BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada Bab ini dilaporkan hasil penelitian, yang diperoleh dari awal sampai akhir proses penelitian. Dengan berpedoman pada prinsip bahwa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, maka penulis berkewajiban untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, integral dan rinci dari gejala faktual sesuai dengan fokus masalah sehingga diperoleh nilai pertanggung jawaban ilmiah dari penelitian ini. Materi laporan ini merupakan hasil pengumpulan data baik data skunder dan primer atas dasar observasi, wawancara, studi dokumentasi dan kuesioner atau daftar pertanyaan sesuai dengan ciri penelitian kualitatif. Kemudian diadakan dengan cara : a) pryt.hina, proses unitisasi dari data yang terkumpul yang didasarkan pada keadaan, informasi, peristiwa atau kejadian yang diperoleh dari subyek dan obyek penelitian. Melalui unitisasi dapat ditransformasikan dalam beberapa unit yang ditampilkan dalam kalimat, tabel dan gambar untuk diidentifikasi dan dianalisa; b) Kedua. diadakan katagorisasi data dalam unit, sehingga makna dalam satu katagori dari cakupan unit yang lebih menampakkan diri sehingga memudahkan untuk memberikan gambaran karakteristik dari setiap data; c). Ketiga, dilakukan uraian data untuk memperoleh deskripsi dari setiap katagori dalam kaitannya dengan katagori lainnya, sehingga diperoleh makna dari setiap unit dan dalam hubungannya dengan unit lainnya; dan d) Keempat, memberikan tafsiran yang dilakukan dengan tidak hanya bersifat empirik akan tetapi dilandasi pemikirian historis antisipatif, sehingga diharapkan tidak hanya keutuhan makna alamiah akan tetapi sekaligus diperoleh makna terapetik futuristik sebagai bentuk hasil penelitian. Langkah-langkah proses analisis deskripsi data di atas, dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dari awal sampai akhir penelitian, sehingga kebenaran data dapat dipertanggung J awabkan secara alamiah dan ilmiah. Paparan 157

2 laporan penelitian ini, secara sistematik berdasarkan rujukan hasil studi dokumentasi, catatan lapangan dan klasifikasi data/informasi sumber data. Sebagai sumber data penduduk miskin terdiri dari klasifikasi pendidikan, pekerj aan, agama, pendapatan dsb. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk Biblografi Wllavah Penelitian dan Analisis Data diakrlptif sebagai berikut : A. Bibiografi Wilayah Penelitian 1. Kondisi dan Potensi Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon a. Keadaan Fisik Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon mempunyai luas wilayah 989,70 km2 atau 2,12 % dari luas wilayah administratif Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan luas km2. Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon secara geografis terletak dibagian Timur dan sekaligus batas antara Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon merupakan wilayah yang cukup strategis, karena disamping merupakan pintu gerbang bagi Propinsi j?awa Barat dari arah Timur juga memiliki posisi strategis dalam jaringan jalan menuju Jakarta, Bandung, Jawa Tengah dan beberapa Kabupaten lain disekitarnya. Posisi geografis wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon terletak pada kordinat ' sampai dengan ' Bujur Timur dan 6 3' sampai dengan 7 0' Lintang Selatan, dengan Jarak Jauh arah Barat - Timur 54 Km dan Utara - Selatan 39 Km, dimana batas wilayah administratifnya sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten DT II Indramayu dan Laut Jawa serta sebagian Kotamadya DT II Cirebon Sebelah Selatan: Kabupaten DT II Kuningan Sebelah Barat : Kabupaten DT II Majalengka Sebelah Timur : Kabupaten DT II Brebes di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Kabupaten DT II Cirebon terletak pada garis pantai laut Jawa dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 m di atas permukaan laut. Ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut Bekitar 65,35 % dari luas Kabupaten, ketinggian 25,01 sampai 50 m di atas 158

3 permukaan laut sekitar 11,64 %, ketinggian 50, m di atas permukaan laut sekitar 10,30 ketinggian 100, m di atas permukaan laut sekitar 6,21 %, ketinggian 200, m di atas permukaan laut sekitar 4,30 % dan ketinggian 300 m < di atas permukaan laut sekitar 2,20 %. Wilayah Kabupaten DT II Cirebon memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-2 % sampai dengan 40 %. Namun yang paling mendominasi adalah kemiringan lereng antara 0-2 % sekitar 80,80 %, sehingga mempunyai bentuk wilayah dataran rendah. Letak daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara yang mempunyai 23 Kecamatan dan dari permukaan tanah daratan dapat dibedakan menjadi dua bagian yritu : Pertama, daerah dataran rendah yang pada umumnya terletak disepanjang pantai utara Jawa misalnya Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Cirebon Utara, Cirebon Barat, Weru, Mundu, Astanajapura, Lemahabang, Karangsembung, Babakan, Waled, Ciledug dan Losari. Kedua. daerah dataran sedang dan tinggi berada pada kecamatan lainnya yaitu Cirebon Selatan, Susukan, Beber, Plumbon, Sedong, Sumber, Ciwaringin dan Palimanan. Faktor iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dataran pantai terutama daerah bagian Utara, Timur dan Barat sedangkan sebelah Selatan adalah daerah perbukitan. Curah hujan rata-rata pertahun 1838 mm/tahun atau antara mm/tahun sampai > m/tahun, daerah curah hujan dibagi menjadi 3 daerah yaitu : 1. Daerah curah hujan mm/tahun dengan luas areal ,80 Ha atau 16,39 % dari luas wilayah Kabupaten Cirebon yang tersebar di daerah pantai dan bagian utara yang meliputi Kecamatan Cirebon Utara, Mundu, Astanajapura, Babakan, Losari bagian Timur, sebagian Waled dan sebagian kecil Kecamatan Kapetakan. 2. Daerah dengan curah hujan antara mm/tahun meliputi luas areal Ha atau 56,63 % dari luas wilayah Kabupaten Cirebon, tersebar di Kecamatan Klangenan, Susukan, Arjawinangun, Gegesik, Kapetakan, Mundu, Astanajapura, 159

4 Karangsembung, Babakan, Ciwaringin, Palimanan, Plumbon, Weru, Cirebon Barat, Sedong, Losarl dan Ciledug. 3. Daerah curah hujan > mm/tahun meliputi luas areal Ha atau 17,98 % dari luas wilayah Kabupaten Cirebon tersebar di Kecamatan Ciwaringin, Palimanan, Plumbon, Sumber, Cirebon Selatan, Beber, Sedong, Lemahabang dan sebagian kecil Kecamatan Waled. Atas dasar itu, curah hujan tertinggi terdapat dibagian Tengah dan Selatan yaitu di daerah perbukitan di kaki Gunung Ciremai yang berada pada kecamatan Plumbon, Palimanan, Sumber dan Beber. Akibatnya beberapa kecamatan yang termasuk dataran rendah dan sering terkena banjir adalah: kecamatan Cirebon Utara, Cirebon Barat, Astanajapura, Waled, Babakan, Losari, Ciledug, Arjawinangun, Gegesik dan Kapetakan. Walaupun dilalui oleh 18 aliran sungai yang berhulu di bagian Selatan dan sungai tergolong besar antara lain Cisanggarung, Ciwaringin, Cimanis, Cipager, Pekik dan Kaligaja, tetapi karena permukaan tanah yang ada pada wilayah perairan Sungai tersebut berada pada dataran rendah maka selain rawan banjir juga adanya rawan air bersih, intrusi air laut maupun abrasi. Kecamatan rawan air bersih adalah kecamatan Kapetakan, Gegesik, Astanajapura, Arjawinangun, Beber dan Losari. Kecamatan yang rawan instrusi air laut adalah kecamatan Losari, Kapetakan, Babakan, Astanajapura dan Cirebon Utara, Kecamatan yang terkena abrasi adalah sebagian kecamatan Kapetakan, Losari dan AstanaJapura. Jenis tanah di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon didominasi oleh jenis aluvial kelabu tua dan gleyhumus rendah. Jenis tanahnya cocok untuk pertanian tanaman semusim khususnya padi, palawija maupun perikanan. Jenis tanah lainnya adalah asosiasi mediteran coklat, grumosol coklat kelabu, regosol kelabu, latosol coklat kemerahan dan podsolik. Kedalaman efektif tanah yang lebih besar dari 90 Cm seluas 69,99 %, kedalaman efektif antara Cm seluas 28,21 % dan kedalaman antara Cm sekitar 1,80 %. Struktur geologi wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon terdiri atas endapan Aluvial, Undifferentiated, 160

5 Vulcanic Product, Pliocenae Sendimentary Facies dan Mlocene Sendimentary Facies. Sedangkan sumber daya geologi yang dianggap potensi bahan galian berupa gas bumi, gips, oker, posfat, yodium, batu alam, marmer, trass, tanah diatomae, dan luminit yang tersebar di Kecamatan Plumbon, Palimanan dan Beber. Penggunaan tanah di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon pada tahun 1992 secara umum terdiri dari penggunaan tanah untuk perkampungan mencapai seluas ,34 Ha ( 15,29 X ), persawahan seluas ,60 Ha ( 59,74 % ) dan penggunaan untuk lahan kering mencapai seluas ,38 Ha ( 24,97 % ). Konservasi penggunaan tanah selama Pelita V rata-rata bergeser dari tanah pertanian ke non pertanian seluas Ha pertahun, dari pertanian ke perumahan Ha pertahun, dari pertanian ke sektor lainnya sebesar Ha pertahun atau seluruhnya Ha pertahun. Pergeseran lahan pertanian pada penggunaan lahan non pertanian akibat industrialisasi berdampak terhadap sektor pertanian mengalami hambatan struktural. b. Ket>endudukan Kabupaten DT II Cirebon merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mempunyai penduduk cukup besar. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1980, jumlah penduduk Kabupaten Cirebon sebanyak jiwa. Pada tahun 1990 melalui Sensus Penduduk meningkat menjadi jiwa dan tahun 1995 berjumlah j iwa terdiri dari laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan berjumlah jiwa. Tingkat kepadatan penduduk dari tahun 1980 dan 1990 mencapai jiwa/km2. Walaupun jumlah penduduk meningkat, pertumbuhannya menurun karena tahun 1980 rata-rata pertahun sebesar 2,77 % serta tahun 1990 rata-rata pertahun sebesar 2,16 %. Penyebaran penduduk Kabupaten Cirebon relatif tidak merata dengan jumlah penduduk yang terbesar di Kecamatan Plumbon sebesar jiwa dan terkecil di Kecamatan Sedong sebesar jiwa. Rata-rata penduduk per Km2 adalah sekitar jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk jiwa/ Km2 tertinggi berada di wilayah Kecamatan Cirebon Barat yaitu J iwa/km2, 161

6 sedangkan yang terendah di Kecamatan Kapetakan dengan 935 jiwa/km2. Perbandingan luas wilayah, jumlah penduduk dan ratarata penduduk per Km2 di setiap Kecamatan sebagal berikut : TABEL.IV.1 PERBANDINGAN LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN RATA-RATA PENDUDUK KABUPATEN CIREBON TAHUN 1995 No KECAMATAN LUAS(Km2) JML PENDUDUK SATA2 PENDUDUK/Km2 1 Beber 43, Lemahabang 28, S e d o n g 37, Karangsembung 43, W a 1 e d 60, Ciledug 33, L o s a r i 46, Babakan Astanaj apura Mundu 23, , Cirebon Selatar 20, Sumber 33, Palimanan 52, P 1 u m b o n 16, W e r u 28, Cirebon Barat 18, Cirebon Utara 21, Klangenan 39, Arjawinangun 35, Ciwaringin 35, Susukan 50,82 53, Gegesik 84, , Kapetakan 91, Jumlah Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Cirebon tahun

7 Penduduk Kabupaten Cirebon dilihat dari keturunan pada umumnya adalah Warga Negara Asli dan hanya sebagian kecil berasal dari keturunan Cina dan Arab. TABEL IV.2 PENDUDUK WNI DAHI KETURUAN DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 1995 No. WNI KETUTUNAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH 1. Asli Cina Arab Lain-lain Sumber : Diolah dari data Kantor Statistik l > Dilihat dari penduduk Usia Kerja maupun Angkatan Kerja di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon terjadi peningkatan yang relatif kecil pada tahun 1989 dan tahun TABEL IV.3 USIA DAN ANGKATAN KERJA DI KABUPATEN CIREBON TAHUN 1989 DAN 1995 No USIA DAN ANGKATAN KERJA TAHUN 1989 TAHUN 1995 KENAIKAN X 1. Usia kerja ,95 2. Angkatan Kerja ,34 Sumber : diolah dari Statistik Kabupaten Cirebon tahun 1995 Hal ini menun j ulekan bahwa beban untuk menyalurkan dan menciptakan kesempatan kerja pada berbagai sektor, terutama industri, perdagangan, pertukangan, jasa dan angkutan akibat dari pergeseran lahan pertanian pada sektor lain maka membutuhkan usia dan angkatan kerja yang produktif dan profesional. 163

8 C. Wilavah Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon secara administratif terbagi menjadi 6 wilayah Pembantu Bupati, 23 Kecamatan, 6 Perwakilan Kecamatan dan 421 Desa serta 3 Kelurahan. Dari segi jumlah kecamatan dan desa/kelurahan, Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon memiliki kecamatan dan desa/ kelurahan cukup banyak sesudah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dan Kabupaten Bandung. Selain faktor luas wilayah dan jumlah penduduk banyak juga Kabupaten Cirebon berada pada posisi strategis pengembangan wilayah Timur yang memerlukan pelayanan pemerintahan yang efektif. Pembagian Wilayah Administratif tersebut adalah sebagai berikut : 164

9 TABEL IV.4. WILAYAH ADMINISTRATIF KABUPATEN CIREBON TAHUN 1995 NO. KEWEDANAAN KECAMATAN PERWACAM KELURAHAN DESA JML 1. Cirebon 1.Beber Crb.Selatan Crb.Barat Crb.Utara Sindanglaut 5.Lemahabang Susukan Lebak Sedong Karangsambung B.Astanajapura Pangenan Mundu Ciledug 10.Waled Ciledug Losari Pabedilan Babakan Plumbon 14.Sumber Dukupuntang Plumbon Weru Palimanan 17.PaiJmaman Klangenan Ciwaringin Ar j awinangui 20.Arj awinangun Panguragan Susukan Gegesik Kaliwedi Kapetakan Jumlah Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Cirebon

10 Dari keenam pembagian wilayah administratif kewedanaan ( Pembantu Bupati ternyata Kewedanaan Sindanglaut memiliki Jumlah lima Kecamatan 2 Perwakilan Kecamatan dan 88 Desa yang paling banyak. Sedangkan yang paling sedikit Kewedanaan Palimanan karena mempunyai 3 Kecamatan dan 51 Desa. Sedangkan rata-rata desa/kelurahan setiap Kecamatan dan Perwakilan Kecamatan sekitar 15 desa/kelurahan. Tipelogi wilayah kecamatan, setiap kecamatan mempunyai karakteristik wilayah pantai, pegunungan/dataran tinggi, dan dataran rendah yang membawa pengaruh terhadap tipelogi desa setiap kecamatannya. Tipelogi desa tersebut beragam mulai desa nelayan, desa persawahan, desa perkebunan, desa perkebunan, desa industri dan desa lainnya. Adapun tipelogi kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon adalah bervariasi karena dipengaruhi oleh struktur dan kondisi goegrafis yaitu sebagai berikut : 166

11 TABEL IV.5 TIPELOGI WILAYAH DESA PER-KECAMATAN DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON TAHUN 1995 Nc >. Kecamatan Desa Jum- Nelayan l PerBawa -Perkebunan Industri Jasa&Perdagangan lah han Kecil 1. Beber Lemahabang S e d o n g Kr.sembung Waled Ciledug _ Losari Babakan Ast.J apura Mundu Cirebon Slt Sumber Palimanan Plumbon Weru _ Cirebon Brt Cirebon Utr Klangenan Arjn.Wng Ciwaringin Susukan Gegesik _ Kapetakan ] rumlah Sumber : Kantor Bappeda Kab. Tingkat II Cirebon Tahun

12 Pada umumnya tlpelogi desa disetiap kecamatan memiliki kerakteristlk desa pesawahan terkecuali pada Kecamatan Cirebon Barat umumnya bersifat desa jasa dan perdagangan karena ciri perkotaannya. Jumlah tipelogi desa di Kabupaten Cirebon ditandai dengan : desa persawahan sebanyak 249 desa ( 58,7 % ), desa nelayan sebanyak 5 desa (1,2 % ), desa perkebunan sebanyak 11 desa ( 2,6 % ), desa industri 1 desa ( 0,2 % ) dan desa jasa & perdagangan sejumlah 158 desa <37,3 % ). Ini menunjukkan desa dengan masyarakatnya bergerak pada sektor pertanian, jasa dan perdagangan sebagai unggulan utama dalam mendukung sektor eknomi penduduk. Dari segi wilayah ternyata tipelogi desa persawahan terdapat pada wilayah pedesaan dan tipelogi desa perdagangan berada pada desa perkotaan, walaupun keduanya saling mendukung dan mempengaruhi dalam rangka mengembangkan ekonomi masyarakat. Hanya sebagian kecik desa yang bertipelogi desa pantai, perkebunan dan idustri sehingga masyarakatnya bergerak pada kegiatan nelayan, perkebunan dan industri kecil padat modal terutama pada desa-desa tertentu saja sesuai dengan potensi yang ada pada desanya. d. Sosial Budava Masyarakat Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon ditinjau dari segi sosial budaya memliki ciri umum yaitu masyarakat religius, patriotis dan budayawan yang disemangati oleh kegotong royongan, keterbukaan dan kerukunan umat yang cukup tinggi. Pemeluk agama pada umumnya Islam berjumlah Jiwa ( 99,6 %), agama lainnya sekitar 0,4 % yaitu Protestan Jiwa, Katholih Jiwa, Hindu 277 Jiwa dan Budha Jiwa. Bentuk keunggulan masyarakat religius, didukung dengan adanya pusat penyebaran agaman islam pada abad 14 dengan ditandai adanya Keraton Kasepuhan dan Kanoman, Mesjid Agung, Goa Sunyaragi, Pondok Pesantren, dan beberapan sekolah pendidikan agama islam mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Masyarakat patriotis, masyarakat Cirebon pada masa penjajahan Belanda dimana Raja dan Kesultanan Cirebon bersatu dengan Kesultanan Demak dan Banten melawan dan mengusir 168

13 Belanda sampai ke Batavia. Selain itu, masyarakat budayawan, karena berbagai kesenian tradisional berupa kesenian Genjring Akrobat, Wayang kulit Purwa/Wayang Golek Cepak/Sunda, Sandiwara, Burok, Gembyung, Tari Topeng, Tarling, Lais, Sintren, dan lainnya terus dipelihara dan dikembangkan. Bentuk karya seni batik dan kerajinan tangan lainnya dijiwai dengan nafas agam islam dikembangkan secara nasinal. Ini menunjukan nilai sosial budaya yang khas dan merupakan potensi pembangunan dalam membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan didukung oleh kreativitas dan produktivitas yang dilandasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang pendidikan formal untuk mencerdaskan masyarakat telah tersedia sekolah TK sampai pada SMTA baik sekolah negeri, agama dan swasta untuk menampung anak usia sekolah, tetapi belum mempunyai Perguruan Tinggi karena telah tersedia di Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon. Dalam bidang kesehatan telah tersedia fasilitas kesehatan Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin, BKIA Pembantu, dan Balai Pengobatan Gigi yang didukung paramedis yaitu Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Manteri Kesehatan, Bidan dan Dukun Bayi serta Apotek yang memadai dan tersebar di setiap Kecamatan dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat. Berbagai program dan kegiatan bidang pendidikan, kesehatan dan agama serta fasilitasnya mendapat dukungan positif sehingga kerukunan dan kualitas masyarakat beragama, kualitas pendidikan masyarakat serta kesehatan masyarakat meningkat terus yang didukung oleh sarana dan prasaran pendidikan, agama dan kesehatan yang memadai. Hal ini berpengaruh terhadap meningkatnya kesadaran belajar yaitu Angka Partisipasi < Net Enrollment Ratio ) usia 7-9 tahun mencapai 99 %, melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama 73,00 % dan Tingkat Atas 92,07 % pada tahun Menurunnya angka kematian bayi sebesar 65,3 per seribu kelahiran hidup dan meningkatnya angka harapan hidup ( 64,03 tahun ) dan mutu hidup 73,85 serta terciptanya kerukunan beragama dan meningkatnya kesadaran beragama. 169

14 Masalah kualitas sumber daya manusia yang belum optimal, pelayanan kesehatan yang belum maksimal dan fasilitas sosial budaya yang belum memadai merupakan masalah bidang kesejahtraan, pendidikan dan kebudayaan. Untuk memecahkan masalah tersebut, sasaran bidang kesejahteraan, pendidikan dan kebudayaan diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya, penguasaan dan pengembangan iptek, pendidikan dan pelayanan kesehatan, memeliharan nilai seni dan budaya, menumbuhkan jatidiri serta kepribadian masyarakat. e.perekonomian Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon rata-rata setiap tahun 7,50 % karena mengalami fluktuasi setiap Pelita. Pada Pelita III laju pertumbuhan ekonomi sebesar 9,80 %, Pelita IV menurun sebesar 5,07 % dan Pelita V sebesar 7,08 % setiap tahun. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Cirebon berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 7,80 % setiap tahun tetapi berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cirebon adanya kontribusi sektor pertanian cenderung menurun dan terjadinya peningkatan sektor industri. Menurunnya sektor pertanian akibat tergesernya lahan pertanian menjadi perumahan, perdagangan dan Industri. Kontribusi sektor pertanian terhadap Product Domestic Regional Bruto ( PDRB ) pada tahun 1980 sebesar 37,31 % pada tahun 1992 turun menjadi 20,36 %. Sedangkan sektor industri pada tahun ,42 % naik menjadi 15,05 %. Dilihat dari Product Domestic Regional Bruto tahun 1992, terjadi pergeseran nilai kontribusi terbesar pada sektor perdagangan sebesar 25,22 Meskipun kontribusi sektor pertanian makin menurun, akan tetapi kesempatan kerja masih didominasi oleh sektor pertanian 30, 92 % dan 21,74 % untuk sektor Industri. Pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten DT II Cirebon cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada awal tahun Pelita III baik menurut harga konstan maupun harga berlaku 170

15 sebesar Rp ,00 dan pada tahun keempat Pelita V menjadi Rp ,00 menurut harga konstan dan Rp ,00 menurut harga berlaku. Potensi dan peluang untuk mengembangkan sektor industri dan perdagangan sangan terbuka dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat, dengan tetap memperhatikan sektor pertanian melalui pengembangan indusrtialisasi pertanian yang didukung oleh perdagangan barang dan jasa pertanian. Salah satu masalah dalam sektor ekonomi adalah kelembagaan ekonomi dan sosial belum sepenuhnya menjadi pendorong dan penunjang pertumbuhan serta pemerataan hasil pembangunan, termasuk terbatasnya sarana dan prasarana ekonomi sehingga masih terdapat kesenjangan dan adanya kantong kemiskinan. Untuk mendukung perekonomian daerah yang mantap melalui peningkatan aktivitas ekonomi, penggunaan sumber daya alam yang optimal dan kelestarian lingkungan maka pembangunan ekonomi diarahkan meningkatkan pendapatan masyarakat, mengatasi ketimpangan dan kesenjangan sosial serta menghilangkan kantong kemiskinan. Disamping memberikan perlindungan serta bimbingan terhadap pengusaha industri kecil dan ekonomi lemah, maka dengan adanya program Pengembangan Kawasan Terpadu ( PKT ) bagi desa-desa terisolir, desa kritis dan terbelakang merupakan program nasional untuk mengatasinya termasuk program Inpres Desa Tertinggal serta program lainnya. Z. Kebijaksanaan Pembangunan Daerah Kabupaten DT II Cirebon a. Masalah- Masalah Pokok Kabupaten DT II Cirebon Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kapubaten DT II tahun 1994/1995-tahun 1998/99, masalah-masalah pokok yang belum terselesaikan pada PJP I dan menjadi agenda pada PJP II adalah: 1. Pembangunan Ibukota Sumber sebagai Pusat Pemerintahan masih belum terisi seluruhnya sebagaimana yang telah direncanakan. 2. Pendayagunaan sumber daya manusia yang berkualitas masih belum optimal. 3. Kelembagaan ekonomi dan sosial yang ada belum sepenuhnya dapat menjadi pendorong dan penunjang pertumbuhan serta 171

16 pemerataan hasil pembangunan, sehingga masih terdapat kesenjangan dan masih adanya kantong - kantong kemiskinan. 4. Cakupan pelayanan kesehatan masih belum optimal. 5. Masih adanya sebagian sarana dan prasarana pemerintahan belum dimanfaatkan secara optimal. 6. Pertumbuhan dan penyebaran penduduk relatif lebih tinggi dan belum merata antar daerah serta pertumbuhan angkatan kerja yang belum diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai dan tingkat upah masih di bawah standar upah minimum. 7. Pembangunan jalan alternatif dalam rangka mengurangi kemacetan lalu lintas yang belum terwujud dan sejalan dengan pertumbuhan sentra-sentra produksi serta kegiatan tata niaga lainnya. 8. Daerah pusat pertumbuhan ekonomi masih kurang diimbangi dengan penyediaan fasilitas yang memadai. 9. Tingkat disiplin, mutu dan daya guna aparatur pemerintah belum optimal serta pelaksanaan tugas pelayanan kepada masyarakat belum seperti diharapkan. 10.Masalah pertanahan yang belum terselesaikan secara tuntas. 11.Kebutuhan air bersih masih belum dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat. 12.Penataan Kawasan dan Zona Industri yang belum mantap. 13.Tingkat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dlbidang pertanian belum merata. 14.Daerah rawan bencana dan lahan keritis yang belum sepenuhnya teratasi. 15.Penataan batas wilayah administratif Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon dengan Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon belum mendapatkan kesepakatan. 16.Masih terdapatnya desa tertinggal dan penduduk di bawah garis kemiskinan. 17.Sarana dan prasarana pendidikan dasar belum memadai. b. Sasaran J 11 Kabupaten Cirebon Sasaran Pembangunan Jangka Panjang Kedua Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon adalah : 172

17 1. Sasaran Umum PJP II Daerah adalah terclptanya kualitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang maju dan mandiri dalam suasana kehidupan yang tentram, sejahtera lahir bathin serta hubungannya yang selaras dan seimbang antara sesama manusia, manusia dengan alam sekitarnya dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 2. Sasaran bidang pembangunan untuk mendukung sasaran umum melaiputi bidang ekonomi; bidang kesejahteraan rakyat, pendidikan, dan kebudayaan; bidang agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; bidang hukum; bidang politik, aparatur pemerintah, penerangan, komunikasi dan media masa; dan bidang ketentraman dan ketertiban masyarakat. c. Arah EiIE XX Daerah Sesuai dengan titik berat PJP II Kabupaten Cirebon yang diletakkan pada bidang ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang saling memperkuat, terkait dan terpadu dengan bidang lainnya, maka arah pembangunannya adalah: 1. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengembangan sumber daya manusia diarahkan kepada peningkatan mutu dan pendayagunaannya secara optimal sesuai dengan keahlian/keterampilan, pendidikan dan pengetahuan. 2. Pembangunan yang berkelanjutan Pembangunan yang berkelanjutan diarahkan kepada pembangunan yang mempertimbangkan aspek kelestarian sumber daya alam dan keseimbangan lingkungan hidup dengan melaksanakan pengkajian dan pemantapan terhadap Sub-sub Wilayah Pembangunan setiagai Kebijaksanaan Spasial Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. 3. Pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, mengatasi ketimpangan dan kesenjangan sosial serta menghilangkan kantong-kntong kemiskinan, disamplng memberikan perlindungan serta bimbingan terhadap pengusaha industri kecil dan ekonomi lemah. Pembangunan Industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang tangguh diarahkan 173

18 sebagai penggerak ekonomi yang berjalan seimbang dengan pembangunan lainnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup masyarakat. 4. Pengembangan kelembagaan sosial ekonomi Pengembangan kelembagaan sosial ekonomi khususnya koperasi lebih ditekankan pada pengembangan mutu personil, fungsi dan peranan organisasi serta prosedur yang dinamis, sehingga tercipta tatanan ekonomi yang mantap, mandiri dan terkendali sebagai upaya peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. 5. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Diperlukan suatu iklim yang menumbuhkan, mendorong kreativitas dan dinamika iptek baru yang menunjang efisiensi, produktivitas dan efektivitas penggunaan sumber daya alam. 6. Konsolidasi perwilayahan pemerintahan dan pembangunan Pembangunan diarahkan kepada penataan wilayah pemerintahan yang disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai dayaguna dan hasilguna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. 7. Penegakan dan perlindungan hukum bagi masyarakat Peningkatan penegakan dan perlindungan hukum bagi masyarakat diarahkan untuk terciptanya masyarakat sadar hukum, agar peran sertanya di dalam pembangunan dapat dilakukan seoptimal mungkin. d. Sasaran Bidang Ekonomi d&n Kesejahteraan Rakyat. Untuk menumbuh kembangkan sikap dan perilaku masyarakat yang mandiri yaitu masyarakat yang mempunyai peran serta dalam pembangunan, efisiensi dan produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraannya, maka terdapat tujuh ( 7 ) bidang sasaran pembangunan. Sasaran bidang pembangunan yang erat kaitannya dengan ekonomi dan sosial masyarakat Kabupaten Cirebon untuk lima tahun adalah diperioritas pada : 1. Sasaran Bidang Ekonomi Sarasan bidang ekonomi lebih diarahkan pada : 174

19 a). Terwujud dan tertatanya Kawasan Industri di Kecamatan Kapetakan dan Zona Industri di Kecamatan Astanajapura, Babakan dan Losari. Sentra Industri di Kecamatan Weru, Plumbon, Klangenan, Paiimanan, Ciwaringin, ArJawinangun dan Karangsembung. b). Terj adinya penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan dan penyebaran industri baik kecil maupun menengah untuk mendukung perluasan kesempatan kerja dan perluasan lapangan kerja. c). Meningkatnya keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian dalam rangka mengembangkan agro industri dan atau agro bisnis. d). Meningkatnya pendapatan dan taraf hidup petani serta nelayan serta memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dibidang pertanian, e). Meningkatnya mutu hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, gizi masyarakat, yang menunjang komoditi pertanian serta mendukung pengembangannya. f). Meningkatnya perekonomian rakyat atau golongan ekonomi lemah dalam memberikan kesempatan berusaha dan kerja. g). Mantapnya pola perdagangan dan sistem distribusi dengan meningkatnya peran pasar Dalam dan Luar Negeri yang diiringi tumbuhnya kesempatan berusaha. h). Tertata dan mantapnya peran koperasi dan pengusaha kecil. i). Meningkatnya peran lembaga keuangan khususnya pedesaan. J). Terwujudnya kerjasama antar pelaku ekonomi dalam rangka menuju perubahan struktur ekonomi yang terkendali antar ektor pertanian, industri dan perdagangan. k). Terkendalinya fungsi pengelolaan hutan kawasan droorologis dan non budidaya sebagai fungsi hutan lindung, produksi dan fungsi tangkapan air ( Catchment Area ). 1). Terciptanya sistem pengelolaan dan pemanfaatan bahan tambang dan energi dengan tetap memperhatikan kaidah konservasi. m). Terwujudnya sistem pengelolaan sistem potensi wisata 175

20 secara profesional dengan melibatkan akses masyarakat dan swasta, yang diatur dan dipadukan dengan kepentingan penataan ruang, peningkatan pendapatan asli daerah, pengembangan seni dan budaya daerah serta pelestarian lingkungan hidup. n). Meningkatnya upaya penyerasian pembangunan perkotaan dan dan pedesaan dengan memperhatikan kesenjangan infra struktur dan pengendalian mobilitas penduduk. o). Meningkatnya kondisi dan pelayanan Pos dan Telekomunikasi yang merata, terutama penyebaran ke daerah-daerah terpencil dan berbatasan antar daerah. P). Meningkatnya pendayagunaan sumberdaya laut dan kedirgantaraan bagi pengembangan dan kesejahteraan rakyat. q). Terciptanya manajemen transmigrasi yang mampu mengembangkan transmigrasi swakarsa mandiri. r). Meningkatnya sistem jaringan transformasi antar daerah dan daerah perbatasan yang memadai dan terkendali. 2) Sasaran Bidang Kesejahteraan Rakyat, Pendidikan dan Kebudayaan a). Meningkatnya kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pendapatan terutama pada masyarakat pedesaan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang dan papan yang memadai dan seimbang dengan kemampuan daya beli masyarakat. b). Meningkatnya pelayanan umum yang makin adil dan merata serta mampu menjangkau seluruh rakyat. c). Berkembangnya jenis pendidikan keahlian dan kejuruan serta kualitas pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi yang semakin meningkat. d). Meningkatnya penghayatan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan berkembangnya seni dan budaya daerah yang menunjang iklim pembangunan. e). Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang terpencil yang ditandai dengan semakin menurunnya angka kematian bayi, balita dan ibu melahirkan serta pelaksanaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ). 176

21 f). Meningkatnya kualitas, terkendalinya mobilitas dan pertumbuhan penduduk serta tertatanya administrasi kependudukan. g), Terbinanya anak, remaja dan pemuda sebagai potensi pembangunan yang memiliki jiwa kepeloporan, disiplin dan mandiri. h). Meningkatnya keterampilan, produktivitas dan perlindungan tenaga kerja, terutama tenaga kerja wanita. i). Meningkatknya pemasyarakatan dan pembinaan olah raga dalam rangka pembentukan fisik manusia dan masyarakat untuk menumbuhkan sportivitas dan produktivitas kerja. J). Meningkatnya kerjasama pembangunan daerah dibidang pendidikan, kebudayaan dan kesehatan antar daerah dan di daerah perbatasan. e. Prioritas i Kfihi-iaknanaan Strategis dan Arah Pembangunan Lima Tahun Keenam Daerah. 1. Prioritas Pembangunan Lima Tahun Keenam Prioritas Pembangunan Lima Tahun Keenam Daerah adalah mengembangkan mutu dan mendayagunakan sumberdaya manusia yang mendukung pembangunan bidang ekonomi dengan tetap memperhatikan keterkaitan pengembangan industri yang maju dan intensifikasi pertanian yang tangguh serta didukung oleh pembangunan bidang lainnya. Pembangunan bidang lainnya terus ditingkatkan secara selaras dan serasi sehingga saling memperkuat dengan pembangunan bidang ekonomi sehingga keseluruhannya pembangunan tersebut merupakan gerakan terpadu dalam mewujia&kan masyarakat maju, mandiri dan sejahtera. 2. Kebijaksanaan Strategis Lima Tahun Keenam Pembangunan Lima Tahun keenam diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan aparatur pemerintah di daerah yang makin berkembang dan mandiri berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Kebij aksanaan pembangunan yang strategis tersebut, maka ditetapkan lima (5) kebijaksanaan yaitu: a). Peningkatan mutu dan dayaguna sumber daya manusia. 177

22 b). Peningkatan, perluasan dan pengembangan kegiatan ekonomi serta kesempatan kerja baik antar sektor, antar wilayah maupun antar daerah. c). Aktivitas pembangunan yang lebih seimbang antar wilayah dan daerah serta antar kelompok masyarakat. d). Penataan dan pendayagunaan kelembagaan serta apartur pemerintahan di daerah. e). Pemanfaatan, pelestarian dan penyeimbangan sumberdaya alam dan lingkungan. 3. Arah Kebijaksanaan Strategis Bidang Ekonomi dan Kesra Arah kebijaksanaan strategis pada masing-masing bidang pembangunan yang dikembangkan dan didukung dengan sektorsektornya sebagai upaya pelaksanaan dan integrasi kebijaksanaan yang mengacu pada Trilogi Pembangunan yang saling berkaitan dan menunjang. Sektor - sektor dalam suatu bidang yang dikembangkan dalam kebijaksanaan strategis tetapi erat kaitannya dengan pokok bahasan yaitu : a). Sektor Industri Sektor industri adalah antara lain meliputi : 1). Meningkatkan industri menengah, kecil dan industri rumah tangga dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha serta perluasan lapangan kerja. 2). Mmembina dan mengembangkan industri kecil dan kerajinan serta industri rumah tangga di wilayah pengembangan dan desa-desa tertinggal dengan memanfaatkan teknologi tepatguna dan potensi yang ada. 3). Pengembangan sumberdaya manusia industri yang diarahkan kepada peningkatan kemampuan profesi dan wiraswasta melalui pendidikan dan pelatihan serta optimalisasi peranan pendidikan dan pelatihan. b). Sektor Pertanian 1). Meningkatkan kemampuan para petani, peternak dan nelayan dalam penerapan dan penguasaan teknologi tepatguna melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. 2). Mengembangkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga mampu memanfaatkan dan mengkombinasikan hasil, 178

23 meningkatkan mutu dan drajat pengelolaan produksi dalam rangka menunjang pembangunan daerah. 3). Meningkatkan usaha diversifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang makin terpadu dengan memperhatikan kehidupan dan penghidupan masyarakat serta memelihara kelestarian lingkungan hidup. 4). Memantapkan swasembada pangan dan memperbaiki gizi keluarga melalui penganekaragaman tanaman serta memenuhi industri. 5). Mengembangkan agro industri dan agro bisnis untuk meningkatkan nilai tambah pertanian serta memenuhi kebutuhan pertanian. 6). Mengembangkan pemanfaatan lahan kering dengan pengelolaan yang lebih intensif dan didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7). Mengembangkan dan memanfaatkan produksi perkebunan untuk memenuhi keperluan daerah, dengan peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi mutu tanaman serta lahan kering melalui sistem pengelolaan agro bisnis dan agro industri perkebunan dengan pola Perkebunan Inti Rakyat, Swadaya dan Unit Pelayanan dan Pengembangan. 8). Mengembangkan peternakan melalui peningkatan iklim usaha yang diarahkan pada peningkatan peranan koperasi dan melibatkan usaha swasta. 9). Meningkatkan upaya diversifikasi produksi perikanan dalam rangka memanjukan kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat desa pantai. 10). Peningkatan, pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya air, sarana dan prasarana pertanian lainnya, c). Sektor Tenaga Ker.la 1). Meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia yang diarahkan pada pembentukan tenaga produktif, profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi. 2). Menciptakan dan memperluas lapangan kerja dlsegala bidang untuk mengurangi pengangguran. 3). Meningkatkan perlindungan tenaga kerja melalui 179

24 pengembangan Jaminan sosial tenaga kerja serta perbaikan persyaratan kerja, peranan SPSI dan Koperasi Kerja. 4). Meningkatkan dan mengembangkan tenaga kerja wanita sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya baik pada sektor formal maupun informal. 5). Meningkatkan kualitas pembinaan dan perlindungan tenaga kerja dan pencari kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan i lmu pengetahuan serta teknologi. 6). Perbaikan Ketentuan Upah Minimum, peningkatan kualitas pengiriman tenaga kerja serta memanfaatkan tenaga kerja yang efekktif dan efisien. d). Sektor Perdagangan 1). Meningkatkan sistem perdagangan yang makin efisien dan efektif yang mampu memanfaatkan dan memperluas pasar serta mengarah pada kesepakan harga yang wajar. 2). Mengembangkan sistem informasi pasar dan promosi yang maikin efektif dan efisien dalam rangka upaya mengantisipasi paersaingan tidak sehat. 3). Meningkatkan dan mengembangkan komoditi ekspor non migas. 4). Meningkatkan sarana dan prasarana perdagangan, kemudahan memperoleh kredit serta sumber pembiayaan lainnya terutama bagi pengusaha kecil dan ekonomi lemah. 5). Meningkatkan kemitrausahaan antara usaha skala besar, menengah dan kecil dalam kerjasama yang saling mendukung dan menguntungkan. 6). Meningkatkan sistem tranportasi dan informasi pada kawasan perdagangan di pusat ibukota. e). Sektor Koperasi 1). Meningkatkan peran dan fungsi koperasi dan pengusaha kecil melalui peningkatan kapasitas managemen yang profesional dengan dukungan upaya penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. 2). Menciptakan iklim usaha yang mendukung kemudahan memperoleh modal usaha. 180

25 3). Mendorong kesempatan berusaha sebesar-besarnya bagi koperasi dan pengusaha kecil diberbagai sektor kegiatan ekonomi. 4). Menumbuh kembangkan koperasi dan pengusaha kecil yang mempunyai kemampuan sebagai badan usaha dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi anggotanya. 5). Meningkatkan kerjasama antar koperasi dengan pengusaha kecil maupun badan usaha milik pemerintah dan swasta yang saling mendukung dan menguntungkan. f). Sektor Pembangunan Daerah, Eess dan 1). Meningkatkan pembangunan daerah dan mengembangkan keserasian laju pertumbuhan antar daerah, antar kota, antar sektor serta antar kota dan desa. 2). Mempercepat pembangunan dearah tertinggal, kritis dan perbatasan dalam rangka kemandirian daerah dan kemampuan daerah yang merata. 3). Meningkatkan perkembangan desa swakarya menjadi desa swasembada melalui peningkatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. 4). Mengembangkan hubungan antara masyarakat perkotaan dan perdesaan dalam rangka pemerataan pembangunan. 5). Menertiban dan menata, penggunaan dan penguasaan tanah untuk menghindari penyalahgunaan peruntukan lahan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. 6). Menata dan memperbaiki batas-batas wilayah dan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan daerah. g). Sektor Kesejahteraan Sosial 1). Meningkatkan pelayanan sosial melalui keterpaduan bimbingan, pembinaan, pemberian bantuan dan rehabilitasi sosial dengan mengutamakan pada kegiatan - kegiatan yang mempengaruhi tingkat kualitas pendapatan kelompok masyarakat miskin. 2). Meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga sosial secara profesional khususnya panti-panti milik pemerintah dan non pemerintah. 181

26 3). Meningkatkan kesadaran, kepedulian, kesetiakawanan dan rasa tanggung Jawab masyarakat dalam pelayanan bagi kesejahteraan sosial. 4). Mendorong jiwa kepeloporan, keperintisan dan kepahlawanan dalam rangka memantapkan dan meningkatkan semangat pembangunan. h). Sektor pendidikan 1). Meningkatkan mutu dan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar serta perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan kejuruan. 2). Meningkatkan pendidikan luar sekolah dalam pembekalan keterampilan guna memenuhi kebutuhan pasar kerja. 3). Meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan menengah terutama di daerah terpencil guna mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan. 4). Membina dan mengembangkan Pendidikan Tinggi agar mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengkajian dibidang disiplin ilmu pengetahuan serta memberikan pengabdian kepada masyarakat terutama dalam pemasyarakatan teknologi tepatguna. 5). Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di daerah dan penguasaan bahasa asing tanpa mengabaikan bahasa daerah. 6). Mengembangkan karier, kualitas dan kesejahteraan guru serta tenaga kependidikan lainnya. 7). Menempatkan tenaga pendidik secara adil dan merata keseluruh daerah sesuai dengan kebutuhan. 8). Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan proporsional. 9). Meningkatkan dan mengembangkan pembinaan, kurikulum dan materi pendidikan secara dinamis. 10). Meningkatkan dan mengembangkan lembaga pendidikan swasta. 11). Meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti pendidikan. i). Sektor Kebudayaan 1). Menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat dalam pemahaman 182

27 dan pengamalan nilai budaya daerah serta menyerap budaya luar yang positip untuk memperkaya budaya daerah. 2). Menciptakan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat sikap kerja keras, disiplin menghargai prestasi, kreatif, saling menghormati dan menghargai. 3). Meningkatkan proses pembauran yang dijiwai sikap mawas diri, tahu diri, tenggang rasa, tanggung jawab, dan kesetiakawanan sosial. 4). Membina, memelihara, melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan kesenian daerah untuk mendukung daya cipta para seniman, meningkatkan apresiasi dan kreativitas seni budaya masyarakat dalam rangka memperkaya budaya daerah. 5). Meningkatkan pembinaan, penggalian dan pemeliharaan nilai tradisi dan peninggalan sejarah serta melestarikan bangunan atau benda yang mengandung nilai sejarah dengan memperhatikan lingkungan hidup. j). Sektor Kesehatan 1). Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup sehat yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas fisik sumber daya manusia, kualitas kehidupan, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. 2). Meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan memperluas jangkauan pelayanan yang didukung dengan pengadaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai terutama pelayanan pada penduduk yang berpenghasilan rendah di pedesaan. 3). Meningkatkan usaha perbaikan kesehatan masyarakat melalui pecegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyakit lingkungan pemukiman, perbaikan gizi dan penyediaan air bersih. 4). Meningkatkan pembinaan terhadap pengobatan tradisional yang secara medis dapat dipertanggung Jawabkan serta pelatihan bagi dukun-dukun bayi. 5). Meningkatkan fungsi dan peranan pelayanan rumah sakit daerah. 183

28 k). Sektor Keluarga Sejahtera 1). Memantapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ). 2). Meningkatkan gerakan Keluarga Berencana ( KB } yang mengarah pada terwujudnya kesejahteraan keluarga dan mengurangi ketergantungan pada program pemerintah. 3). Meningkatkan pembudayaan gerakan KB melalui penyelenggaraan penerangan dan motivasi, pemasyarakatan Bina Keluarga Balita ( BKB ) terutama di daerah-daerah yang laju pertumbuhan penduduknya tinggi. 4). Meningkatkan peran serta pemuka agama, pemuka masyarakat, organisasi dan lembaga masyarakat khususnya generasi muda dalam memasyarakatkan keluarga kecil. 1). Sektor Kependudukan 1). Meningkatkan kualitas penduduk sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan. 2). Meningkatkan pengendalian mobilitas penduduk yang lebih serasi dan seimbang sesuai dengan kemampuan daya dukung alam dan rencana tata ruang melalui peningkatan pembangunan di pedesaan. 3). Meningkatkan penerangan, pendidikan dan penyuluhan mengenal kependudukan dan keluarga berencana dengan melibatkan kader pembangunan desa. 4). Mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui upaya penurunan angka kelahiran, kematian balita serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak melalui pemasyarakatan pondok bersalin desa dan pembentukan kelompok bina keluarga balita. 5). Menyempurnakan mutu sistem administrasi dan statistik kependudukan. m). Sektor Politik Dalam Negeri 1). Menata kehidupan politik yang diarahkan pada pertumbuhan dan pengembangan politik, tegaknya hukum dan pendidikan politik berdasarkan Pancasila dan UUD ). Meningkatkan pemasyarakatan dan pembudayaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila melalui pendidikan 184

29 formal, penataran serta pendidikan luar sekolah. 3). Meningkatkan mutu penyelenggaraan Pemilu tahun 1997 dan suksesnya Sidang Umum MPR ). Meningkatkan kemampuan, kualitas dan kemandirian organisasi kekuatan sosial politik dan organisasi kemasyarakatan dalam rangka memantapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 5). Meningkatkan hubungan kerjasama secara konsultatif antara inpra struktur dan supra struktur politik sebagai pengembangan demokrasi Pancasila. 6). Mengembangkan otonomi daerah tingkat II yang makin nyata, dinamis, serasi dan bertanggung Jawab. 7). Meningkatkan intensitas pengawasan dan pengendalian pembangunan yang disesuaikan dengan pelaksanaan asas pemerintahan serta mengarah kepada efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada. 8). Mengembangkan budaya politik yang menjunjung tinggi semangat kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan yang bertanggung jawab. 9). Meningkatkan kesempatan dan kemampuan masyarakat untuk mengutarakan dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya melalui wadah penyalur aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku. 10). Mengembangkan peran, fungsi kualitas dan kemandirian organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan agar benar-benar berpegang pada Pancasila dan Undangundang Dasar ). Meningkatkan keterkaitan pelaku kekuatan sosial politik dalam badan perwakilan daerah dengan masyarakat yang diwakilinya agar sistem perwakilan berdasarkan demokrasi Pancasila dapat berkembang secara mantap dan dinamis. ). Rftktor Aparatur Pfttnfirint.nh 1). Meningkatkan sistem manajemen pemerintahan yang makin handal, profesional, efisien dan efektif serta tanggap terhadap aspirasi rakyat. 185

30 2). Meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pendayagunaan aparatur pemerintah baik kelembagaan, ketatalaksanaan maupun kepegawaian, terutama kuaiitas kepemimpinan aparaturnya. 3). Memantapkan keterpaduan dan konsistensi pengawasan baik pengawasan keuangan dan pembangunan, melekat dan fungsional termasuk pengawasan oleh masyarakat. 4). Meningkatkan mutu dan profesionalisme aparatur pemerintah melalui pendidikan dan latihan. 5). Meningkatkan disiplin aparatur agar terciptanya aparatur pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa dalam upaya meningkatkan pelayan pada masyarakat. 6). Meningkatkan koordinasi dan kerjasama aparatur pemerintah agar lebih meningkatkan keserasian, kelancaran dan efisiensi. 3. Kebijaksanaan dan Program IDT di Kabupaten OT II Cirebon a. Tu.luan Program IHI Program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) merupakan program dalam rangka perluasan dan peningkatan berbagai program dan upaya penanggulangan kemiskinan yang langsung ditujukan untuk menangani masalah kemiskinan di desa. Dasar hukum program IDT dengan INPRES Nomor 5 Tahun 1993, tanggal 27 Desember 1994 Tentang Penanggulangan Kemiskinan dan Petunjuk Teknis Menteri Dalam Negeri Nomor 414.1/774/PMD/1994 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Desa Tertinggal ( IDT ) Tahun 1994/1995. Program IDT ini untuk menumbuhkan dan memperkuat penduduk miskin meningkatkan taraf hidupnya dengan membuka kesempatan berusaha. Program IDT diarahkan pada upaya pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk mewujudkan kemandirian penduduk miskin di desa/kelurahan tertinggal dengan menerapkan prinsip gotong royong, keswadayaan, dan partisipasi. Ditinjau dari segi kebijakan pemerintah, program IDT merupakan program terpadu untuk meningkatkan potensi dan dinamika ekonomi masyarakat lapisan bawah. 186

31 Dalam hal Ini tujuan secara umum program IDT adalah memenatapkan segi kelembagaan sosial ekonomi penduduk miskin sebagai wadah penyaluran aspirasi rakyat dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui usaha produktif yang berkelanjutan. Program IDT yang didasarkan pada Inpres Nomor 5 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan adealah bertujuan : 1. Memadukan gerak langkah semua instansi dan lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk mendukung pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. 2. Membuka peluang bagi penduduk miskin di desa tertinggal untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya dengan cara menciptakan dan memperluas lapangan kerj a produkt if melalui peningkatan berbagai kegiatan pembangunan di desadesa tertinggal. 3. Mengembangkan, meningkatkan dan menantapkan kehidupan ekonomi penduduk miskin melalui penyediaan dana bantuan khusus. 4. Meningkatkan kesadaran, kemauan, tanggung jawab, rasa kebersamaan, harga diri dan percaya diri masyarakat. Untuk mencapai tujuan Program IDT tersebut, maka dalam pelaksanaannya memerlukan pendekatan sistem, terutama pendekatan administrasi maupun pendekatan pemberdayaan untuk penguatan sosial ekonomi masyarakat miskin suatu pendekatan penanggulangan dan pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, pendekatan administrasi dengan pengorganisasian, manajemen, pembinaan, koordinasi dan keterpaduan kebijaksanaan, program maupun unsur yang terkait. Sedangkan Pendekatan pemberdayaan dalam rangka menumbuhkan kualitas sumber daya manusia penduduk miskin dari segi penguatan persepsi, kemampuan dan kreativitasnya untuk menumbuhkan kemandirian dengan pendekatan keswadayaan, kegotong royongan, partisipasi dan kepercayaan pada diri sendiri. Kedua pendekatan tersebut, dipedomani melalui Panduan Inpres Desa Tertinggal yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Departemen Dalam Negeri. 187

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang

BAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang 33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 3.1 Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Kebijakan umum Pemerintah Daerah Kabupaten Garut adalah kebijakan yang disusun untuk menjawab permasalahan

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS

BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS BAB VIII INDIKASI PROGRAM PRIORITAS Pembangunan yang diprioritaskan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak yang memberikan dampak luas bagi masyarakat, sebagai berikut : 8.1. Indikasi Program

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

% B. Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

% B. Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON % B NOMOR 12 TAHUN 2016 SERI, D. 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi 20 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat dan merupakan batas sekaligus

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana program dan kegiatan Prioritas Dearah Tahun 2013 yang dituangkan dalam Bab V, adalah merupakan formulasi dari rangkaian pembahasan substansi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Pemerintah Kabupaten Demak Perencanaan strategik, sebagai bagian sistem akuntabilitas kinerja merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Kabupaten Blitar adalah suatu daerah yang telah mulai terbentuk sistem kepemerintahannya sejak lebih dari 650 tahun lalu, atau lebih tepatnya sejak 5 Agustus 1324,

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR 8 TAHUN 1990 SERI B.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN DINAS DAN CABANG DINAS PENDIDIKANDAN

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

NOMOR 16 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ( PROPEDA ) KOTA CIREBON TAHUN 2000-2004 Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN - 107 - BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Prioritas dan sasaran pembangunan merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. Penetapan prioritas

Lebih terperinci

BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH A. VISI DAN MISI Legalitas perencanaan jangka menengah Kabupaten Bangka pada tahun 2008 masih menggunakan Rencana Strategis Tahun 2004-2008. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax.

DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) Fax. daerah-kabupaten-barrutahun-2008 PEMERINTAH DAERAH KOTA PAREPARE SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No. 78 Telepon (0421) 21157 21003 21125 21090 21001 21000 Fax. (0421) 24330 Kode Pos 91122 PERATURAN

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 821 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN SERANG DITERBITKAN OLEH BAGIAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN Menurut RPJPD Kabupaten Kampar 2005-2025, berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1, maka RPJM ke-2 (2011-2016) ditujukan

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Pada Tahun 2014, rencana program dan kegiatan prioritas daerah adalah: Program indikatif prioritas daerah 1 : Agama dan syariat islam. 1. Program Peningkatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN DINAS PERTANIAN KEPEG DAN KEU TANAMAN PANGAN TANAMAN HORTIKULTURA PETERNAKAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN SARANA PRASARANA TANAMAN PANGAN SARANA PRASARANA TANAMAN HORTIKULTURA SARANA PRASARANA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Kabupaten Grobogan pada saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM

KET. Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN No AGENDA PROGRAM Lampiran 2 : MATRIKS ANGGARAN RPJMD KAB. KOLAKA TAHUN 2009-2014 No AGENDA PROGRAM Pagu Indikatif Tahunan dan Satu Tahun Transisi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Meningkatkan Kualitas

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penduduk merupakan potensi sumber daya manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2008 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 5TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH -67- BAB V ARAH KEBIJAKAN, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1. Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 Tujuan Rencana Jangka Panjang tahun 2005-2025 adalah mewujudkan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan U

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan U - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1. INDIKASI DAN PROGRAM PRIORITAS Program prioritas perlu ditetapkan untuk mengarahkan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Visi Kabupaten Sleman adalah Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya dan terintegrasinya sistem e-government menuju smart

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.4. Tabel Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi : Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Bengkulu Utara selama lima tahun, yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci