kerja 17 tahun dan umur 46 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal Sarjana Hukum dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Illegal Minning yang di adakan oleh Mabes Polri. (7) Banit dengan inisial SP yang berpangkat Bripka dan jabatan sebagai penyidik pembantu. SP sebagai polisi dengan masa kerja 13 tahun dan umur 37 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal Sarjana Hukum dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi yang di adakan oleh Mabes Polri.

28 Tabel 3. Profil Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY Tahun 2013 No Jabatan Pangkat Usia Masa Kerja 1 Kanit Kompol 48 tahun 2 Panit AKP 48 tahun 3 Banit Briptu 24 tahun 4 Banit Brigadir 42 tahun 5 Banit Aiptu 39 tahun 6 Banit Aipda 46 tahun 28 tahun 26 tahun 6 tahun 21 tahun 20 tahun 17 tahun Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal Bidang Keahlian SMA - - SMA Sarjana Hukum Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri. Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri. SMA - Menembak SMA Sarjana Hukum Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri. Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Illegal Minning yang di adakan oleh Mabes Polri Banit Bripka 37 tahun 13 tahun Sarjana Hukum Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi yang di adakan oleh Mabes Polri. - Sumber: Hasil wawancara dengan masing-masing penyidik pada tanggal 26 Juni-22 Juli

29 105 b) Subdit II/ Inprodag Subdit II/ Inprodag bertugas untuk penanganan tindak pidana Industri, Produksi dan Perdagangan (Inprodag) dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Subdit II dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit II terbagi menjadi Unit A yang menangani tindak pidana HAKI, Perlindungan Konsumen, dan Perumahan Pemukiman dan Karantina, serta Unit B yang menangani tindak pidana Perindustrian, Perdagangan, Pangan, Perfilman dan Asuransi. Setiap unit terdiri dari: (1) Seorang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB. (2) Dua orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA. (3) Empat orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara. c) Subdit III/ Pidter Subdit III/ Pidter bertugas untuk penanganan pidana tertentu (Pidter), yaitu cyber crime dan pencemaran lingkungan hidup. Subdit III dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit III terbagi menjadi Unit A yang menangani tindak pidana pencemaran lingkungan hidup seperti Illegal Logging, Illegal Fishing, KSDA, Listrik dan Migas, Illegal Minning, Peternakan, Kesehatan, Penempatan TKI

30 106 dan Cagar Budaya, serta Unit B yang menangani tindak pidana teknologi komunikasi dan informasi atau cyber crime seperti penyadapan telepon, penyalahgunaan voip, dan penipuan telepon genggam. Setiap unit terdiri dari: (1) Seorang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB. (2) Dua orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA (3) Empat orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara. d) Subdit IV/ Korupsi bertugas untuk menangani tindak pidana Korupsi. Subdit IV dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit IV terbagi menjadi Unit A yang menangani tindak pidana Korupsi Departemen yaitu korupsi yang terjadi mengenai Dana Bantuan, Dana Usaha Negara dan Dana Pemerintah, serta Unit B yang menangani tindak pidana Korupsi Non Departemen yaitu korupsi yang terjadi mengenai Dana Kredit Usaha serta Dana Pembangunan dan Proyek. Subdit IV terbagi menjadi dua unit yang terdiri dari: (1) Dua orang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB. (2) Empat orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA. (3) Delapan orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara.

31 107 B. Upaya Polisi dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY. 1. Upaya Preventif Upaya preventif merupakan tindakan pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran norma-norma yang berlaku yaitu dengan mengusahakan agar faktor niat dan kesempatan tidak bertemu sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat tetap terpelihara aman dan terkendali. Upaya preventif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY telah dilakukan oleh bagian Humas dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online dengan: a. Press Release hasil Operasi Pundi Progo Tahun 2012 Press Release adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Humas Polda DIY yang disampaikan kepada pengelola media masa. Media yang dimaksud dalam kegiatan press release adalah media massa yang meliputi media massa cetak, yaitu surat kabar dan majalah, serta media massa noncetak yang meliputi televisi dan radio untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut. Berita yang dibuat oleh humas erat kaitannya dengan kepentingan Polda DIY yaitu memberikan penjelasan kepada masyarakat melalui pemberitaan di media massa guna mengantisipasi merebaknya tindak pidana penipuan perkedok investasi melalui sistem online.

