KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 April 2016 Kepala LAPAN. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, 29 April 2016 Kepala LAPAN. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. LAPAN adalah salah satu entitas pelaporan sehingga berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyusunan Laporan Keuangan LAPAN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam Pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang transparan, akurat dan akuntabel. Diharapkan Laporan Keuangan ini dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pengguna laporan khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada LAPAN. Disamping itu, laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Jakarta, 29 April 2016 Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin Kata Pengantar Halaman -i-

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Hal i ii Daftar Lampiran iii Pernyataan Tanggung Jawab iv Ringkasan 1 I. Laporan Realisasi Anggaran... 3 II. Neraca... 4 III. Laporan Operasional... 6 IV. Laporan Perubahan Ekuitas... 7 V. Catatan atas Laporan Keuangan 8 A. Penjelasan Umum 8 B. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 47 C. Penjelasan atas Pos-pos Neraca 55 D. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional 91 E. Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas 96 F. Pengungkapan Penting Lainnya 99 VI. Lampiran dan Daftar Daftar Isi Halaman ii

3 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A1 : Lampiran A2 : Lampiran A3 : Rincian Nilai Perolehan, Akumulasi dan Nilai Buku Aset Tetap Tabel Konstruksi Dalam Pengerjaan Laporan-laporan Pendukung a. Neraca, LRA, LO, dan LPE b. Laporan Pendukung Laporan Keuangan c. Laporan Barang Pengguna d. Daftar Rekening Pemerintah e. Rencana Tindak Lanjut BPK f. Berita Acara Rekonsiliasi g. Daftar lainnya sebagai pendukung Laporan Keuangan Laporan Persediaan Catatan Atas Laporan Barang Milik Negara Daftar Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas Lainnya LAPAN Dari Hibah, Kas dan Deposito Pada Satker BLU Daftar Perkembangan Penyelesaian Kerugian Negara Dokumen Lainnya h. Laporan Keuangan BLU Daftar Isi Halaman iii

4 PERNYATAAN TELAH DIREVIU LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL TAHUN 2015 Kami telah mereviu Laporan Keuangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk tahun anggaran 2015 berupa Neraca per tanggal 31 Desember 2015, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut. Semua informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah merupakan penyajian manajemen Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi, serta kesesuaian pengakuan, pengukuran, dan pelaporan transaksi dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Reviu mempunyai ruang lingkup yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang bertujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, kami tidak memberi pendapat semacam itu. Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan peraturan perundangundangan lain yang terkait. Jakarta, Ratih Pratiwi, SH NIP Pernyataan Telah Direviu

5 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( L A P A N ) JALAN PEMUDA PERSIL NOMOR 1, JAKARTA TELEPON (021) , , FAKSIMILE (021) , SITUS : PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB Laporan Keuangan LAPAN yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 (Audited) sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami. Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta, 29 April 2016 Kepala LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin Pernyataan Tanggung Jawab Halaman -iv-

6 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan LAPAN per 31 Desember 2015 ini telah di susun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintah. Laporan Keuangan ini meliputi : 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan - LRA dan belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember Realisasi Pendapatan Negara pada 31 Desember 2015 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp atau mencapai 4.927,04% dari estimasi pendapatan LRA sebesar Rp Realisasi Belanja Negara pada 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp atau mencapai 79,16% dari alokasi anggaran sebesar Rp NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada 31 Desember Nilai Aset per 31 Desember 2015 dicatat dan disajikan sebesar Rp yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp ; Aset Tetap (neto) sebesar Rp ; Piutang Jangka Panjang (neto) Rp ; dan Aset Lainnya (neto) sebesar Rp Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp dan Rp LAPORAN OPERASIONAL Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-lo, beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-lo, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp sehingga terdapat Defisit dari Kegiatan Operasional senilai Rp Kegiatan Non Ringkasan Halaman- 1 -

7 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Operasional surplus sebesar Rp sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar Rp LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 01 Januari 2015 adalah sebesar Rp ditambah Defisit-LO sebesar Rp kemudian dikurangi penyesuaian nilai aset sebesar Rp ditambah koreksikoreksi sebesar Rp ditambah Transaksi Antar Entitas sebesar Rp sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2015 adalah senilai Rp CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan. Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk 31 Desember 2015 disusun dan disajikan dengan basis akrual. Ringkasan Halaman- 2 -

8 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 31 DESEMBER 2014 Uraian PENDAPATAN Penerimaan Negara Bukan Pajak Catatan B.1 Anggaran 31 Desember 2015 Realisasi % terhadap Anggaran (Dalam Rupiah) 31 Desember 2014 Realisasi ,04% Jumlah Pendapatan ,04% BELANJA B.2 Belanja Pegawai B , Belanja Barang B , Belanja Modal B , Jumlah Belanja , Laporan Realisasi Anggaran Halaman - 3 -

9 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) II. NERACA LAPAN NERACA PER 31 DESEMBER 2015 DAN 31 DESEMBER 2014 NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBER DESEMBER 2014 ASET ASET LANCAR Kas di Bendahara Pengeluaran C Kas Lainnya dan Setara Kas C Kas pada Badan Layanan Umum C Piutang Bukan Pajak C Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum C Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum C Bagian Lancar TP/TGR C Penyisihan Piutang Tak Tertagih-Piutang Lancar C.8 ( ) ( ) Belanja Dibayar di Muka C Persediaan C Persediaan Badan Layanan Umum C Jumlah Aset Lancar PIUTANG JANGKA PANJANG Piutang Tagihan TP/TGR C Piutang Jangka Panjang Lainnya C Penyisihan Piutang Tak Tertagih-Piutang Jangka Panjang C.14 ( ) ( ) Jumlah Piutang Jangka Panjang ASET TETAP Tanah C Peralatan dan Mesin C Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum C Gedung dan Bangunan C Jalan, Irigasi dan Jaringan C Aset Tetap Lainnya C Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum C Konstruksi Dalam Pengerjaan C Akumulasi Penyusutan C.23 ( ) ( ) Jumlah Aset Tetap Neraca Halaman- 4 -

10 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) NAMA PERKIRAAN CATATAN 31 DESEMBER DESEMBER ASET LAINNYA Aset Tak Berwujud C Aset Tak Berwujud - Badan Layanan Umum C Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan C Aset Lain-Lain C Aset Lain-Lain-Badan Layanan Umum C Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya C.29 ( ) ( ) Jumlah Aset Lainnya JUMLAH ASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Uang Muka dari KPPN C Utang kepada Pihak Ketiga C Pendapatan yang ditangguhkan C Utang Jangka Pendek Lainnya C Pendapatan Diterima di Muka C JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS Ekuitas Dana Lancar C Ekuitas Dana Investasi C Ekuitas C JUMLAH EKUITAS JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Neraca Halaman- 5 -

11 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) III. LAPORAN OPERASIONAL LAPAN LAPORAN OPERASIONAL UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 Uraian KEGIATAN O PERASIO NAL PENDAPATAN Catatan Penerimaan Negara Bukan Pajak D JUMLAH PENDAPATAN (Dalam Rupiah) BEBAN Beban Pegawai D Beban Persediaan D Beban Barang dan Jasa D Beban Pemeliharaan D Beban Perjalanan Dinas D Beban Barang untuk Diserahkan kepada masyarakat D Beban Penyusutan dan Amortisasi D Beban Peyisihan Piutang Tak Tertagih D JUMLAH BEBAN SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL ( ) KEGIATAN NO N O PERASIO NAL D.10 Defisit Pelepasan Aset Non Lancar ( ) Surplus Dari Kegiatan Non Operasional Lainnya SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS (DEFISIT) SEBELUM POS LUAR BIASA ( ) PO S LUAR BIASA D.11 Beban Luar Biasa 0 SURPLUS (DEFISIT) POS LUAR BIASA 0 SURPLUS/DEFISIT LO ( ) Laporan Operasional Halaman- 6 -

12 Laporan Keuangan LAPAN TA 2015 (Audited) IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS EKUITAS AWAL LAPAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 (Dalam Rupiah) Catatan E SURPLUS/DEFISIT LO E.2 ( ) - PENYESUAIAN NILAI TAHUN BERJALAN Penyesuaian Nilai Aset E.3 ( ) - DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR LAIN-LAIN Uraian KOREKSI NILAI PERSEDIAAN E KOREKSI NILAI ASET TETAP NON REVALUASI E LAIN-LAIN E JUMLAH LAIN-LAIN TRANSAKSI ANTAR ENTITAS EKUITAS AKHIR E Laporan Perubahan Ekuitas Halaman- 7 -

13 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Dasar Hukum Entitas dan Rencana Strategis V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENJELASAN UMUM A.1. Profil dan Kebijakan Teknis LAPAN Pembangunan Iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, serta mengembangkan ilmu sosial dan humaniora untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas Iptek yang senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memperhatikan sumber daya dan kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan paparan bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-3 yang sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) disampaikan bahwa Pembangunan Keunggulan Kompetitif Perekonomian berbasis pada : (1) Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia; (2) Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas; (3) Kemampuan Iptek. Terdapat 7 bidang strategis dalam RPJPN , yaitu: Pertanian dan Ketahanan Pangan; Teknologi Kesehatan dan Obat; Energi, Energi Baru dan Terbarukan; Teknologi Informasi dan Komunikasi; Teknologi Transportasi; Material Maju, serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia Iptek, peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan Iptek lintas sektor, perumusan agenda riset yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan sarana dan prasarana Iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi Iptek. Dukungan tersebut dimaksudkan untuk penguatan sistem inovasi dalam rangka mendorong pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan. Iptek penerbangan dan antariksa merupakan salah satu mesin penggerak pembangunan ekonomi seperti pemanfaatan untuk telekomunikasi, navigasi, pengembangan satelit, perencanaan tataguna lahan untuk pengembangan wilayah, perencanaan pengembangan infrastruktur (jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, dan sebagainya), pengelolaan Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -8-

14 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) sumberdaya alam (hutan produksi, perkebunan, perikanan, pertanian, pertambangan, sumberdaya air), pemantauan lingkungan (cuaca, perubahan iklim dan sebagainya), sehingga dapat menjadi dasar arah pengembangan dan program dasar kemandirian teknologi nasional berbasis penerbangan dan antariksa. Penguasaan teknologi dirgantara khususnya teknologi roket dan satelit sangat penting dalam rangka mencapai kemandirian bangsa untuk menjamin kelangsungan pemanfaatan teknologi yang dimiliki Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), maupun aspirasi masyarakat terhadap informasi yang disediakan oleh LAPAN. Penguasaan Iptek penerbangan dan antariksa sangat penting bagi negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan aspek geografis yang spesifik yaitu wilayahnya luas, daratannya tersebar, berada di jalur katulistiwa di antara dua benua dan dua samudera, kaya dengan sumberdaya alam dan rentan terhadap bencana. Iptek penerbangan dan antariksa juga sangat penting bagi pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan, dan penanganan bencana melalui penyajian informasi untuk peringatan dini, tanggap darurat dan rehabilitasi sehingga mempercepat respon terhadap permasalahanpermasalahan nasional. Rencana Strategis (Renstra) LAPAN memberikan gambaran kuat LAPAN dalam upaya membangun kemandirian di bidang teknologi dirgantara khususnya roket dan satelit sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan seluas-luasnya Iptek dirgantara untuk mendukung pembangunan nasional setidaknya dalam bidang ekonomi dan lingkungan hidup serta memberikan gambaran kesiapan LAPAN dalam memberikan pelayanan kepada para stakeholder, pengguna dari berbagai institusi pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat. Renstra LAPAN merupakan dokumen perencanaan untuk 5 (lima) tahun ke depan dan telah diselaraskan dengan RPJMN dan menjadi acuan bagi unit kerja eselon I dan II serta unit kerja Mandiri (Balai) untuk menyusun Renstra sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -9-

15 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) 1.1 Kondisi Umum Profil LAPAN LAPAN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang didirikan pada tahun 1963 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional. Keputusan Presiden tersebut diperbaharui dan disempurnakan dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen Gambar 1.1 Kantor LAPAN Pusat sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun Keputusan Presiden tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Nomor 05 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Nomor 02 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Dengan disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan, saat ini sedang disiapkan Rancangan Peraturan Presiden tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. A. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 dan Peraturan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Nomor 02 Tahun 2011 LAPAN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -10-

16 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugasnya, LAPAN dikoordinasikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Dalam melaksanakan tugasnya, LAPAN menyelenggarakan fungsi : 1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya; 2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN; 3. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya; 4. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. Dalam menyelenggarakan fungsi di atas, LAPAN mempunyai kewenangan: 1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya; 2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro; 3. Penetapan sistem informasi di bidangnya; 4. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku yaitu : a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya; b. Penginderaan/pemotretan jarak jauh dan pemberian rekomendasi perizinan satelit. Berdasarkan kedudukan, tugas, fungsi dan kewenangan, maka lingkup kegiatan yang dilaksanakan LAPAN adalah pada : (1) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa, (2) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan penginderaan jauh, (3) penelitian, pengembangan dan pemanfaatan teknologi dirgantara, dan (4) kajian dan pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional. Pemanfaatan Iptek kedirgantaraan merupakan salah satu mesin Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -11-

17 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) penggerak pembangunan ekonomi seperti pemanfaatan untuk telekomunikasi, navigasi, pengembangan satelit pendidikan, tele medisin, perencanaan tataguna lahan untuk pengembangan wilayah, perencanaan pengembangan infrastruktur (jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, dan sebagainya), pengelolaan sumberdaya alam (hutan produksi, perkebunan, perikanan, pertanian, pertambangan, sumberdaya air), pemantauan lingkungan (cuaca, perubahan iklim dan sebagainya), dan untuk mendukung pertahanan NKRI. Penguasaan Iptek kedirgantaraan sangat penting bagi negara seperti Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan aspek geografis yang spesifik yaitu wilayahnya luas, daratannya tersebar, berada di jalur katulistiwa di antara dua benua dan dua samudera, kaya dengan sumberdaya alam dan rentan terhadap bencana. Pengelolaan wilayah negara dengan aspek geografis yang demikian sangat memerlukan Iptek kedirgantaraan. Iptek kedirgantaraan memberikan kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan, dan penanganan bencana melalui penyajian informasi untuk peringatan dini, tanggap darurat dan rehabilitasi. Penguasaan Iptek kedirgantaraan memungkinkan bagi Indonesia untuk menjaga dan melindungi keutuhan NKRI. Keberhasilan LAPAN dalam penguasaan Iptek kedirgantaraan (rancang bangun satelit mikro dan operasional pengendalian serta penerimaan datanya, rancang bangun roket balistik dan kendali sampai dengan ukuran 420 mm dan dilanjutkan dengan 550 mm, pelayanan data/informasi penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya lahan, mitigasi bencana, dan mendukung keperluan hankam, serta pengembangan model dan informasi sains antariksa dan atmosfer) sangat membantu dan berkontribusi bagi masyarakat Indonesia dalam kehidupannya. Cita-cita LAPAN dalam upayanya berkontribusi bagi kemandirian teknologi dan pemberdayaan Iptek di tengah-tengah masyarakat juga banyak mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut merupakan strategic issued bagi LAPAN. Pemetaan kendala telah dilakukan, diantaranya dapat disebutkan: 1. Fasilitas dan kapasitas peralatan penelitian dan laboratorium sangat terbatas; Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -12-

18 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) 2. Ketersediaan SDM yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas masih kurang dibandingkan dengan program yang harus dijalankan. Hal ini semakin sulit dengan adanya kebijakan nasional dalam pembatasan rekruitmen PNS; 3. Anggaran LAPAN dalam 5 tahun terakhir sangat terbatas sehingga belum memungkinkan pengembangan dan investasi peralatan secara memadai untuk mendukung penguasaan Iptek kedirgantaraan. 4. Missile Technology Control Regime (MTCR) yang menghalangi proses kerjasama Indonesia (LAPAN) dengan negara-negara yang telah mempunyai kemampuan di bidang teknologi roket dalam rangka alih teknologi dan pengembangan kemampuan roket LAPAN/ nasional. Rencana Strategis ini disusun dengan mempertimbangkan Rancangan Peraturan Presiden yang baru, yang mengantisipasi perkembangan organisasi modern serta tantangan sains dan teknologi antariksa Capaian LAPAN 2015 Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertugas di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya, LAPAN telah menghasilkan berbagai kemajuan penguasaan di bidang teknologi penerbangan dan antariksa pada tahun Pencapaian tersebut telah banyak dimanfaatkan oleh pengguna di berbagai sektor pembangunan. Berbagai capaian tersebut diantaranya: litbang yang dihasilkan di bidang sains antariksa dan sains atmosfer, rancang bangun teknologi satelit, pengembangan teknologi roket sonda, pengembangan teknologi penerbangan, serta litbang di bidang penginderaan jauh dan kajian kebijakan. Pencapaian tersebut merupakan acuan bagi LAPAN untuk terus berbenah dalam orientasi bersama untuk mewujudkan pusat unggulan di setiap kompeterisi LAPAN pada periode pembangunan berikutnya. Adapun capaian pada tahun 2015 yang telah dihasilkan sebagai berikut: a. Di bidang pengembangan kompetensi sains antariksa, telah dilakukan pengembangan Decision Support System (DSS) berupa Space Weather Information and Forecast Services (SWIFtS). DSS Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -13-

19 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) SWIFTS, merupakan sistem yang mampu melakukan prakiraan kondisi cuaca antariksa agar dapat dimanfaatkan terkait timbulnya potensi gangguan akibat cuaca antariksa pada komunikasi radio HF, navigasi dan satelit. Produk ini membuktikan bahwa fenomena cuaca antariksa dapat diprakirakan dengan menganalisis data-data pengamatan real time, baik data lokal maupun global untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan. Sampai saat ini telah dilakukan informasi harian dan prediksinya untuk kondisi matahari, medan magnet bumi, dan kondisi lapisan ionosfer. Informasi ini disampaikan melalui website Sistem ini direncanakan menjadi informasi unggulan di wilayah regional Asia Tenggara, karena sampai saat ini hanya LAPAN yang dapat melakukannya. Selanjutnya ditargetkan sistem ini akan segera bergabuing dengan ISES (International Space Environment Services. Sedangkan pada bidang pengembangan kompetensi sains atmosfer, telah dilakukan pengembangan Decision Support System (DSS) berupa Satellite Early Warning System (Sadewa) merupakan sebuah sistem informasi peringatan dini bencana yang dikembangkan berbasis teknologi satelit dan juga dilengkapi sensor-sensor terestrial. Sistem peringatan dini bencana dapat mengurangi resiko bencana dengan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Sadewa memonitor kejadian hujan ekstrim yang berpotensi menimbulkan bencana banjir dan longsor di seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi 5 km2 mendekati real time dan mengirimkan informasi peringatan dini melalui website, dan pesan singkat (SMS) kepada pihak-pihak yang terkait dengan penanggulangan bencana. Pada tahun 2015 sistem peringatan dini bencana LAPAN telah sampai pada versi pengembangan ke 3 (Sadewa 3.0) yang dapat diakses melalui jaringan Dalam mengembangkan minat masyarakat terhadap iptek penerbangan dan antariksa, LAPAN telah membangun sarana edukasi publik berupa planetarium berpindah (mobile planetarium). Kemenristekdikti memberikan pembinaan pada PSTA untuk menjadi Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -14-

20 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Pusat Unggulan IPTEK b. Dalam pengembangan kompetensi Teknologi Penerbangan dan Antarikaa, LAPAN telah menghasilkan teknologi roket yang banyak dimanfaatkan pengguna, salah satunya dalam hal penggunaan khusus yaitu tipe roket RX 1210 dan RX Dalam pengembangan Program Roket Pengorbit Satelit (RPS), LAPAN melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pada tipe roket RX 320, RX 450, dan RX 550. Pada tanggal 13 Mei 2015, LAPAN telah berhasil meluncurkan roket RX-450. Peluncuran berlangsung di Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Jawa Barat. RX 450 merupakan roket sonda yang mempunyai diameter 450 mm yang dapat digunakan untuk mengukur parameter atmosfer. Sedangkan RX 550, yang menjadi komponen utama RPS, masih sedang dalam proses persiapan uji statik. Pengembangan roket RX 550 (integrasi dan uji statik) dilakukan dengan dukungan kerjasama pengembangan nosel dengan pihak YuZhnOye Ukraina. Pengembangan kapasitas produksi bahan baku propelan untuk membangun kemandirian bahan baku roket. LAPAN telah berhasil memproduksi Amonium Perkhlorat (AP) dan Hydroxy Terminated Polybutadiene (HTPB) untuk membangun kemandirian dan mengurangi ketergantungan bahan baku dan negara lain yang sulit diperoieh dan dibatasi oleh kebijakan internasional Missile Technology Control Regime (MTCR). Keberhasilan produksi AP dan HTPB secara mandiri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Peralatan Propellant Production Line bisa dimanfaatkan untuk memproduksi motor roket / propelan kelas RX 1220 dengan kapasitas maks 500 unit per tahun. Produksi AP secara mandiri juga memberikan kemampuan untuk menghasilkan produk lain yaitu Kalium Perkhlorat (KP) sebagai bahan untuk penyemaian bibit hujan atau modifikasj cuaca. Selain itu, di bidang teknologi satelit LAPAN berupaya untuk membangun kemampuan penelitian dan perekayasaan teknologi satelit di dalam negeri baik satelit komunikasi, navigasi dan Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -15-

21 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) penginderaan jauh. LAPAN berhasil membuat satelit eksperimen LAPAN-Tubsat yang diluncurkan pada 2007 dengan menggunakan roket peluncur satelit milik India. LAPAN juga telah menyelesaikan satelit kedua yang bernama LAPAN-A2/Orari dengan misi surveillance, monitoring lalu lintas kapal dan komunikasi amafir. Pelepasan Satelit LAPAN A2 dilakukan oleh Presiden RI pada tanggal 3 September 2015 dan telah berhasil diluncurkan pada pukul WIB tanggal 28 September 2015, di Sriharikota, India. LAPAN-A2 berbobot 76 kg dilepaskan pada ketinggian 650,16 km setelah 23 menit 3 detik. Saat ini, LAPAN juga sedang mengembangkan satelit eksperimen berikutnya yakni LAPAN-A3, yang memiliki misi penginderaan jauh untuk ketahanan pangan. Pada tahun 2015 satelit LAPAN-A3 telah sampai pada tahap AIT dengan melengkapi fasilitas uji vibrasi dan EMC, fitting test, dan penyelesaian AIT dan uji vibrasi dummy load. LAPAN optimis di masa depan Indonesia akan mampu satelit yang dikembangkan masih berupa satelit membangun sendiri satelit operasional dengan berat eksperimen dengan berat di bawah 100 kilogram, namun lebih dan 1000 kg. Capaian dalam bidang litbangyasa satelit lainnya berupa keberhasilan seluruh uji fungsional dan misi satelit pada IOT LAPAN-A2, keberhasilan uji algoritma nadir point pada attitude control satelit, terselesaikannya 3 prototipe sub sistem satelit, dan tahap akhir pengembangan SW koreksi sistematik imager LAPAN- A3, modul TT&C dan modul akuisisi data misi LAPAN-A3, dan menghasilkan 5 KTI internasinal terindeks dan 8 KTI Nasional, serta 1 usulan HKI. Di bidang teknologi penerbangan, LAPAN telah melakukan Pengoperasian pesawat tanpa awak/ Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau disebut juga LAPAN Surveillance UAV (LSU) dalam kelas medium altitude dan long endurance dengan misi airborne remote sensing. LAPAN berkomitmen dan telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), PSBA, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Yogyakarta (BNPBD Yogyakarta), TNI, Poiri, Kementan, Badan Informasi Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -16-

22 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Geospasial (BIG) dan lebih dari 10 instansi untuk memanfaatkan LSU sebagai alat bantu surveillance, monitoring maupun bantuan pemetaan resolusi tinggi, baik sebagai data utama maupun data dukungan. Pengoperasian pesawat tanpa awak/unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau disebut juga LAPAN Surveillance UAV (LSU) dalam kelas medium altitude dan long endurance dengan misi airborne remote sensing. Pesawat LSU-01 berhasil diuji coba dengan terbang secara terprogram dengan lama terbang 50 menit, kecepatan 60 km/jam dan muatan 0.5 kg. Pesawat LSU-02 telah di uji terbang secara terprogram dengan lama terbang 3.8 jam dengan kecepatan 150 km/jam serta mampu membawa muatan maksimum 3 kg. Pesawat ini telah berhasil terbang selama 2 jam 45 menit menempuh jarak total sekitar 200 km dari Pameungpeuk-Bandara Nusawiru Pangandaran-Pameungpeuk dan telah dicatatkan sebagai Rekor MURI. Pesawat LSU-03 dapat terbang secara terprogram dengan lama terbang 5 jam, kecepatan 150km/jam serta mampu membawa muatan maksimum 10 Kg. Pada tanggal 29 Nopember 2015 Pesawat LSU-03 berhasil menempuh jarak sejauh 340 Km, terbang pergipulang dari lapangan udara Pameungpeuk, Pangandaran, Nusakambangan, Cilacap dengan ketinggian 600 meter selama 3.5 jam dan meraih penghargaan rekor MURI untuk kategori Pesawat Tanpa Awak (UAV) terbang menempuh jarak terjauh. Pesawat LSU- 05 merupakan pesawat yang mampu terbang selama 6-7 jam dengan kecepatan mencapai 150 km/jam, konsumsi bahan bakar 1.4 liter/jam dan mampu membawa muatan 30 kg. Tahun 2015 Pusat Teknologi penerbangan telah melakukan pertemuan Mission Validation bersama kementrian KKP terkait misi Maritime Surveillance System (MSS). LAPAN menerima penghargaan Karya Unggulan Anak Bangsa dari Kemenristekdikti aatas konsep MSS dan bersama PT. DI atas produk N-219. Juga telah dilakukan optimasi design LSU-03 dan LSU-02 sebagai elemen MSS, optimasi tersebut menghasilkan LSU-03-NG dan LSU-02-NG. Telah dilakukan pula penyiapan Mobile ground segment MSS yang menghasilkan dampak positif seperti pendaftaran patent design industri LSU-03-NG, hilirisasi Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -17-

23 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) LSU-03 ke PT. M3 untuk diproduksi bagi keperluan AD, dan menciptakan struktur baru full carbon untuk serial LSU. Pada tanggal 10 Desember 2015 di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PT. DI) pesawat nasional N-219 tampil perdana di hadapan publik. Pesawat N219 sepenuhnya murni dikembangkan oleh putra putri Indonesia dan tidak melibatkan seorangpun konsultan asing. Teknik rancang bangun yang modern, computerized, dirancang dan digambar secara digital sehingga akurasinya terjaga. N219 menjadi tonggak sejarah. Program pesawat transport nasional N219 yang secara resmi dimulai pada 2014 disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas bandar udara di daerah terpencil di Indonesia dengan tetap memperhatikan aspek efisiensi dan harga yang bersaing. Pesawat ini juga dapat dioperasikan pada daerah dengan kondisi awan yang sulit maupun landasan tak beraspal di wilayah pegunungan dan kepulauan. Pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat pada landasan yang pendek dengan stabilitas tinggi dan dinilai tepat untuk bandara di daerah terpencil Indonesia dengan lahan yang tidak luas. c. Di bidang pengembangan kompetensi Penginderaan Jauh, telah dilakukan pengembangan Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) dan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN). Implementasi lnstruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan iauh Resolusi Tinggi, LAPAN telah melakukan kegiatan yang diantaranya pembangunan sarana dan prasarana pendukung. Citra Satelit Resolusi Tinggi yang diakuisisi adalah SPOT-6 dan SPOT-7. Terkait Instruksi Presiden tersebut, LAPAN melaksanakan kegiatan sebagal berikut: 1) Menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi dengan liserisi Pemerintah Indonesia; 2) Meningkatkan kapasitas dan operasi sistem akuisisi data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi; 3) Melaksanakan penyediaan data satelit penginderaan jauh Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -18-

24 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) resolusi tinggi sesual dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 4) Melakukan pengolahan atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral; 5) Membuat metadata atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi sesual dengan Standar Nasional Indonesia; 6) Melakukan penyimpanan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi; dan 7) Bersama Kepala Badan Informasi Geospasial melakukan pengendalian kualitas terhadap data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Kontinuitas litbang teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh serta operasional dan pelayanannya dalam mendukung institusi terkait dengan melakukan pengembangan kapasitas stasiun bumi dan menerima (akuisisi) data satelit resolusi rendah, menengah dan tinggi untuk seluruh Indonesia, yaitu: MTSAT, NOAA, Terra/Aqua, NPP, Feng Yung, Metop, Landsat-7, LDCM, SPOT-5, SPOT-6 dan SPOT- 7 melalui stasiun bumi satelit penginderaan jauh Parepare, Pekayon dan Rumpin. Peningkatan kualitas Litbangyasa teknologi dan data penginderaan jauh pada tahun 2015 menghasilkan 13 prototipe/modul dan 23 publikasi nasional dan internasional, 1 sistem quality control dan pengolahan data resolusi sangat tinggi dan 1 sistem otomatisasi penerimaan, pengolahan dan pendistribusian data MODIS, S-NPP, Landsat 7/8 secara near real time. Dalam peningkatan kualitas produk teknologi dan data penginderaan jauh pada tahun 2015 menghasilkan cloud mosaic Landsat-7/8 yang terupdate setiap 6 bulan, cloud free mosaic SPOT-6/7 yang terupdate setiap tahun, Km2 data CSRT dan sistem penyediaan data Terra-Aqua dan S-NPP terdistribusi <1 jam untuk mendukung quick respon bencana alam. Layanan teknologi dan data penginderaan jauh telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008. Akusisi data ini merupakan bagian dari Bank Data Penginderaan Jauh Nasional (BDPJN) yang telah dioperasikan secara Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -19-

