Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian"

Transkripsi

1 Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana. Karena paper ini langsung diunggah setelah diterima, paper ini belum melalui proses peninjauan, penyalinan penyuntingan, penyusunan, atau pengolahan oleh Tim Publikasi Program Studi Meteorologi. Paper versi pendahuluan ini dapat diunduh, didistribusikan, dan dikutip setelah mendapatkan izin dari Tim Publikasi Program Studi Meteorologi, tetapi mohon diperhatikan bahwa akan ada tampilan yang berbeda dan kemungkinan beberapa isi yang berbeda antara versi ini dan versi publikasi akhir Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung

2 Proyeksi Potensi Debit Aliran Sungai Untuk Mendukung Pembangkit Listrik Tenaga MiniHidro Studi Kasus PLTMH Lubuk Gadang Sumatera Barat ADIE WIBISONO MOEIS Program Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Dalam kajian ini, dilakukan proyeksi debit menggunakan proyeksi curah hujan model GCM (General Circulation Model) dari tahun 2013 sampai dengan tahun Model yang dipakai adalah model CSIRO mk2, ECHAM5, GFDL2.0, GFDL2.1, NCCSM, dan MRI. Data observasi yang dipakai dalam kajian ini adalah data curah hujan bulanan stasiun Lubuk Gadang dari tahun 1969 sampai dengan tahun 2012 dan data debit rata-rata bulanan Sungai batang sangir dari tahun 1989 sampai dengan tahun Dalam kajian ini, model dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode baseline, periode validasi, dan periode proyeksi. Untuk menentukan model GCM yang digunakan, komposit dari periode baseline untuk masing-masing model dan observasi dikorelasikan sehingga didapatkan model terbaik. Setelah itu dilakukan metode downscalling terhadap model terbaik. Metode downscalling yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode delta dan metode koreksi bias. Lalu hasil koreksi tersebut digunakan untuk perhitungan proyeksi debit sungai menggunakan ANFIS (Adaptive Neural Fuzzy-Inference System). Kemudian dilakukan analisis debit menggunakan fungsi distribusi kumulatif untuk proyeksi debit dengan timeslice setiap 10 tahun dan dibandingkan dengan fungsi distribusi kumulatif debit pada periode baseline-nya. Dari analisis tersebut, didapatkan hasil bahwa kemungkinan kekeringan paling ekstrim berada di antara tahun 2023 sampai dengan tahun Dan semua timeslice turun terhadap debit periode baseline. Kata kunci: Mini Hidro, proyeksi, GCM, metode delta, koreksi bias, ANFIS, curah hujan, debit. 1. Pendahuluan Energi adalah isu yang akhir-akhir ini sering dibicarakan di masyarakat. Kebutuhan energi selalu meningkat seiring berjalannya waktu. Pemenuhan kebutuhan energi ini, mayoritas masih menggunakan minyak dan batubara yang menimbulkan kontroversi dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah polusi yang diciptakan oleh proses produksi tersebut dan polusi yang diciptakan oleh energi tersebut. Maka, sesuai dengan protokol Kyoto, dibutuhkan energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan seperti PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro). Dalam pembangunannya, energi Mini Hidro membutuhkan penelitian hidrometeorologi untuk menentukan seberapa besar potensi yang dimiliki daerah itu untuk menghasilkan energi yang cukup dalam beberapa tahun ke depan. Pengaruh perubahan iklim terutama perubahan evapotranspirasi, debit sungai, pola curah hujan temporal, dan frekuensi kejadian meteorologi ekstrim, memiliki potensi untuk mendorong perubahan yang cukup signifikan, baik positif maupun negatif, dalam produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air di semua belahan dunia. Banyak dari kejadian iklim ekstrim di Indonesia, salah satunya kekeringan, terkait dengan El-Nino Southern Oscillation (ENSO), hal ini terjadi terutama karena penurunan curah hujan yang signifikan. Dampak yang disebabkan oleh kejadian El-Nino pada tahun 1982 dan 1997 (dua kejadian El-Nino paling kuat dalam kurun waktu 25 tahun terakhir) terhadap curah hujan di Indonesia telah di dokumentasikan pada tahun Pada akhirnya ditemukan bahwa semua propinsi mengalami curah hujan musiman yang lebih rendah pada tahun tahun tersebut. Sumatera, Jawa, dan Sulawesi secara konsisten menunjukkan penurunan curah hujan musiman, khususnya pada musim kemarau. Dalam beberapa tahun terakhir ada banyak daerah yang mengalami kekeringan. hal ini berdampak langsung ke pemegang keputusan bendungan dan sektor energi. Kekeringan memiliki potensi untuk mempengaruhi kerja dari bendungan dan mengurangi produksi dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang akan berdampak pada semakin tingginya biaya listrik (Choi dkk., 2011). 1

3 Perubahan iklim adalah suatu kemungkinan karena telah terjadi di masa lalu dan akan terus terjadi di masa mendatang. Masalah yang perlu diwaspadai adalah bagaimana, kapan, di mana, dan seberapa besar perubahan iklim di masa yang akan datang. Analisis dan proyeksi perubahan iklim perlu dilakukan secermat mungkin karena isu perubahan iklim terkait dengan aspek ketidakpastian yang tinggi, terutama menyangkut hasil keluaran (output) model iklim global. Dalam penelitian tugas akhir ini, daerah kajian ada pada PLTMH Lubuk Gadang, Sumatera Barat. Pembangunan Pembangkit listriknya sudah berjalan dan penelitian mengenai potensi energi di daerah tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2008 oleh Jasclean. Sungai tempat pembangkit dibangun adalah Sungai Batang Sangir yang merupakan anak dari sungai terpanjang di Pulau Sumatera, yaitu Sungai Batang Hari. Dengan daerah tangkapan seluas km2, Sungai Batang Sangir ini dianggap berpotensi untuk dibangun PLTMH. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa rata rata debit aliran Sungai Batang Sangir (gambar 1.1) sebesar 34,8 m3/s dengan rata rata bulanan bervariasi dari 22,3 m3/s (agustus) sampai 46,9 m3/s (Desember). Dengan desain intake PLTMH Lubuk Gadang yang membutuhkan debit sebesar 19,43 m3/s dan head 48 m, pembangkit listrik ini akan menghasilkan keluaran energi sebesar 7,4 MW atau setara 51,8 GWh per tahun. Dengan melihat kebutuhan PLTMH dan data rata-rata aliran debit sungai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sungai Batang Sangir ini berpotensi untuk energi Mini Hidro. Gambar 1.1. Variasi debit bulanan antara komposit dengan data 2008 (Sumber: AECOM, 2010) Pada penelitian sebelumnya, proyeksi potensi debit masih belum dilakukan Untuk memenuhi pemasok listrik dalam jangka waktu 30 tahun kedepan, diperlukan perhitungan proyeksi debit. Karena dalam jangka waktu sepanjang 30 tahun perubahan iklim cukup memberikan dampak pada curah hujan dan debit aliran sungai, maka dalam penelitian ini, akan dilakukan proyeksi debit aliran sungai menggunakan proyeksi curah hujan menggunakan model iklim global (GCM) dengan tiga skenario emisi yaitu B1, A1B, dan A2 untuk jangka waktu 40 tahun kedepan ( ). 2. Data dan Metode Ada dua kelompok data yang digunakan dalam tugas akhir ini. Yaitu data hasil model iklim global berupa curah hujan bulanan, dan data observasi di titik yang terdekat dari wilayah studi yang berupa curah hujan bulanan dan debit rata-rata bulanan Sungai Batang Sangir. Data output GCM digunakan sebagai proyeksi curah hujan dan debit untuk 40 tahun ke depan. Data tersebut didapatkan dari website Ada enam model yang diambil dengan masing-masing model memakai 3 skenario emisi B2, A1B, dan A2. Model yang diambil adalah ECHAM5 dari Jerman, MRI CGCM2 dari Jepang, GFDL 2.0 dan 2.1 dari Amerika Serikat, CSIRO mark 2 dari Australia, NCCSM dari Amerika Serikat, dan MIROC 3.2 dari Jepang. Salah satu data utama yang tersedia untuk melakukan tugas akhir ini adalah data curah hujan di Pos Curah Hujan Lubuk Gadang. Data tersebut adalah satu- satunya data cuaca yang berhasil didapatkan di sekitar wilayah kajian. Data ini diukur dari penakar curah hujan yang berupa ombrometer dengan lokasi bujur timur dan 1.50 lintang selatan. Data dimulai dari tahun 1969 sampai dengan Juni tahun Data debit sungai berupa debit rata-rata bulanan didapatkan dari sungai batang sangir sekitar 22 km di bawah site. Data dimulai dari tahun 1989 sampai tahun Dalam kajian ini, pertama-tama model iklim dibagi menjadi tiga periode disesuaikan dengan data observasi yang didapatkan yaitu, periode baseline ( ), periode validasi ( ), dan periode proyeksi ( ). Lalu, penentuan model GCM yang digunakan dilakukan dengan cara mengkorelasikan baseline observasi dengan baseline masing-masing model GCM. Lalu diambil model GCM dengan korelasi paling baik untuk kemudian dilakukan downscalling. Untuk membuat data model GCM bisa diterima, dilakukan 2 metode downscalling pada penelitian ini, yaitu metode delta dan metode koreksi bias. Untuk mendapatkan hasil downscalling dengan metode delta pertama-tama dilakukan perhitungan nilai selisih (delta) dari tiap-tiap keluaran dengan ratarata baseline model pada bulan yang sama. Nilai proyeksi curah hujan kemudian didapatkan dari menambahkan hasil selisih (delta) tiap-tiap keluaran model dengan rata-rata baseline pengamatan. Kemudian hasil proyeksi dari tahun 2000 sampai tahun 2012 dapat dibandingkan dengan observasi sebagai validasi. Selain menggunakan metode delta, juga digunakan metode koreksi bias untuk melihat hasil 2