32 108 Upaya penyebaran press release ke berbagai media massa dilakukan Humas Polda DIY dengan cara mengirim langsung press release hasil operasi Pundi Progo 2012 yang meliputi hasil ungkap kasus penipuan berkedok investasi melalui sistem online dengan berbagai modus operandi yaitu investasi emas, forex trading dan kegiatan perdagangan berjangka komoditi, yang telah dibuat ke redaksi media massa yang dituju, selanjutnya redaksi media massa menyusun press release tersebut sesuai dengan aturan redaksional media massa bersangkutan, dan kemudian press release tersebut dipublikasikan. b. Talk show di stasiun televisi lokal Yogyakarta. Bagian Humas Polda DIY mengadakan sosialisasi tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di stasiun televisi lokal Jogja dengan cara melakukan gelar wicara (bahasa Inggris: talk show; chat show) yang merupakan suatu jenis acara televisi berupa perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang "tamu" tentang suatu topik tertentu dengan dipandu oleh pemandu gelar wicara. Humas Polda DIY dalam pelaksanaan talk show tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online bekerjasama dengan stasiun televisi lokal yang ada di Yogyakarta yaitu Jogja TV dan TVRI Yogyakarta. Sosialisasi dilakukan diawali dengan pembawa acara memberitahukan kepada para pemirsa televisi tentang tema yang akan diangkat, selanjutnya pemirsa televisi diperkenankan membahas tema

33 109 yang diangkat melalui dialog interaktif melalui saluran telepon antara pembawa acara, pembicara serta pemirsa televisi. Dalam dialog interaktif masyarakat diperbolehkan untuk bertanya terkait dengan tema yang diangkat, memberikan kritik dan saran. Sumber Gambar 3. Talk show di stasiun televisi Jogja TV pada 11 Maret 2013 dan 4 Juni 2013 Sumber: Data Dokumen tentang Kegiatan Polda DIY tahun 2012-Maret 2013 dari Bidhumas Polda DIY, 10 Agustus 2013 c. Dialog interaktif di radio lokal Yogyakarta. Bagian Humas Polda DIY mengadakan sosialisasi tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online melalui dialog interaktif yang merupakan forum yang mendiskusikan masalah aktual dan penting untuk dibahas yaitu mengenai tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online. Humas Polda DIY bekerjasama dengan radio lokal yang ada di Yogyakarta yaitu radio Jogja Family. Sosialisasi dilakukan diawali dengan penyiat radio memberitahukan kepada para pendengar radio tentang tema yang akan diangkat, selanjutnya pendengar radio diperkenankan membahas tema yang diangkat melalui dialog interaktif melalui saliran telepon antara penyiar, pembicara serta

34 110 pendengar radio. Dalam dialog interaktif masyarakat diperbolehkan untuk bertanya terkait dengan tema yang diangkat, memberikan kritik dan saran. Gambar 4. Dialog interaktif di radio Jogja Family pada tanggal 12 Juni 2013 Sumber: Data Dokumen tentang Kegiatan Polda DIY bulan Juni 2013 dari Bidhumas Polda DIY, 10 Agustus 2013 Rincian dari kegiatan yang dilakukan bagian Humas Polda DIY dalam upaya menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan bagian Humas Polda DIY dalam Upaya Menanggulangi Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY Tahun Juni 2013 N o Waktu Tempat Program Acara Tema Acara Pembicara 1 Senin, 4 Juni 2012, Pukul Mei 2012, Pukul Senin, 18 Juni 2012, Pukul Senin, 11 Maret 2013, Pukul Rabu, 12 Juni 2013 Studio Jogja TV Studio Jogja TV Studio TVRI Jogja Studio Jogja TV Radio Jogja Family Bincang Hari Ini Bincang Hari Ini Bincang Hari Ini Dialog Interaktif Live Awas Investasi Bodong Penipuan Berkedok Investasi Awas Investasi Bodong Waspada Investasi Bodong Emas Penipuan Berkedok Investasi Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan dari LOS: Slamet N Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan Kriminolog UGM: Markus Prio Gunarto Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan dari LOS Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan Pengamat Ekonomi UMY: Ahmad Makruf Kanit B Subdit I Ditreskrimsus Polda DIY: Kompol Edi Sutanto Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Humas Polda DIY pada tanggal 25 Juli 2013.

