BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Ibu hamil adalah merupakan salah satu kelompok didalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rawan kekurangan gizi, sehingga pada masa kehamilan ibu hamil memerlukan unsur-unsur gizi lebih banyak dibandingkan dengan keadaan biasanya (Notoatmojo, 2002). Selama kehamilan, ibu hamil akan mengalami proses fisiologis dimana keadaan kesehatan fisik dan mental sebelum dan selama hamil berpengaruh terhadap keadaan janin dan waktu persalinan. Selama masa kehamilan normal hampir semua wanita merasa sama sehatnya dengan masa-masa di luar kehamilan, hanya saja ditandai dengan perubahan fisik dan karena berat badan bertambah dan perubahan mental karena ada di dalam perutnya terdapat kehidupan baru (Hall, 2000). Pada masa kehamilan ibu hamil mengalami gejala-gejala fisiologis yang disebabkan oleh pengaruh hormon kehamilan seperti gejala pening di pagi hari yang diikuti gejala lain seperti lesu, perkembangan payudara, pembesaran perut, bertambah cepatnya denyut nadi, perubahan pigmentasi pada kulit dan wajah, punting payudara dan bagian tengah perut yang berubah warnanya menjadi gelap, serta kejang pada kaki yang kemungkinan disebabkan kekurangan kalsium dalam darah atau mungkin oleh sirkulasi darah yang kurang lancar pada bagian kaki (Hall, 2000). Pada masa kehamilan, kantung peranakan berkembang untuk menampung hasil pembuahan. Peningkatan volume sirkulasi darah digunakan untuk memungkinkan terjadinya aliran CO 2 dan sisa metabolisme lainnya. Terjadinya pembesaran payudara dan penimbunan lemak dipersiapkan untuk masa menyusui segera setelah melahirkan (Winarno, 1990). Dengan adanya janin yang dikandung, fungsi dan kerja tubuh ibu akan berubah. Jumlah cairan darah bertambah, sel-sel darah tetap dan unsur-unsur darah berkurang. Hemoglobin dan albumin darah menurun, akibatnya terjadi kurang darah (Nadesul, 1997)

2 Dengan melihat gejala fisiologis yang ada, maka keadaan ibu hamil pada awal kehamilan perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin pada usia kehamilan selanjutnya. Menurut Moehji (2003), pada umumnya selama kehamilan ibu hamil memiliki karakteristik pada tiap triwulan sebagai berikut: a. Pada timester pertama dari kehamilan, biasanya nafsu makan sangat kurang. Hal ini disebabkan karena timbul rasa mual dan muntah. b. Pada timester kedua dari kehamilan, metabolisme basal mulai meningkat dan berat badan juga mulai bertambah. Pada masa ini tingkat konsumsi protein sangat diutamakan. Hal ini disebabkan protein memiliki pengaruh terhadap perkembangan janin sebagaimana telah diselidiki oleh Burke bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi makanan dalam kadar protein sangat rendah, maka bayi yang akan dilahirkan kelak mungkin juga lebih pendek dan lebih ringan dari normal. c. Pada timester ketiga metabolisme basal tetap mengalami kenaikan. Pada masa ini pada umumnya nafsu makan sangat baik. Selain itu, kandungan pada triwulan ini juga menjadi besar sehingga menyebabkan lambung terdesak. Menurut Arisman (2004), secara umum, terdapat kondisi yang biasanya ada selama kehamilan sehingga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi zat gizi yaitu : a. Ngidam Ngidam diartikan sebagai keinginan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Kondisi ini adalah hal yang normal bagi banyak wanita hamil. Kadangkala makanan yang dipilih tampak aneh menurut orang lain. Ngidam dapat berakibat baik tapi juga dapat berakibat buruk. Jika mengidam makanan yang cukup zat gizi dan menyehatkan, maka tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan asalkan makanan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Namun jika ngidam makanan yang tinggi kandungan gula dan lemaknya, maka perlu diperhatikan

3 jumlahnya jangan sampai terlalu berlebih karena kondisi ini tidak jarang menyebabkan wanita hamil mengalami kenaikan berat badan yang terlalu banyak (Curtis, 1999). b. Pegal linu dan kaku Kondisi ini biasanya terjadi pada malam hari yang diakibatkan oleh pertumbuhan janin sekaligus perubahan hormonal. Selain itu, keadaan ini juga disebabkan karena kadar Ca serum rendah, dan kadar fosfat tinggi, sehingga sistem neuromuskuler mudah terangsang. c. Sembelit Keadaan ini dapat terjadi bila berkaitan dengan 6 kondisi ada di dalam tubuh yaitu (1) Rahim yang semakin besar sehingga menekan kolon dan rektum sehingga mengganggu ekskresi, (2) Adanya peningkatan kadar progesteron sehingga merelaksasikan otot saluran cerna dan menurunkan motilitas, (3)Tingkat konsumsi cairan tidak cukup (4) Tingkat konsumsi serat tidak cukup, (5) Kebiasaan defekasi yang buruk, (6) Jarang berolah raga dan sering melewatkan satu waktu makan (terutama sarapan). d. Mual dan muntah Rasa mual atau yang sering kita sebut sebagai morning sickness dapat terjadi karena kadar progesteron diawal kehamilan meningkat sedangkan kadar gula darah dan pergerakan usus menurun. Hal itu juga disebabkan karena produksi asam lambung dan pepsin menurun. Keadaan ini biasanya terjadi pada timester I kehamilan sehingga tingkat konsumsi makanan atau zat gizi pada timester ini menjadi berkurang (Arisman, 2004). e. Pica Pica diartikan sebagai perilaku tidak umum yaitu mengkonsumsi bahan bukan makanan, seperti kain, arang, dan lain-lain. Dampak dari keadaan ini yaitu tingkat konsumsi zat gizi dari makanan berkurang serta terjadi penyumbatan usus.

4 B. Status Gizi Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antar kebutuhan dan masukan zat gizi. Dalam melihat status gizi seseorang perlu variabel yang digunakan untuk menentukannya, misalnya dengan penimbangan berat badan. Variabel yang digunakan untuk menentukan status gizi selanjutnya disebut sebagai variabel status gizi (Beck, 1993). Kekurangan Energi Kronik adalah suatu keadaan pada wanita usia subur termasuk ibu hamil yang menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan 1. Penilaian Status Gizi a. Antropometri Pengertian, secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran demensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan, antropometris secara umum digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Penggunaan indeks LLA lebih banyak untuk tujuan screening individu, tetapi dapat pula digunakan untuk tujuan assessment status gizi, terutama bila diperlukan secara cepat dan sulit memperoleh data umur yang akurat. Disamping keuntungan penggunaan indeks LLA seperti dibahas diatas, indek ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu (1) Tidak dapat memberikan gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas, (2) Dari segi operasional, sering mengalami kesulitan dalam pengukuran, terutama bila anak dalam keadaan takut,dan tegang. Jadi pengukuran antropometri gizi adalah hal yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).

5 Metode penilaian status gizi yang umum dipakai adalah pencatatan berat badan secara teratur selama kehamilan dan membandingkannya dengan berat badan sebelum hamil. Penambahan berat badan normal adalah 12,5 kg sampai dengan 17,5 kg. Jika ibu hamil memiliki berat badan di bawah normal pada saat kehamilan, maka penambahan berat badan selama kehamilan adalah 14 kg. Sampai dengan 20 kg. Namun, apabila ibu hamil memiliki berat badan lebih dari berat badan normal pada saat kehamilan, berat badan yang dapat diterima antara 7,5 kg sampai dengan 12,5 kg. Penambahan ini bervariasi untuk setiap individu (Anies, 1997). Metode ini hanya bisa dilakukan bila informasi berat badan sebelum dan saat hamil tersebut tersedia. Metode ini lebih sering digunakan di klinik dan pusat kesehatan dibanding dalam masyarakat. Pengukuran alternatif dengan pendekatan Lingkar Lengan Atas (LLA) lebih banyak digunakan untuk melihat status gizi ibu hamil (Kartini, 1996). LLA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui faktor penentu apakah ibu hamil tersebut KEK dan memiliki risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau normal. Pengukuran LLA ini dilakukan dengan menggunakan pita LLA dengan ketelitian 0,1 cm dan ambang batas 23,5 cm. Bila pengukuran di bawah 23,5 cm artinya ibu hamil tersebut menderita KEK dan jika diatas 23,5 cm berarti ibu hamil tersebut status gizinya baik atau normal (Askandar, 1993) Akhir-akhir ini penggunaan LLA sebagai indikator status gizi mendapat perhatian. Pengukuran dengan menggunakan LLA lebih mudah dibandingkan dengan metode antropometri lainnya sehingga untuk memprediksi hasil kehamilan, beberapa penelitian merekomendasikan LLA sebagai alat screening pada ibu hamil. Sebagaimana telah dilaporkan oleh hasil penelitian di Bogor, Krasovee (1989), Husaini dkk 1986), Aderson (1989), dan Leehting dkk (1979), menyatakan bahwa tidak seperti halnya berat badan yang bertambah seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, LLA relatif stabil selama masa hamil sehingga pengukuran LLA dianjurkan hanya satu kali pada saat pertama kali akan diukur atau pada bulan pertama kehamilan ( Husaini, 2000).

6 Depkes (1994), menyatakan bahwa pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) merupakan salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilakukan oleh orang awam untuk mengetahui kelompok yang berisiko KEK. Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. KLASIFIKASI RESIKO KEK MENURUT PENGUKURAN LILA WUS Nilai ambang batas LLA (cm) KEK < 23,5 Risiko > 23,5 Tidak risiko Sumber : Supariasa, Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis adalah penilaian status gizi yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambur dam mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001). 3. Pemeriksaan biokimia Penilaian status gizi dengan metoda biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh seperti darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati otot (Supariasa, 2001). 4. Pemeriksaan biofisik. Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan (Supariasa, 2001).

7 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) tahun 1999 telah merumuskan faktor-faktor yang menyebabkan kurang gizi yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu tingkat konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedang faktor tidak langsung adalah persediaan pangan, pelayanan kesehatan dan pengetahuan (Supariasa, 2001). a. Faktor langsung Faktor langsung merupakan keadaan yang dapat berpengaruh secara langsung pada individu yang bersangkutan. 1. Konsumsi Energi Menurut Moehyi (2003), status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh kecukupan protein tetapi juga dari kecukupan energi. Pada masa hamil, kebutuhan gizi meningkat untuk kebutuhan metabolisme ibu hamil itu sendiri dan juga untuk pertumbuhan janin. Metabolisme yang terjadi selama kehamilan yaitu perubahan keseimbangan hormonal. Selain itu, meningkatnya produksi prolaktin menyebabkan meningkatnya metabolisme dan hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan faal tubuh berupa peningkatan aliran darah keseluruh tubuh, meningkatnya retensi air dalam tubuh,serta pembuangan zat sisa metabolisme melalui ginjal dan kulit. distribusi zat gizi kedalam tubuh selama kehamilan cenderung digunakan untuk pertumbuhan janin dan metabolisme ibu hamil. Sitorus (1996) juga menyatakan hal yang sama bahwa pada wanita hamil disamping untuk proses yang rutin di dalam tubuh,maka diperlukan penambahan energi dan protein untuk pembentukan jaringan baru yang meliputi janin, plasenta, uterus serta kelenjar mammae. Selain itu aktivitas ibu hamil juga akan mempengaruhi penggunaan energi. Aktivitas fisik ini berbeda-beda untuk masing-masing individu. 2. Konsumsi Protein Protein merupakan unsur zat gizi yang perlu diperhatikan selama kehamilan karena sangat diperlukan untuk pertumbuhan janin. Asupan protein ibu hamil akan mempengaruhi keadaan janin. Ibu hamil yang mengkonsumsi

8 makanan dengan kadar protein rendah, maka bayi yang kelak dilahirkan mungkin lebih pendek dan memiliki berat kurang serta keadaan umumnya kurang baik.(moehji,2003). Protein juga diperlukan untuk persiapan melahirkan dan masa menyusui (Nadesul, 1997), bahwa pengaruh protein didalam makanan telah diselidiki oleh Burke, dan disimpulan bahwa ibu hamil yang didalam makanannya kadar proteinnya rendah, maka bayi yang dilahirkan kelah mungkin lebih pendek dan memiliki berat badan yang kurang normal serta memiliki keadaan umum tidak begitu baik. Hal ini disebabkan karena selain kekurangan protein, juga kekurangan vitamin B komplek karena vitamin ini beberapa diantaranya terdapat didalam bahan-bahan makanan yang mengandung protein. Dalam keadaan berlebih protein akan mengalami deaminasi yaitu nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan didalam tubuh. Dengan kata lain, protein harus diubah menjadi energi dan disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan lemak bila kebutuhan tubuh akan mencakupi kebutuhan atau jumlahnya berlebih. Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak dibandingkan dalam kondisi biasanya. Dianjurkan setiap hari sekurang-kurangnya 80 gram protein mengingat pentingnya protein untuk pertumbuhan janin dalam kandungan. Hampir 70 persen protein digunakan untuk pertumbuhan janin. Ibu hamil membutuhkan cadangan makanan termasuk protein untuk persiapan sesudah melahirkan dan masa menyusui (Nadesul, 1997). 3. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi adalah konsumsi energi yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang sesuai ukuran dan komposisi tubuh yang disesuaikan dengan tingkat aktivitas, kesehatan jangka panjang sehingga memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2001) Kebutuhan energi pada timester I meningkat secara minimal disepanjang timester II dan III, kebutuhan akan terus meingkat sampai pada akhir kehamilan. Selama timester II ibu hamil memerlukan tambahan energi untuk perkembangan

9 jaringan ibu, yaitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara. Pada timester III tambahan energi digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman, 2004). Berat badan ibu hamil rata-rata akan bertambah 12,5 kg. Untuk tambahan berat badan sebanyak itu dibutuhkan sekitar kalori untuk proses pembakaran yang terjadi di dalam tubuh dan kalori untuk pembentukan jaringan baru. Jika dirata-rata ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori dalam sehari (Nadesul, 1997). Selama hamil tambahan energi diperlukan untuk pertumbuhan janin dan jaringan tubuh lainnya. Ibu hamil yang sehari-harinya melakukan pekerjaan ringan membutuhkan energi rata-rata 200 kalori per hari dan bagi yang melakukan pekerjaan berat membutuhkan tambahan energi sebesar 285 kalori per hari (Khumaidi, 1994). Dalam perhitungan kebutuhan energi, dapat menggunakan beberapa rumus diantaranya Harris Benedict Equation dan Brocca. Penentuan kebutuhan gizi individu dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, serta kondisi yang banyak dibahas angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Khusus, salah satunya adalah kondisi kehamilan (RSCM) dan,asdi, 2004). Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah Angka Metabolisme Basal (AMB) dan aktivitas fisik. AMB atau yang disebut sebagai Basal Energy Expenditure (BEE) adalah pengeluaran energi dalam keadaan puasa atau sehat tanpa stres (Hartono, 2000). Harris Benedict Equation merupakan salah satu rumus yang biasa digunakan untuk menentukan kebutuhan gizi orang dewasa. Kelebihan dari rumus ini yaitu dalam menghitung BEE lebih banyak memperhitungkan faktor dari individu seperti berat badan, tinggi badan, umur dan jenis aktivitas. Pada kondisi hamil, energi ditambah sebesar kalori sehari. Adapun rumus Harris Benedict Equation adalah sebagai berikut :

10 BEE Laki-laki : 66+13,7 (BB)+5 (TB)-6,(U) Perempuan : 655+9,6 (BB)+1, (TB)-4,7(U) Aktivitas fisik pada rumus Harris Benedict Equation ini digolongkan menjadi 4 yaitu : Bed rest : 1,2 Sedang : 1,4-1,5 Ringan : 1,3 Berat : 1,75 Rumus lain yang dipakai selain Harris Benedict equation yaitu rumus broca. Rumus ini hanya melihat faktor berat badan dan aktivitas fisik dan tidak memperhitungkan umur dan tinggi badan. Koreksi aktivitas pada rumus ini tidak berdasarkan pada angka patokan tapi berdasarkan pada nilai prosentase dari AMB. Rumus Brocca tersebut yaitu sebagai berikut : AMB Laki-laki : 30 kal/kg bb/hari Perempuan : 25 kal/kg bb/hari Faktor aktivitas ada rumus brocca ini juga digolongkan menjadi 4 yaitu Sangat ringan : 10% x AMB Sedang : 30% x AMB Ringan : 20% x AMB berat : 40% x AMB. Selain kebutuhan energi, terdapat juga perhitungan untuk zat gizi lain seperti protein, lemak dan karbohidrat. Adapun cara menentukan kebutuhan zat gizi tersebut menurut World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut : (1)Protein sebesar 10-15% dari kebutuhan energi total. Misal kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kalori, maka energi yang berasal dari protein hendaknya sebesar kalori atau sebesar gram protein,(2) Lemak sebesar 10-25% dari kebutuhan energi total. Misal kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kalori, maka energi yang berasal dari lemak hendaknya sebesar kalori atau sebesar 27-6 gram lemak.(3) Karbohidrat sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total atau sisa dari kebutuhan energi yang telah dikurangi dengan energi yang berasal dari protein dan lemak. Misal kebutuhan energi dalam sehari adalah 2450 kalori, maka energi yang berasal dari karbohidrat hendaknya sebesar kalori atau sebesar gram karbohidrat (RSCM) dan ASDI, 2004

11 4. Kebutuhan Protein Kebutuhan protein adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui (Almatsier, 2001). Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak dibandingkan dalam kondisi biasanya. Dianjurkan setiap hari sekurang-kurangnya 80 gram protein mengingat pentingnya protein untuk pertumbuhan janin dalam kandungan. Hampir 70 persen protein digunakan untuk pertumbuhan janin. Ibu hamil membutuhkan cadangan makanan termasuk protein untuk persiapan sesudah melahirkan dan masa menyusui (Nadesul, 1997). 5. Tingkat konsumsi energi dan protein Pada kondisi kehamilan, ibu hamil berhubungan langsung dengan pertumbuhan yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya serta pertumbuhan berbagai organ tubuh sebagai pendukung kehamilan tersebut, seperti mamma. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan tersebut, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat (Moehji, 2003). Dahulu orang beranggapan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu hamil tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan janin kecuali jika si ibu menderita penyakit. Akut. Namun penyelidikan yang telah dilakukan oleh para ahli membuktikan dengan jelas bahwa ada hubungan antara kecukupan makanan ibu hamil dengan keadaan gizi bayi yang dilahirkan. Berbagai penelitian lain juga membuktikan bahwa masa paling kritis selama hamil adalah masa timester III kehamilan. Pada masa timester III kehamilan ini janin tumbuh dengan cepat. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan ibu yang semakin cepat ketika usia kehamilan memasuki timester II kehamilan (Moehji, 2003). Tingkat konsumsi energi merupakan faktor gizi yang paling penting jika dikaitkan dengan berat badan bayi yang dilahirkan Berat badan ibu hamil ratarata akan bertambah 12,5 kg. Untuk tambahan berat badan sebanyak itu maka dibutuhkan sekitar kalori untuk proses pembakaran yang terjadi di dalam

12 tubuh dan kalori untuk pembentukan jaringan baru. Jika dirata-rata ibu hamil membutuhkan tambahan 300 kalori dalam sehari (Nadesul, 1997). Selama kehamilan, tingkat konsumsi makan selain untuk meningkatkan berat badan dan panjang badan, juga sangat penting untuk pertumbuhan otak. Bila ibu hamil mengalami kekurangan zat gizi maka jumlah sel otak tidak akan terbentuk sehingga sel otak tidak akan tumbuh mencapai ukuran yang seharusnya. Terganggunya sel otak akibat kekurangan gizi akan mempengaruhi Quosen Kecerdasan (Intelegensi Quotient/IQ). Keadaan ini akan berdampak pada mental anak setelah lahir yang akan terwujud dengan tanda-tanda:(a) Kemampuan anak menyesuaikan diri dengan lingkungan kurang, (b) Kemampuan sosial anak kurang serta kemampuan verbal yang tidak terlalu baik (Moehji, 2003). Apabila kebutuhan akan makanan tidak terpenuhi melalui konsumsi makanan, maka akan terjadi kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan (a) Berat badan bayi pada saat lahir rendah atau sering disebut sebagai Berat Bada Lahir Rendah (BBLR), (b) Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan), (c) Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati. Selain itu pada kondisi ini banyak ibu memiliki risiko kematian yang tinggi karena pedarahan, sehingga akan meningkatkan kematian ibu (Notoatmojo, 2003). Adapun rata rata AKG yang Dianjurkan untuk Ibu hamil pada Timester II dan Timester III yaitu pada Tabel 2

13 Tabel 2 RATA RATA AKG YANG DIANJURKAN Umur (Tahun) BB (kg) TB (Kg) Energi (kall) Protein(grm) Tahun Timester I (1-3 bln) Timester II (4-6 bln) Timester III(7-9 bln) Tahun Timester I (1-3 bln) Timester II (4-6 bln) Timester III (7-9 Bln Sumber: WNPG Tahun 2004 Untuk Perhitungan tingkat konsumsi energi dan Tingkat konsumsi protein adalah sebagai berikut : Asupan energi Tingkat konsumsi energi/protein = X 100 % AKG Energi Asupan Protein Tingkat konsumsi energi/protein = X 100 % AKG Protein Tabel 3 KATEGORI TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Presentase Defisit Tingkat Berat <70 Defisit Tingkat Sedang Defisit Tingkat Ringan Normal Diatas Kecukupan >119 Sumber : Gizi Indonesia Volume XXI (1996)

14 6. Penyakit infeksi Telah diketahui bahwa malnutrisi dan infeksi memiliki hubungan timbal balik, artinya infeksi dapat mempengaruhi terjadinya malnutrisi dan sebaliknya malnutrisi akan mempengaruhi seseorang untuk terkena infeksi. Mekanisme terjadinya infeksi dan malutrisi bermacam-macam baik secara sendiri maupun bersamaan sebagai penurunan tingkat konsumsi zat gizi dan penurunan nafsu makan. Pada ibu hamil bila tingkat konsumsi zat gizi kurang atau malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Pudjiadi, 2002). Pada masyarakat di negara-negara berkembang, wanita hamil sering menderita infeksi saluran nafas atas, malaria, diare, dan hepatitis. Efek dari infeksi ini merugikan terutama dalam kondisi kehamilan. Seperti yang dilaporka oleh Robinson, bahwa wanita hamil yang menderita malaria akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak mengidap malaria (Shah, 1981). b. Faktor tidak langsung Faktor tidak langsung ini dapat berasal dari lingkungan di luar individu yang kemudian akan mempengaruhi faktor langsung. Faktor tidak langsung tersebut diantaranya yaitu : (1) Persediaan pangan Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari makanan, minuman, untuk penduduk dsuatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. (Rimbawan dan Baliwati, 2004). Persediaan pangan merupakan salah satu segi terpenting yang menentukan kelangsungan biologis, perkembangan mental dan kecerdasan, produktivitas dan pembangunan ekonomi pada umumnya dari suatu kelompok masyarakat atau bangsa. (Soekirman,2000).

15 (2) Pelayanan kesehatan Upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti : Posyandu, Puskesmas, praktik bidan atau dokter, rumah sakit dan persediaan air bersih. Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan disebabkan oleh jarak yang jauh dan atau ketidakmampuan membayar, kurangnya pendidikan dan juga kurangnya pengetahuan yang merupakan kendala bagi keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang tersedia (Soekirman dkk, 2000). (3) Pengetahuan Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah kurang gizi. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informasi gizi dalam kehidupan sehari-hari (Khumaidi,1994). Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jumlah dan jenis makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan tersebut. Sebaliknya mereka yang memiliki pengetahuan gizi tinggi cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 1999). (4) Pendidikan Dalam arti sederhana pendidikan gizi merupakan suatu proses belajar tentang pangan, bagaimana tubuh kita menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan. Pendidikan gizi mengarah pada perubahan perilakuperbaikan konsumsi pangan dan status gizi. Pendidikan berpengaruh secara tidak langsung melalui peningkatan status sosial dan kedudukan seorang wanita, peningkatan pilihan terhadap kehidupan serta kemampuan untuk menyatakan pendapat atau membuat keputusan sendiri (Royston, 1994).

16 Perilaku konsumsi pangan merupakan cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih atau menggunakan pangan. Perilaku konsumsi pangan berasal dari proses sosialisasi dalam sistem keluarga melalui proses pendidikan maupun sebagai dampak dari penyebaran informasi (Madaniyah, 2004). D. Kerangka Teori Pemberdayaan wanita dan keluarga serta pemanfaatan sumber daya i Tkt konsumsi Energi Ketrampilan Persediaan pangan kelurga Status Gizi Tkt Konsumsi Protein Krisis ekonomi Politik,sosial dan kemiskinan Pendidikan Pengetahuan Pelayanan kesehatan Penyakit infeksi (Sumber : Waspadji, 2003) E Kerangka Konsep Tkt Konsumsi energi Status Gizi Ibu hamil Tkt Konsumsi Protein

17 F. Hipotesis 1. Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang. 2. Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi ibu hamil di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 KEBUTUHAN GIZI PADA IBU HAMIL Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap BAB Ι PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap wanita, menurut Depkes RI kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa ini ibu harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Gizi pada Balita Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal

Lebih terperinci

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN 2003 Zulhaida Lubis Posted: 7 November 2003 STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN Oleh :Zulhaida Lubis A561030051/GMK e-mail: zulhaida@.telkom.net Pendahuluan Status gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gizi Selama Hamil 1. Diagnosis Kehamilan Lamanya kehamilan mulai ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi sangat berkaitan erat dengan status kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang menenutkan kualitas sumber daya manusia, status gizi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik, secara terpisah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik, secara terpisah dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi Baru Lahir 1. Definisi Bayi Baru Lahir Pada bayi baru lahir memenuhi jumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik, secara terpisah dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono, 2007). Menurut Sylviati (2008)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri adalah kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi kronis, kurang energi protein dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian pada bayi terutama terjadi pada masa neonatus (umur 0-28 hari), dimana 78,5% dari kematian neonatal tersebut terjadi pada umur 0-6 hari (Riskesdas, 2007),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Balita 2.1.1 Pengertian Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah gizi di Indonesia saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah gizi yang dihadapi di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan faktor langsung dan tidak langsung

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

makalah KEK dalam kehamilan

makalah KEK dalam kehamilan makalah KEK dalam kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Kehamilan pada ibu akan terjadi apabila terjadi pembuahan yaitu bertemunya sel telur (ovum) dan spermatozoa. Yang secara normal akan terjadi di tuba uterina. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi atau jumlah makanan (zat gizi) yang dikonsumsi dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang (Suhardjo, 1989). Menurut Roedjito

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI

KEBUTUHAN ENERGI SEHARI PENENTUAN GIZI INDIVIDU DAN KGA Muslim, MPH STIKES HANGTUAH Tanjungpinang Pertemuan Ke-2, Tgl: 10 Oktober 2009 PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI 1. ENERGI Gambaran klinis, status gizi Umur, jenis kelamin, aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J HUBUNGAN ANTARA KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO, KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Pengasuhan Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan.

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan. WHO memberi batasan anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun. Mereka berbeda dengan orang dewasa, karena anak mempunyai ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang, sampai berakhirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB II PENDAHULUAN. Kepatuhan adalah kepatuhan dalam menepati anjuran sesuatu. terhadap kebiasaan sehari-harinya dan dapat dinilai dengan score

BAB II PENDAHULUAN. Kepatuhan adalah kepatuhan dalam menepati anjuran sesuatu. terhadap kebiasaan sehari-harinya dan dapat dinilai dengan score BAB II PENDAHULUAN A. Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah kepatuhan dalam menepati anjuran sesuatu terhadap kebiasaan sehari-harinya dan dapat dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Landasan kebijakan program pangan dan gizi dalam jangka panjang di tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17 tahun 2007 tentang Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebijaksanaan dan perencanaan pangan dan gizi harus mendapat tempat yang utama dalam mensejahterakan kehidupan bangsa. Sebab, apabila orang tidak cukup makan, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu manusia, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan

Lebih terperinci

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes PENDAHULUAN Bayi : Umur 0-12 bulan Bayi Cukup Bulan (Full term) Usia kehamilan Berat Badan Tinggi Badan : 270 290 hari : 2,7 3,2 kg : 48 50 cm 2. Bayi Prematur 3. Bayi BBLR Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50 cm (Pudjiadi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya peningkatan berat badan yang sesuai dalam masa kehamilan sangat penting untuk mengetahui berat badan janin yang dilahirkan. Peningkatan berat badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi 2.1.1. Pengertian Status Gizi Istilah gizi dapat diartikan sebagai proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

Lantin sulistyorini, Erti Ikhtiarini Program studi Ilmu Keperawatan Program studi Ilmu Keperawatan

Lantin sulistyorini, Erti Ikhtiarini Program studi Ilmu Keperawatan Program studi Ilmu Keperawatan KULIAH KERJA NYATA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KKN-PPM) GERAKAN SAYANG IBU DAN BAYI (GeSIB) SEBAGAI SOLUSI MASALAH KURANG ENERGI KALORI (KEK) PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER Lantin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru dalam periode pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Balita 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN An Nadaa, Vol 1 No.2, Desember 2014, hal 72-76 ISSN 2442-4986 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN The Associated

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa

Lebih terperinci

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes KEBUTUHAN & KECUKUPAN GIZI Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar Gemukkah saya? Kuruskah saya? Sudah cukupkah saya makan? Sehatkah saya?.. Berapa kebutuhan gizi kita? Kebutuhan gizi

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang

Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Ester Ratnaningsih, SST Nor Tri Astuti, SST Staff Dosen AKBID

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehamilan Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Definisi dismenore Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. 2.1.2 Klasifikasi dismenore Nyeri haid dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah menetapkan rencana aksi pembinaan gizi yang sangat erat kaitannya dengan status gizi masyarakat karena dengan status gizi yang baik akan menghasilkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS WEDI KLATEN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS WEDI KLATEN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS WEDI KLATEN Sri Handayani 1), Suci Budianingrum 2) Abstrak : Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal

Lebih terperinci

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan. BAB I PEN DAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pembangunan nasional adalah rendahnya kualitas SDM. Masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti gizi makanan, sikap masyarakat terhapat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun 2005-2025 kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai untuk mewujudkan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. AIR SUSU IBU 1. ASI Sebagai Makanan Bayi ASI merupakan emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang diekresi oleh kedua belah kelenjar mammae dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci