MODUL UNTUK SEKOLAH DAN GURU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL UNTUK SEKOLAH DAN GURU"

Transkripsi

1 MODUL UNTUK SEKOLAH DAN GURU GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR Disusun Oleh: Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Annisa Zuliani, S.Gz Iqlima Safitri, S. Gz Supported by : Jakarta 2016

2 KATA PENGANTAR Permasalahan gizi pada anak sekolah dasar (SD) saat ini masih banyak terjadi. Di satu sisi masih banyak anak SD yang mengalami masalah gizi kurang, namun di sisi lain semakin banyak anak SD yang mengalami gizi lebih. Masalah gizi ini akan menimbulkan berbagai dampak bagi anak, baik pada saat ini maupun pada masa depan. Sekolah merupakan institusi yang potensial sebagai tempat penyelenggaraan peningkatan gizi anak. Anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Selain itu, sekolah juga merupakan tempat anak mendapatkan pendidikan sekaligus membentuk perilaku anak. Upaya peningkatan gizi yang dilakukan di SD dapat menjadi upaya dini untuk mencapai kesehatan yang optimal di masa depan. Modul ini disusun untuk menjadi salah satu bahan rujukan bagi sekolah untuk lebih mengenali tentang masalah gizi pada anak, serta sebab dan dampak yang ditimbulkan. Selain itu, pada modul ini juga disampaikan beberapa upaya alternatif yang dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan status gizi anak, mulai dari edukasi gizi hingga penyelenggaraan kantin sehat. Oleh karena itu, melalui modul ini diharapkan dapat ikut memberikan kontribusi untuk peningkatan gizi anak SD. Jakarta, Mei 2016 Penyusun

3 Daftar Isi Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi I. Pentingnya Gizi untuk Anak Sekolah II. Cara Mengetahui Status Gizi Anak III. Gizi Lebih dan Gizi Kurang A. Gizi Lebih B. Gizi Kurang IV. Upaya Meningkatkan Status Gizi Anak di Sekolah A. Edukasi Gizi B. Peningkatan Aktivitas Fisik C. Penyelenggaraan Kantin Sehat V. PENUTUP 1

4 I Pentingnya Gizi untuk Anak Sekolah Mengapa gizi penting untuk anak sekolah?? Karena anak usia sekolah merupakan tahapan usia anak yang optimal untuk pertumbuhan sosial, kognitif, dan emosional. Pemenuhan gizi yang tepat sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dengan baik. Manfaat gizi utk anak sekolah: Pertumbuhan tulang, otot, dan gigi Mengoptimalkan kognitif dan meningkatkan prestasi belajar Tidak mudah sakit Mengurangi risiko penyakit di masa depan Meningkatkan produktivitas di masa depan 2

5 II. Cara mengetahui status gizi anak Anak yang memiliki status gizi baik akan lebih sehat daripada anak dengan status gizi kurang atau lebih. Cara mengetahui status gizi anak yaitu dengan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai IMT didapat dari perhitungan berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2). Kemudian, hasil perhitungan IMT ini dibandingkan dengan kategori-kategori IMT menurut usia anak (6-12 tahun) yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun Apabila nilai IMT yang didapat berada dalam kolom normal, maka anak dikatakan memiliki status gizi yang baik Bila interpretasi nilai IMT berada di kurus berarti anak dikatakan gizi kurang Bila interpretasi nilai IMT berada pada kolom gemuk dan obesitas berarti anak dikategorikan gizi lebih 3

6 RUMUS MENGHITUNG INDEKS MASSA TUBUH (IMT) Contoh. Seorang anak perempuan berusia 8 tahun, memiliki tinggi badan 130 Cm (1,3 m), dengan berat badan 24 Kg, maka perhitungan IMT-nya adalah: IMT = 24/(1,3)2 = 24/1,69 = 14,2 Kg/m2. Didapatkan IMT 14,2 Kg/m2, maka berdasarkan standar yg telah ditetapkan oleh Kemenkes anak perempuan tersebut memiliki status gizi normal karena berada pada rentang 12,9-17,7 (lihat untuk usia 8 tahun). PEDOMAN IMT UNTUK ANAK LAKI-LAKI USIA 6-12 TAHUN NO. USIA (TAHUN) SANGAT KURUS KURUS NORMAL GEMUK OBESITAS 1 6 <12,1 12,1-12,9 13,0-16,8 16,9-18,5 >18,5 2 7 <12,3 12,3-13,0 13,1-17,0 17,1-19,0 > <12,4 12,4-13,2 13,3-17,4 17,5-19,6 >19,6 4 9 <12,5 12,5-13,4 13,5-17,9 18,0-20,4 >20, <12,8 12,8-13,6 13,7-18,5 18,6-21,4 >21, <13,1 13,1-14,0 14,1-19,2 19,3-22,4 >22, <13,4 13,4-14,4 14,5-19,9 20,0-23,6 >23,6 PEDOMAN IMT UNTUK ANAK PEREMPUAN USIA 6-12 TAHUN NO. USIA (TAHUN) SANGAT KURUS KURUS NORMAL GEMUK OBESITAS 1 6 <11,7 11,7-12,6 12,7-17,0 17,1-19,2 >19,2 2 7 <11,8 11,8-12,6 12,7-17,3 17,4-19,9 >19,9 3 8 <11,9 11,9-12,8 12,9-17,7 17,8-20,6 >20,6 4 9 <12,1 12,1-13,0 13,1-18,3 18,4-21,4 >21, <12,4 12,4-13,4 13,5-19,0 19,1-22,5 >22, <12,7 12,7-13,8 13,9-19,9 20,0-23,7 >23, <13,2 13,2-14,3 14,4-20,8 20,9-25 >25 4

7 III. Cara mengetahui status gizi anak A. Gizi Lebih Gizi lebih merupakan salah satu masalah gizi yang banyak terjadi di Indonesia. Persentase orang yang mengalami gizi lebih semakin meningkat, termasuk pada anak sekolah dasar. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2013, 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami gizi lebih. Angka ini bahkan semakin tinggi, terutama pada sekolah-sekolah di kota besar dan sekolah dengan banyak siswa dari golongan ekonomi menengah ke atas. Sebuah survei yang dilakukan pada siswa SD di Kota Bogor menunjukkan bahwa lebih dari 1/3 siswa mengalami gizi lebih. 1. Dampak gizi lebih Gizi lebih mempunyai dampak bagi kesehatan anak, baik pada saat ini maupun pada masa depannya nanti. Beberapa dampak dari gizi lebih adalah: a. Pubertas Dini Anak perempuan yang mengalami kegemukan cenderung mengalami pubertas dan menstruasi dini. Saat ini semakin banyak anak di bawah usia 10 tahun yang sudah mengalami menstruasi. Sementara itu, menstruasi dini berkaitan dengan peningkatan masalah psikologis saat remaja dan risiko kanker payudara saat dewasa. b. Gangguan Pernafasan Anak yang mengalami obesitas sering mengalami masalah pernafasan, seperti tidur mendengkur dan mudah kehabisan nafas/ kelelahan saat beraktivitas c. Masalah Psikologis saat Remaja Anak yang gemuk hingga saat remaja cenderung mempunyai kepercayaan diri yang rendah. Akibatnya, mereka dapat mengalami stres, depresi, kecemasan, gangguan makan, dan mengalami gangguan belajar. 5

8 d. Kegemukan saat dewasa Sebagian besar anak yang gemuk akan tumbuh menjadi dewasa yang gemuk pula. Padahal, kegemukan pada saat dewasa berkaitan dengan berbagai peningkatan risiko penyakit, seperti hipertensi, diabetes, sakit jantung, dan stroke. e. Sindrom metabolik Sindrom metabolik adalah kondisi dimana seseorang mempunyai gangguan metabolik sehingga dia mempunyai risiko lebih untuk mengalami penyakit jantung koroner dan diabetes. Sindrom metabolik ditandai ketika seseorang mempunyai beberapa gejala seperti lingkar pinggang yang besar, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, lemak trigliserida tinggi, dan lemak HDL rendah. Saat ini sindrom metabolik tidak hanya terjadi pada usia dewasa. Sebuah penelitian di Taiwan menunjukkan sekitar 6% anak usia 6-12 tahun telah mengalami sindrom metabolik. Penelitian lain menunjukkan persentase sindrom metabolik pada remaja obesitas kali lebih besar dibandingkan remaja yang normal. Hal ini juga menunjukkan anak obesitas mempunyai risiko tinggi untuk terkena hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke. stroke Sakit Jantung 6

9 Diabetes Hipertensi 7

10 2. Faktor-faktor yang Memicu Gizi Lebih a. Asupan makan yang tidak baik Asupan makan yang dapat memicu gizi lebih antara lain: Sering makan makanan yang tinggi energi (misal. donat) Sering makan makanan yang tinggi lemak dan kolesterol (misal. gorengan, fried chicken) Makan makanan yang tinggi karbohidrat (misal. makan mie, cilok, terlalu sering) Minum minuman tinggi gula dan soft drink terlalu banyak Kurang makan serat yaitu sayur dan buah b. Kurangnya aktivitas fisik (Gaya Hidup yang Bermalas-malasan) Saat ini banyak anak yang mengalami gizi lebih karena mereka lebih banyak bermain di dalam rumah, seperti bermain video games, internet, dan menonton TV, serta jarang bermain yang melibatkan aktivitas fisik. Saat menonton TV, biasanya anak-anak juga mengkonsumsi cemilan sehingga semakin banyak energi yang masuk ke dalam tubuh. Ketika seorang anak jarang melakukan aktivitas fisik, energi yang keluar dari tubuh lebih sedikit daripada energi yang masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, energi tersebut diubah menjadi simpanan lemak dalam tubuh. Apabila hal ini berlangsung terus menerus maka dapat menyebabkan gizi lebih. 8

11 c. Genetik Orang tua yang gemuk cenderung mempunyai anak yang gemuk pula. B. Gizi Kurang Selain gizi lebih, gizi kurang juga merupakan salah satu masalah gizi yang banyak terjadi di Indonesia. Persentase anak yang mengalami gizi kurang masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, 11,2% anak usia 5-12 tahun mengalami gizi kurang. Gizi kurang dapat menimbulkan dampak baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 9

12 1. Dampak Gizi Kurang a. badan menjadi lemah karena kekurangan energi Seorang anak mengalami gizi kurang salah satunya karena asupan makanannya sering kurang. Akibatnya, tubuh juga mengalami kekurangan energi. Ketika tubuh kekurangan energi, maka tubuh menjadi mudah lemah ketika beraktivitas. b. Mudah terserang penyakit infeksi Asupan zat gizi juga penting untuk kekebalan tubuh. Ketika anak mengalami gizi kurang, maka tubuh mengalami kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk membentuk kekebalan tubuh. Akibatnya, anak menjadi lebih mudah terserang penyakit infeksi, seperti flu dan diare. c. Pertumbuhan badan terhambat Zat gizi memegang peran penting untuk pertumbuhan. Ketika zat gizi dalam tubuh kurang, maka pertumbuhan anak akan terhambat. Kenaikan berat badan anak berjalan lambat, sehingga kurang dari normal. Anak yang mengalami gizi kurang dalam jangka waktu lama juga akan menyebabkan pertumbuhan tinggi badannya berjalan lambat. Akibatnya, anak gizi kurang menjadi lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya. Selain itu, anak yang mengalami gizi kurang biasanya mempunyai otot yang lembek dan rambutnya mudah rontok. 10

13 d. Menghambat prestasi belajar Anak yang mengalami gizi kurang dapat mempunyai masalah dalam prestasi belajar karena berbagai zat gizi mempunyai peran penting untuk kesehatan otak. Selain itu, energi yang cukup juga diperlukan agar anak dapat berkonsentrasi belajar. e. Mengurangi produktivitas di masa depan Dampak gizi kurang tidak hanya terjadi pada saat ini tapi juga hingga masa depan. Ketika pertumbuhan anak terhambat, anak sering mengalami sakit, serta mempunyai prestasi belajar yang kurang, maka potensinya tidak akan berkembang secara optimal. Akibatnya, banyak potensi yang tidak tercapai pada saat dewasa dan dapat mengurangi produktivitasnya. 2. Faktor-faktor yang Memicu Gizi Kurang Ada berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya gizi kurang, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Penyebab Langsung: a. Makan tidak seimbang Makan yang tidak seimbang dan kurang dapat menyebabkan kebutuhan gizi tidak tercukupi dengan baik. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus maka dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang. b. Penyakit infeksi Penyakit infeksi membuat kebutuhan gizi dalam tubuh meningkat. Penyakit infeksi juga dapat membuat penyerapan zat gizi dalam tubuh terhambat. Selain itu, anak yang sakit seringkali mengalami penurunan nafsu makan. Oleh karena itu, apabila penyakit infeksi sering terjadi sementara pemenuhan kebutuhan gizinya tidak tercukupi maka dapat menyebabkan gizi kurang. 11

14 Penyebab Tidak Langsung Penyebab tidak langsung dari masalah gizi kurang biasanya terkait dengan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. a. Tidak cukup persedian pangan Persediaan pangan keluarga penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Persediaan pangan yang kurang/tidak bergizi dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang. Faktor ekonomi maupun pengetahuan gizi orangtua merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan yang disediakan di rumah. b. Pola asuh anak tidak memadai Pola asuh merupakan hal penting yang mempengaruhi status gizi anak. Pola asuh dalam keluarga dapat mempengaruhi kebiasaan makan hingga kondisi psikis anak. Pola asuh yang salah, kurang memperhatikan kebutuhan serta kurang merespon permasalahan yang dihadapi anak dapat menimbulkan masalah gizi pada anak. c. Sanitas dan air bersih/ pelayanan kesehatan dasar tidak memadai Salah satu penyebab gizi kurang adalah penyakit infeksi. Lingkungan dengan air dan sanitasi yang kurang bersih membuat paparan kuman semakin banyak sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Selain itu, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai juga meimbulkan tingginya masalah penyakit infeksi. 12

15 IV. UPAYA MENINGKATKAN STATUS GIZI ANAK DI SEKOLAH A. Edukasi Gizi Edukasi gizi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan status gizi anak. Melalui edukasi, pengetahuan anak tentang gizi akan meningkat. Peningkatan pengetahuan gizi diharapkan akan mendorong terciptanya perbaikan perilaku anak menjadi lebih sehat dan sadar gizi. Beberapa topik edukasi gizi yang dapat dilakukan di sekolah antara lain mengenai gizi seimbang dan perilaku hidup bersih dan sehat. 1. Gizi Seimbang Ada dua visual gizi seimbang yang sering digunakan, yaitu : 1) Tumpeng Gizi Seimbang Tumpeng gizi Seimbang dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan sederhana tentang panduan porsi (ukuran) makanan dan minum serta aktivitas fisik sehari-hari, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta memantau berat badan. 13

16 Dalam Tumpeng Gizi Seimbang ada empat lapis berurutan dari bawah ke atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Semakin ke atas ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas yaitu gula, garam, dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu dibatasi. Pada setiap kelompok pangan dituliskan jumlah porsi setiap kelompok pangan yang dianjurkan. Pada kelompok pangan sumber Karbohidrat, jumlah yang dianjurkan 3-4 porsi sehari, kelompok buah-buahan 2-3 porsi sehari, kelompok sayur 3-4 porsi sehari dan kelompok protein 3-4 porsi sehari. Pada sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan untuk minum air putih sekitar 8 gelas sehari. Selain itu, ada pesan cuci tangan sebelum dan sesudah makan yang divisualkan oleh gambar cuci tangan menggunakan air mengalir; juga berbagai kegiatan aktivitas fisik (termasuk olahraga), dan kegiatan menimbang berat badan. Kegiatan fisik dianjurkan untuk dilakukan paling tidak tiga kali seminggu dan memantau berat badan setiap bulan. 2) Piring Makanku, Porsi Sekali Makan 14

17 PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN, dimaksudkan sebagai panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman pada setiap kali makan (misal sarapan, makan siang, dan makan malam). Visual Piring Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana separuh (50%) dari jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan buah, dan separuh (50%) lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk. Piring Makanku juga menggambarkan bahwa setiap makan porsi sayuran lebih banyak dari porsi buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk-pauk. Piring makanku juga menganjurkan perlu minum setiap kali makan, bisa sebelum, ketika atau setelah makan. Meskipun gambar gelas hanya satu buah dalam visual ini, tidak berarti bahwa minum dalam satu kali makan hanya satu gelas. Akan tetapi, bisa saja disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya segelas sebelum makan dan segelas lagi setelah makan. Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih dan aman termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu, sejalan dengan prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena Piring Makanku adalah panduan setiap kali makan, maka tidak diperlukan anjuran aktivitas fisik dan pemantauan berat badan. Kedua hal ini cukup divisualkan pada gambar Tumpeng Gizi Seimbang. 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah kebiasaan/perilaku positif yang dilakukan oleh setiap siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin atau warung sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain yang dengan kesadarannya berusaha untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat di sekolah secara mandiri. 15

18 Laporan Kegiatan Apa saja yang termasuk dalam PHBS di sekolah? 1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun 2. Jajan di kantin/warung sekolah yang sehat 16

19 3. Membuang sampah pada tempatnya 4. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah 17

20 5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan 6. Bebaskan dirimu dari asap rokok 18

21 7. Memberantas jentik nyamuk dengan melakukan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) 8. Buang air kecil dan air besar di jamban sekolah 19 19

22 B. Peningkatan aktivitas fisik Peningkatan aktivitas fisik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan status gizi siswa. Aktivitas fisik adalah semua kegiatan yang kita lakukan setiap hari yang menggunakan banyak gerakan fisik, baik berupa olahraga maupun aktivitas lainnya seperti berjalan, berlari, bersepeda, berkebun, berenang, menari, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan sebagainya. 1. Manfaat aktivitas fisik Aktivitas fisik dapat meningkatkan gizi dan kesehatan anak, karena mempunyai banyak manfaat, yaitu: a. Tubuh menjadi sehat dan tercegah dari sakit b. Fungsi otak kita meningkat sehingga mudah berpikir 20

23 c. Metabolisme tubuh dan aliran darah berjalan lancar d. Tubuh menjadi bugar, stamina tubuh menjadi baik, sehingga tidak mudah lemas e. Membantu menurunkan berat badan pada anak yang gemuk. 2. Aktivitas fisik yang ideal Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari aktivitas fisik, anak perlu melakukan aktivitas fisik secara teratur dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, anak sebaiknya berolahraga 3-4 kali dalam 1 minggu, dengan durasi minimal sekitar 30 menit Ayo, Olahraga 3-4 kali/minggu selama 30 menit 21

24 3. Alternatif yang bisa dilakukan di sekolah Sekolah perlu mendukung anak untuk mempunyai aktivitas fisik yang cukup karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah. Upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah antara lain dengan menambah jam atau kegiatan ekstrakurikuler olahraga, melakukan kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik, mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik pada saat jam istirahat, dan membuat kebijakan serta menyediakan sarana prasarana sehingga anak dapat melakukan aktivitas fisik dengan nyaman dan aman. a. Ekstrakurikuler Olahraga Ekstrakurikuler merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas fisik anak. Anak dapat memilih jenis olahraga/aktivitas yang mereka sukai yang dapat meningkatkan aktivitas fisik mereka. Ekstakurikuler bulu tangkis Ekstakurikuler bela diri Ekstakurikuler sepak bola Ekstakurikuler menari 22

25 b. Penambahan Ice Breaking Ketika penambahan jam olahraga sulit dilakukan, alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan ice breaking pada saat pergantian jam pelajaran. Ice breaking dengan melakukan gerakan fisik juga bermanfaat untuk menghilangkan kejenuhan dan membantu meningkatkan kinerja otak. Selain ice breaking, kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas fisik, seperti mengadakan kegiatan di luar kelas, naik turun tangga, dan kegiatan simulasi juga dapat berkontribusi untuk peningkatan aktivitas fisik. c. Permainan Tradisional Salah satu jenis aktivitas fisik yang disukai anak-anak adalah permainan. Oleh karena itu, sekolah dapat mendorong siswanya untuk melakukan berbagai permainan pada saat jam istirahat. Berbagai jenis permainan tradisional dapat diajarkan kepada anak, sehingga mereka dapat bermain di waktu luang. Galasin/Gobak Sodor Patok Lele 23

26 Bentengan Lompat Tali Boy-boyan Engklek 24

27 d. Pembuatan kebijakan dan penyediaan sarana prasarana yang mendukung aktivitas fisik Salah satu masalah yang sering terjadi pada anak gizi lebih adalah mereka malas melakukan aktivitas fisik. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan sekolah adalah dengan membuat kebijakan yang membuat anak harus melakukan aktivitas fisik sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari. Contoh kebijakan yang dapat diterapkan antara lain: - Batas antar-jemput mobil dibuat dalam jarak yang cukup jauh, sehingga anak berjalan kaki menuju sekolah. - Pembuatan jadwal piket kebersihan secara rutin - Kewajiban untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang banyak melakukan gerakan fisik - Penyelenggaraan kegiatan senam pagi bersama secara rutin, - dan lain sebagainya Selain itu, agar anak merasa tertarik, nyaman, dan aman dalam melakukan aktivitas fisik, maka sekolah juga dapat menyediakan sarana prasana yang mendukung, seperti: - Area untuk berjalan kaki - Lapangan yang aman untuk berolahraga dan bermain - Penanaman pohon agar suasana di luar kelas menjadi sejuk - Tempat parkir sepeda - dan lain sebagainya 25

28 C. Penyelenggaraan Kantin Sehat Penyelenggaraan kantin sehat memegang peran penting untuk meningkatkan gizi anak karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah. Makanan yang dikonsumsi anak di sekolah berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan gizi mereka sehari. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan makanan yang aman dan bergizi di kantin sekolah. 1. Apa itu Kantin Sehat? Kantin Sehat adalah kantin yang menyediakan makanan/minuman yang bersih, aman dan bergizi, dilengkapi dengan sarana prasarana yang aman digunakan untuk pangan serta dikelola dengan baik dan sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi. 26