4 yang lebih baik untuk dipakai sebagai hasil proyeksi. Pertama, data model di transformasi dan dicocokkan ke dalam dua parameter distribusi gamma (persamaan 1), ;,= Ґ...(1) Lalu distribusi kumulatif (persamaan 2) baseline data model tersebut di petakan ke distribusi kumulatif baseline data observasi historis (persamaan 3). ;,=...(2) ;,!";,...(3) Kedua parameter gamma (α dan β) untuk setiap distribusi gamma ditentukan menggunakan estimasi kemiripan maksimum. Dan proyeksi curah hujan yang telah dikoreksi dapat dihitung menggunakan invers dari persamaan (3) yaitu: # = {!";,!"}...(4) Dari enam model GCM curah hujan yang diambil, korelasi antara komposit baseline model dan komposit baseline observasi menunjukkan bahwa ada dua model yang memberikan hasil paling baik (tabel 3.1), yaitu CSIRO mk2 dan MRI. Dalam penelitian ini, dilakukan 2 metode downscalling, yaitu metode delta dan metode koreksi bias dengan menggunakan persamaan gamma. Didapatkan bahwa dari hasil downscalling, korelasi dari periode validasi menunjukkan bahwa skenario A2 menunjukkan hasil yang paling baik dibandingkan A1B dan B1. Tabel 3.1. Hasil korelasi baseline 6 model GCM yang dipakai terhadap baseline observasi. Korelasi terbaik diperlihatkan oleh model CSIRO dan MRI. Metode downscalling sangat perlu dilakukan untuk memperbaiki data keluaran GCM, melihat dua keluaran terbaik model global ini saja (Gambar 3.1) masih sangat bias. Setelah model berhasil di-downscalling, untuk membandingkan dan melihat hasil terbaiknya dilakukan uji model terhadap data observasi di data pada periode baseline. Digunakan korelasi dan RMSE untuk melihat kemampuan model tersebut serta dilihat juga secara kualitatif bentuk plot grafiknya. Dan Untuk menghitung debit dari curah hujan, digunakan data inputan berupa curah hujan model dan output berupa debit sungai dengan rentang waktu 13 tahun. Ada 4 arsitektur ANFIS yaitu ANFIS 1 input (2 aturan), ANFIS 2 input (4 aturan), ANFIS 3 input (8 aturan), dan ANFIS 4 input (16 aturan). Pertama, dilakukan penentuan input apa saja yang mau dimasukkan (bulan, curah hujan, curah hujan 1 bulan sebelum, curah hujan 2 bulan sebelum, curah hujan 3 bulan sebelum, dan curah hujan 6 bulan sebelum) dengan output berupa debit rata-rata. Setelah itu dilakukan persiapan data untuk membentuk matriks input output yang kemudian akan di hitung oleh Fuzzy Inference System tersebut. Dalam rentang data yang dikalkulasikan, data dibagi menjadi dua, yaitu data training dan data cheking. Pada penelitian ini, data checking hanya dipakai 1 tahun. Setelah matriks data sudah siap, ANFIS dijalankan dengan terlebih dahulu menentukan jumlah epoch (percobaan) dan member function-nya (fungsi keanggotaan). Lalu setelah berhasil dijalankan, dicari hasil terbaik menggunakan korelasi dan error. Setelah didapatkan hasil terbaik, struktur FIS tersebut dipakai kembali untuk menghitung debit proyeksi. Gambar 3.1. Grafik model curah hujan GCM dengan observasi Lubuk Gadang. Setelah didapatkan model curah hujan terbaik, dilakukan downscalling dengan metode delta dengan cara memindah anomali data model terhadap baselinenya ke dalam baseline data observasi. 3. Hasil dan Pembahasan 3

5 Gambar 3.2. Hasil downscalling curah hujan lubuk gadang dengan observasinya menggunakan metode delta. Metode ini dilakukan untuk 3 skenario emisi yaitu skenario A2,B1, dan A1B. Gambar 3.2. di atas merupakan hasil plot curah hujan antara model GCM yang sudah melalui proses downscalling dengan metode delta dengan observasi pada tahun 2000 sampai tahun 2012 (periode validasi). Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa metode ini tidak dapat mendekati variansi data observasi. Secara kuantitatif, korelasi yang dihasilkan kedua model adalah 54% untuk MRI dan 50% untuk CSIRO. Dengan nilai RMSE 146,19 dan 150,26 yang berarti masih sangat besar. Maka diharapkan ada metode lain yang dapat lebih baik untuk mendekati sebaran datanya. Melihat downscalling metode delta yang tidak berhasil mendekati variansi data curah hujan Lubuk Gadang, maka dilakukan metode koreksi bias dengan cara mencocokkan kuantil-kuantil baseline data model terhadap kuantil-kuantil data observasi menggunakan fungsi distribusi gamma, yang kemudian pendekatan kuantil-kuantil tersebut diaplikasikan ke data model untuk periode validasi dan periode proyeksi. Perhitungan koreksi bias ini dilakukan untuk semua skenario yang diambil yaitu A2,B1, dan A1B. Dan hasil korelasi terbaik ditunjukkan oleh skenario A2 (Tabel 3.2). Gambar 3.3. Hasil downscalling curah hujan Lubuk Gadang dengan observasinya menggunakan metode bias correction. Dilihat dari sebaran datanya (gambar 3.4), model GCM yang sebelumnya underestimate, berhasil dikoreksi dengan baik melalui metode ini. Grafik CDF menunjukkan bahwa model CSIRO lebih baik dalam mendekati observasi, namun ketika dibandingkan lagi dengan proyeksinya, model CSIRO memiliki korelasi yang lebih buruk dibandingkan dengan model MRI. Metode koreksi bias ini lebih baik dalam mendekati persebaran data observasi (gambar 3.5), dapat dilihat dari grafik CDF bahwa nilai ekstrim, baik ekstrim bawah maupun ekstrim atas, lebih terlihat dengan metode koreksi bias. Gambar 3.4. Plot CDF antara observasi (biru), model sebelum dikoreksi bias (hijau), dan model setelah dikoreksi bias (merah) untuk model MRI (kiri) dan CSIRO (kanan) Tabel 3.2. Hasil korelasi model GCM curah hujan yang telah di-downscalling dengan metode delta dan metode koreksi bias untuk 3 skenario emisi yaitu A2, A1B, dan B1. Nilai korelasi yang dihasilkan oleh model MRI sebesar 56% dan CSIRO sebesar 32%. Nilai korelasi MRI menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan metode delta sedangkan nilai korelasi CSIRO menurun secara signifikan. Gambar 3.3 menunjukkan bahwa metode ini sudah berhasil mendekati variansi dari sebaran data observasi. Gambar 3.5. Plot CDF model curah hujan hasil downscalling menggunakan metode delta (merah dan hijau) dan menggunakan metode koreksi bias (biru dan biru muda) 4

6 Ada 4 parameter yang mempengaruhi debit, yaitu curah hujan, tutupan lahan, jenis tanah, dan debit itu sendiri. Penelitian ini mengasumsikan bahwa tidak ada perubahan tata guna lahan dan data temperatur serta jenis tanah tidak berhasil didapatkan sehingga hanya didapatkan data curah hujan di pos Lubuk Gadang. Karena adanya keterbatasan data, secara tidak langsung hanya curah hujan yang mempengaruhi debit di daerah kajian ini. Maka, untuk mencari persamaan yang menghubungkan curah hujan dan debit, digunakan ANFIS. Hasil terbaik yang dapat diberikan ANFIS terhadap perhitungan debit memiliki korelasi sebesar 69% dengan memakai ANFIS satu input dengan input curah hujan dan output debit sungai. Gambar 3.6. Hasil perhitungan debit sungai korelasi terbaik dengan menggunakan ANFIS. Jika dilihat dari grafik di atas (Gambar 3.6) terlihat bahwa nilai ekstrim belum dapat didekati oleh ANFIS, maka dibutuhkan koreksi bias untuk mengurangi biasnya. Gambar 3.7. Plot CDF per 10 tahun dimulai dari Januari tahun Dari grafik fungsi distribusi kumulatif di atas (gambar 3.7) dapat dilihat bahwa nilai ekstrim bawah yang paling kecil adalah pada data 2 yang berarti dari tahun 2023 sampai tahun Kesimpulan Berdasarkan pengerjaan penelitian ini ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu sebagai berikut: Dampak perubahan iklim menunjukkan bahwa ada kemungkinan kekeringan yang sangat ekstrim diantara tahun 2023 sampai dengan tahun 2032 yang terlihat dari hasil fungsi distribusi kumulatif 10 tahunan debit rata-rata bulanan Sungai Batang Sangir dengan model iklim global (GCM). Perhitungan proyeksi debit aliran Sungai Batang Sangir menunjukkan bahwa semua ekstrim bawah debit rata-rata bulanan dengan timeslice 10 tahunan menunjukkan penurunan terhadap debit rata-rata periode baseline. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perubahan iklim menyebabkan penurunan debit ekstrim bawah untuk periode proyeksi yaitu dari tahun 2013 sampai tahun REFERENSI AECOM. (2010). Lubuk Gadang Mini Hydropower Project: Peer Review of Feasibility Study & Concept Design. South Solok: AECOM. Blackshear, B., Crocker, T., Drucker, E., Filoon, J., Knelman, J., & Skiles, M. (2011). Hydropower Vulnerability and Climate Change: A Framework for Modeling the Future of Global Hydroelectric Resource. Middlebury College Environmental Studies Senior Seminar. Choi, T., Keith, L., Hocking, E., Friedman, K., & Matheu, E. (2011). DAMS and Energy Sectors Independency Study. Tennesy: U.S Department of Energy. GTZ. (2007). Kajian Risiko dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat: Analisis dan Proyeksi Curah Hujan dan Temperatur. GTZ. Jang, J., Sun, C., & Mizutani, E. (1997). Neuro-Fuzzy and Solf Computing. A computational Approach to learning and machine Intelligence. USA: Prentice Hall International, Inc. MoE. (2007). Indonesia Country Report: Climate Variability and Climate Change, and Their Implication. Jakarta: Ministry of Environment. Nakicenovic, N., Davidson, O., Davis, G., Grubler, A., Kram, T., Rovere, E. L., et al. (2000). Emission Scenarios. Intergovermental Panel on Climate Change. Poch, L., Conzelmann, G., & Veselka, T. (2009). An analysis of the Effect of Drought Condition on Electric Power Generation in the Western United States. Utah: Argonne National Laboratory. Ramirez, J., & Jarvis, A. (2010). Downscaling Global Circulation Model Outputs: The Delta Method Decision and Policy Analysis Working Paper No. 1. Agricultura Eco-Eficiente para Reducir la Pobreza. Ruminta. (2001). Pendugaan Curah Hujan di Wilayah Sumatera Dengan Menggunakan Anfis. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Sharma, D., Gupta, A., & Babel, M. (2007). Spatial disaggregation of bias-corrected GCM Precipitation for Improved Hydrologic Simulation: Ping River 5

7 Basin, Thailand. Hydrology and Earth System Science Discussions. Tayfur, G., & Singh, V. P. (2006). ANN and Fuzzy Logic Models for Simulating Event-Based Rainfall-Runoff. Journal of Hydraulic Engineering. 6

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo)

PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo) PREDIKSI CURAH HUJAN TAHUNAN MENGGUNAKAN ANFIS DENGAN PENGELOMPOKAN DATA (Studi Kasus Pada Stasiun Meteorologi Bandara Jalaluddin Gorontalo) Ifan Wiranto, Wahab Musa, Wrastawa Ridwan Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan perkiraan cuaca terutama curah hujan ini menjadi sangat penting untuk merencanakan segala aktifivitas mereka. Curah hujan juga memiliki

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekeringan merupakan fenomena alam yang kompleks dengan prosesnya berjalan lambat, tidak diketahui pasti awal dan kapan bencana ini akan berakhir, namun semua baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1980-an para peneliti meteorologi meyakini bahwa akan terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spasial maupun temporal. Kenaikan temperatur

Lebih terperinci

Kajian Risiko dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Analisis dan Proyeksi Curah Hujan dan temperatur

Kajian Risiko dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Analisis dan Proyeksi Curah Hujan dan temperatur Kajian Risiko dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat Analisis dan Proyeksi Curah Hujan dan temperatur DAFTAR ISI ISI i GAMBAR... ii 1. PENDAHULUAN... 1.1 Latar

Lebih terperinci

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian PPN/Bappenas + Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) Kementerian PPN/Bappenas Perubahan Iklim dan Dampaknya di Indonesia 2013 + OUTLINE 2 I. LATAR BELAKANG II. III. IV. HISTORI KONDISI IKLIM INDONESIA

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Salah satu energi alternatif yang jumlahnya tak terbatas, kontinu, terdapat dimanamana, tidak menimbulkan polusi dan gratis adalah sinar matahari. Kini, energi matahari

Lebih terperinci

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air Tugas Akhir Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air Oleh : Sezar Yudo Pratama 3106 100 095 JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dampak perubahan iklim telah mendapat perhatian yang sangat serius dan mendorong banyak penelitian selama beberapa dekade terakhir ini. Hasil penelitian tersebut

Lebih terperinci

ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP HUJAN WILAYAH DI DAS PROGO HULU MENGGUNAKAN SKENARIO IKLIM HadCM3 DENGAN SKENARIO EMISI A2 DAN B2

ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP HUJAN WILAYAH DI DAS PROGO HULU MENGGUNAKAN SKENARIO IKLIM HadCM3 DENGAN SKENARIO EMISI A2 DAN B2 ESTIMASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP HUJAN WILAYAH DI DAS PROGO HULU MENGGUNAKAN SKENARIO IKLIM HadCM3 DENGAN SKENARIO EMISI A2 DAN B2 Slamet Suprayogi 1, Ahmad Cahyadi 2, Tommy Andryan Tivianton 3,

Lebih terperinci

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PROYEKSI PERUBAHAN IKLIM TAHUN DI WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) PROVINSI SUMATERA BARAT

PROYEKSI PERUBAHAN IKLIM TAHUN DI WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) PROVINSI SUMATERA BARAT PROYEKSI PERUBAHAN IKLIM TAHUN 2016-2045 DI WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) PROVINSI SUMATERA BARAT Fitri Adi Suryanto 1, Dr. Agus Safril 2 1,2 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika E-Mail: fitriadi01@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya suhu rata-rata pada lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) merupakan isu lingkungan yang hangat diperbincangkan saat ini. Secara umum pemanasan global didefinisikan sebagai peristiwa meningkatnya

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Letak geografis Negara Indonesia berada pada daerah tropis yang terdiri dari kepulauan yang tersebar dan memiliki sumber daya alam yang sangat menguntungkan, antara

Lebih terperinci

PREDIKSI TINGGI MUKA AIR BENDUNGAN RIAM KANAN MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

PREDIKSI TINGGI MUKA AIR BENDUNGAN RIAM KANAN MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM Technologia Vol 9, No.1, Januari Maret 2018 11 PREDIKSI TINGGI MUKA AIR BENDUNGAN RIAM KANAN MENGGUNAKAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM Yusri Ikhwani Fakultas Teknologi Informasi Universitas Islam

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK JANGKA PANJANG PADA SISTEM KELISTRIKAN INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM

PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK JANGKA PANJANG PADA SISTEM KELISTRIKAN INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM ISSN 1412 3762 http://jurnal.upi.edu/electrans ELECTRANS, VOL.11, NO.2, SEPTEMBER 2012, 18-26 PRAKIRAAN BEBAN PUNCAK JANGKA PANJANG PADA SISTEM KELISTRIKAN INDONESIA MENGGUNAKAN ALGORITMA ADAPTIVE NEURO-FUZZY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN TUGAS... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. [8 Januari 2006] 1 ( )

1. PENDAHULUAN. [8 Januari 2006] 1  ( ) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi ramalan curah hujan sangat berguna bagi petani dalam mengantisipasi kemungkinan kejadian-kejadian ekstrim (kekeringan akibat El- Nino dan kebanjiran akibat

Lebih terperinci

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Pengaruh Dipole Mode Terhadap Curah Hujan di Indonesia (Mulyana) 39 PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Erwin Mulyana 1 Intisari Hubungan antara anomali suhu permukaan laut di Samudra

Lebih terperinci

VI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK

VI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK 113 VI. PENGEMBANGAN DECISION NETWORK YANG DIOPTIMASI DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN KALENDER TANAM DINAMIK 6.1. Pendahuluan Secara umum, prinsip utama dalam pemodelan optimisasi adalah

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia umumnya dikelilingi oleh lautan yang berada antara samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Samudera ini menjadi sumber kelembaban utama uap air

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Pemodelan dan Peramalan Angka Curah Hujan Bulanan Menggunakan Analisis Runtun Waktu (Kasus Pada Daerah Sekitar Bandara Ngurah Rai), menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap persiapan disusun hal hal yang harus dilakukan dengan tujuan

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN INFLOW WADUK PLTA KOTO PANJANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

MODEL PERAMALAN INFLOW WADUK PLTA KOTO PANJANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM MODEL PERAMALAN INFLOW WADUK PLTA KOTO PANJANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM 1 Ria Utami, 2 Imam Suprayogi, 2 Yohanna Lilis Handayani 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan menyatakan pada pasal 4 ayat 2 bahwa badan usaha swasta, koperasi dan swadaya masyarakat dapat berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN TERHADAP IKLIM DI PULAU KALIMANTAN MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL (REMO) SOFYAN AGUS SALIM G

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN TERHADAP IKLIM DI PULAU KALIMANTAN MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL (REMO) SOFYAN AGUS SALIM G ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN TERHADAP IKLIM DI PULAU KALIMANTAN MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL (REMO) SOFYAN AGUS SALIM G02400013 DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama

Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama Ferry Kondo Lembang Jurusan Matematika FMIPA UNPATTI ferrykondolembang@yahoo.co.id Abstrak Reduksi dimensi adalah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya tujuan dari dibangunnya suatu waduk atau bendungan adalah untuk melestarikan sumberdaya air dengan cara menyimpan air disaat kelebihan yang biasanya terjadi

Lebih terperinci

MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon)

MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon) MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon) Happy Mulya Balai Wilayah Sungai Maluku dan Maluku Utara Dinas PU Propinsi Maluku Maggi_iwm@yahoo.com Tiny Mananoma

Lebih terperinci

Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang

Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang Perubahan Iklim Wilayah DKI Jakarta: Studi Masa Lalu Untuk Proyeksi Mendatang Armi Susandi 1, Yoshida Aditiawarman 1, Edison Kurniawan 2, Ina Juaeni 2, 1 Kelompok Keahlian Sains Atmosfer, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan

Lebih terperinci

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK

ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK ANALISA DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO TUKAD BALIAN, TABANAN MENGGUNAKAN SIMULINK W.G. Suharthama, 1 I W.A Wijaya, 2 I G.N Janardana 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kendali Cascade pada Deaerator Berbasis Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS)

Perancangan Sistem Kendali Cascade pada Deaerator Berbasis Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Perancangan Sistem Kendali Cascade pada Deaerator Berbasis Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Rayjansof Chairi 1, Fitria Hidayanti 1, Idris Kusuma 1,2 1 Program Studi Fisika Teknik, Fakultas

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON Happy Mulya Balai Wilayah Sungai Maluku dan Maluku Utara Dinas PU Propinsi Maluku Maggi_iwm@yahoo.com Tiny Mananoma Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat kaya, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),

Lebih terperinci

ANALISA KEKERINGAN MENGGUNAKAN INDEKS DESIL PADA DAS ROKAN PROVINSI RIAU Rizqina Dyah Awaliata 1, Ussy Andawayanti 2, Rahmah Dara Lufira 2

ANALISA KEKERINGAN MENGGUNAKAN INDEKS DESIL PADA DAS ROKAN PROVINSI RIAU Rizqina Dyah Awaliata 1, Ussy Andawayanti 2, Rahmah Dara Lufira 2 ANALISA KEKERINGAN MENGGUNAKAN INDEKS DESIL PADA DAS ROKAN PROVINSI RIAU Rizqina Dyah Awaliata 1, Ussy Andawayanti 2, Rahmah Dara Lufira 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim di bumi tidak pernah statis, tapi berbeda-beda dan berfluktuasi dalam jangka waktu yang lama. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, yang

Lebih terperinci

Prediksi Beban Listrik Pulau Bali Dengan Menggunakan Metode Backpropagasi

Prediksi Beban Listrik Pulau Bali Dengan Menggunakan Metode Backpropagasi Prediksi Beban Listrik Pulau Bali Dengan Menggunakan Metode Backpropagasi Qoriatul Fitriyah 1),Didi Istardi 2) 1) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Batam, Batam 29461, email: fitriyah@polibatam.ac.id Jurusan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC,2001), konsentrasi gas-gas rumah kaca, khususnya CO2, CH4, dan N2O dalam dua abad terakhir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Curah hujan merupakan salah satu parameter atmosfer yang sulit untuk diprediksi karena mempunyai keragaman tinggi baik secara ruang maupun waktu. Demikian halnya dengan

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)

Lebih terperinci

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak b Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH ANOMALI SUHU MUKA LAUT (SML) SAMUDERA PASIFIK TERHADAP CURAH HUJAN PROPINSI BENGKULU. Irkhos 1) dan M. Sutarno 2)

PENGARUH ANOMALI SUHU MUKA LAUT (SML) SAMUDERA PASIFIK TERHADAP CURAH HUJAN PROPINSI BENGKULU. Irkhos 1) dan M. Sutarno 2) PENGARUH ANOMALI SUHU MUKA LAUT (SML) SAMUDERA PASIFIK TERHADAP CURAH HUJAN PROPINSI BENGKULU Irkhos 1) dan M. Sutarno 2) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Telp

Lebih terperinci

APLIKASI LOGIKA FUZZY PADA PERAMALAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK JANGKA PANJANG DI PROVINSI SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2018 TUGAS AKHIR

APLIKASI LOGIKA FUZZY PADA PERAMALAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK JANGKA PANJANG DI PROVINSI SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2018 TUGAS AKHIR APLIKASI LOGIKA FUZZY PADA PERAMALAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK JANGKA PANJANG DI PROVINSI SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2018 TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Stratum-1 (S1)

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro I. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama dalam pemuatan PLTMH yaitu air (sebagai sumber energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum. 3.2 Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum. 3.2 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu membandingkan hasil analisis energi pada potensi asli dan hasil energi pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI

PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 125 VII. PENGEMBANGAN MODEL KALENDER TANAM DINAMIK SEBAGAI TEKNOLOGI ADAPTASI 7.1. Pendahuluan Salah satu informasi yang dirasakan sangat penting dalam kaitan dengan penjadwalan penanaman petani adalah

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK DI BALI MENGGUNAKAN PENDEKATAN ADAPTIVE NEURO-FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS) L K Widyapratiwi 1, I P A Mertasana 2, I G D Arjana 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air bersih atau air tawar merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang mutlak di samping energi dan bahan pangan. Tanpa ketiganya manusia tidak akan bisa hidup

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan potensi sumber energi yang besar, karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga air (hydropower)

Lebih terperinci

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Program Studi Meteorologi PENERBITAN ONLINE AWAL Paper ini adalah PDF yang diserahkan oleh penulis kepada Program Studi Meteologi sebagai salah satu syarat kelulusan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 eigenvalue masing-masing mode terhadap nilai total eigenvalue (dalam persen). PC 1 biasanya menjelaskan 60% dari keragaman data, dan semakin menurun untuk PC selanjutnya (Johnson 2002, Wilks 2006, Dool

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA 1. TINJAUAN UMUM 1.1. Curah Hujan Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang jatuh

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Bencana Perubahan Iklim Global dan Proyeksi Perubahan Iklim Indonesia

Bencana Perubahan Iklim Global dan Proyeksi Perubahan Iklim Indonesia Bencana Perubahan Iklim Global dan Proyeksi Perubahan Iklim Indonesia Armi Susandi Kelompok Keahlian Sains Atmosfer Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No.

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per tahun. Hal ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang ratarata 6% per tahun. Setiap tahun

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI

BAB III DATA DAN METODOLOGI BAB III DATA DAN METODOLOGI 3.1 Data Dalam penelitian ini digunakan setidaknya 4 jenis data, yaitu data GFS (Global Forecast System) dari NCEP (National Center for Environment Prediction) sebagai initial

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

4 BAB IV HASIL DAN ANALISA

4 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Evaluasi Persamaan Rain Rate 4.1.1 Hasil Estimasi curah hujan untuk satu titik (Bandung) perjam diakumulasi selama 24 jam untuk memperoleh curah hujan harian, selama rentang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM CERDAS UNTUK PREDIKSI ENERGI LISTRIK PEMAKAIAN SENDIRI DI PT INDONESIA POWER SUB UNIT PLTA KABUPATEN WONOGIRI

APLIKASI SISTEM CERDAS UNTUK PREDIKSI ENERGI LISTRIK PEMAKAIAN SENDIRI DI PT INDONESIA POWER SUB UNIT PLTA KABUPATEN WONOGIRI APLIKASI SISTEM CERDAS UNTUK PREDIKSI ENERGI LISTRIK PEMAKAIAN SENDIRI DI PT INDONESIA POWER SUB UNIT PLTA KABUPATEN WONOGIRI Herliyani Hasanah Program Studi Teknik Informatika STMIK Duta Bangsa Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim dewasa ini merupakan fenomena yang telah memberikan dampak yang luas secara global. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyediaan energi

BAB I PENDAHULUAN. Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyediaan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Potensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyediaan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air. Banyaknya sungai dan danau air

Lebih terperinci

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan Laut

Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan Laut Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jika Volume 1 Nomor 2 Halaman 52-61 ISSN: 2089-6026 Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Awal Musim Hujan Berdasarkan Suhu Permukaan

Lebih terperinci

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih

Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih Penerapan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Dalam Memprediksi Volume Pemakaian Air Bersih Niska Ramadani Dosen Universitas Dehasen Bengkulu niskaramadani@gmail.com ABSTRAK Pertumbuhan penduduk harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini sudah mengalami perkembangan pesat. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ini menyebabkan timbulnya kebutuhan

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 31-40 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS DATA RUNTUN WAKTU DENGAN METODE ADAPTIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sampai saat ini, GCM (general circulation models) diakui banyak pihak sebagai alat penting dalam upaya memahami sistem iklim. GCM dipandang sebagai metode yang paling

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA Sumber : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai () merupakan suatu wilayah daratan yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari hujan ke danau atau ke laut secara

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin Dr. Armi Susandi, MT., Indriani Herlianti, S.Si., Mamad Tamamadin, S.Si. Program Studi Meteorologi - Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTRAL DALAM PENENTUAN PERIODISITAS SIKLUS CURAH HUJAN DI WILAYAH SELATAN JATILUHUR, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

ANALISIS SPEKTRAL DALAM PENENTUAN PERIODISITAS SIKLUS CURAH HUJAN DI WILAYAH SELATAN JATILUHUR, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT ANALISIS SPEKTRAL DALAM PENENTUAN PERIODISITAS SIKLUS CURAH HUJAN DI WILAYAH SELATAN JATILUHUR, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT Dyah Susilokarti 1, Sigit Supadmo Arif 2, Sahid Susanto 2, Lilik Sutiarso 2

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan wilayah darat, dimana daerah ini merupakan daerah interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang

Lebih terperinci