KORUPSI KEHUTANAN DI RIAU STUDY KASUS BURHANUDDIN DI PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI TAHUN Oleh : Suryadi,S.H
|
|
- Deddy Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KORUPSI KEHUTANAN DI RIAU STUDY KASUS BURHANUDDIN DI PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI TAHUN 2012 Oleh : Suryadi,S.H A. Pendahuluan Sekalipun telah 14 tahun reformasi bergulir namun praktek korupsi terlihat bukannya berkurang malah cenderung makin merebak kemana-mana, dari hulu hingga kehilir, dari pusat hingga kedaerah.gerakan reformasi tersebut belum memberi pengaruh signifikan bagi reformasi birokrasi. Organisasi birokrasi sebagai perangkat operasional penyelenggaraaan negara, masih saja dikesan korup, berbelit-belit, inefisien, lamban, menyedot biaya, yang tinggi serta tidak professional dalam memberi pelayanan publik. Masyarakat cenderung sangat permisif dengan tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat negara. Bahkan posisi koruptor lebih terhormat bila dibandingkan dengan uztad atau guru mengaji. Sehingga tidak aneh bila Political Economy Risk Consultancy (PERC) menempatkan Indonesia sebagai negara paling korup di Asia dan menduduki peringkat ke-3 paling korup di dunia. Sementara untuk Propinsi Riau mendapat peringkat Ke- 5 Propinsi yang paling korup di Indonesia versi Transparansi Internasional. Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 UU No.20 tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 tahun 1999, disebutkan korupsi merupakan perbuatan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatau koorporasi yang dapat merugikan keuangan negara. Memperbincangkan mengenai korupsi dari dulu hingga sekarang masih saja hangat untuk dibicarakan. Intinya dalam persoalan korupsi sebenarnya masyarakat masih meragukan keseriusan pemerintah dalam menagangani permasalahan korupsi. Ibarat penyakit berbagai diagnosa dan obat sudah dicoba, mulai dari aturan hukumya sampai lembaga khusus sudah ada di republik ini. Realitasnya sama-sama kita lihat sekarang ini. Dari Masa ke Masa Bung Hatta pernah mengkonstatir bahwa era Orde baru (Suharto), korupsi di Indonesia sudah samapi pada tahap membudaya. Pernyataan tersebut memperoleh tanggapan beragam dalam masyarakat, tetapi kebenarannya tidak terbantahkan (Republika, 10 September 2003) Presiden Habibie mengeluarkan UU N0. 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN, kemudian dibentuk KPKPN, KPPU, Ombudman. Presiden Abdurahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) yang di pimpin Andi Andojo akan tetapi ditengah semangat pemberantasan korupsi tersebut melalui judicial review MA. TGPTPK akhirnya di bubarkan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), lembaga yang memiliki kewengan mulai dari penyelidikan, penyidikan,dan penuntutan menjadi harapan masyarakat banyak akan tetapi lembaga ini terkesan tebang pilih. 1
2 Kalau kita berkaca pada Propinsi Riau jauh sangat ironis dari survey Tii maupun kpk Riau mempunyai rapot merah dalam bidang korupsi tapi hingga saat ini hal itu hanya baru dalam dataran yang biasa tidak sebanding dengan berita yang berkembang seolah-olah korupsi Riau mengerikan ada mantan Gubernur yang terseret korupsi mantan Bupati Kepala Dinas Kehutanan kasus illegal loging yang di Sp3 kan pun hanya semacam wacana yang maju mundur tarik menarik dan tak kunjung ada muara keadilan yang adil diarasa oleh masyarakat, baru-baru ini kita juga diriau kedatangan tamu yang bikin gerah dan mendebarkan pejabat Riau ada dari KPK Satgas Pemberantasan Mafia Hukum selang berjalan waktu hingga saat ini belum ada hasil yang memuaskan. Aneh setiap nama Riau disebut dan Korupsi mulai diangkat tidak lupa oleh kita selalu saja KPK mengalami masalah misalnya saja dahulu di tahun 2009 ketika Gubernur Riau sempat diperiksa oleh KPK KPK diguncang pimpinannya ditangkap didakwa melakukan pembunuhan dan pimppinan yang lain dilaporkan melakukan suap oleh Anggodo yang kemudian perkaranya dihentikan setelah kejadian itu saat ini ketika KPK dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum datang keriau dan public Riau heboh dengan desakan untuk membuka kembali kasus SP3 14 Perusahaan dan perkara Korupsi Bupati Siak yang merupakan rangkaian/turunan seperti kasus bupati Pelelawan Tengku Azmun Ja far KPK diguncang lagi dengan adanya ocehan Nazaruddin yang tidak jelas dan diperparah lagi dengan Statemen Ketua DPR RI Marzuki Ali yang akan memaafkan para Koruptor dan akan membubarkan KPK ini Negara mau dikuasai lagi oleh para bandit mafia, mungkin ada benarnya puisi Gusdur kita hidup dinegara para bedebah yang benar selalu kalah yang salah dibenarkan. Mungkin kita merasa prihatin kalau membaca media massa, apalagi kalau menyangkut korupsi dibidang kehutanan di Riau, sungguh sangat memprihatinkan mana hutan riau telah punah ranah rakyat dipinggirannya tetap sengsara padahal banyak perusahaan kehutanan yang ada di Riau yang dipercaya mengelola hutan dengan berbagai Pola HTI nya dan lainlain tetapi tidak ada angka kesejahteraan masyarakat sekitar hutan yang ada justru konflik berkepanjangan bisa dilihat konflik masyarakat Sakai di Dusun Suluk Bongkal Duri Bengkalis dengan PT ARARAABADI, Masyarakat Keluarahan Teluk Meranti Pelelawan dengan PT RAPP, Kabupaten Baru Kepulauan Meranti dengan PT RAPP sampai pada titik nadir. Dan tidak pernah ada penyelesaian yang menguntungkan rakyat alih-alih mereka (Rakyat) dikriminalisasi dan digelandang ke proses pengadilan, hal itu berbanding terbalik jika perusahaan yang melakukan tindak pidana kehuutanan di malah di Sp3 kan perkaranya. Kasus Tengku Azmun Ja far mantan Bupati Pelelawan dapat menjadi pelajaran baik bagi penegakan hukum nya menyusul mantan Bupati Siak Arwin AS,mantan Kepala Dinas Kehutanan Suhada Tasman. Berdasarkan latar belakang dalam pendahuluan tersebut diatas penulis mencoba untuk menulis thema korupsi kehutanan riau study kasus Burhanuddin di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Pekanbaru tahun 2012 B. Pokok masalah Yang menjadi pokok masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kejahatan korupsi kehutanan dilakukan? 2. Apakah penerapan hukum dalam penegakkan hukum kasus korupsi kehutanan telah dilaksanakan 2
3 3. Siapa-siapa saja yang terlibat dalam kejahatan korupsi kehutanan? C. Pembahasan 1.Kejahatan Dalam Korupsi Kehutanan Hutan merupakan salah satu Sumber daya Alam (SDA) sebagai karunia dan amanah Allah SWT kepada Bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya, karena itu harus disyukuri dengan mengelolanya secara benar. Hutan dan fungsinya sangat penting dikelola dalam arti dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia dan melestarikannya agar hutan tetap eksis sampai waktu yang tak terhingga. Bagi bangsa Indonesia hutan merupakan modal pembangunan nasioanal yang banyak memiliki manfaat baggi kehidupan dan penghidupan, baik manfaat ekologi,sosial budaya maupun ekonomi dalam proporsi yang berimbang. Oleh karena itu perlu regulasi dibidang kehutanan dengan mengeluarkan undang-undang kehutanan dalam rangka mengimplementasikan ketentuan pasal 33 ayat (1) UUD Regulasi dalam bentuk undang-undang, sebenarnya sudah dimulai sejak dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1967 tentang kehutanan, akan tetapi undang-undang tersebut dinilai sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum bangsa Indonesia, maka ditetapkanlah UU No.41 Tahun 1999 yang mulai berlaku sejak 30 September Dalam penerapan hukum atau penegkan hukum, tugas hakim seringkali bukan hanya sekedar menerapkan Undang-undang tapi juga menemukan hukum dibalik ketidak lengkapan atau ketidakjelasan Undang-undang. Celah Korupsi dibidang kehutanan memang masih dimungkinkan karena hal berkaitan erat dengan Regulasi dibidang kehutanan yang membuka Ruang untuk itu misalnya dalam pemberian Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman, sebut saja misalnya SK 327 tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan dari wilayah yang dikeluarkan Izin tersebut ada yang bertentangan dengan Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang RTRWN jo PP No.26 tahun 2008 tetapi hal ini tetap saja berjalan mestinya ini bisa dikategorikan adanya perbuatan melawan hukum dengan kesewenang-wenangan mengeluarkan Izin. Kasus Tengku Azmun Ja far juga bermula seperti itu. Begitupula dalam kasus yang terjadi dengan Burhanuddin mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau tahun Yang tersangkut kasus korupsi akibat menerbitkan Rencana Kerja Tahunan untuk beberapa perusahaan yang ada di Kabupaten Pelalawan dan di Kabupaten Siak. 2. Penerapan Hukum Burhanuddin Husin alias Boy terjerat kasus korupsi di pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pekanbaru. Burhanuddin didakwa oleh Penuntut Umum dari KPK dengan Dakwaan Primair pasal 2 ayat (I) Jo pasal 18 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana Jo pasal 65 ayat (1) KUH Pidana. Dan dakwaan Subsidair : pasal 3 Jo pasal 18 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana Jo pasal 65 ayat (1) KUH Pidana. 3
4 Dalam fakta persidangan 1 bahwa dapat dibuktikan terjadinya pelanggaran atas dakwaan primair tersebut karena jika dilihat dari unsur delik pasal 2 ayat (1) adalah : 1. Unsur Setiap orang : Yang bersangkutan adalah subyek hukum perorangan dan telah mengakui identitasnya dalam persidangan dan dalam keadaan dapat dimintai pertanggung jawaban pidananya. 2. Unsur Yang secara melawan hukum: Bahwa yang bersangkutan telah melakukan perbuatan menerbitkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) baik secara sendiri- sendiri ataupun bersama-sama dengan Drs. Edi Suriandi selaku kepala dinas kehutanan kabupaten pelalawan,h.tengku Azmun Jaafar selaku bupati pelalawan, Ir.H.Amin Budiadi selaku Kepala Dinas Kabupaten Siak, H.Arwin As selaku Bupati Siak.yang penerbitan RKT tersebut bertentangan dengan : 1. Kepmenhut No. 10.1/Kpts-lll/2000 tentang pedoman pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman 2. Kepmenhut No. 21lKpls-ll/2001 tentang kriteria standar izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman pada hutan produksi 3. Kepmenhut No. 151/Kpls-ll/2001 tentang rencana kerja,rencana lima tahun,rencana kerja Tahunan dan bagan kerja usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 tanggal 8 Juni 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan,Pemanpaatan Hutan dan penggunaan Kawasan Hutan. 5. Kepmenhut No. 32/Kpts-ll/2003 tentang pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam atau hutan tanaman melalui penawaran dalam pelelangan. 3. Unsur Melakukan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi Didalam fakta persidangan ada 12 perusahaan yang diuntungkan dari pengesahan RKT yang dikeluarkan oleh Burhanuddin yaitu : Ada 8 perusahaan di Pelalawan 1. PT Mitra Tani Nusa Sejati 2. PT Selaras Abadi Utama 3. CV Alam Lestari 4. PT Merbau Pelalawan Lestari 5. PT Uniseraya 6. PT Rimba Mutiara Permai 7. PT Trio Mas FDI 8. PT Madukoro Dan 4 perusahaan di Siak 1. PT Seraya Sumber Lestari 2. PT Rimba Mandau Lestari 3. PT Bina Daya Bintara 4. PT Nasional Timber and Forest Product 1 Pemantauan persidangan Riau Coruption Trial
5 4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara Bahwa didalam persidangan telah disampaikan oleh saksi ahli bidang akuntansi dan auditing yang bekerja sebagai PNS dari BPKP Saudara Nasrul Wathon dibawah sumpah menyatakan bahwa akibat perbuatan terdakwa mengeluarkan RKT tersebut Negara telah dirugikan untuk wilayah Pelalawan secara keseluruhan berjumlah : Rp ,33 dan untuk wilayah Siak kerugian Negara sebesar : Rp ,54. Berdasarkan keseluruhan unsur delik dalam dakwaan yang diajukan oleh Penuntut umum dalam fakta persidangan kasus ini telah memenuhi unsur dan dapat diartikan bahwa tidak ada alasan bagi hakim untuk melepaskan ataupun membebaskan terdakwa.selain itu Penuntut Umum menerapkan pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUH Pidana dapat diartikan yang bersangkutan tidak sendiri dalam melakukan kejahatan ini 3.Keterlibatan Korperasi dan Pegawai Negeri sipil Dinas Kehutanan Dari uraian tersebut mengenai kasus ini dapat dilihat secara lebih mendalam bahwa kejahatan korupsi yang terjadi ini bersifat massif dan terstruktur, massif karena dilakukan secara bersama-sama lebih dari satu orang terstruktur karena berkaitan dengan struktur dalam jabatannya yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan. Akan tetapi jika dilihat secara signifikan dalam keseluruhan fakta persidangan ada banyak celah untuk dapat dikatakan adanya konsfirasi dari korporasi yang terlibat dalam perkara ini pertanyaannya kemudian hingga saat ini belum ada korporasi yang terlibat dalam perkara ini. sementara jika dilihat dari dakwaan ada dimasukkan pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUH Pidana semestinya mereka yang secara bersama menyuruhlakukan melakukan dan turut serta melakukan dapat dilakukan pemeriksaan dan didakwa dalam perkara ini hal ini belum terlihat. Selain itu dari saksi-saksi yang dihadirkan seperti : 1. Surakhmat Selaku Ketua Tim Survei RKT PT Merbau Pelalawan Lestari di Pelalawan menyatakan dalam persidangan bahwa hutan yang disurvei tersebut adalah hutan alam Dan saksi dalam melakukan survey tersebut mendapat kan uang dari perusahaan Rp ,- perhari 2. Wahyu Idris Ketua Tim survey RKT PT Rimba Mutira Permai di Pelalawan juga menyampaikan hal yang bahwa hutan yang disurvei tersebut adalah hutan alam yang dalam survey tersebut saksi mendapatkan uang dari perusahaan sekitar 2,5-3,5 juta untuk satu orang. 3. Sandra Wibawa Ketua Tim Survei RKT PT Seraya Sumber Lestari di Siak menyatakan hal yang sama bahwa hutan yang disurvei tersebut adalah hutan alam dan mendapat uang dari perusahaan sebesar Juta rupiah untuk semua tim selama survey. Dan mendapat uang sebesar 85 juta rupiah setiap pertimbangan teknisnya.khusus untuk tahun 2006 uang yang diterima sebesar 25 juta rupiah. 4. Amin Budiadi selaku Kepala dinas Kehutanan Kabupaten Siak juga dalam persidangan menyatakan hal bahwa areal yang dimohonkan oleh perusahaan berupa hutan alam yang diketahuinya dari peta yang terdapat pada lampiran buku usulan RKT.dan saksi mendapat kan uang dari perusahaan untuk setiap pertimbangan teknisnya sebesar 85 juta rupiah dan khusus untuk tahun 2006 uang yang diterima sebesar 25 juta 5. Amrizal selaku pejabat pengesah laporan hasil produksi Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan untuk perusahaan PT Triomas FDI tahun dan tahun 2007 untuk 5
6 PT Satria Perkasa. saksi juga dalam persidangan menyatakan bahwa hutan yang disahkan tersebut adalah hutan alam dan saksi mendapatkan uang dari perusahaan sebesar satu juta perbulan selama 3 tahun 6. Djamalis selaku pejabat pengesah laporan hasil produksi Dinas Kehutanan Kabupaten Pelelawan mengatakan didalam persidangan bahwa ia mengesahkan PT Satria Perkasa Agung pada tahun 2004, PT Mitra Hutani Jaya pada tahun 2005 dan PT Uniseraya pada tahun 2006 dan menyatakan bahwa tiga perusahaan tersebut kayunya merupakan kayu hutan alam. Ia mendapatkan uang dari perusahaan Rp. 500 ribu persekali jalan dan 750 ribu perbulan. 7. Irianto selaku pejabat Pengesah Laporan Hasil produksi Dinas Kehutanan Kabupaten Pelelawan mengatakan didalam persidangan bahwa ia mengesahkan P2LHP CV Alam Lestari tahun 2006 dan menyatakan bahwa jenis kayu yang diperiksa di lapangan berupa kayu alam dan mendapat kan uang sebesar 500 ribu sekali turun. 8. Abdul Haris selaku PNS Dinas Kehutanan Kabupaten Siak yang pada saat iitu bertugas melakukan pembinaan hasil hutuan, tata usaha kayu,pengamanan hasil hutan.didalam persidangan saksi menyatakan bahwa hasil survey lapangan diketahhui areal hutan PT Seraya Sumber Lestari masih berupa hutan alam didalam hal ini saksi mendapatkan uang dari perusahaan sebesar ribu setiap bulan selama 2 tahun dan ada 29 orang lainnya juga menerima uang. 9. Nasrul Wathon saksi ahli bidang akuntansi dan auditing yang bekerja sebagai PNS dari BPKP Saudara Nasrul Wathon dibawah sumpah menyatakan bahwa akibat perbuatan terdakwa mengeluarkan RKT tersebut Negara telah dirugikan untuk wilayah Pelalawan secara keseluruhan berjumlah : Rp ,33 dan untuk wilayah Siak kerugian Negara sebesar : Rp ,54. Dari keterangan saksi-saksi yang ada tersebut terlihat jelas rangkaian kejahatan yang saling terkait dari korporasi dalam hal ini perusahaan dan para pegawai yang bekerja di dinas kehutanan baik dari kabupaten Pelalawan maupun Kabupaten Siak. D. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan sebagaimana tersebut diaatas didapat kesimpulan : 1. Bahwa kejahatan dalam korupsi kehutanan berkaitan dengan perbuatan melawan hukum dalam penerbitan izin Rencana Kerja Tahunan Perusahaan 2. Bahwa dakwaan dan tuntutan yang telah diajukan oleh penuntut umum dalam perkara ini telah benar dan tepat oleh karena telah dapat dibuktikan dipersidangan 3. Bahwa tidak ada alasan bagi hakim dalam perkara yang menyidangkan perkara korupsi Burhanuddin untuk melepaskan dan membebaskan Terdakwa oleh karena keseluruhan unsure delik dalam dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum telah terbukti 4. Bahwa keterlibatan Korporasi/ Perusahaan mempunyai andil dalam keterlibatan kejahatan korupsi ini karena telah secara turut serta melakukan kejahatan dengan memohonkan izin diatas hutan alam. 5. Bahwa Keterlibatan PNS dalam rangkaian kejahatan ini telah nyata terlihat dan memastikan bahwa reformasi birokrasi pada dinas Kehutanan belum maksimal 6
7 E. Rekomendasi Dari kesimpulan yang disampaikan tersbut diatas didapat rekomendasi sebagaimana berikut : 1. Diperlukan Evaluasi atas Izin untuk usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman di Provinsi Riau. 2. Diperlukan untuk mendesak hakim agar menjatuhkan pidana kepada terdakwa 3. Diperlukan desakan kepada afarat penegak hukum untuk menindaklanjuti keterlibatan perusahaan 4. Diperlukan desakan kepada afarat penegak hukum untuk juga menindaklanjuti keterlibatan oknum PNS dalam perkara ini Demikian disampaikan kurang dan lebihnya diucapkan terima kasih. 7
Berani Jujur, Hebat!
Berani Jujur, Hebat! Biar Jujur dan Hebat Klik www.riaucorruptiontrial.wordpress.com http://riaucorruptiontrial.wordpress.com KEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU Korupsi Kehutanan
Lebih terperinciKEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU
BENTANGAN PRA PUTUSAN KASUS KORUPSI KEHUTANAN TERDAKWA BURHANUDDIN HUSIN KEJAHATAN KEHUTANAN, BISNIS MENGUNTUNGKAN DI BUMI MELAYU Bagaimana korporasi menebang hutan alam hingga merugikan Negara setengah
Lebih terperinciHutan Alam ditebang, Dijual ke PT RAPP
BENTANGAN RCT PERBUATAN MELAWAN HUKUM Khusus Kesaksian Direktur Korporasi Hutan Alam ditebang, Dijual ke PT RAPP Ditebang kayu alam untuk ditanam kayu akasia. Hasilnya dijual ke RAPP untuk diolah menjadi
Lebih terperinciQuo Vadis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Kasus Korupsi Kehutanan DORMIUNT ALIQUANDO LEGES NUNQUAM MORIUNTUR
Quo Vadis Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dalam Kasus Korupsi Kehutanan DORMIUNT ALIQUANDO LEGES NUNQUAM MORIUNTUR A. SEKILAS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI KUHP tidak mengenal pertanggungjawaban korporasi.
Lebih terperinciLAPORAN BEDAH KASUS. NOMOR REGISTER PERKARA: 21/Pid.Sus/ 2012/PN-PBR ATAS NAMA TERDAKWA DRS. H. BURHANUDDIN HUSIN, MM
LAPORAN BEDAH KASUS Tindak Pidana Korupsi Perizinan Bidang Kehutanan Penilaian dan Pengesahan Rencana Kerja Tahunan IUPHHK HT 12 Perusahaan Tanaman Industri tahun 2005-2006 di Provinsi Riau NOMOR REGISTER
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2003/015 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA CV. ALAM LESTARI SELUAS
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT PANJA PENGAWASAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN KOMISI III DPR RI DENGAN IRJEN (POL) DRS. DOLLY BAMBANG HERMAWAN (MANTAN KAPOLDA RIAU), BRIGJEN (POL) DRS. ZULKARNAIN
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2003/012 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA PT. TRIOMAS FDI SELUAS
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : 06/IUPHHK/I/2003 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) HUTAN TANAMAN SELUAS 8.200 (DELAPAN RIBU DUA RATUS)
Lebih terperinciber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018
ber Perusahaan HTI beroperasi dalam kawasan hutan melalui legalisasi perubahan fungsi kawasan hutan Mengkaji dampak Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan
Lebih terperinciMatriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK
Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK Materi yang Diatur KUHAP RUU KUHAP Undang TPK Undang KPK Catatan Penyelidikan Pasal 1 angka 5, - Pasal 43 ayat (2), Komisi Dalam RUU KUHAP, Penyelidikan
Lebih terperinciTrio Hukum dan Lembaga Peradilan
Trio Hukum dan Lembaga Peradilan Oleh : Drs. M. Amin, SH., MH Telah diterbitkan di Waspada tgl 20 Desember 2010 Dengan terpilihnya Trio Penegak Hukum Indonesia, yakni Bustro Muqaddas (58), sebagai Ketua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/004 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA PT. MERBAU PELALAWAN
Lebih terperinciMenghentikan Deforestasi Hutan Alam di Kawasan Hutan Produksi
JARINGAN KERJA PENYELAMAT HUTAN RIAU Menghentikan Deforestasi Hutan Alam di Kawasan Hutan Produksi Pendekatan ILEA (Studi Kasus Kebijakan Gubernur Riau terhadap pemberian Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan
Lebih terperinciPerkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa
Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa balinewsnetwork.com Mantan Bupati Jembrana, I Gede Winasa membantah tudingan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menyebut dirinya
Lebih terperinciPeran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1
Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1 I. PENDAHULUAN Sebagai akibat aktivitas perekonomian dunia, akhir-akhir ini pemanfaatan hutan menunjukkan kecenderungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan suatu lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun
Lebih terperinciRESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006 I. PEMOHON/KUASA Ir Dawud Djatmiko II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan I. PEMOHON - Drs. Rusli Sibua, M.Si. ------------------------------- selanjutnya disebut Pemohon. Kuasa Hukum: -
Lebih terperinciLaporan Kasus Korupsi
Laporan Kasus Korupsi DUGAAN TINDAK PIDANA MENGHALANG-HALANGI PROSES HUKUM PENYIDIKAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (Pasal 21 UU No 31 Tahun 1999 jo No 20 Tahun 2001) I. PENDAHULUAN Pada tanggal 28 April
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BUPATI PELALAWAN NOMOR : 522.21/IUPHHKHT/XII/2002/005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU HUTAN TANAMAN KEPADA PT. SELARAS ABADI UTAMA
Lebih terperinciExecutive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik
Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:
34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan
Lebih terperinciNOMOR : M.HH-11.HM.03.02.th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG
PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KETUA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penegak hukum yang diberi tugas dan wewenang melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai Pasal 30 ayat 1(d)
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi I. PEMOHON Dr. Bambang Widjojanto, sebagai Pemohon. KUASA HUKUM Nursyahbani Katjasungkana,
Lebih terperinciMEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi
MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI Penyusun Desain Sampul & Tata Letak Isi MPRCons Indonesia
Lebih terperinciMEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI
MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA MEMAHAMI UNTUK
Lebih terperinciRESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006 I. PARA PEMOHON Prof. DR. Nazaruddin Sjamsuddin sebagai Ketua KPU PEMOHON I Prof. DR. Ramlan Surbakti, M.A., sebagai Wakil Ketua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkannya perlu secara terus menerus ditingkatkan
Lebih terperinciKasus Korupsi PD PAL
Kasus Korupsi PD PAL banjarmasinpost.co.id Mantan Direktur Utama Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PD PAL) Banjarmasin yang diduga terlibat dalam perkara korupsi i pengadaan dan pemasangan jaringan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manapun (Pasal 3 Undang -Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga independen,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan suatu lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun
Lebih terperinciKorupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak
Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya Oleh : Dewi Asri Yustia Abstrak Apakah kita masih bangga dengan Negara kita? apabila kita melihat catatan dari Ignatius Haryanto dalam artikelnya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemberantasan
Lebih terperinciPernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI
Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI Hakim Cepi Iskandar, pada Jumat 29 Oktober 2017 lalu menjatuhkan putusan yang mengabulkan permohonan Praperadilan yang diajukan oleh Setya Novanto,
Lebih terperinci1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang;
MENGENAL KORUPSI Apakah Menurut asal katanya, korupsi berarti penyelewengan atau penyalahgunaan jabatan, demi kepentingan pribadi atau orang lain, termasuk keluarga dan kerabat. UNDANG-UNDANG PTPK (Pemberantasan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN
UU 28 Tahun 1999 : Pelembagaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan bebas KKN Oleh : Slamet Luwihono U ERGULIRNYA arus reformasi di Indonesia telah menghadirkan harapan
Lebih terperinciSumber:
TINJAUAN HUKUM TENTANG PEMBERHENTIAN DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN/ATAU TINDAK PIDANA LAINNYA Sumber: http://www.gemanusantara.org I. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 365/Kpts-II/2003 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. BUKIT BATU HUTANI
Lebih terperinciKomisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan I. PEMOHON - P.T. Inanta Timber & Trading Coy Ltd.yang diwakili oleh Sofandra sebagai Direktur Utama -------------------------------------
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang mengalami proses pembangunan. Proses pembangunan tersebut dapat menimbulkan dampak sosial positif yaitu
Lebih terperinciUPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H
1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bentuk kejahatan yang belakangan ini cukup marak di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus korupai
Lebih terperinciWaduh, Setelah Diperiksa BPK Ternyata Kas DPRD Tabalong Tekor
Waduh, Setelah Diperiksa BPK Ternyata Kas DPRD Tabalong Tekor banjarmasinpost.co.id/irfani rahman Sidang dugaan korupsi i penyalahangunaan anggaran ii yang tidak dapat dipertangungjawabkan di kas sekretariat
Lebih terperinciPENETAPAN Nomor : 002/Pdt.P/2014/PA.Pkc.
PENETAPAN Nomor : 002/Pdt.P/2014/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama, dalam persidangan
Lebih terperinciMEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi
MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI Penyusun Desain Sampul & Tata Letak Isi MPRCons Indonesia
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembuktian Dakwaan Berbentuk Subsidaritas Dengan Sistem Alternatif Dalam Pemeriksaan Perkara Korupsi Bantuan Sosial Di Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian Sebelum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Tata Ruang, Kehutanan, Perizinan Diterbitkan dalam Wacana Edisi 26 : Penataan Ruang dan Pengelolaan Sumberdaya
MENYERAHKAN HUTAN KE PANGKUAN MODAL: STUDI KASUS PROVINSI RIAU RAFLIS Local Unit Manager Riau Transparency International Indonesia, Peneliti Yayasan Kabut Riau, anggota Koalisi Masyarakat Sipil Sumatra
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 397/Kpts-II/2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN ALAM KEPADA PT. MITRA PERDANA PALANGKA ATAS
Lebih terperinci~ 2 ~ C:\Documents and Settings\BAHAN WEB\Per-UU\NSPK hilang Agustus1.rtf
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA REKOMENDASI GUBERNUR DALAM RANGKA PERMOHONAN ATAU PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) HUTAN ALAM
Lebih terperinciBagaimana Cara Memberantas Korupsi?
Bagaimana Cara Memberantas Korupsi? 1001 CARA BERANTAS KORUPSI Tidak ada cara lain, korupsi harus diberantas. Selain merusak sendisendi kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak sistem perekonomian.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN KEPADA PT. SATRIA PERKASA AGUNG ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 76.017
Lebih terperinciKORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, a. bahwa pemanfaatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, a. bahwa dengan telah berlakunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penurunan kualitas dan kuantitas hutan di Indonesia sudah dirasakan sejak dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena tindakan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2001 Tentang : Pemberantasan Penebangan Kayu Illegal (Illegal Logging) Dan Peredaran Hasil Hutan Illegal Di Kawasan Ekosistem Leuser Dan Taman Nasional Tanjung Puting PRESIDEN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik
Lebih terperinciNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TUMUR, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciRILIS MEDIA A. Dakwaan B. Tuntutan
RILIS MEDIA Hasil Eksaminasi Publik Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Provinsi Jambi Tahun 2009 Putusan Pengadilan Tipikor Nomor: 08/PID.B/TPK/2012/PN.JBI (Terdakwa: Drs. A. Mawardy Sabran, MM, Ketua STIE-ASM
Lebih terperinciPemberian Izin RKT HTI oleh Mentri Kehutanan di Provinsi Riau Merupakan Pelanggaran Terhadap Konstitusi. Oleh : Raflis 1 Yayasan Kabut Riau
Pemberian Izin RKT HTI oleh Mentri Kehutanan di Provinsi Riau Merupakan Pelanggaran Terhadap Konstitusi. Oleh : Raflis 1 Yayasan Kabut Riau Pendahuluan Bumi air dan seluruh kekayaan alam yang berada dibawahnya
Lebih terperinciAPRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri
www.eyesontheforest.or.id APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri Laporan Investigatif Eyes on the Forest April 2014 Eyes on the Forest (EoF)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XIV/2016 Frasa dapat merugikan keuangan negara dan Frasa atau orang lain atau suatu korporasi Sebagai Ketentuan Menjatuhkan Hukuman Pidana Bagi Tindak
Lebih terperinci1 of 5 02/09/09 11:52
Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 21/PID.SUS.K/2014/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 21/PID.SUS.K/2014/PT-Mdn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang mengadili perkara Tindak Pidana Korupsi
Lebih terperinciBAB 4 GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB 4 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 4.1. Gambaran Singkat Direktorat Jenderal X, Depertemen Y Saat ini, Direktorat Jenderal X ditopang oleh 226 pegawai dengan kategori seperti diperlihatkan oleh tabel di bawah
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAKPRIVATE NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAKPRIVATE NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya meningkatkan kemampuan
Lebih terperinci2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1269,2014 KEMENHUT. Pengaduan. Penyalahgunaan Wewenang. Korupsi. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/MENHUT-II/2014 TENTANG
Lebih terperinciKEWENANGAN KEJAKSAAN SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA KORUPSI
KEWENANGAN KEJAKSAAN SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA KORUPSI Sigit Budi Santosa 1 Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang Jl. Danau Sentani 99 Kota Malang Abstraksi: Korupsi sampai saat ini merupakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN ATAS PENYALAHGUNAAN WEWENANG, PELANGGARAN DAN TINDAK PIDANA KORUPSI LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi diartikan sebagai penyelenggaraan atau penyalahgunaan uang negara untuk kepentingan pribadi atau orang lain atau suatu korporasi.
Lebih terperinciTINJAUAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEMPERKAYA DIRI DAN ORANG LAIN. Oleh. Perbuatan korupsi sangat identik dengan tujuan memperkaya diri atau
TINJAUAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEMPERKAYA DIRI DAN ORANG LAIN Oleh Ir. H. Hirwan Jack, MBA, MM Widyaiswara Madya BKPP Aceh A. Pendahuluan Perbuatan korupsi sangat identik dengan tujuan memperkaya diri
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KEHUTANAN. Oleh: Esti Aryani 1 Tri Wahyu Widiastuti 2. Abstrak
PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KEHUTANAN Oleh: Esti Aryani 1 Tri Wahyu Widiastuti 2 Abstrak UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan sebagaimana diubah dengan UU No 19 Tahun 2004 Tentang
Lebih terperinci- Pengadilan Agama tersebut;
SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 124/Pdt.P/2013/PA.Spg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sampang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor : 763/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 763/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah
Lebih terperinciDirektori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id
P U T U S A N Nomor 330/Pid.B/2014/PN.Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kasus Korupsi sering kali berhubungan erat dengan tindak pidana pencucian uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan
Lebih terperinciKASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965*
MASALAH IMPUNITAS DAN KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* Oleh MD Kartaprawira Bahwasanya Indonesia adalah Negara Hukum, dengan jelas tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Siapa pun tidak bisa mengingkari.
Lebih terperinciLaksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan Perusakan Hutan
Pandangan dan Sikap Dewan Kehutanan Nasional (DKN) Atas Rancangan Undang-Undang Pemberantasan Perusakan Hutan Laksanakan Penataan Kehutanan Menyeluruh, dan Batalkan Rencana Pengesahan RUU tentang Pemberantasan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMenggali Kehancuran di Sunda Kecil
Menggali Kehancuran di Sunda Kecil Pantauan Masyarakat Sipil atas Korsup Minerba di NTT dan NTB Koalisi Anti-Mafia Tambang, Kupang 3 Juni 2015 Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Konservasi yang Dibebani Izin
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) ------------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI Pasal 2 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi hal yang hangat dan menarik untuk diperbincangkan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Namun, yang membedakan kasus korupsi di setiap negara adalah intensitas,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi telah mewabah dan ada di mana-mana. Dari masa dulu, masa kini hingga masa yang akan datang, korupsi merupakan suatu ancaman serius. Tidak ada satupun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 444/KPTS-II/1997 TENTANG PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI POLA TRANSMIGRASI ATAS AREAL HUTAN SELUAS ± 21.870 (DUA
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI
20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana
Lebih terperinci