BAB IV TEORI ROSTOW DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. 1. Latar Belakang Lahirnya Teori Modernisasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TEORI ROSTOW DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. 1. Latar Belakang Lahirnya Teori Modernisasi"

Transkripsi

1 BAB IV TEORI ROSTOW DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA A. Latar Belakang Teori Modernisasi Rostow 1. Latar Belakang Lahirnya Teori Modernisasi Modernisasi merupakan satu istilah yang menjadi mode setelah Perang Dunia II (Beling & Totten, 3: 1980). Paling tidak menurut tokoh-tokoh Amerika Serikat, terjadi akibat produk sejarah tiga peristiwa penting setelah Perang Dunia II (Suwarsono & So, 7: 2006). Ketiga peristiwa tersebut adalah, Pertama, munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia. Sekalipun negaranegara Barat lainnya, seperti Inggris, Perancis, dan Jerman semakin melemah setelah perang dunia II, Amerika Serikat justru menjadi pemimpin dunia sejak pelaksanaan Marshall Plan yang diperlukan untuk membangun kembali Eropa Barat akibat Perang Dunia II. Kedua, pada saat yang hampir bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunis sedunia. Uni Soviet mampu memperluas pengaruh politiknya tidak saja sampai Eropa Timur, tetapi juga sampai di Asia, antara lain di Cina dan Korea. Keadaan tersebut secara tidak langsung mendorong AS untuk berusaha memperluas pengaruh politiknya pada belahan dunia lain, selain Eropa Barat sebagai upaya pembendungan penyebaran ideologi komunisme. Ketiga, lahirnya negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika dan Amerika Latin, yang sebelumnya merupakan daerah jajahan negara-negara Eropa. Negara-negara baru ini secara serempak mencari model-model pembangunan yang hendak digunakan sebagai 80

2 contoh untuk membangun ekonominya dan dalam usaha untuk mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya. Jika pada masa sebelum perang dunia, persoalan pembangunan negara dunia ketiga hanya sedikit sekali mendapat perhatian para ilmuwan AS, namun keadaan yang sebaliknya terjadi setelah Perang Dunia II. Dengan bantuan melimpah dari pemerintah AS dan organisasi swasta, satu generasi baru ilmuwan ekonomi menghasilkan karya-karya tentang dunia ketiga. Dalam karya-karya tersebut salah satunya adalah mengenai Teori Modernisasi. Warisan pemikiran Teori Modernisasi ini tidak terlepas dari pengaruh Teori Evolusi (Suwarsono & So, 9: 2006), hal ini terjadi karena Teori Evolusi telah terbukti mampu membantu menjelaskan proses masa peralihan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern negara-negara Eropa Barat, selain itu juga mampu menjelaskan arah yang perlu ditempuh negara dunia ketiga dalam proses modernisasinya. Semua bangsa terlibat dalam proses modernisasi, manifestasi proses ini pertama kali nampak di Inggris pada abad ke-18 yang disebut revolusi industri. Sejak itu gejala tersebut meluas ke semua penjuru dunia (Schoorl, 1: 1980), mulamula ke daerah-daerah yang kebudayaannya semacam, yaitu ke Eropa dan Amerika Utara, kemudian ke bagian-bagian dunia yang lain dengan daerah-daerah yang kebudayaannya berbeda sama sekali dengan kebudayaan Eropa. Penyebaran itu dianggap sebagai sesuatu yang begitu biasa, sehingga masyarakat dunia itu sering dibagi menjadi dua kategori: negara maju dan negara sedang berkembang masing-masing terdiri atas negara-negara yang telah mengalami modernisasi dan negara-negara yang sedang mengadakan modernisasi. Dalam pembagian itu tidak 81

3 disediakan tempat untuk kemungkinan adanya negara karena sesuatu hal tidak terlibat dalam proses modernisasi itu. Aspek yang paling spektakuler dalam modernisasi sesuatu masyarakat ialah pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional kecara-cara modern, yang tertampung dalam pengertian revolusi industri (Schoorl, 1: 1980), namun menurut Eisentadt, modernisasi merupakan proses perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari Abad ke-19 dan 20 meluas ke negara-negara Amerika Selatan, Asia serta Afrika (Abraham, 4: 1991). Lebih lanjut Abraham memaparkan bahwa pada umumnya ada dua tipe modernisasi, modernisasi ekonomi dan modernisasi sosial (Abraham, 5: 1991) Dalam bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar-besar, dimana produksi barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi diadakan secara masal (Schoorl, 1: 1980). Modernisasi ekonomi juga diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan ekonomi yang ditandai oleh tingginya tingkat konsumsi dan standar hidup, revolusi tinggi, intensitas modal yang semakin besar dan organisasi birokrasi yang rasional (Abraham, 5: 1991). Satu hal terpenting yang harus dicermati adalah bahwa proses modernisasi dan terwujudnya bentuk-bentuk masyarakat modern dengan sendirinya tidak mungkin bebas nilai (Schoorl, 10: 1980), oleh karenanya cara melaksanakan modernisasi juga ada hubungannya dengan nilai-nilai dan norma-norma yang digunakan. Mengingat Teori Modernisasi dibangun di atas landasan kapitalisme, maka nilainilai yang mendukung modernisasi jelas bernuansa kapitalistik. Bahkan J. W. 82

4 Schoorl mengeluarkan pendapat yang berani, ia mengatakan bahwa bersama-sama dengan proses modernisasi itu, terjadi proses westernisasi (Schoorl, 20: 1980), ini dikarenakan memang perkembangan masyarakat modern itu terjadi di daerah kebudayaan barat dan tersajikan dalam bentuk barat. 2. Teori-Teori Pembangunan Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kepada peningkatan kesejahteraan manusia yang meliputi perbaikan tingkat hidup, kesehatan, pendidikan, serta keadilan. Karena tumpuan dari proses perubahan tersebut adalah bidang ekonomi, maka definisi dari pembangunan sering terfokus kepada definisi pembangunan ekonomi. Menurut Goulet definisi pembangunan ekonomi terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) pemenuhan kesejahteraan individu yang sering diukur dalam bentuk pendapatan per kapita, (2) pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup secara umum, dan (3) pemenuhan akan adanya harga diri. ( blogger. com/feeds/ /posts/default [ ]). Namun menurut Todaro (2000: 93) dalam bukunya Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga menyatakan bahwa kemajuan ekonomi memang merupakan komponen utama pembangunan, akan tetapi itu bukan satu-satunya komponen. Dengan demikian, pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses yang multidimensional, yang melibatkan segenap pengorganisasian dan peninjauan kembali atas sistem-sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan tidak hanya tiga unsur yang disebutkan Goulet di atas. 83

5 Praktek-praktek perencanaan pembangunan sangat dipengaruhi oleh cara pandang, mazhab atau paradigma pembangunan yang dianut oleh para elit dari masing-masing negara (Suroso, 35: 1993). Herrick dan Kindleberger (Ekonomi Pembangunan, 1988: 58) mengklasifikasikan teori-teori pembangunan menjadi empat bagian, yaitu: Teori Pembangunan Klasik, Neo-Klasik, Teori Tahapan Linear, dan Teori Revolusi Ketergantungan. Teori Pembangunan Klasik memiliki tiga aliran, yaitu aliran Emile Durkheim, Max Weber, dan Karl Marx. Menurut Durkheim pembangunan adalah proses perubahan masyarakat dalam dimensi kuantitatif dan kualitatif, yaitu adanya perubahan orientasi masyarakat dari berfikir tradisional menjadi modern. Karena itu akan terjadi perubahan tata nilai masyarakat dari yang berbasiskan solidaritas mekanik menjadi solidaritas organik. Indikator yang bisa dilihat adalah tumbuh dan berkembangnya organisasiorganisasi sosial ekonomi modern. Implikasi dari konsep pembangunan ini, masyarakat berkembang secara bertahap sebagai berikut: tahap pra industri: pada tahap ini hubungan sosial yang berkembang pada umumnya hanya terjadi dalam kelompok masyarakat (isolasi fungsional); tahap Industrialisasi: sebagai akibat dari proses industrialisasi maka terjadi perembesan (spill over) struktur budaya modern dari pusat yang berada di kota ke daerah pinggiran yang berada di pedesaan; tahap perkembangan dimana pusat secara terus menerus menyebarkan modernisasi sehingga tercapai keseimbangan hubungan fungsional antara pusat dan pinggiran. Menurut aliran Weber, pembangunan adalah perubahan orientasi masyarakat dari tradisional-irasional menuju modern-rasional. Indikatornya 84

6 adalah munculnya birokratisasi dalam setiap unsur kehidupan yang dicapai melalui distribusi kekuasaan serta munculnya budaya oposisi di wilayah pinggiran sebagai respon terhadap dominasi pusat yang berkepanjangan. Sedangkan menurut Karl Marx, pembangunan adalah perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat konflik sosial antar kelas, yang secara bertahap akan merubah kehidupan masyarakat. Esensi dari teori ini adalah pembangunan akan mewujudkan masyarakat tanpa kelas (classless society) dan materialisme sebagai hirarkinya. Berdasarkan teori Marx, masyarakat terbagi atas lima kelas, yaitu: masyarakat primitif, masyarakat feodal, masyarakat kapitalis, masyarakat sosialis, dan masyarakat komunis. Teori Pembangunan Neo-Klasik, yang terdiri dari Tesis Pembangunan Dualistik dan Teori Perubahan Struktural. Tesis Pembangunan Dualistik berlandaskan pada fenomena eksistensi ganda, yaitu adanya masyarakat yang kaya (superior) dan adanya masyarakat yang miskin (inferior). Sedangkan Teori Perubahan Struktural mempunyai dua model, yaitu Model Pembangunan Lewis dan Model Perubahan Struktur dan Pola Pembangunan. Dalam Model Pembangunan Lewis, perekonomian dianggap terdiri dari dua sektor, pertama sektor tradisional, dengan ciri-ciri di pedesaan, subsistem, kelebihan tenaga kerja dan produktivitas marjinalnya sama dengan nol; kedua sektor modern, dengan ciri-ciri di perkotaan, industri, produktivitasnya tinggi, sebagai tempat penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor tradisional. Model ini memfokuskan pada terjadinya proses pengalihan tenaga 85

7 kerja dan pertumbuhan ekonomi serta kesempatan kerja di Sektor Modern, yang dimungkinkan dengan adanya perluasan lapangan kerja di Sektor Modern. Model Perubahan Struktur dan Pola Pembangunan, model ini dikembangkan oleh Hollis Chenery yang menyarankan adanya perubahan struktur produksi, yaitu pergeseran dari produksi barang pertanian ke produksi barang industri pada saat pendapatan perkapita meningkat. Model ini menyatakan bahwa peningkatan tabungan dan investasi perlu tetapi tidak harus cukup (necessary but not sufficient condition) untuk memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pola ini juga mensyaratkan bahwa selain akumulasi modal fisik dan manusia, diperlukan pula himpunan perubahan yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian suatu negara untuk terselenggaranya perubahan dari sistem ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern. Perubahan struktur ini melibatkan seluruh fungsi ekonomi termasuk tranformasi produksi dan perubahan dalam komposisi permintaan konsumen, perdagangan internasional serta perubahan-perubahan sosial-ekonomi seperti urbanisasi, pertumbuhan dan distribusi penduduk. Teori Tahapan Linear yang salah satunya adalah Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Rostow. Menurut Rostow, perubahan dari terbelakang (underdeveloped) menjadi maju (developed) dapat dijelaskan dalam seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Sebelum suatu negara berkembang menjadi negara maju, harus dilalui suatu tahap yang disebut tahap tinggal landas (take off). Teori ini menyarankan agar negara-negara sedang berkembang (developing country) tinggal mengikuti saja seperangkat aturan pembangunan tertentu untuk 86

8 tinggal landas, sehingga pada gilirannya akan berkembang menjadi negara maju. Prasyarat penting untuk dapat tinggal landas, yaitu suatu negara harus mampu membangun pertanian, industri dan perdagangannya sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Prasyarat penting lainnya adalah harus ada mobilisasi tabungan dengan maksud untuk menciptakan investasi yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Harrod-Domar mengemukakan bahwa Pertumbuhan Pendapatan Nasional Kotor (Gross National Product/GNP) secara langsung bertalian erat dengan rasio tabungan, yaitu lebih banyak bagian GNP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP tersebut (Todaro, 95: 2000). Dari model yang dikemukakan oleh Harrod-Domar tersebut Rostow menyimpulkan bahwa negara-negara yang dapat menabung 10-20% dari GNP-nya dapat tumbuh dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibanding dengan negara-negara yang tabungannya kurang dari kisaran tersebut. Di negara-negara berkembang pembentukan modal relatif rendah sehingga untuk memperoleh pertumbuhan yang diinginkan dibutuhkan pinjaman luar negeri. Terakhir adalah Teori Revolusi Ketergantungan Internasional. Pada dasawarsa 1970-an, teori dan model-model ketergantungan internasional kian mendapat dukungan di Dunia Ketiga. Teori ini memandang bahwa negara-negara dunia ketiga telah menjadi korban dari berbagai kelakuan kelembagaan politik dan ekonomi internasional maupun domestik. Negara-negara Dunia Ketiga telah terjebak dalam hubungan ketergantungan dan dominasi oleh negara-negara kaya. Menurut Budiman teori ketergantungan merupakan varian dari teori struktural. 87

9 Kendati berinduk pada teori struktural yang sangat Marxis, teori ketergantungan sebetulnya merupakan gabungan antara pandangan liberal dan sosialis (Budiman, org/id/index.php?page=what&id=233 [ ]). Lebih jauh Budiman menjelaskan bahwa inti teori ketergantungan adalah penyebab utama kemiskinan dan kegagalan pembangunan di Dunia Ketiga, bukanlah keterlambatan dalam melakukan modernisasi, tapi campur tangan negara-negara kapitalis yang menghalangi perkembangan negara-negara itu. Pada dasarnya negara-negara Dunia Ketiga memiliki dinamika yang berbeda dari negara-negara Barat. Karena keunikan ini, maka pendekatan yang dipakai juga harus berbeda. 3. Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow merupakan literatur ekonomi yang paling luas beredar dan banyak menjadi acuan bagi negara-negara berkembang dalam menjalankan modernisasinya (Jhingan, 149: 2000). Bahkan menurut Sukirno (121: 1985) Teori Rostow merupakan salah salah satu teori yang banyak menarik perhatian para ilmuan baik dari kalangan ahli Ekonomi maupun Sejarah. Komentar para ahli terhadap Teori Rostow jauh lebih panjang daripada teori Rostow itu sendiri. Walt Whitman Rostow (7 Oktober Februari 2003) adalah seorang ahli sejarah ekonomi asal Amerika Serikat, yang pada tahun 1960-an menulis sebuah buku The Stages of Economic Growth, A Non-Communist Manifesto. Buku ini mengurai sejarah perkembangan ekonomi Amerika Serikat 88

10 dengan menggunakan pendekatan analisis historis. Menurut Rostow pembangunan ekonomi berlangsung secara betingkat-tingkat dengan lima tahapan yang dijabarkan dalam teorinya, yaitu: 1) The traditional society (Masyarakat tradisional); 2) The precondition for take off (Pra kondisi lepas landas); 3) The take off (Lepas landas); 4) The drive to maturity (Pendewasaan); dan 5) The age of high mass consumption (Zaman konsumsi masa besar-besaran) (Rostow, 4: 1993) Model pertumbuhan ekonomi bertahap (Stages of Growth model of development) muncul dikarenakan adanya perang dingin yang berkobar pada dekade 1950-an dan 1960-an (Todaro, 95: 2000). Suasana politik perang dingin tersebut memicu persaingan sengit dikalangan negara-negara besar untuk mencari pengikut setia dari kalangan negara-negara yang baru saja merdeka. Salah satu tokoh penganjur model pertumbuhan ekonomi yang paling terkenal adalah Walt. Whitman Rostow. Ia berpendapat bahwa perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan kedalam lima seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara, seperti yang diungkapkan oleh Rostow dalam bukunya The Stages Of Economic Growth, Sebagai berikut: It is possible to identify all societies, in their economic dimensions, as lying within one of five categories: the traditional society, the preconditions for take-off, the take-off, the drive to maturity, and the age of high massconsumption (Rostow, 4: 1993) Artinya: Adalah suatu kemungkinan untuk menggolongkan semua masyarakat, dalam dimensi ekonomi mereka, sebagai bagian didalam salah satu dari lima kategori: masyarakat tradisioanal, pra kondisi lepas landas, lepas landas, pendewasaan, dan zaman konsumsi besar-besaran. 89

11 Rostow menggolongkan semua masyarakat dunia ke dalam lima tahap yang disebutkan diatas, tahap pertama adalah masyarakat tradisional (the traditional society) yang menurut Rostow sebagai berikut:... A traditional society is one whose structure is developed within limited production functions, based on pre-newtonian science and technology, and on pre-newtonian attitudes towards the physical world. (The Stages Of Economic Growth, 1993: 4) Artinya: Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang strukturnya berkembang dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas, berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi pra Newton, dan berdasarkan pandangan (sikap) pra newton terhadap dunia fisika. Dengan begitu masyarakat tradisional dipandang sebagai masyarakat yang strukturnya berkembang didalam fungsi produksi yang terbatas yang didasarkan kepada teknologi, ilmu pengetahuan dan sikap masyarakat seperti sebelum masa Newton, yang dimaksudkan oleh Rostow dengan masyarakat sebelum Newton adalah suatu masyarakat yang masih menggunakan cara-cara memproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh cara pemikiran yang irasional (Sukirno, 103: 1985). Newton dipakai Rostow sebagai simbol mulainya manusia berpikir bahwa dunia luar tunduk pada beberapa hukum yang dapat diketahui dan bisa secara sistematis diselenggarakan secara produktif. Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas pekerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya sangat bersifat hirarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkinan yang sangat kecil 90

12 untuk mengadakan mobilitas secara vertikal dalam struktur sosial. Maksudnya ialah kedudukan seseorang dalam masyarakat tidak akan berbeda dengan kedudukan ayahnya, kakeknya dan nenek moyangnya. Jhingan menyebut struktur sosial masyarakat seperti itu bersifat berjenjang, hubungan darah dan keluarga memainkan peranan yang menentukan (2000: 143). Hal di atas dikemukakan Rostow dalam bukunya seperti berikut: Generally speaking, these societies, because of the limitation on productivity, had to devote a very high proportion of their resources to agriculture; and flowing from the agricultural system there was an hierarchical social structure, with relatively narrow scope--but some scope--for vertical mobility. Family and clan connexions played a large role in social organization. The value system of these societies was generally geared to what might be called a long-run fatalism; that is, the assumption that the range of possibilities open to one's grandchildren would be just about what it had been for one's grandparents (1993: 5). Artinya: secara umum, masyarakat seperti ini, oleh karena terbatasnya produktivitas, harus mencurahkan sebagain besar dari sumber tenaga mereka untuk pertanian, dan di dalam sistem pertanian itu terdapat struktur sosial yang bertingkat-tingkat dengan ruang lingkup yang relatif sempit tetapi ada lingkup seadanya untuk gerak vertikal. Hubungan keluarga dan suku memegang peranan besar dalam organisasi sosial. Sistem penilaian dari masyarakat ini umumnya berputar pada apa yang mungkin dinamakan fatalisme jangka panjang, yaitu asumsi bahwa kemungkinan lapangan yang terbuka untuk seorang cucu kira-kira akan sama dengan apa yang sudah didapat kakeknya. Mengenai kegiatan politik dan pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, pusat dari kekuasaan politik terdapat di daerahdaerah, ditangan tuan-tuan tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan dari pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut. 91

13 Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dan ciri-ciri penting dalam suatu masyarakat, yaitu perubahan dalam keadaan sistem politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyarakatnya, dan struktur kegiatan ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti itu timbul sehingga menyebabkan pertumbuhan lebih selalu berlaku, maka proses pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan sudah mulai berlaku dan masyarakat yang mencapai taraf tersebut menurut Rostow sudah dikatakan berada pada tahap prasyarat untuk tinggal landas yaitu tahapan yang akan dilalui setelah tahap pertama telah terpenuhi. Tahap kedua dinamakan The precondition for take off (Pra kondisi lepas landas), tahap ini merupakan transisi dimana prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan (Jhingan, 143: 2000). Corak dari tahap prasyarat untuk lepas landas dibedakan oleh Rostow menjadi dua jenis, yang pertama adalah tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negaranegara Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika yang dilakukan dengan merombak masyarakat tradisional ynag sudah ada. Bentuk kedua adalah yang dicapai oleh negara-negara yang dinamakan oleh Rostow born free, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru, yang dapat mencapai tahap prasyarat untuk lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisional karena negaranegara itu terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat yang diperlukan oleh suatu masyarakat untuk mencapai tahap prasyarat untuk lepas landas (Azwar, 23: 1962). 92

14 Rostow sangat menekankan perlunya perubahan yang bersifat multi dimensi yaitu perubahan dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial masyarakat, karena ia tidak yakin akan kebenaran pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan mudah diciptakan apabila dapat dilakukan peningkatan dalam tabungan (Sukirno: 104: 1985). Menurut pandangan tersebut, kenaikan tersebut akan memungkinkan peningkatan penanaman modal dan mempercepat pembangunan ekonomi. Tingkat tabungan yang tinggi akan menyebabkan tercapainya tingkat penanaman modal yang tinggi hal tersebut akan menjamin tercapainya pertumbuhan ekonomi dengan naiknya pendapatan nasional yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Menurut keyakinan Rostow, kenaikan tabungan, penanaman modal dan selanjutnya pembangunan ekonomi, hanya akan tercapai apabila perubahanperubahan tersebut diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam masyarakat. Perubahan itulah yang akan memungkinkan berlakunya kenaikan dalam tabungan dan penggunaan tabungan itu dengan sebaik-baiknya. Kegiatan masyarakat harus sanggup memanipulasi dan selanjutnya menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan-penemuan baru (Invensi) yang bersifat menurunkan biaya produksi. Di samping itu harus terdapat pula orang-orang yang bersedia menggunakan penemuan baru untuk modernisasi kegiatan produksi. Kemudian harus terdapat pula golongan masyarakat yang bersedia menciptakan tabungan dan meminjamkannya kepada pengusaha yang inovatif untuk memperbesar produksi dan mempertinggi tingkat produktivitas. Dan akhirnya sebagian besar 93

15 masyarakat harus bersedia mendapat pendidikan dan latihan untuk pekerjaanpekerjaan disektor industri, dan harus dapat melakukan tugasnya dengan disiplin kerja yang tinggi. Singkatnya adalah kenaikan dalam tingkat penanaman modal yang akan menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-mata tergantung kepada kenaikan dalam tingkat tabungan, tetapi juga kepada perubahan radikal dalam sikap masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, hal tersebut bertujuan untuk mengubah teknik produksi, sikap pengambilan resiko dan dalam sikap terhadap kondisi-kondisi maupun cara-cara bekerja. Rostow menekankan bahwa kenaikan tingkat penanaman modal hanya mungkin tercipta apabila terjadi perubahan dalam struktur kegiatan ekonomi. Kemajuan-kemajuan disektor pertanian, pertambangan dan prasarana harus terjadi bersama-sama dengan proses peningkatan penanaman modal. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan, hal ini berarti bahwa walaupun negara yang telah mencapai pertumbuhan yang tinggi merupakan negara industri, perkembangan permulaan kearah itu hanya dimungkinkan oleh adanya perkembangan di sektor pertanian dan pertambangan. Pada taraf permulaan dari proses pembangunan, sektor industri masih belum mampu menjadi motor penggerak dari proses tersebut. Kenaikan produktivitas sektor pertanian dan pertambangan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melepaskan sesuatu masyarakat dari belenggu 94

16 ketradisioanalan dan keterbelakangannya. Sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam masa peralihan sebelum mencapai tahap lepas landas. Kemajuan pertanian diperlukan untuk menjamin agar penyediaan bahan makanan bagi penduduk yang bertambah akan tetap terjamin dan agar penduduk kota yang bertambah dengan cepat sebagai akibat industrialisasi dapat memperoleh bahan makanan yang cukup, kesanggupan sektor pertanian untuk menyediakan bahan makanan yang cukup bukan saja menyebabkan terhindarnya bahaya kelaparan, akan tetapi juga dapat menghindarkan penggunaan devisa untuk megimpor bahan makanan sehingga ia dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang lain yang lebih berguna untuk pembangunan. Hal tersebut dikemukakan Rostow sebagai berikut:...agriculture must supply more food. Food is needed to meet likely rise in population, without yielding either starvation or a depletion of foreign excange available for purposes essential to growth. But increased supplies ang increased transfers of food out of rural areas are needed for another reason: to feed the urban populations which are certain to grow at a disproportionately high rate during transition. And, in most cases, increased agricultural supplies are needed as well to help meet the foreign excangebill for capital development either positively by earning foreign exchange...(rostow, 22: 1993). Artinya:...pertanian harus menyumbangkan lebih banyak makanan. Makanan diperlukan untuk menghadapi kemungkinan bertambahnya penduduk, tanpa mengakibatkan kelaparan maupun kemerosotan devisa yang bisa diperoleh guna maksud yang penting untuk pertumbuhan. Tetapi bertambahnya sumbangan dan bertambahnya perpindahan makanan dari daerah-daerah pedesaan diperlukan untuk alasan lain: untuk memberi makan pada penduduk kota yang pasti tumbuh dengan pesat yang tidak sebanding dengan transisi. Dan, yang paling penting, bertambahnya sumbangan pertanian juga diperlukan untuk membantu menghadapi keperluan devisa untuk pembangunan modal baik secara positif dengan memperoleh devisa... 95

17 Selanjutnya, perkembangan di sektor pertanian dapat pula menunjang perkembangan sektor industri. Kenaikan produktivitas di sektor pertanian akan memperluas pasar dari berbagai kegiatan industri. Kenaikan pendapatan petani akan memperluas pasar industri barang-barang konsumsi dan kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas industri-industri penghasil input pertanian modern seperti mesin-mesin pertanian dan pupuk kimia. Kenaikan pendapatan disektor pertanian dapat pula menjadi sumber biaya untuk pengeluaran pemerintah, yaitu dengan mengenakan pajak atas sektor pertanian. Akhirnya sumbangan lain dari kemajuan sektor pertanian terhadap pembangunan adalah untuk menciptakan tabungan yang dapat digunakan oleh sektor lain, terutama sektor industri, sehingga akan mempertinggi tingkat penanaman modal disektor-sektor lain tersebut. Mengenai perkembangan sektor prasarana Rostow berpendapat bahwa dalam masa transisi sebelum mencapai tahap lepas landas dan dalam tahap lepas landas sendiri, bagian yang cukup besar dari penanaman modal digunakan untuk membangun prasarana. Dibandingkan dengan penanaman modal disektor lain, penanaman modal untuk membangun prasarana mempunyai tiga ciri yang khusus yaitu:...social overhead outlays have three characteristics which distinguish them from investment in general. First, their periods of gestation and of pay-off are usually long. a railway system is unlikely to yield ist result in a year or two from the time its construction is undertaken, although it will yield large benefits over a very long time. Second, social overhead capital is generally lumpy. Third, of its nature, the profits from social overhead capital often return to the comunity as a whole-through indirect chains of caustion-rather than directly to the initiating entrepreneurs. (Rostow, 25: 1993). 96

18 Artinya: Pengeluaran untuk membangun prasarana mempunyai tiga karakteristik yang membedakannya dari penanaman modal pada umumnya. Pertama, periode sebelum pemberian hasil biasanya lama. Suatu sistem kereta api besar kemungkinannya memberikan hasil-hasilnya dalam satu atau dua tahun sejak waktu pembangunannya dilakukan, meskipun ia akan menghasilkan keuntungan besar setelah jangka waktu lama. Kedua, pembangunan prasarana harus secara besar-besaran. Ketiga pada dasarnya keuntungan dari pembangunan prasarana kembali kepada masyarakat secara keseluruhan-melalui rantai sebab-akibat yang tidak langsung-bukan secara langsung pada pengusaha-pengusaha yang mengadakan inisiatif. Berdasarkan anggapan Rostow di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga ciri khusus pembangunan prasarana itu adalah masa diantara pembangunannya dan hasil pembangunan tersebut sangat panjang. Pembangunannya harus dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan biaya yang sangat banyak, tetapi pemanfaatan pembangunannya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Berdasarkan kepada sikap yang istimewa ini menurut Rostow, pengembangan prasarana terutama harus dilakukan oleh pemerintah. Ini berarti pemerintah memegang peranan yang penting sekali dalam menjamin tercapainya pembangunan yang pesat dalam tahap prasyarat untuk mencapai tahap landas. Dalam analisisnya Rostow menunjukan bentuk perubahan dalam kepemimpinan pemerintahan masyarakat yang mengalami transisi. Untuk menjamin terciptanya pembangunan yang teratur, suatu golongan elite yang baru atau kepemimpinan yang baru haruslah tercipta dan melibatkan diri mereka kepada usaha mewujudkan suatu masyarakat industri. Kepemimpinan yang baru ini haruslah mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif (reactive nationalism), yaitu beraksi positif atas tekanan-tekanan yang datang dari negara yang lebih 97

19 maju. Dengan mencontohkan pengalaman negara Jerman, Rusia dan Jepang, Rostow berpendapat bahwa perombakan terhadap masyarakat tradisional dan percepatan pembangunan yang baru akan tercipta setelah negara-negara tersebut menghadapi tekanan atau hinaan dari negara maju. Rostow meyakini bahwa tanpa adanya tekanan atau penghinaan terhadap beberapa negara dari negara lain yang maju, modernisasi masyarakat tradisional yang telah berlaku tidak akan secepat seperti yang berlaku dalam satu setengah abad belakangan ini. Nasionalisme reaktif ini, dapat juga dikatan sebagai reaksi melawan ketakutan akan dominasi asing, berfungsi sebagai kekuatan potensial di dalam melahirkan masa transisi tersebut (Jhingan, 144: 2000). Tahap ketiga dinamakan take off (lepas ladas), tahap lepas landas merupakan titik yang menentukan di dalam kehidupan suatu masyarakat ketika pertumbuhan mencapai kondisi normalnya. Dalam tahap ini pertumbuhan merupakan peristiwa yang selalu berlaku. Permulaan dari masa lepas landas adalah berupa berlakunya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasaran-pasaran baru. Jadi faktor penyebab dimulainya masa lepas landas berbeda-beda, yang penting, sebagai akibat dari perubahanperubahan ini secara teratur akan tercipta pembaharuan-pembaharuan (innovations) dan peningkatan penanaman modal. Penanaman modal yang makin bertambah tinggi tingkatnya ini mengakibatkan tingkat pertambahan pendapatan nasional menjadi bertambah tinggi dan akan melebihi tingkat pertambahan 98

20 penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan perkapita makin lama akan menjadi makin bertambah besar. Menurut penaksiran Rostow masa lepas landas dibeberapa negara ialah sebagai berikut: Great Britain ( ), France ( ), Belgium ( ), United States ( ), Germany ( ), Sweden ( ), Japan ( ), Russia ( ), Canada ( ), Argentina (1953), Turkey (1937), India (1952), China (1952) ( the economic off take-off into sustained growth, 10: 1965). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa negaranegara Barat sebagian besar mencapai tahap lepas landas pada abad yang lalu, kecuali Inggris, yang sudah mencapainya pada akhir abad sebelumnya. Untuk mengetahui apakah suatu negara sudah mencapai tahap lepas landas atau belum, Rostow mengemukakan tiga ciri dari masa lepas landas untuk menentukannya, yaitu: 1. a rise in the rate of productive investment from, say, 5% or less to over 10% of national income (or net national product (NNP)). 2. the development of one or more substantial manufacturing sectors, with a high rate of growth. 3. the existence or quick emergence of a political, social and institutional frame work which exploits the impulse to expansion in the modern sector and the potential external economy effects of the take-off and gives to growth an on-going character. (Rostow, 39:1993). Artinya: 1. adanya kenaikan dalam tingkat investasi (penanaman modal) dari, katakan 5% atau kurang sampai lebih 10% dari pendapatan nasional atau net nasional produk/ produk nasinal netto (NNP). 2. pembangunan satu atau lebih beberapa sektor industri dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. 3. adanya atau segera terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial dan institusional yang akan menciptakan ekpansi pada perluasan sektor modern serta efek ekonomi exstern yang ditimbulkan dari 99

21 kegiatan lepas landas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang bersifat melanjutkan. Untuk ciri pertama dalam tahap lepas landas ialah tingkat investasi netto harus melebihi 10 persen dari pendapatan nasional, salah satu kondisi penting bagi tinggal landas adalah kenaikan output perkapita harus melebihi tingkat pertumbuhan penduduk, demi mempertahankan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi di dalam perekonomian. Rostow menekankan berlakunya proses kenaikan tingkat penanaman modal sebagai prasyarat untuk mencapai lepas landas, karena dengan terciptanya keadaan tersebut perekonomian dapat berkembang lebih cepat daripada tingkat pertambahan penduduk. Selanjutnya Rostow menganalisa the inner structure of the take off, yaitu mengenai perubahan-perubahan lain yang mengikuti kenaikan tingkat penanaman modal, yang berlaku dalam masa lepas landas. Suatu perubahan penting dalam masa lepas landas yang memungkinkan terjadinya kenaikan tingkat penanaman modal yang tinggi adalah berlakunya kenaikan jumlah dana yang dapat dipinjamkan (loanable funds), dan kenaikan ini berasal dari dua sumber: pertama, berlakunya perubahan dalam aliran pendapatan dan impor modal. Perubahan aliran pendapatan pada masa yang lalu diciptakan dengan mengenakan pajak ke atas sektor pertanian atau dengan menambah pengeluaran dengan mencetak uang. Cara yang terakhir ini akan menimbulkan inflasi. Disamping dengan cara-cara di atas, kenaikan tabungan diciptakan pula oleh perkembangan sistem perbankan dan pasar modal. Beberapa negara Amerika Serikat, Rusia, Swedia dan Kanada melengkapi pula kelengkapan tabungan dalam 100

22 negeri dengan impor modal dari luar negeri. Sumber kedua dari pertambahan dana untuk penanaman modal adalah penanaman kembali keuntungan-keuntungan yang diperoleh sektor-sektor yang mengalami perkembangan yang pesat. Ciri yang kedua dalam tahap lepas landas adalah berkembangnya sektorsektor penting, Rostow menganggap perkembangan sektor penting itu sebagai tulang punggung analisis dari tahap pertumbuhan ekonomi tersebut. Rostow membedakan tiga sektor yang ada dalam perekonomian, yaitu: sektor pertumbuhan suplementer, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan menciptakan kekuatan ekpansi ke berbagai sektor lain dalam perekonomian, sebagai contoh kategori ini adalah tekstil katun di Inggris. Sektor pertumbuhan suplementer, yaitu sektor yang berkembang dengan cepat sebagai akibat langsung dari perkembangan di sektor pertumbuhan primer. Sebagai contoh kategori ini adalah pembangunan kereta api, misalnya, adalah merupakan sektor pertumbuhan primer dan perluasan industri dibidang besi, batubara dan baja dapat dianggap sebagai sektor pertumbuhan suplementer. Sektor pertumbuhan terkait, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang berkembang seirama dengan kenaikan pendapatan, penduduk dan produksi sektor industri, sebagai contoh adalah produksi makanan dan pembangunan perumahan dalam hubungannya dengan penduduk. Menurut catatan sejarah, sektor-sektor utama (leading sectors) ini mencakup tekstil di Inggris sampai kereta api di Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Perancis dan penebangan kayu modern di Swedia. Pertumbuhan pesat Denmark dan Selandia Baru merupakan hasil dari produksi ilmiah dibidang daging, babi, 101

23 telur, mentega dan daging domba. (Jhingan, 146: 2000). Dengan demikian jelas bahwa dalam tinggal landas tidak ada urut-urutan sektoral dan tidak ada satu sektor pun yang merupakan kunci utama. Pada tahap-tahap permulaan dari proses perkembangan ekonomi, sektor pertumbuhan primer dan sekunder mengalami pertumbuhan terutama sebagai akibat dari rangsangan yang ditimbulkan oleh berlakunya penurunan biaya dan perubahan penawaran, sedangkan sektor pertumbuhan terkait perkembangannya dipengaruhi oleh perluasan permintaan. Apabila masa tingkat konsumsi tinggi telah tercapai, disegala sektor pertumbuhan terutama diakibatkan oleh terjadinya perluasan dalam permintaan. Dalam berbagai perekonomian, pertumbuhan selalu timbul sebagai akibat dari berkembangnya sejumlah kecil kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat digolongkan dalam sektor pertumbuhan primer, dan mereka dapat disebut sebagai sektor-sektor utama (leading sectors) dalam proses pertumbuhan ekonomi. Ekspansi dari kegiatan-kegiatan tersebut menimbulkan ekonomi ekstern yang besar sekali kepada sektor-sektor yang lain. Jenis industri atau kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya yang menjadi sektor utama berbeda-beda di berbagai negara, seperti yang diungkapkan Jhingan di atas. Di beberapa negara, kegiatan-kegiatan ekonomi di sektor primer (primary sector) telah menjadi sektor utama. Di Swedia industri tersebut adalah kayu, di Denmark adalah kegiatan peternakan dan Jepang industri sutra, di Australia dan Argentina sektor utamanya adalah industri-industri barang-barang konsumsi pengganti barang impor. Berdasarkan kepada kenyataan ini Rostow mengambil kesimpulan bahwa untuk mencapai tahap lepas landas tidak ada satu sektor ekonomi pun dapat dipandang sebagai kunci dalam 102

24 menciptakan pembangunan ekonomi, yang terpenting menurut Rostow (1993: 53) dalam menciptakan sektor utama perlu dipenuhi empat faktor berikut: 1. Harus terdapat kemungkinan memperluas pasar untuk barang-barang yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi yang mempunyai kemungkinan untuk berkembang dengan cepat. 2. Dalam sektor ini harus dikembangkan teknik produksi yang lebih modern dan kapasitas memproduksi harus dapat diperluas. 3. Dalam masyarakat harus tercipta tabungan dan para pengusaha harus menanam kembali keuntungannya untuk membiayai pengembangan sektor-sektor pemimpin (utama). 4. Perkembangan dan transformasi teknis sektor pemimpin (utama) haruslah menciptakan permintaan akan perluasan kapasitas dan modernisasi sektor-sektor lain. Persyaratan terakhir bagi tinggal landas ialah hadir atau munculnya kerangka budaya yang mendorong ekspansi di sektor modern. Syarat penting untuk ini ialah kemampuan perekonomian untuk menggalakkan lebih besar tabungan dari pendapatan yang bertambah, guna meningkatkan permintaan efektif terhadap barang-barang pabrik dan kemampuan untuk menciptakan ekonomi eksternal melalui ekspansi sektor-sektor penting. Seperti yang diungkapkan Rostow sebagai berikut: take off requires the massive set of preconditions, going to the heart of a society s economic organization, its politics, and its effective scale of values The take off usually witnesses a definitive social, political, and cultural victory of those who would modernize the economy over those who would either cling to the traditional society or seek other goals by and large, the maintenance of momentum for a generation persuades the 103

25 society to persist, and to concentrate its efforts on extending the trick of modern technology beyond the sectors modernized during takeoff. (Rostow, 58:1993). Artinya: Tinggal landas memerlukan seperangkat prasyarat besar-besaran, sampai kejantung organisasi ekonomi masyarakatnya, politiknya dan tatanan efektif nilai-nilainya dalam tahap ini, orang-orang yang ingin mempermodern perekonomian biasanya meraih secara definitive, baik di bidang sosial, ekonomi maupun budaya, atas orang-orang yang bersikeras ingin mempertahankan masyarakat tradisional atau yang mau mencari tujuan lain secara keseluruhan, ia mendorong masyarakat untuk memusatkan dan terus melakukan segala upaya menyebarluaskan rahasia teknologi modern keluar sektor yang telah dipermodern selama masa tinggal landas tersebut. Tahap keempat dalam teori Rostow dinamakan The drive to maturity (pendewasaan), tahap ini didefinisikan oleh Rostow sebagai berikut: There are a variety of ways a stage of economic maturity might be defined: but for these purposes we define it as rhe periode when a society has effectively applied the range of (then) modern technology to the bulk of its resources (the stage of economic growth, 59: 1993) Artinya: Terdapat beraneka ragam cara untuk mendefinisikan suatu tahap ekonomi yang matang: tetapi untuk maksud ini kita mendefinisikannya sebagai tahap ketika masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern terhadap keseluruhan sumber daya mereka. Dalam tahap ini sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut, sektorsektor utama baru akan muncul untuk menggantikan sektor-sektor utma yang lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor utama pada tahap gerakan kearah kedewasaan coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap lepas landas yang berlaku dan juga oleh bentuk kebijaksanaan pemerintah. 104

26 Rostow mengemukakan suatu taksiran kasar mengenai masa dimana tahap gerakan kearah kedewasaan dicapai oleh beberapa negara, sebagai berikut: Inggris Raya (1850), Amerika Serikat (1900), Jerman (1910), Perancis (1910), Swedia (1930), Jepang (1940), Rusia (1950) dan Kanada (1950) (Azwar, 76: 1962). Dalam menganalisis ciri-ciri tahap gerakan menuju kearah kedewasaan, Rostow menekankan penelaahannya pada corak perubahan sektor-sektor utama di berbagai negara yang pada saat sekarang ini telah menjadi negara maju, dan ia menunjukan bahwa di tiap-tiap negara tersebut jenis-jenis sektor utama pada tahap sesudah lepas landas adalah berbeda dengan yang ada pada tahap lepas landas. Di Inggris misalnya, industri tekstil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap lepas landas telah digantikan oleh industri besi, batu bara dan peralatan teknik berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis dan Jerman dimana pengembangan jaringan jalan kereta api memegang peranan penting dalam menciptakan pembangunan pada tahap lepas landas, telah digantikan peranannya sebagai sektor utama oleh industri peralatan berat dari baja dalam tahap gerakan menuju arah kedewasaan. Selanjutnya Rostow menyinggung mengenai ciri-ciri yang bukan bersifat ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap gerakan menuju kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya. Ciri-ciri tersebut adalah: 1. Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Sektor industri bertambah penting peranannya sedangkan sektor pertanian bertambah menurun. Kemahiran dan kepandaian pekerja-pekerja telah menjadi bertambah tinggi. Dengan kata lain sifat tenaga kerja telah 105

27 mengalami perubahan, ia berubah menjadi terdidik. Orang lebih suka tinggal di kota daripada di desa. Upah nyata mulai meningkat dan para pekerja mengorganisasi diri untuk mendapatkan jaminan sosial dan ekonomi yang lebih besar. 2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manager profesional telah menjadi bertambah penting dan menggantikan kedudukan pengusaha yang merangkap jadi pemilik. Perubahan sifat ini terlihat dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan. 3. Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi dan kriti-kritik terhadapnya mulai timbul. Tahap terakhir dari teori pertumbuhan Rostow dinamakan The age of high mass consumption (Zaman konsumsi masa besar-besaran) yaitu masa dimana perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah konsumsi dan kesejahtraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Seperti yang diungkapkan oleh Rostow sebagai berikut: In a quite technical sense, the balance of atention of the society, as it approached and went beyond maturity, shifted from supply to demand, from problem of production to problems of consumption, and of walfare in the widest sense. (Rostow, 73: 1993) Artinya: Dalam suatu pengertian yang sangat teknis, keseimbangan perhatian dari masyarakat, sementara ia mendekati dan pergi meninggalkan tahap kematangan, beralih dari penawaran ke permintaan, dari persoalan produksi ke persoalan konsumsi dan kesejahteraan dalam arti luas. 106

28 Negara pertama yang mencapai tahap ini menurut Rostow adalah : USA (1920), Inggris (1930), Jepang dan Eropa Barat (1950) Rusia (Pasca Stalin). Dalam tahap ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat yang saling bersaingan untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan sokongan politik, yaitu: 1. Penerapan kebijaksanaan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampui batas-batas nasional. Dalam artian memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut keluar negeri, dan kecenderungan ini dapat berakhir kepada penaklukan atas negaranegara lain. 2. Menciptakan suatu walfare state (negara kesejahtraan), yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata sistem perpajakan yang progresif. Dalam sistem perpajakan seperti ini, makin tinggi pendapatan makin besar pula tingkat pajak atas pendapatan itu. Selain itu peningkatan jaminan sosial, fasilitas hiburan bagi pekerja harus tersedia. 3. Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi keperluan utama yang sederhana atas makanan, pakaian dan perumahan menjadi meliputi pula barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah. Dengan kata lain adanya pembangunan pusat perdagangan dan sektor penting seperti mobil, rumah murah dan 107

29 berbagai peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik dan sebagainya. Di atas kertas teori Rostow memang sangat mengagumkan, prinsip bahwa pertumbuhan itu terjadi secara bertahap adalah sangat memuaskan sehingga memperoleh banyak pengikut diseluruh dunia (Herrick& Kindleberger, 83: 1983). Dalam teori ini dianggap bahwa dengan pertumbuhan ekonomi buah pembangunan akan dinikmati pula oleh si miskin melalui proses merambat ke bawah (trickle-down effects) (Suroso, 30: 1993). Maka tidak heran kalau teori Rostow menjadi kerangka teori pembangunan bagi kebanyakan negara-negara yang sedang berkembang khususnya di benua Asia dan Afrika. Adanya janji manis berupa kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi yang relatif lebih cepat dicapai dengan pola pertumbuhan ekonomi menjadikan pandangan ini menjadi mainstream. Kekhawatiran akan adanya ketimpangan akibat konsentrasi dan sentralisasi pembangunan yang menjadi ciri khas pertumbuhan ekonomi dijawab dan ditepis dengan asumsi trickle down effects atau efek tetes kebawah selama proses pertumbuhan ekonomi. Klaim trickle down effects ini didasarkan pada asumsi yang dibangun berupa empat hal, Pertama, pertumbuhan ekonomi meningkatkan produksi barang dan jasa di masyarakat. Kedua, peningkatan produksi barang dan jasa akan diikuti dengan peningkatan akan permintaan faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal dan skill/kemampuan sebagai input utama proses produksi. Ketiga, masyarakat yang ada diwilayah produksi tersebut atau dalam literatur ilmu ekonomi dikenal dengan sektor rumah tangga, yang menjadi penyedia faktor- 108

30 faktor produksi akan meningkat pendapatannya sebagai dampak dari transaksi pertukaran faktor produksi yang dimilikinya dengan sektor usaha/perusahaan. Keempat, kesejahteraan ekonomi masyarakat meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan mereka. Klaim yang dibangun di atas sesungguhnya sangat menyederhanakan realitas yang sebenarnya. Klaim yang menjadi asumsi keberhasilan pertumbuhan ekonomi tersebut terbantahkan dengan munculnya fenomena bottleneck (sumbatan dalam proses tetesan pertumbuhan ekonomi), hal ini menjadi faktor penjelas kenapa pertumbuhan ekonomi dalam beberapa kasus negara berkembang menyebabkan negara tersebut mengalami kegagalan dan ketergantungan. Ada tiga persoalan yang melingkupi munculnya fenomena bottleneck dalam proses pertumbuhan ekonomi, yaitu: pertama, adanya perbedaan tipe faktor produksi yang paling dibutuhkan. Faktor produksi yang paling dibutuhkan adalah faktor yang bisa mempercepat pertumbuhan secara efisien dan disini adalah modal. Maka tidaklah mengherankan jika dalam kultur ekonomi masyarakat kapitalis yang mendewa-dewakan pertumbuhan ekonomi, kalangan pemilik modal menempati strata yang paling tinggi. Lain halnya dengan faktor produksi tenaga kerja yang mana akan semakin tidak efisien jika sebuah perusahaan memiliki banyak tenaga kerja. Dari keterangan ini sudah terungkap betapa telah terdapat ketidaksetaraan yang menjadi bibit ketidakadilan pemerataan pembangunan. Kedua, disparitas kelompok masyarakat dalam mengakses kesempatan atas penambahan faktor produksi. Ketika faktor produksi yang paling dibutuhkan adalah modal maka kelompok masyarakat yang menyediakan modal akan 109

31 diuntungkan dengan situasi ini. Selanjutnya, kelompok masyarakat yang menyediakan faktor produksi berupa tenaga kerja akan kehilangan bargaining power atau daya tawar sehingga nasib mereka akan tetap terpuruk. Lain halnya dengan kalangan pemilik faktor produksi berupa modal yang akan semakin berkesempatan menikmati peningkatan pertumbuhan ekonomi. Terakhir, perbedaan kompensasi yang diterima masyarakat pemilik faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja dan skill dengan keuntungan yang dihasilkan oleh kalangan pengusaha. Disinilah sering terjadi ketidakseimbangan harga faktor produksi yang dijual oleh masyarakat dengan keuntungan yang diraih pengusaha. Harga yang diterima seringkali tidak setimpal dengan pengorbanan yang dikeluarkan, seperti nasib buruh yang merana yang telah menjual faktor produksinya berupa tenaga kerja dan dibayar dengan gaji yang tidak manusiawi, harga jual tanah yang sangat murah dibanding keuntungan yang bakal didapat pelaku industri dan sebagainya. Ketiga faktor tersebut menjelaskan alasan kenapa dengan adanya pertumbuhan ekonomi justru menjadikan orang yang kaya semakin kaya seiring dengan kebutuhan akan modal yang kian pesat dan sebaliknya, orang yang miskin makin miskin karena faktor produksinya diserap secara tidak seimbang. Bukan itu saja Teori Rostow ternyata mempunyai beberapa kelemahan, bahkan para ahli ekonomi meragukan keotentikkan pembagian sejarah ekonomi kedalam lima tahap pertumbuhan seperti yang dikemukakan Rostow (Jhingan, 149: 2000). Menurut Jhingan apakah tahap-tahap tersebut tak terelakan seperti kelahiran dan kematian atau apakah tahapan tersebut seperti serentetan urutan 110

Artinya: Adalah suatu kemungkinan untuk menggolongkan semua masyarakat, dalam

Artinya: Adalah suatu kemungkinan untuk menggolongkan semua masyarakat, dalam Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi Rostow merupakan literatur ekonomi yang paling luas beredar dan banyak menjadi acuan bagi negara-negara berkembang dalam menjalankan modernisasinya (Jhingan, 149:

Lebih terperinci

IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM.

IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM. IV. TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI ANDRI HELMI M, SE., MM. Introduction Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan sebagai teori modernisasi. Artikel Walt Whitman Rostow yang dimuat dalam

Lebih terperinci

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW

TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW TEORI PERTUMBUHAN WALT WHITMAN ROSTOW A. TEORI ROSTOW Teori pembangunan ekonomi Rostow pada mulanya dimuat dalam Economics Journal (Maret 1956), kemudian dikembangkan dalam bukunya The Stages of Economic

Lebih terperinci

Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Perkembangan Teori Pertumbuhan Ekonomi Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori Pertumbuhan Ekonomi ROSTOW NSB menjadikan teori ini sebagai pedoman dalam menilai keberhasilan suatu pembangunan di negaranya,

Lebih terperinci

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI ROSTOW

TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI ROSTOW Bab 6 TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI ROSTOW Tujuan Umum Mahasiswa dapat menjelaskan arti penting teori pertumbuhan ROSTOW bagi negara sedang berkembang Komptensi Utama Mahasiswa mampu menjelaskan tahap-tahap

Lebih terperinci

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI

TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI Hampir semua negara bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan. Kemajuan ekonomi hanya menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan, namun perlu dipahami

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Teori Pembangunan Ekonomi Macam-Macam Teori Pembangunan Ekonomi Teori Pembangunan Ekonomi (Keynesian) Teori Pembangunan Ekonomi (Rostow) Tahapan - Tahapan Pembangunan Ekonomi Oleh: Hendry Wijaya, SE.,

Lebih terperinci

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi Oleh: Junaedi A. Pendahuluan Perkembangan pemikiran tentang pembangunan ekonomi selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Dari perubahan pemikiran itu kemudian menimbulkan perubahan paradigma dalam

Lebih terperinci

Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow

Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow Teori pembangunan ekonomi versi Rostow ini sangat populer dan paling banyak mendapat kritikan dari para ahli. Teori ini pada mulanya merupakan

Lebih terperinci

TEORI PEMBANGUNAN. Andri Wijanarko,SE,ME.

TEORI PEMBANGUNAN. Andri Wijanarko,SE,ME. TEORI PEMBANGUNAN Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Perkembangan Teori Pembangunan 2 Perkembangan Teori Pembangunan Teori pembangunan modern mulai menjadi perhatian setelah paper dari Rosenstain

Lebih terperinci

Kurnia Ayu K 09/280257/EK/17295

Kurnia Ayu K 09/280257/EK/17295 Kurnia Ayu K 09/280257/EK/17295 Teori-teori Pembangunan Ekonomi: Empat Pendekatan Pasca Perang Dunia Kedua, teori-teori pembangunan ekonomi didominasi oleh empat aliran. Keempat pendekatan tersebut adalah:

Lebih terperinci

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter,

Lebih terperinci

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh negara ditinjau dari dua sudut. Pertama, membahas pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahap-tahap tertentu (secara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG

KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG KARAKTERISTIK UMUM DAN STRUKTUR KEGIATAN EKONOMI NEGARA BERKEMBANG PENGELOMPOKAN NEGARA Negara maju (Developed Countries) : Eropa Barat dan Amerika Utara, Negara-negara Australia dan New Zealand. Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Daru Retnowati, M.Si. Pertemuan ke-9 (01) Sejarah Lahirnya Teori Modernisasi lahir sebagai produk sejarah 3 peristiwa penting setelah masa perang dunia II, yaitu:

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

Kuliah 6. Paradigma Pentahapan. 4/4/2016 Marlan Hutahaean 1

Kuliah 6. Paradigma Pentahapan. 4/4/2016 Marlan Hutahaean 1 Kuliah 6 Paradigma Pentahapan 4/4/2016 Marlan Hutahaean 1 Paradigma Pentahapan Dipopulerkan oleh W.W. Rostow dalam bukunya The Stages Economic Growth. Merupakan pandangan seorang economic historian ttg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan tetapi bukan merupakan satu-satunya. Pembangunan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Ekonomi dan Pola Perubahan Struktur Ekonomi Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masingmasing sektor dalam perekonomian

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

Negara Maju??? Negara Berkembang..??

Negara Maju??? Negara Berkembang..?? Geografi Negara Maju??? Negara Berkembang..?? Indikator kategorisasi negara maju dan berkembang: Pendapatan per kapita nasional / Gross National Product (GNP) Struktur mata pencaharian dari angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab II merupakan kajian terhadap sumber-sumber literatur berupa buku,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab II merupakan kajian terhadap sumber-sumber literatur berupa buku, BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II merupakan kajian terhadap sumber-sumber literatur berupa buku, jurnal dan artikel yang dipergunakan sebagai pegangan oleh penulis dalam penyusunan karya ilmiah dengan judul

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM Pengertian dan Ruang Lingkup Pembangunan ekonomi adalah upaya untuk memperluas kemampuan dan kebebasan memilih (increasing the ability and

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga usaha-usaha pembangunan 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep dan definisi Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Transformasi Struktural dalam Perekonomian Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis ANDYAN PRADIPTA UTAMA, SE, MM Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN

Lebih terperinci

TEORI MODERNISASI. Sebuah pendekatan dalam mempelajari pembangunan di negara berkembang. By Dewi Triwahyuni

TEORI MODERNISASI. Sebuah pendekatan dalam mempelajari pembangunan di negara berkembang. By Dewi Triwahyuni TEORI MODERNISASI Sebuah pendekatan dalam mempelajari pembangunan di negara berkembang By Dewi Triwahyuni SEJARAH LAHIRNYA Munculnya Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan dominan dunia pasca PD II. Pada

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKONOMI M. SETIO N 2008

KONSEP DASAR EKONOMI M. SETIO N 2008 KONSEP DASAR EKONOMI 1 M. SETIO N 2008 KONSEP DASAR EKONOMI PENDAHULUAN Dua buku Adam Smith yang ditulis (1759, The Theory of Moral Sentiments, dan 1776, Wealth of Nations) mengajarkan 2 (dua) sifat manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu 2.1 Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang pernah dilakukan di Indonesia. tenaga kerja dengan variabel pertumbuhan ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya dan Studi empiris yang dibahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN Slamet Widodo Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. 4. Berikut ini adalah indikator pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi

LEMBARAN SOAL. 4. Berikut ini adalah indikator pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : EKONOMI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPS Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Pengertian pembangunan ekonomi adalah... a. Suatu proses yang terus

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri dari 3000 pulau bahkan lebih. Tetapi hanya ada empat pulau besar yang merupakan pulau utama di negara Jepang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun,

Lebih terperinci

MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA

MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA MISI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS AIRLANGGA 1. Menjadi institusi keilmuan yang unggul dalam pengkajian strategis, terutama di bidang kajian ilmu administrasi negara. 2. Menjadi institusi

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI KETENAGAKERJAAN dan DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI. Uji Kompetensi

BAB I. KONDISI KETENAGAKERJAAN dan DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI. Uji Kompetensi BAB I KONDISI KETENAGAKERJAAN dan DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Bila di dalam suatu masyarakat tersedia sejumlah pekerjaan yang cukup, sehingga orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

TEORI UTAMA PEMBANGUNAN

TEORI UTAMA PEMBANGUNAN TEORI UTAMA PEMBANGUNAN MENURUT TODARO (1991;1994) Teori pertumbuhan linear. Teori perubahan struktural. Teori Dependensia. Teori neo-klasik. Teori-teori baru. Teori pertumbuhan linear Dasar pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial

BAB II KERANGKA TEORI. Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial BAB II KERANGKA TEORI II.1. Teori Modernisasi Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial dalam mengembangkan teori untuk memahami negara Dunia Ketiga yang baru lahir,

Lebih terperinci

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Salah satu ciri dari negara berkembang adalah sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan masih menggunakan peralatan tradisional,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: TRANSFORMASI STRULTURAL Matsani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id TRANSFORMASI STRUKTURAL. Transformasi struktural berarti

Lebih terperinci

Pendekatan Historis Struktural

Pendekatan Historis Struktural Teori modernisasi ternyata mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pengertian pertumbuhan ekonomi sudah banyak dirumuskan dengan sudut pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terutama pasca krisis keuangan dunia yang menjadi titik awal pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. Terutama pasca krisis keuangan dunia yang menjadi titik awal pergerakan 1 BAB I PENDAHULUAN Akhir perang dingin menjadi bukti abad pergeseran ekonomi dunia. Terutama pasca krisis keuangan dunia yang menjadi titik awal pergerakan ekonomi dunia. Tidak hanya ekonomi, politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rostow pembangunan merupakan perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi yang dapat dijelaskan dalam suatu seri

Lebih terperinci

2. Teori modernisasi juga didasarkan pada faktor-faktor nonmaterial sebagai penyebab kemiskinan, khususnya dunia ide dan atau alam pemikiran.

2. Teori modernisasi juga didasarkan pada faktor-faktor nonmaterial sebagai penyebab kemiskinan, khususnya dunia ide dan atau alam pemikiran. BAB III 1. Teori ini didasarkan pada dikotomi antara apa yang disebut modern dan tradisional. Modern merupakan simbol dari kemajuan, pemikiran yang rasional, cara kerja yang efesien, dst. 2. Teori modernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi

DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI 1978 Ida Bagus Gde Restu Adhi 0921105004 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas

Lebih terperinci

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara akan mengalami perubahan struktur perekonomian. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern menggeser sektor pertanian

Lebih terperinci

Sosiologi Pembangunan

Sosiologi Pembangunan Slamet Widodo Pembangunan Pembangunan merupakan bentuk perubahan sosial yang terencana Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk

Lebih terperinci

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rostow, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL TUGAS AKHIR O l e h : E k o P r a s e t y o L2D 000 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Dana Perimbangan 2.1.1. Pengertian dan Pembagian Dana Perimbangan 2.1.1.1. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL. Dr. M. Anang F., MM

EKONOMI INTERNASIONAL. Dr. M. Anang F., MM EKONOMI INTERNASIONAL Dr. M. Anang F., MM Bab 1 Pengertian EKONOMI INTERNASIONAL Pendahuluan Perkembangan hubungan antar negara dewasa ini terutama pasca Perang Dingin diwarnai dengan isu-isu yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa

Lebih terperinci

Paradigma Pertumbuhan Berimbang & Tidak Berimbang

Paradigma Pertumbuhan Berimbang & Tidak Berimbang Kuliah 8 Paradigma Pertumbuhan Berimbang & Tidak Berimbang 4/18/2016 Marlan Hutahaean 1 Paradigma Pertumbuhan Berimbang (Balanced Growth) Varian lain dari paradigma pertumbuhan adalah paradigma pertumbuhan

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah *

Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah * Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Kelas Menengah * Farchan Bulkin 1. Gejala kelas menengah dan sektor swasta tidak bisa dipahami dan dianalisa tanpa pemahaman dan analisa kapitalisme. Pada mulanya, dewasa ini

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterbatasan kesempatan kerja di Indonesia secara umum membuat beberapa kelompok sosial dan masyarakat terpinggirkan karena minimnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci