terjadi dalam diri individu maupun lingkungannya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "terjadi dalam diri individu maupun lingkungannya."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran IPS a. Belajar Belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan terjadi pada semua individu yang berlangsung seumur hidup. Belajar dapat berlangsung di mana saja, kapan saja, dan dengan cara apa saja. Bambang Warsita (2008: 62), mengemukakan konsep belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Rusman (2012: 85), mengemukakan belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun fisiologis. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui aktivitas psikologis dan fisiologis. Aktivitas psikologis dapat berupa berfikir, menyimak, menelaah, menyimpulkan, menganalisis, dan sebagainya. Aktivitas fisiologis dapat berupa praktik, percobaan, latihan, membuat produk, dan sebagainya. Proses belajar siswa harus disesuaikan dengan perkembangan dan lingkungannya. Siswa harus mampu belajar dari berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan sekitarnya. Sumber belajar dapat berupa peristiwa atau masalah yang terjadi dalam diri individu maupun lingkungannya. Belajar mempunyai prinsip-prinsip yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar. Dimyati dan Mudjiono (2002: 42), 11

2 12 mengemukakan prinsip-prinsip belajar meliputi: 1) Perhatian dan motivasi; 2) Keaktifan belajar; 3) Keterlibatan langsung/pengalaman belajar; 4) Pengulangan belajar; 5) Tantangan belajar; 6) Pemberian balikan dan penguatan belajar; 7) Perbedaan individual. Belajar mengandung prinsip-prinsip yang penting dalam prosesnya. Perhatian dan motivasi harus ada pada siswa sebagai pendorong awal kegiatan belajar. Setiap siswa harus aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran agar mendapatkan pengalaman belajar. Setiap siswa harus mengulang kembali kegiatan belajarnya agar lebih dapat memahami. Tantangan belajar dapat menjadi pendorong bagi siswa. Pemberian umpan balik dan penguatan belajar perlu diberikan kepada siswa agar siswa lebih mendalami. Perbedaan individual pada setiap siswa harus menjadi perhatian khusus oleh guru dalam setiap kegiatan belajar. Berdasarkan teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Belajar menuntut adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan dan perilaku seseorang melalui proses dan pengalaman yang telah dialami. Berdasarkan teori tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahawa belajar merupakan usaha sadar seseorang sebagai bentuk

3 13 perubahan tingkah laku. Belajar merupakan aktivitas psikologis dan fisiologis. b. Pembelajaran Pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah proses belajar. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 A ayat 20, mengemukakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hamalik Oemar (2005: 57), mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Rusman (2012: 94), mengemukakan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara siswa, guru, dan sumber belajar. Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu pengetahuan dari satu pihak kepada pihak lain. Proses tersebut dapat berlangsung secara langsung melalui tatap muka, maupun tidak langsung seperti melalui media. Proses belajar tidak akan dapat berjalan tanpa adanya pembelajaran. pembelajaran dapat dilaksanakan oleh guru maupun siswa. Kedua pihak tersebut saling mempengaruhi melalui interaksi yang terbangun dalam proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam proses belajar. Bambang Warsita (2008: 269), mengemukakan strategi pembelajaran adalah seperangkat cara atau teknik yang ditempuh oleh guru dan

4 14 siswa dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi pembelajaran merupakan cara yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi pembelajaran sangat menentukan dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tercapai tidaknya sebuah tujuan pembelajaran sangat tergantung pada strategi pembelajaran yang diterapkan baik oleh guru maupun siswa. Strategi pembelajaran mempunyai beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Bambang Warsita (2008: 272), mengemukakan secara garis besar komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokan sebagai berikut: a) Urutan kegiatan pembelajaran yang meliputi pendahuluan, penyajian, dan penutup; b) Metode Pembelajaran; c) Media Pembelajaran; d) Alokasi waktu untuk tatap muka; e) Pengelolaan kelas. Komponen-komponen tersebut perlu diperhatikan agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salah satu komponen penting dalam strategi pembelajaran adalah media yang dipakai. Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal tersebut membuat sebuah media pembelajaran tidak selalu sesuai dengan tujuan mata pelajaran yang

5 15 dilaksanakan. Seorang guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang baik dan tepat dalam pembelajaran. Misalnya dalam penerapan strategi pembelajaran pada pembelajaran IPS. Media pembelajaran yang dipakai dalam mata pelajaran IPS harus disesuaikan dengan tujuan IPS itu sendiri, yaitu mampu dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka media pembelajaran yang tepat untuk dilaksanakan adalah e-learning. Melalui penerapan e-learning baik guru maupun siswa akan lebih mudah dalam mencari materi, sumber belajar, peristiwa atau permasalahan sosial di mana pun, dan membuka pengetahuan yang luas. Hal tersebut dapat mempermudah siswa untuk berfikir kritis dan berusaha memecahkan masalah-masalah sosial yang ada di sekitarnya. Berdasarkan teori pembelajaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjalin antara siswa, guru, dan sumber belajar. Pembelajaran dapat terjalin dengan adanya guru, siswa, fasilitas, material, dan prosedur yang dapat saling mempengaruhi. Strategi pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. c. Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari cabangcabang ilmu sosial. Cabang-cabang ilmu sosial meliputi sejarah,

6 16 geografi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, antropologi, dan budaya. Trianto (2010: 171), mengemukakan ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabangcabang ilmu sosial. Numan Soemantri (2001: 92), mengemukakan IPS merupakan penyerdehanaan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang disederhanakan dan disajikan secara ilmiah untuk tujuan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. IPS adalah salah satu mata pelajaran yang merupakan bagian dari kurikulum sekolah. IPS berisi tentang materi ilmu-ilmu sosial. Materi tersebut merupakan hasil dari keterpaduan cabang-cabang ilmu sosial yang saling berkaitan. Cabang-cabang ilmu sosial yang saling terkait diintegrasikan dan kemudian akan menghasilkan materi atau topik yang kompleks. 2) Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial Mata pelajaran IPS mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Trianto (2010: 174), mengemukakan bahwa karakteristik mata pelajaran IPS di SMP/MTs antara lain sebagai berikut: 1) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, humaniora, pendidikan, dan agama; 2) SK dan KD IPS berasal dari struktur keilmuan cabang-cabangnya yang dikemas

7 17 menjadi topik tertentu; 3) SK dan KD IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdispliner dan multidisipliner; 4) SK dan KD IPS menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya perjuangan hidup agar survive seperti perumusan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan sosial. Karekteristik IPS terlihat pada unsurnya. IPS mempunyai unsur kompleks yang merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial. Karakteristik IPS selain terlihat dari unsurnya, juga pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS. SK dan KD IPS merupakan sebuah tema yang merupaka gabungan dari dari ilmu-ilmu sosial. Tema tersebut dapat berupa masalah sosial, peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, serta kebutuhan manusia. IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga dapat membedakan dengan mata pelajaran lain. IPS merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan cabangcabang ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. SK dan KD merupakan sebuah tema yang terstruktur dari cabangcabangnya, SK dan KD IPS berupa masalah sosial dan peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat.

8 18 3) Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Mata pelajaran IPS mempunyai tujuan yang baik dan mulia. Hal tersebut berkaitan dengan konsep IPS yang sangat dekat dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari. Trianto (2010: 176), mengemukakan bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan sosial yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah sosial yang terjadi pada dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar. Supardi (2011: 186), mengemukakan tujuan IPS yaitu: a) membentuk siswa menjadi warga negara yang baik dan sadar akan hak dan kewajibannya, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, bersifat demokratis, tanggung jawab, memiliki identitas dan kebanggan nasional; b) mengembangkan kemampuan berpikir dan inkuiri dalam memahami, mengidentifikasikan, menganalisis, dan memiliki ketrampilan sosial untuk ikut berpartisipasi memecahkan masalah-masalah sosial; c) melatih belajar mandiri dan membangun kebersamaan; d) mengembangkan kecerdasaan dan ketrampilan sosial; e) mampu menghayati nilai-nilai hidup yang baik; f) mengembangkan kesadaran dan kepedulian sosial. IPS mempunyai tujuan yang mulia. Tujuan utama mata pelajaran IPS adalah mempersiapkan dan menjadikan siswa menjadi warga negara yang baik. Siswa harus mampu memahami konsep

9 19 yang dipelajari di sekolah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan memiliki kesadaran, kepekaan, dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah sosial dan mampu memecahkannya. Siswa tidak hanya mampu menguasai serentetan materi atau pokok-pokok bahasan tertentu saja, namun juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan. d. Pembelajaran IPS Pembelajaran IPS merupakan kegiatan penyampaian ilmu pengetahuan dalam pelajaran IPS. Pembelajaran IPS yang diselenggarakan pada umumnya harus disesuaikan dengan konsep dan tujuan mata pelajaran IPS tersebut. Konsep dan tujuan dari pelajaran IPS harus diintegrasikan dalam pembelajaran agar tujuan intruksional pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan konsep dan tujuan pelajaran IPS, pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah harus mampu membekali siswa dengan ketrampilan yang dapat diunggulkan dalam kehidupan. Pembelajaran juga harus mampu membuka wawasan siswa menjadi lebih terbuka dan luas. Pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu melatih kemampuan berfikir kritis siswa terhadap suatu fenomena dan mampu memecahkannya dengan melihat dari beberapa sudut pandang yang kompleks. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran IPS yang dapat menunjang pemahaman siswa tentang konsep dan tujuan IPS.

10 20 Pembelajaran harus melibatkan metode, media, dan sumber belajar yang mampu mendukung tujuan pembelajaran. Pemilihan metode, media, dan sumber belajar yang tepat dengan karakteristik IPS mampu menunjang tercapainya tujuan intruksional pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, e-learning dapat menjadi media penunjang dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran IPS merupakan proses interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar pada ilmu-ilmu sosial. Pembelajaran IPS harus disesuaikan dengan karakteristik dan tujuan IPS berdasarkan kurikulum sekolah. pembelajaran IPS melibatkan beberapa komponen penting seperti media, metode, dan sumber belajar. Pembelajaran IPS adalah interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar dalam memberikan transfer ilmu-ilmu sosial. Pembelajaran IPS harus menggunakan strategi yang tepat dalam pelaksanaannya. Salah satu komponen penting dalam strategi pembelajaran adalah media pembelajaran. Pembelajaran IPS memperlukan media yang mampu menjadi sumber belajar, penyampaian materi dan pemberian tugas. 2. E-Learning a. Pengertian E-Learning Himpunan masyarakat Amerika untuk kegiatan pelatian dan pengembangan (The American Society for Training and Development), dalam Rusman (2012: 291), mengemukakan definisi e-learning sebagai berikut:

11 21 E-learning is a broad set of applications and processes which include web-based learning, computer-based learning, virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via the internet. Definisi tersebut menyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web, komputer, kelas virtual, dan kelas digital. Materi dalam pembelajaran tersebut dikirim melalui media internet. Munir (2009: 169), mengemukakan e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. E-Learning lebih memfokuskan pada proses belajar, perangkat komputer hanya sebagai medianya. E-Learning merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu internet, sehingga dalam proses belajar mengajar guru dapat menyampaikan materi atau bahan ajar dengan mengunakan komputer melalui jaringan internet. Pemanfaatan teknologi informasi berupa internet, intranet, atau jaringan komputer lain sebagai media dalam proses belajar mengajar. b. Karakteristik E-Learning E-Learning mempunyai beberapa karekteristik dalam pelaksanaannya. Munir (2009: 170), mengemukakan karakteristik e- learning antara lain: a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik sehingga dapat memperoleh informasi dan melakukan komunikasi dengan mudah dan cepat antara guru dengan siswa; b) Memanfaatkan media komputer seperti jaringan komputer; c) Menggunakan materi

12 22 pembelajaran untuk dipelajari secara mandiri oleh siswa; d) Materi pembelajaran disimpan di komputer sehingga dapat diakses siapa saja, kapan saja, di mana saja sesuai dengan keperluannya; e) Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran, mengetahui hasil belajar, administrasi pendidikan, serta untuk memperoleh informasi yang banyak dari berbagai sumber informasi. Rusman (2012: 292), mengemukakan karakteristik e-learning ada empat, yaitu: a) Interactivity (interaktivitas), tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung seperti chatting atau massanger, maupun tidak langsung seperti forum, mailing list, atau buku tamu; b) Independency (kemandirian), fleksibilitas dalam penyediaan waktu, tempat, pengajar, dan bahan ajar sehingga pembelajaran lebih terpusat; c) Accessbility (aksebilitas), sumbersumber belajar lebih mudah diakses melalui jaringan internet; d) Enrichment (pengayaan), kegiatan pembelajaran, presentasi materi pelajaran sebagai pengayaan memungkinkan menggunakan teknologi informasi. Pelaksanaan e-learning mempunyai karakteristik, di mana e- learning memanfaatkan media komputer dan jaringan internet yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran, hasil dan sumber belajar, serta administrasi sekolah. Pelaksanaan e-learning tidak hanya dalam penyajian materi secara online, akan tetapi juga untuk

13 23 memperoleh informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber informasi yang bersifat online. Berdasarkan beberapa teori tentang e-learning, dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan proses pembelajaran modern dengan bantua jaringan internet. Komponen dalam e-learning seperti media komputer dan perangkatnya. c. Kelebihan E-Learning E-Learning mempunyai beberapa kelebihan dalam pelaksanaannya. Munir (2009: 174), mengemukakan bahwa kelebihan e-learning dalam pembelajaran adalah: a) Meningkatkan interaksi pembelajaran; b) Mempermudah interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja; c) Memiliki jangkauan yang lebih luas; d) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran. Rusman (2012:299), mengemukakan kelebihan pembelajaran dengan e-learning antara lain: a) Memungkinkan setiap dimanapun, kapanpun untuk belajar; b) Peserta didik dapat belajar sesuai dengan karakteristik dirinya sendiri karena pembelajaran dengan e-learning ini lebih bersifat individual; c) Lebih mendorong peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri. Berdasarkan beberapa kelebihan e-learning dalam proses pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa e-learning sangat membantu dalam proses pembelajaran sebagai media pendukung

14 24 belajar siswa. Hal tersebut karena e-learning dilaksanakan bukan pada saat tatap muka dengan guru. E-Learning mempunyai beberapa kelebihan apabila diterapkan dalam pembelajaran. Pembelajaran kepada siswa tidak hanya lagi terbatas di ruang kelas, tapi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. d. Kekurangan E-Learning E-Learning mempunyai beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Munir (2009: 176), mengemukakan bahwa kekurangan e-learning dalam pembelajaran adalah: a) Menjadikan guru dengan siswa kurang akrab; b) Aspek pendidikan akan lebih terabaikan karena lebih fokus pada aspek teknologinya; c) Kurang menekankan aspek afektif siswa, d) Guru yang tidak menguasai teknologi, mempunyai motivasi rendah, dan tidak mampu belajar mandiri akan kesulitan dalam pembelajran; e) Keterbatasan software yang biayanya masih relatif mahal; f) Kurangnya keterampilan dan pengetahuan mengoperasionalkan komputer; g) Keterbatasan fasilitas teknis. Rusman (2012: 302), mengemukakan kekurangan pembelajaran dengan e-learning adalah: a) Keberhasilan pembelajaran ini bergantung pada kemandirian dan motivasi peserta didik; b) Akses untuk mengikuti pembelajaran berbasis web seringkali menjadi masalah bagi peserta didik; c) Peserta didik akan bosan jika jaringan yang digunakan tidak memadai untuk mengakses informasi.

15 25 E-Learning mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan e- learning terdapat pada sumber daya manusia, fasilitas, dan pembelajaran. Kurangnya sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan e-learning dalam pembelajaran membuat pembelajaran tidak dapat dilaksanakan oleh semua guru, terutama guru-guru yang sudah lanjut usia. E-Learning mempunyai beberapa kelemahan yang dapat ditemui apabila diterapkan dalam suatu pembelajaran. Kekurangan tersebut diantaranya adalah sumber daya. Sumber daya baik yang berupa fasilitas maupun SDM yang kurang sehingga dapat pelaksanaan e- learning. e. Fasilitas Sistem E-Learning Aplikasi sistem e-learning dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Munir (2009: 190), mengemukakan terdapat tiga fasilitas yang ditawarkan sistem e-learning yaitu: 1) Fasilitas khusus, yaitu fasilitas yang hanya dapat diakses oleh guru, pegawai administrasi, dan pihak lain yang berwenang dalam web server. Untuk menggunakan fasilitas ini diperlukan password yang hanya pihak-pihak tertentu yang mengetahuinya. Data yang termasuk dalam fasilitas khusus adalah data pribadi, sistem ujian dan nilai, pembayaran uang sekolah, materi pembelajaran lengkap, dan soal.

16 26 2) Fasilitas umum, yaitu fasilitas yang dapat diakses secara umum oleh semua pengguna web. Pengguna akan diberikan fasilitas berupa forum diskusi, proses pendaftaran, cara mengakses, , dan sebagainya. 3) Fasilitas penunjang, yaitu fasilitas yang memberikan kemudahan kepada pengguna yang mendukung terhadap kelancaran proses pembelajaran, seperti link, download, dan upload. Pada umumnya fasilitas yang diperlukan dalam e-learning ada tiga, yaitu fasilitas khusus, umum, dan penunjang. Fasilitas khusus merupakan fasilitas yang hanya dapat diakses oleh guru, pegawai administrasi, dan pihak lain yang berwenang. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat diakses secara umum oleh semua pengguna.fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang memberikan kemudahan kepada pengguna dalam mengakses. Fasilitas yang terdapat dalam e-learning merpakan sistem yang dapat ditemukan dalam pelaksanaannya. Pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapa saja secara mudah dan cepat melalui fasilitas sistem e-learning tersebut. 3. Pemanfaatan E-Learning dalam Pembelajaran IPS E-Learning merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan. Munir (2009: 169), mengemukakan e-learning sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia maya. Istilah e-learning biasanya ditujukan sebagai usaha untuk

17 27 membuat sebuah transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet. E-Learning mempunyai beberapa manfaat dalam pembelajaran. Munir (2009: 171), mengemukakan manfaat e-learning dalam pembelajaran antara lain: a) Guru dapat berkomunikasi secara mudah dan cepat tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu; b) Guru dapat menggunakan materi pembelajaran yang ruang lingkup dan urutannya sudah sistematis terjadwal melalui internet sehingga dapat menilai seberapa jauh materi yang telah disajikan; c) Pembelajaran yang sulit dan rumit menjadi mudah dan sederhana; d) Mempermudah dan mempercepat mengakses informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran; e) Dapat dijadikan media untuk berdiskusi antar siswa maupun antara siswa dengan guru; f) Guru menjadi lebih aktif mempelajari materi pembelajaran secara mandiri; g) Pembelajaran lebih efisien dari segi tempat, waktu, dan biaya. Pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran ada beberapa bentuk, Rusman (2012: 309), mengemukakan e-learning mempunyai peran sebagai sumber belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan e-learning harus terhubung dengan jaringan internet untuk dapat mengaksesnya. Rusman (2012: 307), mengemukakan salah satu kelebihan e-learning adalah proses pembelajaran tidak terbatas pada waktu tatap muka. Bahan ajar atau materi dapat dikemas dan dimasukan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet. Soekartawi dalam Made

18 28 Wena (2010: 213), mengemukakan melalui e-learning guru dapat memberikan tugas tentang pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan. Guru juga dapat melihat tugas-tugas yang telah terkumpul, melihat jawaban siswa, serta memberitahukan hasilnya. Berdasarkan teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS dibagi menjadi tiga, antara lain: a. Pemanfaatan E-Learning Sebagai Sumber Belajar IPS E-Learning dapat digunakan sebagai sumber belajar. Munir (2009: 176), mengemukakan seseorang dapat belajar dengan sumber belajar yang telah dikemas secara elektronik dan siap diakses melalui online learning. Lantip dan Riyanto (2011: 231), mengemukakan siswa dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Rusman dkk (2011: 289), mengemukakan e-learning dapat memperkaya kajian materi pelajaran selain dengan buku teks. E-Learning dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPS sangat penting dilakukan. Hal tersebut karena IPS merupakan pelajaran yang sangat dekat dengan fenomena yang ada di masyarakat. Melalui e-learning pembelajaran IPS lebih kontekstual. Siswa dapat mengetahui sebuah fenomena yang baru dan memancing untuk berfikir kritis terhadap penyelesaiannya. Siswa tidak hanya menerima pelajaran dari guru atau dari buku saja, namun siswa dapat menemukan sendiri informasi dan pengetahuan mengenai suatu permasalahan.

19 29 Peran siswa dalam pembelajaran bukan sebagai objek yang pasif, namun menjadi subjek yang aktif, kreatif, dan partisipan. Munir (2009:43), mengemukakan melalui e-learning siswa tidak hanya mengingat fakta-fakta atau mengungkap kembali informasi yang diterima, melainkan mampu menemukan berbagai informasi dan ilmu pengetahuan. Misalnya dalam materi penyimpangan sosial, siswa dapat mencari data angka tingkat kejahatan di kota-kota besar di Indonesia melalui internet. Data-data tersebut kemudian dapat menjadi bahan diskusi yang menarik dalam pembelajaran IPS. Pemanfaatan e-learning sebagai sumber belajar IPS dapat dilakukan siswa dengan cara, siswa mengkases jaringan internet melalui komputer, setelah itu mereka mencari bahan ajar yang sebelumya sudah dikemas dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga dapat diakses melalui internet. Salah satu bentuk sumber belajar melalui e-learning seperti buku-buku online, buku online tersebut disediakan oleh guru dengan cara mengupload, selain itu guru juga memberikan link atau alamat web yang berisi tentang bahan belajar, hal ini bisa dijadikan siswa sebagai sumber belajar serta mencari informasi. Menggunakan internet dengan segala fasilitasnya dapat memberikan kemudahan. Melalui e-learning siswa dapat mengakses berbagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Pencarian bahan belajar tersebut dapat secara langsung

20 30 meningkatkan pengetahuan siswa karena sumber belajar mereka tidak terbatas hanya dengan buku teks. Internet dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang fleksibel dari segi waktu dan tempat. b. Pemanfaatan E-Learning Sebagai Media Penyampaian Materi IPS E-Learning dapat digunakan sebagai media penyampaian materi. Rusman dkk (2012: 289), melalui e-learning siswa dan guru dapat berdiskusi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. IPS merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan cabangnya seperti sosiologi, geografi, ekonomi, dan sejarah. Keterpaduan tersebut membuat mata pelajaran IPS begitu kompleks. Materi IPS yang sangat kompleks dirasa kurang cukup jika dilaksanakan hanya dengan tatap muka di dalam kelas saja. Kurangnya alokasi waktu untuk mata pelajaran IPS, berdampak pada penyampaian materi yang diberikan kepada siswa kurang mendalam. Melalui sistem e-learning guru dan siswa tidak terbatas lagi pada alokasi jam pelajaran yang ada di sekolah karena dapat diakses di luar jam pelajaran. Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran melalui e-learning. Penyampaian materi tersebut dapat dilakukan dengan cara guru memasukkan materi pelajaran ke dalam komputer atau jaringan e- learning SMPN 2 Klaten dengan cara upload materi, siswa yang sudah diberitahu sebelumnya membuka materi yang disampaikan oleh guru melalui geschool.net atau smpn2klt.blogspot.com dan membaca materi

21 31 yang sudah diupload oleh guru. Setelah membaca materi siswa dapat berdiskusi dengan guru atau dengan siswa yang lain tentang materi pemebelajaran yang belum dimengerti melalui chatting, sehingga antara siswa dan guru dapat saling berkomunikasi dengan langsung. c. Pemanfaatan E-Learning Sebagai Media Pemberian Tugas IPS E-learning dapat menjadi media dalam pemberian tugas. Munir (2009: 175), menemukakan tugas-tugas pembelajaran dapat diserahkan kepada guru begitu selesai dikerjakan, tanpa harus menunggu waktu luang guru untuk mendiskusikan tugas-tugas tersebut. Pemberian tugas yang diberikan oleh guru dapat diakses melalui internet. Siswa yang telah selesai mengerjakan tugas-tugas tersebut dapat langsung dikirim melalui internet. Hasil belajar atau nilai dari tugas-tugas yang telah terkumpul juga dapat diakses. Pemberian tugas melalui e-learning dilakukan oleh guru dengan cara, guru mengupload tugas yang akan dikerjakan siswa di forum e- learning tersebut, kemudian siswa membuka komputer yang sudah terkoneksi jaringan internet untuk mengalses sistem e-learning, siswa mengerjakan tugas yang tlah dikirim oleh guru, setelah selesai tugas tersebut dapat langsung dikumpulkan tanpa harus bertatap muka dengan guru tersebut. Siswa yang belum paham dngan tugas yang diberikan oleh guru bisa langsung menanyakan kepada guru tersebut melalui chatting atau dengan forum diskusi, sehingga siswa dapat langsung mengerti dengan tugas yang diberikan oleh guru.

22 32 Pemberian tugas melalui e-learning dirasa lebih menguntungkan guru dan siswa. Melalui e-learning tugas-tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan dan dipahami siswa dengan lebih mudah dan cepat, karena siswa dapat memahahi dan mengejarkan tugas tersebut melalui komputer yang terkoneksi jaringan internet yang memungkinkan dapat mengakses informasi dari sumber manapun. Tugas yang telah selesai dikerjakan dapat langsung dikumpulakan tanpa harus bertatap muka. E-Learning sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan teori tentang berbagai pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran IPS. E-Learning memberikan berbagai kelebihan seperti mempermudah siswa mengakses materi pembelajaran IPS di luar pelajaran, menambah sumber belajar siswa, mempermudah dalam pemberian tugas. Pemanfaatan e-learning dalam kegiatan pembelajaran IPS dapat dibedakan sebagai sumber belajar, penyampaian materi, dan pemberian tugas. E-learning dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang aktual bagi guru maupun siswa, siswa dapat mencari berbagai informasi dari berbagai sumber melalui e-learning yang terhubung dengan internet. Hal tersebut dapat membuka wawasan siswa menjadi luas dan kompleks melalui proses yang menarik dan menyenangkan.

23 33 Guru dapat menyampaikan materi melalui e-learning apabila alokasi waktu di kelas kurang. Materi yang membutuhkan alokasi wakru yang banyak dapat selesai melalui e-learning. Siswa tidak perlu khawatir tertinggal pelajaran apabila berhalangan hadir. Pemberian tugas juga dapat dilakukan melalui e-learning. Guru dapat mengirimkan tugas kepada siswa secara mudah. Siswa juga dapat secara langsung mengerjakan dan mengirim tugas apabila sudah selesai dalam pengerjaannya melalui e-learning. B. Penelitian yang Relevan Penelitian relevan digunakan untuk memperkuat sebuah kegiatan penelitian dari sisi teoritik. Berikut ini merupakan penelitian relevan yang dapat mendukung penelitian mengenai Studi Eksplorasi Pemanfaatan E- learning dalam Pembelajaran IPS di SMPN 2 Klaten. Penelitian yang relevan tersebut, yaitu: 1. Alfia Kurnia Rizki (2011) berjudul Studi Pengembangan dan Pemanfaatan E-Learning dalam Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Yogyakarta merupakan skripsi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan: E-Learning SMAN 1 Yogyakarta menggunakan fasilitas moodle yang di dalamnya terdapat fasilitas kuis online, penilaian, dan pengiriman tugas. Guru biologi belum memanfaatkan e-learning dengan maksimal. Sebagian guru hanya memanfaatkan perangkat TIK dalam pembelajaran.

24 34 Persamaan penelitian yang dilaksanakan oleh Alfia Kurnia Rizki dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitian. Kedua penelitian sama-sama mempunyai variabel pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran. Perbedaan penelitian yang dilaksanakan oleh Alfia Kurnia Rizki dengan penelitian ini terletak pada pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilaksanakan oleh Alfia Kurnia Rizki menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatak kuantitatif. Perbedaan lain terletak pada pelajarannya. Penelitian yang dilaksanakan oleh Alfia Kurnia Rizki pada pembelajaran Biologi, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pembelajaran IPS. 2. Budi Lestari (2011) berjudul Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan E-Learning terhadap Prestasi Belajar Siswa SMKN 2 Pengasih merupakan tesis Program Studi Pasca Sarjana, Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif antara motivasi belajar dan pemanfaatan e-learning terhadap prestasi belajar siswa SMKN 2 Pengasih. Persamaan penelitian yang dilaksanakan oleh Budi Lestari dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitiannya. Kedua penelitian samasama mempunyai variabel pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran. Pebedaan kedua penelitian ini ada dua. Perbedaan penelitian yang dilaksanakan oleh Budi Lestari dengan penelitian ini terletak pada jenis

25 35 penelitian. Penelitian yang dilaksanakan oleh Budi Lestari merupakan penelitian korelasi, sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif eksploratif. Perbedaan lain terletak pada subjek penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Lestari subjek penelitiannya adalah siswa SMK, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti subjek penelitiannya adalah siswa SMP. C. Kerangka Pikir Globalisasi mempunyai dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu dampak globalisasi dapat dilihat dalam berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dan terlihat pada meningkatnya penggunaan internet. Peningkatan penggunaan internet dapat dilihat dari banyak bermunculannya warung internet (warnet) yang ada di kota-kota besar maupun kecil di Indonesia. Keberadaan warnet bukan hanya di kota saja, melainkan juga mulai terlihat di desa-desa, hal tersebut karenanya adanya globalisasi. Penggunaan internet yang terus menigkat membuat masyarakat merasa ketergantungan dengan internet. Internet menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat memanfaatkan internet di hampir setiap kegiatan mereka. Banyak manfaat yang masyarakat rasakan dengan adanya internet di kehidupan mereka, di antaranya adalah masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya di mana saja dan kapan saja. Pemanfaatan internet dapat dirasakan dalam aspek kehidupan. Salah satu bidang yang terkena dampak pemanfaatan internet adalah bidang pendidikan.

26 36 Dewasa ini muncul sistem baru yang berbasis internet dalam dunia pendidikan, yaitu e-learning. E-learning merupakan sistem pembelajaran dengan basis utamanya adalah internet. Pembelajaran yang pada awalnya bersifat konvensional, kini mulai berganti menjadi pembelajaran modern dengan bantuan internet. E-learning memberikan kemudahan untuk siswa dalam memperoleh sumber informasi. Menjadikan siswa lebih peka dan kritis terhadap materi pembelajaran yang disajikan oleh guru. Pemanfaatan E-learning dalam kegiatan pembelajaran IPS meliputi, sebagai media sumber belajar bagi siswa. E-learning dapat menjadi perpustakaan yang sangat lengkap bagi guru maupun siswa, selain menggunakan buku teks. Penyampaian materi oleh guru kepada siswa di luar jam pelajaran juga dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan e-learning. Materi dapat diupload oleh guru dan dapat diakses oleh siswa. E-learning juga dapat digunakan sebagai media pemberian tugas. Tugas dapat diberikan oleh guru melalui e-learning. Siswa dapat mengirim tugas yang telah selesai dikerjakan tanpa harus menunggu tatap muka dengan guru. Berikut adalah bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini:

27 37 Globalisasi Perkembangan TI Pemanfaatan e-learning dalam bidang pendidikan Pembelajaran IPS dengan e-learning Sumber belajar Penyampaian materi Pemberian tugas Gambaran pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran IPS di SMPN 2 Klaten Gambar 1. Kerangka Pikir

STUDI EKSPLORASI PEMANFAATAN E-LEARNING OLEH SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMPN 2 KLATEN RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Arif Gunawan

STUDI EKSPLORASI PEMANFAATAN E-LEARNING OLEH SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMPN 2 KLATEN RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Arif Gunawan STUDI EKSPLORASI PEMANFAATAN E-LEARNING OLEH SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMPN 2 KLATEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Arif Gunawan 09416241023 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Guru 2.1.1 Pengertian Kesulitan Istilah kesulitan/problema berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan. 2 prasarana, mutu dan biaya juga sebagai kemudahan lain dari guru yang perlu disediakan agar tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar, misalnya seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat didukung oleh arus globalisasi yang hebat memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengubah dan membina Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun kebudayaan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh besar dalam dunia pendidikan. Akibat dari pengaruh-pengaruh tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Konsep Belajar IPS a. Hakikat Belajar Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA

PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA RINGKASAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu komponen dari kegiatan pembelajaran, dimana dari model pembelajaran ini guru dapat memahami bagaimana bentuk pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD 1. Pengertian IPS Ilmu pengetahuan sosial (IPS) secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 merupakan istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Proses pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

Efektivitas Penggunaan Media Interaktif Berbasis ICT terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu

Efektivitas Penggunaan Media Interaktif Berbasis ICT terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Pendahuluan Efektivitas Penggunaan Media Interaktif Berbasis ICT terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Oleh: Tri Worosetyaningsih Guru SMP N 2 Ngemplak Sleman Mata pelajaran IPS sebagai bagian integral dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang bertujuan agar peserta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI

PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI TEKNOLOGI INFORMASI Pengertian Teknologi Menurut Vaza (2007) teknologi adalah suatu proses yang dilaksanakan dalam upaya mewujudkan sesuatu secara rasional, teknologi merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Slameto (2010:2) dengan bukunya yang berjudul: Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhi Menurutnya, pengertian belajar adalah: Suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan

Lebih terperinci

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain. Manusia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan generasi muda yang memiliki potensi dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan generasi muda yang memiliki potensi dan kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Memiliki peranan yang sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki potensi dan kecerdasan emosional yang tinggi serta menguasai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam Agus Suprijono (2010: 3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam Agus Suprijono (2010: 3) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan baru. Reber dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran pokok pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam pembelajaran IPA terdapat

Lebih terperinci

IbM KELAS VIRTUAL UNTUK SMPN 6 DAN SMAN2 SALATIGA

IbM KELAS VIRTUAL UNTUK SMPN 6 DAN SMAN2 SALATIGA IbM KELAS VIRTUAL UNTUK SMPN 6 DAN SMAN2 SALATIGA Helmie Arif Wibawa, Indra Waspada, Panji Wisnu Wirawan Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Email: Helmie.arif@gmail.com Abtrak. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah yang ada di sekitar kita sesuai dengan pernyataan Susanto (2014: 6) IPS merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya era globalisasi, pelaksanaan pembelajaran saat ini perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang berbasis teknologi. Media berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh semua orang. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber. dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian Thomas Fuchs dan Ludger Woessman (2004) yang berjudul Computers and Student

BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian Thomas Fuchs dan Ludger Woessman (2004) yang berjudul Computers and Student BAB II KAJIAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian Thomas Fuchs dan Ludger Woessman (2004) yang berjudul Computers and Student Learning: Bivariate and Multivariate Evidence On The Availability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

BAB 1 PENDAHULUAN. cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sejalan dengan terus dikembangkannya kurikulum pendidikan di Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan bernegara pendidikan memegang peran sentral guna menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama yang wajib dipenuhi dalam upaya peningkatan taraf hidup bermasyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah, I. PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Untuk memberikan arah pembahasan yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi geografi meliputi aktifitas dan peranan manusia dalam upaya untuk beradaptasi dengan tantangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Memasuki era globalisasi yang identik dengan istilah modernisasi, hampir semua aspek kehidupan manusia pada masa kini mengalami berbagai perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996: 7) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN PELUANG SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan hendaknya mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan harus mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia suatu negara termasuk sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia suatu negara termasuk sumber daya manusia bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara termasuk sumber daya manusia bangsa Indonesia, faktor pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang aktif, peserta didik sendiri yang membentuk pengetahuan. Pada proses belajar, peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan konsep dan

Lebih terperinci

Penggunaan e-learning sebagai Pendukung Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SMAK St. Stanislaus Surabaya

Penggunaan e-learning sebagai Pendukung Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SMAK St. Stanislaus Surabaya Penggunaan e-learning sebagai Pendukung Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SMAK St. Stanislaus Surabaya Indra Budi Trisno indrabt@gmail.com Robby Kurniawan Budhi robby@widyakartika.ac.id Yonatan Widianto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media pembelajaran dalam dunia pendidikan. Teknologi telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa. dalam matematika. Aktivitas matematika ini dikenal juga sebagai 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Realistik Menurut Freudenhal (dalam Zulkardi, 2001:3) menekankan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia, sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Anitah, W, dkk. (2.3-2.4) menyatakan bahwa menurut definisi lama belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Hal utama dalam definisi ini adalah penguasaan

Lebih terperinci