29 2. Tujuan Penyelenggaraan Kantin Sehat Menyediakan makanan dan minuman yang sehat, bergizi, dan aman dikonsumsi Membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan gizi untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan aktivitasnya di sekolah Mengedukasi siswa mengenai makanan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman Mendorong warga sekolah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah Media pembelajaran bagi siswa tentang gizi, keamanan pangan, kesehatan, kebersihan, kejujuran, saling menghargai dan disiplin. 3. Penyelenggaraan Kantin Sehat Penyelenggaraan Kantin Sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Sarana dan Prasarana Sumber Air bersih Tersedia sumber air bersih dalam jumlah cukup, baik untuk kebutuhan pengolahan maupun pembersihan. Air harus bebas dari bahan kimia berbahaya, tidak berwarna dan berbau, serta memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum. Tempat Penyimpanan Mempunyai tempat penyimpanan bahan mentah, makanan jadi, bahan bukan pangan, dan penyimpanan peralatan secara terpisah, mudah dibersihkan dan bebas dari hama. Tempat pengolahan/ tempat persiapan makanan Ruangan selalu dalam keadaan bersih dan terpisah dari ruang penyajian. Tersedia meja dengan permukaan halus dan mudah dibersihkan. Ruangan harus mempunyai ventilasi dan cukup penerangan. Tempat penyajian Tersedia etalase atau lemari kaca yang memungkinkan konsumen untuk melihat makanan yang disajikan. Tempat penyajian harus selalu tertutup untuk melindungi makanan dari debu dan hama. Tempat makan Tersedia meja dan kursi dalam jumlah yang cukup dan nyaman. Meja dan kursi harus selalu dalam keadaan bersih, permukaan meja harus mudah dibersihkan, dan terdapat sirkulasi udara yang baik. Fasilitas Sanitasi Fasilitas sanitasi yang harus tersedia adalah bak cuci peralatan dengan air mengalir serta rak pengering, wastafel dengan sabun dan lap bersih/tisu, serta tersedia alat kebersihan yang terawat baik seperti sapu, kain lap, kain pel, sikat dan bahan pembersih. 27

30 Tempat pembuangan limbah (padat, cair, dan gas) Tempat sampah harus tersedia dalam jumlah cukup dan selalu tertutup. Terdapat saluran pembuangan air yang berfungsi dengan baik dan mudah dibersihkan, serta terdapat lubang angin untuk mengalirkan udara segar dan membuang limbah gas hasil pemasakan. Jarak kantin dengan tempat penampungan sampah minimal 20 meter. Tempat penyimpanan uang Uang merupakan sumber kontaminasi mikroba sehingga harus disimpan pada tempat yang terpisah. Sebaiknya orang yang menerima pembayaran tidak merangkap sebagai pengolah atau penyaji makanan. Perlengkapan kerja Perlengkapan kerja karyawan kantin meliputi baju kerja, tutup kepala, dan celemek berwarna terang, serta lap yang bersih. Peralatan Menggunakan alat yang aman untuk makanan, penggunaan peralatan sesuai peruntukannya (bahan mentah/masakan matang, makanan/minuman panas/dingin), alat yang sudah dipakai dicuci dengan air mengalir dan sabun, dikeringkan dengan alat pengering atau kain yang bersih, dan disimpan di tempat yang bebas dari pencemaran. b. Penjamah Makanan Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan, mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan, sampai dengan penyajian. Penjamah makanan harus memenuhi syarat sebagai berikut: Tidak menderita penyakit kulit dan penyakit menular Menutup luka pada luka terbuka atau sejenisnya Selalu menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, badan dan pakaian Selalu mencuci tangan atau kaki dengan sabun sebelum dan sesudah bekerja, dan setelah keluar kamar kecil. Menggunakan celemek dan tutup kepala dengan benar Menggunakan peralatan atau alas tangan untuk menjamah pangan yang disajikan Tidak mengobrol, merokok atau menggaruk anggota badan seperti telinga, hidung, mulut dan lainya saat menjamah makanan Tidak batuk, bersin, atau menutup mulut dan hidung pada saat menyajikan makanan Untuk menghindari kontak langsung dengan makanan, penjamah dapat menggunakan sarung tangan plastik sekali pakai, penjepit makanan, sendok dan garpu. 28

31 c. Makanan dan Minuman Kantin 1) Pengolahan dan Pemasakan Makanan Air yang digunakan untuk membuat minuman harus dimasak hingga mendidih Bahan baku yang dipakai harus dalam keadaan baik mutunya, segar, dan tidak busuk Bahan tambahan pangan yang digunakan harus mempunyai ijin dari BPOM RI dan digunakan sesuai ketentuan Makanan yang disajikan harus dimasak matang Makanan harus disajikan dalam keadaan terbungkus atau tertutup Pembungkus atau penutup makanan harus bersih Makanan yang telah disajikan lebih dari 6 (enam) jam apabila masih dalam keadaan baik, harus dipanaskan kembali sebelum disajikan 2) Makanan jajanan yang sehat dan aman Menu yang bervariasi dan bernilai gizi baik Contoh makanan di kantin sehat 29

32 Jika memilih makanan/minuman berlabel, perhatikan komposisi bahan, kandungan gizi, tanggal kadaluwarsa, izin BPOM, serta kehalalannya. Pilih makanan yang banyak kandungan gizinya serta tidak mengandung gula dan lemak yang tinggi, masih jauh dari waktu kadaluarsa, mempunyai ijin BPOM, serta mempunyai logo halal. Jika memilih jajanan yang tidak dikemas, pilih makanan yang tertutup dengan peralatan bersih, menggunakan pembungkus yang aman untuk makanan, dan masih dalam keadaan baik/segar, bebas lalat, dan debu. 30

33 Sebaiknya memilih jajanan yang tidak berwarna terang menyolok, tidak meninggalkan rasa pahit di tenggorokan setelah dimakan, tidak berjamur, berlendir, atau berbau busuk Sebaiknya hindari jajanan yang digoreng dengan minyak yang dipakai berulang kali 31

34 d. Manajemen Kantin Sehat Penyelenggaraan kantin sehat sekolah memerlukan struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan pengelolaan keuangan yang jelas. Pengurus kantin sehat dapat terdiri dari unsur guru, staf sekolah dan orang tua murid. Pengelolaan kantin sebaiknya melibatkan semua unsur sekolah, sehingga semua warga sekolah merasa memiliki dan dapat berkontribusi dalam penyelenggaraan kantin. Penyelenggaraan kantin sehat harus selalu diawasi oleh seluruh warga sekolah, termasuk siswa sebagai konsumen terbesar. Sekolah memiliki andil besar dalam membuat peraturan mengenai jajanan apa yang boleh dan tidak boleh dijual di sekolah. Penyedia jajanan harus mengikuti peraturan sekolah dalam menyediakan makanan yang sehat dan aman. Selain itu, orang tua juga berhak memberi saran dan kritik jika terdapat jajanan yang membahyakan anak-anak. Kegiatan di kantin sehat juga dapat dikembangkan tidak hanya sebagai penyedia makanan, tapi sekaligus sebagai tempat pembelajaran. Melalui penyelenggaraan kantin sehat, siswa dapat belajar mengenai makanan yang bergizi dan aman, perilaku hidup yang bersih dan sehat, kejujuran dan kedisiplinan, dan lain sebagainya. 32

35 V. PENUTUP Gizi merupakan kebutuhan yang penting untuk anak sekolah dasar. Kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi dengan cukup, baik kelebihan maupun kekurangan gizi, akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Masalah gizi lebih dan gizi kurang tidak hanya menimbulkan dampak untuk saat ini, tapi juga mempengaruhi masa depan anak. Oleh karena itu, memantau status gizi anak dan mengetahui masalah gizi yang terjadi merupakan hal yang penting. Sekolah mempunyai peran dalam meningkatkan status gizi anak karena sebagian waktu anak dihabiskan di sekolah. Berbagai upaya peningkatan status gizi dapat dilakukan di sekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan di sekolah antara lain melalui edukasi gizi, peningkatan aktivitas fisik, serta penyelenggaraan kantin sehat. 33

36

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS NO SARANA & PRASARANA / TANGGAL 1 LOKASI DAN BANGUNAN A. LANTAI BERSIH, TIDAK LICIN B. DINDING BERSIH, WARNA TERANG, KEDAP AIR C. LANGIT-LANGIT TIDAK BOCOR, TIDAK MENGELUPAS D. PINTU DAPAT DIBUKA TUTUP

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN 97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 6 sampai 12 tahun memiliki fisik lebih kuat dibandingkan dengan balita, memiliki sifat indifidual yang aktif, dimana

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi LAMPIRAN Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi 170 Keadaan Kantin KOPMA UPI Bumi Siliwangi 171 Keadaan kantin PKM UPI Bumi Siliwangi 172 ANALISIS PEMAHAMAN PENERAPAN PRINSIP HYGIENE DAN SANITASI PADA

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik 1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 71 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 1. Pilihlah

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk BAB 1 PENDAHULUAN Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah : Siswa-siswa dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Persyaratan Karyawan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR

LAMPIRAN PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR 53 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR Nomor : Nama : Alamat : Tanggal wawancara : DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan di segala bidang menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET

MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET Oleh : Fitriani, SE Pola hidup sehat adalah gaya hidup yang memperhatikan segala aspek kondisi kesehatan, mulai dari aspek kesehatan,makanan, nutrisi yang dikonsumsi

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ANALISIS HIGIENE SANITASI, KANDUNGAN ZAT WARNA SINTETIS, PEMANIS BUATAN, DAN BAKTERI Eschericia coli PADA MINUMAN ES JERUK PERAS YANG DIJUAL PEDAGANG KELILING DI KEC. MEDAN BARU KOTA MEDAN

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR Saat ini Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia yang turut menghadapi masalah kesehatan triple burden, yaitu masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012

Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lampiran 1. Lembar ObservasiHigiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pembuatan Ikan Asin di Kota Sibolga Tahun 2012 Nama Pemilik Usaha : Umur :

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas didefenisikan sebagai suatu penambahan berat badan akibat akumulasi berlebihan lemak tubuh relatif terhadap massa tubuh tanpa lemak (Wong,

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal

Lebih terperinci

terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda ( ) pada jawaban yang

terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda ( ) pada jawaban yang PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Sebelum Ibu/Bapak/Saudara menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan,

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HIGIENE SANITASI PANGAN

HIGIENE SANITASI PANGAN HIGIENE SANITASI PANGAN Oleh Mahmud Yunus, SKM.,M.Kes KA. SUBDIT HIGIENE SANITASI PANGAN DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN, DITJEN PP & PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada Workshop Peringatan Hari

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI I. DATA UMUM : Tanggal Konseling : No. Rekam Medik : Nama : Umur : Nama orang tua/kk : Pekerjaan : Alamat RT/RW/RK : Kelurahan/Desa : II. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas yaitu terdapat penimbunan lemak yang belebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya obesitas ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

ANGKET UJI COBA PENELITIAN. 1. Identitas Siswa Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Alamat :...

ANGKET UJI COBA PENELITIAN. 1. Identitas Siswa Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Alamat :... 69 ANGKET UJI COBA PENELITIAN 1. Identitas Siswa Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Alamat :... 2. Petunjuk Pengisian 1. Bacalah baik-baik butir pernyataan dan setiap alternatif jawaban! 2. Pilih alternatif

Lebih terperinci

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003 LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003 Lokasi industri : Penanggung Jawab : Jumlah Karwan : No OBJEK PENGAMATAN KATEGORI Ya Tidak Prinsip I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Jenis pangan jajanan yang beragam di Indonesia saat ini sudah berkembang sangat pesat sejalan dengan pesatnya pembangunan. Pangan jajanan menurut FAO (1991&2000) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan P Kalori di sini adalah perkiraan Script Hari 1, penjelasan 3 menit Masih ingat ANGKA AJAIB Anda? 1. Ini adalah angka AJAIB karena jika Anda mengingatnya dan membatasi

Lebih terperinci

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8 5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Higiene makanan sangatlah bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua makhluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya secara sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, salah satunya ialah remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman telah mengantarkan kita pada era modernisasi dimana segala sesuatu serba praktis dan instan. Hampir semua peralatan yang diperlukan manusia saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

SEHAT DAN BUGAR DI USIA LANJUT. Dr. Fatmah, SKM, MSc CAS UI

SEHAT DAN BUGAR DI USIA LANJUT. Dr. Fatmah, SKM, MSc CAS UI SEHAT DAN BUGAR DI USIA LANJUT Dr. Fatmah, SKM, MSc CAS UI Perubahan Anatomik/ Fisiologik Psiko Sosial Healthy Aging Penyakit/ Patologik Gizi Sakit Disabilitas KELUHAN KESEHATAN PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Adanya pergeseran budaya dari budaya gerak menjadi budaya diam menyebabkan terjadinya permasalahan pada aspek kesegaran jasmani. Hal ini disebabkan oleh dampak teknologi

Lebih terperinci

SERIBU HARI UNTUK NEGERI

SERIBU HARI UNTUK NEGERI SERIBU HARI UNTUK NEGERI (DRAFT) PANDUAN GERAKAN NASIONAL SADAR GIZI MENUJU MANUSIA INDONESIA PRIMA I. LATAR BELAKANG Sesungguhnya aset paling berharga milik bangsa Indonesia adalah sumber daya manusia

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA)

DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA) DIABETES MELLITUS (PENYAKIT GULA) AFRIYANI, S.Kep 04121004 PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK PSIK-FK UNAND PADANG 2008 Apa itu Diabetes Melitus (DM)..?? Suatu keadaan tingginya kadar gula darah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I pasal 1 ayat (1) menjelaskan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

Lebih terperinci

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT Ingin menerapkan pola makan yang sehat tapi tidak tahu harus memulai dari mana? Artikel ini adalah panduan mudah untuk mengiring anda ke arah yang tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci