BAB III. Tradisi Penguburan Masyarakat Trunyan Bali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. Tradisi Penguburan Masyarakat Trunyan Bali"

Transkripsi

1 BAB III Tradisi Penguburan Masyarakat Trunyan Bali 3.1. Letak Geografi 1 Desa Trunyan yang terletak di Kaki Bukit Abang sebelah timur, di Tepi Danau Batur yang sering disebut kawasan Bintang Danu, adalah salah satu desa dari 48 desa yang ada di kecamatan Kintamani, dengan latar belakang pegunungan yang terjal dan curam. Desa Trunyan merupakan daerah berbukit dan berlembah, secara geografis terletak di: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karangasem 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Danau Batur 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Songan 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Abang Batudinding Desa Trunyan terletak disebelah timur Kota Kecamatan dengan jarak orbital ke ibukota kecamatan 20 Km, ke ibu kota kabupaten 35 Km, serta ke kota provinsi 70 Km. Trunyan yang merupakan daerah berbukit dengan kondisi masih cukup kritis, dengan tipe iklim 6 bulan musim hujan, dan 6 bulan musim kering dengan curah hujan 1, 860 mm/ tahun (Sumber BPS Kintamani). Luas wilayah Desa Trunyan 1963 Ha, dan secara administratif desa ini terbagi dalam Lima Banjar Dinas, yaitu: Banjar Dinas Trunyan, Banjar Dinas Madia, Banjar Dinas Bunut, Banjar Dinas Puseh, dan Banjar Dinas Mukus. 1 Data Desa Trunyan, diambil dari Gambaran Umum Desa dan Potensi Desa 27

2 Konon riwayatnya pada tahun Saka 833 (911 Masehi), Raja Singhamandawa mengizinkan penduduk Turunan (Trunyan) membangun kuil. Kuil berupa bangunan bertingkat tujuh ini merupakan tempat pemujaan Bhatara Da Tonta. Desa Trunyan merupakan desa Tua di Bali, yang masih memegang teguh warisan dan tradisi leluhur. Untuk menjangkau lokasi, ada dua akses yaitu yang pertama adalah lewat askes dengan menggunakan sarana angkutan penyeberangan perahu tempel dan dayung, dan dari darat. Dari dermaga Kedisan, perjalanan bisa ditempuh kira-kira 15 menit, sedangkan dari dermaga di Desa Trunyan perjalanan memakan waktu separuhnya atau sekitar 7 menit Sistim Sosial Masyarakat Trunyan Keadaan Ekonomi. 3 Desa Trunyan masih sangat bercorak agraris yang menitik beratkan pada sektor pertanian. Hal ini didukung oleh penggunaan lahan pertanian yang masih mempunyai porsi terbesar sebanyak 100% dari total penggunaan lahan desa. Juga 80% mata pencaharian penduduk menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Hasil komoditi sebagai andalan adalah hasil pertanian. Beberapa sektor ekonomi yang tergolong Economic Base dan menonjol di samping pertanian adalah peternakan dan perikanan. Pada sektor perdagangan sebagai penggerak ekonomi masyarakat fasilitas pasar yang ada yaitu pasar satu buah. Pada sektor jasa, yang menonjol adalah tumbuhnya lembaga/istitusi Keuangan Mikro berupa Koperasi LPD sebagai pendukung ekonomi 2 Hasil wawancara dengan Kepala Desa Trunyan 3 Data Desa tentang kondisi Desa trunyan 28

3 desa. Hal ini diharapkan akan membawa dampak positif dalam perkembangan ekonomi desa secara keseluruhan Keadaan Sosial Budaya dan Keagamaan. 4 Jumlah penduduk Desa Trunyan berdasarkan hasil sensus pada tahun 2013 sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan, yang terdiri dari 759 KK. Struktur penduduk menurut pendidikan menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang dipunyai Desa Trunyan, yaitu Tidak Bersekolah jiwa, SD sebanyak 1395 jiwa, SLTP sebanyak 137 jiwa, SLTA sebanyak 113 jiwa, Perguruan tinggi sebanyak 20 jiwa sedangkan yang berusia 16 tahun (usia di atas pendidikan dasar) yang belum pernah bersekolah 44,21 % sedangkan yang mengikuti pendidikan 48,1% dan sisanya 9,2% tidak bersekolah lagi baik pada tingkat lanjut dan perguruan tinggi. Potensi yang dimiliki Desa Trunyan pada umumnya dipergunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan seluruh masyarakat terkait dengan pelayanan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Potensi khusus yang dimiliki oleh Desa Trunyan adalah sebagai objek pariwisata, Desa Trunyan memiliki objek wisata yang sangat unik dan menarik yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain seperti kuburan yang unik, Pura/tempat ibadah serta wisata alam yang belum dikembangkan dan dikelola dengan baik. Desa Trunyan tidak mempunyai sistim kasta seperti pada masyarakat Bali pada umumnya atau Bali Besar, karena desa ini merupakan Desa Tua Bali atau sering disebut 4 Data Desa berdasarkan Hasil Sensus Tahun

4 dengan Bali Tua. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan masyarakat Trunyan, untuk ini kebersamaan, keramahan, serta menjaga dan memelihara segala warisan dari nenek moyang menjadi kewajiban dan bagian dari kehidupan masyarakat Desa Trunyan. Struktur penduduk menurut agama menunjukkan sebagian besar penduduk Desa Trunyan beragama Hindu (100%), sehingga kebudayaan Desa Trunyan tidak terlepas dan diwarnai oleh Agama Hindu dengan konsep Tri Hita Karana (hubungan yang selaras, seimbang, dan serasi antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan). Sebagaimana simbol-simbol dan upacara-upacara yang dilakukan penganut agama Hindu masyarakat Bali pada umumnya di Trunyan juga ada Pura, ada dewa-dewa yang dipercaya oleh masyarakat, serta ada upacara Ngaben bagi orang meninggal Sistim Kepercayaan Masyarakat Trunyan Religi orang Trunyan adalah suatu Variant, atau salah satu versi berbeda dari agama Hindu Bali, yang dapat disebut sebagai agama Hindu Bali Trunyan dan selanjutnya merupakan sebagian dari agama Hindu Dharma, yang telah diakui sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Agama Variant (versi berbeda) dari agama Hindu Bali, karena agama tersebut pada dasarnya masih lebih banyak berlandaskan kepada kepercayaan Trunyan asli. Kepercayaan Trunyan asli itu adalah kepercayaan yang berdasarkan kepada pemujaan Roh Leluhur (ancestor worship); yakin tentang adanya Roh lainnya di alam sekeliling tempat tinggalnya, sehingga perlu untuk dipuja (animisme); percaya bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan di sekelilingnya selain berjiwa dapat juga berperasaan seperti manusia (animatisme); dan percaya tentang 30

5 adanya kekuatan sakti pada segala hal atau benda yang luar biasa (dinamisme). Agama Hindu Trunyan berbeda dengan agama Hindu Bali karena, umatnya tidak merayakan upacara-upacara Hindu Bali yang terpenting seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, Ciwaratri, Sarasawati, dan Pagarwesi, secara yang dilakukan oleh orang Bali Hindu, melainkan umat Hindu Trunyan merayakan upacara penting khas Trunyan sendiri atau tidak merayakannya sama sekali. Tapi ada upacara-upacara penting dalam masyarakat Trunyan yang wajib untuk dijalankan adalah upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. 5 Sistim kepercayaan orang Trunyan adalah kepercayaan mengenai: (1) Dunia Gaib, (2) Dewa-Dewa, (3) Mahluk-mahluk halus, (4) Roh Pribadi dan Roh Leluhur, (5) Kekuatan sakti, (6) Kepercayaan mengenai penyakit dan kematian, (7) Kepercayaan mengenai hidup dan dunia setelah mati, dan (8) Kepercayaaan kesusastraan suci Kepercayaan akan Dunia Gaib, Orang Trunyan sadar bahwa dunianya terdiri dari dua aspek, yaitu dunia nyata dan dunia yang tidak tampak. Dunia ini berada diluar panca inderanya dan di luar batas akalnya, dunia ini adalah dunia gaib. Dalam aspek dunia inilah terdapat berbagai mahluk halus dan kekuatan sakti, yang tidak dapat dikuasai manusia secara biasa. 2. Kepercayaan akan Dewa-Dewa. Jumlah dewa orang Trunyan banyak dan ada susunannya, sehingga merupakan suatu pantheon tersendiri. Kebanyakan dari mereka itu mempunyai tempat bersemayam tersendiri didalam kuil utama Trunyan, Bali desa Pancering Jagat Bali. Para dewa ini 5 Goris, R. Sifat Religius Masyarakat Trunyan, (Denpasar: Universitas Udayana Press,2012) Ibid.,

6 sama dengan dewa dipulau Bali lainnya. Para dewa baru akan hadir jika ada upacara sedang dilakukan. 3. Kepercayaan akan Mahluk-mahluk halus. Selain para dewa, orang Trunyan juga meyakini bahwa di dunia gaib mereka berdiam mahluk-mahluk halus seperti Jin, buta kala, anak di peteng, dan binatang-binatang gaib. Jin adalah roh seorang wanita atau seorang pria, roh ini dibedakan dengan hantu karena asal-usulnya tidak diketahui. Dan bagi masyarakat mereka tidak berasal dari oraang Trunyan. Buta kala adalah Roh halus yang bukan berasal dari manusia kedudukannya lebih rendah dari dewa, jadi mereka berbeda dengan para dewa karena para dewa Trunyan tergolong pada mahluk gaib dari dunia atas, sedangkan buta kala tergolong pada makhluk dari dunia bawah. Dan jika dewa orang Trunyan berasal dari para leluhur maka buta kala bukan. Buta kala dikategorikan berbeda dengan para dewa karena buta kalah yang mempunyai sifat bermusuhan dengan manusia dan selalu mengganggu kehidupan manusia. Anak dipeteng adalah bagian dari Jin yang ada pada anak kecil atau roh anak kecil yang sering menampakkan dirinya pada batu atau setra Ngudah atau kuburan kedua yaitu kuburan bayi tempat pemakaman anak kecil. Binatang-binatang gaib, yang disebut Druwe yang dianggap sebagai piaraan para dewa, bintang-binatang ini seperti naga bersisik dan naga brejengger emas. 4. Kepercayan akan Roh Pribadi dan Roh Leluhur. Orang Trunyan membedakan antara badan kasar dan dunia halus, jika badan kasar dapat lenyap setelah orang yang memilikinya meninggal, maka badan halusnya atau rohya tidak. Roh manusia bagi masyarakat Trunyan adalah abadi dan roh tersebut 32

7 akan terus kembali menitis ketubuh kasar orang se- dadianya. 7 Penitisan terus menerus suatu roh didalam suatu dadia dari generasi yang satu ke genarasi yang lain menyebabkan orang Trunyan tidak berani menyakiti anak dan keturunannya, karena takut anak dan keturunannya itu adalah titisan dari Roh leluhurnya. 5. Kepercayaan akan Kekuatan sakti. Orang Trunyan seeprti halnya daerah-daerah lain percaya akan adanya kekuatankekutan gaib dalam gejala-gejala, hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa, gejala-gejala, hal-hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu merupakan situasi alam, tokoh-tokoh manusia, bagian-bagian tubuh manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, benda-benda, dan suara-suara yang luar biasa. Kekuatan-kekuatan yang dipercayai memiliki kekuatan sakti yang memiliki tenaga seperti angin yang bertiup dari arah barat laut, yang dapat mematikan tanaman. Tokoh-tokoh manusia yang dianggap mempunyai tenaga sakti adalah para Balian di Trunyan karena mereka memiliki tenaga untuk menguasai tenaga alam seperti hujan, tenaga sakti untuk mencelakai orang lain, menyembuhkan orang dari penyakitnya, dan membacakan mantera-mantera. 6. Kepercayaan Mengenai Penyakit dan Kematian. Kematian di Trunyan dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu penyakit, kecelakaan, dibunuh atau bunuh diri. Dari semua penyebab tersebut yang paling banyak mengambil korban ialah penyakit, penyakit yan banyak berjangkit di Trunyan adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi dan kuman-kuman, hal ini disebabkan karena sanitasi di desa Trunyan buruk. 7 Dadia adalah kepercayaan mengenai penitisan Roh seseorang kembali kepada dadianya sendiri dan bukan kedalam dadia orang lain, apalagi ke kasta yang lain. Ini bukan merupakan keunikan dari desa Trunyan karena ini merupakan kepercayaan orang Bali pada umumnya. 33

8 7. Kepercayaan Mengenai Hidup dan Hidup setelah mati. Menurut kepercayaan orang Trunyan apabila seorang anak manusia dilahirkan, ia bukan saja mendapatkan satu Roh pribadi melainkan mendapatkan empat roh tambahan sebagai kawan hidupnya, keempat roh ini sebenarnya adalah Roh keempat saudara-saudaranya. Keempat roh itu adalah zat-zat yang turut keluar dari rahim ibunya sewaktu ia dilahirkan, ke empat Roh-roh itu ialah air tuban, darah, ari-ari dan tali pusar. Ke empat roh ini berbeda dengan badan kasar bayi, karena saat menghirup udara segar badan kasar bayi terus hidup sementara ke tempat rohnya segera meninggal saat bayi dilahirkan. 8. Kepercayaan akan Kesusastraan Suci. Orang Trunyan mempunyai kesusastraan suci atau mite, suatu sejarah desa yang menceritakan tentang dewa yang turun dari langit yang membentuk desa Trunyan, dan selain itu juga berisikan tentang legenda yang menceritakan sumber aroma harum di desa Trunyan, seperti Pohon Tarumenyan. Fungsi mite ini untuk menerangkan asal-usul penduduk Trunyan serta para dewa-dewanya. Mite ini dianggap suci dan setiap tahun, ketika tidak ada halangan akan didramakan kembali disaksikan oleh seluruh penduduk dengan tujuan untuk mendatangkan kesuburan, kenyamanan, serta keselarasan hidup masyarakat Trunyan Sistim Upacara Keagamaan 8 Seperti daerah-daerah yang lain upacara-upacara keagamaan memiliki bagianbagian, begitu juga upacara keagamaan di Trunyan juga terdiri dari empat bagian: (1) tempat-tempat upacara, (2) saat-saat upacara, (3) benda-benda dan alat-alat upacara dan 8 James Danandjaja, Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali. Ibid,

9 (4) orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara. Karena upacara keagamaan adalah suatu yang dianggap keramat yang merupakan bagian dari itu secara otomatis juga dianggap keramat dan untuk itu disakralkan. 1. Tempat-tempat upacara, berdasarkan tingkat kesuciannya tempat-tempat upacara keagamaan di Trunyan dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) Kuil Utama Trunyan, (2) Kuil-kuil tambahan serta tempat-tempat suci lainya, seperti kuburan sema wayah sebagai kuburan utama desa Trunyan. 2. Saat-saat Upacara di Trunyan atau waktu merupakan dan dianggap suci, atau saat-saat yang dianggap penuh dengan kuasa-kuasa gaib yang berasal dari dewa yang berasal dari bagian atas. Yang tidak bersifat ulang tetap, karena itu berulang tetap dan upacaraupacara yang saatnya kadangkala. Saat upacara yang berulang tetap adalah sejajar dengan irama gerak alam semesta seperti pada waktu bulan sedang bulat penuh (purnama), dan saat bulan sedang gelap atau mati (tilem). Pada saat itu menurut kepercayaan orang Trunyan para dewa, roh leluhur, atau kerabat yang turun atau masuk ke dalam desa. Upacara-upacara yang bersifat kadangkala, dilakukan pada saat desa sedang mengalami sesuatu keadaan yang dapat merusak keseimbangan alam semesta dan irama hidup manusia, binatang peliharaan, serta tanaman berguna. Guna upacara ini adalah untuk mengembalikan keseimbangan tersebut. 3. Benda-benda dan alat-alat upacara, benda-benda suci di Trunyan berdasarkan fungsinya dan dapat dibagi menjadi dua yaitu: benda-benda upacara, dan alat-alat upacara. Perbedaan tersebut diadakan karena pertama merupakan obyek-obyek pemujaan, sedangkan yang kedua merupakan alat-alat yang dipergunakan untuk memuja para dewa atau mahluk-mahluk lainnya. Benda-benda upacara menjadi objek pemujaan karena 35

10 dianggap sebagai lambang yang mewakili para dewa atau mahluk-mahluk halus lainnya. Sedangkan yang kedua tidak. Sekalipun demikian yang kedua tetap dianggap suci karena dipergunakan sebagai alat-alat pemujaan kepada yang suci. 4. Orang-orang Yang Memimpin Upacara, di desa Trunyan orang orang yang memimpin upacara dapat dibagi menjadi enam golongan yaitu: (1) peduluan, (2) pemangku, (3) balian, (4) kepala Roban, (5) klian teruna dan klian debunga, (6) syaman. Peduluan adalah suatu badan yang terdiri dari pemuka-pemuka adat, pemangku adalah jabatan agama dalam upacara keagamaan. Balian, para balian di desa Trunyan dapat digolongkan menjadi dua yaitu: balian penengen (kanan) dan balian pengiwa (kiri); balian penengen adalah balian yang menguasai ilmu gaib yang bersifat putih, artinya ilmu gaib yang berguna untuk menolong orang yang sedang mengalami kesukaran karena penyakit atau menjadi sakit karena diganggu oleh ilmu hitam, sedangkan balian penggiwa adalah balian yang menguasai ilmu gaib yang bersifat hitam artinya ilmu gaib yang dipergunakan dengan maksud untuk mencelakai orang lain, baik musuh ataupun lawan orang yang meminta pertolongannya. Balian penengen biasanya tidak meminta bayaran atau tidak memungut jasa upah dari orang yang meminta pertolongan, sedangkan balian penggiwa meminta bayar. Kepala roban, ialah para kepala roban atau kepala rumah tangga yang memimpin upacara seputaran kehidupan rumah tangganya sendiri. Klien teruna dan klien debunga, adalah para pemimpin pemuda dan pemudi dalam upacara keagamaan yang khusus dilakukan oleh perkumpulan pemuda setiap bulan purnama. Syaman, adalah seorang wanita yang mampu mempergunakan 36

11 dirinya sendiri sebagai tempat untuk mengundang roh atau dewa masuk ke dalam tubuhnya Upacara Kelahiran 9 Kepercayaan orang Trunyan terhadap orang yang sedang mengandung mempunyai aturan-aturan tersendiri, Larangan atau aturan ini terutama berlaku pada perempuan yang sedang mengandung. la misalnya selalu harus membawa jimat penolak bahaya yang diberikan balian usada (dukun), ia dilarang mengadakan kontak dengan orang cacat tubuh, karena jika dilanggar sifat buruk itu akan diperoleh anaknya yang akan dilahirkan. Untuk memperlancar proses kelahiran anaknya, satu upacara khusus yang disebut toya penyeseg, pada waktu kandungannya berusia empat bulan. Pada upacara itu ia diberi air suci yang disebut toya penyeseg untuk diminum oleh sang dukun. Kelahiran di Trunyan, seperti halnya di Bali pada umumnya, adalah masalah kaum laki-laki. Hal ini disebabkan karena bidan tradisional disana adalah laki-laki, bukan perempuan. Kelahiran anak di Trunyan, sebenarnya adalah masalah keluarga pada umumnya (masyarakat), karena anak-anak kecil pun dari keluarga-keluarga yang lain itu diperbolehkan untuk turut menyaksikan proses alamiah itu. Pintu depan rumah perempuan yang sedang melahirkan anak dibuka lebar-lebar selama kelahiran anak, maka anak-anak kecil tetangga dapat kita lihat berkerumun di muka pintu untuk mengamati proses kelahiran tersebut. Hal ini merupakan bagian dari tradisi kelahiran masyarakat Trunyan karena sangat erat berhubungan dengan status anak itu nanti ketika ia meninggal nanti apakah ia masuk dalam kategori orang yang sempurna atau tidak, untuk itu kelahiran seorang anak 9 Hasil wawancara dengan Kepala Adat 37

12 dalam masyarakat Trunyan perlu disaksikan oleh orang banyak karena itu juga menjadi masalah dan urusan masyarakat yang ada. Apabila terjadi komplikasi selama kelahiran, maka sang bidan akan meminta bantuan dukun pengobatan (balian usada), yang memang sudah berada di dalam ruang itu, untuk mengucapkan mantera-mantera yang dapat melancarkan kelahiran, sambil memercikan air suci. Pada malam kelahiran anak bayi, satu upacara selamat datang yang disebut pemapag rare diadakan. Pada upacara ini roh si bayi diberi sesajian oleh orang tuanya melalui bidan yang melaksanakan upacara itu. Selain upacara pemapag rare tersebut masih ada serentetan upacara yang berhubungan dengan kelahiran seorang anak di Trunyan. Tutug Telu: Upacara ini dilakukan pada malam hari, ketika si bayi berusia tiga hari. Upacara ini dilaksanakan oleh bidan laki-laki. Tutug telu menjadi penting, karena berupa upacara untuk pemberian nama bagi si bayi. Dalam upacara pemberian nama ini, dipercaya bahwa roh si anaklah yang akan memilih namanya. Sang bidan akan membakar tiga batang lidi terbuat dari bambu, yang telah dililitkan dengan kapas yang telah dicelupkan di dalam minyak kelapa. Setiap lidi mewakili suatu nama yang diberikan oleh orang tua si bayi, dan lidi yang terakhir padam berarti merupakan pilihan roh si bayi. Upacara selanjutnya adalah Tutug Wol. Upacara ini diadakan pada waktu si bayi berusia delapan hari; dan upacara ini khusus dilakukan bagi dewa penjaga anak bayi yang disebut Empu Rare. Tutug Duadasa: Upacara ini dilaksanakan pada waktu si bayi berusia duabelas hari. Pada kesempatan itu kuping/telinga dari bayi laki-laki maupun perempuan ditindik. 38

13 Sejak hari itu si bayi baru diperbolehkan untuk pertama kali keluar rumahnya untuk melihat matahari, karena dianggap sudah cukup kuat untuk menghadapi pengaruh roh jahat. Tutug Bulan Pitung Dina (atau Lepas Berata): Upacara ini di adakan pada waktu si bayi berusia 42 hari. Fungsi upacara ini adalah untuk membebaskan orang tua si bayi dari segala pemali, yang dikenakan sejak si anak berusia tiga hari. Tutug Telu Bulanan: Upacara ini dilakukan pada waktu si bayi berusia tiga bulan. Upacara ini dilakukan pada malam hari. Usia tiga bulan adalah sangat penting, karena sejak usia itu roh si anak dianggap akan mendiami tubuh kasarnya secara permanen. Pada hari itu si bayi untuk pertama kalinya diperbolehkan memakai pakaian baru dan perhiasan tubuh. Untuk kesempatan ini seekor anak babi panggang disajikan kepada roh pribadi si bayi. Tutug Enem Bulanan (Otonan atau upacara hari jadi): Upacara ini dilakukan pada waktu si bayi mencapai usia enam bulan. Otonan inilah hari jadi atau hari ulang tahun orang Bali, karena hari jadi orang Bali bukan dirayakan dua belas bulan sekali, melainkan enam bulan sekali. Guna upacara ini terutama adalah ditujukan kepada "empat saudara" si bayi, agar mau berkumpul kembali di dekat si bayi, dan selain itu juga untuk mendamaikan roh pribadi si bayi agar bersedia untuk tetap menempati tubuh kasarnya yang sekarang lebih lama lagi. Tutug Dua Dasi Bulanan: Upacara ini dilakukan pada waktu si bayi berusia 12 bulan. Pada upacara ini rambut si bayi digunting untuk pertama kali. Jadi upacara ini mempunyai dua fungsi, pertama sebagai hari jadi dan kedua untuk upacara pemotongan 39

14 rambut untuk pertama kali. Upacara menjadi lebih penting apabila rambut si anak menjadi gembel, yang menunjukan bahwa rohnya sangat "kotor". Upacara ini upacara terakhir yang ada hubungan dengan kelahiran seorang bayi, dan sejak itu seorang individu akan diupacarai tiap enam bulan sekali, dengan upacara hari jadi yang di Bali disebut otonan terakhir diadakan bagi seorang adalah enam bulan sesudah ia wafat. Rangkaian upacara-upacara kelahiran wajib untuk dilakukan oleh masyarakat Trunyan karena upacara-upacara tersebut merupakan suatu acuan untuk dapat menentukan baik-buruknya kehidupan anak itu nantinya bahkan setelah ia meninggal Upacara Perkawinan 10 Perkawinan di Trunyan dapat dimulai melalui tiga cara, yakni dengan cara meminang (memadik); dengan cara bersama-sama melarikan diri (ngerorot); atau dengan cara menculik seorang gadis yang tidak rela dikawini (melegandang). Dari ketiga macam itu yang paling umum dan yang paling disukai adalah bentuk ngerorot, karena perkawinan semacam itu adalah berdasarkan saling cinta-mencintai adanya. Persetubuhan sebelum diadakan upacara perkawinan adat diperkenankan oleh adat di Trunyan, karena tujuan perkawinan di sana adalah untuk memperoleh keturunan; sehingga biaya upacara perkawinan yang mahal tersebut, baru akan dikeluarkan setelah seorang laki-laki yakin benar bahwa gadis yang dikawini itu akan memberi keturunan baginya. Inilah sebab utama mengapa kebanyakan mempelai perempuan di Trunyan sudah mempunyai perut besar karena mengandung sewaktu mereka berada di muka 10 Hasil wawancara dengan Kepala Adat/Pemangku Adat 40

15 balian yang memimpin upacara perkawinan adat. Apabila pergaulan antara kedua orang yang saling menyukai dan mencintai itu berjalan baik, maka mereka akan bersama-sama melarikan diri, untuk bersembunyi di salah satu anggota dadia pihak laki-laki, dan dari sana mengirim seorang utusan untuk melaporkan kepada orang tua si gadis, bahwa mereka telah berkeputusan untuk menikah. Utusan tadi harus membawa serta satu wadah perak yang berisikan daun sirih lengkap dengan segala ramu-ramuannya seperti pinang, kapur, gambir dan tembakau, yang disebut buah basi. Apabila persembahan ini dimakan oleh orang tua si perempuan, maka itu berarti bahwa ia setuju dengan perkawinan ini, dan jika ia tidak setuju maka ia akan menolak memakannya. Namun apabila buah basi ini tetap dipersembahkan sampai tiga kali, walaupun terus saja ditolak, perkawinan menurut adat dianggap sah juga. Upacara persembahan buah basi akan dilakukan menjelang satu hari secara berturut-turut. Dan biasanya orang tua si perempuan baru menerimanya pada persembahan yang terakhir. Mepekandal, adalah upacara yang dilakukan di pekarangan kuil bagian luar (jaban), dengan maksud untuk mengesahkan keanggotaan kedua mempelai sebagai anggota desa adat (krama desa). Upacara perkawinan adalah sangat mahal, karena paling sedikit dua ekor babi dewasa harus disembelih pada kesempatan itu. Semua anggota dewan desa adat harus diundang untuk menyaksikan upacara tersebut, sambil disajikan makanan upacara yang terdiri dari nasi kukus yang dicampur dengan sayur yang terbuat dari kelapa parut yang dicampur dengan darah babi mentah, potongan daging babi dan bumbu-bumbu. Sebenarnya menurut adat di sana, orang Trunyan tidak diharuskan untuk mengadakan upacara yang mahal. Setiap upacara pesta keagamaan selalu ada pilihan di antara yang bersifat sederhana (nista), yang bersifat tengah-tengah (madia) dan yang 41

16 bersifat agung (ageng). Namun orang Trunyan lebih suka melakukan yang terakhir, karena dapat menaikan gengsi dadianya masing-masing. Usia untuk kawin bagi orang laki-laki Trunyan adalah di sekitar 25 tahun, dan bagi perempuan 20 tahun, tetapi kini ada kecenderungan untuk dilakukan dalam usia yang lebih muda dikalangan generasi yang lebih muda. Sampai pada hari ini, persetubuhan sebelum diadakan upacara perkawinan adat tidak dilarang oleh adat, sehingga banyak dipraktikkan oleh para remaja di sana Sistim Kepercayaan tentang Kematian Upacara Kematian 11 Setiap daerah mempunyai upacara kematian yang beraneka ragam, demikian juga dengan Pulau Bali yang mayoritas adalah beragama Hindu menghormati orang yang sudah meninggal dengan mengadakan upacara kematian yang disebut Ngaben. Ngaben ini upacara pembakaran mayat yang dilakukan di Bali, khususnya oleh yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di pulau Bali, Upacara ini biasanya dilakukan dengan ramai dan meriah, tidak ada isak tangis, karena di Bali ada suatu keyakinan bahwa kita tidak boleh menangisi orang yang telah meninggal karena itu dapat menghambat perjalanan sang arwah menuju tempatnya. Hari pelaksanaan Ngaben ditentukan dengan mencari hari baik yang biasanya ditentukan oleh pemangku. Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan keluarga dibantu oleh masyarakat akan membuat Bade dan Lembu yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. Bade dan Lembu ini merupakan tempat mayat yang akan 11 Hasil wawancara dengan Kepala Adat/Pemangku Adat 42

17 dilaksanakan Ngaben. Ketika hari upacara ini dilaksanakan, keluarga dan sanak saudara serta masyarakat akan berkumpul mempersiapkan upacara. Mayat akan dibersihkan atau yang biasa disebut Nyiramin oleh masyarakat dan keluarga, Nyiramin ini dipimpin oleh pemangku atau petua adat. Setelah itu mayat akan dipakaikan pakaian adat Bali seperti layaknya orang yang masih hidup. Sebelum acara puncak dilaksanakan, seluruh keluarga akan memberikan penghormatan terakhir dan memberikan doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh tempat yang baik. Setelah semuanya siap, maka mayat akan ditempatkan di Bade untuk diusung beramai-ramai ke kuburan tempat upacara Ngaben, diiringi dengan gamelan, kidung suci, dan diikuti seluruh keluarga dan masyarakat, di depan Bade terdapat kain putih yang panjang yang bermakna sebagai pembuka jalan sang arwah menuju tempat asalnya. Di setiap pertigaan atau perempatan jalan maka Bade akan diputar sebanyak 3 kali. Sesampainya di kuburan, upacara Ngaben dilaksanakan dengan meletakkan mayat di Lembu yang telah disiapkan diawali dengan upacara-upacara lainnya dan doa mantera dari pemangku, kemudian Lembu dibakar sampai menjadi abu. Abu ini kemudian dibuang ke laut atau sungai yang dianggap suci. Setelah upacara ini, keluarga dapat tenang mendoakan leluhur dari tempat suci dan pura masing-masing. Inilah yang menyebabkan ikatan keluarga di Bali sangat kuat, karena mereka selalu ingat dan menghormati lelulur dan juga orang tuanya. Terdapat kepercayaan bahwa roh leluhur yang mengalami reinkarnasi akan kembali dalam lingkaran keluarga lagi, jadi biasanya seorang cucu merupakan reinkarnasi dari orang tuanya. 43

18 Upacara Kematian di Desa Trunyan 12 Upacara kematian di Desa Trunyan berbeda dengan upacara kematian Bali pada umumnya, mengapa berbeda? Karena di Trunyan tidak mengenal adanya Ngaben bakar, masyarakat Desa Trunyan tetap mengadakan Ngaben tetapi jenazah orang yang meninggal tidak dibakar, melainkan boneka-boneka yang terbuat dari kertas yang menyerupai jasat orang yang meninggal dicemplungkan ke dalam Danau Batur, Itulah Ngaben bagi orang Trunyan. Upacara kematian di Trunyan paling sedikit dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu upacara Ngutang Mayit dan Ngaben. Kedua upacara tersebut tidak diadakan bagi semua orang yang telah meninggal, karena untuk dapat diberi kedua upacara tersebut, bergantung sekali pada kedudukan orang yang meninggal dalam masyarakat, dan cara ia meninggal. Bagi orang yang telah berumah tangga secara sah dan meninggal secara wajar, akan diupacarakan lengkap kedua-duanya; tetapi bagi orang yang belum berumah tangga (bujangan atau gadis) dan meninggal secara wajar, hanya akan diupacarakan dengan upacara Ngutang Mayit saja, tanpa Ngaben. Hal ini disebabkan karena orang tersebut, dianggap masih suci, hingga tidak perlu disucikan lagi dengan upacara Ngaben. Sebaliknya bagi orang yang mati tidak secara wajar, seperti akibat bunuh diri, dibunuh orang, dihinggapi penyakit yang dapat merusak rupa wajah atau tubuhnya seperti cacar dan lepra, selain harus diupacarakan lengkap kedua-duanya, masih harus ditambah lagi dengan upacara penyucian tambahan. Hal ini disebabkan karena roh mereka dianggap sangat "kotor". 12 Hasil wawancara dengan Pemangku Adat 44

19 Upacara Ngutang Mayit: Upacara ini sebenarnya adalah upacara pemakaman yang akan diadakan mula-mula di rumah, dan kemudian dilanjutkan di tempat pemakaman sema wayah (bagi orang yang telah menikah dan mati wajar), atau di sema nguda (bagi mereka yang masih bujangan dan mati wajar). Di kedua tempat pemakaman ini jenazah seorang akan dimakamkan secara mepasah, yakni dengan cara meletakkan saja jenazah di dalam lubang sedalam 20 scm tanpa dikubur. Atau upacara ini dilakukan di sema bantas untuk mengebumikan orang yang mati tidak wajar, dengan cara di kubur. Upacara ngutang mayit akan diadakan segera setelah seorang meninggal dunia. Semua pakaiannya termasuk gigi emasnya dilucuti. Jenazah itu kemudian ditutupi dengan sehelai kain batik baru, sampai menunggu kedatangan kerabat-kerabat laki-laki yang akan memandikannya. Di Trunyan kerabat-kerabat yang wajib mengurus mayat harus orang laki-laki, walaupun yang mati adalah berjenis kelamin perempuan. Setelah itu ia disembahyangi, lalu dilanjutkan dengan upacara membersihkan giginya dengan beras yang telah digongseng. Setelah bersih mulutnya kemudian dimasukan sebutir batu mirah, dengan maksud agar tubuhnya tidak lekas menjadi busuk. Pada setiap jari tangan dan kaki lalu diberi jeriji, yang terbuat dari gulungan daun sirih yang telah dimasukkan ke dalam lubang uang kepeng. Sesudah itu pada masing-masing tangan digenggamkan uang perak. Pada ketika itu kedua tangan almarhum sudah di letakkan di atas alat kelaminnya sehingga dapat tertutup dari pandangan orang. Menutupi alat kelamin perempuan dari pandangan orang laki-laki adalah suatu keharusan, karena akan membawa kesialan bagi orang laki yang melihatnya. Setelah tubuh jenazah bersih, rambutnya kemudian diberi santan kelapa agar mengkilat, dan seluruh tubuhnya diperciki dengan air suci. Sebelum jenazah ini ditutupi lagi dengan kain 45

20 batik barunya, pada ulu hatinya diletakan ramuan pemanas tubuh yang disebut ampok, yang terdiri dari kunyahan laos, kencur dan daun sirih. Setelah itu jenazah lalu dibungkus lagi dengan tikar dan diikat dengan beberapa utas tambang bambu. Sebelum membawa jenazah ke tempat pemakaman, anggota dari dewan desa adat akan membacakan syair yang dinyanyikan. Menurut adat, orang Trunyan tidak lama-lama menahan jenazah kerabatnya di rumah mereka, paling lambat hanya disemayamkan di rumahnya selama satu hari satu malam saja. Karena letak daerah pemakaman Sema Wayah di pantai Danau Batur di luar desa induk Trunyan, maka untuk ke sana jenazah harus diangkat dengan biduk lesung. Orang yang diperbolehkan mengantar jenazah hanya kaum laki-laki saja, sedangkan kaum perempuan dilarang. Hal ini disebabkan karena di sana ada kepercayaan, bahwa hanya seorang dukun yang dapat menjadi leyak, atau orang yang sedang belajar ilmu gaib hitam saja yang berani ke daerah pemakaman, dan itu adalah seorang laki-laki. Selama dalam perjalanan ke makam, jenazah diletakan di atas usungan mayat terbuat dari bambu yang disebut Klakat. Setelah sampai di tempat penguburan jenazah tidak segera dimasukkan ke dalam daerah pemakaman, melainkan harus menunggu dahulu di luar batas daerah itu, karena masih harus diadakan dahulu upacara pembelian tanah pemakaman. Hal ini disebabkan karena di daerah pemakaman hanya ada tujuh petak tanah saja, yang dapat dipergunakan untuk meletakkan mayat, sehingga jika ada mayat baru, salah satu dari tulang belulang jenazah yang lama berada di sana harus disingkirkan. Setelah petak tanah itu dibayar dengan beberapa buah uang kepeng, maka klakat yang berisikan 46

21 jenazah itu dimasukkan ke dalam daerah pemakaman. Di sana jenazah dilepaskan dari bungkusannya sehingga berada dalam keadaan polos lagi, untuk diulangi lagi upacara pemandian seperti yang telah ia peroleh sewaktu masih berada di rumah tadi. Dan batu mirah dikeluarkan dari rongga mulutnya, dengan maksud agar sejak itu, tubuhnya dapat dengan cepat membusuk dan kembali lagi menjadi tanah, sehingga rohnya dapat dipisahkan dari ikatan tubuh kasarnya hal ini sangat dipercayai. Sesudah upacara pemandian kedua kali itu selesai dilakukan, maka tubuh yang masih dalam keadaan polos itu diletakkan di atas petak tanah, yang telah diperuntukkan baginya, dalam posisi terlentang, dengan kepalanya tertuju ke arah kaja (timur ke arah bukit) dan kedua kakinya ke arah kelod (barat ke arah danau), dan kedua tangannya menutupi alat kelaminnya. Dalam keadaan ini tubuh itu diselimuti dengan kain batik barunya dari leher ke ujung kakinya, sehingga yang terlihat tinggal kepalanya saja, yang diberi sorban handuk. Untuk melengkapi pakaiannya, pada bagian pinggangnya diberi sabuk terbuat dari handuk yang telah dilipat menjadi sempit panjang. Setelah itu pada perut dan dada jenazah diletakan beberapa potong kue ketan, dan di bawah kedua bahunya diselipkan beberapa lembar uang kertas rupiah ratusan. Sebelum jenazah ini ditutupi dengan penutup terbuat dari anyaman bambu berbentuk segi tiga, yang disebut tanjak, para hadirin diberi kesempatan untuk mengucapkan kata-kata perpisahan, sebelum meninggalkan tempat itu untuk kembali ke rumah masing-masing. Ngaben: Kebudayaan di desa Trunya merupakan suatu hal yang langka, unik dan aneh karena perlakuan terhadap mayat di desa ini berbeda dengan daerah-daerah yang lain, kebudayaan Bali yang pada umumnya mengenal Ngaben yaitu perlakuan 47

22 terhadap jenazah dengan diupacarakan dan dibakar berbeda dengan di Desa Trunyan ini, mayat hanya diletakan diatas tanah, ini merupakan suatu kebudayaan yang terus dijaga dan dilestarikan oleh warga Desa Trunyan. Pengertian dan pemahaman akan adanya kehidupan sesudah kematian juga dimiliki oleh warga Desa Trunyan. Untuk itu budaya Bali pada umumnya mengadakan upacara kematian dengan suatu pesta yang sangat mewah dan besar serta menghabiskan banyak biaya. Ngaben di Desa Trunyan hanya mengarak jenazah menggunakan perahu. Setibanya di kuburan jenazah diletakkan begitu saja di dalam tanah sedalam 20 cm. Upacara Ngaben di Trunyan biasanya diadakan secara massal, Prosesi Ngaben massal ini dilakukan untuk mengupacarai jenazah warga setempat yang belum dingabenkan. Meski demikian, sarana bade yang dipergunakan hanya satu, dengan tujuan untuk menghemat biaya. Prosesi awalnya telah mulai dilakukan dari desa setempat, dengan menggelar upacara penyucian seluruh sarana pengabenan, dengan diiringi gamelan angklung, dilanjutkan dengan arak-arakan. Bade yang akan dibawa ke kuburan diangkut dengan menggunakan perahu rakit untuk penyeberangan, sama halnya dengan prosesi Ngaben di darat, saat di tengah perjalanan bade yang diusung dengan menggunakan perahu ini juga melakukan ritual, melingkar sebanyak tiga kali. Saat sampai dikuburan, jenazah yang disimboliskan dengan benda-benda suci yang dibungkus dengan kain layaknya jenazah manusia, diturunkan untuk diletakkan di areal kuburan, sementara, bade yang digunakan ditenggelamkan ke danau. Sebab di desa ini, prosesi pengabanen sama sekali tidak diperkenankan dilakukan dengan cara membakar. 48

23 Upacara ini merupakan upacara kematian tahap kedua, di mana roh si mati dibebaskan untuk selama-lamanya dari eksistensinya dahulu. Dalam upacara ini sisa-sisa tubuhnya tidak dibakar melainkan dibiarkan berada di tempat pemakaman. Pada akhir upacara, di mana diadakan pawai meriah, sebuah pagoda terbuat dari bambu dan kertas warna-warni tempat membawa boneka-boneka kayu garu, yang mewakili jenazah si mati, ditenggelamkan ke dalam air Danau Batur, di muka Sema Wayah Pembedaan perlakuan terhadap orang meninggal di Desa Trunyan. 13 Dalam kehidupan masyarakat Trunyan tiga faktor utama untuk dapat menjalani hidup dengan baik yaitu melewati kelahiran dengan proses tradisi masyarakat Trunyan, proses perkawinan dengan baik, dan meninggal dalam keadaan tubuh fisik yang utuh, kehidupan moral yang baik, dan jiwa baik juga. Ketiga faktor ini menjadi indikator pengukur untuk dapat menentukan apakah kehidupan orang tersebut sempurna sehingga ketika ia meninggal nanti dapat dikuburkan di kuburan yang dianggap suci oleh masyarakat Trunyan atau tidak. Masyarakat Trunyan mengatur upacara khusus untuk yang meninggal dalam keadaan yang sempurna baik fisik, moral, jiwa dan bagi yang meninggal dalam keadaan bercacat-cela. Ada pembedaan upacara bagi yang meninggal dan dalam kondisi fisik bercacat, moral tidak baik selama hidupnya, dengan orang yang meninggal dalam keadaan kondisi fisik yang baik dan moral yang baik juga. Upacara penyucian dosa akan diadakan bagi orang yang meninggal dalam keadaan yang tidak baik seperti kecelakaan, bunuh diri, atau terlibat dalam suatu perkelahian yang mengakibatkan kematian dan kondisi fisik tidak 13 Hasil wawancara dengan Kepala Adat 49

24 baik seperti bertato dan mempunyai bekas luka, serta moral hidupnya tidak baik. Upacara ini tidak diadakan bagi mereka yang meninggal dalam keadaan tubuh fisik yang baik, moral dan jiwa yang baik pula. Untuk menentukan moral dan jiwa orang tersebut baik atau tidak diadakan lagi upacara yang dipimpin oleh kepala adat, sebagai pemangku adat, dalam hal ini pemangku menjadi pusat utama dari upacara tersebut karena posisi pemangku digunakan sebagai penerima perantara antara masyarakat dan dewa-dewa yang dipercaya oleh masyarakat Trunyan, melalui upacara Nerima ini, kepercayaan masyarakat Trunyan para dewa-dewa akan memberitahukan lewat perantara yaitu pemangku apakah moral dan jiwa orang meninggal tersebut baik atau buruk sehingga hal ini yang menjadi patokan bagi keluarga dan masyarakat untuk dapat dikuburkan di kuburan utama atau sema wayah atau tidak. Pemilihan seorang pemangku diadakan lewat suatu upacara yang sakral dimana semua warga berkumpul di Pura, dan sebagai tanda seorang dipilih untuk menjadi pemangku adat maka orang tersebut akan menampilkan suatu cahaya dimana dipercaya oleh masyarakat bahwa para dewa dan leluhur hadir dalam diri orang tersebut. Orang Trunyan sangat menjaga kesucian kuburan sema wayah tersebut sehingga sampai saat ini tidak ada masyarakat yang berani melanggar aturanaturan dalam proses penguburan khusus untuk yang dikuburkan di sema wayah atau kuburan utama. Perlakuan khusus ini diperuntukkan untuk semua masyarakat Trunyan tanpa membedakan kasta karena dalam kehidupan masyarakat Trunyan tidak ada sistim kasta, sehingga sekalipun para petua adat/ pemangku yang meninggal tetapi dalam keadaan kondisi fisik yang bercacat tidak diperkenankan untuk dikuburkan di kuburan utama atau sema wayah. 50

25 Masyarakat Trunyan yang meninggal dalam keadaan kondisi fisik tanpa cela, kehidupan moral serta jiwanya baik, sudah menikah menjadi orang tua, melewati proses kelahiran dan perkawinan dengan baik, maka ketika ia meninggal ia pantas dan layak untuk dikuburkan di kuburan utama atau sema wayah sebagai kuburan yang suci bagi masyarakat Trunyan. Sementara untuk orang yang meninggal dalam keadaan kondisi fisik baik tanpa cela, belum menikah, atau pun yang masih bayi mereka dikuburkan di kuburan yang kedua yaitu yang disebut dengan kuburan bayi. Untuk kuburan yang ketiga diperuntukkan bagi mereka yang meninggal dalam keadaan kondisi fisik yang bercacat (mempunyai bekas luka atau bertato), meninggal dengan cara yang tidak baik, moral hidup tidak baik, ada gangguan jiwa, tidak melewati proses kelahiran dan perkawinan dengan baik sesuai tradisi yang ada. Tempat penguburan yang ketiga berbeda dengan yang pertama dan kedua, kalau yang pertama dan kedua mayat atau jenazah orang yang meninggal tidak ditanam tetapi hanya diletakkan di atas tanah saja atau masyarakat menyebutnya dengan Mepasah, dikuburan ketiga ini jenazah atau mayat orang yang meninggal ditanam di dalam tanah, dikuburkan seperti cara penguburan yang biasa kita lihat digali dalam lobang dan ditimbun dengan tanah. Selain orang yang harus suci berada di kuburan yang dianggap suci oleh masyarakat, segala peralatan-peralatan yang digunakan untuk suatu upacara kematian haruslah suci, yaitu dengan cara mencuci dengan air suci semua benda-benda yang akan digunakan dalam upacara kematian, air tersebut yang diambil dari sumber air yang dekat dengan kuburan suci atau sema wayah dengan cara menggunakan gayung yang telah disediakan. Hal ini dilakukan oleh masyarakat karena benda-benda tersebut akan 51

26 dipergunakan untuk memuja sesuatu yang dianggap mempunyai kuasa yang besar atau yang Ilahi. Dalam melaksanakan upacara kematian bagi masyarakat Trunyan tidak sembarangan, mereka memiliki aturan khusus terlebih dalam hal pemilihan waktu atau hari yang dikenal dengan hari baik, penentuan hari baik ini ditentukan oleh pemangku sebagai penerima melalui suatu meditasi yang dilakukan di Pura desa tersebut, masyarakat meyakini bahwa melalui meditasi yang dilakukan oleh pemangku para dewa membisikkan atau memberitahukan kapan hari baik untuk diadakan upacara kematian. Pemilihan hari baik ini dilakukan dengan alasan suatu kepercayaan masyarakat, bahwa untuk menghadap kepada yang Ilahi (dewa-dewi, Tuhan) yang mereka percaya harus pada waktu yang tepat, dan pada waktu yang tepat di hari baik itu semua masyarakat berkumpul untuk memuja lewat suatu upacara kepada yang Ilahi tersebut Tiga Tempat Penguburan Masyarakat Trunyan 14 Di desa Trunyan ada tiga jenis penguburan. Kuburan utama, dianggap paling suci dan paling baik. Jenazah yang dikuburkan pada kuburan suci ini hanyalah jenazah yang jasadnya utuh, tidak cacat, dan jenazah yang proses meninggalnya dianggap wajar (bukan bunuh diri atau kecelakaan). Kuburan ini disebut dengan Sema Wayah. Kuburan yang kedua disebut kuburan muda yang khusus diperuntukkan bagi bayi dan orang dewasa yang belum menikah, juga disebut bayi, dan untuk itu dikuburkan di kuburan ke dua ini, perlakuan terhadap orang meninggal dan yang dikuburkan di kuburan kedua ini, mayatnya di gali dalam tanah tapi tidak ditimbun dengan tanah hanya di tutupi 14 Hasil wawancara dengan Pengaku Adat Desa Trunyan 52

27 dengan ranting-ranting pohon yang membentuk seperti sebuah rumah, namun tetap dengan syarat jenazah tersebut harus utuh dan tidak cacat. Kuburan yang ketiga disebut Sentra Bantas. Kuburan ini khusus untuk jenazah yang cacat dan yang meninggal secara tidak wajar.. Dari ketiga jenis kuburan tersebut yang paling unik dan menarik adalah kuburan utama atau kuburan suci (Sema Wayah). Kuburan ini berlokasi sekitar 400 meter di bagian utara desa dengan dibatasi oleh tonjolan kaki tebing bukit. Untuk membawa jenazah ke kuburan harus menggunakan sampan kecil khusus jenazah yang disebut Pedau. Meski disebut dikubur, namun cara penguburannya unik, yaitu dikenal dengan istilah Mepasah. Jenazah yang telah diupacarai menurut tradisi setempat diletakkan begitu saja di atas lubang sedalam 20 cm. Sebagian badannya dari bagian dada ke atas, dibiarkan terbuka, tidak terkubur tanah. Jenazah tersebut hanya dibatasi dengan ancak saji yang terbuat dari sejenis bambu membentuk semacam kerucut, digunakan untuk memagari jenazah. Jumlah bambu yang berbentuk segi tiga digunakan untuk mengelilingi mayat adalah sama berjumlah 45 belahan bambu tetapi dibedakan antara kepala adat dan masyarakat biasa, kalau kepala adat bambu dalam posisi gepeng, sementara kalau masyarakat bambu dalam posisi berdiri. Di Sema Wayah ini terdapat 7 liang lahat terbagi menjadi 2 kelompok. Dua liang untuk penghulu desa yang jenazahnya tanpa cacat terletak di bagian hulu dan masih ada lima liang berjejer setelah kedua liang tadi yaitu untuk masyarakat biasa. Kuburan utama ini yang di sakralkan dan disucikan oleh masyarakat Trunyan. 53

28 Orang Trunyan percaya bahwa daerah pemakaman Sema Wayah itu suci adanya, untuk itu tempat tersebut di sakralkan oleh masyarakat setempat, sehingga jenazah yang diletakan di sana tidak akan mengeluar bau busuk. Dengan mempergunakan cara pemakaman mepasah ini, pembusukan jenazah dapat terjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan cara penguburan, karena dagingnya akan dimakan oleh ulat-ulat, sehingga dalam dua tiga minggu, yang tertinggal hanya tulang belulangnya saja. Tetapi dalam proses pembusukan tersebut masyarakat maupun pengunjung yang datang ke kuburan tersebut tidak akan mencium bau. Dan apabila ada orang yang dapat mencium bau busuk itu berarti bahwa ia sedang dalam keadaan sebel (tidak suci). Keadaan tidak suci itu antara lain dapat disebabkan oleh 'datang bulan' bagi perempuan. Aturan agar mayat yang diletakkan di kuburan utama harus orang yang tidak memiliki cacat-cela tetap terus dijaga oleh masyarakat Trunyan, dan ketika ada yang melanggar aturan tersebut maka masyarakat mempercayai keluarga dari almarhum/ah akan mendapatkan kesialan atau akan mendapatkan hukum karma pala yang setimpal. Aturan lainnya lagi setiap orang yang berkunjung ke kuburan utama atau sema wayah tidak diperkenankan mengambil apapun dari dalam kuburan tersebut (kecuali gambar/foto), kepercayaan masyarakat Trunyan ketika ada orang yang mengambil benda dari dalam kuburan tersebut maka dia akan mendapatkan gangguan dari para arwah dan dewa yang ada dikuburan tersebut. Suatu kisah nyata diceritakan oleh beberapa masyarakat bahkan kepala desa, dan kepala adat. Ada seorang turis asing yang tertarik dengan uniknya tempat tersebut sampai membuat turis itu penasaran dan secara diam-diam pada waktu malam menggunakan speedboat ke kuburan sema wayah dan mengambil tengkorak, tulang kaki, tulang tangan, 54

29 dan tulang belakang dari kuburan tersebut, ketika turis itu sampai di penginapan tulangtulang tersebut bergerak dengan sendirinya, sehingga turis tersebut mengembalikan kembali tulang-tulang tersebut dan melapor kepada kepala desa dan kepala adat sehingga diupacarai agar turis tersebut tidak diganggui lagi oleh dewa penjaga kuburan tersebut yang tidak suka dengan hal yang tidak baik yang dilakukan di kuburan tersebut, dan arwah-arwah orang meninggal yang dikuburkan disitu. Dalam upacara tersebut orang yang mencuri meminta maaf kepada dewa penghuni kuburan, dan kepada keluarga/masyarakat desa Trunyan. Aturan-aturan tersebut hadir dan dibuat karena tempat tersebut merupakan tempat yang disakralkan oleh masyarakat Trunyan sebagai tempat penghormatan terhadap leluhur dan arwah orang yang sudah meninggal. Desa Trunyan memang merupakan desa Tua di Bali, yang masih memegang teguh warisan dan tradisi leluhur. Sehingga sistim penguburan yang berbeda dengan daerahdaerah yang lain tetap terus dipelihara oleh masyarakat Trunyan. Masyarakat Trunyan yang menganut agama Hindu yang juga mempercayai adanya hukum karma, sehingga masyarakat Trunyan berusaha untuk menjalani kehidupan mereka dengan melakukan segala yang baik agar hal yang baik pula boleh mereka terima serta anak cucu mereka di kehidupan dan generasi selanjutnya Pohon Tarumenyan sebagai Pohon Suci. 15 Nama Desa Trunyan diambil dari nama pohon yang disebut Taru Menyan, yang terletak di tengah desa Trunyan induk, pohon Trunyan yang dipercaya oleh masyarakat 15 Hasil wawancara dengan Kepala Adat Desa Trunyan dan hasil observasi 55

30 Trunyan sebagai pohon yang mampu untuk memberikan aroma yang harum di desa tersebut, masyarakat juga percaya kalau terjadi sesuatu yang baik di desa tersebut maka aroma harum pohon tersebut bisa sampai di kota Denpasar, sebaliknya ketika ada hal buruk terjadi di desa tersebut maka aroma tidak enak akan tercium di desa tersebut. Pohon ini juga yang dipercaya oleh masyarakat Trunyan sebagai pohon yang menyerap bau dari mayat-mayat yang dikuburan di kuburan utama atau sema wayah, sehingga tidak tercium bau bangkai mayat. Di kuburan utama, atau sema wayah, juga terdapat pohon yang namanya Taru Kruya. Pohon ini sering disamakan bahkan disebut sebagai pohon Tarumenyan. Akan tetapi pohon Tarumenyan yang sebenarnya adalah pohon yang tumbuh di desa induk Trunyan. Pohon Tarumenyan tersebut telah tumbang ± 5 tahun yang yang lalu. Sekarang tempat pohon itu tumbuh telah dibangun Pura desa Trunyan, sehingga tempat pohon tersebut tetap menjadi sesuatu yang disakralkan oleh masyakarat. Pura ini menjadi tempat masyarakat berkumpul dan berjumpa dalam pengalaman jiwa mereka dengan para dewadewa sesuai keyakinan masyarakat. Sekalipun pohon Tarumenyan telah tumbang tetapi kepercayaan masyarakat bahwa pohon tersebut telah menyatu dengan alam, dan dengan dewa yang baik masih bertahan. Mereka masih mempercayai bahwa aroma harum dari pohon tersebut masih tercium dan terus memberikan aroma yang harum untuk desa tersebut. Oleh karena itu tempat penguburan yang mayatnya tetap diletakkan diatas tanah, dan masih tidak mengeluarkan bau yang tidak enak. Masyarakat percaya ini disebabkan karena pengaruh 56

31 jiwa yang dimiliki Pohon Tarumenyan. Karena bagi masyarakat Trunyan semua yang ada di alam mempunyai jiwa, termasuk tumbuhan dan pohon Tarumenyan. Ketika orang yang berkunjung ke Desa Trunyan terlebih ke kuburan utama dan mempunyai niat buruk/jahat maka akan tercium bau yang tidak enak seperti bau bangkai. Sebaliknya ketika orang yang berkunjung memiliki niat baik maka akan tercium bau yang sangat harum Norma atau Aturan-aturan Hidup Masyarakat Trunyan 16 Dalam Tradisi dan kepercayaan hidup masyarakat Trunyan mereka memiliki suatu aturan yaitu dalam menjalani kehidupan para kaum pria tidak diijinkan untuk menikah dengan wanita yang berasal dari luar desa Trunyan, tradisi ini dilatar belakangi karena kepercayaan orang Trunyan dimana mereka merupakan masyarakat yang diturunkan dari langit oleh para Dewa yang mereka percaya, dan untuk itu dalam rangka menjaga keaslian penduduk maka aturan hidup tersebut hadir dan ditetapkan dalam kehidupan masyarakat Trunyan turun-temurun sejak dari nenek moyang mereka. Tetapi dalam perkembangan zaman yang ada, sudah ada juga para pemuda yang menikah dengan wanita dari desa yang lain, dan sebagai konsekuensinya ketika orang itu meninggal mereka tidak bisa dikuburkan ditanah Desa Trunyan. Aturan yang lain lagi dalam upacara kematian para perempuan tidak diijinkan untuk ikut membawa jenazah dikuburan dan mengikuti upacara dikuburan Trunyan, baik dikuburan utama, kuburan bayi maupun kuburan bantas biasa. Aturan lain lagi, ketika seorang perempuan sedang dalam keadaan kotor dalam hal ini dalam keadaan datang 16 James Danandjaja, Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali, (Jakarta:Pustaka Jaya, 1977),

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH 4.1.Ritual Masyarakat Trunyan Dalam kehidupan suatu masyarakat yang berbudaya menghadirkan suatu tradisi-tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam 40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, 53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses dimana seseorang mulai lahir, menjadi dewasa, tua dan akhirnya meninggal. Dalam perjalanan hidupnya, manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh : Lazarus Disadur oleh: Ruth Klassen Diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi 1.1.1 Letak Geografis Desa Bangli adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara Demografi, Desa Bangli merupakan

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra lisan adalah karya sastra yang bentuknya murni lisan, sastra lisan dikatakan sebagai sastra yang dikatakan dari mulut ke mulut. Ciri yang penting disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makam Kotagede atau sering disebut juga dengan Sargede adalah sebuah makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Yehezkiel: Manusia Penglihatan Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Yehezkiel: Manusia Penglihatan Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Diterjemahkan oleh: Widi Astuti Disadur oleh: Ruth Klassen Cerita 29 dari 60 www.m1914.org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan penyebaran agama-agama di Indonesia selalu meningkat, baik itu agama Kristen Katholik, Protestan, Islam, dan sebagainya. Tidak hanya menyebarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi 1.1.1 Letak Geografis Desa Batannyuh adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara Demografi, Desa Batannyuh

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 369/Kpts-IV/1985 TANGGAL : 7 Desember 1985 KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION KETENTUAN I : TUJUAN PENGUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN 2.1 Definisi Informasi Menurut Gordon B. Davis dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 bahwa Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia di kenal sebagai bangsa yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Hal ini di sebabkan oleh beberapa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan salah satu danau vulkanik terindah yang dimiliki Indonesia. Dengan luas yang mencapai 1.145 kilometer persegi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c Kunci Jawaban BAB 1 Ayo Berlatih 1.1 2. Hewan berkembang biak dengan cara beranak dan bertelur. Contoh hewan yang beranak kucing, sapi, dan kelinci. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten

Lebih terperinci

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya Yesus Kristus "Ya, tentu saja saya percaya kepada Yesus Kristus," kata teman baru saya. "Ia seorang nabi besar, seorang utusan Allah yang memberi banyak ajaran yang harus kita ikuti." "Baik sekali," jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh BAB VI KESIMPULAN Desa Jungutbatu yang secara administratif terletak di kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali menyimpan sejumlah pesona alam dan kebudayaan tersendiri. Desa ini berada di pulau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 07 TAHUN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN, PENGABUAN JENAZAH DAN PERIZINAN DI BIDANG PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU. www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.id www.visitingkutaikartanegara.

RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU. www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.id www.visitingkutaikartanegara. RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU www.disbudpar.kutaikartanegarakab.go.id www.visitingkutaikartanegara.com 1 Menjamu Benua Upacara Adat menjamu Benua adalah prosesi memanggil,

Lebih terperinci

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012 Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012 Hanya Percaya kepadaku (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 7/15/15 Yunus 1. Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 7/15/15 Yunus 1 YUNUS Yunus menolak perintah Allah untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Pada jaman dahulu, ada seorang nabi di Israel yang bernama Yunus. Ayahnya bernama Amitai. ALLAH memberi

Lebih terperinci

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri)

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri) 2.5.3 PARIWISATA Kabupaten Lamandau merupakan daerah hutan tropis. Keadaan landscape daerah ini yang terdiri dari perbukitan, sungai dan jeram ditambah lagi dengan adat istiadat dan budaya masyarakat yang

Lebih terperinci

46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang

Lebih terperinci

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( )

Oleh : Jumbuh Karo K ( ) Tommy Gustiansyah P ( ) Oleh : Jumbuh Karo K (13148134) Tommy Gustiansyah P (14148114) Suku Nias adalah suku bangsa atau kelompok masyarakat yang mendiami pulau Nias, Provinsi Sumatera Utara. Gugusan pulaupulau yang membujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991

Lebih terperinci

SUNGAI GANGGA. Jarum jam menunjuk angka PERSPEKTIF. Menyusuri. Di Pagi Hari

SUNGAI GANGGA. Jarum jam menunjuk angka PERSPEKTIF. Menyusuri. Di Pagi Hari PERSPEKTIF Menyusuri SUNGAI GANGGA Di Pagi Hari Penulis dan Fotografer: Wahyuni Kamah Nuansa budaya dan spiritual yang kental adalah kesan saya setelah menyusuri Sungai Gangga. Jarum jam menunjuk angka

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT Oleh Hernis Novayanti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Univeristas Telkom. Abstrak Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbukti dari ujung barat sampai ujung timur terdiri dari kepulauan besar dan kecil dan lebih banyak kawasan perairan,

Lebih terperinci

Untuk siapa pun yang meyakini, kalau semua dapat dirubah.

Untuk siapa pun yang meyakini, kalau semua dapat dirubah. Untuk siapa pun yang meyakini, kalau semua dapat dirubah. 01 Hiyayahaha! Duhakahuha! Jiahahaha! Kwohohahaha! Meskipun tak satu nada, tawa mereka berbaur, melebur bercampur di udara, menjadi sebait nyanyian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja. BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Telaah hasil penelitian sebelumnya menguraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH A. Pandangan terhadap Ziarah. Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam untuk melakukan ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga aqidah

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI IV.1 Pengantar Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab I bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia.

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA

TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA Setiap bangsa, suku bangsa bahkan kelompok marga memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda antara bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU TENGGER

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU TENGGER WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU TENGGER http://orig08.deviantart.net/e6a1/f/2008/330/8/3/gunung_bromo http://www.indonesiakaya.com/assets/imagesweb/wanita-suku-tengger http://cdm-media.viva.id/thumb2s.com/perayaan-hari-raya-karo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Dengan Semangat Kebersamaan Menciptakan Desa Petak Kaja Bersih,Sejahtera, dan Produktif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Dengan Semangat Kebersamaan Menciptakan Desa Petak Kaja Bersih,Sejahtera, dan Produktif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Dengan Semangat Kebersamaan Menciptakan Desa Petak Kaja Bersih,Sejahtera, dan Produktif. 1.2 Tema Kegiatan Meningkatkan Rasa Kebersamaan Desa Petak Kaja Guna Menciptakan Desa

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka.

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe

YUNUS. 1 Yunus 1. Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe 1 Yunus 1 YUNUS 1P Yunus menolak perintah ALLAH untuk pergi memperingatkan penduduk kota Niniwe ada zaman dulu ada seorang nabi di Israel bernama Yunus. Bapak dari Yunus bernama Amitai. ALLAH memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa keadaan

Lebih terperinci

Mengenai mayat Musa ini iblis sempat berdebat dengan malaikat Tuhan yang bernama Mikhael (Yudas 1 : 9).

Mengenai mayat Musa ini iblis sempat berdebat dengan malaikat Tuhan yang bernama Mikhael (Yudas 1 : 9). Berbahagialah Orang yang Mati dalam Tuhan (Wahyu 14 : 13) Alkitab mencatat Henokh adalah orang yang hidupnya bergaul dengan Tuhan selama ± 365 Tahun (Kejadian 5 : 23-24). Henokh tidak melalui proses kematian

Lebih terperinci

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa 301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir

Lebih terperinci