BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit plasmodium. dan, kejang sampai koma (Agung Nugroho 2012).
|
|
- Leony Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Malaria Gambaran Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit plasmodium di tularkan melalui nyamuk Anopheles sp kepada manusia. Gejala klinis utama adalah demam periodik di sertai dengan rasa menggigil, berkeringat dan sakit kepala, gejala lain seperti: badan terasa lemas dan pucat, nafsu makan berkurang, mual muntah diare, kuning pada kulit, pembesaran limpa dan, kejang sampai koma (Agung Nugroho 2012). Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia famili plasmodiidae. Malaria adalah salah satu masalah kesehatan penting di dunia. Secara umum ada 4 jenis malaria, yaitu tropika, tertiana, ovaledan quartana. Di dunia ada lebih dari 1 juta meninggal setiap tahun (Dirjen P2Pl, 2011). Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium Penyakit ini secara alami ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah dimana 12
2 13 tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang (Andi Arsunan Arsin 2012). Dengan semakin berkembangnya pengaruh globalisasi dan kemajuan transportasi di dunia saat ini, mengakibatkan semakin banyak orang bepergian ke segala penjuru dunia dan daerah lainnya, baik untuk berwisata maupun kegiatan tugas-tugas kedinasan. Dimana dengan kegiatan tersebut bisa menimbulkan permasalahan yaitu pencegahan penyakit-penyakit menular yang endemis di Negara atau daerah-daerah yang dikunjungi terutama di Negara-negara tropis. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang banyak ditemukan di daerah tropis dan merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Masalah pencegahan malaria penting dibahas sejalan dengan meningkatnya migrasi penduduk dari daerah nonendemis ke daerah endemis. Mereka yang dari daerah nonendemis tersebut adalah orang-orang nonimun yang sangat rentan terkena malaria dengan komplikasinya (Agung Nugroho 2012). Malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat di lebih dari 100 negara, yang dihuni oleh sekitar 2,4 milyar penduduk, atau 40% dari total penduduk dunia. Prevalensi penyakit ini di dunia diperkirakan sekitar juta kasus klinis setiap tahun (WHO, 2005). Munculnya kembali malaria dalam beberapa tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya konflik antar penduduk, migrasi manusia secara besar-besaran, perubahan iklim kawasan juga secara global dan
3 14 lingkungan, system pelayanan kesehatan yang kurang baik, serta timbulnya galur parasit malaria yang resisten terhadap obat anti malaria dan galur nyamuk anopheles yang resisten terhadap insektisida (Din Syafruddin 2012). Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium, pada manusia Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu ; Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Keempat spesies Plasmodium terdapat di Indonesia yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertian, Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria quartana dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale (T.H. Rampengan 2012). Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaitu plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran. Pada tahun 2009 penyebab malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%), kemudian plasmodium falsifarum, sedangkan plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malaria adalah plasmodium falsifarum, dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%.
4 15 Gambar 2.1 Plasmodium Penyebab Malaria Pada tahun 2004 dilaporkan adanya infeksi plasmodium knowlesi pada manusia yang seharusnya plasmodium ini hanya menginfeksi kera. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium yang dikenal sebagai infeksi campuran atau majemuk (mix infection). Pada umumnya paling banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium malartiae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan angka penularan tinggi. Resistensi terhadap obat anti-malaria telah dilaporkan semakin meluas di seluruh Indonesia. Resistensi parasit plasmodium falciparum terhadap klorokuin telah dilaporkan di seluruh Indonesia. Selain itu, dilaporkan juga adanya kasus resistensi terhadap sulfadoksin-pirimetamin di beberapa tempat di Indonesia. Penyakit tersebut
5 16 jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehidupan, tetapi pada anak yang berumur beberapa tahun dapat terjadi serangan malaria tropika yang berat bahkan tertian dan kuartana dapat menyebabkan kematian terutama pada anak dengan gangguan gizi (T.H. Rampengan 2012) Angka Kesakitan Penyakit Malaria Malaria merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anakanak dan orang dewasa di negara-negara tropis. Di Indonesia, malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Angka kesakitan masih cukup tinggi, terutama di luar pulau Jawa dan Pulau Bali, karena di daerah itu terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis malaria. Di daerah-daerah tersebut sering terjadi letusan wabah malaria yang menimbulkan banyak kematian. Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, menggigil, berkeringat, kelemahan, anemia, dan hepatosplenomegali (T.H. Rampengan 2012).
6 17 Gambar 2.2 Peta Stratifikasi Malaria Tahun 2008 dan 2009 Prevalensi malaria berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010, diperoleh dalam bentuk point prevalence. Point prevalence menunjukan proporsi orang di populasi yang terkena penyakit pada waktu tertentu. Data malaria dikumpulkan dengan dua cara yaitu wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan pemeriksaan darah menggunakan dipstick (Rapid Diagnostic Test/RDT). Besarnya sampel untuk pemeriksaan RDT yang merupakan subsampel dari sampel Kesehatan masyarakat adalah sejumlah dan yang dapat dianalisis adalah (95,9%).
7 18 Dari hasil Riskesdas diperoleh Point prevalence malaria adalah 0,6%, namun hal ini tidak menggambarkan kondisi malaria secara keseluruhan dalam satu tahun karena setiap wilayah dapat mempunyai masa-masa puncak (pola epidemiologi) kasus yang berbeda-beda. Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran antara P. falciparum dan P. Vivax. Namun data sebaran parasit perwilayah tidak diperoleh, sehingga tidak dapat diketahui jenis parasit yang dominan per suatu wilayah Siklus Hidup Plasmodium Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, pada manusia terdapat 4 spesies yaitu P. falcifarum, P.vivax, P. malariae, P.ovale, P. facifarum menyebabkan infeksi paling berat dan angka kematian tertinggi. Dalam siklus hidupnya, plasmodium mempunyai dua penjamu untuk siklus hidup, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam pejamu vertebrata dikenal sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke dalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk, kemudian menempati jaringan parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon (stadium ekso-eritrositer atau stadium pra-eritrositer). Sebagian sporozoit tidak tumbuh dan tetap tidur (dormant) yang disebut hipnozoit. Plasmodium falcifarum hanya terjadi satu kali stadium pra-eritrositer
8 19 sedangkan spesies lain mempunyai hipnozoit bertahun-tahun sehingga pada suatu saat dapat aktif dan terjadi relaps. Sel hati yang berisi parasit akan pecah dan terjadilah merozoit. Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit (stadium eritrositer), tampak sebagai kromatin kecil yang dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang mempunyai bentuk cincin, disebut trofozoit. Tropozoit membentuk skizon muda dan setelah matang, membelah menjadi merozoit. Setelah proses pembelahan, eritrosit akan hancur, merozoit, pigmen dan sel sisa akan keluar dan berada di dalam plasma. Parasit akan difagositosis oleh RES (Retikulo Endotelial Sistem), plasmodium yang dapat menghindar akan masuk kembali ke dalam eritrosit lain untuk mengulangi stadium skizogoni. Beberapa merozoit tidak membentuk skizon tetapi memulai dengan bagian gametogoni, yaitu membentuk mikro dan makrogametosit (stadium seksual). Siklus itu disebut masa tunas intrinsik (T.H. Rampengan 2012). Pada saat bertelur yamuk Anopheles betina meletakan telurnya sebanyak 50 sampai dengan 200 butir sekali bertelur, Telur-telur tersebut diletakan di dalam air tenang dan mengapung di tepi air. Telur tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2 sampai 3 hariakan menetas menjadi larva nyamuk Anopheles (Andi Arsunan Arsin 2012).
9 Gambar Siklus Hidup Nyamuk Anopheles, Culex dan Aedes
10 21 Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual (sporogoni). Sporogoni memerlukan waktu 8 12 hari. Dalam lambung nyamuk makrogametosit dan mikrogametosit berkembang menjadi makrogamet dan mikrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet. Ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus ini disebut masa tunas ekstrinsik. Secara umum pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria walaupun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : ras (suku bangsa), kurangnya enzim G6PD (glukosa 6 - Phosphat dehidrogenase) dan kekebalan terhadap malaria (T.H. Rampengan 2012). Gambar 2.4 Larva Nyamuk Anopheles, Aedes, dan Culex
11 22 Larva Nyamuk Anopheles memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki, dalam perbedaan nyamuk lainnya larva nyamuk Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan dan untuk posisi badan mereka sendiri sejajar dipermukaan air. Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus berada di permukaan, kebanyakan larva memerlukan makan pada alga, bakteri dan mikroorganisme lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam di bawahpermukaan ketika terganggu. Larva berenang tiap tersentak pada seluruh badanatau bergerak terus dengan mulut (Andi Arsunan Arsin 2012). Larva nyamuk Anopheles dalam pertumbuhannya berkembang melalui 4 tahapan atau stadium, setelah larva mengalami metamorfisis menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium larva nyamuk Anopheles berganti kulit, larva mengeluarkan exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih lanjut. Habitat Larva ditemukan di daerah yang luas tetapi kebanyakan spesies lebih suka di air bersih. Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan di air bersih atau air payau yang memiliki kadar garam, di sawah, rawa bakau, selokan yang ditumbuhi rumput,pinggir sungai dan kali, dan genangan air hujan. Kebanyakan dari spesies nyamuk Anopheles lebih suka hidup di habitat dengan tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih suka di alam terbuka, genangan air yang terkena dengan sinar matahari. Sedangkan kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan
12 23 makanan tetapi memerlukan udara. Pada kepompong nyamuk Anopheles belum ada perbedaan antara jantan dan betina. Kepompong menetas dalam waktu 1 sampai 2 hari menjadi nyamuk, dan pada umumnya nyamuk Anopheles jantan lebih dulu menetas dari pada nyamuk Anopheles betina. Lamanya waktu dari telur dan berubah menjadi nyamuk Anopheles dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu hari (Andi Arsunan Arsin 2012). Sumber : Andi Arsunan Arsin 2012 Gambar 2.5 Daur Hidup Nyamuk Anopheles
13 Vektor Nyamuk Anopheles Spesies Nyamuk Anopheles Anopheles termasuk dalam bangsa diptera dan subbangsa Nematoceera yaitu suku Culicidae, dan tribe Anophelini pada klasifikasi zoology, dalam suku Anophelini genus Anopheles memiliki beberapa sub genus. Ada sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles sp di seluruh dunia akan tetapi hanya sekitar 69 spesies yang merupakan vektor penular penyakit malaria dalam kondisi alamiah, diantaranya 30 spesies memiliki pengaruh utama. Kerentanan alamiah atau resistensi Anopheles pada infeksi dengan spesies parasit malaria tertentu sebagian besar tidak dapat dijelaskan meskipun ini tentu berhubungan dengan proses biokimia dalam tubuh nyamuk dan dengan kebutuhan nutrisionalnya (Cecep Dani Sucipto 2011). Menurut tempat berkembang biak, vektor malaria dapat dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu berkembang biak di persawahan, perbukitan/hutan dan pantai/aliran sungai. Vektor malaria yang berkembang biak di daerah persawahan adalah An. aconitus, An. Annullaris, An. barbirostris, An. kochi, An karwari, An.nigerrimus, An.sinensis, An.tesellatus, An.Vagus, An. letifer. Vektor malaria yang berkembang biak di perbukitan/hutan adalah An.balabacensis, An.bancrofti, An.punculatus, An.Umbrosus. Sedangkan untuk daerah pantai/aliran sungai jenis vekor malaria adalah An.flavirostris, An.Koliensis, An.ludlowi, An.minimus, An.punctulatus,
14 25 An.parangensis, An.sundaicus dan An. balabacensis, An. letifer An.subpictus yang merupakan spesies umum di Provinsi Kalimantan Tengah. Waktu aktivitas menggigit vektor malaria yang sudah diketahui yaitu jam , sebelum jam 24 ( ), sete-lah jam 24 ( ).Vektor malaria yang aktivitas menggigitnya jam adalah An.tesselatus, sebelum jam 24 adalah An.Aconitus, An.annullaris, An.barbirostris, An.kochi, An.sinensis, An.Vagus, sedangkan yang menggigit setelah jam 24 adalah An.farauti, An.koliensis, An.leucosphyrosis, An.unctullatus. Perilaku vektor malaria seperti tempat berkembang biak dan waktu aktivitas menggigit ini sangat penting diketahui oleh pengambil keputusan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan intervensi dalam pengendalian vektor yang lebih efektif (Direktorat Penyakit Bersumber Binatang, Depkes RI). Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), biological control ( menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan, dan lain -lain. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan
15 26 dinding rumah dengan insektisida (IRS/ indoors residual spraying) atau menggunakan kelambu berinsektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable, affective dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria (Direktorat Penyakit Bersumber Binatang, Depkes RI). Gambar 2.6 Nyamuk Anopheles Dewasa
16 27 Tabel 2.2 Vektor Nyamuk Anopheles Predominan di Indonesia
17 Bionomik Nyamuk Anopheles Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur populasi, penyebaran, fluktuasi musiman serta faktor-faktor lingkungan fisik yang meliputi : musim, kelembaban, angin, matahari, atau arus air. Lingkungan kimiawi yang meliputi : kadar garam, ph. Dan juga faktor lingkungan biologic seperti tumbuhan bakau, vegetasi ganggang di sekitar tempat perindukan dan musim alami (Cecep Dani Sucipto 2011). Sebagian siklus kehidupannya nyamuk Anopheles sp membutuhkan permukaan air sebagai tempat meletakan telurnya, permukaan air yang dibutuhkan adalah permukaaan air yang tergenang di daerah yang tidak terdapat genangan dan air yang mengalir dengan deras biasanya jarang terdapat telur Anopheles sp. Umur nyamuk merupakan parameter yang penting jika hidupnya lebih pendek dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus sporogoni parasit malaria (P.vivax 9 hari, P.falcifarum hari pada suhu 26 0 C) sehingga tidak terjadi transmisi malaria karena belum terbentuk sporosoit. Nyamuk yang umurnya lebih panjang berpeluang untuk terinfeksi menjadi lebih besar dan berpeluang lebih sering kontak dengan manusia, juga lebih banyak siklus gonotropik yang dapat diselesaikan tentunya pula semakin banyak keturunan yang dihasilkan (Cecep Dani Sucipto 2011).
18 29 Kondisi Rumah yang merupakan rumah adat suku Dayak di Kalimantan Tengah umumnya menggunakan bahan dasar kayu yang banyak terdapat di Kalimantan Tengah. Seperti adat Kalimantan Tengah yang biasa disebut Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan Matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam Pengendalian Vektor Nyamuk Anopheles Pengertian secara luas dari pengendalian vektor atau vector control adalah melakukan berbagai hal yang dipandang bermanfaat sehingga kehidupan arthropoda dan atau rodentia menjadi sulit untuk beraktifitas, tidak dapat berkembang biak atau dimatikan dan dengan demikian tidak akan mengganggu kesehatan masyarakat. Mengingat penyebaran keempat plasmodium malaria berbeda menurut geografi dan iklim Plasmodium Palciparum banyak ditemukan didaerah tropik beriklim panas dan basah. Plasmodium vivax banyak ditemukan didaerah beriklim dingin, sub tropik sampai daerah tropik, plasmodium ovale lebih banyak ditemukan di Afrika yang beriklim tropic dan pasifik barat. Pengendalian penyakit yang ditularkan melalui vektor pernah berlangsung secara besar-besaran dan pada skala luas, karena effektifitas dan efisiensi yang meyakinkan dari penggunaan bahan kimia insektisida golongan organochlorine,
19 30 organofosfor dan organocarbamate dalam membunuh vektor. Kejayaan insektisida tersebut berlangsung lebih kurang 30 tahun sejak penemuan golongan organochlorone pada tahun Kesulitan utama timbul karena berkembangnya resistensi pada sejumlah vektor serta gangguan sebagai akibat akumulasi bahan-bahan kimia ini yang ada di dalam lingkungan. Dengan munculnya berbagai masalah resistensi pada vektor, berakibat bagi kesehatan di masyarakat adalah timbul kembalinya penyakit yang dapat ditularkan oleh vektor yang sebelumnya telah dapat diturunkan, dan kemudian kembali menjadi masalah penting bagi Negara Indonesia dan banyak Negara lain di seluruh dunia. Gambar 2.7 Gigitan Nyamuk Anopheles Pada Manusia Pencegahan malaria secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut :
20 31 a. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi (reservoar). Hal tersebut dapat dicegah dengan jalan mengobati penderita malaria akut dengan obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus eritrosit aseksual sehingga gametosit tidak sempat terbentuk didalam darah penderita. Selain itu, jika gametosit telah terbentuk dapat dipakai jenis obat yang secara spesifik dapat membunuh gametosit (obat gametosida). b. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria, Memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan membunuh nyamuk dewasa. Pengendalian tempat perindukan dapat dilakukan dengan menyingkirkan tumbuhan air yang menghalangi aliran air, melancarkan aliran saluran air dan menimbun lubang-lubang yang mengandung air. Jentik nyamuk diberantas dengan menggunakan solar atau oli yang dituangkan ke air, memakai insektisida, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk (ikan kepala timah atau Gambusia Affinis), memelihara Crustaceakecil pemangsa jentik (Genus Mesocyclops) atau memanfaatkan bakteri Bacillus thuringiensis yang menginfeksi dan membunuh jentik nyamuk. Untuk negara-negara berkembang, telah ditemukan teknologi sederhana untuk mengembangbiakkan bakteri di atas dengan memakai air kelapa sebagai media kulturnya.
21 Hutan Di Indonesia Dan Hutan Di Kalimantan Tengah Hutan Di Indonesia Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan yang dimaksud dengan Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Penataan batas kawasan hutan adalah kegiatan yang meliputi pembuatan peta trayek batas, pemancangan batas sementara, pengumuman hasil pemancangan batas sementara, inventarisasi, identifikasi dan penyelesaian hak-hak pihak ketiga, pembuatan dan penandatanganan berita acara tata batas sementara dan peta lampiran tata batas, pemasangan tanda batas dan pengukuran batas, pemetaan hasil penataan batas, pembuatan dan penandatanganan berita acara tata batas dan peta tata batas. Pengukuhan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas, dan penetapan kawasan hutan. Pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui tahapan: a. penunjukan kawasan hutan; b. penataan batas kawasan hutan; dan c. penetapan kawasan hutan.
22 33 Tahapan pengukuhan kawasan hutan ditindaklanjuti dengan kegiatan: a. penunjukan dengan Keputusan Menteri; b. pelaksanaan tata batas; c. pembuatan Berita Acara Tata Batas Kawasan Hutan yang ditandatangani oleh Panitia Tata Batas atau pejabat yang berwenang; d. penetapan dengan Keputusan Menteri. Dimasa depan hutan dan lahan di dalam dan di luar kawasan diharapkan mampu memberi ruang tanaman berkayu yang semakin diperluas, dengan penegasan bagi hasil kayu yang meningkatkan kesejahteraan petani pengelola, sedangkan tanaman berkayu milik pemerintah tetap dipertahankan sebagai kontribusi pemerintah untuk membentuk lingkungan yang sehat bagi warganya. Hal ini terkait langsung dengan fungsi pemerintah untuk menyediakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat sebagai implementasi perubahan kebijakan pengelolaan hutan pada era reformasi. Pada posisi tersebut pemerintah harus lebih menonjolkan manfaat lingkungan diantaranya untuk pelestarian biodiversitas, pengelolaan tata air dan fungsi karbon. Sedangkan masyarakat akan memperoleh manfaat ekonomi dari pengelolaan hutan negara. Pendekatan yang diambil harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa yang akan dating. Pertimbangan tersebut akan menentukan ruang pola tanam bagi tanaman semusim dan tanaman berkayu dalam pengelolaan hutan Negara. Sehingga pilihan yang dapat diambil
23 34 untuk saat ini adalah perluasan ruang tanam tumpangsari bagi petani (Ayu Dewi Utari 2012) Hutan Di Kalimantan Secara geografis, Provinsi Kalimantan Tengah terletak di daerah lintasan katulistiwa yaitu pada posisi Lintang Utara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah Utara berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat. Penunjukkan kawasan hutan Provinsi Kalimantan Tengah didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 759/KPTS/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 tentang Penunjukkan Areal Hutan diwilayah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah seluas Ha (Lima Belas Juta Tiga Ratus Ribu Hektar) sebagai Kawasan Hutan, yang kemudian lebih terkenal dengan sebutan TGHK Adapun komposisi kawasan hutan berdasarkan TGHK 1982 sebagaimana pada tabel berikut :
24 35 Tabel 2.3 Komposisi Kawasan Hutan Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 1982 Sumber : Profil Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah Vegetasi hutan di Kalimantan Tengah merupakan jenis hutan dengan variasi vegetasi yang beragam jenis vegetasi lokal dan jumlah vegetasinya, Kerapatan vegetasi dapat diukur dengan melakukan pendataan jenis dan jumlah vegetasi yang ada di suatu kawasan selanjutnya dapat ditentukan kerapatan suatu vegetasi di suatu daerah. Kerapatan vegetasi dapat dijadikan sebagai Breeding Places atau Resting Places nyamuk Alih Fungsi Hutan Alih Fungsi Hutan Menjadi Perkebunan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 2010 Tentang tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dijelaskan bahwa Sesuai dengan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat, pada prinsipnya kawasan hutan dapat diubah peruntukan atau fungsinya. Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya, dan manfaat ekonomi, maka perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan harus berasaskan optimalisasi distribusi fungsi dan
25 36 manfaat kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan kecukupan luas kawasan hutan dalam daerah aliran sungai, provinsi, atau pulau, sehingga lahan pengganti kawasan hutan juga harus terletak dalam daerah aliran sungai, provinsi, atau pulau yang sama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Pemerintah Daerah menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang menjadi pedoman dalam pemanfaatan ruang. Dalam penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota terdapat perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan yang belum mengacu pada perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan hasil penelitian terpadu sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun Perubahan peruntukan tersebut mengakibatkan perbedaan peruntukan ruang antara Rencana Tata Ruang Wilayah dengan peruntukan dan fungsi kawasan hutan. Perbedaan peruntukan ruang tersebut di atas mengakibatkan perbedaan acuan dalam pemanfaatan ruang sehingga menimbulkan ketidakpastian pemanfaatan ruang. Perbedaan acuan dalam pemanfaatan ruang tersebut harus diselesaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 41
26 37 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mencabut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wajib menyesuaikan melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang. Sehingga semua kegiatan usaha perkebunan yang izinnya diterbitkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang ditetapkan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, namun berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 areal tersebut merupakan kawasan hutan dengan fungsi hutan produksi, pemegang izin wajib mengajukan permohonan perubahan peruntukan kawasan hutan kepada Menteri. Deforestasi dan degradasi kawasan hutan dan ekosistemnya telah menyebabkan kehancuran hutan Negara yang dapat mengakibatkan banana dalam berbagai hal. Meluasnya lahan kritis, menurunnya populasi
27 38 keragaman hayati, perubahan tata nilai budaya masyarakat, menurunnya produktifitas hutandan kualitas DAS serta ekosistem. Tentunya kondisi yang semakin memburuk tersebut menimbulkan kerugian kehidupan yang tak ternilai. Fungsi dan kemampuan ekosistem hutan sebagai penyangga kehidupan mengalami kerusakan sehingga air bersih untuk masyarakat, irigasi pertanian dan industri menjadi semakin sulit didapatkan, banjir dan tanah longsor bisa terjadi diberbagai daerah, meningkatnya laju kepunahan beberapa jenis hewan dan tumbuhan di suatu kawasan (Ayu Dewi Utari 2012). Gambar 2.8 Proses Deforestasi di Kalimantan Tengah untuk Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Upaya penyelamatan hutan negara dari kehancuran melalui rehabilitasi kawasan hutan masih terasa sulit untuk dilaksanakan. Sementara itu contoh
28 39 kasus sebagian besar kerusakan DAS di luar Pulau Jawa yang disebabkan oleh praktik pengelolaan hutan yang tidak benar dan melanggar aturan yang berlaku memang telah dicoba dikendalikan dengan segala upaya, namun demikian, sampai saat ini belum memberikan indikasi positif. Potret kehancuran hutan negara akan menjadi sempurna manakala upaya-upaya penyelamatan yang lebih strategis tidak dilakukan. Strategi pengelolaan hutan berbasis sosial adalah komponen terpenting dari perencanaan kehutanan sosial dalam perspektif pemanfaatan. Strategi ini diyakini akan dapat memaksimalkan fungsi ekologis dan peranan ekonomis hutan. Pemanfaatan suatu fungsi hutan akan berdampak dandipengaruhi oleh pemanfaatan fungsi hutan lainnya atau bersifat mutual exlcusive (Ayu Dewi Utari 2012) Telah cukup lama tumbuh kesadaran di kalangan banyak pihak, bahwa krisis kehutanan lokal dan nasional salah satu bentuknya dapat ditenggarai dari kehancuran hutan Negara. Kehancuran bermula dari pilihan paradigma pembangunan berbasis Negara atau state based resources development yang sentralistik. Dari sanalah kontribusi besar terhadap kehancuran kawasan hutan Negara berasal. Paradigma berbasis masyarakat atau community based resources development dan dalam praktik kehutanan sering diidentikkan dengan kehutanan sosial kemudian diyakini sebagai alternatif pilihan. Namun demikian ketika paradigma kehutanan sosial dipilih kekurangan basis pengetahuan untuk meningkatkan keberhasilan
29 40 dan produktivitas kawasan hutan Negara kerap kali menjerumuskan ke dalam retorika yang dipenuhi jargon yang bersifat sloganistik belaka (Ayu Dewi Utari 2012) Perkebunan Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan Negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti plasma) (Kiswanto 2008).
30 41 Gambar 2.9 Perkebunan Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (ph) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 o (Kiswanto 2008) Kerangka Berfikir Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam jiwa, malaria disebabkan oleh parasit yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui
31 42 gigitan nyamuk Anopheles yang merupakan vector malaria, yang terutama menggigit manusia pada malam hari mulai maghrib (dusk) sampai fajar (dawn). Banyak faktor yang berperan penting dalam menimbulkan dan menyebarkan malaria pada manusia, Penyebaran malaria disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : Lingkungan alami seperti : Rawa-rawa, sungai, danau, genangan air. Lingkungan Buatan yaitu lingkungan fisik alami yang berubah akibat pengaruh deforestasi lahan hutan seperti timbulnya perindukan nyamuk baru. Perilaku masyarakat seperti : menjaga kebersihan lingkungan, penggunaan kelambu dan obat anti nyamuk. Kondisi ekonomi meliputi : rata-rata tingkat pendapatan masyarakat. Kondisi iklim di lokasi penelitian meliputi : suhu, curah hujan, kelembaban yang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Perubahan lingkungan yang tidak terkendali yang dapat menimbulkan tempat perindukan nyamuk malaria, Banyaknya nyamuk Anopheles sp yang telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria. Lingkungan hidup yang terdiri dari lingkungan alami, lingkungan buatan dan lingkungan sosial sangat berpengaruh pada penyebaran malaria, lingkungan alam sebagai tempat perindukan (breeding places) nyamuk anopheles sp antara lain sungai, danau, rawa-rawa juga mata air alam. Penularan akan lebih intensif terjadi di daerah dimana nyamuk dapat hidup dalam waktu lama (yang memungkinkan plasmodium dapat berkembang biak menjadi infektif di dalam tubuh nyamuk) dan nyamuk lebih menyukai darah manusia dibanding darah hewan.
32 43 - Penebangan pohon - Migrasi nyamuk ke pemukiman - Peningkatan angka kesakitan LINGKUNGAN ALAM Rawa, sungai, danau, iklim, sawah - Breeding places nyamuk bertambah - Populasi nyamuk bertambah - Perpindahan nyamuk dari hutan ke pemukiman LINGKUNGAN SOSIAL MALARIA - Penduduk miskin - kebiasaan memakai kelambu, anti nyamuk - Pendapatan masyarakat LINGKUNGAN BUATAN Kandang ternak, kolam ikan - Kepadatan nyamuk Anopheles meningkat - Angka kesakitan malaria meningkat Gambar 2.10 Analisis Ekososial Antara Lingkungan Alami, Lingkungan Buatan dan Lingkungan Sosial 2.6. Kerangka Teori Pengaruh perubahan iklim global (climate change) terhadap lingkungan baik secara langsung atau tidak langsung juga dapat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia, penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang sangat
33 44 dipengaruhi oleh perubahan iklim, dengan adanya perubahan iklim yang mempengaruhi suhu dan kelembaban serta kondisi ekologi yang mendukung seperti banyaknya genangan air dipermukaan tanah danau / kolam, sungai, rawa, mata air, dan lain-lain. Kondisi tersebut mengakibatkan vektor nyamuk Anopheles mampu berkembang biak dengan baik pada gilirannya nyamuk yang infected dapat menularkan malaria pada orang lain. Tingginya angka pencari kerja dan rendahnya pendapatan di kabupaten Barito Utara, mendorong masyarakat (dalam sistem sosial) melakukan migrasi yang mengakibatkan migrasinya penyakit malaria, selain itu juga perilaku dengan melakukan penebangan pohon yang dapat terjadi genangan-genangan baru serta migrasi nyamuk ke pemukiman penduduk, menambah kepadatan nyamuk sehingga kepadatannya dengan nyamuk yang infected dapat menularkan malaria pada orang lain.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan
Lebih terperinciDEFINISI KASUS MALARIA
DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%
Lebih terperinciProject Status Report. Presenter Name Presentation Date
Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:
Lebih terperinciA. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi
Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Malaria 1.1 Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu p. falciparum, p. ovale, p. malariae dan p. vivax yang di tularkan oleh
Lebih terperinciMalaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut [8] : Phylum : Arthropoda Classis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas. Di Indonesia, penyakit malaria ditemukan tersebar luas di seluruh pulau dengan derajat dan berat infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Ronilda Tambunan, SST AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB l PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies
Lebih terperinciMAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA
MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYELIDIKAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi semester genap Disusun Oleh: 1. Faathiroh Mukholifah (P07133112018) 2. Lukas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari
Lebih terperinciLatar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya
Lebih terperinciLAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Manfaat...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria 1. Definisi Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium yang termasuk golongan protozoa,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi
Lebih terperinciPasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan
Lebih terperinciProses Penularan Penyakit
Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan (membunuh) lebih dari satu juta manusia di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDEN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN TELUK DALAM KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2005
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDEN PENYAKIT MALARIA DI KELURAHAN TELUK DALAM KECAMATAN TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2005 Oleh: Suhardiono, S.K.M., M.Kes. ABSTRAK Malaria adalah salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Malaria 2.1.1. Pengertian Malaria Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Kajian Pustaka 1. Definisi Malaria Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang penting dalam ilmu kedokteran karena lebih dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang meninggal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fungsi ekologi hutan mangrove merupakan satu dari dua fungsi lain ekosistem
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi ekologi hutan mangrove merupakan satu dari dua fungsi lain ekosistem mangrove, yakni sebagai fungsi ekonomi dan fungsi sosial (Kustanti, 2011). Ketiga pengkategorian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Malaria 1. Malaria Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium, meskipun awal mulanya tidak diketahui secara pasti. Para ilmuan menduga
Lebih terperinciEpidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3 2.1. Kota Pangkalpinang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kota Pangkalpinang merupakan daerah otonomi yang letaknya di bagian timur Pulau Bangka. Secara astronomi, daerah ini berada pada garis 106 4 sampai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing filaria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia termasuk Indonesia. Penyakit malaria menjadi salah satu perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik
BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia dari waktu ke waktu terus bertambah, namun demikian jumlah korban jiwa akibat serangan penyakit berbahaya ini cenderung
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Hutan Mangrove Berdasarkan Undang-Undang No. 41/1999 dan Undang-Undang No. 19/2004 yang mengatur tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus
Lebih terperinciNYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,
PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini menyerang manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, diperkirakan pada 2009 dari 225
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas dan merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia termasuk Indonesia, Separuh penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang terdapat di dunia. Sekitar 115 juta penduduk terinfeksi W. Bancrofti dan sekitar 13 juta penduduk teridentifikasi sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak
Lebih terperinciDistribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013
Al-Sihah : Public Health Science Journal 410-423 Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013 ABSTRAK Muh. Saleh Jastam 1 1 Bagian Keselamatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Larvisida Efikasi adalah kemampuan suatu larvisida untuk memenuhi pernyataan sebagaimana yang tercantum pada label yang diusulkan. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk
Lebih terperinciDemam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian global. Malaria termasuk dalam 3 penyebab kematian tertinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat
Lebih terperinciII MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD
8 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 3.1 Penyebaran Virus DBD DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting didunia dan masih merupakan masalah utama didunia. Malaria adalah penyebab kematian nomor 4 di dunia setelah infeksi
Lebih terperinciPENGESAHAN TESIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA
Proposal Tesis FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Proposal Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Magister
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Malaria Malaria disebut juga dengan paludisme, demam intermitens, panas dingin, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai, dan ague. 10 Istilah
Lebih terperinci