PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 13 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 13 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I K A R O Menimbang : a. bahwa ketentuan tentang pemungutan retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat di Kabupaten Karo telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 40 Tahun 2001 dengan mempedomani Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan. b. Dengan diberlakukannya Undang- undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka keberadaan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 40 Tahun 2001 tersebut pada butir a di atas dirasa tidak sesuai lagi dan oleh karenanya perlu disempurnakan. c. bahwa untuk keperluan hal tersebut pada butir b di atas dipandang perlu menerbitkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat dengan mempedomani Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun Mengingat : 1. Undang - undang Nomor 7 Drt. Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1092 ); 2. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan

2 atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4084); 3. Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4052); 4. Undang - undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389 ); 5. Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437 ); 6. Undang. ~ 2 ~ 6. Undang - undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 ); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 11 Tahun 2004 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 11 ).

3 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARO D a n B U P A T I K A R O M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Karo; 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah; 3. Bupati adalah Bupati Karo; 4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Karo; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karo; 6. Kuburan Umum adalah areal tanah yang disediakan untuk tempat memakamkan jenazah dengan tidak membedakanan agama dan golongan yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten. 7. Kuburan bukan umum ( Kuburan khusus) adalah areal tanah yang disediakan untuk tempat memakamkan jenazah yang pengelolaannya dilakukan oleh Badan Usaha yang bersifat social dan keagamaan; 8. Kuburan..

4 ~ 3 ~ 8. Kuburan keluarga adalah areal tanah yang disediakan oleh suatu keluarga untuk tempat memakamkan jenazah yang karena faktor sejarah dan faktor kebudayaan mempunyai arti khusus; 9. Jasa dalah kegiatan Pemerintah Kabupaten berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati orang pribadi atau badan; 10. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan; 11. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi; 12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang; 13. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjunya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda; 14. Surat Keketapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. 15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 16. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yanhg digunakan oleh Wajib Retribusi

5 untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Bupati. 17. Perhitungan Retribusi Daerah adalah Rincian besarnya Retribusi yang harus di bayar oleh wajib Retribusi baik pokok Retribusi, Bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi administrasi; 18. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan. BAB.. ~ 4 ~ BAB II KETENTUAN DAN LARANGAN Pasal 2 (1) Dilarang mengadakan atau mengelola lokasi kuburan umum, khusus dan atau kuburan keluarga dan tempat pembakaran jenazah (krematorium) oleh perorangan, perkumpulan, yayasan dan atau badan hukum tanpa izin dari Bupati. (2) Penetapan izin dan areal (lokasi) kuburan umum dan kuburan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati dengan ketentuan : a. Luas lokasi kuburan umum harus dapat menampung setidak-tidaknya 500 (lima ratus ) persil kuburan. b. Luas lokasi kuburan khusus harus dapat menampung minimal 150 (seratus lima puluh ) persil kuburan. c. Luas lokasi kuburan keluarga tidak melebihi 20 x 50

6 meter. Pasal 3 Dalam hal yang luar biasa Bupati atau pejabat yang dihunjuk dapat mengeluarkan izin lokasi kuburan dan berhak mengadakan perubahan luas yang dimohonkan. BAB III JENIS DAN BENTUK KUBURAN Pasal 4 (1) Untuk lokasi kuburan umum dibagi atas : = 50 cm = 100 cm = 60 cm = 100 cm A. Persil Kuburan Umum Dewasa yaitu umur 10 (sepuluh) tahun ke atas, ukuran lobangnya ditentukan sebagai berikut : a. Panjang = 220 cm b. Lebar = 100 cm c. Dalam = 180 cm d. Jarak antara 2 (dua) kuburan yang bersebelahan ke kiri dan ke kanan e. Jarak tiap-tiap leretan B. Persil Kuburan Umum Anak-anak (di bawah umur 10 tahun) ukuran lobangnya ditentukan sebagai berikut : a. Panjang = 130 cm b. Lebar = 60 cm c. Dalam = 150 cm d. Jarak antara 2 (dua) kuburan yang bersebelahan ke kiri dan ke kanan e. Jarak tiap-tiap leretan

7 (2) Ketentuan untuk lokasi kuburan bukan umum ( kuburan khusus) dan kuburan keluarga di atur dalam izin yang dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang dihunjuk. Pasal ~ 5 ~ Pasal 5 (1) Lobang-lobang tempat menguburkan jenazah harus ditutup dan atau ditimbun kembali dengan rapi sesudah jenazah dimasukkan ke dalamnya. (2) Tanah untuk menimbun lobang setiap persil kuburan tidak boleh diambil dari persil dan atau petak kuburan lainnya disekitar kuburan itu. Pasal 6 Pengaturan tempat maupun penentuan lokasi setiap persil kuburan umum disesuaikan berdasarkan golongan, agama dan aliran kepercayaan. BAB IV PENGAWASAN DAN PEMELIHARAAN Pasal 7 (1) Setiap orang yang meninggal diluar Kabupaten Karo yang dibawa ke Kabupaten Karo wajib dikuburkan dalam tempo paling lama 2 (dua) kali 24 ( dua puluh empat) jam sesudah meninggal, kecuali ada perintah dari yang berwajib untuk menahannya lebih lam dan atau jika diminta oleh keluarganya dengan mengindahkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan umum. (2) Setiap pemakaian persil kuburan umum baik untuk menguburkan jenazah maupun menguburkan kembali kerangka dan atau tempat pembakaran jenazah harus terlebih dahulu mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang

8 dihunjuk. Pasal 8 (1) Untuk menguburkan jenazah pada lokasi kuburan khusus dan atau kuburan keluarga harus terlebih dahulu mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang dihunjuk olehnya. (2) Untuk memperoleh izin pengadaan dan pengelolaan lokasi kuburan khusus dan kuburan keluarga yang berkepentingan harus mengajukan permohonan di atas kertas bermaterai kepada Bupati dengan melampirkan surat tanah yang dimiliki dan adanya persetujuan dari Lurah dan atau Kepala Desa. (3) Bupati atau Pejabat yang dihunjuk akan memberikan keputusan mengabulkan atau menolak permohonan itu setelah mempertimbangkan antara lain dari segi kepentingan umum, keamanan, adat, keagamaan maupun dari segi kesehatan. (4) Bupati dapat mencantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh izin pengadaan lokasi kuburan khusus dan kubuan keluarga. Pasal.. ~ 6 ~ Pasal 9 Di kompleks kuburan umum, kuburan khusus dan kuburan keluarga setiap orang dilarang : a. mendirikan bangunan atau menggali sumur dan atau membuat kolam. b. Menggembalakan ternak.

9 c. Merusak dan atau mengganggu pagar atau bina-bina di atas kuburan. d. Mengadakan kegiatan lain seperti bermain-main di atas kuburan. Pasal 10 Pemeliharaan dan pengawasan kuburan khusus dan kuburan keluarga diserahkan kepada pemilik dan atau pengelola dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam izin yang dimiliki serta mengindahkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan umum. BAB V MEMBANGUN BINA DAN MEMBONGKAR KUBURAN Pasal 11 (1) Di atas persil kuburan dapat dibangun bina dan atau tanda peringatan setelah 1 (satu) tahun kemudian dari tanggal penguburan jenazah sesudah mendapat izin dari Bupati dan atau pejabat yang dihunjuk. (2) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini yang berkepentingan harus mengajukan permohonan kepada pejabat yang berwenang mengeluarkan izin dengan melampirkan rencana gambar konstruksi bangunan yang akan dibuat. (3) Izin membangun bina dan atau tanda peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini adalah bangunan permanent yang dibuat dari semen, besi, beton dan sejenis dengan itu, yang menutupi seluruh permukaan kuburan, dengan ketinggian maximal 3 (tiga) meter dari permukaan tanah. Pasal 12 (1) Membongkar kerangka pada kuburan umum untuk dipindahkan ke lain tempat atau untuk sesuatu keperluan lainnya dapat dibenarkan sesudah 1 (satu) tahun kemudian sejak tanggal penguburan jenazah dan setelah mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang dihunjuk.

10 (2) Untuk keperluan Pemerintah dan pihak yang berwajib dapat sewaktu-waktu mengadakan pembongkaran kuburan untuk pemeriksaan mayat dengan terlebih dahulu melapor kepada Kepala Desa dan atau Lurah. (3) Setiap.. ~ 7 ~ (3) Setiap penguburan, pembakaran jenazah dan atau penggalian kerangka maupun penguburan kerangka kembali serta membangun bina dan atau tanda peringatan dikenakan pembayaran retribusi. (4) Para pegawai dan atau petugas yang menangani pengurusan lokasi kuburan umum diwajibkan menggali kuburan dan menutupnya kembali sesudah jenazah dimasukkan ke lubang kuburan dan dapat pula pelaksanaannya dibantu oleh keluarga pemilik jenazah. BAB VI NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 13 Dengan nama Retribusi Pelayanan Penguburan dan Pengabuan Mayat dipungut retribusi atas jasa pelayanan penguburan dan pengabuan mayat yang dilakukan oleh petugas yang disediakan Pemerintah Daerah. Pasal 14 Obyek retribusi adalah setiap jasa pelayanan penguburan dan Pengabuan Mayat yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 15

11 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan jasa pelayanan penguburan dan pengabuan mayat dari Pemerintah Daerah. BAB VII GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 16 Retribusi Pelayanan Penguburan dan Pengabuan Mayat sebagaimana tersebut pada pasal 13 Peraturan Daerah ini termasuk golongan retribusi jasa umum. BAB VIII CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 17 Tingkat Penggunaan jasa retribusi pelayanan penguburan dan pengabuan mayat, diukur berdasarkan klasifikasi blok dan atau tempat dan jumlah. BAB IX PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF. Pasal 18 Prinsip penetapan tariff retribusi pelayanan penguburan dan pengabuan ayat adalah untuk mengganti biaya administrasi, perawatan lokasi kuburan, penguburan, pembakaran dan biaya pembinaan serta pengadaan lokasi kuburan. BAB.. ~ 8 ~ BAB X STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 19 (1) Struktur besarnya tarif retribusi dan ketentuan penggunaan

12 persil kuburan umum di Kota Kabanjahe dan Brastagi ditetapkan sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh 1 (satu) persil kuburan pada lokasi kuburan umum di Kota Kabanjahe dan Berastagi dikenakan retribusi sebagai berikut : a. Kuburan dewasa Rp /persil kuburan b. Kuburan anak-anak.rp /persil kuburan 2. Setiap kali pemakaian tempat pembakaran jenazah (krematorium) dikenakan retribusi sebesar Rp (dua puluh lima ribu rupiah) untuk 1 (satu) jenazah. 3. Untuk membongkar setiap kerangka pada kuburan umum diharuskan menutup kembali lobang yang telah digali dan dikenakan retribusi Rp /kerangka. 4. Untuk membangun bina dan atau tanda peringatan di atas kuburan dikenakan retribusi Rp /persil kuburan. 5. Setiap pemberian izin untuk menguburkan jenazah pada kuburan umum dikenakan biaya izin Rp /persil kuburan. (1) Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini untuk diluar Kota Kabanjahe dan Berastagi ditetapkan sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh 1 (satu) persil kuburan pada lokasi kuburan umum di Kota Kabanjahe dan Berastagi dikenakan retribusi sebagai berikut : a. Kuburan dewasa Rp /persil kuburan b. Kuburan anak-anak Rp /persil kuburan 2. Setiap kali pemakaian tempat pembakaran jenazah (krematorium) dikenakan retribusi sebesar Rp (dua puluh ribu rupiah) untuk 1 (satu) jenazah. 3. Untuk membongkar setiap kerangka pada kuburan umum diharuskan menutup kembali lobang yang telah

13 digali dan dikenakan retribusi Rp /kerangka 4. Untuk membangun bina dan atau tanda peringatan di atas kuburan dikenakan retribusi Rp /persil kuburan 5. Setiap pemberian izin untuk menguburkan jenazah pada kuburan umum dikenakan biaya izin Rp /persil kuburan. Pasal.. ~ 9 ~ Pasal 20 Setiap pemberian izin untuk menguburkan dan atau membongkar kerangka pada kuburan khusus dan kuburan keluarga dikenakan biaya izin Rp (lima belas ribu rupiah).- Pasal 21 Seluruh retribusi sebagaiman tersebut pada pasal 19, dan pasal 20 Peraturan Daerah ini harus disetorkan ke Kas Daerah. Pasal 22 Kepada petugas yang dihunjuk Bupati untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini diberikan upah pungut sebesar 5 % ( lima persen ) dari jumlah setoran dan dibayarkan sewaktu penyetorannya ke Kas Daerah. BAB XI TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 23 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

14 (2) Hasil pungutan retribusi sebagaimana tersebut pada pasal 19,dan Pasal 20 Peraturan Daerah ini di setorkan ke Kas Daerah. BAB XII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 24 Wilayah Pemungutan Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat dipungut pada instansi pelayanan dilingkungan Pemerintah Kabupaten Karo. BAB XIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 25 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya, kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2,5 % setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah. BAB XIV PENUTUPAN DAN PERUNTUKAN LOKASI KUBURAN UMUM Pasal 26 (1) Demi kepentingan umum Bupati dapat menyatakan suatu lokasi kuburan umum kuburan khusus dan kuburan keluarga tertutup atau dipindahkan ke suatu lokasi baru yang disediakan oleh pemilik dan atau pengelola dan ditetapkan dengan Peraturan dan atau Keputusan Bupati. (2) Bupati dapat membongkar lokasi kuburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dan mempergunakannya untuk keperluan lain. BAB. ~ 10 ~ BAB XV

15 TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 27 (1) Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran retribusi yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari saat setelah terutang. (2) SKRD, SSRD, SKRDKB, SKRDKBT, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama satu bulan sejak tanggal diterbitkannya hal dimaksud. (3) Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2 % setiap bulan. (4) Tata cara pembayaran, tempat pembayaran, penundaan pembayaran retribusi ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. BAB XVI TATA CARA PENAGIHAN Pasal 28 (1) Retribusi yang terutang berdasarkan SKRD dan STRD, terhadap wajib retribusi pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa. (2) Penagihan Retribusi dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XVII K A D A L U A R S A Pasal 29 (1) Penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retrubusi.

16 (2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkannya surat tegoran dan surat paksaan atau; b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB.. ~ 11 ~ BAB XVIII TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRUBUSI YANG KADALUARSA Pasal 30 (1) Piutang retribusi yang tidak mungkin di tagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapus. (2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan Piutang retribusi Daerah yang sudah kadaluarsa sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini. BAB XIX P E N G A W A S A N Pasal 31 Bupati dapat menunjuk pejabat tertentu untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini. BAB XX KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Barang siapa melanggar terhadap ketentuan sebagaimana tersebut pada pasal 2 ayat (1), pasal 8 ayat (1), Pasal 9,

17 Pasal 12 ayat (1), pasal 19, 20 Peraturan Daerah ini, di ancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp (Lima Juta Rupiah). (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini disetor ke Kas Daerah. Pasal 33 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini, dilaksanakan oleh penyidik Umum dan atau penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) di lingkungan Pemerintah Kabupaten yang pengangkatanya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berwenang : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi ; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana retribusi ; e. melakukan.. ~ 12 ~

18 e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi ; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa, sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang. BAB XXI KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan daerah Kabupaten Karo Nomor 40 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat dan Keputusan sebagai pelaksanaan peraturan Daerah dimaksud dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 35 Hal-hal yang belum cukup diatur dengan Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan dan atau Keputusan Bupati. Pasal 36

19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karo Ditetapkan di Kabanjahe Pada Tanggal 10 Oktober B U P A T I K A R O DAULAT DANIEL SINULINGGA Diundangkan di Kabanjahe Pada Tanggal 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KARO SUMBUL SEMBIRING DEPARI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KARO TAHUN 2006 NOMOR.

20