Pengaruh Latihan Penguatan Duduk-Berdiri dengan Periodisasi terhadap Gross Motor Function Measure Dimensi D dan E Cerebral Palsy Spastik Diplegi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Latihan Penguatan Duduk-Berdiri dengan Periodisasi terhadap Gross Motor Function Measure Dimensi D dan E Cerebral Palsy Spastik Diplegi"

Transkripsi

1 Artikel Penelitian Pengaruh Latihan Penguatan Duduk-Berdiri dengan Periodisasi terhadap Gross Motor Function Measure Dimensi D dan E Cerebral Palsy Spastik Diplegi Tengku Misdalia,* Marina A Moeliono,* Ponpon Idjradinata** *Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung **Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung Abstrak Pendahuluan: Cerebral Palcy (CP) adalah suatu gangguan gerak dan postur yang bersifat non-progresif pada perkembangan otak yang belum matang. Anak CP mempunyai gangguan kontrol motor selektif, spastisitas, dan kelemahan otot. Latihan yang diberikan selama ini berupa latihan lingkup gerak sendi pasif. Tujuan penelitian untuk melihat pengaruh latihan penguatan duduk-berdiri dengan periodisasi terhadap Gross Motor Function Measure (GMFM- 88) dimensi (D) dan (E) pada penderita CP spastik diplegi. Metode: Subjek penelitian CP spastik diplegi dengan GMFCS I, II, III berusia 7-14 tahun secara random dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi diberikan latihan penguatan duduk berdiri dengan periodisasi. Beban yang digunakan adalah 10 repetisi maksimal (RM) yang dihitung pada minggu pertama dan minggu ke-4. Kelompok kontrol diberi latihan lingkup gerak sendi pasif. Latihan dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 7 minggu. Latihan dilakukan di rumah subjek penelitian. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kenaikan skor GMFM-88 dimensi D dan E pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (skor dimensi D 17,79 vs. 0,8; dimensi E 14,14 vs. 1,01). Kesimpulan: Kemampuan GMFM-88 dimensi D dan E penderita CP spastik diplegi yang diberi latihan penguatan duduk-berdiri dengan periodisasi lebih baik daripada kelompok kontrol. J Indon Med Assoc. 2012;62: Kata kunci: Cerebral Palcy, GMFM-88, latihan penguatan duduk-berdiri, periodisasi, repetisi maksimal. Korespondensi: Tengku Misdalia, tengkulia@gmail.com 397

2 The Effect of Loaded Sit-to-Stand Exercise with Periodization in Dimension D and E Gross Motor Function Measure Spastic Diplegic Type of Cerebral Palsy Tengku Misdalia,* Marina A Moeliono,* Ponpon Idjradinata** *Physical and Rehabilitation Department, Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran/ Hasan Sadikin Hospital, Bandung **Pediatrics Department, Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran/ Hasan Sadikin Hospital, Bandung Abstract Introduction: Cerebral Palsy is a non progressive disorder of movement and posture on immature brain. Children with celebral palsy will present selective loss of motor control, spasticity, and muscle weakness. Standard protocol in this area is passive range of motion which is not a strengthening exercise. This study aims to observe the influence of periodization loaded sit-tostand exercise for GMFM-88 dimension (D) and (E) of spastic diplegic cerebral palsy. Method: This study examined cerebral palsy of spastic diplegic type with level GMFCS I, II III, aged 7 14 years. Subjects were divided into intervention and control groups. Sit-to-stand exercise with 10 maximal repetition load was given periodically to intervention group then the result was measured on the first and fourth week. While control groups did passive range of motion exercise. All exercises were done three times in a week for seven weeks at their homes. Result: The result showed an increase of motor ability in intervention group in dimension D and E of GMFM-88 higher than to control group (dimension D vs 0.82, dimension E scoring: vs 1.01). Conclusion: Periodization of loaded sit-to-stand strenghtening exercise are able to improve GMFM -88 dimension D and E in cerebral palsy spastic diplegic are better than control group. J Indon Med Assoc. 2012;62: Keywords: Cerebral palsy, GMFM-88, Loaded sit-to- stand, Periodization, Maximal Repetition. Pendahuluan Angka kejadian Cerebral Palcy (CP) tipe spastik dijumpai sebesar 75% dibandingkan dengan tipe CP pada umumnya. Angka ini hanya lebih sedikit dibanding CP tipe spastik quadriplegik, namun tipe spastik diplegi memiliki prognosis kemampuan ambulasi yang lebih baik daripada tipe spastik quadriplegi. 1 Cerebral Palcy spastik diplegi pada anak menimbulkan kelainan pada fungsi motorik yang dapat berupa kelemahan, dan gerakan tidak terkontrol atau inkoordinasi. Kelainan ini dapat mengenai bagian otak lain sehingga dapat pula terjadi gangguan dalam fungsi penglihatan, pendengaran, komunikasi, dan kognitif tergantung dari letak lesi di otak. 2 Penyakit ini memberikan gambaran anak dengan disabilitas yang kompleks. Pada anak CP perkembangan neurologis dan fungsionalnya akan terganggu dalam taraf yang berbeda. Hal tersebut mempengaruhi derajat hendaya, keterbatasan aktifitas, dan partisipasi anak. 3 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kekuatan otot berhubungan langsung dengan fungsi motor. Hasil suatu program penguatan adalah peningkatan kekuatan otot yang akan meningkatkan nilai gross motor function measure (GMFM-88). 5-7 Teori latihan ini adalah adanya periodisasi yang bertujuan menstimulasi adaptasi fisiologis dan psikologis (preparatory phase) untuk meningkatkan kapasitas performa (competitive phase), yang kemudian dilanjutkan dengan transition phase untuk relaksasi dan mempersiapkan tahap berikutnya. 8 GMFCS tingkat I, II, dan III yang berbeda tiap tingkat kemampuan motorik anak yang menunjukkan kemampuan fungsional berjalan secara mandiri. 9 Motorik kasar (gross motor) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk mengontrol otot-otot besar tubuh seseorang dalam melakukan aktivitas seperti duduk, merangkak, berjalan, berlari, dan aktivitas lainnya. Gerakan-gerakan ini berasal dari kelompok otot besar pada tungkai dan kaki serta gerakan pada tubuh. Perkembangan keterampilan motorik umumnya berkembang secara bersamaan seiring dengan aktifitas yang tergantung pada koordinasi keterampilan motorik kasar dan halus. 10 Gerakan fungsional 398

3 yang sering dilakukan pada anak CP dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari adalah dudukberdiri, gerakan tersebut melatih otot-otot ekstensor batang tubuh, panggul, lutut dan otot plantar fleksor pergelangan kaki. Program penguatan yang fungsional, yaitu resistance exercise dengan pola gerakan fungsional telah menunjukkan keefektifannya pada anak dengan CP, oleh karena itu, latihan penguatan pada anak CP tipe spastik diplegi diharapkan mampu memperbaiki kemampuan motorik pada anak dengan CP. 1 Penelitian Liao 1 di Taiwan menunjukkan bahwa dengan latihan penguatan duduk-berdiri dengan beban dapat menurunkan energy expenditure dan meningkatkan GMFM signifikan meskipun tidak signifikan meningkatkan kecepatan berjalan. Program latihan duduk-berdiri memiliki kelebihan yaitu praktis, murah, mudah dan efisien, namun, hal ini belum pernah dibuktikan di Indonesia terutama latihan dengan periodisasi dan dilakukan di rumah. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini untuk melihat efek terapi latihan penguatan duduk-berdiri dengan periodisasi terhadap GMFM-88 dimensi D dan E pada anak dengan CP tipe spastik diplegi. Metode Metode penelitian ini adalah studi intervensi dengan rancangan acak terkontrol sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian dilakukan pada November 2011 sampai dengan Agustus 2012 setelah mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Rekrutmen subjek penelitian dilakukan dengan metode total sampling, yaitu seluruh anak yang bersekolah di Yayasan Pembinaan anak Cacat (YPAC), SLB, dan sekolah inklusi di Bandung. Kriteria inklusi penelitian ini adalah anak dengan CP spastik diplegi berusia 7-14 tahun dengan GMFCS I-III, mampu berdiri dari posisi duduk secara mandiri dan mampu mempertahankan posisi berdiri selama lebih dari 5 detik tanpa jatuh, mampu memahami instruksi lisan, tidak ada keterbatasan lingkup gerak sendi pasif anggota gerak bawah, dan tidak mendapat latihan penguatan selama tiga bulan terakhir. Kriteria eksklusi subjek penelitian ialah anak yang telah diberikan intervensi ortopedi dalam enam bulan terakhir dan memiliki masalah medik yang menghalangi subjek penelitian dalam berpartisipasi. Subjek penelitian yang tidak melaksanakan latihan empat kali berturut-turut akan dikeluarkan dari penelitian ini. Semua orang tua subjek penelitian mendapatkan penjelasan mengenai program penelitian kemudian menandatangani surat persetujuan untuk turut serta dalam penelitian bila menyetujui untuk mengikuti penelitian. Anamnesis dan pemeriksaan fisis dilakukan oleh peneliti. Data dasar dalam penelitian merupakan GMFM-88 (Gross Motor Function Measure) yang memiliki 88 bagian tes yang disusun dalam lima bagian atau dimensi, yaitu dimensi (A) miring ke posisi berguling, dimensi (B) duduk, dimensi (C) merangkak dan berlutut, dimensi (D) berdiri, dan dimensi (E) berjalan, berlari dan melompat. 3 Pada penelitian ini digunakan data dasar GMFM-88 dimensi D yaitu berdiri dan E yaitu berjalan, berlari, dan melompat dilakukan oleh tenaga fisioterapi terlatih direkam dengan video kamera yang kemudian dinilai peneliti. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok secara acak dengan mengunakan amplop, yaitu kelompok intervensi yang mendapat latihan penguatan duduk-berdiri dengan periodisasi dan kelompok kontrol yang mendapat latihan lingkup gerak sendi pasif. Latihan dilakukan di rumah sebanyak tiga set tiap latihan, tiga kali per minggu selama tujuh minggu. Sebelum memulai latihan pasien harus cukup istirahat, dilakukan dua jam sesudah makan, dan pasien harus menjalani latihan dengan tenang dan tidak gelisah. Beban latihan pada kelompok intervensi diberikan 30% dari berat badan. Beban yang digunakan berupa besi batangan dengan berat beban 0,5 kg dan 1 kg yang dimasukkan ke dalam jaket. Berat beban yang diberikan ditentukan pada akhir minggu pertama dan pada akhir minggu ke-4 dari 10 repetisi maksimal (RM). Sebelum latihan, subjek penelitian melakukan pemanasan berupa gerakan peregangan otot-otot abduktor sendi panggul, ekstensor lumbar, plantar fleksor, pergelangan kaki, dan otot hamstring. Kemudian dilanjutkan latihan inti, yaitu latihan duduk-berdiri dengan beban dengan posisi sudut panggul 90 0, fleksi lutut 105 0, dorsofleksi pergelangan kaki 15 0, kedua kaki dalam posisi sejajar dan tangan disilangkan di dada mengunakan kursi kayu yang tingginya disesuaikan dengan tinggi badan subjek setelah selesai latihan dilakukan pedinginan. Latihan dimulai dengan 40% beban dari 10 RM pada minggu kedua yang kemudian dinaikkan 10 % setiap minggunya dengan periodisasi. Setelah selesai latihan, caregiver orangtua subjek penelitian akan mengisi buku harian latihan dan peneliti dibantu oleh fisioterapi terlatih untuk mengontrol apakah subjek penelitian melakukan latihan. Setelah menjalani latihan tujuh minggu kemudian dilakukan kembali pelaksanaan tiap butir GMFM-88 dimensi D dan E oleh tenaga fisioterapi dengan mengunakan video kamera yang kemudian dinilai peneliti. Analisis data menggunakan perangkat lunak GMFM- 88 dengan variabel yang dinilai Dimensi D (berdiri) dan Dimensi E (berjalan, berlari dan melompat). Analisis statistik selanjutnya uji normalitas data numerik mengunakan Shapiro Wills Test untuk total sampling minimal kurang dari 50. Selanjutnya untuk membuktikan pengaruh latihan dudukberdiri dengan periodesasi dibandingkan dengan kelompok kontrol dalam memperbaiki kemampuan motorik dengan penilaian GMFM-88 dimensi D dan E antara sebelum dan sesudah latihan, dilakukan analisis statistik dengan uji t berpasangan berdistribusi normal dan wilcoxon test bila data tidak terdistribusi normal. Data yang diperoleh diolah dengan program komputer dengan kemaknaan hasil uji statistik ditentukan berdasarkan nilai p<0,

4 Hasil Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 23 orang dengan satu orang drop-out, yaitu 11 orang pada kelompok intervensi dan 11 orang pada kelompok kontrol. Karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Variabel Kelompok Nilai p*) Intervensi Kontrol (n=11) (n=11) Usia 0,921 **) Rerata (SD) 10,55 (2,4) 10,27 (2,97) Median Rentang Jenis Kelamin 0,392 *) Laki-laki 7 (63,6%) 5 (45,5%) Perempuan 4 (36,4%) 6 (54,5%) Berat Badan 0,621 **) Rerata (SD) 24,73 (7,4) 24,55 (10,52) Median Rentang Tinggi Badan 0,911 ***) Rerata (SD) 125,82 (14,17) 126,55 (15,93) Median Rentang GMFCS 0,528 *) I 3 (27,3%) 2 (18,2%) II 7 (63,6%) 7 (63,6%) III 1 (9,1%) 2 (18,2%) Keterangan: * ) Berdasarkan uji Chi square ** ) Berdasarkan uji Mann-Whitney *** ) Berdasarkan uji t tidak berpasangan Dari hasil penelitian didapatkan penilaian GMFM-88 dimensi D dan E sebelum latihan dan sesudah latihan tujuh minggu yang menunjukkan peningkatan nilai GMFM-88 dimensi D dan E pada kelompok intervensi dengan p<0,003 (lihat tabel 2). Kenaikan skor GMFM dimensi D dan E kemudian dibandingkan antara dua kelompok pada tabel 3 dan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan skor GMFM-88 dimensi D pada kelompok intervensi. Tabel 3. Diskusi Perbandingan Kenaikkan Skor GMFM-88 Dimensi D dan E pada Kelompok Intervensi dan Kontrol GMFM Kelompok Nilai p *) Intervensi Kontrol (n=11) (n=11) Perubahan Skor GMFM-88 <0,001* Dimensi D Rerata (SD) 17,79 (7,98) 0,82 (0,94) Median 20,51 0,79 Rentang 2,58-25,69 0,00-2,57 Perubahan Skor GMFM-88 <0,001* Dimensi E Rerata (SD) 14,14 (8,07) 1,01 (1,40) Median 13,89 1,39 Rentang 1,39-26,39 1,38-2,78 *Uji Mann-Whitney Subjek penelitian yang berusia 7-14 tahun dipilih dalam penelitian ini karena usia tersebut merupakan usia sekolah yang aktif di rumah, sekolah, dan komunitas. Dalam penelitian ini semua subjek dengan GMFCS yang berbeda-beda yaitu GMFCS tingkat I, II, III menunjukkan kemampuan fungsional yang sama yaitu berjalan secara mandiri sesuai dengan penelitian Pasalino, et al. 9 Kekuatan otot didefinisikan sebagai tenaga yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontraksi maksimal. Latihan akan mengakibatkan hipertropi yaitu ukuran otot mengakibatkan peningkatan kekuatan pada otot. Latihan resistensi dalam bentuk latihan duduk-berdiri dengan beban akan menaikkan kekuatan otot dengan tiga cara, yaitu 1) meningkatkan aktivitas neural dalam otot, 2) meningkatkan kekuatan otot dengan terjadinya hipertropi, dan 3) adaptasi fungsional. 13 Kekuatan otot tergantung pada ukuran dan volume otot. Peningkatkan jumlah unit kontraktil (sarkomer) yang sejajar akan meningkatkan luas penampang otot sehingga meningkatkan produksi gaya otot tersebut. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot adalah latihan beban atau melawan tahanan dengan cara mengangkat, mendorong atau Tabel 2. Penilaian GMFM-88 Dimensi D dan E pada Anak PS Spastik Diplegi Sebelum (To) dan Sesudah (T1) Latihan pada Kelompok Intervensi dan Kontrol GMFM Intervensi p *) Kontrol p *) To T1 To T1 Dimensi D Rerata (SD) 68,76 (11,91) 85,55 (7,17) 0,003* 68,53 (27,16) 69,35 (27,62) 0,028* Median 69,23 87,18 79,49 79,49 Rentang 43,59-84,62 43,06-79,17 12,82-89,74 14,95-90,53 Dimensi E Rerata(SD) 67,17 (11,79) 81,31 (8,41) 0,003* 64,59 (27,52) 65,60 (27,16) 0,026* Median 69,44 81,94 76,39 77,78 Rentang 43,06-79,19 59,72-91,67 12,50-94,44 14,67-95,83 *) Uji Wilcoxon Sign Rank 400

5 menarik suatu beban. Beban atau tahanan dapat berasal dari luar atau dari tubuh sendiri. 8,13 Intervensi pada penelitian berupa latihan dudukberdiri beban akan dinaikkan sedikit demi sedikit dengan dosis yang sesuai dan tidak akan berhenti pada satu beban tertentu, beban yang diberikan 10 RM sebanyak, 3 set dan dilakukan 2-3 kali/minggu. 8,13,14 Penelitian ini menunjukkan peningkatan penilaian GMFM-88 dimensi D dan E pada kelompok intervensi (p<0,005). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh dengan latihan empat minggu terdapat peningkatan penilaian GMFM-88 dimensi E) tetapi tidak terjadi perbaikan penilaian GMFM-88 dimensi D. Penelitian lain yang mendukung adanya peningkatan kemampuan motorik yang dinilai melalui GMFM dengan latihan penguatan dudukberdiri dengan variasi waktu antara 6 minggu sampai 12 minggu. 1,5 Latihan penguatan duduk-berdiri dengan beban akan melatih dan meningkatkan kekuatan anggota gerak bawah sehingga meningkatkan kapasitas fungsional untuk aktifitas sehari-hari. 13,15 Spastisitas pada anak PS yang menyebabkan pemendekan otot bila disertai penurunan aktifitas fisik akan menyebabkan keterbatasan lingkup gerak sendi yang menimbulkan kontraktur. Untuk mempertahankan keadaan luas gerak sendi yang normal maka otot harus digerakkan sesuai luas gerak sendi secara teratur. 16 Latihan lingkup gerak sendi konvensional memberikan manfaat pada penderita PS spastik diplegi untuk mencegah terjadinya kontraktur sendi dengan menjaga lingkup gerak sendi dan mempertahankan fleksibilitas otot. Latihan lingkup gerak sendi dapat memperbaiki nilai LGS (lingkup gerak Sendi) sekitar 20% jika dilakukan lima kali per minggu selama empat minggu. 15 Penelian ini menunjukkan bahwa terdapat kenaikan skor GMFM-88 dimensi D dan E pada kelompok intervensi. Seperti diketahui dalam penelitian Liao et al 1 dan Gan et al 17, latihan penguatan duduk-berdiri dengan periodisasi selama enam minggu akan menaikan kekuatan otot sehingga kemampuan motorik menjadi lebih baik. Hal ini pun sesuai dengan penelitian Damiano dan Abel 7 yang mendapatkan bahwa kekuatan otot anggota gerak bawah yang kuat mampu melakukan aktifitas motorik kasar lebih baik dan kemampuan berjalan. Hasil penelitian ini sesuai pula dengan penelitian Ross dan Engsberg 18 yang menunjukkan hubungan kekuatan otot plantar fleksor dengan peningkatan kemampuan motorik pada GMFM dimensi D dan E. Kesimpulan Latihan penguatan duduk-berdiri dengan periodisasi selama tujuh minggu dapat meningkatkan kemampuan motorik pada anak dengan PS spastik diplegi dengan penilaian GMFM-88 dimensi D dan E. Daftar Pustaka 1. Liao H-F, Liu Y-C, Lin Y-T. Effectiveness of loaded sit-to-stand resistance exercise for children with mild spastik diplegika: a randomized clinical trial. Arch Phys Med Rehabil. 2007;88: Prevo AJH. Cerebral Palsy. In: Roeshadi DJ, Narendra MB, Soebadi RD, Iswanto, Marlina editors. Dutch foundation for post graduate courses in Indonesia; November Surabaya: Airlangga University School of Medicine Dr. Soetomo Teaching Hospital; p Russell DJ, Rosenbaum PL, Avery LM, Lane M. Gross motor function measure (GMFM-66 and GMFM-88) user s manual. Clinics in Developmental Medicine. London: Mac Keith Press; World Health Organization. ICF International classification of functioning, disability and health. World Health Organization. Geneva: World Health Organization; Engsberg JR, Ross SA, Collins DR. Increasing ankle strength to improve gait and function in children with cerebral palsy: a pilot study. Pediatr Phys Ther. 2006;18: Wiley ME. Lower-extremity strength profiles in spastic cerebral palsy. Dev Medicine & Child Neurology. 1998; 40: Damiano DL, Abel MF. Functional outcomes of strength training in spastic cerebral palsy. Arch Phys Med Rehabil. 1998;79: Bompa TO, Haff GG. Periodization. Teory and Methhodology of Training. 5 th ed. USA: Human Kinetics; Palisano R, Rosenbaum P, Walter S, Russel D, Wood E. Gross Motor Functioning Classification system for Cerebral Palsy. Dev Med Child Neurol. 1997;39: Anggoro CS. Uji kesahihan dan Keabsahan Gross Motor Function Measure sebagai alat ukur fungsi Motorik Kasar pada Penderita Cerebral Palsy. Physiatrist [thesis]. Universitas Indonesia; Graham HK. Mechanisms of deformity. In: Management of the motor disorders of children with cerebral palsy. London: Mac Keith Press; p Anttila H. Evidence-based perspective on CP rehabilitation-reviews on physiotheraphy, physiotherapy-related motor-based intervention and ortotic devices [dissertation]. Finland: University of Helsinki; Miller F. Neurologic control of the musculoskeletal system.in: Cerebral Palsy. New York: Springer science; p Harsono. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta: CV. Tambak Kesuma; Bandy W, Irion J, Dan Briggler M. The effect of time and frequency of static stretching of flexibility of the hamstring muscles, Journal of Athletic Training. 1977;36: Jenkins L. Mazimzing Lingkup Gerak Sendi In Older Adult. The journal on Active Aging. 2005; Gan SM, Liao HF. The reliability study and comparison of sit-tostand repetitive máximum capacity in children with cerebral palsy and children without disability. Formos J Phys Ther. 2002; 27: Ross SA, Engsberg JR. Relationship between spasticity, strength, gait, and the GMFM-66 in persons with spastic diplegia cerebral palsy. Arch Phys Med Rehabil. 2007;88: Blundell SW, Sepherd RB, Dean CM, Adams RD, Cahill BM. Functional strength training in cererbal palsy: a pilot study of a group circuit training class for children age 4-8 years. Clin Rehabil. 2003;17:

Peningkatan Kemampuan Berjalan dan Energy Expenditure pada Palsi Serebral yang Menjalani Latihan Penguatan dengan Metode Periodisasi

Peningkatan Kemampuan Berjalan dan Energy Expenditure pada Palsi Serebral yang Menjalani Latihan Penguatan dengan Metode Periodisasi pissn: 0126-074X; eissn: 2338-6223; http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v49n1.987 Peningkatan Kemampuan Berjalan dan Energy Expenditure pada Palsi Serebral yang Menjalani Latihan Penguatan dengan Metode Periodisasi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : SRI DALILLA J 120 110 064 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan dan pertumbuhan bayi atau anak mereka,

Lebih terperinci

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan Cerebral Palsy Assessment Assessment Cerebral Palsy Gangguan motorik UMN atau LMN? Keterlambatan perkembangan motorik atau CP? Fungsional: Kemampuan dan keterbatasan fungsi motorik Topografi: Letak gangguan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan menggunakan rancangan penelitian pre and post test control group design, dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak jenis kecacatan yang terjadi pada anak, diantaranya adalah Cerebral Palsy (CP). CP merupakan sekelompok gangguan gerak atau postur yang disebabkan oleh lesi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP terjadi akibat kerusakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy (CP) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan kata cerebral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak. Data akurat tentang jumlah

Lebih terperinci

Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J

Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J PENDEKATAN NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI CAUSA MICROCEPHALUS DI PNTC KARANGANYAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Diploma III Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU PANTI 2 YOGYAKARTA

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU PANTI 2 YOGYAKARTA PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU PANTI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun oleh : CANDRA HARDIANSYAH HARAHAP NIM J110100011 PROGRAM

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA 1 KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas- Tugas Dan Memenuhi Syarat-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi

Lebih terperinci

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati*** PELATIHAN BERJALAN DI ATAS BALOK LURUS SEJAUH 8 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH BAIK DARIPADA 4 REPETISI 5 SET TERHADAP KESEIMBANGAN TUBUH MAHASISWA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI PADA PRIA DEWASA MUDA

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI PADA PRIA DEWASA MUDA ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI PADA PRIA DEWASA MUDA Benediktus Kevin Andrien, 2016, Pembimbing I : Stella Tinia, dr., M. Kes PembimbingII:

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE SKRIPSI KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE DAN METODE PROGRESSIVE RESISTANCE LEBIH BAIK DARI PADA KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE DAN METODE THE STEP TYPE APPROACH DALAM MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum tujuan pembangunan bangsa Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat beresiko bagi setiap kehidupan anak,maka sangat penting untuk memperhatikan semua aspek yang mendukung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan tumbuh kembang anak. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan dari tulang, sendi, otot dan saraf. Anggota gerak ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu kesatuan dari tulang, sendi, otot dan saraf. Anggota gerak ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia bekerja dan beraktifitas melakukan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota gerak tubuh. Setiap anggota gerak merupakan satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak penyandang disabilitas, sering dibahasakan dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 %

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Desain Peralatan Postural pada Efisiensi Aktivitas dan Kestabilan Postur Pada Anak dengan Cerebral palsy

Studi Pengaruh Desain Peralatan Postural pada Efisiensi Aktivitas dan Kestabilan Postur Pada Anak dengan Cerebral palsy F119 Studi Pengaruh Desain Peralatan Postural pada Efisiensi Aktivitas dan Kestabilan Postur Pada Anak dengan Cerebral palsy Farah Aulia Rahma dan Djoko Kuswanto Departemen Desain Produk Industri, Fakultas

Lebih terperinci

INTERVENSI DYNAMIC REVERSALS

INTERVENSI DYNAMIC REVERSALS SKRIPSI INTERVENSI DYNAMIC REVERSALS LEBIH BAIK DARIPADARHYTHMIC STABILIZATION DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT UPPER TRAPEZIUSPADA PEGAWAI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I PUTU YUDI PRAMANA

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi palsi serebral Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas fisik, gangguan tidak

Lebih terperinci

Keyword : Elderly Balance, strengthening exercise, coordination exercise.

Keyword : Elderly Balance, strengthening exercise, coordination exercise. PERBEDAAN PEMBERIAN STRENGTHENING EXERCISE DENGAN COORDINATION EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN LANSIA Riski Meidio Putra Fakultas Fisioterapi-Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln.Arjuna Utara Tol Tomang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang mendunia. 1,2 World Health Organization (WHO) mendeklarasikan bahwa obesitas merupakan epidemik global.

Lebih terperinci

LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN SWISS BALL

LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN SWISS BALL SKRIPSI LATIHAN JALAN TANDEM LEBIH BAIK DARIPADA LATIHAN SWISS BALL UNTUK MENINGKATKANKESEIMBANGAN STATIS PADA USIA LANJUT DI PANTI JOMPO TRESNA WERDHA DENPASAR TIMUR Rabiatun Nasution NIM. 1302315020

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS I MADE HENDRA MEIRIANATA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP MEMORI JANGKA PENDEK PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA Melvi Yovianti, 2016, Pembimbing I : Stella Tinia, dr., M.Kes., IBCLC Pembimbing II : Ade

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma III Pada Jurusan Fisioterapi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan masyarakat merupakan persoalan bersama yang harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat. Salah satu bagian dari program kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak mengalami proses tumbuh kembang yang dimulai sejak dari dalam kandungan, masa bayi, dan balita. Setiap tahapan proses tumbuh kembang anak mempunyai ciri khas tersendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIG-ZAG RUN

PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIG-ZAG RUN SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN HEXAGON DRILL DAN ZIG-ZAG RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA SEKOLAH SEPAK BOLA GUNTUR DENPASAR KADEK AYU SUKMAYANTI LESTARI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI 011 NI PUTU PURNAMAWATI

SKRIPSI 011 NI PUTU PURNAMAWATI SKRIPSI INTERVENSI BRAIN GYM LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH (USIA 5-6 TAHUN) DARIPADA AKTIVITAS FUNGSIONAL DAN REKREASI (AFR) 011 NI PUTU PURNAMAWATI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA OLEH: SRI WIDATI I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA GERAK MANUSIA ADALAH SUATU PROSES YANG MELIBATKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH BAGIAN TUBUH DALAM SATU KESATUAN YANG MENGHASILKAN SUATU GERAK

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PENATALAKSANAAN NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI DI PNTC (PEDIATRIC AND NEURODEVELOPMENTAL TERAPHY CENTRE ) KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah terindah dalam keluarga. Setiap orang tua mengharapkan memiliki anak yang normal, namun sering hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING SKRIPSI PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING PADA LATIHAN KNEE TUCK JUMP LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN VOLI LAKI- LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi. MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT UNTUK MENURUKAN SPASTISITAS DAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL JALAN PADA CEREBRAL PALSY DI GRIYA FISIOTERAPI BUNDA NOVY Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO SKIRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis.

BAB I PENDAHULUAN. persendian melakukan aktivitas atau gerakan (Helmi, 2012). Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi osteoarthritis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenaratif pada persendiaan yang disebabkan oleh beberapa macam faktor. Penyakit ini mempunyai karakteristik

Lebih terperinci

PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE

PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE SKRIPSI PENAMBAHAN SHAKING MASSAGE PADA LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DARI PADA LATIHAN ACTIVE ISOLATED STRETCHING PADA SEKAA TERUNA BANJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa tumbuh kembang anak adalah masa yang sangat riskan bagi setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan semua aspek yang mendukung maupun

Lebih terperinci

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR A.A NGURAH WISNU PRAYANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan masa depan dan generasi selanjutnya bagi kehidupan dunia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kesehatan bagi anak merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE UNTUK PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIK PADA PEMAIN SEPAK BOLA PUTRA MAOSPATI DI KABUPATEN MAGETAN

PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE UNTUK PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIK PADA PEMAIN SEPAK BOLA PUTRA MAOSPATI DI KABUPATEN MAGETAN PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE UNTUK PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIK PADA PEMAIN SEPAK BOLA PUTRA MAOSPATI DI KABUPATEN MAGETAN PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Akhir Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan, pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda peningkatan kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA NORMAL YANG RUTIN BEROLAHRAGA FUTSAL DAN YANG TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA

ABSTRAK PERBANDINGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA NORMAL YANG RUTIN BEROLAHRAGA FUTSAL DAN YANG TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA ABSTRAK PERBANDINGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA NORMAL YANG RUTIN BEROLAHRAGA FUTSAL DAN YANG TIDAK RUTIN BEROLAHRAGA Ferdinan Bastian Sirait, 2009. Pembimbing: Jo Suherman, dr.,ms.,aif Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakikat sebenarnya tidak ada anak cacat melainkan anak berkebutuhan khusus karena anak-anak tersebut sama dengan anak-anak pada umumnya yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL PENAALAKSANAAN FISIOERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASIC DIPLEGI DENGAN MEODE NEURO DEVELOPMENAL REAMEN (ND) DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACA CABANG SURAKARA NASKAH PUBLIKASI KARYA ULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

pelayanan rawat jalan di klinik Sasana Husada Stroke Service dan Karmel subjek yang terdaftar awalnya sejumlah 36 orang pasien, subjek yang

pelayanan rawat jalan di klinik Sasana Husada Stroke Service dan Karmel subjek yang terdaftar awalnya sejumlah 36 orang pasien, subjek yang 86 5.2 Pembahasan 5.2.1 Kondisi Subjek Penelitian Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien sejumlah 32 orang pasca stroke yang telah melewati fase pasca akut mereka dan sedang menjalani periode

Lebih terperinci

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP LEBIH MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH DARI PADA PELATIHAN PLYOMETRIC BOX JUMP PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP PGRI 2 DENPASAR ABSTRAK Lompat jauh merupakan cabang atletik

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016 PENGARUH PELATIHAN LADDER DRILL 8 REPETISI 3 SET TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI I Putu Eri Kresnayadi, S.Pd., M.Pd. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

SKRIPSI AUTO STRETCHING

SKRIPSI AUTO STRETCHING SKRIPSI AUTO STRETCHING LEBIH MENURUNKAN INTENSITAS NYERI OTOT UPPER TRAPEZIUS DARIPADA NECK CAILLIET EXERCISE PADA PENJAHIT PAYUNG BALI DI DESA MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG NI WAYAN PENI SUWANTINI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian dalam beraktifitas menjadi kebutuhan utama pada pasien pasca stroke, kemampuan dalam transfer dan ambulasi sering menjadi prioritas yang pertama ingin

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS KLINIK

LAPORAN STATUS KLINIK LAPORAN STATUS KLINIK NAMA MAHASISWA : WIWIT JATMIKO N.I.M : J10080005 TEMPAT PRAKTEK : YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA PEMBIMBING : ERSIANA INTAN SAFITRI Tanggal pembuatan laporan : 5 Febuari 2011 Kondisi/kasus

Lebih terperinci

INTERVENSI CONTRACT RELAX STRETCHING DIRECT LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING

INTERVENSI CONTRACT RELAX STRETCHING DIRECT LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING SKRIPSI INTERVENSI CONTRACT RELAX STRETCHING DIRECT LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING DIBANDINGKAN DENGAN INTERVENSI CONTRACT RELAX STRETCHING INDIRECT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Lalu Hulfian Program Studi Pendidikan Olah Raga dan Kesenian FPOK IKIP Mataram E-mail: laluhulfian2@gmail.com

Lebih terperinci

SKRIPSI PEMBERIAN LATIHAN CALF RAISES DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANKLE PADA LANSIA

SKRIPSI PEMBERIAN LATIHAN CALF RAISES DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANKLE PADA LANSIA 1 SKRIPSI PEMBERIAN LATIHAN CALF RAISES DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANKLE PADA LANSIA Pande Komang Tribayu Sukmadewa KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

Lebih terperinci

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA DisusunOleh: Agus Maryanto J 100 070 047 PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI

Lebih terperinci

PENGARUH PEDAL EXERCISE

PENGARUH PEDAL EXERCISE SKRIPSI PENGARUH PEDAL EXERCISE DAN PEREGANGAN OTOT BETIS LEBIH EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN NILAI AMBANG NYERI OTOT BETIS PADA PEMOTONG KAIN DI KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN NI PUTU AYU SASMITA SARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia balita merupakan usia perkembangan pesat sel otak anak. Pada masa usia emas seperti ini, kemampuan otak menangkap informasi sangatlah cepat. Pada usia emas ini

Lebih terperinci

PENGARUH STIMULASI DUA DIMENSI TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PENGARUH STIMULASI DUA DIMENSI TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUP SANGLAH DENPASAR PENGARUH STIMULASI DUA DIMENSI TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUP SANGLAH DENPASAR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Oleh NI LUH EKA

Lebih terperinci

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd.

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd. INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd. A. PENDAHULUAN Anak-anak dengan gangguan motorik (gerakan) mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari, seperti:

Lebih terperinci

The Comparison of Gross Motor ability between male and female children at the age 5-6 years at TK Negeri Pembina 2 Pekanbaru

The Comparison of Gross Motor ability between male and female children at the age 5-6 years at TK Negeri Pembina 2 Pekanbaru The Comparison of Gross Motor ability between male and female children at the age 5-6 years at TK Negeri Pembina 2 Pekanbaru Eka Weni Lestiani Advisors: Dr. Daviq Chairilsyah, M.Psi & Devi Risma, M.Si,

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI

Lebih terperinci

Keywords: Dynamic stretching, static stretching, flexibility PENDAHULUAN

Keywords: Dynamic stretching, static stretching, flexibility PENDAHULUAN PERBEDAAN EFEKTIFITAS METODE PELATIHAN PEREGANGAN DINAMIS DAN STATIS TERHADAP FLEKSIBILITAS BATANG TUBUH DAN SENDI PANGGUL PADA SISWA DI SD N 1 SAMPLANGAN GIANYAR TAHUN 2012 Kamasuta, I Made Arya., Pembimbing

Lebih terperinci

Disusunoleh : WIWIT JATMIKO J

Disusunoleh : WIWIT JATMIKO J PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA Disusunoleh : WIWIT JATMIKO J1000 80005 KARYA TULIS

Lebih terperinci

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Fisioterapi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 2005). Desain penelitian ini menggunakan randomized pre test and post

BAB IV METODE PENELITIAN. 2005). Desain penelitian ini menggunakan randomized pre test and post BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental. Penelitian eksperimen adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, istilah penyimpangan secara eksplisit ditunjukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan

Lebih terperinci

PENGARUH MUSCLE ENERGY TEHNIQUE (MET) DAN DYNAMIC STRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN FUTSAL

PENGARUH MUSCLE ENERGY TEHNIQUE (MET) DAN DYNAMIC STRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN FUTSAL PENGARUH MUSCLE ENERGY TEHNIQUE (MET) DAN DYNAMIC STRETCHING TERHADAP FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PEMAIN FUTSAL SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi

Lebih terperinci

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan 2 Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kerja dan praktik fisioterapi yang menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian metode kuantitatif jenis eksperimental, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat meyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Terapi latihan Mini hospital STIKES AIAI Cilacap.. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI NYOMAN HARRY NUGRAHA

SKRIPSI NYOMAN HARRY NUGRAHA SKRIPSI KOMBINASI INTERVENSI INFRARED DAN CONTRACT RELAX STRETCHING LEBIH EFEKTIF DARIPADA INFRARED DAN SLOW REVERSAL DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI LEHER PADA PEMAIN GAME ONLINE DI BMT NET BAJERA

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT Lazimah, Nur Susanti (Prodi Fisioterapi FIK-UNIKAL) Abstract

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA Oleh : Nugroho Budhi Apriliono J100070018 Diajukan guna

Lebih terperinci

SKRIPSI I NYOMAN KRISNA WIJAYA

SKRIPSI I NYOMAN KRISNA WIJAYA SKRIPSI PERBANDINGAN NEURAL MOBILIZATION DAN CONTRACT RELAX STRETCHING PADA LATIHAN AGILITY LADDER EXERCISE METODE LATERAL RUN DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN PUBLIKASI ILMIAH DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun oleh: Areza Putra Surya J120151123

Lebih terperinci

ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT Keseimbangan

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Berjalan Melalui Latihan Menendang Bola Bagi Anak Cerebral Palsy Kelas Dasar IV di SLB Hikmah Miftahul Jannah Padang

Meningkatkan Kemampuan Berjalan Melalui Latihan Menendang Bola Bagi Anak Cerebral Palsy Kelas Dasar IV di SLB Hikmah Miftahul Jannah Padang Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 620-632 Meningkatkan Kemampuan Berjalan Melalui Latihan Menendang Bola Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I NYOMAN AGUS PRADNYA WIGUNA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA

PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA PENGARUH FREE ACTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION SENDI LUTUT WANITA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA SRIKANDI DESA SAMPANG GEDANG SARI GUNUNG KIDUL SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur. B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan

Lebih terperinci