II. TINJAUAN PUSTAKA A. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
|
|
- Hadi Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Berdasarkan pendapat Megginson (1981) dalam Mangkunegara (2000) istilah keselamatan mencakup dua istilah, yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakkan atau kerugian di tempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, terpotong anggota tubuh, luka memar, keseleo, patah tulang, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapam perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan, sedangkan kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Kesehatan kerja adalah usaha untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman dan sehat dari bahaya kecelakaan. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja, serta kondisi lingkungannya. Keselamatan kerja menurut American Society of Safety Engineers (ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditunjukkan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja (Silalahi, 1995). Keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan kondisi fisiologis, fisik, dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. Kondisi fisiologis dan fisik meliputi penyakitpenyakit dan kecelakaan kerja seperti cedera, kehilangan nyawa, atau anggota badan. Kondisi psikologis diakibatkan oleh stress karena bekerja dan kehidupan kerja yang berkualitas rendah (Heriyanto, 2008). Suardi (2005) menyatakan bahwa tujuan keselamatan kerja adalah : 1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi.
2 2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 3. Sumber-sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Tujuan utama kesehatan kerja ada dua, yaitu sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya untuk kesejahteraan tenaga kerja dan sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada tingginya efisiensi dan daya produktifitas faktor manusia dalam produksi. B. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) Menurut PERMENAKER 05/MEN/1996, definisi dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, untuk terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Menurut Santoso (2004), pentingnya menerapkan SMK3 pada perusahaan, dikarenakan: - Kecelakaan yang terjadi selama ini sebagian besar disebabkan oleh adanya kesalahan faktor manajemen, manusia, dan teknis. - Tuntutan produk berkuaitas tidak terlepas dari permasalahan K3, dikaitkan dengan hambatan teknis dalam era globalisasi perdagangan. - Perlunya peningkatan penerapan K3. Dalam menerapkan SMK3 pada suatu perusahaan, terlebih dahulu harus menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada SMK3 sesuai PERMENKER 05/MEN/1996. Prinsip tersebut menjadi dasar dalam menerapkan SMK3, sehingga setiap prinsipnya dapat digambarkan sebagai satu siklus yang saling berhubungan. Kaitan antara setiap prinsip dapat dilihat pada Gambar 1 dan lima prinsip penerapan SMK3 tersebut, yaitu : 1. Penetapan kebijakan K3.
3 2. Perencanaan penerapan K3. 3. Penerapan K3. 4. Pengukuran, pemantauan, dan evaluasi kinerja K3. 5. Peninjauan secara teratur untuk meningkatkan kinerja K3 secara berkesinambungan. Gambar 1 dibawah ini menujukkan lima prinsip dasar dalam menerapkan program K3 yang dapat digambarkan sebagai satu siklus yang berhubungan erat. Gambar 1. Lima Prinsip Dasar SMK3 berdasarkan Permenker No. 05/Men/1996 Sumber : Workshop SMK3 SUCOFINDO Menurut Suardi (2005) ada dua jenis SMK3, yaitu : a. Sistem manajemen K3 menurut ILCI International Loss Control Institute (ILCI) yang bertempat di Atlanta, Amerika Serikat dengan tokohnya Frank Bird mengembangkan pendekatan Loss Control Management. Pada pendekatan ini dijelaskan bahwa kecelakaan tidak saja mengakibatkan kerugian (loss). Bird juga mengungkapkan rasio antara kecelakaan yang menimbulkan cedera atau kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya mengakibatkan kerusakaan (damage accident).
4 b. Sistem Manajemen K3 British Safety Council Tokoh pada sistem manajemen ini yaitu James Tye yang mengeluarkan konsep K3 yang disebut Five Star Rating System. Unsur unsur dalam pendekatan sistem ini adalah : 1) Kebijakan (policy) 2) Pengorganisasian (organizing) 3) Perencanaan dan penerapan (planning and implementation) 4) Pengukuran kinerja (measuring performance) 5) Peninjauan hasil (reviewing performance) 6) Audit (auditing) C. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI INDONESIA Menurut PERMENKER 05/MEN/1996 ada lima prinsip dan dua belas elemen yang menjadi pedoman untuk penerapan SMK3. Lima prinsip ini merupakan siklus yang berkesinambungan, sedangkan dua belas elemen SMK3 diterapkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 1. Komitmen dan kebijaksanaan Salah satu bentuk komitmen sebuah perusahaan menerapkan SMK3 adalah dengan menyediakan sumber daya yang memadai. 2. Perencanaan Perusahaan diharuskan merencanakan untuk memenuhi kibijakan, sasaran dan tujuan K3 yang telah ditetapkan. Perencanaan yang baik harus memiliki kedua hal yang penting diterapkan yaitu manajemen resiko yang baik dan pemenuhan peraturan standar yang ada. 3. Penerapan SMK3 - Kemampuan menyiapkan sumber daya yang andal dan professional. - Integrasi SMK3 ke dalam sistem manajemen perusahaan sehingga dapat berjalan secara selaras dan seimbang. - Kesadaran semua pihak untuk mendukung.
5 4. Pengukuran dan evaluasi Perusahaan perlu mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3. Adapun pelaksanaannya meliputi inspeksi dan pengujian peralatan, metode, dan temuan yang terdapat pada pekerjaan. 5. Peninjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen Tinjauan berkala berguna untuk meningkatkan SMK3 dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan. 6. Evaluasi penerapan SMK3 - Melihat kembali tujuan, sasaran dan kinerja K3. - Memaparkan hasil temuan audit SMK3. - Evaluasi kebutuhan dan peningkatan SMK3. Menurut Suardi (2005) tahapan dan langkah-langkah penerapan SMK3 dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu : 1. Tahapan Persiapan a. Komitmen manajemen puncak b. Menentukan ruang lingkup c. Menetapkan cara penerapan d. Membentuk kelompok penerapan e. Menetapkan sumber daya yang diperlukan 2. Tahapan Pengembangan dan Penerapan a. Menyatakan komitmen b. Menetapkan cara penerapan c. Membentuk kelompok kerja penerapan d. Menetapkan sumber daya yang diperlukan e. Kegiatan penyuluhan f. Peninjauan sistem g. Penyusunan jadwal kegiatan h. Pengembangan sistem manajemen K3 i. Penerapan sistem j. Sertifikasi k.
6 D. STANDAR PERUNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Peraturan-peraturan dan Undang-Undang pemerintah dalam mengatur praktek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah keperluan mutlak yang harus ada khususnya untuk suatu perusahaan. Peraturan dan undang-undang pemerintah ini, dapat menjadi pedoman dan alat kontrol untuk menentukan sistem manajemen K3 pada suatu perusahaan serta kebijakan-kebjakan lain dalam ruang lingkup K3. Perundangan nasional tentang K3 dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Perundangan Keselamatan Kerja a. UU No. 1. tahun 1970 tentang keselamatan kerja b. UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan Bab X (Pasal 86 dan 87 yang mengatur tentang K3) c. Keputusan Presiden RI No. 51 Tahun 1989 tentang besarnya jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian asuransi sosial tenaga kerja. d. Keputusan Mentri Tenaga kerja dan Transportasi No. 234/MEN/2003 tentang waktu kerja dan waktu istirahat sektor usaha energi dan sumber daya mineral pada daerah tertentu. e. Keputusan Mentri Tenaga kerja dan Transportasi No. 235/MEN/2003 tentang jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan keselamatan atau moral pekerja. f. Keputusan Mentri Tenaga kerja dan Transportasi No. 186/MEN/2003 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja. g. Keputusan Mentri Tenaga kerja dan Transportasi No. 75/MEN/2003 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor SNI mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL) di tempat kerja. h. Peraturan Menteri No.4 tahun 1993 tentang jaminan kecelakaan kerja. 2. Perundangan Kesehatan Kerja a. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri. b. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1407/Menkes/SK XI/2002 tentang pedoman pengendalian dampak pencemaran udara.
7 Selain itu, peraturan tentang K3 di internasional antara lain : a. OSHAS : 1999 Amandement 1 : 2002 (Ocupational Safety and Health Management System- specification British Standard Institusion). b. OSHAct (Ocupational Safety and Health Act) badan K3 AS membentuk standar : - Standar OSHA (Ocupational Safety and Health Administration) merupakan bagian dari Departement of Labor (tentang kesehatan kerja). - NIOSH (National Institute for Safety and Health) merupakan bagian dari Departement Health and Human Service (tentang keselamatan kerja). E. KECELAKAAN KERJA Kecelakaan kerja merupakan kejadian atau peristiwa yang tidak diharapkan atau diduga sama sekali yang terjadi di tempat kerja. Secara umum dapat dikualifikasikan bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (unsafe act) sebesar 78%, yang disebabkan kondisi berbahaya dari peralatan (unsafe condition) sebesar 20%, dan faktor lainnya sebesar 2%. Perilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Padahal, kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya kualitas dan produktifitas, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak. Dalam skala besar, akibat kecelakaan kerja yang banyak terjadi dan besarnya jumlah kerugian yang diderita perusahaan, secara kumulatif akan pula merugikan perekonomian sosial. Hal ini menunjukkan bahwa masalah K3 adalah masalah yang strategis, yang tidak lepas dari kegiatan dalam suatu industri secara keseluruhan, sehingga pola yang harus diseimbangkan di dalam penanganan K3 dan pengendalian potensi bahaya memerlukan pendekatan kesisteman antara lain dilakukan dengan menerapkan SMK3. Untuk mengetahui efektivitas penerapan SMK3 dan
8 mengukur kinerja pelaksanaan SMK3, serta untuk membuat perbaikan-perbaikan, dalam pelaksanaannya, dilakukan dengan penilaian hasil kegiatan atau audit. Melalui audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program K3 telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya audit dilakukan oleh auditor, sebagai Profesional Judgement. Untuk memelihara kompetensinya dan melakukan penyamanan persepsi tentang penilaian obyek yang diaudit, auditor menggunakan suatu standar untuk melakukan pengukuran melalui suatu proses sertifikasi terhadap kompetensinya (Syamsudin, 2004). Menurut Mangkunegara (2000), terjadinya masalah-masalah kecelakaan kerja pada suatu perusahaan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti : 1. Kondisi dan Situasi Lapangan Bekerja pada tempat yang sama terus-menerus (monoton) dan heat stress dari waktu ke waktu yang dapat menyebabkan gangguan psikologis pada pekerja, mempengaruhi ketenangan kerja, keselamatan kerja, dan produktifitas. 2. Faktor Manusia (unsafe Act) Faktor manusia (pekerja) merupakan hal yang paling mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Dalam hal ini, seperti ketidaktahuan, kecerobohan, membuka alat pelindung mesin, bekerja sambil bersenda gurau, semua hal ini termasuk penyebab yang paling sering mendatangkan kecelakaan kerja. 3. Faktor Fisik Contoh dari faktor fisik adalah bunyi yang berasal dari mesin-mesin yang menimbulkan getaran dan bising. Hal ini dapat menimbulkan gangguan pendengaran, ketulian, serta efek psikologis yang dapat mengakibatkan pusing, stress, cepat lelah, dan susah tidur.
9 4. Faktor Peralatan dan Mesin-Mesin (unsafe condition) Mesin mesin tanpa alat pelindung, alat kerja yang rusak dan instalasi yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Oleh sebab itu, sangat diperlukan pemeriksaan secara berkala untuk segala macam peralatan yang digunakan demi untuk menghindari kecelakaan kerja. 5. Faktor Biologis Ruang akomodasi yang terbatas dan dihuni oleh banyak orang, menyebabkan penyakit penyakit seperti infeksi dengan mudah dapat menular, misalnya penyakit mata, penyakit kulit, penyakit saluran pernafasan, dan pencernaan. Dapat pula penyakit yang ditimbulkan oleh binatang tertentu seperti nyamuk. 6. Faktor Psikologi Lingkungan pekerjaan yang banyak mengandung bahaya, rasa jenuh, tidak serasi dengan perasaan tuntutan karier, dan gannguan pencernaan. F. FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA Kondisi lingkungan kerja pada suatu perusahaan merupakan hal yang paling berpengaruh dalam produktifitas kerja para karyawan. Kondisi lingkungan yang aman dan nyaman dapat mencegah timbulnya penyakit serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Aman dalam konteks ini adalah hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja atau dengan kata lain mengurangi potensi bahaya sehingga mengurangi resiko kecelakaan kerja. Nyaman dalam konteks ini adalah hal yang berkaitan dengan kesehatan perusahaan atau dengan kata lain mengurangi resiko timbulnya penyakit kerja. Kondisi lingkungan perusahaan dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor fisiologis, dan faktor psikologis. Faktorfaktor ini dalam jumlah tertentu dapat mengganggu daya kerja seseorang ketika bekerja, misalnya suhu ruangan kerja yang sangat panas dapat mengganggu konsentrasi kerja karyawan sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja (Suardi, 2005). Faktor fisik hal paling utama yang mempengaruhi kondisi kerja. Faktor fisik meliputi kebisingan, penerangan, suhu, dan kelembaban.
10 1. Kebisingan Kebisingan diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki, jika bunyibunyian tersebut dapat memberikan pengaruh yang buruk. Menurut Syamsudin (2004) secara umum tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan bagi pekerja dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : a. Intensitas dan frekuensi kebisingan. b. Jenis kebisingan (steady atau non steady noise). c. Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration). d. Umur pekerja. e. Penyakit-penyakit / ketidaksempurnaan sistem pendengaran bagi pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan). f. Kondisi lingkungan (kecepatan angin, suhu, kelembaban udara, dan sebaliknya) dimana bahaya kebisingan tersebut sudah berada. g. Jarak antara pekerja dengan sumber kebisingan. h. Posisi telinga dengan gelombang suara. Lingkungan kerja, khususnya di pabrik dengan berbagai macam kegiatan sangat mempengaruhi tingkat kebisingan yang ditimbulkan. Pada umumnya kebisingan sangat mengganggu dan mempengaruhi kinerja operator (pekerja), yang mengakibatkan kurangnya pendengaran, mengganggu tenaga kerja, dan menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi dan bahkan pada taraf yang sangat buruk dapat menimbulkan ketulian, atau dapat menimbulkan reaksi protes dari masyarakat sekitar pabrik. Kebisingan dari mesin dapat dikurangi dengan diberi penutup fiber glass atau ditempatkan di atas bahan yang lunak seperti karet, plastik, asbes dan lain-lain. Pada industri yang bersih, penggunaan karpet dapat mengurangi kebisingan. Namun jika kebisingan masih belum dapat diatasi, maka pekerja harus memakai pelindung telinga (ear protection). Macam-macam pelindung telinga antara lain cotton balls, swedish wool, earplugs, molded ear caps, earmuffs, helmets.
11 2. Penerangan Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat, dan tanpa usaha yang keras, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan. Sebaliknya penerangan yang kurang baik akan menimbulkan kesalahan, kelelahan dan keterlambatan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena pekerja harus bekerja keras untuk memastikan hal yang dikerjakannya benar dalam kondisi penerangan yang kurang baik. Bahkan mata yang bekerja keras terus-menerus dan kelelahan pada akhirnya akan menimbulkan kelelahan mental. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi, dan kecepatan. Penerangan yang baik akan sangat dipengaruhi ukuran obyek, derajat kontras, luminasi dan lamanya melihat. Pada prinsipnya semakin teliti suatu pekerjaan diperlukan tingkat penerangan yang lebih baik pula. Menurut Suma mur (1980), usaha yang harus dilakukan untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman adalah : a. Mencegah cahaya yang berlebihan b. Warna yang tepat pada lingkungan kerja c. Panas yang tidak berlebihan pada tempat kerja d. Pembagian cahaya / luminasi yang tepat Satuan-satuan yang berhubungan dengan penerangan antara lain adalah lumen dan lux. Lumen adalah arus cahaya yang ditimbulkan oleh sumber cahaya ke semua arah dan lux adalah satuan penerangan dimana tiap m 2 jatuh arus cahaya 1 lumen. Konversi lux ke lumen adalah 1 lux = 1 lumen/m Suhu Pengaturan suhu yang tepat akan dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi kerja. Suhu udara yang terlalu tinggi akan mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi, mengganggu kecermatan kerja otak, dan mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris. Sedangkan suhu udara yang terlalu dingin akan mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya
12 koordinasi otot. Menurut Suma mur (1980), suhu udara kerja yang terlalu tinggi dapat menyebabkan : a. Heat Cramps, yaitu proses kehilangan garam tubuh akibat pengeluaran keringat yang berlebihan. Gejala-gejala yang ditimbulkan seperti kejangkejang otot tubuh dan perut. b. Heat Exhaustion, biasanya timbul akibat kurang adanya aklimitasi. Gejala yang ditimbulkan adalah keringat banyak keluar sedangkan suhu tubuh relatif normal. c. Heat Stroke, yaitu dengan gejala suhu badan naik sedangkan kulit kering dan panas. d. Millairia, yaitu kelainan kulit sebagai akibat keluarnya keringat yang berlebihan. 4. Kelembaban (Humidity) Kelembaban dalam hal ini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara sekitar. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan. Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena semakin aktif peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan
Lebih terperinciTEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA
TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan
Lebih terperinciBAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,
BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan
Lebih terperinciKAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) (Studi Kasus : Bagian Produksi PT. Goodyear Indonesia, Tbk.
KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) (Studi Kasus : Bagian Produksi PT. Goodyear Indonesia, Tbk. Bogor) Oleh DWI WINDIANA F34063505 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut
Lebih terperinciKESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH
KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah
Lebih terperinciTIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran
1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran
Lebih terperinciURGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI
URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciKONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA
KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan
Lebih terperinciTujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1
Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pecegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang mengakibatkan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keselamatan
Lebih terperinciTujuan Dari Sistem Manajemen K3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi. Namun dalam penerapan teknologi tinggi tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan
Lebih terperinciPEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja
PEMELIHARAAN SDM Fungsi Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan
Lebih terperinciKONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas adalah faktor pekerjaan yang dihadapi oleh banyak pekerja hutan di seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di bidang kehutanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, ada dua penelitian yang meneliti tentang analisis keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional, nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat disegala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti, pertambangan, transportasi, dan lainnya.
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan
14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mampu bersaing dan berkompetisi. Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi perusahaan sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas
Lebih terperinci#7 PENGELOLAAN OPERASI K3
#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.
BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch
Lebih terperinciPENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI
PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitas aktivitas bisnisnya, perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya didalam perusahaan. Salah satu aspek sumber daya terpenting didalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mempersiapkan industry memasuki era pasar bebas, diperlukan kesiapan disemua bidang, termasuk bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), karena dalam Standarisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciURGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja
URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja HAL-HAL YANGMENJADIISU DIK3 MENGAPA PERLU PENGELOLAAN K3 TUJUAN DARI SISTEM MANAJEMEN K3: 1. Sebagai alat untuk mencapai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1. Keselamatan Kerja Dalam pemahaman yang umum, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), adalah segala upaya untuk mengendalikan resiko yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan
Lebih terperinciANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY
ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia
Lebih terperinciPENGELOLAAN OPERASI K3
PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti memiliki potensi risiko (Suardi, 2007). Orang yang bekerja juga
Lebih terperinciKEDARURATAN LINGKUNGAN
Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.
Lebih terperinciPENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO
PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan
Lebih terperinciErgonomics. Human. Machine. Work Environment
ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,
Lebih terperinciSEJARAH & PERKEMBANGAN
Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
MODUL E Learning Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI), Seri KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA () Investigasi Kecelakaan Kerja Oleh : Bidang Studi E Laerning Kode Teknik, dll T. Sipil, T. Mesin, dll 001/LP2K
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya pembangunan industri tentunya akan semakin meningkat pula risiko yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja. Bahaya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Dalam pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kesejahteraan, manusia menciptakan berbagai pelayanan jasa dan barang konsumtif maupun produktif. Pemanfaatan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam aktivitas, termasuk bekerja. Pada saat manusia bekerja dituntut untuk dapat mengerjakan pekrjaannya secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas optimal. Kesehatan
Lebih terperinciPeranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan
Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan (General Agreement on Tariffs and Trade/GATT) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 menjadikan kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara-negara industri di kota-kota besar seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Sudah sejak dulu diketahui bahwa bising industri dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan tulang punggung di bidang industri yang sangat menentukan keberhasilan dari suatu usaha untuk mempertinggi produksi, produktivitas dan efisiensi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan
Lebih terperinciKata Kunci: Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Produktivitas Karyawan, Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Kota Batu.
ABSTRAK PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Empiris Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Kota Batu) Produktivitas kerja karyawan merupakan factor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan sebalikanya adalah waktu istirahat. Memeperpanjang waktu kerja lebih dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung
Lebih terperinciPENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG
Utama Bandar Lampung 69 PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG Oleh FAHRIZI Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK
Lebih terperinciadalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara
Lebih terperinciRESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan
RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai
Lebih terperinciPengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin
ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri sehingga setiap perusahaan/pabrik pasti membutuhkan perancangan dan pengaturan layout
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti, pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas utama yang harus
Lebih terperinciOrganisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:
Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;
Lebih terperinciPELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto
PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai
Lebih terperinci