35 111 Rangkaian kegiatan sosialisasi mengenai tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online yang dilakukan bertujuan untuk memberikan himbauan kepada masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan profit atau keuntungan besar yang ditawarkan pada sebuah website, sehingga mereka tidak menjadi korban dari penipuan berkedok investasi melalui sistem online. Polisi juga memberikan himbauan kepada masyarakat mengenai hukuman berat yang diterima apabila ada masyarakat yang melakukan tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, tindakan penipuan berkedok investasi melalui sistem online sangat merugikan maka dari itu diharapkan kepada semua masyarakat untuk saling bekerjasama mencegah terjadinya tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online. Selain itu, masyarakat juga harus selalu patuh dan taat pada peraturan yang berlaku. Kegiatan sosialisasi mengenai tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online yang dilakukan oleh Bidang Humas Polda DIY diharapkan dapat menginformasikan kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat agar lebih waspada dan lebih berhati-hati agar tidak menjadi korban maupun pelaku tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online serta diharapkan juga jumlah tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online dapat berkurang.

36 Upaya Represif. Upaya Represif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY. Penyidik tersebut terdiri dari: a. Kepala Unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) b. Satu orang Panit dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP). c. Lima orang Banit dengan pangkat Briptu, Brigadir, Aiptu, Aipda dan Bripka Upaya Represif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY yaitu dengan upaya paksa seperti penyelidikan dan penyidikan. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP (Pasal 1 butir 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Selanjutnya penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan

37 113 guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ). Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai upaya represif polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY akan diuraikan sebagai berikut: a. Penyelidikan Penyelidikan terhadap tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh Polisi Penyelidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY. Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan sebelum dilakukan penyidikan. Jadi sebelum dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan mengumpulkan bukti permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan. Setelah mendapatkan laporan adanya tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online dilakukan tindakan penyelidikan. Pada tahap penyelidikan, polisi penyelidik melakukan serangkaian tindakan yaitu: 1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda DIY menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi peristiwa pidana dalam hal ini penipuan

38 114 berkedok investasi melalui sistem online. Petugas SPKT mencatat semua hal yang dilaporkan. Laporan atau pengaduan yang dapat diterima: a) Jika laporan pengaduan diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu (Pasal 108 ayat (4) Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). b) Jika laporan atau pengaduan diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyidik dan ditandatangani oleh pelapor/pengadu dan penyidik (Pasal 108 ayat (5) Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Laporan polisi yang telah dicatat tersebut disampaikan kepada Bagbinopsnal Ditreskrimsus Polda DIY untuk selanjutnya dilakukan analisa terhadap laporan yang masuk dan kemudian menunjuk salah satu Subdit yang berwenang untuk menangani kasus tersebut, dalam hal ini Subdit I/ Ekonomi. Kasubdit I/ Ekonomi kemudian menunjuk salah satu Unit yang berwenang untuk menangani kasus tersebut, dalam hal ini Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY untuk mulai menindak dan melakukan pemeriksaan setelah administrasi penyelidikan berupa Surat Perintah Tugas dan Surat Perintah Penyelidikan lengkap.

39 115 2) Mencari keterangan dan alat bukti Dalam mencari keterangan dan alat bukti kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, penyelidik melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi pelapor atau korban serta penyamaran maupun under cover (penyusupan). Pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi pelapor atau korban tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan guna mendapatkan keterangan tentang peristiwa yang diduga tindak pidana yang dilaporkan oleh pelapor, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Penyamaran yaitu penyelidik menjadi seolah-olah bagian dari area yang diduga terjadi tindak pidana dan mengganti identitas sesuai dengan keadaan area tersebut guna mendapatkan keterangan dan alat bukti. Penyamaran dilakukan polisi penyelidik dengan berpura-pura akan menjadi investor pada sebuah perusahaan atau individu penawar investasi. Penyusupan disini yaitu penyelidik memasuki area yang diduga sebagai tempat terjadinya tindak pidana secara sembunyi-sembunyi untuk tidak diketahui siapa pun guna untuk mendapatkan keterangan dan alat bukti. Dalam hal mencari keterangan dan alat bukti kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY mengalami hambatan karena Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Ketika penyelidik membutuhkan petunjuk dari rekening yang diduga sebagai pelaku tetapi untuk mendapatkan data rekening itu tidak

40 116 mudah, harus melalui ijin Kapolri baru ke Bank Indonesia. Tidak cukup di situ saja, ketika ijin telah didapat pihak Bank tidak bisa memberikan keterangan dengan alasan Pasal 42 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi: (1) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana. Pihak Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka ayau terdakwah pada bank. (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis atas perintah tertulis dari kepalas Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung. (3) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menyebutkan nama dan jabatan Polisi, Jaksa, atau Hakim, nama tersangka atau terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan. Polisi penyelidik yang membutuhkan data dari rekening tersebut sebagai petunjuk permulaan tentu saja belum dapat menentukan siapa pelaku tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online tersebut, sementara dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menghendaki status orang yang akan di audit rekeningnya sudah merupakan tersangka, sehingga Polisi Penyelidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY tidak mendapatkan data dari rekening seseorang yang diduga sebagai pelaku. Hal ini membuat polisi penyelidik kesulitan untuk melakukan penyelidikan yang lebih lanjut.

41 117 Selain terkendala hal di atas, untuk mendapatkan data pengguna jasa layanan seluler maupun internet pada perusahaan provider seluler polisi penyelidik membutukan waktu yang lama (kurang lebih tiga bulan). Hal ini dikarenakan provider seluler berdalih untuk melindungi kerahasiaan privasi konsumen ataupun data yang diminta terlalu lama sehingga sudah terhapus. Karena memang korban penipuan berkedok investasi melalui sistem online tidak langsung mengetahui bahwa dirinya menjadi korban. Korban penipuan berkedok investasi melalui sistem online menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban setelah beberapa waktu atau setelah menimbulkan kerugian. 3) Menyuruh Berhenti Orang yang Dicurigai dan Menanyakan serta Memeriksa Tanda Pengenal Diri Untuk keperluan penyelidikan, penyelidik berwenang untuk memerintahkan orang yang berada di tempat kejadian perkara pada waktu terjadinya tindak pidana untuk tidak atau dilarang meninggalkan tempat kejadian perkara dan mengumpulkannya di luar batas yang telah dibuat. Dalam penyelidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY belum pernah dilakukan tindakan menyuruh berhenti orang yang dicurigai karena pada penyelidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online belum pernah ada seseorang yang diduga melakukan tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online tertangkap tangan melakukan tindak pidana tersebut. Orang yang diduga melakukan tindak pidana

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG HUBUNGAN TATA CARA KERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS KEPOLISIAN DAERAH NUSA

Lebih terperinci

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN APIL S.D JUNI 2016

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN APIL S.D JUNI 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN APIL S.D JUNI 2016 I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Salah satu program perubahan

Lebih terperinci

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN JANUARI S.D MARET 2016

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN JANUARI S.D MARET 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN UARI S.D ET 2016 I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Salah satu program perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PADA TINGKAT KEPOLISIAN DAERAH

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PADA TINGKAT KEPOLISIAN DAERAH PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PADA TINGKAT KEPOLISIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA

Lebih terperinci

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN OKTOBER S.D DESEMBER TA 2015

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN OKTOBER S.D DESEMBER TA 2015 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN OKTOBER S.D DESEMBER TA 2015 I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Salah satu

Lebih terperinci

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN JULI S.D SEPTEMBER TA 2016

EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN JULI S.D SEPTEMBER TA 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT EVALUASI ANALISIS BEBAN KERJA SATKER/SUBSATKER JAJARAN POLDA NTB BULAN JULI S.D SEPTEMBER TA 2016 I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Salah satu program

Lebih terperinci

DIT RESKRIMSUS. Dalam melaksanakan tugas tersebut Dirreskrimsus menyelenggarakan fungsi sbb :

DIT RESKRIMSUS. Dalam melaksanakan tugas tersebut Dirreskrimsus menyelenggarakan fungsi sbb : DIT RESKRIMSUS DIT RESKRIMSUS VISI Mewujudkan Penyidikan yang profesional, proporsional,prosedural, jujur, adil dan akuntabel serta menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia dalam rangka penegakan

Lebih terperinci

LKIP Biro Rena Polda NTB PENDAHULUAN

LKIP Biro Rena Polda NTB PENDAHULUAN BAB PENDAHULUAN I A. Umum Bahwa sebagai pertanggung jawaban Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menggunakan anggaran dan pendapatan belanja negara dalam rangka pelaksanaan fungsi, peran dan tugasnya,

Lebih terperinci

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA Visi Terwujudnya Direktorat Lalu Lintas Polda D.I. Yogyakarta yang profesional, unggul, terpercaya, berkepribadian dan semakin dicintai masyarakat guna mendukung

Lebih terperinci

UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI MELALUI SISTEM ONLINE DI POLDA DIY

UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI MELALUI SISTEM ONLINE DI POLDA DIY UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI MELALUI SISTEM ONLINE DI POLDA DIY RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Al Vionita Vivin Novarina NIM. 09401244035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

JOB DISCRIPTON DIREKTUR TAHANAN DAN BARANG BUKTI POLDA KEPRI PERATURAN KAPOLRI NOMOR 22 TAHUN 2010

JOB DISCRIPTON DIREKTUR TAHANAN DAN BARANG BUKTI POLDA KEPRI PERATURAN KAPOLRI NOMOR 22 TAHUN 2010 JOB DISCRIPTON DIREKTUR TAHANAN DAN BARANG BUKTI 1. MERUPAKAN UNSUR PELAKSANA TUGAS POKOK YANG BERADA DI BAWAH KAPOLDA. 2. BERTUGAS MENYELENGGARAKAN PENGAMANAN, PENJAGAAN DAN PENGAWALAN, PERAWATAN TAHANAN

Lebih terperinci

BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI POLDA D.I.YOGYAKARTA

BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI POLDA D.I.YOGYAKARTA BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI POLDA D.I.YOGYAKARTA Adalah unsur pelaksana staf khusus Polda yang berada di bawah Kapolda. Bertugas sebagai pembina dan penyelenggara sistem informatika yang meliputi

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No No.757, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Sistem Informasi Penyidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan dengan perkembangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

PERTELAAHAN TUGAS SUBDITBARBUK DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI POLDA KEPRI

PERTELAAHAN TUGAS SUBDITBARBUK DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI POLDA KEPRI PERTELAAHAN TUGAS SUBDITBARBUK 1. BERTUGAS MENYELENGGARAKAN PENGAMANAN DAN ADMINISTRASI BARANG BUKTI. a. PELAKSANAAN ADMINISTRASI DAN REGISTRASI TERHADAP BARANG BUKTI; b. PENGAWASAN BARANG BUKTI, SERTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) DITRESKRIMSUS POLDA KEPRI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) DITRESKRIMSUS POLDA KEPRI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) DITRESKRIMSUS POLDA KEPRI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT PENGAWASAN UMUM DAERAH POLDA D.I.YOGYAKARTA

INSPEKTORAT PENGAWASAN UMUM DAERAH POLDA D.I.YOGYAKARTA INSPEKTORAT PENGAWASAN UMUM DAERAH POLDA D.I.YOGYAKARTA A. VISI DAN MISI ITWASDA POLDA DIY 1. Visi Itwasda Polda D.I. Yogyakarta. Mendorong terwujudnya peningkatan kinerja Satker yang terbatas dari kolusi,

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1991 Tentang : Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1991 Tentang : Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1991 Tentang : Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 55 TAHUN 1991 (55/1991) Tanggal : 20 NOPEMBER 1991

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 55 TAHUN 1991 (55/1991) TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 55 TAHUN 1991 (55/1991) TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 55 TAHUN 1991 (55/1991) TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANWIL : 15 PROVINSI JAWA TIMUR

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANWIL : 15 PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ARAN TINGKAT KPPN MENURUT BAGIAN ARAN, ESELON I, SATKER, DAN KEWENANGAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR TAL 31 AGUSTUS 2014 TAL : 1 dari 10 005 MAHKAMAH AGUNG 124.669.075.000 114.263.952.000

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH

BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 1. Sejarah Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng)

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 1. Sejarah Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kepolisian Daerah Jawa Tengah 1. Sejarah Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) Sejarah perjuangan Kepolisian Komando Daerah Jawa Tengah dari masa ke masa, sejak

Lebih terperinci

JALAN MAYJEN DI PANJAITAN NO. 10 BANJARMASIN TELEPON (0511) , , FAKSIMILI (0511) SITUS

JALAN MAYJEN DI PANJAITAN NO. 10 BANJARMASIN TELEPON (0511) , , FAKSIMILI (0511) SITUS KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAYAH PROPINSI KALIMANTAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA BANJARMASIN JALAN MAYJEN DI PANJAITAN NO. 10 BANJARMASIN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN CILACAP DENGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kepolisian Republik Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI

PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI PERATURAN KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA DAN DOKUMEN INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DIVISI HUBUNGAN MASYARAKAT POLRI

Lebih terperinci

NO. JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN

NO. JENIS/ SERIES ARSIP RETENSI KETERANGAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN URUSAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR

Lebih terperinci

DAFTAR SATKER PESERTA BIMTEK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LEMBAGA TINGKAT SATKER TAHUN ANGGARAN 2015 TAHAP 1

DAFTAR SATKER PESERTA BIMTEK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LEMBAGA TINGKAT SATKER TAHUN ANGGARAN 2015 TAHAP 1 DAFTAR SATKER PESERTA BIMTEK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LEMGA TINGKAT SATKER TAHUN ANGGARAN 2015 TAHAP 1 Nama 1 004 01 579234 2 BPK RI PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN 2 004 02 579235 2 BPK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. online di Polda DIY dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. online di Polda DIY dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY 174 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang upaya polisi dalam menangggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2013 KEPOLISIAN. Pelapor. Pelanggaran Hukum. Perlindungan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI KAS UMUM NEGARA LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PER BAGIAN ANGGARAN, SATKER UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR TANGGAL 31 JANUARI 2014

SISTEM AKUNTANSI KAS UMUM NEGARA LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PER BAGIAN ANGGARAN, SATKER UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR TANGGAL 31 JANUARI 2014 LAPORAN BELANJA PER BAGIAN, SATKER KPPN 1 004 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17,534,377,000 422,403,183 17,111,973,817 2.41 003030 BPK RI PERWAKILAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 11,887,157,000 329,278,183

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat

Lebih terperinci

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanyadiucapkan terima kasih.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanyadiucapkan terima kasih. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA YOGYAKARTA GEDUNG KEUANGAN NEGARA BLOK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, - 1 - PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BUTON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.983, 2013 KEPOLISIAN. Penyidikan. Tindak Pidana. Pemilu. Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. khususnya Unit B/Subdit III/Tipidter/Dit Reskrimsus. Berbagai upaya telah

BAB III PENUTUP. khususnya Unit B/Subdit III/Tipidter/Dit Reskrimsus. Berbagai upaya telah BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penanggulangan tindak pidana yang berbasis teknologi informasi di Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan tanggung jawab Polda DIY khususnya Unit B/Subdit III/Tipidter/Dit Reskrimsus.

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN DEMAK

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1868, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Layanan. Polisi 110. Laporan. Pengaduan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG LAYANAN POLISI 110

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA TYPE A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang- Undang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT 1 BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR PENERIMA DIPA TA 2015 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KPPN BANJARMASIN

DAFTAR PENERIMA DIPA TA 2015 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KPPN BANJARMASIN DAFTAR PENERIMA DIPA TA 2015 PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KPPN BANJARMASIN NO. 1 004.01.579234 - BPK Rl PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2 004.02.579235 - BPK Rl PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMORxxxxTAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENEGAKAN HUKUM BIDANG POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 134 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 134 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 134 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN POLTABES LOCUSNYA KOTA BESAR KEJAKSAAN NEGERI KOTA PENGADILAN NEGERI PERISTIWA HUKUM PENGADUAN LAPORAN TERTANGKAP TANGAN PENYELIDIKAN, PEYIDIKAN BAP Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KALTIM NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN DALAM PEMBERIAN SP2HP

PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KALTIM NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN DALAM PEMBERIAN SP2HP PERATURAN DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS POLDA KALTIM NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEDOMAN DALAM PEMBERIAN SP2HP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RESERSE KRIMINAL

Lebih terperinci

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Ayat ( 3) Peraturan Daerah

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Ayat ( 3) Peraturan Daerah 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

2 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tenta

2 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tenta No.765, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Barang Bukti. Pengelolaan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying dapat dikemukakan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan.

BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. No.998, 2014 BKN. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

pelanggaran Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

pelanggaran Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN NGANJUK I. TUGAS POKOK Satuan Polisi Pamong

Lebih terperinci