25 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) penuh pada tahun 2014 yang telah terintegrasi dengan Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN). BDPJN melayani penyediaan data satelit secara nasional, dan telah didistribusikan kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Pada tahun 2015, BDPJN telah mendistribusikan data citra satelit sebanyak data kepada 50 K/L, 147 Pemda/Pemkot, 9 data TNI/Polri dan 19 Perguruan Tinggi. BDPJN tidak hanya dapat digunakan untuk pengendalian akibat dampak perubahan lingkungan (deforestasi dan emisi hutan), tetapi juga bisa melihat distribusi potensi sumber daya alam lndonesia. Indonesia secara resmi menjadi negara ke-9 dan negara pertama di Asia Tenggara yang menjadi Regional Support Office, United Nations-SPace based Information for Disaster Emergency and Reduction (RSO UN-SPIDER). LAPAN menjadi pelaksana RSO karena memiliki pengalaman dalam pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk berbagai bidang seperti mitigasi bencana, pemodelan perubahan iklim, pemantauan lingkungan dan sumber daya alam. RSO dibentuk sebagai amanat Resolusi Majelis Umum PBB mengenal kerjasama UN-SPIDER dengan pusat-pusat keahlian regional dan nasional dalam penggunaan teknologi antariksa guna melakukan manaiemen mitigasi bencana. LAPAN juga terlibat dalam project Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) untuk pemetaan lahan hutan seluruh Indonesia menggunakan data satelit penginderaan jauh Landsat multi temporal. Pemetaan hutan telah dilakukan setiap tahun untuk seluruh wilayah Indonesia selama periode Informasi spasial hutan yang dihasilkan telah dimanfaatkan oleh Kementerian Kehutanan, UKP4 dan berbagai institusi pemerintah lainriya.updatiflg akan terus dilakukan setiap tahun dengan menggunakan data satelit Landsat Data Continuity Mission (LDCM). Selain BDPJN, LAPAN juga mengembangkan Sistem Pemantauan Bumi Nasional (SPBN) yang terdiri dari Sistem Informasi dan Mitigasi Bencana Alam (SIMBA) dan Sistem Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SISDAL). SIMBA Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -20-

26 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) merupakan Iayanan informasi peringatan dini dan tanggap darurat bencana berbasis data penginderaan jauh, dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan terkait kondisi sebelum, pada saat, dan terjadinya bencana. Sedangkan SISDAL merupakan layanan informasi mengenal sumberdaya alam dan lingkungan wilayah darat, pesisir dan laut berbasis data satelit penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya alam dan Iingkungan yang lestari. Jenis informasi yang disajikan dalam SIMBA di antaranya: kondisi liputan awan dan curah hujan dan data satelit, sistem peringkat bahaya kebakaran, pemantauan kondisi titik panas hotspot, kabut asap kebakaran, dan informasi bekas lahan terbakar, informasi potensi banjir di wilayah genangan banjir, informasi potensi banjir/kekeringan di wilayah pertanaman padi, dan informasi letusan gunung berapi. Jenis informasi dalam SISDAL meliputi tutupan lahan hutan seluruh Indonesia, pemantauan fase pertumbuhan padi, pemantauan ekosistem danau, informasi pulau kecil terluar, Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI), sebaran mangrove, dan sebaran terumbu karang. Periode waktu informasi di dalam sistem yang diberikan diperbaharul secara periodik harlan, 8-harian, atau bulanan. Data utama yang digunakan adalah data satelit resolusi rendah, menengah dan tinggi, diantaranya: data satelit Terra/Aqua MODIS, NOAA AVHRR, MTSAT-1R, QMorph, dan TRMM, TM/ETM+/8 dan SPOT-6/SPOT-7. Capaian dalam pengembangan Sistem Pemantauan Bumi Nasional pada tahun 2015 adalah 14 jenis informasi SISDAL dan SIMBA, 4 sistem SPBN Provinsi, 2 sistem otomatisasi (ZPPI dan Daerah bekas terbakar), 73 pengguna SPBN, dan komersialisasi informasi ZPPI oleh PT. CSM. Capaian kualitas Litbang pemanfaatan penginderaan jauh meliputi 5 makalah publikasi ilmiah internasional terakreditasi, 20 makalah publikasi ilmiah nasional terakreditasi, 44 makalah dalam buku, 59 makalah dalam prosiding nasional dan 24 makalah dalam prosiding internasional. Capaian kualitas pedoman dan informasi penginderaan jauh meliputi 10 draf pedoman pemanfaatan penginderaan jauh, 17 pengembangan metode Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -21-

27 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) untuk peningkatan kualitas pedoman dan informasi. d. Undang-Undang (UU) RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan menjadi landasan hukum bagi penyelenggaraan keantariksaan di Indonesia. UU Kenatariksaan ini bertujuan mewujudkan kemandirian dan meningkatkan daya saing bangsa dan Negara dalam penyelenggaraan keantariksaan untuk kesejahteraan dan produktivitas bangsa. UU ini akan menjadi pedoman bagi pelaksanaan kerjasama keantariksaan untuk perlindungan terhadap kepentingan Indonesia. Pada tahun 2015 telah disahkan satu peraturan pelaksanaan dari UU tersebut, yaitu Perpres Nomor 49 Tahun 2015 tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Saat ini Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penginderaan Jauh, dan RPP Penyelenggaraan Keantariksaan telah dilakukan harmonisasi. LAPAN juga telah menyusun RPerpres tentang Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaaan sebagai pedoman nasional dan saat ini proses tersebut memasuki tahap harmonisasi dan akan segera ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan LAPAN. BPK melakukan pemeriksaan dengan berdasarkan pada standar pemeriksaan keuangan negara yang meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan tersebut meliputi penilaian atas penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat. Penilaian atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian internal yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap pengujian laporan keuangan secara keseluruhan. Berturut-turut opini yang diberikan terhadap laporan keuangan LAPAN sebagai berikut : Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -22-

28 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Tabel 1 Opini BPK atas Laporan Keuangan LAPAN Tahun TAHUN JENIS PEMERIKSAAN OPINI BPK 2010 LK 2009 WTP 2011 LK 2010 WTP 2012 LK 2011 WTP 2013 LK 2012 WDP 2014 LK 2013 WDP 2015 LK 2014 WDP Aspirasi Masyarakat terhadap LAPAN Pengembangan produk litbang dan layanan publik LAPAN tidak terlepas dari berbagai aspirasi dari 4 stakeholder LAPAN yang meliputi instansi pemerintah, masyarakat pengguna, masyarakat ilmiah, dan masyarakat umum. Sampai dengan saat ini kebutuhan stakeholder yang teridentifikasi di antaranya : 1. LAPAN (Pusat Sains Antariksa) sebagai satu-satunya instansi yang melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang cuaca antariksa diharapkan dapat menjadi pusat rujukan dalam bidang cuaca antariksa. 2. Dengan makin banyaknya penggunaan teknologi yang berbasis antariksa, maka hasil litbang cuaca antariksa makin banyak diperlukan, antara lain oleh TNI POLRI, pemerintah daerah pengguna komunikasi radio HF, dan penyedia jasa layanan komunikasi dengan satelit. 3. Meningkatnya minat masyarakat dalam bidang keantariksaan menjadikan LAPAN (Pusat Sains Antariksa) sebagai sumber informasi untuk mejelaskan fenomena antariksa yang menjadi perhatian masyarakat. 4. Dengan meningkatnya minat komunitas internasional terhadap fenomena atmosfer ekuator dan kopling atmosfer antariksa di lintang rendah, maka hasil litbang teknologi atmosfer makin banyak diperlukan untuk mitigasi bencana alam terkait perubahan iklim. 5. Data satelit penginderaan jauh saat ini telah dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga, Pemda, TNI dan Polri dalam pelaksanaan Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -23-

29 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) dan perencanaan pembangunan di berbagai sektor. Data penginderaan jauh multi sensor dan multi resolusi dimanfaatkan untuk pemetaan dasar, pemantauan dan inventarisasi sektor kehutanan, pemantauan dan inventarisasi sektor pertanian, mitigasi bencana, dan lain-lain. Kebutuhan data satelit penginderaan jauh yang sangat besar untuk berbagai keperluan ini, memberikan peluang LAPAN untuk semakin berkiprah dalam pembangunan nasional. 6. Terkait dengan isu perubahan iklim, LAPAN sebagai satu-satunya institusi yang mampu menyediakan data satelit secara konsisten dan kontinyu, memiliki peluang untuk membangun kerjasama nasional dan internasional yang saling menguntungkan dalam pengembangan kompentensi SDM dan infrastruktur. 7. Banyaknya permintaan informasi sektor berbasis data penginderaan jauh dan juga permintaan stakeholder agar metode yang dibangun lebih akurat. Adanya tawaran kerjasama pengembangan metodologi dari instansi lain baik dalam maupun luar negeri. Kegiatan kerjasama dengan instansi litbang baik dalam maupun luar negeri akan meningkatkan kualitas metode yang akan dibangun. 8. Meningkatnya kebutuhan data dan informasi penginderaan jauh nasional, yang didukung dengan semakin banyaknya data penginderaan jauh resolusi tinggi yang tersedia, sehingga mendorong LAPAN meningkatkan layanannya. 9. LAPAN diharapkan berkontribusi dalam pengembangan roket untuk berbagai aplikasi layanan. 10. Banyaknya tawaran kerjasama pengembangan teknologi satelit, yang juga didukung dengan semakin banyaknya pengguna teknologi satelit untuk membuat satelit nasional secara mandiri. 11. Meningkatnya permintaan pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk berbagai keperluan. 12. Adanya permintaan sebagai partner strategis bagi industri penerbangan. 13. Kemampuan Litbang LAPAN dalam teknologi penerbangan, khususnya teknologi pesawat terbang. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -24-

30 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) 14. Teknologi UAV/LSU sebagai wahana untuk surveillance, pemetaan resolusi tinggi dan monitoring dalam sistem kebencanaan nasional, lingkungan hidup dan perlindungan wilayah. 15. Meningkatnya kebutuhan akan hasil pengkajian kebijakan yang berkualitas oleh pengambil kebijakan (policy driven research) yang dapat menjawab isu-isu strategis terkini di bidang penerbangan dan antariksa. Aspirasi masyarakat terhadap LAPAN dapat terlihat pada data kerjasama formal antara LAPAN dengan berbagai pihak (Pemerintah Pusat, Pemda, Perguruan Tinggi, dan Swasta/BUMN) dalam hal penyediaan data, informasi, dan pemanfaatan teknologi penerbangan dan antariksa. Aspirasi-aspirasi tersebut membuktikan bahwa diperlukan teknologi di bidang penerbangan dan antariksa untuk mendukung pengembangan wilayah/tata ruang, pemantauan sumber daya alam dan lingkungan, mitigasi bencana, dan transportasi dalam rangka pembangunan nasional. Produk litbang dan layanan publik LAPAN semakin penting dan dibutuhkan bagi kepentingan masyarakat. Hal ini mendorong LAPAN untuk terus mengembangkan produk litbang dan meningkatkan layanan kepada masyararakat Layanan Publik 1. Badan Layanan Umum Pelayanan publik yang dilakukan oleh LAPAN dapat terlihat pada pelayanan produk litbang yang diberikan kepada berbagai pihak (Pemerintah Pusat, Pemda, Perguruan Tinggi, dan Swasta/BUMN) dalam hal penyediaan data, informasi, dan pemanfaatan teknologi penerbangan dan antariksa. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik di LAPAN, Pusfatekgan/BLU LAPAN telah menerapkan sistem manajemen Mutu ISO 9001:2008 dengan sertifikasi pada tahun 2014, sehingga sistem manajemen pelayanan berstandar internasional. Hal ini menunjukan komitmen LAPAN dalam melaksanakan proses reformasi birokrasi, terutama pada area pelayanan publik sesuai Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -25-

31 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) amanat UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 2. Layanan Informasi Secara umum produk litbang dan layanan publik LAPAN dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu: a) Informasi cuaca antariksa dan kondisi atmosfer, b) Data dan informasi berbasis penginderaan jauh satelit, c) Penguasaan teknologi roket, satelit, dan penerbangan (pesawat tanpa awak dan pesawat transport), d) Kebijakan terkait pemanfaatan teknologi penerbangan dan antariksa. Sampai dengan akhir tahun 2014, LAPAN telah memiliki Standar Pelayanan Publik (SPP) sebanyak 84 SPP, yang telah disahkan melalui Keputusan Kepala LAPAN Nomor 225 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan di LAPAN sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Kepala LAPAN Nomor 242 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala LAPAN Nomor 225 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan di LAPAN dan Keputusan Kepala LAPAN Nomor 220 Tahun 2014 tentang Tim Penyusunan Standar Pelayanan. Melalui evaluasi pelayanan publik kelembagaan yang dilakukan oleh Kementerian PAN & RB dan Ombudsman RI pada tanggal 5 Juli 2013, LAPAN mendapatkan peringkat ke-8 yang didukung oleh 3 (tiga) unit pelayanan publik, yaitu Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat (Biro KSH), Pusat Pemanfaatan Teknologi Dirgantara (Pusfatekgan), dan Balai Penginderaan Jauh Parepare (BPJ Parepare). Dalam rangka keterbukaan informasi publik dan apresiasi atas kemudahan akses pengguna terhadap hasil litbang LAPAN, pada tahun 2013 LAPAN bersama Kementerian Keuangan terpilih sebagai champion Layanan Informasi Publik versi Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) karena memiliki lebih banyak jumlah informasi layanan publik yang telah dimasukkan ke dalam portal dan dikelola dengan lebih baik dibandingkan Kementerian dan Lembaga lainnya. Pada 2014, nilai Pemeringkatan E-Goverment Indonesia Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -26-

32 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) (PeGI) LAPAN berada di posisi 11 dari 24 LPNK yang berpartisipasi, dengan predikat "baik" untuk semua dimensi penilaian (kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi, dan perencanaan). Sementara itu, untuk Webometrics berada pada posisi 666 dari 70 ribu lembaga litbang di seluruh dunia. Untuk posisi lembaga litbang di Indonesia peringkat Webometrics, LAPAN menduduki peringkat 40 pada Januari 2014, kemudian naik menjadi peringkat 4 pada bulan Juli tahun 2014, dan pada Januari 2015 peringkat LAPAN naik satu tingkat menjadi peringkat Regulasi Kewenangan LAPAN Landasan hukum LAPAN berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013, dan Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LAPAN didukung berbagai peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan, terutama Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan (LAPAN merupakan Lembaga utama penyelenggara kegiatan keantariksaan di Indonesia). Peraturan perundang-undangan lainnya yang juga mendasari/mendukung tugas fungsi LAPAN yaitu: 1. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( Sisnas-Iptek); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan; 3. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional (LAPAN mempunyai keterkaitan untuk bekerjasama dengan industri yang sejenis litbang LAPAN bahwa Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -27-

33 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) pengembangan industri nasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri, dan yang memiliki struktur yang sehat dan berkeadilan, berkelanjutan, serta mampu memperkokoh ketahanan nasional memerlukan sebuah kebijakan industri nasional yang jelas). 4. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. (LAPAN mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan armada angkutan udara nasional yang tangguh serta didukung industri pesawat udara yang andal sehingga mampu memenuhi kebutuhan angkutan, baik di dalam negeri maupun dari dan ke luar negeri). 5. Peratuan Kepala LAPAN Nomor 02 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala LAPAN Nomor 05 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala LAPAN Nomor 02 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja LAPAN. Organisasi baru akan merujuk pada Perpres organisasi sebagai amanat dari Undang- Undang RI Nomor 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan. 6. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi; (LAPAN menyediakan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi untuk keperluan survei dan pemetaan berdasarkan hasil pengolahan atas data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi berupa koreksi radiometrik dan spektral) Saat ini sedang disiapkan Rancangan Peraturan Presiden tentang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, seperti diamanatkan Undang-undang Keantariksaan. 1.2 Potensi dan Permasalahan Kekuatan 1. LAPAN merupakan satu-satunya instansi yang melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang cuaca antariksa. 2. Dengan makin banyaknya penggunaan teknologi yang berbasis Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -28-

34 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) antariksa, maka hasil litbang dalam cuaca antariksa makin banyak diperlukan, antara lain oleh TNI POLRI, pemerintah daerah pengguna komunikasi radio HF, dan penyedia jasa layanan komunikasi dengan satelit. 3. Memiliki kemampuan di dalam melakukan pengkajian kebijakan dan peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan dan antariksa. 4. Satu-satunya instansi di lingkungan Ristek yang menjalankan litbang khusus dalam teknologi penerbangan, khususnya dalam pengembangan teknologi pesawat terbang. 5. Mempunyai landasan hukum yang kuat meliputi UU RI Nomor 21 tahun 2013, UU RI Nomor 1 Tahun 2009 dan Perpres Nomor 28 Tahun Pengalaman diseminasi yang cukup banyak dalam hal teknologi UAV/LSU sebagai wahana untuk surveillance, pemetaan resolusi tinggi dan monitoring dalam sistem kebencanaan nasional, lingkungan hidup dan perlindungan wilayah; 7. Memiliki pengalaman unik sebagai pemegang rekor MURI untuk pesawat tanpa awak dengan ketahanan terbang 200 km. 8. Mempunyai jaringan kerjasama dengan industri dirgantara PT DI, Lembaga Riset Aeronautika Internasional (NLR), TU Berlin dan Instansi lain terkait dunia penerbangan. 9. Mempunyai fasilitas penelitian yang cukup ideal sebagai lembaga aeronautika di wilayah Rumpin dengan lahan yang luas dan terdapat fasilitas runway pesawat terbang. 10. Satu-satunya instansi yang melakukan litbang di bidang teknologi roket di Indonesia. 11. Memiliki kemampuan dalam membuat rancang bangun roket padat berdiameter hingga 450 mm. 12. Memiliki kemampuan membangun satelit eksperimen secara mandiri (kelas mikro). 13. LAPAN sebagai pengelola BDPJN sudah mampu menyediakan data penginderaan jauh multi sensor dan multi resolusi bagi semua Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI dengan Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -29-

35 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) lisensi pemerintah. Sistem BDPJN ini didukung oleh pengalaman panjang dalam pengoperasian sistem stasiun bumi satelit penginderaan jauh Pekayon-Parepare-Rumpin sejak tahun 1993 sampai saat ini, yang menjamin kontinuitas dan ketersediaan data satelit penginderaan jauh. Sampai tahun 2014 sistem BDPJN ini didukung oleh: a. Infrastruktur stasiun bumi multi misi yang mampu mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan data satelit penginderaan jauh untuk Kementerian/ Lembaga, TNI/POLRI, dan Pemerintah Daerah. b. Sistem pengolahan data, yang mampu menghasilkan data resolusi rendah harian secara near real time, resolusi menengah dan tinggi yang termosaik dan bebas awan setiap tahunnya. Sistem pengolahan didukung oleh sistem komputasi kecepatan tinggi (HPC) dengan pengolahan secara pararel (pararel processing) berbasis opensource. c. Sistem pengelolaan, penyimpanan dan distribusi data, yang mampu menyimpan data resolusi rendah, menengah dan tinggi hasil akuisisi tahun 1990-sekarang, dengan penambahan kapasitas penyimpanan 500 TB/tahun, dan telah beroperasi tanpa interupsi 24 jam perhari 7 hari seminggu. Pada tahun telah berhasil ditambahkan data sebesar data, dan telah didistribusikan untuk Kementerian/Lembaga, TNI, Polri, Pemerintah Daerah, serta Perguruan Tinggi/Swasta sebesar data. Sistem penyimpanan dan distribusi ini didukung oleh sistem jaringan komunikasi data yang menghubungkan Stasiun Bumi Penginderaan Jauh Parepare, Rumpin dan Pekayon dengan sistem penyimpanan dan distribusi serta terhubung dengan pengguna-pengguna strategis seperti Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Pertanian dan Situation Room Presiden/Kantor UKP4. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -30-

36 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) 14. Data penginderaan jauh telah dimanfaatkan untuk mendukung berbagai kepentingan sektor-sektor pembangunan nasional antara lain untuk kehutanan, pertanian, kelautan dan perikanan, pemantauan lingkungan dan mitigasi bencana dan sebagainya. Informasi tersebut telah disampaikan kepada berbagai kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dan mendapatkan umpan balik yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa hasilhasil penelitian dan pengembangan pemanfaatan penginderaan jauh telah berjalan dengan baik dan berdayaguna. Informasi yang sudah dimanfaatkan masyarakat secara luas adalah Zona Potensi Penangkapan Ikan, Fase Pertumbuhan Padi dan Tanggap Darurat Bencana. Dukungan terhadap peningkatan pendapatan seperti pajak, efisiensi penangkapan ikan, dan efisiensi dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman padi merupakan kontribusi yang cukup besar oleh LAPAN terhadap sektor ekonomi. Dibangunnya Sistem Pemantauan Bumi Nasional pada tahun 2013 merupakan jembatan yang sangat baik antara hasil penelitian dan pengembangan dengan para stakeholder pemanfaatan penginderaan jauh. Selain itu, banyaknya kerjasama nasional dan internasional yang telah berjalan dalam upaya memanfaatkan data penginderaan jauh merupakan suatu kekuatan penting bagi dalam dalam meningkatkan kualitas hasil penelitian dan pengembangannya. Aktifnya LAPAN dalam Masyarakat Penginderaan Jauh Nasional, Forum APRSAF, Sentinel Asia, Regional Support Office UN SPIDER, GEO-GLAM dan organisasi lainnya merupakan suatu kekuatan LAPAN dalam pemanfaatan penginderaan jauh. UU No. 21 tahun 2013 merupakan kekuatan bagi lembaga dalam pemanfaatan penginderaan jauh dalam penetapan metode dan pedoman pemanfaatan penginderaan jauh secara nasional. 15. Kepercayaan dari mitra nasional dan internasional terhadap kompetensi LAPAN. 16. Tersedianya tenaga auditor yang berkompeten, bersertifikat, dan memiliki pengalaman yang cukup memadai. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -31-

37 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) 17. Ada standarisasi dan pedoman tentang pengawasan (SOP Pengawasan). 18. Adanya sistem jenjang karir yang jelas Kelemahan 1. Jumlah SDM masih kurang dan penyebarannya tidak merata. 2. Komposisi pendidikan terakhir SDM LAPAN kurang lebih 40% berpendidikan terakhir di bawah S1. 3. Perlengkapan fasilitas litbang masih kurang memadai dibandingkan dengan lembaga keantariksaan Negara lain. 4. Produktivitas hasil litbang LAPAN belum memenuhi standar pusat unggulan Ristek. 5. Pengelolaan Teknologi Informasi (TI) belum menerapkan Service Level Agreement (SLA). 6. Belum tersedianya fasilitas untuk pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis dalam rangka pelayanan publik Peluang 1. Antariksa di atas Indonesia yang merupakan daerah anomali menarik komunitas internasional untuk mengamati sehingga Para peneliti berkesempatan untuk melakukan kerjasama agar dapat ikut berkontribusi dalam kegiatan internasional. 2. Minat komunitas internasional dalam mempelajari fenomena atmosfer ekuator dan kopling atmosfer-antariksa di lintang rendah semakin meningkat sehingga peran LAPAN semakin penting. 3. Adanya isu perubahan iklim, sehingga LAPAN terpacu untuk menyediakan data satelit terkait mitigasi perubahan iklim. 4. Meningkatnya kebutuhan akan hasil pengkajian kebijakan yang berkualitas oleh pengambil kebijakan (policy driven research) yang dapat menjawab isu-isu strategis terkini di bidang penerbangan dan antariksa. (Desains-Pusat kajian kebijakan) 5. UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Perpres Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, menempatkan LAPAN sebagai litbang pengembangan pesawat Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -32-

38 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) terbang, menjustifikasi peran LAPAN dalam dunia industri pesawat terbang. (Detekgan-Pustekbang) 6. Tersedianya industri untuk mendukung teknologi penerbangan (contoh: PT. Dirgantara Indonesia) sehingga Pustekbang mudah merealisasikan produk penerbangan dan berkesempatan menjadi partner strategis bagi industri penerbangan nasional. (Detekgan- Pustekbang) 7. Berkesempatan menjadi leader dan pemegang program pesawat transport nasional N-219, ini menjadi awal yang baik untuk menjadi leader berikutnya dalam pengembangan pesawat transport nasional. 8. Meningkatnya permintaan pemanfaatan pesawat tanpa awak untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan sipil, pemantauan, pemetaan, kebencanaan maupun keperluan penggunaan khusus. 9. Kondisi geografis Indonesia sebagai Negara maritim dan kecenderungan penerapan blue economy memerlukan teknologi penerbangan dan antariksa untuk dimanfaatkan dalam pemantauan sumber daya alam dan lingkungan. 10. Roket merupakan salah satu program nasional yang telah ditetapkan oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). 11. Semakin banyaknya pengguna teknologi satelit untuk membuat satelit secara mandiri untuk keperluan mereka sendiri. 12. Banyak tawaran kerjasama pengembangan teknologi satelit. 13. Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan menempatkan LAPAN sebagai lembaga yang diberi kewenangan untuk menyediakan dan mengelola, mengoperasikan dan mengatur stasiun bumi, serta mengolah dan menentukan standar pengolahan data penginderaan jauh. Undang-undang dapat memberikan kewenangan kepada Lembaga sebagai penyelenggaran utama kegiatan penginderaan jauh. 14. Data satelit penginderaan jauh saat ini telah dimanfaatkan oleh Kementrian/Lembaga, Pemda, TNI dan Polri dalam pelaksanaan dan perencanaan pembangunan di berbagai sektor. Data penginderaan jauh multi sensor dan multi resolusi dimanfaatkan Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -33-

39 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) untuk: pemetaan dasar, pemantauan dan inventarisasi sektor kehutanan, pemantauan dan inventarisasi sektor pertanian, mitigasi bencana, dll. Kebutuhan data satelit penginderaan jauh yang sangat besar untuk berbagai keperluan ini, memberikan peluang untuk LAPAN untuk semakin berkiprah dalam pembangunan nasional. Hal lain adalah adanya isu perubahan iklim. LAPAN sebagai satu-satunya institusi yang mampu menyediakan data satelit secara konsisten dan kontinyu, memiliki peluang untuk membangun kerjasama nasional dan international yang saling menguntungkan dalam pengembangan kompentensi SDM dan infrastruktur. 15. Banyaknya permintaan informasi sektor berbasis data penginderaan jauh dan juga permintaan stakeholder agar metode yang dibangun lebih akurat. Peluang lain adalah adanya tawaran kerjasama pengembangan metodologi dari instansi lain baik dalam maupun luar negeri. Kegiatan kerjasama dengan instansi litbang baik dalam maupun luar negeri akan meningkatkan kualitas metode yang akan dibangun. 16. Trend kerjasama internasional antar lembaga keantariksaan di lingkup Asia Pacific menjadi peluang untuk knowledge and technology sharing yang terbuka luas. 17. Kebutuhan bahan kebijakan dan kajian akademis peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan dan antariksa yang tepat waktu dan tepan guna untuk kepentingan nasional Tantangan 1. Adanya kebijakan internasional Missile Technology Control Regime (MTCR) yang mengakibatkan pembatasan transfer teknologi sensitif sehingga menyulitkan pengembangan teknologi keantariksaan. 2. Kurangnya industri dalam negeri yang mendukung pembuatan komponen untuk pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa. 3. Belum memiliki bandara riset (ilmiah) untuk melakukan uji Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -34-

40 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) terbang hasil litbang penerbangan dan antariksa. 4. Adanya pengembangan wilayah perumahan dan fasilitas publik di sekitar fasilitas LAPAN yang mengganggu aktivitas uji Litbang. 5. Anggaran untuk Iptek masih rendah, sedangkan fokus RPJMN tahap 3 mengarahkan perekonomian berbasis SDA dengan mengutamakan Iptek. 6. Tersedianya regulasi untuk industri pesawat terbang yang mengharuskan adanya sertifikasi desain dan manufaktur serta sertifikasi SDM. 7. Belum adanya regulasi operasionalisasi untuk pesawat tanpa awak dan roket sehingga LAPAN dituntut untuk mempersiapkan regulasinya. 8. Kepres pengadaan barang dan jasa tidak cocok dengan sistem pengadaan barang dan jasa untuk teknologi sensitive. 9. Keterbatasan lahan untuk pengujian roket. 10. Dengan peluang pemanfaatan data yang sangat besar, tantangan utama dalam penyelenggaraan penginderaan jauh adalah pemenuhan terhadap standard baik dalam metoda maupun produknya. Pemenuhan terhadap standard ini yang akan menjamin legalitas produk ketika akan dijadikan bahan untuk kebijakan publik. Pemenuhan standard ini meliputi kecepatan penyampaian data kepada pengguna, ketepatan data baik dalam sisi geometrik maupun radiometrik. Tuntutan untuk melakukan standardisasi kualitas produk dan sertifikasi harus dilaksanakan demi kepuasan pengguna. 11. Tantangan lain berkaitan dengan ketergantungan pada teknologi asing. Penyelenggaraan kegiatan penginderaan jauh nasional masih bergantung pada satelit-satelit yang dibuat dan dioperasikan oleh negara-negara maju. 12. Indeks pembangunan manusia Indonesia masih rendah sehingga berpengaruh terhadap perkembangan litbang keantariksaan. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -35-

41 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) 2.1 Visi Pusat Unggulan Penerbangan dan Antariksa Untuk Mewujudkan Indonesia yang Maju dan Mandiri. Melalui Visi tersebut, LAPAN mampu menjadi organisasi yang menyelenggerakan kegiatan penelitan dan pengembangan serta penyelenggaraan keantariksaan di tingkat nasional yang bertaraf internasional di bidang penerbangan dan antariksa dengan standar hasil yang sangat tinggi serta relevan dengan kebutuhan pengguna, untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan mandiri. 2.2 Misi Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut, maka misi yang diemban adalah: 1. Meningkatkan kualitas litbang penerbangan dan antariksa bertaraf internasional. 2. Meningkatkan kualitas produk teknologi dan informasi di bidang penerbangan dan antariksa dalam memecahkan permasalahan nasional. 3. Melaksanakan dan mengatur penyelenggaraan keantariksaan untuk kepentingan nasional. 2.3 Tujuan 1. Terwujudnya layanan prima di bidang penerbangan dan antariksa bagi masyarakat; 2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan keantariksaan yang aman dan selamat; 2.4 Sasaran Strategis 1. Meningkatnya penguasaan dan kemandirian Iptek penerbangan dan antariksa. 2. Meningkatnya layanan Iptek penerbangan dan antariksa yang prima. 3. Meningkatnya hasil karya ilmiah Iptek penerbangan dan antariksa. 4. Terlaksananya penyelenggaraan keantariksaan yang sesuai standard. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -36-

42 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) 5. Terlaksananya pemanfaatan dan layanan publik Iptek penerbangan dan antariksa 6. Meningkatnya kapasitas Iptek penerbangan dan antariksa. 7. Tersedianya rumusan kebijakan yang implementatif. 8. Tersedianya DSS lintas sektoral untuk mitigasi bencana alam dan perubahan iklim. 9. Meningkatnya penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur di lingkungan LAPAN. 10. Meningkatnya penataan tatalaksana di lingkungan LAPAN. 11. Meningkatnya penguatan akuntabilitas kinerja di lingkungan LAPAN. 12. Meningkatnya kualitas pelayanan publik di lingkungan LAPAN. 2.5 Sistem Nilai 1. Pembelajar Mempunyai kemauan belajar dan kemampuan beradaptasi dengan hal-hal yang baru. 2. Rasional Apapun yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah. 3. Konsisten Pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan rencana jangka pendek, menengah dan panjang yang sudah ditetapkan. 4. Akuntabel Anggaran dan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi. 5. Berorientasi kepada layanan publik Berupaya memberikan layanan prima sesuai dengan kebutuhan publik. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -37-

43 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Implementasi Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Tahun 2015 A.2. IMPLEMENTASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL TAHUN 2015 LAPAN mulai Tahun Anggaran 2015 untuk pertama kali mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan keuangannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam implementasi pertama ini, perlakuan akuntansi atas penyajian dan pengungkapan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Sesuai dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No 4 tentang Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan tanpa Penyajian Kembali Laporan Keuangan, Badan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan tidak melakukan penyajian kembali atas Laporan Keuangan Tahun LAPAN menyandingkan Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2015 berbasis akrual dengan Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2014 berbasis kas menuju akrual. 3. Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2015 dan 2014 tersanding adalah bukan laporan keuangan komparatif. Pembaca laporan keuangan diharapkan memahami bahwa penyandingan tersebut bukan perbandingan, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar analisis Laporan Keuangan lintas tahun. Basis Akuntansi A.3. BASIS AKUNTANSI LAPAN menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sedangkan basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -38-

44 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dasar Pengukuran A.4. Dasar Pengukuran Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Kantor Akuntansi Istimewa Papua dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Kebijakan Akuntansi A.5 Kebijakan Akuntansi Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh LAPAN. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Pendapatan- LRA Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan LAPAN adalah sebagai berikut : (1) Pendapatan - LRA Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN). Akuntansi pendapatan-lra dilaksanakan berdasarkan azas bruto, Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -39-

45 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Pendapatan- LO Belanja yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. (2) Pendapatan LO Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus pengakuan pendapatan-lo pada Badan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan adalah sebagai berikut: o Pendapatan Jasa Pelatihan diakui setelah pelatihan selesai dilaksanakan o Pendapatan Sewa Gedung diakui secara proporsional antara nilai dan periode waktu sewa. o Pendapatan Denda diakui pada saat dikeluarkannya surat keputusan denda atau dokumen lain yang dipersamakan. Akuntansi pendapatan-lo dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. (3) Belanja Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oteh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beban (4) Beban Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -40-

46 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Aset (5) Aset Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancer, Aset Tetap dan Aset Lainnya. Aset Lancar a. Aset Lancar Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca. Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal. Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut: o Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/ Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. o Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal. Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan penyisihannya adalah Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -41-

47 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) sebagai berikut: Kualitas Piutang Uraian Penyisihan Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo 0.5% Kurang Lancar Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan 10% Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan 50% Macet Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan 1. pelunasan 100% 2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Perbedaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TP/TGR atau Bagian Lancar TPA. Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan: harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian; harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya. Aset Tetap b. Aset Tetap Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar. Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sebagai berikut: a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp (tiga ratus ribu rupiah); b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp (sepuluh juta Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -42-

48 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) rupiah); c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya. Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD. c. Penyusutan Aset Tetap Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap: a. Tanah b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu. Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -43-

49 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat. Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat tersebut : Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap Ke lo mp o k A s e t Te t ap M as a M anf aat Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan 2 s.d 20 Tahun 10 s.d 50 Tahun Jalan, Irigasi dan Jaringan 5 s.d 40 Tahun Aset Tetap Lainnya (Alat Musik Modern) 4 Tahun Piutang Jangka Panjang d. Piutang Jangka Panjang Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas ) bulan setelah tanggal pelaporan. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang dapat direalisasikan. Aset Lainnya e. Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap, dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya. Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -44-

50 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) amortisasi. Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi. Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Kewajiban (6) Kewajiban Kewajiban pemerintah diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. a. Kewajiban Jangka Pendek Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya. b. Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Ekuitas (7) Ekuitas Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -45-

51 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015 (Audited) Implementasi Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pertama Kali (8) Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual Pertama Kali Mulai tahun 2015 Pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan amanat PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan. Pertama, Pos-pos ekuitas dana pada neraca per 31 Desember 2014 yang berbasis cash toward accrual direklasifikasi menjadi ekuitas sesuai dengan akuntansi berbasis akrual. Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyajian akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 adalah merupakan implementasi yang pertama. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman -46-

52 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015(Audited) Realisasi Pendapatan Rp B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1 Pendapatan Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp atau mencapai 4927,04% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp Keseluruhan pendapatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terdiri dari Penerimaan Negara Bukan Pajak. Rincian Estimasi Pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut : Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan per 31 Desember 2015 Uraian 2015 Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Penerimaan Perpajakan - 0 Penerimaan Negara Bukan Pajak ,04 Jumlah ,04 Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak pada 31 Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 2.672,46% dibandingkan 31 Desember Kenaikan terjadi karena realisasi yang signifikan pada Pendapatan PNBP Lainnya. Kenaikan yang signifikan per 31 Desember 2015 pada pendapatan PNBP lainnya berasal dari pendapatan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah, pendapatan anggaran lain-lain dan pendapatan jasa pelayanan tenaga, pekerjaan, informasi, pelatihan dan teknologi. Realisasi yang signifikan yaitu pada pendapatan jasa pelayanan tenaga, pekerjaan, informasi, pelatihan dan teknologi di Satker Pusfatekgan sebesar Rp , pendapatan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah sebesar Rp terdiri dari Satker Pustekroket sebesar Rp , Satker Pustekbang sebesar Rp , Satker Biro Umum sebesar Rp , Satker Pustekdata sebesar Rp , Satker Parepare sebesar Rp , Satker Pussainsa sebesar Rp dan Satker PSTA sebesar Rp dan realisasi pendapatan anggaran lain-lain sebesar Rp terdiri dari Satker Pustekroket sebesar Rp , Satker Pustekbang sebesar Rp , Satker Parepare sebesar Rp , Satker Biro Umum sebesar Rp , Satker Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman

53 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015(Audited) Pustekdata sebesar Rp dan Satker Pusfatja sebesar Rp 1. Perbandingan Realisasi Pendapatan 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 Uraian REALISASI 31 DESEMBER 2015 REALISASI 31 DESEMBER 2014 NAIK (TURUN) % Pendapatan PNBP Lainnya ,76 Pendapatan BLU ,06 Jumlah ,46 Rincian Perbandingan Realisasi Pendapatan 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 URAIAN 31 Desember Desember 2014 NAIK (TURUN) 1. Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya (81,46) 2. Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin 3. Pendapatan Sewa Tanah, Gedung dan Bangunan 4. Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN 5. Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) 6. Pendapatan Hasil Denda dan Sebagainya 7. Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah , (7,85) , , , ,60 8. Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non Bendahara ,00 9. Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL 10. Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL 11.Penerimaan Kembali Belanja Modal TAYL 12.Penerimaan Kembali Belanja Lian- Lain TAYL 13.Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji , , , , , Pendapatan Anggaran Lain-lain , Pendapatan Jasa Pelayanan Tenaga, Pekerjaan, Informasi, Pelatihan dan Teknologi ,06 Jumlah ,46 Realisasi Belanja Negara Rp B.2. Belanja Realisasi belanja LAPAN pada 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp atau sebesar 79,16% dari anggaran belanja sebesar Rp Rincian anggaran dan realisasi belanja 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut : Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman

54 Laporan Keuangan LAPAN Tahun 2015(Audited) Rincian Estimasi dan Realisasi Belanja 31 Desember 2015 Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Belanja Pegawai ,88 Belanja Barang ,78 Belanja Modal ,05 Total Belanja Kotor ,26 Pengembalian Belanja Jumlah , Komposisi anggaran dan realisasi belanja dapat dilihat dalam grafik berikut ini: 450,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000,000 50,000,000,000 - Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Anggaran Realisasi Sedangkan realisasi belanja berdasarkan program pada 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut: Kode Uraian Program Anggaran Realisasi Belanja (%) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Lapan Program Pengembangan Teknologi Penerbangan dan Antariksa Jumlah , , ,26 Dibandingkan dengan 31 Desember 2014, Realisasi Belanja pada 31 Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,80% dibandingkan realisasi belanja pada tahun sebelumnya. Kenaikan yang signifikan terdapat pada realisasi belanja barang. Catatan Atas Laporan Keuangan Halaman

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2015 (Audited) ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran Laporan Keuangan BNPB Tahun Anggaran 2012 BA : 103 (Audited) I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Renstra LAPAN i

KATA PENGANTAR. Renstra LAPAN i KATA PENGANTAR A lhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat-nya, Renstra LAPAN 2015-2019 telah berhasil disusun dengan mengacu pada RPJMN 2015-2019 yang telah ditetapkan melalui

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran Laporan Keuangan BNPB Tahun Anggaran 2012 BA : 103 (Audited) I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR A lhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat-nya, Renstra LAPAN 2015-2019 telah berhasil disusun dengan mengacu pada RPJMN 2015-2019 yang telah ditetapkan melalui

Lebih terperinci

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016. RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Tahunan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Lebih terperinci

BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI

BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2014 Ds. Toyomarto Kec. Singosari Kab.Malang Kotak Pos 8 Singosari 65153 Telp.0341-458359 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

TAHUN ANGGARAN Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas per 31 Desember 2015 (audited).

TAHUN ANGGARAN Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas per 31 Desember 2015 (audited). TAHUN ANGGARAN 2015 Laporan Keuangan Politeknik Negeri Ujung Pandang Tahun 2015 ini disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED)

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED) Jl. Ampera Raya No.7 Cilandak Jakarta Selatan Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED)

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED) LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED) JUNI 2017 PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Jl. Jendral Sudirman No. 5 Serang-Banten

Lebih terperinci

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut: RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Lebih terperinci

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN ix RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) BAGIAN ANGGARAN 065 LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) Jl. Jenderal Gatot Subroto No.44 Jakarta Selatan 12190 KATA PENGANTAR Sebagaimana

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Komisi Pemilihan Umum Tahun 2016 (Audited) ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanTahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang -Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Wonogiri Periode 31 Desember Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 URAIAN CATATAN (Dalam Rupiah) 31-Des-16 % thd TA 2015 ANGGARAN REALISASI Anggaran REALISASI

Lebih terperinci

RI N GK A SA N L A P ORA N K EU A N GA N

RI N GK A SA N L A P ORA N K EU A N GA N Laporan Keuangan Tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 Jalan Ipda Tut Harsono No. 47 Yogyakarta 55165 RI N GK A SA N L A P ORA N K EU A N GA

Lebih terperinci

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2017 Jln. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp.0341-801468, Fax. 0341-801496 e-mail

Lebih terperinci

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2016 Jln.Raya Kendalpayak km 8,Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp.0341-801468, Fax. 0341-801496 e-mail:balitkabi@litbang.pertanian.go.id

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember

Lebih terperinci

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN... 2 8 AREA PERUBAHAN REFORMASI BIROKRASI... 2 VISI DAN MISI LAPAN... 2 SASARAN STRATEGIS LAPAN... 2 PROGRAM

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam Sejahtera, Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat- Nya, Renstra Deputi Bidang Teknologi Penerbangan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-82.1-/216 DS8916-4341-221-882 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2012 Jalan Purnawarman Nomor 99, Kebayoran Baru Jakarta DAFTAR ISI Kata

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2016 DAFTAR ISI Daftar Isi i Pernyataan Tanggung Jawab ii Ringkasan Eksekutif 5 A. Laporan

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 (Audited) Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi)

RENCANA STRATEGIS. LAPAN TAHUN (revisi) RENCANA STRATEGIS PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH LAPAN TAHUN 2015 2019 (revisi) PUSAT TEKNOLOGI DAN DATA PENGINDERAAN JAUH DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH Renstra PUSDATA Tahun 2015-2019 i

Lebih terperinci

BALAI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERSEPATUAN INDONESIA

BALAI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERSEPATUAN INDONESIA BALAI PENGEMBANGAN INDUSTRI PERSEPATUAN INDONESIA Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2015 Komplek Pasar Wisata Kedensari Tanggulangin Sidoarjo Jawa Timur DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN (AUDITED) UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012,

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya Kepala LAPAN Manfaat data satelit penginderaan jauh Perolehan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP LAPORAN KEUANGAN SKPD TAHUN ANGGARAN 06 PEMERINTAH KOTA BINJAI DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN Kata Pengantar Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 00 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 215 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 21 tentang Standar

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT SEBAGAI UNIT KUASA PENGGUNA ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013 PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL Balai Pengamatan Antariksa Dan Atmsofer Pasuruan Jl. Raya Watukosek Gempol, Pasuruan, Jawa Timur 67155 Telp. 0343-851887,

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT SEBAGAI UNIT KUASA PENGGUNA ANGGARAN

BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT SEBAGAI UNIT KUASA PENGGUNA ANGGARAN BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT SEBAGAI UNIT KUASA PENGGUNA ANGGARAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2014 PERIODE YANG BERAKHIR

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011 I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited)

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited) Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 215 (Audited) RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2016 Audited

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2016 Audited RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012 RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK ) CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK ) SEMESTER I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN TAHUN ANGGARAN 2014 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN Jl.Syeh Nawawi Al-Bantani, Kel.Banjarsari Kec.Cipocok Jaya Kota Serang

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan 1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-82.1-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan BPKP Prov nsi Sulawesi Selatan

Kantor Perwakilan BPKP Prov nsi Sulawesi Selatan bp'!!!2 Kantor Perwakilan BPKP Prov nsi Sulawesi Selatan Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2013 LAP-40/PW21 /1 /2014 TANGGAL: 20 JANUARI 2014 Jalan Tamanlanrea Raya No.3 BTP Makassar

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Penyusunan Dan Penyampaian

2016, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Penyusunan Dan Penyampaian BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2158, 2016 KEMENKEU. Laporan Keuangan. K/L. Penyusunan. Penyampaian. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.05/2016 TENTANG

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan Tahun 2015 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

Pernyataan Tanggung Jawab Pimpinan. CaLK SIMAK BMN. Persediaan PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Pernyataan Tanggung Jawab Pimpinan. CaLK SIMAK BMN. Persediaan PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN LK Berbasis Akrual Reviu Inspektorat Pernyataan Tanggung Jawab Pimpinan LRA LO Neraca LPE CaLK Telaah Laporan Keuangan Monitoring & Rekonsiliasi Laporan Keuangan Tahun 2015 (Audited) RKA KL GPP Persediaan

Lebih terperinci

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan SKPD CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Laporan keuangan Tahun Anggaran 2016 ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud transparansi

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2016 Jl.

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2015

Laporan Kinerja Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Tahun 2015 i i ii IKHTISAR EKSEKUTIF Sejalan dengan perwujudan pemerintahan yang mengikuti prinsip good governance dan clean government disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Lebih terperinci

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar i Pernyataan Tanggung Jawab ii Daftar Isi iii Daftar Tabel iv Daftar Grafik viii Daftar Lampiran ix Daftar Singkatan x Ringkasan 1 I. Laporan Realisasi Anggaran 4 II.

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2015 Balai Embrio Ternak Cipelang Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2015 Po Box 485 Bogor 16004 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH RSUD Dr. MOEWARDI Jl. Kol. Sutarto 132 Telp. 634634 Fax. 637412 Surakarta 57126 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Disampaikan pada Lokakarya Strategi Monitoring dan Pelaporan

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pengembangan

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 AUDITED Jl. Veteran 17 18 Jakarta 10110 I. PENDAHULUAN Berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited)

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited) I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60 LAPORAN OPERASIONAL Tujuan Laporan Operasional 284. Tujuan penyusunan Laporan Operasional adalah untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle). Sehingga

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Laporan Keuangan tahun anggaran 2016 ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud transparansi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA (LAKIN) DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENGINDERAAN JAUH LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL http://www.inderaja.lapan.go.id Jl. Pemuda Persil No. 1 Jl.

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Keuangan No 177/PMK.05/2015 Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

Peraturan Menteri Keuangan No 177/PMK.05/2015 Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Peraturan Menteri Keuangan No 177/PMK.05/2015 Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Latar Belakang Implementasi akuntansi berbasis akrual Tahun 2015 Amanat Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Asahan Km. 3,5 Pematangsiantar

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Asahan Km. 3,5 Pematangsiantar PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2017 Jl. Asahan Km. 3,5 Pematangsiantar Simalungun Jl. Asahan - Sumatera Km. 3,5 Utara Pematangsiantar 21151 Telp.

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 022 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN Jl. Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat 10110

BAGIAN ANGGARAN 022 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN Jl. Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat 10110 JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NO. 8 JAKARTA 10110 BAGIAN ANGGARAN 022 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2015 Jl. Merdeka Barat No. 8 Jakarta Pusat 10110 DAFTAR ISI Kata Pengantar

Lebih terperinci

Badan Pengawas Obat dan Makanan

Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan Laporan Keuangan (Audited) Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 Jalan Percetakan Negara No. 23 Jakarta 11560 RATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RISET DAN SINERGI RISET IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI. Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN)

RISET DAN SINERGI RISET IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI. Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) RISET DAN SINERGI RISET IPTEK PENERBANGAN DAN ANTARIKSA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU DAN MANDIRI Lembaga Penerbangan Dan Antariksa Nasional (LAPAN) 1 VISI DAN MISI LAPAN 2015-2019 1 VISI, MISI, SASARAN STRATEGIS

Lebih terperinci

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan.

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan. BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2010 AUDITED Jl. Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN

Lebih terperinci

MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM 1 Akuntansi merupakan tools manajemen untuk pengelolaan keuangan. Di dalamnya terdapat alat-alat dan prosedur-prosedur tertentu. Setelah melewati bermacam alat

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015

Laporan Keuangan. Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 BALAI BESAR PULP DAN KERTAS Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 JALAN RAYA DAYEUHKOLOT No. 132 BANDUNG 40258 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Sesi 1 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. Arah dan cakupan Anggaran Sektor Publik Learning

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Semester I Pusat Kerja Sama Luar Negeri TA 2015 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Maksud penyusunan Laporan Keuangan Dinas Dikpora Provinsi NTB adalah untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Laporan keuangan Tahun Anggaran 2016 ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015 Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional III Bandar Lampung Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA Jl. Cisadane No. 25 Cikini, Jakarta Pusat www.puskkpa.lapan.go.id DAFTAR ISI

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA ANGGARAN BA.018 SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2015 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 Jl. Gatot Subroto,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung ; Januari 2016 Direktur,

KATA PENGANTAR. Bandung ; Januari 2016 Direktur, KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kementerian PUPR BA 033 TA 2015 Audited KATA PENGANTAR

Laporan Keuangan Kementerian PUPR BA 033 TA 2015 Audited KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang RI No.23 tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA MASAMBA LAPORAN KEUANGAN

PENGADILAN AGAMA MASAMBA LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA MASAMBA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2015 Jl.Simpurusiang Jl.Simpurusiang Masamba - Sulawesi Selatan 92961 Masamba - Sulawesi Selatan Telp. 0473-21626 Fax.

Lebih terperinci

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN 1 1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH 2 1. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH CASH TOWARDS Penyusutan Aset Tetap Tidak diuraikan ik dalam kerangka k

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN KEUANGAN. Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN KEUANGAN. Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015 Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2015 TAHUN ANGGARAN 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MAGETAN Jl. Karya Dharma No. 70 Magetan Telp. (0351)

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

KEJAKSAAN NEGERI PULAU PUNJUNG

KEJAKSAAN NEGERI PULAU PUNJUNG KEJAKSAAN NEGERI PULAU PUNJUNG LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015 Jl. Lintas Sumatera Km. 3 Pulau Punjung Kab. Dharmasraya www.kejari-pulaupunjung.go.id KATA PENGANTAR Sebagaimana

Lebih terperinci

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SIARAN PERS Terjadi Peningkatan Kualitas dalam Penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian Jakarta, Selasa (1 Juni 2009) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual PSAP 12 LAPORAN OPERASIONAL Jakarta, 14 Desember 2010 A. B. Triharta 1 TOPIK BAHASAN PP 71/2010 tentang SAP berbasis Akrual

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2013 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG SEBELUM AUDIT

LAPORAN KEUANGAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG SEBELUM AUDIT LAPORAN KEUANGAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG SEBELUM AUDIT DINAS TENAGA KERJA 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Laporan Keuangan Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga PENGADILAN NEGERI SIBOLGA LAPORAN KEUANGAN Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun 2014 Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga Sibolga Jl. Padangsidimpuan - Sumatera Utara 22553 No. 6 Sibolga Telp. Sibolga

Lebih terperinci